Maimunah
1111013000049
i
ABSTRACT
Maimunah (NIM: 1111013000049). “Affix are Nomina Former in Pos Kota
News Paper in Column Jakarta and the Implication Towards Learning
Indonesian Languange an Indonesian Litarature in High School”
Departement of Indonesian Languange and Indonesian Literature. Faculty of
Tarbiyah and Teachers Training Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Advisor: Dr.
Hindun, M.Pd
The purpose of this research is to describe the use of prefix, infix, suffix
are nomina former in Pos Kota news paper in column Jakarta and the implication
towards learning Indonesian Languange an Indonesian Litarature in High School.
The source of the data which was used in this research was Jakarta column news
text in Pos Kota news paperdate 2-31 January 2016. The method wis was used in
this research was qualitative description and data collection techniques using the
technique of note.
The result showed that there are 363 prefix nomina former in Pos Kota
news paper in column Jakarta, with description: using 352 prefix pe-, and 11
prefix se-. Not founded using infix nomina former and 438 suffix nomina former,
there are 409 suffix –an, 27 suffix –isasi, 1 suffix –isme and 1 suffix –ir.
The result of this research can be applied in learning Indonesian
Languange and Indonesian Literature in High School class XI second semester
which based on curriculum 2013. With competence of structure analyze words,
frase and clause also indicator student are able to analyze structure affix which
became the distinguishing at KI-13. So that, this research can be material for
student to analyze the structure of affix.
Keywords: affix, former nomina, Pos Kota news paper, affix word in k-13.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kapada Allah SWT yang telah memberikat
rahmat serta karunianya sehingga skripsi ini dengan judul “Afiks Pembentuk
Nomina pada Koran Pos Kota Kolom Jakarta dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Di SMA” dapat diselesaikan. Atas izinNya
penulis diberikan kekuatan dan kesempatan untuk melalui segala kendala
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing
kebaikan kepada seluruh umatnya.
iii
6. Orang tua (Papa H.Mukhtar Murikh, Lc dan Mama Hj. Mursanih)
penyemangat terbesar penulis dalam kehidupan, berkat doa, dukungan
yang tak pernah berhenti dan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang
menjadi motivasi terbesar penulis.
7. Fenty Yanuarti, Nurlaela Sari Baehaki, Desi Komalasari, Redita Dwi
Pinasti dan Adi Nugroho teman seperjuangan skripsi yang dengan sabar
mendengarkan keluh kesah kepada penulis agar tidak lelah menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2011, khususnya kelas B yang telah membantu penulis. Tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan yang telah membantu dengan ikhlas dalam penyusunan skripsi
ini.
MM
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 4
C. Batasan Masalah. .......................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah......................................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 5
v
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................................... 35
A. Analisis Afiks Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta
Edisi 2-31 Januari 2016. ............................................................................................... 41
1. Prefiks Pe- Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom
Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................................................................ 41
a. Prefiks Pe- Bermakna ‘Profesi’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 41
b. Prefiks Pe- Bermakna ‘Alat Instrumentalis’ Sebagai Pembentuk
Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari
2016 ................................................................................................................. 45
c. Prefiks Pe- Bermakna ‘Habituatif’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 .................... 47
d. Prefiks Pe- Bermakna ‘Pelaku’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 48
2. Prefiks Se- Bermakna ‘Satu/Sama’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ...................................... 55
3. Sufiks -an Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom
Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................................................................ 56
a. Sufiks -an Bermakna ‘Hasil’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 56
b. Sufiks -an Bermakna ‘apa yang di-’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 .................... 61
c. Sufiks -an Bermakna ‘Lokatif’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 64
d. Sufiks -an Bermakna ‘Kolektif’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 66
vi
e. Sufiks -an Bermakna ‘Alat Untuk’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 .................... 67
f. Sufiks -an Bermakna ‘Kegiatan yang Bersangkutang dengan’
Sebagai Pembentuk Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta
Edisi 2-31 Januari 2016 ................................................................................... 69
g. Sufiks -an Bermakna ‘yang bernilai/jumlah’ Sebagai Pembentuk
Nomina dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari
2016 ................................................................................................................. 71
h. Sufiks -an Bermakna ‘Frekuensi’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ............................... 72
4. Sufiks –isasi Bermakna ‘Proses’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ...................................... 73
5. Sufiks –si Bermakna ‘Pelaku Jamak’ Sebagai Pembentuk Nomina dalam
Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ...................................... 74
6. Sufiks –isme Bermakna ‘Aliran/Paham’ Sebagai Pembentuk Nomina
dalam Koran Pos Kota Kolom Jakarta Edisi 2-31 Januari 2016 ........................... 75
B. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia .................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat dua jenis bahasa yang digunakan oleh manusia yaitu bahasa
verbal dan non verbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang diucapkan secara
langsung dan digunakan untuk bercakap sehari-hari. Setiap suku atau
kelompok mempunyai ciri bahasa verbal yang khas dan berbeda-beda,
karena di setiap wilayah terdapat dialek daerah. Jenis ini biasa disebut
ragam lisan. Adapun, penggunaan bahasa non verbal seperti dialek yang
digunakan oleh masyarakat nusantara mempunyai kesepakatan pada setiap
komunitas penggunanya. Misalnya di Indonesia bahasa non verbal pada
penggunaan bendera kuning saat seseorang meninggal dunia atau berduka
cita.
