Anda di halaman 1dari 96

AFIKS PEMBENTUK NOMINA PADA KORAN POS KOTA KOLOM

JAKARTA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN


BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Maimunah
1111013000049

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ABSTRAK
Maimunah (NIM: 1111013000049). “Afiks Pembentuk Nomina pada Koran
Pos Kota Kolom Jakarta dan Impikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMA” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016. Pembimbing: Dr. Hindun, M.Pd
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan prefiks, infiks,
sufiks pembentuk nomina pada koran Pos Kota kolom Jakarta dan implikasinya
terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teks berita kolom Jakarta dalam koran Pos
Kota edisi 2-31 Januari 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 363 prefiks pembentuk
nomina pada koran Pos Kota kolom Jakarta, dengan rincian: penggunaan 352
prefiks pe-, dan sebelas prefiks se-. Tidak ditemukannya penggunaan infiks
pembentuk nomina dan 438 sufiks pembentuk nomina, yaitu: 409 sufiks –an, dua
puluh tujuh sufiks –isasi, satu sufiks –isme dan satu sufiks –ir.
Hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SMA kelas XI semester genap berdasarkan kurikulum 2013.
Dengan kompetensi dasar menganalisis struktur kata, frasa, dan klausa serta
dengan indikator siswa mampu menganalisis struktur kata berimbuhan yang
menjadi pembedanya pada KI-3. Dengan demikian, penelitian ini dapat dijadikan
sumber materi untuk siswa dalam menganalisis struktur kata berimbuhan.
Kata kunci: afiks, pembentuk nomina, koran Pos Kota, kata berimbuhan dalam
k-13.

i
ABSTRACT
Maimunah (NIM: 1111013000049). “Affix are Nomina Former in Pos Kota
News Paper in Column Jakarta and the Implication Towards Learning
Indonesian Languange an Indonesian Litarature in High School”
Departement of Indonesian Languange and Indonesian Literature. Faculty of
Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Advisor: Dr.
Hindun, M.Pd
The purpose of this research is to describe the use of prefix, infix, suffix
are nomina former in Pos Kota news paper in column Jakarta and the implication
towards learning Indonesian Languange an Indonesian Litarature in High School.
The source of the data which was used in this research was Jakarta column news
text in Pos Kota news paperdate 2-31 January 2016. The method wis was used in
this research was qualitative description and data collection techniques using the
technique of note.
The result showed that there are 363 prefix nomina former in Pos Kota
news paper in column Jakarta, with description: using 352 prefix pe-, and 11
prefix se-. Not founded using infix nomina former and 438 suffix nomina former,
there are 409 suffix –an, 27 suffix –isasi, 1 suffix –isme and 1 suffix –ir.
The result of this research can be applied in learning Indonesian
Languange and Indonesian Literature in High School class XI second semester
which based on curriculum 2013. With competence of structure analyze words,
frase and clause also indicator student are able to analyze structure affix which
became the distinguishing at KI-13. So that, this research can be material for
student to analyze the structure of affix.
Keywords: affix, former nomina, Pos Kota news paper, affix word in k-13.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kapada Allah SWT yang telah memberikat
rahmat serta karunianya sehingga skripsi ini dengan judul “Afiks Pembentuk
Nomina pada Koran Pos Kota Kolom Jakarta dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Di SMA” dapat diselesaikan. Atas izinNya
penulis diberikan kekuatan dan kesempatan untuk melalui segala kendala
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
kebaikan kepada seluruh umatnya.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan


gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk para
pembacanya, dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan
moral serta materil dari berbagai pihak, tanpa dukungan tersebut skripsi ini sulit
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Makyun Subuki, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah memperlancar proses penyelesaian skripsi ini.
3. Toto Edidarmo, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
4. Dr. Hindun, M.Pd selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar dan tulus
membantu, mengarahkan penulis serta meluangkan waktu dan pikirannya
dalam proses pembuatan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii
6. Orang tua (Papa H.Mukhtar Murikh, Lc dan Mama Hj. Mursanih)
penyemangat terbesar penulis dalam kehidupan, berkat doa, dukungan
yang tak pernah berhenti dan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang
menjadi motivasi terbesar penulis.
7. Fenty Yanuarti, Nurlaela Sari Baehaki, Desi Komalasari, Redita Dwi
Pinasti dan Adi Nugroho teman seperjuangan skripsi yang dengan sabar
mendengarkan keluh kesah kepada penulis agar tidak lelah menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2011, khususnya kelas B yang telah membantu penulis. Tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan yang telah membantu dengan ikhlas dalam penyusunan skripsi
ini.

Jakarta, 1 September 2016


Penulis,

MM

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ......................................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 4
C. Batasan Masalah. .......................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah......................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 5

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teoretis ......................................................................................................... 7


1. Pengertian Morfologi....................................................................................... 7
2. Proses Morfologi ............................................................................................. 8
3. Jenis-Jenis Afiks
a. Prefiks ...................................................................................................... 13
b. Infiks ........................................................................................................ 13
c. Sufiks ....................................................................................................... 14
d. Konfiks ..................................................................................................... 14
4. Pengertian Media Cetak................................................................................... 27
5. Pengertian Kolom ............................................................................................ 28
6. Bahasa Jurnalistik ............................................................................................ 30

v
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Sumber Data ................................................................................................................. 38


B. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 38
C. Desain dan Langkah Penelitian .................................................................................... 38
D. Teknik Analisis Data .................................................................................................... 40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Afiks Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta
Edisi 2-31 Januari 2016. ............................................................................................... 41
1. Prefiks Pe- Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom
Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................................................................ 41
a. Prefiks Pe- Bermakna ‘Profesi’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 41
b. Prefiks Pe- Bermakna ‘Alat Instrumentalis’ Sebagai Pembentuk
Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari
2016 ................................................................................................................. 45
c. Prefiks Pe- Bermakna ‘Habituatif’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 .................... 47
d. Prefiks Pe- Bermakna ‘Pelaku’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 48
2. Prefiks Se- Bermakna ‘Satu/Sama’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ...................................... 55
3. Sufiks -an Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom
Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................................................................ 56
a. Sufiks -an Bermakna ‘Hasil’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 56
b. Sufiks -an Bermakna ‘apa yang di-’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 .................... 61
c. Sufiks -an Bermakna ‘Lokatif’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 64
d. Sufiks -an Bermakna ‘Kolektif’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 66

vi
e. Sufiks -an Bermakna ‘Alat Untuk’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 .................... 67
f. Sufiks -an Bermakna ‘Kegiatan yang Bersangkutang dengan’
Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta
Edisi 2-31 Januari 2016 ................................................................................... 69
g. Sufiks -an Bermakna ‘yang bernilai/jumlah’ Sebagai Pembentuk
Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari
2016 ................................................................................................................. 71
h. Sufiks -an Bermakna ‘Frekuensi’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 72
4. Sufiks –isasi Bermakna ‘Proses’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ...................................... 73
5. Sufiks –si Bermakna ‘Pelaku Jamak’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ...................................... 74
6. Sufiks –isme Bermakna ‘Aliran/Paham’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ........................... 75
B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia .................................. 77

BAB V PENUTUP

A. Simpulan....................................................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial, untuk berinteraksi dengan


manusia lainnya dibutuhkan bahasa sebagai perantara untuk
mempermudah komunikasi, karena fungsi bahasa secara umum adalah
sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa biasanya digunakan oleh suatu
masyarakat tertentu untuk bekerja sama, berinteraksi dengan tujuan
mendapatkan pemahaman yang diinginkan. Dengan demikian, setiap
masyarakat dipastikan memiliki dan menggunakan alat komunikasi sosial,
tidak ada masyarakat tanpa bahasa dan tidak ada pula bahasa tanpa
masyarakat, manusia dan bahasa adalah dua unsur yang tidak dapat
dipisahkan karena keduanya saling berkaitan. Melalui bahasa seseorang
dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran serta keinginan.

Terdapat dua jenis bahasa yang digunakan oleh manusia yaitu bahasa
verbal dan non verbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang diucapkan secara
langsung dan digunakan untuk bercakap sehari-hari. Setiap suku atau
kelompok mempunyai ciri bahasa verbal yang khas dan berbeda-beda,
karena di setiap wilayah terdapat dialek daerah. Jenis ini biasa disebut
ragam lisan. Adapun, penggunaan bahasa non verbal seperti dialek yang
digunakan oleh masyarakat nusantara mempunyai kesepakatan pada setiap
komunitas penggunanya. Misalnya di Indonesia bahasa non verbal pada
penggunaan bendera kuning saat seseorang meninggal dunia atau berduka
cita.

Selain bahasa verbal dan non verbal, bahasa Indonesia juga


mempunyai jenis bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah
suatu komunikasi yang dilakukan oleh manusia untuk mengutarakan
maksudnya melalui kata-kata yang terucap dari mulut, sedangkan bahasa

1
2

tulisan adalah bentuk komunikasi yang terbentuk dari kosakata yang


disusun dan membentuk suatu kalimat serta dituangkan ke dalam bentuk
tulisan. Bahasa tulisan dapat berupa artikel, jurnal, berita, cerita pendek
dan novel.

Berita merupakan salah satu bagian dari media massa cetak yang
mudah dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Seiring
perkembangan zaman, masyarakat dapat menikmati berita di setiap waktu,
di setiap tempat melalui televisi bahkan di telepon genggam. Hal ini
menunjukan bahwa berita merupakan hal yang penting dalam kehidupan
karena berita menyajikan kejadian berupa opini atau fakta yang
memberikan informasi terhadap pembacanya. Akan tetapi, dalam
perkembangannya media massa cetak merupakan salah satu akses
terpenting dalam menyampaikan informasi kerena melalui berita
seseorang dapat mengetahui seluruh informasi dalam negeri dan dunia.

Berita mempunyai ciri bahasa sendiri yakni singkat, jelas, padat dan
objektif. Dengan demikian, menulis berita merupakan hal yang tidak
mudah, penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI), penggunaan kalimat efektif, penguasaan struktur kata
bahasa Indonesia dan penulisan bahasa formal yang mudah dipahami
menjadikan berita semakin menarik di luar dari tema.

Penggunaan bahasa untuk menulis berita tidak mudah digunakan, oleh


sebab itu penulis berita harus memerhatikan penulisan struktur kata,
pembentukan kata yang sesuai dengan EBI menjadi titik pusat yang
diperhatikan oleh pembaca, terutama dalam penulisan berita yang
menyalurkan informasi kepada khalayak. Hal ini dapat kita pelajari dalam
cabang ilmu linguistik yaitu morfologi yang mengkaji struktur
pembentukan kalimat dan „kata’ menjadi satuan terkecil dalam kajian ini.

Pembentukan kata secara umum melakukan proses dengan lima cara,


yaitu: afiksasi, reduplikasi, komposisi, abreviasi, dan metanalisis. Afiksasi
3

mempunyai fungsi mengubah golongan kata dasar menjadi golongan kata


tertentu seperti nomina. Khusus untuk afiksasi (penambahan imbuhan)
mendapatkan peran penting dalam penulisan karena jika kata ditambahkan
dengan imbuhan, makna gramatikal dan leksikalnya akan berubah pula.
Misalnya, kata temu diberi imbuhan me-kan menjadi menemukan, pe-
menjadi penemu, pe-an menjadi penemuan, dan imbuhan -an menjadi
temuan, meski sama-sama memiliki kata dasar yang sama yaitu “temu”
tapi arti jika sudah diberi imbuhan akan berbeda, menemukan mempunyai
arti mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya, penemu adalah
orang yang menemukan, penemuan merupakan proses, cara, perbuatan
menemukan, sedangkan temuan merupakan hasil memikirkan dan
melakukan percobaan sehingga memperoleh suatu yang baru berdasarkan
eksperimen.

Penambahan afiks dalam penulisan berita adalah hal yang harus


diperhatikan karena apabila terdapat kesalahan dalam penggunaan afiks,
berita menjadi tidak komunikatif bahkan keakuratannya dipertanyakan.
Berdasarkan permasalahan inilah banyak editor yang tidak hanya merevisi
tulisan, tetapi berupaya untuk meningkatkan kemampuan menulis.

Pada kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan dapat telepas dari


media massa salah satunya yaitu koran. Keberadaan surat kabar sudah
dibutuhkan dari zaman kemerdekaan Indonesia yang berperan untuk
melawan sabotase komunis, hingga zaman order baru bahwa keberadaan
surat kabar sebagai kontrol sosial dan informasi pendidikan.

Berbeda pada zaman kemerdekaan Indonesia, koran hanya dapat


ditemui di tempat tertentu saja, seperti di pusat pemerintahan atau kota-
kota besar, penerbit koran juga sangat terbatas antara lain koran Soematra
Courant, Djakarta Courant, Handesslbland dll. Meski demikian, setelah
Indonesia mendapatkan kemerdekaan serta seiring perkembangan zaman,
banyak penerbit koran yang menyajikan berita setiap hari seperti
4

Republika, Media Indonesia, Pos Kota, dan lain-lain. Setiap daerah juga
mempunyai penerbit korannya masing-masing, misalnya di daerah Bekasi
terdapat koran Radar Bekasi, dan daerah Tangerang Selatan mempunyai
penerbit koran Tangsel-Pos.

Meski demikian, setiap koran menyajikan bermacam-macam berita


tetapi tidak menjamin penulis berita penggunaan EBI yang baik dan benar.
Hal ini dapat terjadi karena ketidaktelitian editor ataupun kesalahan dari
penulis berita tersebut. Pos Kota adalah salah satu media cetak yang tidak
hanya beredar di Ibu Kota tetapi menjangkau kota-kota yang berada di
sekeliling Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
(JABODETABEK) hal ini menjadikan Pos Kota sebagai salah satu media
masa yang mendapat tanggapan baik dari pembaca.

Seperti kita ketahui, afiks merupakan morfem terikat yang tidak bisa
berdiri sendiri dan harus dilekatkan dengan morfem lain atau kata dasar,
afiks juga disebut sebagai penyebab kemunculan dari makna gramatikal
suatu kata. Dengan menganalisis afiks pembentuk nomina, pembaca dapat
mengetahui cara pembentukan kata, jenis dan makna yang dihasilkan dari
afiks pembentuk nomina tersebut. Selain itu, dengan menggunakan koran
sebagai bahan ajar pada materi struktur kata imbuhan kelas XI, siswa
dapat mengetahui prefiks, infiks dan sufiks pembentuk nomina dalam surat
kabar dan mendapatkan informasi dari koran yang digunakan sebagai
bahan ajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis


mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penggunaan afiks yang tidak tepat menjadikan berita tidak komunikatif


2. Terdapat makna yang dibentuk oleh afiks pembentuk nomina
5

3. Implikasi penggunaan afiks pembentuk nomina pada kolom Jakarta


yang dijadikan bahan pembelajaran di SMA

C. Batasan Masalah

Seperti yang dijelaskan pada latar belakang, maka penulis membatasi


ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Koran Pos Kota kolom Jakarta


2. Edisi 2-31 Januari 2016
3. Tahun terbitan koran 2016
4. Fokus penelitian pada prefiks, infiks, sufiks pembentuk nomina

D. Rumusan Masalah

Berdasarakan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah


yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penggunaan afiks
pembentuk nomina pada koran Pos Kota kolom Jakarta dan implikasinya
terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA?”