1
2
Berita merupakan salah satu bagian dari media massa cetak yang
mudah dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Seiring
perkembangan zaman, masyarakat dapat menikmati berita di setiap waktu,
di setiap tempat melalui televisi bahkan di telepon genggam. Hal ini
menunjukan bahwa berita merupakan hal yang penting dalam kehidupan
karena berita menyajikan kejadian berupa opini atau fakta yang
memberikan informasi terhadap pembacanya. Akan tetapi, dalam
perkembangannya media massa cetak merupakan salah satu akses
terpenting dalam menyampaikan informasi kerena melalui berita
seseorang dapat mengetahui seluruh informasi dalam negeri dan dunia.
Berita mempunyai ciri bahasa sendiri yakni singkat, jelas, padat dan
objektif. Dengan demikian, menulis berita merupakan hal yang tidak
mudah, penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI), penggunaan kalimat efektif, penguasaan struktur kata
bahasa Indonesia dan penulisan bahasa formal yang mudah dipahami
menjadikan berita semakin menarik di luar dari tema.
Republika, Media Indonesia, Pos Kota, dan lain-lain. Setiap daerah juga
mempunyai penerbit korannya masing-masing, misalnya di daerah Bekasi
terdapat koran Radar Bekasi, dan daerah Tangerang Selatan mempunyai
penerbit koran Tangsel-Pos.
Seperti kita ketahui, afiks merupakan morfem terikat yang tidak bisa
berdiri sendiri dan harus dilekatkan dengan morfem lain atau kata dasar,
afiks juga disebut sebagai penyebab kemunculan dari makna gramatikal
suatu kata. Dengan menganalisis afiks pembentuk nomina, pembaca dapat
mengetahui cara pembentukan kata, jenis dan makna yang dihasilkan dari
afiks pembentuk nomina tersebut. Selain itu, dengan menggunakan koran
sebagai bahan ajar pada materi struktur kata imbuhan kelas XI, siswa
dapat mengetahui prefiks, infiks dan sufiks pembentuk nomina dalam surat
kabar dan mendapatkan informasi dari koran yang digunakan sebagai
bahan ajar.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
a. Bahan referensi untuk mengetahui penggunaan berbahasa,
terutama afiks prefiks, infiks, dan sufiks nomina dalam surat kabar.
6
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teoretis
1. Pengertian Morfologi
1
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT Rineka
Cipta, Cet. Pertama, 2008), hlm. 3.
2
Harimurti Kridalaksna, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, Edisi Keempat Cetakan
Kedua, 2009), hlm. 159.
3
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009), hlm.
57-58.
7
8
2. Proses Morfologi
4
J.W. M. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, Cet. Ketujuh, 2010), hlm. 97.
5
David E Freeman dan Yvonne S. Freeman, Essential Linguistics, (Portsmouth: United
States of America on Acid-Free Paper, 2004), hlm. 166.
6
Rochelle Lieber, Introducting Morphology, (New York: Cambridge University Press,
Frist Published, 2010), hlm. 2.
7
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: PH. CV Karyono, Cet.
Ketujuh, 1985), hlm. 19.