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat akademis yaitu


manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis yang diharapkan
dapat memberikan sumbangan analisis bagi pembinaan dan
pengembangan bahasa. Manfaat praktis yang diharapkan dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan
mengenai afiks prefiks, infiks, dan sufiks pembentuk nomina. Adapun
manfaat yang terurai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis
a. Bahan referensi untuk mengetahui penggunaan berbahasa,
terutama afiks prefiks, infiks, dan sufiks nomina dalam surat kabar.
6

b. Menambah pengetahuan pembentukan afiks dalam surat kabar.


c. Menambah kekayaan penelitian khususnya dalam penelitian bahasa
di bidang penggunaan afiks dalam surat kabar.
2. Manfaat praktis
a. Guru
Sebagai bahan masukan untuk sumber belajar bahasa Indonesia
dalam penggunaan afiks pada surat kabar.
b. Siswa
Memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai penggunaan
afiks prefiks, infiks, sufiks pembentuk nomina bahasa Indonesia
dalam surat kabar.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teoretis
1. Pengertian Morfologi

Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam


kehidupan, bahasa itu sendiri dirangkai oleh kata-kata, tentunya kata-kata
itu membentuk beragam kalimat yang terdiri dari berbagai macam bentuk,
bentuk-bentuk inilah yang menjadi pembahasan utama dalam morfologi.
Abdul Chaer menjelaskan, secara etimologi kata morfologi berasal dari
kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata logi yang berarti „ilmu‟, di dalam
kajian linguistik morfologi berarti „ilmu mengenai bentu-bentuk dan
pembentukan kata‟.1 Harimurti Kridalaksana mengungkapkan bahwa
“morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan
kombinasi-kombinasinya serta bagian dari struktur bahasa yang mencakup
kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem”.2

Hal serupa juga dikemukakan oleh Ahmad dan Alek yang


menjelaskan morfologi sebagai bagian dan ilmu kebahasaan, mempelajari
strktur intern kata, tata kata atau tata bentuk.3 Maka dapat disimpulkan
morfologi merupakan salah satu kajian dari ilmu linguistik yang
mempelajari tentang struktur bahasa meliputi bentuk, klarifikasi dan
bagian-bagian kata yang disebut juga sebagai morfem. Morfem menjadi
bagian terkecil dalam kajian morfologi dan tidak dapat dibagi lagi menjadi
satuan yang lebih kecil. Meski demikian, morfem mempunyai makna.

1
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT Rineka
Cipta, Cet. Pertama, 2008), hlm. 3.
2
Harimurti Kridalaksna, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, Edisi Keempat Cetakan
Kedua, 2009), hlm. 159.
3
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009), hlm.
57-58.

7
8

Tidak berbeda dengan definisi di atas, J. W. M Verhaar


mendefinisikan morfologi merupakan cabang linguistik yang
mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal.4 Morphology is the study of words.5 Morphology is the study
of word formation, including the ways new words are coined in the
language of the world, and the way forms of words are varied depending
on how they’re used in sentences.6 Dengan demikian, morfologi
mempelajari struktur kata, bagian-bagian kata meliputi cara pembentukan
kata di dalam bahasa serta cara mengubah kata yang sesuai dengan
penggunaannya menurut tata bahasa yang benar.

Ramlan mendefinisikan morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa


yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti
kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.7 Berdasarkan pendapat-
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa morfologi disebut ilmu
yang mempelajari tata kata atau tata bentuk kata dan merupakan bagian
gramatika yang menyelediki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara
pembentukannya yang mempengaruhi golongan kata tersebut.

2. Proses Morfologi

Setiap bahasa mempunyai tata bahasa tersendiri dan mempunyai


kemungkinan untuk membentuk kata-kata baru dari bentuk dasar yang
telah ada. Pembentukan kata sering disebut juga proses morfologi, yaitu

4
J.W. M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, Cet. Ketujuh, 2010), hlm. 97.
5
David E Freeman dan Yvonne S. Freeman, Essential Linguistics, (Portsmouth: United
States of America on Acid-Free Paper, 2004), hlm. 166.
6
Rochelle Lieber, Introducting Morphology, (New York: Cambridge University Press,
Frist Published, 2010), hlm. 2.
7
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: PH. CV Karyono, Cet.
Ketujuh, 1985), hlm. 19.
9

proses terjadinya kata yang berasal dari morfem dasar melalui perubahan
morfemis.8 Proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu
dengan morfem yang lainnya yang menjadi kata.9 Dengan demikian,
proses morfologi adalah proses pembentukan morfem menjadi kata yang
mengalami beberapa proses morfologi.

Parera mengungkapkan proses morfologi sebagai proses morfemis,


yaitu proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun
inflektif, proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna
leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar.10 Widdowson dalam
Farkhan mendefinisikan morfologi morphology as the study of the
structure of the words; of how morphemes operate in the process of
direvation and inflection.11 Berdasarkan pendapat tersebut, morfologi juga
dipahami sebagai ilmu yang mempelajari pembentukan kata yang
melibatkan proses derivasi (mengubah kelas kata) dan infleksi (tidak
mengubah kelas kata).

Menurut Abdul Chaer proses morfologi pada dasarnya adalah


proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan
afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi),
penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses
akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).12 Ahmad
dan Alek dalam buku Linguistik Umum membagi proses morfologi antara
lain: gramatikalisasi, afiksasi, reduplikasi, komposisi, modifikasi internal

8
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009), hlm.
68.
9
Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif,
(Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ketiga, 2010), hlm. 32.
10
Jos Daniel Parera, Morfologi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. Keempat,
2007), hlm.18.
11
Muhammad Farkhan, An Introduction To Linguistics, (Jakarta: UIN JAKARTA
PRESS, Cetakan 1, 2006), hlm. 51.
12
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. Pertama, 2008), hlm. 25.
10

dan suplisi, serta pemendekan. 13 Pembagian proses morfologi berdasarkan


pendapat Chaer dan Alek tidaklah jauh berbeda, yang membedakan adalah
Alek menambahkan modifikasi internal dan suplisi dalam proses
morfologi.

Ramlan mendefinisikan proses morfologi adalah proses


pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya
dan membagi proses morfologis menjadi tiga bagian yaitu proses
pembubuhan afiks, proses pengulangan dan proses pemajemukan. Ramlan
menambahkan bahwa proses perubahan zero juga termasuk proses
morfologis.14 Senada dengan Ramlan, Masnur Muslich membagi tiga
macam proses morfologi; 1) pembentukan kata dengan menambahkan
morfem afiks pada bentuk dasar; 2) pembentukan kata dengan mengulang
bentuk dasar; 3) pembentukan kata dengan menggabungkan dua kata atau
lebih bentuk dasar. 15 Berdasarkan pendapat di atas proses morfologi hanya
terbagi kepada tiga bagian yaitu afikasasi, reduplikasi dan komposisi. Jika
dibandingkan dengan pendapat Chaer dan Alek yang memasukkan
akronim sebagai salah satu proses morfologi, Muslich berpendapat bahwa
akronim atau pemendekan kata termasuk dalam pembentukan kata di luar
proses morfologi.

Proses morfologis membicarakan hubungan struktural antara


morfem-morfem, ada berbagai macam bentuk hubungan struktural antara
satu morfem dengan morfem lainnya, proses morfologis yang umumnya
tercatat dan berlangsung dalam hampir setiap bahasa dapat dibedakan atas

13
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009), hlm.
68-74.
14
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: PH. CV Karyono,
Cet. Ketujuh, 1985), hlm. 46-47.
15
Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ketiga, 2010), hlm. 35.
11

proses afiksasi, proses pergantian, proses reduplikasi/ulangan, dan proses


kosong (zero morphemes).16

Meski beberapa ahli di atas membagi bagian proses morfologi


secara berbeda, tetapi hanya istilahnya saja yang membedakan. Pada
hakikatnya, proses morfologi melibatkan bentuk dasar dengan
menggunakan alat pembentuk meliputi afiksasi (penambahan), reduplikasi
(pengulangan), komposisi (penggabungan), akromisasi (pemendekan) dan
konversi (pengubahan status), makna gramatikal, dan hasil proses
pembentukan yang membentuk kata baru.

Salah satu proses morfologi adalah afiksasi, yaitu proses


penambahan afiks untuk membentuk suatu kata. Afiks adalah sebuah
bentuk dan biasanya berupa morfem terikat.17 Definisi afiks berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk terikat yang apabila
ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan merubah makna
gramatikal (seperti prefiks, infiks, konfiks, atau sufiks); bentuk (atau
morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata imbuhan.18 Dengan
demikian, afiks merupakan salah satu morfem yang bersifat terikat, dan
jika ditambahkan dengan kata dasar maka akan terjadi perubahan makna.

Afiks merupakan satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata


merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki
kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain membentuk kata atau pokok
kata baru.19 Afiks dapat didefinisikan sebagai bentuk kebahasaan terikat
yang hanya mempunyai arti gramatikal yang merupakan unsur langsung
suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar yang memiliki

16
Jos Daniel Parera, Pengantar Linguistik Umum Bidang Morfologi Seri B, (Flores:
Penerbit Nusa Indah, 1977), hlm. 25.
17
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009),
hlm. 63.
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 14.
19
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: PH. CV Karyono, Cet.
Ketujuh, 1985), hlm. 50.
12

kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru.20 Lieber juga


21
mendefinisikan “afiks is a mophemes that cannot stand alone”. Maka
dapat disimpulkan, afiks menjadi morfem yang melekat pada bentuk dasar
kata, afiks bukan bagian dari kata dan bersifat terikat yang berarti tidak
dapat berdiri sendiri, selalu melekat dengan kata lain dan mempunyai
fungsi membentuk suatu kata baru.

Afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam bahasa,


proses ini terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubukan atau dilekatkan
pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus.22 Afiksasi adalah proses
penambahan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, dalam afiksasi
terlibat unsur-unsur dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal
yang dihasilkan. Muslich mengemukakan bahwa afiksasi ialah peristiwa
pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar
yang berupa suatu pokok kata.23 Jadi, afikasasi adalah proses pembubuhan
afiks pada sebuah bentuk dasar yang menghasilkan suatu makna
gramatikal.

Kridalaksana berpendapat afiksasi adalah proses yang mengubah


leksem menjadi kata kompleks dalam bahasa Indonesia yang kompleks,
afiks membentuk suatu sistem, sehingga kejadian kata dalam bahasa
Indonesia merupakan rangkaian proses yang berkaitan. Proses ini leksem
berubah bentuknya menjadi kategori tertentu sehingga status katanya
24
berganti ketegori, dan terkadang berubah maknanya. Seperti hal bentuk:
pelajar – pengajar, pesuruh – penyuruh, petinju – peninju dan petatar –
penatar.
20
Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif,
(Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Pertama, 2010), hlm. 41.
21
Rochelle Lieber, Introducting Morphology, (New York: Cambridge University Press,
Frist Published, 2010), hlm. 33.
22
Jos Daniel Parera, Morfologi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. Keempat,
2007), hlm. 18.
23
Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif,
(Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Pertama, 2010), hlm. 38.
24
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Utama, Edisi Kedua, 1996), hlm. 28.
13

3. Jenis afiks

Proses afiksasi merupakan satu proses yang paling umum dalam


bahasa, proses afiksasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan
atau dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus, dalam
bahasa Indonesia terdapat jenis afiks, yaitu:

a. Prefiks
Prefiks yaitu afiks yang diletakan di muka dasar. Contoh:
me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-. prefiks me- pada kata
menghibur.25 Prefiks adalah afiks yang diletakan di muka bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya mem-, di-, ber-, ke-, ter-,
se-, pem-, dan pe-/per.26 Parera juga menjelaskan bahwa prefiks
adalah pembubuhan morfem terikat terhadap morfem bebas dalam
bahasa Indonesia seperi per-, di-, ke-, me-, dan sebagainya. Dengan
demikan, pendapat Kridalaksana dan Ahmad mempunyai
kesamaan, namun prefiks menurut Parera tidaklah jauh berbeda,
Parera tidak menggunakan istilah prefiks, infiks, sufiks, konfiks
tetapi menggunakan istilah “Pembubuhan depan dengan morfem
terikat depan”.

b. Infiks
Infiks yaitu afiks yang diletakan di dalam dasar. Dalam
bahasa Indonesia terdapat tiga macam infiks yaitu: -el-, -er-, -em,
misalnya infiks –el pada kata telunjuk yang berasal dari kata
tunjuk, kata patuk+-el menjadi pelatuk, kata gilang+em menjadi.
pembubuhan tengah dengan morfem terikat tengah dapat
dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti: -er, -em-, dan –el.

25
Ibid., hlm. 28-29.
26
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: FITK PRESS, 2009),
hlm. 68-69.
14

gemilang dan kata suling yang diberi imbuhan –er- menjadi


seruling. 27

c. Sufiks
Sufiks yaitu afiks yang diletakan di belakang dasar. seperti:
-an, -kan, -i, -nya, -wati, -wan, -man, -isme, dan –isasi. Umpanya,
dalam bahasa Indonesia sufiks –an pada kata bagian, dan sufiks –
28
in seperti terdapat pada kata bagikan. Parera membagi jenis
sufiks lebih sedikit dibandingkan dengan Harimurti, yaitu sufiks
adalah pembubuhan akhir dengan morfem terikat akhir dapat
dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti: -kan, -i, -an, -wan.

d. Konfiks
Konfiks terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar
dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu
morfem terbagi. Dalam hal ini perlu kita bedakan antara konsep
konfiks dan kombinasi afiks. Konfiks adalah satu afiks dengan satu
makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks,
dan kemungkinan mengungkapkan makna gramatikal. Dalam
bahasa Indonesia setidak-tidaknya terdapat empat konfiks, yaitu
ke-...-an, pen-...-an, per-...-an, dan ber-...an. konfiks ini misalnya
29
melekat pada kata pengiriman, persahabatan, berhalangan.
Sedangkan Parera menggunakan istilah untuk konfiks yaitu
pembubuhan terbagi dengan morfem terikat terbagi, seperti ke-an,
per-an, ke-i, ber-an, dan sebagainya.

27
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Utama, Edisi Kedua, 1996), hlm. 28.
28
Ibid., hlm. 28.
29
Ibid., hlm. 28.
15

Berdasarkan proses pembentukannya, kata akan mengalami


perubahan makna dan golongan kata jika terjadi proses gramatik salah
satunya adalah afiksasi (proses penambahan afiks pada kata dasar).
Proses afiksasi ini menjadikan kata dasar berubah golongan ke
beberapa bentuk antara lain: verba, nomina dan ajektiva. Proses
pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata yang
lain di sebut nominalisasi, proses ini dapat terjadi salah satunya akibat
afiksasi.30 Seperti yang sudah dijelaskan pada subab sebelumnya yaitu
jenis-jenis afiks terdiri dari 9 afiks. Akan tetapi, dalam skripsi ini
penulis memusatkan hanya kepada prefiks, infiks, dan sufiks
pembentuk nomina menurut Kridalaksana. Yakni :

1) Sufiks –an
-an1 V → N „hasil‟
Catatan murid itu sangat rapi.
Tulisan anak itu tidak terbaca olehku.

-an2 A → N „hasil‟
Manisan Cianjur sangat disukai
Kami sangat menyukai asinan Bogor.

-an3 N → N „tempat (lokatif)‟

Tepian sungai itu semakin lama semakin menjorok


ke darat karena erosi arus yang deras.

Daratan negeri Belanda lebih rendah dari pada


permukaan laut.

Ruangan pesta itu dipenuhi oleh pasangan-pasangan


yang sedang berdansa.

-an4 V → N „tempat (lokatif)‟


Kuburan itu menyeramkan pada malam hari.

30
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
Cetakan Pertama, 1986), hlm. 70.
16

Jangan memberi tumpangan kepada orang yang


tidak dikenal.

Untuk menuju ke desa itu kita harus melelaui titian


yang sangat licin.

-an5 A → N „tempat (lokatif)‟


Lapangan tenis itu baru diresmikan kemarin.

-an6 N → N „hasil mengukur‟


takaran
Ibu membeli beras kiloan di pasar.
Di sini menjual kain meteran.

-an7 Num→ N „yang bernilai/jumlah‟


Untuk mengukur panjang kain digunakan satuan
meter.

Ribuan orang berkumpul di lapangan untuk


menghadiri rapat terbuka itu.

Sekarang banyak diterbitkan novel picisan.

-an8 N → N „frekuensi‟
waktu
Pabrik itu mempekerjakan buruh harian.
Ia mendapat gaji mingguan.

-an9 N → N „kolektif‟
takaran
Punya uang recehan?

Jangan membeli barang kodian meskipun harganya


murah.

Ibu membeli lusinan piring kertas untuk makan


dalam piknik besok.
Catatan:
Kata kodian mengandung makna peyoratif.
17

-an10 N → N „yang mempunyai‟


Kami sangat menyukai durian.

Indonesia telah memproduksi rambutan dalam


kalengan.

-an11 N → N „yang ditempatkan di‟


Kata makanan mempunyai akhiran –an.
Awalan me- mempunyai banyak makna.
Walaupun ia seorang bawahan, ia sangat rajin
bekerja.

-an12 V → N „apa yang di-‟


Di toko tersedia pelbagai jenis makanan.

Akhir-akhir ini minuman dalam botol besar sangat


digemari.