9
proses terjadinya kata yang berasal dari morfem dasar melalui perubahan
morfemis.8 Proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu
dengan morfem yang lainnya yang menjadi kata.9 Dengan demikian,
proses morfologi adalah proses pembentukan morfem menjadi kata yang
mengalami beberapa proses morfologi.
8
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009), hlm.
68.
9
Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif,
(Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ketiga, 2010), hlm. 32.
10
Jos Daniel Parera, Morfologi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Cet. Keempat,
2007), hlm.18.
11
Muhammad Farkhan, An Introduction To Linguistics, (Jakarta: UIN JAKARTA
PRESS, Cetakan 1, 2006), hlm. 51.
12
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. Pertama, 2008), hlm. 25.
10
13
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009), hlm.
68-74.
14
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: PH. CV Karyono,
Cet. Ketujuh, 1985), hlm. 46-47.
15
Mansur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ketiga, 2010), hlm. 35.
11
16
Jos Daniel Parera, Pengantar Linguistik Umum Bidang Morfologi Seri B, (Flores:
Penerbit Nusa Indah, 1977), hlm. 25.
17
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta:FITK PRESS, 2009),
hlm. 63.
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 14.
19
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: PH. CV Karyono, Cet.
Ketujuh, 1985), hlm. 50.
12
3. Jenis afiks
a. Prefiks
Prefiks yaitu afiks yang diletakan di muka dasar. Contoh:
me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-. prefiks me- pada kata
menghibur.25 Prefiks adalah afiks yang diletakan di muka bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya mem-, di-, ber-, ke-, ter-,
se-, pem-, dan pe-/per.26 Parera juga menjelaskan bahwa prefiks
adalah pembubuhan morfem terikat terhadap morfem bebas dalam
bahasa Indonesia seperi per-, di-, ke-, me-, dan sebagainya. Dengan
demikan, pendapat Kridalaksana dan Ahmad mempunyai
kesamaan, namun prefiks menurut Parera tidaklah jauh berbeda,
Parera tidak menggunakan istilah prefiks, infiks, sufiks, konfiks
tetapi menggunakan istilah “Pembubuhan depan dengan morfem
terikat depan”.
b. Infiks
Infiks yaitu afiks yang diletakan di dalam dasar. Dalam
bahasa Indonesia terdapat tiga macam infiks yaitu: -el-, -er-, -em,
misalnya infiks –el pada kata telunjuk yang berasal dari kata
tunjuk, kata patuk+-el menjadi pelatuk, kata gilang+em menjadi.
pembubuhan tengah dengan morfem terikat tengah dapat
dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti: -er, -em-, dan –el.
25
Ibid., hlm. 28-29.
26
Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: FITK PRESS, 2009),
hlm. 68-69.
14
c. Sufiks
Sufiks yaitu afiks yang diletakan di belakang dasar. seperti:
-an, -kan, -i, -nya, -wati, -wan, -man, -isme, dan –isasi. Umpanya,
dalam bahasa Indonesia sufiks –an pada kata bagian, dan sufiks –
28
in seperti terdapat pada kata bagikan. Parera membagi jenis
sufiks lebih sedikit dibandingkan dengan Harimurti, yaitu sufiks
adalah pembubuhan akhir dengan morfem terikat akhir dapat
dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti: -kan, -i, -an, -wan.
d. Konfiks
Konfiks terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar
dan satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu
morfem terbagi. Dalam hal ini perlu kita bedakan antara konsep
konfiks dan kombinasi afiks. Konfiks adalah satu afiks dengan satu
makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks,
dan kemungkinan mengungkapkan makna gramatikal. Dalam
bahasa Indonesia setidak-tidaknya terdapat empat konfiks, yaitu
ke-...-an, pen-...-an, per-...-an, dan ber-...an. konfiks ini misalnya
29
melekat pada kata pengiriman, persahabatan, berhalangan.
Sedangkan Parera menggunakan istilah untuk konfiks yaitu
pembubuhan terbagi dengan morfem terikat terbagi, seperti ke-an,
per-an, ke-i, ber-an, dan sebagainya.
27
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Utama, Edisi Kedua, 1996), hlm. 28.
28
Ibid., hlm. 28.
29
Ibid., hlm. 28.
15
1) Sufiks –an
-an1 V → N „hasil‟
Catatan murid itu sangat rapi.
Tulisan anak itu tidak terbaca olehku.
-an2 A → N „hasil‟
Manisan Cianjur sangat disukai
Kami sangat menyukai asinan Bogor.
30
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
Cetakan Pertama, 1986), hlm. 70.
16
-an8 N → N „frekuensi‟
waktu
Pabrik itu mempekerjakan buruh harian.
Ia mendapat gaji mingguan.
-an9 N → N „kolektif‟
takaran
Punya uang recehan?
-an13 N → N „kolektif‟
Pasangan suami istri itu sedang menunggu
kelahiran anak mereka yang pertama.
2) Prefiks ke-
ke1- A → N „yang di + D + kan/i‟
Karena disiplin dan tanggung jawabnya yang tinggi,
ia diangkat menjadi ketua.
ke2- V → N „abstrak‟
Ia hanya melaksanakan kehendak orang tuanya.
3) Prefiks Pe1-
Catatan:
Bentuk perokok dan pelaut berasal dari bentuk antara merokok dan
melaut, bukan dari bentuk berokok dan berlaut.
5) Prefiks se-
6) Infiks –el-
-el4- N→ N „kumpulan‟
7) Infiks –er-
8) Sufiks –at
9) Sufiks –si
-ir V→ N „pelaku‟
-ur2 -„sistem‟
14) sufiks-ris
-isme1 -paham-
-isasi -„proses‟
19) sufiks-isida
-isida -„pembunuh‟
-ita -„wanita‟
-tas –abstrak
27
4. Media Cetak
31
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik, (Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, Cet. Pertama, 1999), hlm. 88.
32
Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet.
Pertama, 2005), hlm. 85.
33
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 28.
28
5. Pengertian Kolom
Salah satu rubik khusus dalam surat kabar yaitu kolom, kolom
adalah sebuah rubik khusus di media massa cetak yang berisikan karangan
atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang
suatu masalah. Kolom dapat dikatakan mirip dengan artikel opini dan esai
34
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik, (Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, Cet. Pertama, 1999), hlm. 88.
35
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 30.
29
yang dimuat di surat kabar atau majalah. Hanya saja jika dicermati, gaya
penulisan kolom terlihat khas dan berbeda dengan artikel dan esai.36
36
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi
Buku, (Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009), hlm 33.
37
Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cet.
Pertama, 2005), hlm. 59.
38
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 35.
39
Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom & Resensi
Buku, (Jakarta: Penerbit Earlangga, 2009), hlm. 33.
30
6. Bahasa Jurnalistik
40
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2010), hlm. 148.
41
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, (Yogyakarta: Penerbit Media
Abadi, Cet. Kelima, 2004), hlm. 3.
42
Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. (Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET, Edisi 1, 2007), hlm. 1-2.
43
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. Pertama, 2010),
hlm. 80.
31
Bahasa dalam media cetak ibarat roh atau nyawa. Tanpa bahasa,
media cetak tidak akan bermakna apa-apa. Dalam UU Pokok Pers nomor
40 tahun 1999, wartawan memiliki kebiasaan dalam bebahasa. Akan
tetapi, karena keterbatasan media cetak, jurnalistik harus mempunyai ciri-
ciri, antara lain:44
44
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam pemberitaan, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
Edisi 1, 2005), hlm. 88.
32
1) Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilh kata atau
kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak
pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tigkat
intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan
psikografisnya.
2) Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point),
tidak bertele-tele, tiadk berputa-putar sehingga tidak
memboroskan waktu pembaca.
3) Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi, kalimat
yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi sedangkan
kalimat yang padat pasti mengandung banyak informasi.
45
Suhaemin dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, Cetakan 1, 2009), hlm. 11-17.
33
4) Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghidari
eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang
membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan
persepsi dan kesalahan konklusi.
5) Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan
kabur. Jelas susunan kata atau kalimat sesuai dengan kaidah
SPOK, jelas sasaran dan maksudnya.
6) Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus,
tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif
seperti prasangka atau fitnah.
7) Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian
khalayak pembaca, memicu selera baca. Bahasa jurnalistik
berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku.
8) Demokratis
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik
adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak
mengenal tingkatan, pangkat, kasta baik dari penulis maupun
pembaca.
9) Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang
terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di
mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.