-an13 N → N „kolektif‟
Pasangan suami istri itu sedang menunggu
kelahiran anak mereka yang pertama.

Kawanan domba itu sedang digiring oleh gembala


itu menuju padang rumput yang hijau.

-an14 N → N „kegiatan yang bersangkutan dengan‟


Pesta Natalan biasanya dirayakan setelah hari Natal.

Keluarga itu mengadakan syukuran karena putra


mereka sudah sembuh dari sakit berat.

-an15 V → N „alat untuk‟


Anak-anak senang bermain di ayunan itu.

Garisan ini pecah, jadi tidak dapat dipakai untuk


mengukur.
18

2) Prefiks ke-
ke1- A → N „yang di + D + kan/i‟
Karena disiplin dan tanggung jawabnya yang tinggi,
ia diangkat menjadi ketua.

ke2- V → N „abstrak‟
Ia hanya melaksanakan kehendak orang tuanya.

ke3- V → N „orang yang di....‟


Kekasih hatinya telah pergi menghadap yang Maha
Kuasa.

3) Prefiks Pe1-

pe1- V → N (me- + V) „pelaku‟


telis
Di sepanjang jalan Malioboro banyak penjual
cindera mata.

Wakil presiden menjadi wakil pejabat presiden.

Penyanyi asal Bandung itu berhasil menjuarai


pemilihan bintang radio dan televisi 1987.

Pemangku lurah di desa ini belum ditunjuk.

pe2- V → N (me- + N) „pelaku‟


telis
Peninju wanita itu berhasil ditangkap.

pe3- V → N (me- + V) „alat (instrumentalis)‟


telis
Tongkat pemukul softball itu patah menjadi dua.

pe4- V → N (me- + N) „alat (instrumentalis)‟


telis
19

Siapa yang mematahkan penggaris ini, dia yang


harus menggantikannya.

Kau dapat membersihkan ruangan ini dengan


menggunakan alat penyapu lantai itu.

pe5- V → N (me- + N) „mempunyai kebiasaan


(habituatif)‟
telis
Ia seorang perokok berat.

pe6 - V → N (me- + V) „mempunyai kebiasaan


(habituatif)‟

Pemabuk itu menelantarkan keluarganya.


Peminum itu ditangkap polisi karena mengganggu
ketenangan masyarakat di sekitar rumahnya.

pe7- V → N (me- + V) „profesi‟


telis
Setelah lulus sekolah guru, ia menjadi seorang
pengajar sekolah dasar.

Kau kenal penulis buku tata bahasa yang sedang kau


baca ini?

pe8- V → N (me- + N) „profesi‟


telis
Suaminya seorang pelaut, oleh karena itu jarang ada
di rumah.

Penari itu sudah berhasil mendapat gelar sarjana.

Kata orang, nenek itu seorang penyihir.

pe 9- V → N (me- + V(+kan) „abstrak‟


telis
Bacalah penunjuk itu supaya tidak salah arah.
20

Catatan:

Bentuk perokok dan pelaut berasal dari bentuk antara merokok dan
melaut, bukan dari bentuk berokok dan berlaut.

Pendapat tidak berasal dari bentuk mendapat atau mendapatkan


melainkan proses pembentukan dari bentuk dasar.

pe- A N „orang yang mempunyai kedudukan,


propesi‟

Walaupun ia seorang penggede, hidupnya sangat


sederhana.

Massa mencemaskan para petinggi itu.

Ketika pembesar itu datang ke desa kami, semua


halaman rumah harus dibersihkan.

Penjahat yang sangat ditakuti itu sudah ditangkap


polisi.
Berapa besar gaji penjinak binatang buas itu?
4) Prefiks per-

per1- V N (ber-+N) „pelaku‟

Para pejalan kaki harus berjalan di tepi sebelah kiri.

R. A. Kartini adalah pejuang hak-hak wanita


Indonesia.

Pejabat yang curang sangat mengecewakan rakyat.

per2- V N (ber-+N) „profesi‟

Dulu ia seorang petinju yang ternama, sekarang


hanya beberapa orang saja yang masih
mengenalnya.

Ada 200 orang lebih petatar yang ikut serta dalam


penataran kali ini.

Mari kita bantu petugas ini menyelidiki perkara


yang rumit itu.
21

per3- V N (ber-+V) „profesi‟


atelis
Dilihat dari caranya berpakaian, apakah dia seorang
pelajar?

Kabarnya pertapa itu sudah bertapa selama puluhan


tahun.

per4- V N (ber-+V) „alat, yang ber- (instrumentalis)‟


atelis
perhatikan baik-baik petunjuk berikut ini.

5) Prefiks se-

se- N N „satu dan bersama-sama‟

Hasan sekantor dengan saya.


Paham yang dianutnya sealiran dengan paham saya.

Pak Suyudi dan Pak Maurits pernah seasrama.

Sekantornya ditraktirnya, ketika ia mendapat bonus.

6) Infiks –el-

-el1- A→ N „benda yang …‟

Anak itu sedang asyik bermain dengan gelembung-


gelembung sabun.

-el2- V→ N „alat (intrumentalis)‟

Jangan kau sentuh pelatuk pistol itu.

Telunjuk gadis itu luka tergores pisau.


22

-el3- N→ N „alat (instrumentalis)‟

Telapak tanganku selalu terasa panas setelah aku


mengiris cabai.

-el4- N→ N „kumpulan‟

Geligi anak itu sedang diperiksa oleh seorang dokter


gigi.

7) Infiks –er-

-er1- N → N „alat (instrumentalis)‟

Seruling itu terbuat dari bambu.

-er2- N → N „yang ber…‟

Gerigi gergaji itu sudah tumpul.

8) Sufiks –at

-at - „pelaku jamak feminin‟

Selamat datang kami sampaikan kepada para


hadirin dan hadirat.

Pada hari raya Lebaran orang-orang Kristen


mengucapkan selamat kepada kaum muslimin dan
muslimat.

9) Sufiks –si

-si N → Npelaku jamak (dasar + -us) „pelaku jamak‟


abs
Para kritisi film menganggap pilihan juri terhadap
film itu sebagai film terbaik masih perlu
dipertanyakan.

Mengapa para politisi di negara itu melempem saja?


23

10) Sufiks –ika

-ika - (penanda bidang ilmu)

Fisika adalah mata pelajaran yang paling tidak saya


senangi.

Kita harus memakai logika juga dalam mamutuskan


masalah ini, jangan hanya mengandalkan perasaan
saja.

11) Sufiks –in

-in - „pelaku jamak maskulin‟

Ketika Bapak Presiden memasuki ruangan, hadirin


diminta berdiri.

Setiap hari Jumat, para muslimin bersembahyang di


mesjid.

12) Sufiks –ir

-ir V→ N „pelaku‟

Para pemilik toko seharusnya menjalin hubungan


yang baik dengan para leveransir.

Para importir beras merasa keberatan dengan


dinaikkannya bea masuk.

13) Sufiks –ur

-ur1 V→ N „pelaku maskulin‟

Direktur P.T Abadi Jaya tidak hadir dalam rapat.

Yang bertugas sebagai inspektur upacara pada


tanggal 17 Agutus adalah Presiden Soeharto.
24

Redaktur majalah Sarinah menerima banyak surat.

-ur2 -„sistem‟

Usaha kaum komunis mendirikan diktaktur


proletariat digagalkan kaum sosialis.

Praktik sensur di negara itu gagal memberantas


ajaran-ajaran sesat.

14) sufiks-ris

-ris -pelaku feminin-

Direkteris perusahaan itu pintar lagi pula cantik.

Rebecca giling, aktris jelita dari australia


membintangi film seri return to eden.

Dia terpilih sebagai inspekteris dalam upacara


sumpah pemuda.

15) sufiks –us

-us -pelaku tunggal, orang yang bergerak dalam bidang‟

H.B jassin adalah kritikus sastra yang terkenal.

Ia ingin menjadi sorang politikus ulung

16) sufiks –isme

-isme1 -paham-

Aliran humanisme mengutamakan unsur


kemanusiaan.

Kapitalisme ditolak negara komunis.

Feodalisme sudah tidak sesuai lagi untuk zaman


sekarang.

Catatan: Bentuk ini dapat digunakan sebagai proleksem.


25

-isme2 -„kebiasaan atau gaya hidup yang kurang baik‟

Pemuda-pemuda kita menghadapai bahaya yang


datang dari individualisme, hedonisme, laikisme,
dan sekularisme.

Holandisme sudah tidak nampak dalam bahasa


Indonesia

17) sufiks-is (berhubungan dengan -isme)

-is -(dasar+isme)‟ orang yang bersangkutan dengan. .‟

Apakah kedudukan kaum kapitalis makin kuata


pada masa ini?

Pikirannya mencerminkan ia seorang feodalis.

18) sufiks –isasi

-isasi -„proses‟

Perusahaan yang bagkrut itu tidak mempunyai


investarisasi yang cukup.

Ia mengambil spesialisasi bidang kedokteran anak.

Ibu aktif dalam pelnagai organisasi dikantornya

19) sufiks-isida

-isida -„pembunuh‟

Fungisida digunakan untuk mengendalikan jamur.

Penyiangan itu dapat dilakukan dengan


menggunakan cat kimia yang terkenal dengan nama
herbisida.

Pengaruh sampingan dari insektisida itu terjadi


ketika pemberantasan malaria seang dilakukan
dengan besar-besaran.
26

20) sufiks –ita

-ita -„wanita‟

Dia seorang seniorita yang sangat cerewet selama


masa perpeloncoan.

Salah seorang rekanita kita akan pergi bertugas ke


daerah.

Madona adalah biduanita yang paling banyak


penggemarnya.

21) sufiks –or

-or - pelaku maskulin‟(dengan nuansa unggul)

Aktor terbaik yang mendapat piala citra pada tahun


1987 adalah Dedy Mizwar.

Anak yangberdasi biru itu terpilih menjadai


deklamator terbaik karena ia dapat membaca puisi
dengan baik.

Negara agresor itu dikutuk oleh dewan keamanan


PBB.

Koruptor yang sudah dihukum berat ini belum juga


jera.

Kudeta di asuncion telah menjatuhkan diktator


Alfredo Stroessner

Badan sensor ikut menyaring film-film video.

22) sufiks –tas

-tas –abstrak
27

Berenang merupakan salah satu aktivitas yang


digemari para remaja.

Kita harus menghadapi realitas hidup ini.

Kaulaitas barang ekspor di negara itu semakin


merosot.

Banyak universitas swasta Indonesia yang belum


memiliki status.

4. Media Cetak

Sejak awal mula pertumbuhannya media cetak mengalami banyak


perubahan baik dari sisi perwajahan, sopistikasi bahasanya, kualitas pesan-
pesannya, semua telah berubah sejalan dengan perubahan masyarakat dan
kemajuan teknologi pendukungnya.31 Perjalanan media cetak tidaklah
singkat, empat puluh tahun media cetak mengalami perjalanan yang cukup
panjang menuju pengabdian, kehidupan media cetak dipengaruhi oleh sisi
internal media cetak dan kondisi sistem politik, sistem kekuasaan, serta
kultur kekuasaan.32 Hal ini menjadikan media massa menjadi salah satu
media massa yang paling populer, media cetak merupakan media
komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak.33 Dengan demikian, media
cetak merupakan salah satu jenis media massa yang bersifat tertulis atau
tercetak, sebab perjalanan media cetak yang panjang menjadikan media
cetak menjadi media yang terpopuler di masyarakat.

Jenis media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam.


Secara garis besar, media cetak dapat dikelompokan sebagai surat kabar,
majalah dan tabloid, Asep Saiful Muhtadi dalam bukunya yang berjudul

31
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik, (Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, Cet. Pertama, 1999), hlm. 88.
32
Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet.
Pertama, 2005), hlm. 85.
33
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 28.
28

Jurnalisik Pendekatan Teori dan Praktik menjelaskan surat kabar atau


biasa disebut koran merupakan salah satu kekuatan sosial dan ekonomi
yang cukup penting dalam masyarakat, yang pada awal perkembangannya
surat kabar tumbuh secara bertahap mulai dari lembaran-lembaran kertas
yang dipublikasikan secara lokal, sampai jumlah halaman yang banyak
dan telah dipublikasikan secara internasional.34

Media cetak salah satunya surat kabar harus memiliki lima


orientasi yang ada dalam setiap penyajian berita, kelima orientasi adalah
(1) aktualisasi, mengacu pada keadaan yang sebenarnya; (2) publisitas,
yang mengacu pada penyampaian informasi kepada publik; (3)
periodesitas, yang mengacu pada konsistensi jadwal penerbitan; (4)
universalitas, yang mengacu pada keberagaman isi berita; dan (5)
dokumentatif, yang mengacu pada dokumentasi konkret dan dapat
didokumentasikan. Jika ditinjau dari proses penyajiannya, setiap jenis
media cetak sangat dipengaruhi oleh dua aspek penting, yaitu (a) aspek
bahasa yang bertumpu pada pemilihan dan pemakaian bahasa (seperti
pemakaian kata, frase, kalimat, paragraf) yang informatif dan efektif dan
(b) aspek lay out (tata letak), yang bertumpu pada desain atau tata letak
penyajian berita agar mengundang daya tarik. Sebagai hasil karya
jurnalistik, setiap informasi yang disajikan dalam media cetak harus
mengandung unsur kebenaran, kejelasan, keakuratan, dan daya tarik.35

5. Pengertian Kolom

Salah satu rubik khusus dalam surat kabar yaitu kolom, kolom
adalah sebuah rubik khusus di media massa cetak yang berisikan karangan
atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang
suatu masalah. Kolom dapat dikatakan mirip dengan artikel opini dan esai

34
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik, (Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, Cet. Pertama, 1999), hlm. 88.
35
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 30.
29

yang dimuat di surat kabar atau majalah. Hanya saja jika dicermati, gaya
penulisan kolom terlihat khas dan berbeda dengan artikel dan esai.36

Kurniawan Djunaedhie dalam Santana mendefiniskan kolom


adalah lajur pada surat kabar atau majalah, bisa juga berarti tulisan dalam
penerbitan pers yang menyoroti suatu masalah tertentu dengan gaya
bahasa yang bebas, bersifat subjektif, biasanya satiris, dan komis
37
mengenai politik, ekonomi, dan lain-lain. Kolom juga dapat
didefinisikan sebagai opini singkat seseorang yang lebih banyak
menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu topik atau
masalah yang berkembang masyarakat. Kolom merupakan cermin
pemikiran pribadi penulis dan sebagai pemaknaan subjektif tentang topik
atau masalah yang dibahas. Penulis kolom tidak harus jurnalis/wartawan,
siapa saja dapat menulis kolom.38

Dengan demikian, kolom adalah salah satu bagian dari media


massa, baik cetak maupun online kolom menjadi rubik khusus di media
cetak berisi tentang suatu masalah tertentu yang bersifat serius atau ringan,
meski demikian kolom mempunyai ciri khas tertentu dibandingkan dengan
rubik media cetak yang lain, yaitu cara penulisannya yang terlihat khas,
ditulis dengan bahasa yang ringan, dan bersifat subjektif.

Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada


bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup, kolom
langsung berisi tubuh tulisan, yakni berupa pengungkapan pokok bahasan
dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut.39 Sedia Willing Barus
juga menjelaskan kolom ditulis dengan gaya yang sangat ringan meski

36
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi
Buku, (Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009), hlm 33.
37
Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet.
Pertama, 2005), hlm. 59.
38
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 35.
39
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi
Buku, (Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009), hlm. 33.
30

masalah yang dibahas termasuk ke dalam masalah yang serius seperti


politik, ekonomi, sosial, kriminalitas dan sebagainya.40 Pendapat Kuncoro
dan Barus menguatkan bahwa kolom mempunyai ciri khas dalam
penulisannya salah satunya adalah kolom tidak mempunyai struktur seperti
lead, isi, dan penutup.

6. Bahasa Jurnalistik

Setiap bidang ilmu mempunyai tatabahasanya sendiri yakni


seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indera
dalam hubungannya dengan penggunaan media. Bahasa yang digunakan
oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik, bahasa pers
adalah salah satu ragam bahasa yang didasarkan pada bahasa baku, serta
memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa dan ejaan yang benar, meski
demikian bahasa jurnalistik tetap mengikuti perkembangan dalam
masyarakat.41 Sarwoko juga berpendapat bahwa bahasa Indonesia
Jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa Indonesia baku, yang
membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya, karena digunakan
sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan media
massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang
digunakan untuk keperluan lain.42

Bahasa jurnalistik disebut juga sebagai bahasa koran, bahasa


jurnalistik dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh wartawan dan
kebiasaan berbahasa yang dianut oleh insitusi media, selain itu bahasa
jurnalistik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:43

40
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2010), hlm. 148.
41
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, (Yogyakarta: Penerbit Media
Abadi, Cet. Kelima, 2004), hlm. 3.
42
Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. (Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET, Edisi 1, 2007), hlm. 1-2.
43
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 80.
31

1) Karena adanya keterbatasan ruang dan waktu yang dimiliki


oleh wartawan dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik dapat
membantu wartawan untuk menulis berita tanpa meninggalkan
unsur-unsur pokok dalam berita tersebut.
2) Karena mobilitas pembaca yang tinggi sehingga menjadikan
kepentingan pembaca media menjadi terbatas, banyak pembaca
hanya sekedar memperoleh informasi semata, tanpa mau
membaca berita seluruhnya. Dengan demikian, bahasa
jurnalistik yang lebih lugas dan informatif harus menjadi
acuan, khususnya dalam penyajian head line atau lead berita.
3) Karena pembaca bersifat universal sehingga bahasa jurnalistik
harus mudah dibaca oleh setiap orang dengan latar belakang
pendidikan dan tingkat intelektual yang minimal.

Bahasa dalam media cetak ibarat roh atau nyawa. Tanpa bahasa,
media cetak tidak akan bermakna apa-apa. Dalam UU Pokok Pers nomor
40 tahun 1999, wartawan memiliki kebiasaan dalam bebahasa. Akan
tetapi, karena keterbatasan media cetak, jurnalistik harus mempunyai ciri-
ciri, antara lain:44

1) Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari


penjelasan yang panjang dan bertel-tele.
2) Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang
diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya.
Menerapkan prinsip 5W+1H, pembuangan kata-kata adalah
mubazir dan lebih baik menerapkan ekonomi kata.
3) Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan
pengertia atau makna informasi secara langsung, dengan
menghindari bahasa yang berbunga-bunga.

44
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam pemberitaan, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
Edisi 1, 2005), hlm. 88.
32

4) Menarik, artinya menggunakan pilihan kata yang masih hidup,


tumbuh, dan berkembang. Hindari kata-kata yang sudah mati
(tak pernah lagi digunakan dalam masyarakat)
5) Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan
mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca).
Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau
pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan
bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu,
sepantasnya bahasa jurnalistk menggunakan kata-kata
bermakna denotatif (makna sebenarnya)

Ciri-ciri bahasa jurnalistik secara terperinci juga dipaparkan oleh


Suhaimin dan Ruli Nasrullah, terdapat 17 ciri utama bahasa jurnalistik
yang berlaku untuk semua media berkala (cetak dan online), yakni:45

1) Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilh kata atau
kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak
pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tigkat
intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan
psikografisnya.
2) Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point),
tidak bertele-tele, tiadk berputa-putar sehingga tidak
memboroskan waktu pembaca.
3) Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi, kalimat
yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi sedangkan
kalimat yang padat pasti mengandung banyak informasi.

45
Suhaemin dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, Cetakan 1, 2009), hlm. 11-17.
33

4) Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghidari
eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang
membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan
persepsi dan kesalahan konklusi.
5) Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan
kabur. Jelas susunan kata atau kalimat sesuai dengan kaidah
SPOK, jelas sasaran dan maksudnya.
6) Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus,
tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif
seperti prasangka atau fitnah.
7) Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian
khalayak pembaca, memicu selera baca. Bahasa jurnalistik
berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku.
8) Demokratis
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik
adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak
mengenal tingkatan, pangkat, kasta baik dari penulis maupun
pembaca.
9) Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang
terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di
mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.
10) Logis
Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat,
atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak
bertentangan dengan kala sehat. Bahasa jurnalistik harus dapat
34

diterima dan sekaligus mencerminkan nalar dan sesuai dengan


fakta.
11) Gramatikal
Bahasa jurnalistik harus mengikuti tata bahasa baku artinya
bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta
pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman
pembentukan istilah yang menyertainya.
12) Menghindarkan kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasanya digunakan dalam
percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur menekankan
pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah
struktur dan tata bahasa.
13) Menghindarkan kata dan istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau
pendengar harus mengetahui arti dan makna setiap kata yang
dibaca atau didengar. Berita atau laporan yang banyak diselipi
kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikasi juga
membingungkan.
14) Pilihan kata (diksi) yang tepat
Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata
jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, diksi digunakan
untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan tetapi juga gaya
bahasa dan pengungkapan.
15) Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh
khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif lebih
mempermudah pengertian dan memperjelas pemahaman.
Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan
pemahaman.
35

16) Menghindari kata atau istilah teknis


Karena ditujukan untuk pembaca umum, maka bahasa
jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca.
Istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas
tertentu yang bersifat homogen.
17) Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu tujuan utama pers adalah edukasi, mendidik. Fungsi
ini harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar dan
artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada
bahasanya.

Eni Setiati memaparkan ciri-ciri bahasa jurnalistik yang dilihat dari


segi penulisannya, seperti singkat, padat, lugas, menarik dan jelas.
Suhaemin dan Nasrullah menjelaskan secara rinci, selain ciri-ciri bahasa
jurnalistik yang dilihat dari segi penulisannya, bahasa jurnalistik perlu
mengutamakan penyajian tulisan dengan menggunakan pola kalimat
berjenis aktif, dapat dilihat pada ciri-ciri point ke-15. Kalimat aktif dalam
penyajian berita terbukti lebih mudah dipahami dan lebih disukai
pembaca, serta dapat memperjelas pemahaman pembaca.

Di samping itu, karena sifat pembacanya umum, penggunaan


kata/istilah teknis perlu diperhatikan, karena pada dasarnya kata/istilah
yang umum disajikan agar pembaca dapat memahami. Bahasa jurnalistik
juga harus tunduk dan patuh pada kaidah dan etika bahasa Indonesia yang
baku, penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah dan etika yang baku
tentu akan menjadikan perusahan penerbitan media lebih profesional dan
memiliki reputasi kuat di masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Untuk menguji kerelevanan penelitian, terdapat beberapa peneliti


yang sudah melakukan penelitian pada permasalahan yang sama,
diantaranya:
36

1. Siti Markamah, “Analisis afiksasi pembentuk verba dalam induk opini


surat kabar Pos Kota sebagai sumber belajar”.

Inti yang dibahas dalam skrispi ini adalah peneliti membahas


afiks-afiks yang membentuk verba (kata kerja) dalam induk opini surat
kabar yang digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, metode ini
menyelidiki fenomena kontemporer yaitu sedang berlangsung atau
telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan pengaruh yang
luas, kuat atau khususnya pada saat penelitian dilakukan. Pada skripsi
ini bersifat paparan, penulis menjabarkan penggunaan afiks yang
berfungsi sebagai pembentuk verba turunan dalam induk opini surat
kabar Pos Kota sehingga dapat ditentukan keuntungan dan kerugian
penggunaan penggunaan induk opini tersebut sebagai sumber belajar.

Perbedaan penelitian Siti Markamah dengan skripsi ini yaitu


pada subjek analisisnya, semua afiks pembentuk verba diteliti oleh Siti
Markamah, sedangkan penulis membahas afiks pembentuk nomina
terutama prefiks, infiks, dan sufiks.

2. Anggraini Prastikasari, “Afiksasi Pembentuk Verba dalam Teks Siswa


Kelas VIII di SMP Darul Muttaqien Jakarta Tahun Pelajaran
2013/2014”.

Inti skripsi ini membahas tentang penggunaan afiksasi


pembentuk verba pada teks berita siswa kelas VIII di SMPA Darul
Muttaqien Jakarta, untuk menganalisis datanya penulis menggunakan
pendekatan kualitatif dengan tekni pengumpulan data yaitu observasi,
yaitu dengan memberikan tes kepada siswa dan dianalasis berdasarkan
teori afiks pembentuk verba.
37

3. Yusuf Munandar, “Afiks Pembentuk Verba Bahasa Sunda”.

Skripsi yang ditulis Yusuf Munandar membahas tentang afiks,


kaidah yang digunakan dalam membentuk verba bahasa Sunda dalam
bentuk derivasional serta makna yang dikandung oleh afiks pembentuk
verba bahasa sunda dengan data penelitian bersumber dari informan
penutur asli bahasa Sunda. Munandar menggunakan metode cakap
simak dengan teknik rekam, teknik catat.

Fokus analisis yang dilakukan dalam penelitian Munandar


lebih luas yaitu pada afiks pembentuk verba dengan objek penelitian
informan pengguna bahasa Sunda. Sedangkan dalam skripsi ini, fokus
penelitiannya pada afiks pembentuk nomina dengan objek surat kabar
Pos Kota.

Berdasarkan tiga penelitian relevan yang telah dipaparkan, terdapat


beberapa perbedaan dengan penelitian penulis, antara lain: subjek yang
digunakan Markamah, Prastikasari, dan Munandar adalah afiks
pembentuk verba, dengan objek penelitiannya menggunakan teks
siswa dan informan pengguna. Namun, peneliti menggunakan subjek
afiks pembentuk nomina dengan objek surat kabar.

Dari hasil penelitian di atas, penulis merasa tertarik untuk


mengadakan penelitian dengan judul yang berbeda, tujuannya agar
menambah ilmu pengetahuan untuk kalangan akademika dan
masyarakat umum lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah teks berita kolom
Jakarta dalam surat kabar Pos Kota. Penulis menggunakan kolom Jakarta
karena ingin meneliti penggunaan afiks terutama prefiks, infiks, sufiks
pembentuk nomina yang terdapat dalam kolom tersebut.

B. Teknik Pengumpulan Data


Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik
simak catat karena yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks berita
pada kolom Jakarta surat kabar Pos Kota dengan menggunakan teknik
simak catat, peneliti mengumpulkan data, mempelajari data, dan
menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara menyimak dan
mencatat hasil analisis data yang kemudian dideskripsikan sesuai dengan
hasil analisis.

C. Desain dan Langkah Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah


metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, serta analisis yang digunakan
dalam penelitian kualitatif deskriptif-analitis yang berarti intrepretasi
terhadap isi dibuat dan disusun secara sistemik atau menyeluruh dan
sistematis.43

43
Nurul Zuhriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, Cet. Kedua, 2007), hlm. 92.

38
39

Samsudin dan Vismaia juga menjelaskan bahwa Pendekatan


kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temu-temuan tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungannya44 Dengan
demikian, karena kualitatif tidak menggunakan perhitungan dan angka
dan bersifat deskriptif-analitis. Maka penulis menggunakan metode
kualitatif deskriptif untuk menjelaskan permasalahan yang telah
dirumuskan dengan tujuan mengambil kesimpulan.

Penulis menggunakan metode penelitian dekriptif kualitatif karena


dalam penelitian ini penulis menganalisis dan mendeskripsikan
penggunaan afiks, terutama prefiks, infiks, dan sufiks pembentuk nomina
kolom Jakarta pada surat kabar Pos Kota. Oleh karena itu, penggunaan
metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis
data secara objektif berdasarkan fakta yang ditemukan.

Setelah mengumpulkan data dari kolom Jakarta, selanjutnya adalah


analisis data. Data dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti mengklasifikasikan bentuk-bentuk yang termasuk prefiks,


infiks, sufiks pembentuk nomina dalam kolom Jakarta Kota pada
surat kabar Pos Kota.
2. Mengidentifikasi kelas kata yang terdapat pada kata dasar yang
berimbuhan dengan prefiks, infiks, sufiks pembentuk nomina.
3. Mendeskripsikan proses afiksasi yang terdapat pada kata dasar
yang berimbuhan dengan prefiks, infiks, sufiks pembentuk nomina.
4. Mendeskripsikan pembentukan kata dan perubahan kelas kata yang
diakibatkan oleh prefiks, infiks, sufiks pembentuk nomina.
5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

44
Syamsuddin AR dan Vismaia S.Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Pertama, 2006), hlm. 73.
40

D. Teknik Analisis Data


Data pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Ciri
atau karakeristik penelitian kualitatif salah satunya adalah analisis data
dilakukan secara induktif, menurut Biklen;Lincoln dalam Guba dalam
Moleong: Nana Sudjanan dan Ibrahim; H.B Mustopo yang dimaksud
dengan analisis data dilakukan secara induktif adalah penelitian kualitatif
tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Analisis
data di dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data, dengan demikian temuan penelitian di lapangan yang
kemudian dibentuk ke dalam bangunan teori, hukum, bukan dari teori
yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan (induktif).45

Dalah satu penggunaan metode dalam penelitian kualitatif adalah


metode simak, yaitu cara memperoleh data yang dilakukan dengan
menyimak penggunaan bahasa, tidak hanya berkaitan dengan penggunaan
bahasa secara lisan tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis, metode
ini mempunyai teknik dasar berwujud teknik sadap dan diikuti dengan
teknik lanjutan yang berupa teknik catat.46 Karena peneliti menggunakan
data bahasa secara tertulis, maka peneliti hanya dapat menggunakan teknik
catat sebagai gandengan dari teknik simak. Dengan demikian, penulis
meyadap penggunaan bahasa pada data yang telah ditentukan kemudian
mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi data penelitian.

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis


morfologi, karena penelitian ini menganalisis kesalahan penggunaan afiks,
yang merupakan salah satu pembentuk kata.

45
Nurul Zuhria, Op.cit., hlm. 93.
46
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 92-93.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Afiks Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota


Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016
1. Prefiks Pe- Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota
Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016
a. Prefiks Pe- Bermakna ‘Profesi’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(1) “Pejabat pulau seribu harus bekerja cepat”

Kata jabat bermakna „memegang‟, verba menjabat


bermakna „memegang jabatan‟ sedangkan jabatan bermakna
„orang yang memegang jabatan‟. Nomina pejabat diturunkan dari
dasar jabat melalui verba menjabat. Kata pejabat mengalami
proses analogi karena prefiks pe- dari kata dasar jabat mempunyai
dua bentuk yaitu pejabat yang bermakna „memegang jabatan‟ dan
penjabat bermakna „memegang jabatan sementara‟

Pada kalimat (1) terdapat kata pejabat. Kata pejabat


merupakan nomina yang diturunkan dari kelas kata verba jabat
yang berimbuhan dengan prefiks pembentuk nomina pe-.
Penggunaan kata pejabat pada kalimat (1) tepat, karena kata
pejabat sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat (1) yang
mempunyai makna „para pegawai pemerintah yang memegang
jabatan penting di Pulau Seribu harus bekerja cepat‟

(2) “Petugas PPSU di kelurahan tersebut dijadwalkan piket


membersihkan sejumlah titik perayaan tahun baru”

41
42

Verba tugas mempunyai makna „yang wajib dikerjakan


atau yang ditentukan untuk dilakukan‟ melalui verba bertugas yang
bermakna „menjalankan tugas‟ dan ditambahkan sufiks pe-
bermakna „pelaku‟, sehingga menurunkan nomina petugas yang
mempunyai makna „orang yang bertugas‟

Pada kalimat (2) terdapat kata petugas, merupakan nomina


yang diturunkan dari verba tugas dan berimbuhan dengan prefiks
nomina pe- pembentuk nomina. Penggunaan kata petugas dalam
kalimat (2) tepat, karena sesuai dengan makna dan penggunaannya
dalam kalimat (2) yang mempunyai makna „orang yang bertugas
untuk melakukan pembersihan sisa perayaan tahun baru adalah
petugas PPSU (Penanganan Prasaran dan Sarana).

(3) “pedagang buah jualan di trotoar”

Nomina dagang bermakna „pekerjaan yang berhubungan


dengan menjual dan membei barang untuk memperoleh
keuntungan‟, verba berdagang bermakna „berjual beli‟ sedangkan
pedagang bermakna „orang yang kerjanya berdagang‟. Nomina
pedagang mengalami proses penurunan dari kata dasar jabat
melalui verba berdagang serta pembubuhan prefiks pe- bermakna
„profesi‟ dan menurunkan nomina pedagang.