10) Logis
Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat,
atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak
bertentangan dengan kala sehat. Bahasa jurnalistik harus dapat
34
43
Nurul Zuhriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, Cet. Kedua, 2007), hlm. 92.
38
39
44
Syamsuddin AR dan Vismaia S.Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Pertama, 2006), hlm. 73.
40
45
Nurul Zuhria, Op.cit., hlm. 93.
46
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 92-93.
BAB IV
41
42
(2) “kita akan rapikan dan sesuaikan dengan koreksian dan rekomendasi
Kemedagri”
57
(6) “kita akan rapikan dan sesuaikan dengan koreksian dan rekomendasi
Kemedagri”
(9) “kami menargetkan semua kegiatan fisik dan bina sosial temasuk
laporan pertanggungjawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung”
60
(11) “hal ini terungkap saat kunjungan Pengurus Yayasan Karya Bakti
Ria Pembangunan yang diterima Walikota Jaktim”
kalimat (11), yaitu „hal ini terungkap saat hasil kunjungan orang-orang
yang mengurus Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan yang diterima
Walikota Jaktim‟
(15) “kami menargetkan semua kegiatan fisik dan bina sosial temasuk
laporan pertanggungjawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung”
(16) “kami menargetkan semua kegiatan fisik dan bina sosial temasuk
laporan pertanggungjawaban dan PPMK kepada kami cepat rampung”
Nomina laporan bermakna „segala sesuatu yang dilaporkan‟.
Pembentukan nomina ini terjadi karena adanya proses penurunan dari
verba lapor yang diberi imbuhan akhir –an bermakna „apa yang di-‟.
63
(21) “genangan ini terjadi akibat sistem drainase yang berada di sekitar
tidak berfungsi dengan baik”
(22) “Tepat pukul 06.30, ratusan siswa dari kelas VIII-IX dengan
berseragam putih biru berkumpul di lapangan untuk mengikuti
upacara”
(26) “pasangan suami istri Arta (53) dan Sari (56) warga Cilincing
mengaku kecewa dengan layanan kartu BPJS”
(27) “tujuan utama adanya ERP adalah untuk alat kontrol jumlah
kendaraan”
68
(27) „Satu dari tiga musola yang terkena normalisasi kali Ciliwung di
Kampung Pulo‟
Pada kalimat (1) terdapat kata normalisasi yang berasal dari kata
dasar normal dan berimbuhan dengan sufiks pembentuk nomina –isasi.
Sehingga, menurunkan nomina normalisasi bermakna „proses
mengembalikan keadaan secara normal kembali‟. Penggunaan kata
normalisasi dalam kalimat (1) tepat karena sesuai makna dan
penggunaannya dengan kalimat (1) yang mempunyai makna „satu dari tiga
musola yang terkena proses pengembaliin keadaan secara normal kali
Ciliwung di Kampung Pulo.
(28) “PT JIEP akan lakukan sosialisasi e-gate berbayar kepada warga
Kelurahan Jatinegara”
(1) "Kalau semua direksi Jakpro enggak sanggup, saya minta mereka mundur
saja"
75
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa prefiks, infiks dan sufiks pada koran Pos
Kota kolom Jakarta edisi Januari 2016 adalah sebagai berikut:
79
80
B. Saran
Selain tiga saran yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini mempunyai
pengaruh dan kelebihan terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMA, yaitu memudahkan dalam mencari bahan ajar. Karena koran merupakan
salah satu media massa yang paing dekat degan kita karena mudah dijangkau,
dengan menggunakan koran sebagai bahan ajar materi struktur kata imbuhan,
siswa dapat mengetahui prefiks, infiks dan sufiks pembentuk nomina dalam
surat kabar. Selain itu, siswa juga memperoleh informasi dari koran yang
dijadikan sumber pembelajaran tersebut. Dengan demikian, berdasarkan
kelebihan koran yang telah diutarakan, alangkah jika para pendidik
menggunakan koran sebagai bahan ajar dan dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah
terlampir.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, HP., dan Abdullah, Alek. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Earlangga,
2012.
Ali, Muhammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka
Cendikia Utama, 2010.
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori & Praktik. Ciputat: PT Logos
Wacana Ilmu, 1999.
Muslich, Mansur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.