Pada kalimat (3) terdapat kata pedagang. Kata pedagang


mempunyai makna „orang yang pekerjaannya berdagang untuk
mencari nafkah‟. Penggunaan kata pedagang dalam kalimat (3)
tepat, karena sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat (3)
yang mempunyai makna „orang yang pekerjaannya berdagang
buah berjualan di trotoar‟
43

(4) “pekerja melalukan finishing fly over tersebut”

Nomina pekerja bermakna „orang yang bekerja‟, nomina ini


mengalami penurunan dari kata dasar kerja bermakna „kegiatan
melakukan sesuatu‟ melalu verba bekerja „melakukan suatu
pekerjaan‟, sehingga menurunkan nomina pekerja.

Pada kalimat (1) terdapat pekerja, yang berasal dari verba


kerja berimbuhan dengan prefiks pe- bermakna „profesi‟ dan
menurunkan nomina pekerja. Penggunaan nomina pekerja pada
kalimat (1) tepat, karena sesuai dengan makna dan penggunaannya
dalam kalimat tersebut. Kalimat tersebut mempunyai makna „orang
yang dibayar pekerjaannya seperti buruh melakukan penyelesaian
fly over tersebut‟

(5) “hal ini terungkap saat kunjungan Pengurus Yayasan Karya


Bakti Ria Pembangunan yang diterima Walikota Jaktim”

Kata dasar urus bermakna „rawat; piara‟ pelihara‟ atur‟,


melalui verba mengurus yang bermakna „mengatur segala-galanya
(tentang suatu urusan atau hal dan bertanggung jawab mengenai
hal itu)‟ menurunkan nomina pengurus yang mempunyai makna
„orang yang mengurus‟.

Pada kalimat (5) terdapat kata pengurus, yaitu nomina yang


bermakna „orang-orang yang mengurus perkumpulan/organisasi‟.
Penggunaan kata pengurus pada kalimat (5) tepat, karena sesuai
dengan makna yang terdapat pada kalimat (5), yaitu „hal ini
terungkap saat kunjungan orang-orang yang mengurus Yayasan
Karya Bakti Ria Pembangunan yang diterima Walikota Jaktim‟
44

(6) “untuk merayakan tahun baru dengan dihibur berbagai hiburan


termasuk pelawak Opie”

Kata pelawak bermakna profesi „orang yang melawak‟,


nomina ini diturunkan dari adverbia lawak yang bermakna „lucu;
jenaka‟ melalui verba melawak yag mempunyai makna „berbuat
jenaka‟, yang akhirnya menurunkan nomina pelawak.

Penggunaan kata pelawak pada kalimat (6) adalah tepat


karena sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat di atas.
Kata pelawak berasal dari kata lawak yang diimbuhkan dengan
prefiks pe- bermakna „orang yang pekerjaannya melucu‟. Dengan
demikian, kalimat (6) mempunyai makna „untuk merayakan tahun
baru dengan dihibur berbagai hiburan termasuk orang yang suka
melucu yaitu Opie Kumis‟

(7) “Pengusaha Sunter Agung sumbang pemecah beton”

Nomina pengusaha mengalami proses penurunan dari


nomina usaha yang bermakna „kegiatan dengan mengerahkan
tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud‟ melalui
verba berusaha serta menambahkan prefiks pe-, sehingga
menurunkan nomina pengusaha.

Penggunaan kata pengusaha pada kalimat (7) tepat karena


sesuai makna dan penggunaannya. Pengusaha berasal dari kata
usaha yang diberi imbuhan pe- bermakna „profesi‟, sehingga
menghasilkan nomina pengusaha bermakna „orang yang berusaha
dalam bidang perdagang, industri dll‟. Dengan demikian, kalimat
(7) mempunyai makna „orang yang pekerjaannya dalam bidang
usaha/bisnis di wilayah Sunter Agung mengumbangkan pemecah
beton‟
45

(8) “350 pegawai Pemko Jakut antre nomer undian rusun”

Nomina pegawai bermakna „pekerja di kantor‟, nomina ini


diturunkan dari dasar nomina gawai yang bermakna „kerja‟ yang
dibubuhkan prefiks pe- bermakna „profesi‟ hingga akhirnya
menurunkan nomina pegawai.

Pada kalimat (8) terdapat kaya pegawai, kata pegawai


bermakna „pekerja di kantor‟. Penggunaan kata pegawai pada
kalimat (8) tepat karena sesuai makna dan penggunaannya dalam
kalimat (8) yakni mempunyai makna „350 orang yang bekerja di
kantor Pemko Jakut antre nomer undia rusun‟

b. Prefiks Pe- Bermakna ‘Alat Instrumentalis’ Sebagai


Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta
Edisi 2-31 Januari 2016

(9) “Ahok mengaku telah mengintruksikan BPKAD Heru Hartono,


untuk mencairkan deposito sebagai penunjang pelaksanaan
lelang”

Nomina penunjang bermakna „alat untuk menunjang‟,


nomina ini diturunkan lagsung dari verba menunjang yang
mempunyai makna „menopang‟ serta diberikan imbuhan awal pe-
dengan makna „alat untuk‟.

Penggunaan kata penunjang pada kalimat (9) tepat, karena


sesuai dengan makna yang terdapat di kalimat (9), yaitu „Ahok
mengaku telah mengintruksikan BPKAD Heru Hartono, untuk
mencairkan deposito sebagai dana untuk mempelancar kegiatan
pelaksaaan lelang‟
46

(10) Walikota Jakarta Utara menerima bantuan alat pemecah


beton dari warga Sunter Agung

Verba pecah mempunyai makna „terbelah menjadi


beberapa bagian‟, melalui verba memecah yang bermakna „menjadi
pecah-pecah‟ yang ditambahkan imbuhan awalan pe- bermakna
„alat instrumentalis‟, sehingga menurunkan nomina pemecah yang
mempunyai makna „alat pemecah‟

Pada kalimat (10) terdapat kata pemecah yang mempunyai


makna „alat pemecah‟. Penggunaan kata pemecah pada kalimat
(10) tepat, karena sesuai makna dan pengggunaannya. Dengan
demikian, kalimat (10) mempunyai makna „Walikota Jakut
menerima alat untuk memecahkan beton dari warga Sunter Agung‟

(11) “Kondisi ini dapat menjadi pemicu berkembangnya jentik-


jentik nyamuk”

Nomina pemicu merupakan nomina yang diturunkan dari


kelas kata verba memicu yang bermakna „menggerakan sesuatu
yang berakibat membahayakan‟, yang berimbuhan dengan prefiks
pe- pembentuk nomina, sehingga menurunkan nomina pemicu.

Penggunaan kata pemicu di kalimat (11) tepat, karena


nomina pemicu mempunyai makna „alat untuk menggerakan
sesuatu yang berbahaya‟ yang sesuai dengan makna kalimat di
atas. Sehingga, kalimat (11) mempunyai makna „kondisi ini
(lingkungan yang kotor) dapat menjadi alat yang merangsang
berkembangnya jentik-jentik nyamuk yang berbahaya‟
47

c. Prefiks Pe- Bermakna ‘Habituatif’ Sebagai Pembentuk


Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31
Januari 2016

(12) “Walaupun tak merokok, perokok pasif tetap berisiko


terkena kanker”

Nomina perokok bermakna „mempunyai kebiasaan


(habituatif), diturunkan dari kata dasar rokok bermakna „gulungan
tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun
nipah, kertas)‟, melalui verba merokok yang bermakna „menghisap
rokok‟ sehingga menurunkan nomina perokok yang mempunyai
makna „orang yang suka merokok‟.

Penggunaan kata perokok di kalimat (12) tepat, karena


nomina perokok mempunyai makna „orang yang mempunyai
kebiasaan merokok‟ yang sesuai dengan makna kalimat di atas.
Sehingga, kalimat (12) mempunyai makna „walaupun tidak
merokok. Orang yang suka mencium asap rokok dapat terkena
kanker”

(13) “penjangkauan IPWL mencapai 21.600 korban pecandu


narkoba yang dikooordinasikan di bawah Kemensos”

Nomina pecandu bermakna „mempunyai kebiasaan


penghisap candu‟, yang diturunkan melalui verba candu bermakna
„getah kuning pahit bewarna cokelat kekuning-kuningan yang
diambil dari buah Papaver somniferum, dapat mengurangi rasa
nyeri dan merangsang rasa kantuk serta menimbulkan rasa
ketagihan‟ dan berombuhan dengan prefiks pe- sebagai pembentuk
nomina bermakna „habitautif‟
48

Penggunaan kata pecandu di kalimat (13) tepat, karena


nomina pecandu mempunyai makna „orang yang ketagihan‟ yang
sesuai dengan makna kalimat di atas. Sehingga, kalimat (13)
mempunyai makna „penjangkauan IPWL mencapai 21.600 korban
pecaorang yang ketagihan narkoba yang dikooordinasikan di
bawah Kemensos”

d. Prefiks Pe- Bermakna ‘Pelaku’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(14) “petugas yang diserahkan ke kelurahan adalah penyapu


jalan dan pembersih saluran penghubung.

Nomina penyapu diturunkan dari kata dasar nomina sapu


bermakna „alat rumah tangga dibuat dari ijuk‟ melalui verba
menyapu yang bermakna „membersihkan dengan sapu‟, sehingga
menurunkan nomina penyapu yang mempunyai makna „orang yang
menyapu‟.

Pada kalimat (15) terdapat kata penyapu mempunyai makna


„orang yang menyapu‟, nomina ini diturunkan dari verba menyapu
yang berimbuhan dengan prefiks pembentuk nomina pe-.
Penggunaan kata penyapu pada kalimat (15) tepat, karena makna
kata penyapu sesuai dengan makna yang terdapat di dalam kalimat
(15) yaitu „petugas yang diserahkan ke kelurahan adalah orang
kerjaannya menyapu jalan dan membersihkan saluran penghubung‟

(15) “sedangkan, pihaknya hanya menjadi pengawas”

Nomina pengawas bermakna „orang yang mengawasi‟,


nomina ini mengalami proses penurunan dari kata dasar awas
49

bermakna „dapat melihat baik-baik‟ melalui verba mengawasi yang


bermakna „mengamati dan menjaga baik-baik‟.

Pada kalimat (15) terdapat kata pengawas yang mempunyai


makna „orang yang mengawasi‟, pengawas adalah kata nomina
yang diturunkan dari kata dasar awas dan berimbuhan dengan
prefiks pembentuk nomina pe-. Penggunaan kata pengawas pada
kalimat (15) tepat. alasannya, karena kata pengawas sesuai makna
dan penggunaannya dalam kalimat (15) yang mempunyai makna
„sedangkan, pihaknya hanya menjadi orang yang mangawasi‟

(16) “Pengendara” dilarang melintas di Jalan Layang Patai


Senayan”

Nomina pengendara yang bermakna „orang yang


mengendarai‟ ini diturunkan dari kata dasar nomina kendara
bermakna „kontruksi atau kendaraan yang dirancang untuk
perjalanan‟ melalui verba berkendara yang mempunyai makna
„duduk di atas sesuatu yang dinaiki, ditunggangi‟, diberi imbuhan
pembentuk nomina Pe- dan menghasilkan nomina pengendara.

Pada kalimat (16) terdapat kata pengendara bermakna


„orang yang mengendarai‟, yang diturunkan dari nomina kendara
yang berimbuhan dengan sufiks pembentuk nomina –an.
penggunaan kata kendaraan pada kalimat (16) tepat karena sesuai
dengan makna yang terdapat di kalimat (16), yaitu „orang yang
mengendarai motor dilarang melintas di Jalan Layang Patai
Senayan, karena Jalan Layang hanya diperuntukan untuk
kendaraan beroda 4‟
50

(17) “Keselamatan pengunjung merupakan prioritas pihak


manajemen Ancol”

Nomina pengunjung diturunkan dari kata dasar kunjung


melalui verba berkunjung bermakna „pergi datang untuk
menengok‟ serta dibubuhkan prefiks Pe- bermakna „pelaku‟,
sehingga menghasilkan nomina pengunjung yang mempunyai
makna „orang yang berkunjung‟.

Pada kalimat (17) terdapat kata pengunjung yang


mempunyai makna „orang yang mengunjungi‟, nomina pengunjung
diturunkan dari verba kunjung yang berimbuhan dengan prefiks
pembentuk nomina pe-. Penggunaan kata pengunjung pada kalimat
(17) tepat, karena kata pengunjung sesuai makna dan
penggunaannya dalam kaliat (17). Sehingga, kalimat (17)
mempunyai makna „keselamatan orang yang berkunjung
merupakan prioritas pihak manajemen Ancol‟

(18) “Peserta antusias mengikuti pelatihan teknik hidroponik”

Nomina peserta bermakna „orang yang ikut serta atau yang


mengambil bagian (misal dalam kongres, seminar, lokakarya, dan
pertandingan)‟, nomina ini mengalami penurunan dari dasar serta
melalui verba beserta dan penambahan prefiks pe- yang bermakna
„pelaku‟, hingga akhirnya menurunkan nomina peserta.

Nomina peserta pada kalimat (18) mempunyai makna


„orang yang ikut serta‟, penggunaan kata peserta sudah tepat
karena sesuai dengan makna yang tedapat dalam kalimat (18),
yaitu „orang yang ikut ikut serta dalam pelatihan hidroponik sangat
antusias‟
51

(19) “Pemilik kapal tradisional di Kabupaten Seribu harus


mengutamakan keselamatan penumpang”

Kata pemilik memiliki makna pelaku „orang yang


memiliki‟, proses penurunan nomina pemilik adalah dasar dari
milik melalui verba memilik kemudian menurunkan nomina
pemilik.

Penggunaan kata pemilik pada kalimat (19) sudah tepat,


karena sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat di atas.
Kata pemilik berasal dari kata miik yang diberi imbuhan pe-,
sehingga bermakna „orang yang memiliki‟. Dengan demikian,
kalimat (19) mempunyai makna „orang yang memiliki kapal
tradisional di Kabupaten Seribu harus mengutamakan keselamaran
penumpang”

(20) “Keselamatan pengunjung merupakan prioritas pihak


manajemen Ancol”
Nomina pengunjung diturunkan dari kata dasar kunjung
melalui verba berkunjung bermakna „pergi datang untuk
menengok‟ serta dibubuhkan prefiks Pe- bermakna „pelaku‟,
sehingga menghasilkan nomina pengunjung yang mempunyai
makna „orang yang berkunjung‟.

Pada kalimat (20) terdapat kata pengunjung yang


mempunyai makna „orang yang mengunjungi‟, nomina pengunjung
diturunkan dari verba kunjung yang berimbuhan dengan prefiks
pembentuk nomina pe-. Penggunaan kata pengunjung pada kalimat
(20) tepat, karena kata pengunjung sesuai makna dan
penggunaannya dalam kalimat (20). Sehingga, kalimat (20)
52

mempunyai makna „keselamatan orang yang berkunjung


merupakan prioritas pihak manajemen Ancol‟

(21) “Pemilik kapal tradisional di Kabupaten Seribu harus


mengutamakan keselamatan penumpang”

Kata penumpang memiliki makna pelaku „orang yang


menumpang‟, proses penurunan nomina penumpang adalah dasar
dari kata tumpang melalui verba menumpang kemudian
menurunkan nomina penumpang.

Penggunaan kata penumpang pada kalimat (21) sudah tepat,


karena sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat di atas.
Dengan demikian, kalimat (21) mempunyai makna „pemilik kapal
tradisional di Kabupaten Seribu harus mengutamakan keselamaran
orang yang menumpang kapalnya‟

(22) “tiga pemenang terbaik santri mengaku bersyukur dapat


memenangkan hadiah Rp.50jt”

Nomina pemenang mempunyai makna „orang yang


menang‟. Pembentukan nomina tersebut akibat adanya proses
penurunan dari verba menang yang bermakna „dapat mengalahkan
(musuh, lawan, saingan)‟ melalui verba memenangkan serta
ditambahkan imbuhan awalan Pe- bermakna „pelaku‟, sehingga
menurunkan nomina Pemenang.

Pada kalimat (22) terdapat kata pemenang, yang berasal


dari verba menang dan diberi sufiks pementuk nomina pe-,
sehingga menurunkan nomina pemenang. Penggunaan kata
53

pemenang dalam kalimat (22) tepat, karena sesuai makna dan


penggunaannya dalam kalimat (22) mempunyai makna „tiga orang
santri yang memenangkan perlombaan mengaku bersyukur
mendapatkan 50jt.

(23) “petugas yang diserahkan ke kelurahan adalah penyapu


jalan dan pembersih saluran penghubung.

Nomina pembersih, diturunkan dari kata dasar bersih


bermakna „bebas dari kotoran‟ dan melalui verba membersihkan
yang bermakna „membuat supaya bersih‟, dan menurunkan nomina
pembersih yang mempunyai makna „orang yang membersihkan.

Pada kalimat (23) terdapat kata pembersih mempunyai


makna „orang yang membersihkan‟, nomina ini diturunkan dari
adjektiva menyapu yang berimbuhan dengan prefiks pembentuk
nomina pe-. Penggunaan kata pembersih pada kalimat (23) tepat,
karena makna kata pembersih sesuai dengan makna yang terdapat
di dalam kalimat (23) yaitu „petugas yang diserahkan ke kelurahan
adalah penyapu jalan dan orang yang bertugas membersihkan
saluran penghubung‟

(24) “sedangkan, pihaknya hanya menjadi pengawas”

Nomina pengawas bermakna „orang yang mengawasi‟,


nomina ini mengalami proses penurunan dari kata dasar awas
bermakna „dapat melihat baik-baik‟ melalui verba mengawasi yang
bermakna „mengamati dan menjaga baik-baik‟.

Pada kalimat (24) terdapat kata pengawas yang mempunyai


makna „orang yang mengawasi‟, pengawas adalah kata nomina
yang diturunkan dari kata dasar awas dan berimbuhan dengan
54

prefiks pembentuk nomina pe-. Penggunaan kata pengawas pada


kalimat (24) tepat. Alasannya, karena kata pengawas sesuai makna
dan penggunaannya dalam kalimat (24) yang mempunyai makna
„sedangkan, pihaknya hanya menjadi orang yang mangawasi‟

(25) “Camat Kebayoran Baru mengingatkan kepada pemangku


kepentingan supaya meningkatkan kewaspadaan kawasan akan
DBD”

Nomina pemangku memiliki makna „orang yang


memangku‟, nomina ini diturunkan dari kata dasar pangku melalui
verba memangku. Penggunaan kata pemangku pada kalimat (25)
tepat, karena pemangku mempunyai makna „pengelola‟ yang sesuai
dengan makna dan penggunaannya dalam kalimat (25), yaitu
„Camat Kebayoran Baru mengingatkan kepada pengelola
kepentingan seperti kepala RT/RW untuk meningkatkan
kewaspadaan wilayah dari DBD‟

(26) “masih ada 6000 pengembang yang belum menyerahkan


fasos fasum”

Verba kembang bermakna „buka lebar‟, melalui verba


mengembang yang bermakna „melebar‟ serta dibubuhkan prefiks
pe- bermakna „pelaku‟, sehingga menurunkan nomina
pengembang yang mempunyai makna „orang yang
mengembangkan‟.

Penggunaan kata pengembang pada kalimat (26) tepat,


karena sesuai makna dan penggunaannya pada kalimat (26) yang
mempunyai makna „masih ada 6000 perusahaan yang melakukan
kegiatan pengadaan dan pengelolahan tanah dan pengadaan
55

bangunan untuk dijual/disewakan belum menyerahkan fasos fasum


(fasilitas sosial & fasilutas umum)‟

2. Prefiks Se- Bermakna ‘Satu/Sama’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(1) “pesertanya ada 20 orang, terdiri dari putra-putri dan


pelaksanaannya kita lakukan sehari pada 23 November 2015”

Nomina sehari mempunyai makna „satu hari‟. Nomina ini


mengalami proses penurunan langsung dari kata dasar hari yang
bermakna „waktu dari pagi sampai pagi lagi‟ dan diberikan imbuhan
awal se- bermakna „satu‟, sehingga menurunkan nomina sehari.

Penggunaan kata sehari pada kalimat (1) tepat, karena nomina


sehari mempunyai makna „satu hari‟, yang sesuai dengan makna yang
terkandung di dalam kalimat (1) yaitu „peserta ada 20 orang yang terdiri
dari putra-putri dan pelaksaan acaranya panitia lakukan satu hari pada
23 November 2016‟

(2) Kewajiban menggunakan seragam sekolah telah menjadi bagian


tata tertib sekolah dan dilaksanakan secara ketat

Nomina seragam bermakna „sama ragam atau satu ragam‟,


diturunkan dari kata dasar ragam bermakna „jenis‟. Penggunaan kata
seragam pada kalimat (2) tepat, karena nomina seragam mempunyai
makna „satu ragam/satu jenis‟, yang sesuai dengan makna yang
terkandung di dalam kalimat (2) yaitu „kewajiban menggunakan baju
sekolah yang sama ragamnya telah menjadi bagian tata tertib sekolah
dan dilaksanakan secara ketat‟
56

(3) “ratusan bangunan dibongkar setahun lebih‟

Nomina setahun mempunyai makna „satu tahun‟ ini diturunkan


langsung dari nomina tahun yang mempunyai makna „masa yang
lamanya dua belas bulan‟ yang diberikan imbuhan awal Se- bermakna
„satu‟.
Penggunaan kata setahun pada kalimat (3) tepat, karena nomina
setahun mempunyai makna „satu tahun‟, yang sesuai dengan makna
yang terkandung di dalam kalimat (3) yaitu „ratusan bangunan
dibongkar satu tahun lebih‟

3. Sufiks -an Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota


Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016
a. Sufiks -an Bermakna ‘Hasil’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(1) “Kemendagri akan langsung tidaklanjuti dengan melakukan


penyesuaian anggaran”

Nomina anggaran diturunkan dari verba menganggar. Verba


anggar bermakna „mengira-ngira‟ dan anggaran bermakna „hasil
mengira-ngira‟, keduanya memiliki kedekatan secara semantik.

Penggunaan sufiks pembentuk nomina -an pada kata anggaran


sudah tepat. karena nomina anggaran mempunyai makna „perkiraan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas‟ yang sesuai dengan makna
dan penggunaannya di dalam kalimat (1), yang bermakna „Kemendagri
akan langsung tindaklanjuti dengan melakukan peyesuaian perkiraan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas yang telah direncanakan‟

(2) “kita akan rapikan dan sesuaikan dengan koreksian dan rekomendasi
Kemedagri”
57

Nomina Koreksi bermakna „pembentulan‟ melalui verba


mengoreksi bermakna „membetulkan (memperbaiki) kesalahan‟,
menurunkan nomina koreksian yang bermakna „hasil mengoreksi‟.

Pada kalimat (2) terdapat kata koreksian. Kata koreksian


merupakan nomina yang mempunyai makna „hasil dari membetulkan,
memeriksa, dan merapikan‟. Penggunaan nomina koreksian pada
kalimat (2) tepat, karena sesuai makna dan penggunaannya dengan
kalimat (2) yang mempunyai makna „kita akan rapikan dan sesuaikan
dengan hasil yang yang telah diperiksa dan rekomendasi Kemendagri‟

(3) “pantauan di lokasi, sebagian tukang masih memasang keramik”

Nomina Pantauan bermakna „hasil memantau‟, nomina ini


diturunkan dari verba memantau, yakni „menengok‟.

Pada kalimat (3) terdapat kata pantauan yang bermakna „hasil


memantau‟, penggunaan kata pantauan ini tepat karena sesuai dengan
makna dan penggunaan dalam kalimat (3) yang mempunyai makna
„hasil memantau di lokasi, sebagian tukang masih memasang keramik‟.

(4) “Dinas Pendidikan akan merekomendasikan ke gubernur untuk


menindaklanjuti temuan tersebut”

Nomina temuan bermakna „hasil memikirkan dan melakukan


percobaan‟, nomina ini diturunkan dari verba menemukan bermakna
„mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya‟.

Pada kalimat (4) terdapat kata temuan yang merupakan bentuk


nomina bermakna „hasil melakukan percobaan‟. Penggunaan kata
temuan pada kalimat (4) tepat, karena sesuai makna dan
penggunaannya. Dengan demikian, kalimat (4) mempunyai makna
58

„Dinas Pendidikan akan merekomendasikan ke gubernur untuk


mengambil tindakan berupa langkah-langkah atas hasil melakukan
percobaan tersebut‟

(5) “beberapa tanaman hidroponik juga dikembangkan di permukiman


warga”

Verba tanam, mempunyai makna „melakukan pekerjaan tanam-


menanam‟ melalui verba menanam dan diberi imbuhan –an bermakna
„hasil‟ sehingga menurunkan nomina tanaman yang bermakna „hasil
menanam‟.

Pada kalimat (5) terdapat kata tanaman yang bermakna „apa


yang ditanam‟. Penggunaan kata tanaman pada kalimat (5) sudah tepat
karena sesuai makna dan penggunaannya. Dengan demikian, kalimat
(5) mempunyai makna „beberapa yang ditanam dengan cara hidroponik
(budidaya menanam dengan memanfaatkan air dan tidak menggunakan
tanah) juga dikembangkan di permukiman warga‟

(6) “kita akan rapikan dan sesuaikan dengan koreksian dan rekomendasi
Kemedagri”

Nomina Koreksi bermakna „pembentulan‟ melalui verba


mengoreksi bermakna „membetulkan (memperbaiki) kesalahan‟,
menurunkan nomina koreksian yang bermakna „hasil mengoreksi‟.

Pada kalimat (6) terdapat kata koreksian. Kata koreksian


merupakan nomina yang mempunyai makna „hasil dari membetulkan,
memeriksa, dan merapikan‟. Penggunaan nomina koreksian pada
kalimat (6) tepat, karena sesuai makna dan penggunaannya dengan
kalimat (6) yang mempunyai makna „kita akan rapikan dan sesuaikan
dengan hasil yang yang telah diperiksa dan rekomendasi Kemendagri‟
59

(7) “acara panggung hiburan rakyat berlagsung meriah”

Nomina hiburan mengalami proses penurunan dari verba hibur,


menghibur yang bermakna ;menyenangkan dan menyejukkan hati yang
susah‟ dibubuhkan sufuks –an bermakna „hasil‟, sehingga menurunkan
nomina hiburan yang mempunyai makna „sesuatu atau perbuatan yang
dapat menghibur hati (melupakan kesedihan dsb)‟.

Penggunaan kata hiburan pada kalimat (7) tepat. Karena, kata


hiburan yang mempunyai makna „sesuatu yang dapat menghibur hati‟
sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat di atas. Dalam kalimat
(7) mempunyai makna „acara panggung yang diadakan untuk
menghibur hati rakyat berlangsung meriah‟

(8) “kontraktor juga harus memberikan uang jaminan senilai pekerjaan


yang belum dilaksanakan”

Nomina jaminan mempunyai makna „tanggungan atas pinjaman


yang diterima‟, nomina ini mengalami proses penurunan dari verba
jamin yang bermakna „menanggung (tt keselamatan, ketulenan,
kebenaran dari orang, barang, harta benda, dsb) yang dibubuhkan sufiks
–an dan menurunkan nomina jaminan.

Penggunaan kata jaminan pada kalimat (8) sudah tepat karena


sesuai makna dan penggunaannya. Dengan demikian, kalimat (8)
mempunyai makna „uang tanggungan yang harus diberikan kontraktor
senilai pekerjaan yang belum diselesaikan‟

(9) “kami menargetkan semua kegiatan fisik dan bina sosial temasuk
laporan pertanggungjawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung”
60

Nomina laporan bermakna „hasil melaporkan‟. Pembentukan


nomina ini terjadi karena adanya proses penurunan dari verba lapor
yang diberi imbuhan akhir –an bermakna „hasil‟.

Pada kalimat (9) terdapat nomina laporan, bermakna „segala


sesuatu yang dilaporkan/berita‟. Penggunaan kata laporan pada kalimat
(9) sudah tepat, karena sesuai dengan makna dan penggunaannya dalam
kalimat (9) yang mempunyai makna „kami menargetkan semua
kegiatan fisik dan bina sosial termasuk hasil laporan pertanggung
jawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung‟

(10) “kondisi bangunan SMPN 37 Jakarta diperbaiki total sejak 2013”


Nomina bangunan bermakna „sesuatu yang dibangun‟, diturunkan
dari verba membangun. Pada kalimat (10) terdapat kata bangunan yang
bermakna „sesuatu yang dibangun seperti gedung dan rumah‟.
Penggunaan kata bangunan pada kalimat (10) tepat, karena sesuai
dengan makna dan penggunaannya. Dengan demikian, kalimat (10)
mempunyai makna „kondisi gedung SMPN 37 Jakarta diperbaiki total
sejak 2013‟

(11) “hal ini terungkap saat kunjungan Pengurus Yayasan Karya Bakti
Ria Pembangunan yang diterima Walikota Jaktim”

Nomina kunjungan diturunkan dari kata dasar kunjung melalui


verba mengunjungi. Verba kunjung bermakna „datang untuk
menjumpai‟, mengunjungi bermakna „mendatangi untuk menjumpai‟
sedangkan nomina kunjungan bermakna „hasil mengunjungi‟.

Pada kalimat (11) terdapat kata kunjungan, yaitu nomina yang


bermakna „hasil mengunjungi‟. Penggunaan kata kunjungan pada
kalimat (11) tepat, karena sesuai dengan makna yang terdapat pada
61

kalimat (11), yaitu „hal ini terungkap saat hasil kunjungan orang-orang
yang mengurus Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan yang diterima
Walikota Jaktim‟

b. Sufiks -an Bermakna ‘apa yang di-’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(12) “mereka mempertanyakan pasokan air bersih”

Nomina pasokan bermakna „yang dipasokan‟, nomina ini


mengalami proses penurunan dari nomina pasok melalui verba
memasok yang bermakna „mengadakan persediaan‟ kemudian
menurunka nomina pasokan.

Penggunaan kata pasokan kalimat (12) sudah tepat, karena kata


pasokan mempunyai makna „apa yang dipasok‟ yang sesuai makna dan
penggunaannya dalam kalimat (12) yaitu mempunyai makna „mereka
mempertanyaka air besih yang dipasok/disalurkan‟

(13) “sampah kebanyakan bekas makanan dan minuman”

Nomina Makanan bermakna „segala sesuatu yang dapat


dimakan (spt panganan, lauk-pauk, kue), nomina ini mengalami
penurunan yang berasal dari verba makan yang bermakna „memasukan
makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya‟
dibubuhkan imbuhan –an kemudian menurunkan nomina makanan.

Pada kalimat (13) terdapat kata makanan mempunyai makna


„sesuatu yang dimakan‟. Penggunaan kata makanan dalam kalimat (13)
tepat karena sesuai dengan makna dan penggunaannya pada kalimat
(13). Dengan demikian, kalimat (13) mempunyai makna „lebih banyak
sisa sampah terdiri dari sesuatu yang telah dimakan dan diminum
seperti gelas dan bungkusan makanan‟
62

(14) “tumpukan pasir dan batu bikin mampet saluran”

Nomina tumpukan bermakna „barang yang ditumpuk‟ ini


diturunkan lagsung dari nomina tumpuk yang bermakna „longgok
(timbunan sesuatu) yang tidak berapa banyak‟ dan sufiks –an.

Kata tumpukan pada kalimat (14) bermakna „kolektif‟, kolektif


adalah bersama-sama dan tidak dapat dipisahkan. Penggunaan kata
tumpukan pada kalimat (14) sudah tepat, karena sesuai dengan makna
dan penggunaannya.

(15) “kami menargetkan semua kegiatan fisik dan bina sosial temasuk
laporan pertanggungjawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung”

Nomina laporan bermakna „segala sesuatu yang dilaporkan‟.


Pembentukan nomina ini terjadi karena adanya proses penurunan dari
verba lapor yang diberi imbuhan akhir –an bermakna „apa yang di-‟.

Pada kalimat (15) terdapat nomina laporan, bermakna „segala


sesuatu yang dilaporkan/berita‟. Penggunaan kata laporan pada kalimat
(15) sudah tepat, karena sesuai dengan makna dan penggunaannya
dalam kalimat (15) yang mempunyai makna „kami menargetkan semua
kegiatan fisik dan bina sosial termasuk hasil laporan pertanggung
jawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung‟

(16) “kami menargetkan semua kegiatan fisik dan bina sosial temasuk
laporan pertanggungjawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung”
Nomina laporan bermakna „segala sesuatu yang dilaporkan‟.
Pembentukan nomina ini terjadi karena adanya proses penurunan dari
verba lapor yang diberi imbuhan akhir –an bermakna „apa yang di-‟.
63

Pada kalimat (16) terdapat nomina laporan, bermakna „segala


sesuatu yang dilaporkan/berita‟. Penggunaan kata laporan pada kalimat
(16) sudah tepat, karena sesuai dengan makna dan penggunaannya
dalam kalimat (16) yang mempunyai makna „kami menargetkan semua
kegiatan fisik dan bina sosial termasuk hasil laporan pertanggung
jawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung‟

(17) “beberapa tanaman hidroponik juga dikembangkan di permukiman


warga”

Verba tanam, mempunyai makna „melakukan pekerjaan tanam-


menanam‟ melalui verba menanam dan diberi imbuhan –an bermakna
„hasil‟ sehingga menurunkan nomina tanaman yang bermakna „hasil
menanam‟.

Pada kalimat (17) terdapat kata tanaman yang bermakna „apa


yang ditanam‟. Penggunaan kata tanaman pada kalimat (17) sudah tepat
karena sesuai makna dan penggunaannya. Dengan demikian, kalimat
(17) mempunyai makna „beberapa yang ditanam dengan cara
hidroponik (budidaya menanam dengan memanfaatkan air dan tidak
menggunakan tanah) juga dikembangkan di permukiman warga‟

(18) “sampah kebanyakan bekas makanan dan minuman”

Sama halnya seperti nomina makanan, nomina minuman yang


mengalami penurunan yang berasal dari verba minum yang bermakna
„memasukan air (atau benda cair) ke dalam mulut dan meneguknya‟
diberi sufiks –an dan menurunkan nomina minuman yang bermakna
„barang yang diminum‟.

Pada kalimat (18) terdapat kata minuman mempunyai makna


„sesuatu yang diminum‟. Penggunaan kata minuman dalam kalimat (18)
64

tepat karena sesuai dengan makna dan penggunaannya pada kalimat


(18). Dengan demikian, kalimat (18) mempunyai makna „lebih banyak
sisa sampah terdiri dari sesuatu yang telah dimakan dan diminum
seperti gelas dan bungkusan makanan‟

c. Sufiks -an Bermakna ‘Lokatif’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam


Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(19) “kata gubernur, pelayanan terhadap masyarakat di lingkungan


Pemprov DKI pada tahun ini akan lebih baik”

Nomina lingkungan memiliki makna lokatif atau tempat yang


bermakna „daerah (kawasan dsb) yang termasuk wilayah di
didalamnya‟, nomina ini mengalami proses penurunan dari verba
lingkung yang bermakna „memberi batas (pagar)‟ dan diberi imbuhan –
an yang bermakna lokatif atau tempat.

Pada kalimat (19) terdapat kata lingkungan. Lingkungan


merupakan nomina yang mempunyai makna „bagian wilayah yang
merupakan lingkungan kerja dalam pelaksanaan pemerintahan‟,
penggunaan kata lingkungan pada kalimat (19) tepat, karena kata
lingkungan sesuai makna dan penggunaannya dengan kalimat (19) yang
mempunyai makna „kata gubernur, pelayanan terhadap masyarakat di
wilayah kerja pemerintahan Pemprov DKI pada tahun ini akan lebih
baik‟

(20) “Rustam Effendi, saat meninjau saringan sampah di saluran


pengubung (Phb)”

Nomina ini diturunkan dari verba salur, menyalurkan yang


bermakna „mengalirkan; mengarahkan‟ dan ditambahkan imbuhan
65

akhir –an yang mempunyai makna tempat sehingga menghasilkan


nomina saluran yang mempunyai makna „aliran‟.

Penggunaan kata saluran pada kalimat (20) sudah tepat karena


sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat (20) yang mempunyai
makna „Rustam Effeni saat meninjau saringan sampah di aliran
penghubung‟

(21) “genangan ini terjadi akibat sistem drainase yang berada di sekitar
tidak berfungsi dengan baik”

Nomina genangan memiliki makna lokatif atau tempat, nomina


ini mengalami proses penurunan dari verba genang, bergenang yang
bermakna „berhenti mengalir‟ dan diberi imbuhan –an.

Pada kalimat (21) terdapat kata genangan. Kata genangan


merupakan nomina yang diturunkan dari verba genang dan sufiks
pembentuk nomina –an. Penggunaan kata genangan dalam kalimat (21)
sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat (21) yang mempunyai
makna „suatu tempat yang airnya tidak mengalir diakibatkan karena
sistem drainase tidak berfungsi dengan baik‟

(22) “Tepat pukul 06.30, ratusan siswa dari kelas VIII-IX dengan
berseragam putih biru berkumpul di lapangan untuk mengikuti
upacara”

Nomina lapangan bermakna „tempat atau tanah yang luas


(biasanya rata), nomina ini mengalami proses penurunan dari adjektiva
lapang yang mempunyai makna „lebar‟ dan diberi imbuhan –an yang
bermakna lokatif atau tempat.
66

Penggunaan kata lapangan dalam kalimat (22) sesuai makna dan


penggunaannya dalam kalimat (22) yang mempunyai makna „Tepat
pukul 06.30, ratusan siswa dari kelas VIII-IX dengan berseragam putih
biru berkumpul di tempat yang lapang untuk mengikuti upacara‟

(23) “seluruh siswa kembali ke ruangan kelas untuk belajar seperti


biasa”

Nomina ruangan bermakna „tempat yang lega‟, nomina ini


diturunkan langsung dari nomina ruang yang bernakna „sela-sela antara
dua (deret) tiang atau empat tiang (di bawah kolong rumah)‟.
Penggunaan kata ruangan dalam kalimat (23) sesuai makna dan
penggunaannya dalam kalimat (23) yang mempunyai makna „seluruh
siswa kembali ke tempat yang luas seperti kelas untuk belajar seperti
biasa”

d. Sufiks -an Bermakna ‘Kolektif’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(24) “Walikota Jakpus, Mangara Pardede, bersama rombongan saat


meninjau RPTRA Borobudur di Malang”

Nomina romobongan yang bermakna „sekumpulan orang‟


merupakan turunan dari kata rombong yang diberi sufiks –an.
Penggunaan kata rombongan pada kalimat (24) digunakan secara tepat,
karena kata rombongan merupakan kelas nomina yang mempunyai makna
„sekelompok orang yang sama-sama bekerja dan bepergian‟ yang sesuai
makna dan penggunannya dengan kalimat (24), yaitu kalimat tersebut
mempunyai mempunyai makna „Walikota Jakpus, Mangara Pardede,
bersama sekelompok orang yang bekerja dengannya saat meninjau RPTA
Borobudur di Malang‟
67

(25) “tumpukan pasir dan batu bikin mampet saluran”

Nomina tumpukan bermakna „barang yang ditumpuk‟ ini


diturunkan lagsung dari nomina tumpuk yang bermakna „longgok
(timbunan sesuatu) yang tidak berapa banyak‟ dan sufiks –an.
Penggunaan kata tumpukan pada kalimat (25) sudah tepat, karena sesuai
dengan makna dan penggunaannya.

(26) “pasangan suami istri Arta (53) dan Sari (56) warga Cilincing
mengaku kecewa dengan layanan kartu BPJS”

Sufiks –an pada nomina pasangan bermakna „kolektif/ bersama-


sama/ gabungan‟. Nomina pasangan diturunkan dari nomina pasang yang
bermakna „dua orang, laki-laki dan perempuan atau dua binatang, jantan
betina‟ yang diberi imbuhan akhir –an dan menghasilkan nomina
pasangan.
Penggunaan kata pasangan pada kalimat (26) digunakan secara
tepat, karena kata pasangan merupakan kelas nomina yang mempunyai
makna „dua orang, laki-laki dan perempuan‟ yang sesuai makna dan
penggunannya dengan kalimat (26), yaitu kalimat tersebut mempunyai
mempunyai makna „dua orang laki laki dan perempuan, suami istri Arta
(53) dan Sari (56) warga Cilincing mengaku kecewa dengan layanan kartu
BPJS‟

e. Sufiks -an Bermakna ‘Alat Untuk’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(27) “tujuan utama adanya ERP adalah untuk alat kontrol jumlah
kendaraan”
68

Nomina kendaraan bermakna „sesuatu yang digunakan untuk


dikendarai atau dinaiki (spt kuda, kereta, mobil)‟. Pembentukan nomina ini
terjadi karena adanya proses penurunan dari nomina kendara yang diberi
imbuhan akhir –an.

Penggunaan kata kendaraan dalam kalimat (27) sudah tepat. Kata


kendaraan merupakan nomina yang mempunyai makna „alat untuk
berkendara seperti motor/mobil‟ sesuai makna dan penggunaanya di dalam
kalimat (27) Sehingga, dalam kalimat di atas menghasilkan makna „ERP
atau sistem jalan berbayar elektronik mempunyai tujuan yaitu mengotrol
jumlah alat yang dipakai masyarakat untuk berkendaraan seperti mobil‟

(28) “7 angkutan umum dikandangkan”

Nomina angkutan mengalami proses penurunan dari verba angkut


yang bemakna „angkat; bawa; muat‟ dibubuhkan sufiks –an bermakna
“apa yang di-‟ kemudian menurunkan nomina angkutan yang mempunyai
makna „barang-barang (orang-orang dsb) yang diangkut‟.

Pada kalimat (28) terdapat kata angkutan. Penggunaan kata


angkutan dalam kalimat (28) sudah tepat, karena makna dari kata
angkutan sesuai dengan makna yang terdapat di kalimat (28), yaitu „7 alat
untuk mengangkut manusia secara umum seperti kopaja dan bus
diamankan‟

(29) “Walikota Jakarta Timur memberikan bantuan dana yang akan


diterima oleh ketua panitia pembangunan Musola Al-Ikhlas”

Nomina bantuan mengalami proses penurunan dari verba tolong


yang bermakna „tolong‟ dibubuhkan sufiks –an bermakna „alat untuk,
69

sehingga menurunkan nomina bantuan yang mempunyai makna „barang


yang dipakai untuk membantu‟.

Penggunaan kata bantuan pada kalimat (29) sudah tepat.


Karena,kata bantuan bermakna „barang untuk membantu‟ sesuai makna
dan penggunaanya dengan kalimat (29) yang mempunyai makna
„Walikota Jakarta Timur memberikan barang yang dipakai untuk
membantu dalam bentuk uang yang akan diterima oleh ketua panitia
pembangunan Musola Al-Ikhlas‟

(30) Rustam Effendi, saat meninjau saringan sampah di saluran


pengubung (Phb)”

Nomina saringan mempunyai makna „alat untuk memisahkan zat


cair dari zat padat‟. Nomina ini diturunkan dari verba saring yang
mempunyai makna „menyaring‟ dan ditambahkan sufiks –an bermakna
„alat untuk‟.

Pada kalimat (30) terdapat kata saringan, yaitu nomina yang


bermakna „alat untuk menyaring‟. Penggunaan kata saringan pada kalimat
(30) sudah tepat karena sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat
(30) yang mempunyai makna „Rustam Effeni saat meninjau alat untuk
penyaring sampah di saluran penghubung‟

f. Sufiks -an Bermakna ‘Kegiatan yang Bersengkutan dengan-’


Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta
Edisi 2-31 Januari 2016

(31) “kantor kelurahan Krendang boleh untuk tempat hajatan”


70

Nomina hajat bermakna „maksud; keinginan; kehendak‟, nomina


hajat yang diberi imbuhan akhir –an dan menurunkan nomina hajatan
yang bermakna „acara untuk menyampaikan keinginan‟

Penggunaan kata hajatan dalam kalimat (31) sudah tepat karena


kata hajatan sesuai dengan makna dan penggunaan dalam kalimat (31)
yang mempunyai makna „kantor keluruhan Krendang dapat digunakan
sebagai tempat acara untuk menyampaikan kehendak seperti resepsi,
sunatan atau selamatan‟

(32) “yang ingin menggelar pesta hajatan, sunatan dapat menggunakan


kantor kelurahan secara gratis”

Nomina sunatan bermakna „upacara menyunatkan‟


mengkhitankan‟, nomina ini diturunkan langsung dari kata dasar sunat
yang bermakna „berpotong kulup; khitan‟ yang dibubuhkan sufiks –an
bermakna „kegiatan yang bersangkutan dengan‟.

Pada kalimat (32) terdapat kata kata sunatan yang bermakna


„suatu upacara untuk menyunatkan‟.Sama halnya seperti kata hajatan di
kalimat nomor (32), penggunaan kata sunatan pada kalimat (32) juga
sudah tepat karena sesuai makna dan penggunaanya. Kalimat (32)
mempunyai makna „kantor kelurahan tidak dikenakan biaya apabila
masyarakat ingin mengadakan hajatan dan sunatan‟

(33) “Jumlah wisatawan di Kepulauan Seribu meningkat tajam pada


suasana liburan”

Nomina liburan mengalami proses penurunan dari verba libur


„bebas dari bekerja atau masuk sekolah‟ dan dibubuhkan sufiks –an yang
bermakna „kegiatan yang bersangkutan dengan‟ kemudian menurunkan
nomina liburan yang mempunyai makna „masa libur‟
71

Pada kalimat (33) terdapat kata liburan. Kata liburan merupakan


nomina yang diturunkan dari verba libur dan sufiks pembentuk nomina –
an. Karena nomina liburan bermakna „kegiatan yang diadakan karena
sedang tidak bekerja atau masuk sekolah‟. Penggunaan kata liburan pada
kalimat (33) tepat, karena kata liburan sesuai makna dan penggunaannya
yang terdapat di kalimat (33), mempunyai makna „peningkatan wisatawan
di kepulauan Seribu terjadi pada suasana liburan di saat masyarakat bebas
dari bekerja dan bersekolah‟

g. Sufiks -an Bermakna ‘apa yang di-’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

(34) “Keberadaan puluhan pedagang buah mengakibatkan kemacetan”

Nomina puluhan bermakna „bilangan kelipatan‟, pembentukan


nomina ini terjadi akibat adanya proses penurunan dari kelas kata
numeralia sepuluh bermakna „bilangan yang dilambangkan dengan angka
10 (Arab) atau X (Romawi)‟ diberi sufiks –an dan menurunkan nomina
puluhan.

Peggunaan kata puluhan pada kalimat (34) tepat, karena sesuai


makna dan penggunaanya. Dengan demikian, kalimat (34) mempunyai
makna „kehadiran pedagang buah yang jumlahnya lebih dari sepuluh
bahkan dua puluh atau tiga puluh mengakibatkan kemacetan‟

(35) "pada suasana weekend biasa yang berkisar ribuan pengunjung”

Nomina ribuan yang bermakna „uang yang bernilai seribu‟


diturunkan dari kelas kata numeralia seribu yang bermakna „bilangan yang
dilambangkan dengan angka 1000 (Arab) atau M (Romawi)‟.
72

Pada kalimat (35) terdapat kata liburan. Kata ribuan merupakan


nomina yang berasal dari kelas kata numeralia seribu yang dibubuhkan
sufiks –an pembentuk nomina, sehingga menghasilkan nomina ribuan
bermakna „lebih dari seribu‟. Penggunaan kata ribuan pada kalimat (35)
tepat karena kata ribuan sesuai makna dan penggunaannya dalam kalimat
(35) yang mempunyai makna „pada hari sabtu-minggu pengunjung
mencapai lebih dari seribu‟

h. Sufiks -an Bermakna ‘Frekuensi’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016
(36) “sebanyak tujuh petugas harian di Kemayoran bekerja mulai pukul
04.00-16.00”

Nomina harian bermakna „setiap hari‟, nomina ini diturunkan dari


kata dasar hari yang dibubuhkan sufiks –an dengan makna „frekuensi‟. .
Penggunaan kata harian pada kalimat (36) tepat karena kata harian sesuai
makna dan penggunaannya dalam kalimat (36) yang mempunyai makna
„sebanyak tujuh petugas yang bekerja setiap hari di Kemayoran bekerja
mulai pukul 02.00-16.00‟

(37) “juga terdapat laman berisikan laporan tahunan”

Nomina tahunan bermakna „tiap-tiap tahun atau setahun sekali‟,


nomina ini diturunkan dari kata dasar tahun yang diberi imbuhan akhir –
an bermakna „frekuensi‟. Penggunaan kata tahunan pada kalimat (37)
tepat karena kata tahunan sesuai makna dan penggunaannya dalam
kalimat (37) yang mempunyai makna „juga terdapat lama berisikan
laporan yang dibuat setahun sekali‟
73

4. Afiks -isasi Bermakna ‘Proses’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam


Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

Selain sufiks –an dan makna makna yang telah dipaparkan,


terdapat juga 27 penggunaan sufiks –isasi bermakna „proses‟, terdiri dari
15 kata normalisasi, 11 kata sosialisasi dan 1 kata kaderisasi, dengan
analisis sebagai berikut:

(27) „Satu dari tiga musola yang terkena normalisasi kali Ciliwung di
Kampung Pulo‟

Kata normalisasi yang bermakna „tindakan menjadikan normal


(biasa) kembali‟ diturunkan dari adverbia normal bermakna „menurut
aturan atau menurut pola yang umum‟ yang dibubukan dengan sufiks –isasi
bermakna „proses‟ kemudian menurunkan nomina normalisasi.

Pada kalimat (1) terdapat kata normalisasi yang berasal dari kata
dasar normal dan berimbuhan dengan sufiks pembentuk nomina –isasi.
Sehingga, menurunkan nomina normalisasi bermakna „proses
mengembalikan keadaan secara normal kembali‟. Penggunaan kata
normalisasi dalam kalimat (1) tepat karena sesuai makna dan
penggunaannya dengan kalimat (1) yang mempunyai makna „satu dari tiga
musola yang terkena proses pengembaliin keadaan secara normal kali
Ciliwung di Kampung Pulo.

(28) “PT JIEP akan lakukan sosialisasi e-gate berbayar kepada warga
Kelurahan Jatinegara”

Adverbia sosial bermakna „berkenaan dengan masyarakat‟,


adverbia ini menurunkan nomina sosialisasi yang mempunyai mankan
„usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum (milik
negara)‟.
74

Penggunaan nomina sosialisasi pada kalimat (2) tepat, karena kata


nomina sosialisasi sesuai dengan makna yang terkandung di dalam
kalimat (2), yaitu „PT JIEP akan lakukan proses upaya agar masyarakat
wilayah Jatinegara memahami bahwa tujuan dari e-gate berbayar adalah
untuk mengembalikan kawasan menjadi jalur hijau‟

(29) “tetapi, untuk pertanian olahan berkurang, ini dikarenakan tidak


berjalannya kederisasi”

Nomina kaderisasi bermakna „proses, cara, perbuatan mendidik


atau membentuk seseorang menjadi kader‟, nomina kaderisasi bersinonim
dengan nomina pengaderan.

Pada kalimat (3) terdapat kata kaderisasi. Nomina kaderisasi


bermakna „proses, cara perbuatan atau membentuk seseorang menjadi
kader”. Penggunaan kata kaderisasi pada kalimat (3) tepat, karena sesuai
dengan makna yang terdapat di dalam kalimat (3), yaitu „tetapi untuk
pertanian olahan berkurang, ini karena tidak berjalannya proses
membentuk seseorang dalam organisasi‟

5. Afiks -si Bermakna ‘Pelaku Jamak’ Sebagai Pembentuk Nomina


dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016

Meski penggunaan prefiks pe-, sufiks –an begitu banyak. Namun,


dalam koran Pos Kota kolom Jakarta juga terdapat penggunaan sufiks
yang melekat dengan kata dasar asing sehingga menjadi bahasa Indonesia.
Seperti 1 sufiks –si bermakna „pelaku jamak yaitu pda kata direksi.

(1) "Kalau semua direksi Jakpro enggak sanggup, saya minta mereka mundur
saja"
75

Nomina direksi bermakna „(dewan) pengurus atau (dewan)


pimpinan perusahaan, bank, yayasan, dsb‟. Sufiks –si yang melekat pada
nomina direksi mempunyai makna „pelaku jamak‟ yang artinya „seseorang
yang lebih dari satu atau perkumpulan yang menjadi pelaku‟.

Penggunaan kata direksi pada kalimat (2) tepat, karena sesuai


dengan makna yang terdapat di dalam kalimat (2), yaitu „Kalau semua
pengurus pimpuinan Jakpro enggak sanggup, saya minta mereka mundur
saja‟

6. Sufiks –isme Bermakna ‘aliran/paham’ Sebagai Pembentuk


Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari
2016

(1) “BSM mendorong kaum santri untuk menyelamatkan Indonesia dari


cengkraman kapitalisme”

Nomina kapitalisme bermakna „sistem dan paham ekonomi


(perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan
industrinya) bersunmber pada modal pribadi atau modal perusahaan
swasta dengan ciri persaingan di pasaran bebas‟, nomina ini diturunkan
dari nomina kapitalis yang bermakna „kaum bermodal‟ dan diberikan
imbuhan –isme bermakna „paham‟.

Penggunaan kata kapitalisme pada kalimat (1) tepat, karena sesuai


dengan makna dan penggunaannya, dalam kalimat tersebut mempunyai
makna „Badan Syariah Mandiri (BSM) mendorong santri untuk berusaha
menyelamatkan Indonesia dari paham ekonomi yang modalnya bersumber
pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan
dalam pasaran bebas‟
76

Berdasarkan analisis prefiks, infiks sebagai pembentuk nomina ditemukan


penggunaan prefiks pe- dalam kolom Jakarta koran Pos Kota sebanyak
334, dengan rincian, 140 pe- bermakna „profesi‟ yaitu: 21 kata pejabat, 29
kata petugas, 24 kata pedagang, 18 kata pekerja, 29 kata pengurus, 1 kata
pelawak, 3 kata pengusaha, 1 kata pegawai. Pe- bermakna „alat
instrumentalis‟ sebanyak yaitu 1 kata penunjang, 5 kata pemicu dan 5 kata
pemecah. Pe- makna „habituatif‟ yaitu 1 kata pecandu dan 1 kata
perokok, pe- bermakna „pelaku‟ sebanyak 204 kata, dengan rincian: 3 kata
penyapu, 6 kata pengawas, 20 kata pengendara, 15 kata pengunjung, 29
kata peserta, 18 kata pemilik, 13 kata pengunjung, 21 kata penumpang, 20
kata pemenang, 21 kata pembersih, 22 kata pengawas, 3 kata pemangku,
10 kata pengembang. Terdapat juga penggunaan 11 prefiks se- yang
bermakna „satu/sama‟, yaitu: 2 kata setahun, 3 kata seragam, 6 kata sehari.

Pada koran Pos Kota kolom Jakarta tidak ditemukan penggunaan


infiks sebagai pembentuk nomina. Meskipun demikian, penggunaan sufiks
pembentuk nomina terbanyak dalam koran Pos Kota kolom Jakarta edisi
2-31 Januari 2016, yaitu sebanyak 516 kata, dengan rincian, penggunaan
186 sufiks –an bermakna „hasil‟, dengan rincian 20 kata anggaran, 26 kata
koreksian, 5 kata tambahan, 14 kata pantauan, 21 kata temuan, 1 kata
koreksian, 15 kata tanaman, 20 kata hiburan, 21 kata jaminan, 21 kata
layanan, 13 kata laporan, 23 bangunan dan 7 kata kunjungan. Penggunaan
78 sufiks –an pembentuk nomina bermakna „apa yang di-‟ yaitu 25 kata
pasokan, 17 kata makanan, 7 kata tumpukan, 18 kata laporan, 20 kata
tanaman dan 1 kata minuman. Penggunaan 76 sufiks –an bermakna
„lokatif‟.

Terdapat juga penggunaan 76 sufiks –an bermakna „lokatif‟, yaitu


22 kata lingkungan, 23 kata saluran, 18 kata genangan dan 17 kata
genangan. 37 sufiks –an bermakna „kolektif‟ yaitu 8 kata rombongan, 20
kata pasangan dan 9 kata tumpukan. 44 sufiks –an bermakna „alat untuk,
77

yaitu 16 kata kendaraan, 9 kata ngkutan, 17 kata bantuan dan 2 kata


saringan. 9 -an bermakna „kegiatan yang bersangkutan‟ yaitu 4 kata
hajatan, 2 kata sunatan, 3 kata liburan. 16 -an bermakna „yang
bernilai/jumlah‟ yaitu 8 kata puluhan dan 8 kata ribuan, 16 pe- bermakna
frekuensi yaitu 6 kata harian dan 10 kata tahunan.

B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendidikan di Indonesia, telah mengalami beberapa kali perubahan


kurikulum. Pada tanggal 15 Juli 2013 telah diberlakukannya sistem
pendidikan dengan menggunakan kurikulum 2013 dan telah diterapkan di
6.221 sekolah sejak Tahun pelajaran 2013/2014 dan di semua sekolah di
seluruh tanah air pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Akan tetapi, keputusan
itu dicabut dengan ditandai penerbitan surat dari kementrian pendidikan
dan kebudayaan RI nomor: 179342/MPK/KR/2014 tanggal 5 Desember
2014 yang berisi tentang menggentikan pelaksaaan kurikulum di sekolah-
sekolah dan kembali menggunakan kurikulum 2006 serta tetap
menerapkan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah menerapkan
sistem ini selama 3 semester.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menjadi salah satu mata


pelajaran yang harus dipelajari oleh seluruh tingkat jenjang pendidikan di
Indonesia. Bagi pengguna kurikulum 2013 atau kurikulum 2006 di tingkat
SMA, bahasa dan sastra Indonesia masuk ke dalam mata pelajaran yang
diujikan pada Ujian Nasional. Dengan demikan, materi dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus dikuasai oleh siswa agar
lulus pada ujian tersebut.

Salah satu sumber materi pembelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia adalah surat kabar. Selain fungsi surat kabar untuk memberikan
informasi bagi pembacanya, kelebihan surat kabar lainnya adalah terdapat
banyak jenis berita yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
78

Seperti materi menganalisis struktur kata berimbuhan, surat kabar Pos


Kota kolom Jakarta dapat dijadikan yang sebagai sumber belajar dalam
materi tersebut. Sebelum memulai dan menjelaskan materi pelajaran, guru
perlu membuat rencana pelaksanaan, agar kegiatan pembelajaran
berlangsung secara terstruktur dan mampu dipahami siswa dengan baik.

Selain itu, penelitian ini mempunyai pengaruh dan kelebihan


terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, yaitu
memudahkan dalam mencari bahan ajar. Karena koran merupakan salah
satu media massa yang paing dekat degan kita karena mudah dijangkau,
dengan menggunakan koran sebagai bahan ajar materi struktur kata
imbuhan, siswa dapat mengetahui prefiks, infiks dan sufiks pembentuk
nomina dalam surat kabar. Selain itu, siswa juga memperoleh informasi
dari koran yang dijadikan sumber pembelajaran tersebut. Dengan
demikian, berdasarkan kelebihan koran yang telah diutarakan, alangkah
jika para pendidik menggunakan koran sebagai bahan ajar dan dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah terlampir.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa prefiks, infiks dan sufiks pada koran Pos
Kota kolom Jakarta edisi Januari 2016 adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan prefiks pembentuk nomina sebanyak 363, dengan rincian:


penggunaan 352 prefiks pe-, dan sebelas prefiks se-.
2. Tidak ditemukan penggunaan infiks pembentuk nomina.
3. Penggunaan sufiks pembentuk nomina menduduki penggunaan afiks
pembentuk nomina tertinggi yaitu sebanyak 438, dengan rincian: 409
sufiks –an, dua puluh tujuh sufiks –isasi, satu sufiks –isme, dan satu sufiks
–ir.

Implikasi penggunaan prefiks dan sufiks pembentuk nomina terhadap


pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, dapat diterapkan pada kelas
XI yang menggunakan kurikulum 2013, dengan kompetensi inti memahami,
menerapkan dan menganalisis pengetahuan aktual, konseptual, prosuderal, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusian, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya memecahkan masalah dan kompentensi dasar
menganalisis struktur kata, frasa, dan klausa serta dengan indikator siswa mampu
menganalisis struktur kata berimbuhan. Dengan demikian, penelitian ini dapat
dijadikan sumber materi untuk siswa dalam menganalisis struktur kata
berimbuhan.

79
80

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implementasi di atas, beberapa saran berikut


dapat menjadi masukan bagi pihak-pihakk yang terkait, antara lain:

1. Saran untuk siswa, dalam membaca surat kabar hendaknya siswa


memperhatikan penggunaan imbuhan terutama afiks pembentuk nomina,
sehingga siswa mengetahui afiks pembentuk nomina yang digunakan
dalam surat kaba, sehingga dapat membantu siswa dalam mengerhadapi
materi tentang imbuhan.
2. Saran untuk guru, sebagai seorang pengajar seharusnya memaksimalkan
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan memperhatikan empat
aspek keterampilan berbahasan serta menggunakan banyak sumber dalam
mengajar, karena ilmu pengetahuan tidak hanya bersumber dari buku.
3. Saran untuk pembaca, tidak hanya informasi yang bisa pembaca dapatkan
dari surat kabar, tetapi penggunaan prefiks dan sufiks pembentuk nomina
yang benar.

Selain tiga saran yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini mempunyai
pengaruh dan kelebihan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMA, yaitu memudahkan dalam mencari bahan ajar. Karena koran merupakan
salah satu media massa yang paing dekat degan kita karena mudah dijangkau,
dengan menggunakan koran sebagai bahan ajar materi struktur kata imbuhan,
siswa dapat mengetahui prefiks, infiks dan sufiks pembentuk nomina dalam
surat kabar. Selain itu, siswa juga memperoleh informasi dari koran yang
dijadikan sumber pembelajaran tersebut. Dengan demikian, berdasarkan
kelebihan koran yang telah diutarakan, alangkah jika para pendidik
menggunakan koran sebagai bahan ajar dan dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah
terlampir.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, HP., dan Abdullah, Alek. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Earlangga,
2012.
Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka
Cendikia Utama, 2010.

Alwasilah, A. Chaedar. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa, 1993.

Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Yogyakarta: Penerbit Media


Abadi, 2004.
Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2010.
Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta, 2015.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Farkhan, Muhammad. An Introduction To Linguistics. Jakarta: UIN JAKARTA


PRESS, 2006.
Freeman, David E., and Freeman, Yvonne S. Essential Linguistics. Portsmouth:
United States of America on Acid-Free Paper, 2004.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, 2009.
____________________. Kelas Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia,
1986.
____________________. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Utama, Edisi Kedua, 1996.
Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom &
Resensi Buku. Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009.
Lieber, Rochelle. Introducting Morphology. New York: Cambridge University
Press, 2010.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik. Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Muslich, Mansur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Parera, Jos Daniel. Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.


_______________. Pengantar Linguistik Umum Bidang Morfologi Seri B. Flores:
Penerbit Nusa Indah, 1977.

Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: PH. CV Karyono,


1980.
Santana , Septian K . Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Sarwoko, Tri Adi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET, 2007.
Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2005.
Suhaemin., dan Nasrullah, Ruli. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Syamsuddin, AR., dan Damaianti, Vismaia S. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa, 2009.

Verhaar, J.W. M. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University


Press, 1982.
Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Zuhriah, Nurul. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Maimunah, yang biasa dipanggil Mumun adalah


anak ketiga dari lima bersaudara. Kecintaan
orang tuanya terhadap pendidikan di yayasan
Attaqwa membuat wanita kelahiran Bekasi ini
menuntaskan pendidikannya di TK 01 Attaqwa
Pusat, melanjutkan di Madrasah Ibtidaiyah 03
Attaqwa dan Madrasah Ibtidaiyah 02 Attaqwa
Puteri dan meneruskan pendidikan Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah di Pondok
Pesantren Attaqwa 01 Puteri Pusat, Bekasi Utara.

Selanjutnya, pada tahun 2011 anak perempuan dari pasangan H. Mukhtar


Murikh dan Hj. Mursanih ini melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain mengikuti kegiatan akademik di kampus, ia
juga pernah aktif di organisasi intra dan ekstra kampus, seperti HMJ PBSI dan
HMI. Motto hidupnya adalah sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
bermanfaat bagi orang lain, dan menjadi guru salah satu cara agar bermanfaat bagi
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai