Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan, bahwa skripsi ini adalah
hasil karya saya sendiri dan semua sumber, baik yang dikutip maupun yang
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar, maka saya bersedia menerima sanksi
yang telah ditetapkan oleh Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Makassar.
NIM : 1951042014
v
MOTO
“ Jangan membenci dirimu sendiri karena itu tugas orang lain, ingat kawan
mimpimu tak akan terwujud jika dirimu tak mau bersujud.”
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Kupersembahkan pula kepada seluruh keluarga besar dari Bapak dan Ibu,
kepada almarhumah nenek dan kakekku tersayang yang telah mendahului takdir
indah cucunya ini, meskipun tidak bisa membersamai dalam merayakan
kebahagiaan hari ini, tapi saya yakin rasa itu akan sampai lewat doa yang
kutitipkan kepada Sang Pencipta untukmu. Terima kasih!
vii
ABSTRAK
Suci Multazam Suri, 2023. Analisis Kesantunan Berbahasa Guru dan Siswa pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 2 Galesong Kabupaten
Takalar. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar
(dibimbing oleh Usman dan Sakaria).
viii
ABSTRACT
Suci Multazam Suri, 2022. Language Politeness of Teacher and Student in Class
IX Indonesian Language Learning at SMP Negeri 2 Galesong, Takalar Regency.
Indonesian Language and Literature Education Study Program, Department of
Indonesian Language and Literature, Faculty of Language and Literature.
University of Makassar (guided by Usman and Sakaria)
This study aims to describe the forms of language politeness in interactions
between teachers and students, and students with teachers. This research uses
qualitative descriptive method. The source of this research data is the result of
interaction between students and teachers. The results of this study indicate that
the form of politeness from teacher to student interactions obeys 5 forms of
maxims, namely, the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of
appreciation, the maxim of modest,y and the maxim of sympathy. While the form
of politeness from student to teacher interaction obeys 5 forms of maxims, namely,
the maxim of wisdom, the maxim of generosity, the maxim of agreement, the
maxim of modesty, and the maxim of sympathy.
Keywords: Interaction, Maxims, Politeness
ix
KATA PENGANTAR
panjatkan atas kehadiat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
Guru dan Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri
Makassar. Penyusunan skripsi ini tentu saja tidak akan berhasil tanpa ada bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis sangat
selaku Pembimbing I sekaligus Penasihat Akademik dan Dr. Sakaria, S.S., S.Pd.,
M.Pd., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga
ilmu pengetahuan dengan penuh keikhlasan kepada penulis, dan Dr. Muhammad
Saleh, S.Pd., M.Pd., dan Dr. Sultan, S.Pd., M.Pd., selaku penguji I dan II yang
senang tiasa memberikan saran dan masukan yang sangat membangun kepada
penulis serta telah mengoreksi karya penulis secara mendetail sehingga membantu
x
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. H. Husain Syam, M. TP.,
IPU., ASEAN Eng. sebagai Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof. Dr. Syukur
Saud, M.Pd., sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Makassar, Dr. Mayong, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, dan Dr. Usman, S.Pd., M.Pd. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Seluruh keluarga besar Almarhum Nasir Dg. Rewa dan Sambara Dg.
Mawara terima kasih atas bentuk perhatian dan kasih sayang yang setia kepada
penulis. Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Galesong Kabupaten Takalar beserta
Staf terkhusus Ibu Herlina dan Ibu Hj. Nurlaela atas segala bentuk bantuan selama
proses penelitian berlangsung. Kepada teman-teman seperjuangan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2019, terkhusus kelas A atas
segala bantuan dan kasih selama ini kepada penulis.
xi
DAFTAR ISI
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1 Bagan Kerangka Pikir …………………………………………………….…25
1.2 Korpus Data …………………………………………………………………67
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran B Persuratan………………………………………………...…………86
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
musik, acara teater. Gejala sosial dan penggunaan bahasa yang kita alami
ditentukan oleh faktor linguistik dan nonlinguistik. Bahasa memiliki peran dalam
menggunakan bahasa yang baik dan sopan untuk menunjukkan sikap etis dan
secara sukarela oleh sekelompok orang, dan juga merupakan persyaratan perilaku
informasi dalam komunikasi, ada dua jenis bahasa yang dapat digunakan dalam
komunikasi yaitu verbal dan bahasa nonverbal. Bahasa verbal adalah penggunaan
kata-kata oleh manusia untuk mengirim pesan dalam komunikasi dan bahasa
nonverbal adalah penggunaan bahasa tubuh. Selain itu, bahasa verbal adalah kata-
kata yang kita memilih untuk berkomunikasi satu sama lain, dapat secara lisan
atau tertulis. Namun, bahasa nonverbal adalah pesan bawah sadar yang
nonverbal adalah alat yang dapat digunakan oleh orang-orang untuk mengirim
1
2
Sama halnya dalam proses belajar mengajar sehari-hari, guru dan siswa
juga perlu menggunakan bahasa dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa
melakukan komunikasi dalam kelas. Di sisi lain, bahasa memainkan peran penting
dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, keberhasilan mengajar dalam
proses belajar ditentukan oleh faktor interaksi dan komunikasi antara guru dan
tentu diterima dengan baik oleh mitra tutur. Kasus-kasus seperti inilah yang
membuat kesantunan berbahasa menjadi penting untuk dikaji dan diketahui agar
yang baik terjadi saat penutur dapat menggunakan bahasa yang santun dan tidak
Di era sekarang ini banyak siswa yang beranggapan bahwa guru adalah
sahabat, siswa bebas memanggil atau mengatakan apapun kepada guru dengan
sapaan apapun. Dalam pengertian itu, tidak ada kesenjangan yang terlihat antara
guru dan siswa dalam hubungan mereka. Status atau kedudukan mereka berbeda-
beda, sebagai guru, sebagai siswa. Namun, mereka tidak menjadikan status ini
dalam hal ini, banyak perbedaan pendapat atau kesalahpahaman yang terjadi,
3
beberapa orang berpikir jika mereka tahu batasannya maka semuanya akan baik-
baik saja. Namun, beberapa larangan dianggap aneh karena dapat merusak citra
guru. Ketika seorang guru dekat dengan seorang siswa, siswa mungkin tidak lagi
menghormati guru itu. Ketika siswa dan guru bertemu, siswa menyapa guru
Generasi penerus bangsa adalah siswa. Jika siswa menggunakan bahasa yang
tidak sopan, mereka akan terlahir sebagai generasi yang arogan, tidak
menyenangkan, dan kurang prinsip etika dan agama. Akibatnya, siswa harus
didorong dan dibimbing untuk berbicara dengan sopan karena mereka adalah
generasi masa depan yang akan hidup di zamannya sendiri. Selain itu, salah satu
pendidikan karakter adalah bahasa santun. Ketika sumber daya manusia memiliki
reputasi buruk, pendidikan tidak akan maju. Artinya kesopanan dalam bahasa
guru dengan siswa, maupun sebaliknya memiliki ciri-ciri yang beragam, sehingga
ada banyak jenis kesantunan. Guru memiliki status atau derajat yang lebih besar
dari siswa, sehingga menghasilkan jenis interaksi yang berbeda dari interaksi
siswa dengan siswa dengan derajat atau status yang sama. Proses kegiatan belajar
proses komunikasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dapat
adalah fitur penggunaan bahasa yang paling jelas untuk menggungkapkan sifat
sosialitas manusia.
berusah menanamkan nilai- nilai karakter positif pada anak didik. Berdasarkan
siswa yang didik tak memiliki sopan santun. Secara tidak langsung suatu lembaga
pendidikan bahkan dinyatakan gagal jika siswa tidak memiliki nilia-nilai positif
mengungkapkan opini dan pendapat mengenai suatu masalah yang menjadi topik
siswa seperti penggunaan kata “ko/kau” kepada orang yang lebih tua dalam
kepada kata kamu dengan maksud yang kurang sopan. Oleh sebab itu, dalam
5
Penelitian yang relevan dengan topik yang sama, pernah dilakukan oleh
Herlina (2021) dengan berjudul “Kesantunan Berbahasa Guru dan Siswa dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kelas VII SMP Negeri 1 Kuta Utara” yang
kesantunan bahasa guru dan siswa. Adapun bentuk perbedaan penelitian ini
adalah lokasi penelitian yang dilakukan oleh Herlinda bertempat di SMP Negeri 1
Kuta Utara, yang kemudian mengambil sampel penelitian pada kelas VII,
sedangkan lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertempat di SMP
kelas IX.
6
Penelitian yang lain dengan topik sama juga pernah dilakukan oleh
bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik catat. Analisis data menggunakan
diturunkan dari teori Leech. Hasil penelitiannya pada siswa kelas XI SMAN 1
proses diskusi kelas lebih besar dibandingkan dengan penyimpangannya. Hal itu
pengambilan data adalah teknik rekam dan teknik catat. Kedua teknik tersebut
observasi agar peneliti dapat dengan mudah menganalisis tuturan dari subjek
bertempat di Sleman dengan subjek penelitian siswa SMA. Perbedaan umur siswa
SMP dan SMA yang terbilang cukup jauh ini dapat memengaruhi tindak tutur
7
seseorang. Dilihat pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati terdapat
santun berbahasa yang digunakan siswa dan guru pada pembelajaran Bahasa
maupun non akademik yang sering dicapai oleh siswa-siswa di SMP Negeri 2
Takalar”.
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Takalar?
Kabupaten Takalar?
8
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Takalar.
Kabupaten Takalar.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi atas dua, pertama teoretis serta yang kedua
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharap dapat menjadi tolak ukur dalam menanamkan dan
Kabupaten Takalar pada proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi guru, siswa, sekolah dan
peneliti.
9
b) Siswa akan memiliki kebiasaan dalam berbahasa yang santun pada aspek
bertemu muka, sehingga siswa bisa percaya diri ketika tampil di depan kelas.
A. Kajian Pustaka
membuat kesimpulan. Adapun teori yang relevan dengan penelitian ini ialah:
1. Pragmatik
informasi dari penutur ke petutur yang kemudian makna penutur dapat dianalisis
berbeda dengan tata Bahasa yang lainnya, yang merupakan ilmu tentang struktur
situasi tertentu. Situasi atau konteks tersebut menjadi salah satu faktor adanya
pragmatik. Pragmatik adalah konsep studi antara bahasa dan konteks yang
merupakan akar catatan atau laporan pemahaman dan penggunaan bahasa, dengan
kata lain studi tentang kemampuan pemakai bahasa dalam menghubungkan serta
penyelesaian kalimat dan konteks secara tepat. Parera (2001: 126) menjelaskan
antara kalimat, konteks, situasi, dan waktu diujarkannya dalam kalimat tersebut.
Penjelasan yang dikemukakan oleh Parera selengkapnya dapat dilihat pada berikut
10
11
ini: (a) intepretasi penuturan bahasa bergantung pada pengetahuan dunia nyata. (b)
penutur bahasa menggunakan dan memahami tindak pertuturan; (c) struktur kata
memahami suatu tuturan bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata
Berdasarkan penjelasan beberapa ahli, peranan konteks sangat krusial dalam studi
bahasa. Akan tetapi, Yule memiliki pendapat berbeda dengan beberapa pendapat
tentang makna yang akan dituturkan oleh penutur (dalam Cahyono, 2002: 213).
bahwa dalam suksesnya komunikasi harus ada bahasa yang dituju, dan
bahasa antar manusia yang memiliki bahasa tertentu. Komunikasi tersebut untuk
menciptkan ilokusi tertentu agar tujuan dalam berkomuikasi dapat dicapai. Tujuan
dalam berkomunikasi.
dan mengetahui ilmu pragmatik agar berkomunikasi bisa mencapai tujuan yang
pembalajaran oleh guru atau pengajar kepada siswa yang pada dasarnya
komunikasi itu sendiri. Salah satu aturan yang penting dan krusial adalah
kesantunan berbahasa.
2. Kesantunan Berbahasa
(Yule, 2007: 82). Wajah mengacu kepada makna sosial dan emosional yang setiap
kedekatan sosial. Dengan menunjukkan kesadaran untuk wajah orang lain ketika
orang lain itu tampak jauh secara sosial sering dideskripsikan dalam kaitannya
semacam ini, hal tersebut berarti bahwa terdapat nada berbagai macam kesantunan
yang berbeda berkaitan (dan secara linguistik ditandai) dengan asumsi jarak atau
suata masyarakat sebagai aturan social. Menurut Markhamah dan Atiqa Sabardil
13
Kesantunan berbahasa dalam hal ini adalah upaya untuk tetap menjaga harga diri
penutur dan peututur. Pemakaian bahasa yang sopan saat berkomunikasi akan
membuat lawan bicara merasa dihormati, nyaman, dan tidak menciptakan kesalah
pahaman.
mengajar pelajarnya agar mempunyai sikap santun. Beberapa ahli yang memiliki
Lakoff (1972), Fraser (1978), Brown dan Levinson (1978) dan Leech (1983). Ahli
kesantunan suatu tuturan mampu diukur dengan tiga skala pragmatik, yaitu skala
2010:46) menyatakan bahwa terdapat tiga konsep yang harus diikuti ketika
Bahasa adalah sistem tanda berupa bunyi, bersifat arbitrer, yang digunakan
dan penanda diri. Manusia pada dasarnya menggunakan bahasa untuk melakukan
suatu komunikasi satu sama lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesantunan
berbahasa merupakan bentuk kesopanan dalam format bahasa baik itu dalam
bentuk tuturan maupun lisan. Kesantunan berbahasa adalah bentuk kajian dari
ilmu pragmatik untuk megetahui bentuk tuturan atau tidak tutur yang bersifat
dalam penelitiannya berupa thesis bahwa kesantunan berbahasa bisa dilihat dalam
bagaimana penutur dalam bertutur melalui penanda verbal atau tata cara
Prinsip dan konsep kesantunan juga telah dijabarkan oleh Prayitno (2011)
dengan perbedaan latar belakang budaya dan kehidupan sosial ini dapat dipadukan
kesantunan berbahasa adalah bagian dari sikap dalam menjalin suatu interaksi dan
ukur martabat yang dimilikiya, mejadikan kesantunan dalam ranah verbal peting
untuk ditanamkan sejak dini. Sehingga peran keluarga sebagai pendidik informal
dan lingkungan pendidikan dalam ranah formal memiliki peran penting untuk
penerus bangsa. Sekolah merupakan tempat formal yang wajib mendidik siswanya
untuk bertutur secara santun, lembaga yang menciptakan generasi anak bangsa
yang akan menjadi penerus bangsa sehingga perlu untuk menciptakan kesantunan
sekolah hanya menghasilkan orang yang pintar secara ilmu, tetapi gagal
menghasilkan orang yang santun berbicara, karena pintar ilmu tidak cukup jika
tidak memiliki karakter yang baik, sopan santun dan juga jujur. Penjelasan
tersebut, sekaligus menjadi alasan yang jelas jika sekolah dapat menjadi salah satu
kesantunan lisan sebagai salah satu sikap moral yang harus ditanamkan dalam
meliputi empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap mental, (2) sikap sosial,
peduli (toleransi, gotong royong), santun dan percaya diri dalam batas interaksi
pendidikan akan mencerminkan karakter penerus suatu negara, maka sikap dan
formal, sebagai rumah kedua siswa setelah lingkungan keluarga, harus mampu
yang memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Perpaduan ketiga hal tersebut
norma-norma sosial dan budaya yang ada dan berlaku dalam masyarakat
Konsep kesantunan terbagi menjadi enam maksim yang terdapat pada teori
Maksim Simpati.
a) Maksim Kebijaksanaan
Konsep dari maksim ini merujuk pada prinsip kesantunan peserta tutur
kepentingan orang lain dalam kegiatan tutur. Jika Anda memiliki kepentingan
terbaik orang lain, Anda dapat mengatakan bahwa orang yang berbicara sudah
dikatakan sopan. Selain itu, berpegang pada maksim kata-kata bijak dapat
menghindari rasa iri, dengki, dan sikap kasar lainnya terhadap lawan bicara.
Demikian juga, jika Anda memegang teguh dan menerapkan aturan bijak ini
dalam berbicara atau berinteraksi, Anda dapat meminimalkan rasa sakit hati yang
datang dengan memperlakukan orang lain. Jadi, menurut pepatah ini, jika pepatah
bijak dijalankan dengan benar, maka dimungkinkan untuk bersikap sopan dalam
kelas. Pada tuturan di tersebut tampak sangat jelas bahwa tuturan siswa 1
19
kalimat tanya lebih santun dibandingkan dengan kalimat perintah. Pada saat
b) Maksim Kedermawanan
Penghuni kos 1 : Mari saya cucikan piring kotormu! Piring kotorku Cuma
sedikit .
Penghuni kos 2 : Tidak usah, kak. Nanti siang saya akan bersihkan semua
Terlihat jelas bahwa salah satu penghuni sangat akrab dan memiliki hubungan
yang baik dengan penghuni lainnya. Pernyataan yang disampaikan oleh penghuni
orang lain dengan membebani dirinya sendiri. Cara ini dilakukan dengan
hal ini sering terjadi karena merupakan bentuk kerjasama yang nyata, Seperti
gotong royong. Hal ini dapat dikatakan sebagai perbentukan dari maksim
membantu orang lain, tidak pernah bekerja sama dengan orang lain, bisa
dikatakan kasar, dan biasanya tidak memiliki banyak teman dalam kehidupan
sehari-hari.
20
c) Maksim Penghargaan
Dalam semboyan ini, penutur dan mitra tutur diharapkan tidak saling
acara berbicara dapat dikatakan tidak sopan. Hal ini karena sarkasme tidak
menghormati orang lain. Apa yang disebut hal buruk, perilaku yang harus
d) Maksim Kesederhanaan
Jenis maksim ini juga dapat disebut sebagai maksim kerendahan hati,
dimana penutur diharapkan menjaga sikap rendah hati dengan mengurangi pujian
terhadap dirinya sendiri. Jika Anda selalu mengutamakan diri sendiri atau memuji
diri sendiri dalam berbicara dan berkomunikasi, Anda bisa dikatakan sombong.
e) Maksim Pemufakatan
Maksim ini dapat disebut sebagai kriteria kesesuaian. Dalam hal ini,
tuturan dikatakan santun jika penutur dan mitra tutur sepakat atau serasi dalam
suatu peristiwa tutur. Dalam masyarakat Makassar, orang tidak boleh langsung
Makassar, perempuan tidak boleh menentang apa yang dikatakan laki-laki. Jika
kita melihat orang yang berbicara hari ini, lawan bicara biasanya akan
dinamis.
f) Maksim Kesimpatian
Maksim ini merujuk pada sikap memperhatikan. Tujuan dari moto ini
sisi dan sisi lainnya. Masyarakat Indonesia menganut empati dalam komunikasi
sehari- hari. Jika penutur tidak memiliki sikap simpatik, maka dapat dikatakan
bahwa penutur memiliki sikap menjijikan, yang dapat dikatakan sebagai perilaku
tidak sopan. Empati terhadap orang lain dapat ditunjukkan dengan tersenyum,
memberikan semangat. Hal ini tentunya sangat berarti kepada sang anak karena
tingkat kesantunan, mulai dari yang tidak sopan sampai yang paling sopan.
Rahardi (2005: 66-67) mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga skala penilaian
model kesantunan Leech, nilai maksimum dari setiap interaksi interpersonal dapat
Sebagai alat komunikasi, bahasa mencakup dua aspek, linguistik dan non-
linguistik atau paralinguistik. Kedua aspek ini “bekerja sama” dalam penataan
Agustina (1995: 22), kesantunan linguistik dicirikan oleh aspek verbal dan
seseorang, seperti falsetto (suara tinggi), staccato (bunyi staccato), dsb., dan unsur
suprasegmental, yaitu stres, intonasi (pitch).), intonasi, jarak, dan gerakan tubuh
seperti gerakan tangan, anggukan, dll, sentuhan yang berhubungan dengan rasa
besar terhadap tingkat kesantunan yang digunakan saat berbicara. Misalnya, dapat
23
pintu dengan mengucapkan “tabe’” atau berpamitan terlebih dahulu pada suatu
pertemuan, kemudian orang tersebut akan masuk dan duduk di kursi atas
undangan tuan rumah. Perintah seperti itu sangat menentukan penilaian seseorang
B. Kerangka Pikir
Pada bagian ini kerangka pikir yang disajikan sejalan dengan rumusan
masalah yang dijelaskan pada bagian pendahuluan. Tujuannya, agar masalah dan
teori bisa relevan dengan simpulan penelitian yang nantii akan dihasilkan. Adapun
belajar mengajar di sekolah, baik dalam diskusi atau diskusi di luar) Informasi,
perasaan, ide atau konsep. Prinsip kesantunan berbahasa merupakan bagian dari
maksim diperoleh dari proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa
24
dengan siswa. Guru sebagai pihak yang mengajar dan siswa sebagai pihak yang
belajar. Seorang guru dan siswa dituntut mampu mengomunikasikan ide, gagasan,
dan pikiran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai dengan tata cara
berbahasa atau dapat menggunakan bahasa yang santun sesuai dengan maksim
interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa kemudian dianalisis
berbahasa yang dapat dilihat pada kalimat yang digunakan dalam interaksi belajar
menjadikan guru terhormat dan siswa mampu menggunakan bahasa yang sesuai
Kegiatan Presentasi
Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas IX
Analisis
Temuan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informan, serta dilakukan dalam
latar setting yang alamiah. Pada penelitian ini peneliti akan mengidentifikasi,
Dengan rincian mengumpulkan data dua minggu, dan dua minggu pengolahan
Kabupaten Takalar.
26
27
C. Desain Penelitian
Data yang akan diperolah dari penelitian ini adalah ekstrak dari transkrip
D. Fokus Penelitian
mencakup pokok permasalahan dalam hal ini. Pada penelitian kualitatif, fokus
penelitian berguna membatasi penelitian yang dilakukan. Oleh sebab itu fokus
masalah yang dikaji. Oleh karena itu, peneliti menetapkan dua fokus penelitian
yaitu:
E. Deksripsi Fokus
orang lain dalam berbahasa, baik saat menggunakan bahasa lisan maupun
suatu masyarakat. Kesantunan tidak hanya dapat dilihat dari sisi penuturnya
saja, tetapi juga harus memperlihatkan kesan lawan tutur yang mendengarkan
Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa kata dan kalimat yang
pembelajaran Bahasa Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan
sebagai berikut:
1. Observasi
Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan sistem daring dan
2. Rekam
Teknik rekam yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara
merekam, teknik rekam digunakan dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti
3. Transkripsi
4. Mencatat
H. Instrumen Penelitian
dalam penelitian lapangan seperti alat rekam yang digunakan adalah kamera, alat
perekam dan buku catatan. Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu
dengan pengamatan penuh terhadap kesantunan berbahasa guru dan siswa pada
Galesong.
30
Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
2. Penyajian Data
Pada bagian ini, Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis
kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan
suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian, seorang
penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah
yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang
mungkin berguna.
31
3. Menarik Kesimpulan
intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu
muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan
terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi
Jenis Maksim
Interaksi Data
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Keterangan
M1 : Maksim Kebijaksanaan
M2 : Maksim Kedermawanan
M3 : Maksim Penghargaan
M4 : Maksim Kesederhanaan
M5 : Maksim Pemufakatan
M6 : Maksim Simpati
BAB IV
A. Hasil Penelitian
lapangan dari masalah yang telah dirumuskan. Pada bab ini, dideskripsikan secara
rinci hasil penelitian yang berkaitan dengan bentuk kesantunan berbahasa dalam
interaksi guru ke siswa, serta siswa ke guru pada kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas.
Leech (1993) yang membagi bentuk kesantunan menjadi enam maksim, yaitu
teori Leech dibagi atas enam maksim. Sebelumnya peneliti telah menemukan data
33
34
a) Maksim Kebijaksanaan
keuntungan diri sendiri. Maksim ini ditandai dengan penggunaan kata yang
Data 1
Guru: Fikri apa itu kita pegang, nak? Ki simpan mi dulu Nak, kita belajar
Siswa : Hp buk
Berdasarkan data dengan kode AKB/20/1, peristiwa tutur terjadi dari guru
ke siswa ketika awal hari pada saat proses pembelajaran akan dimulai. Guru
sesuatu yang ia mainkan tadi. dan maksim kebijaksanaan dengan kata “kita”
kebijaksanaan yang dilontarkan ketika menegur siswa yang tengah sibuk sendiri
dengan urusannya tanpa menyakiti hati sang siswa. Tuturannya dimaksudkan agar
siswa dapat melakukan perintah guru tanpa merasa tertekan dan dapat
melaksanakannya dengan senang hati. Jadi interaksi antara guru dengan siswa dan
35
siswa dengan guru Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang
santun.
Data 2
Berdasarkan data dengan kode AKB/28/2, peristiwa tutur terjadi dari guru
ke siswa ketika proses pembelajaran akan dimulai. Guru menyuruh siswa yang
bertindak sebagai ketua kelas agar melaksanakan doa bersama sebelum memasuki
kebijaksanaan yang dilontarkan ketika guru meminta tolong kepada siswa agar
agar tidak terkesan seperti menyuruh atau memaksa agar siswa dengan senang hati
santun.
Data 3
Guru : sekarang pembahasan kita adalah cerpen. Ada yang tau apa itu
Berdasarkan data dengan kode AKB/32/3, peristiwa tutur terjadi dari guru
ke siswa ketika guru telah memulai proses pembelajaran. Guru bertanya mengenai
topik pembahasan hari itu yakni cerpen, dan siswa menjawabnya dengan baik.
saja siswa yang ingin menjawab. Tuturannya kalimat “mari kita lanjut”
merasa tertekan. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang
santun.
Data 4
Berdasarkan data dengan kode AKB/41/4, peristiwa tutur terjadi dari guru
siswa untuk membuka buku cetak dan bertanya siapa saja yang ingin membaca
teks, dan siswa yang menginginkan kesempatan itu pun menyebutkan dirinya agar
dipersilahkan.
saja yang ingin membaca tanpa diperintah. Tuturannya kata “bisa” dimaksudkan
agar siswa bisa melaksanakan pembelajaran dengan senang hati tanpa tekanan.
Data 5
Guru : Kalau semua sudah selesai mi tulis yang di papan tulis, sekarang itu
sederhana saja.
Berdasarkan data dengan kode AKB/76/5, peristiwa tutur terjadi dari guru
agar mengerjakan tugas yang diberikan sebelumnya, dan siswa bertanya mengenai
yang diberikan kepada para siswa. Kata “bebas” digunakan agar siswa merasa
tidak tertekan akan hal tersebut dan mengerjakannya dengan senang hati. Jadi,
b) Maksim Kedermawanan
Data 6
Berdasarkan data dengan kode AKB/20/6, peristiwa tutur terjadi dari guru
rumah. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 7
Berdasarkan data dengan kode AKB/37/7, peristiwa tutur terjadi dari guru
keuntungan bagi pihak lain yang dalam hal ini adalah para siswa yang merasa
sudah siap. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 8
Peristiwa tutur terjadi dari guru ke siswa ketika proses pembelajaran sedang
yang tidak dapat melihatnya dengan baik, jadi guru membantunya dengan
mendiktenya.
kedermawanan yang dilontarkan ketika guru berniat untuk membantu siswa yang
Data 9
Berdasarkan data dengan kode AKB/90/9, peristiwa tutur terjadi dari guru
untuk diam dan mengerjakan tugas yang telah diberikan sebelumnya, kemudian
agar memberikan keuntungan pada orang lain yakni mengerjakan tugas hingga bel
berbunyi. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 10
Guru: Kalau ada yang mau ditanyakan, silahkan bertanya nah. (Kode:
AKB/93/10)
Berdasarkan data dengan kode AKB/93/10, peristiwa tutur terjadi dari guru
agar tidak ribut dalam mengerjakan tugas dan mempersilahkan jika ada yang ingin
bertanya.
merasa berat dalam mengerjakan tugas tersebut bisa bertanya kepada guru supaya
meminimalisir perasaan tidak enak hati dalam menyelesaikannya. Jadi, kalimat itu
c) Maksim Penghargaan
Pada maksim ini menganggap bahwa orang yang santun dalam berbahasa
rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan cacian kepada orang lain.
ini.
Data 11
Guru: Iya betul sekali. Jadi, cerpen itu cerita pendek atau biasa disingkat
cerpen adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata
Berdasarkan data dengan kode AKB/34/11, peristiwa tutur terjadi dari guru
seksama.
yang dipelajari hari ini. Kalimat “Iya betul sekali” merupakan pujian untuk siswa
yang sebelumnya telah menjawab pertanyaan guru dengan baik, sehingga siswa
merasa terhormat bisa melakukan hal tersebut. Jadi, kalimat itu termasuk ke
Data 12
Guru: Iya bagus sekali caranya membaca ya, besar suaranya dan
artikulasinya sangat bagus. Cocok ini ikut lomba baca puisi. (Kode:
AKB/45/12)
Berdasarkan data dengan kode AKB/45/12, peristiwa tutur terjadi dari guru
siswa yang sedang membaca materi pelajaran dan memberikannya apresiasi atas
membaca buku. Kalimat “Iya bagus sekali” dimaksudkan agar siswa merasa
senang sekaligus bahagia bisa melakukan hal yang diperintah oleh gurunya
dengan baik. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 13
Guru: Iya tawwa, bagus juga cara bacanya. Banyak-banyak ini dikelas sini
Berdasarkan data dengan kode AKB/61/13, peristiwa tutur terjadi dari guru
siswa yang sedang membaca materi pelajaran dan memberikannya apresiasi atas
telah melaksanakan perintah guru dengan baik, dan siswa pun merasa dihargai
akan hal tersebut. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang
santun.
Data 14
Guru: Ya, pertanyaan bagus. Jadi, edukasi itu istilah dari pendidikan ya.
Berdasarkan data dengan kode AKB/65/14 peristiwa tutur terjadi dari guru
pertanyaan kepada guru, dan kemudian guru pun menjawab pertanyaan siswa
tersebut.
Kalimat “Ya, pertanyaan bagus” digunakan sebagai pujian yang jujur untuk
yang santun.
Data 15
siswa agar mengerjakan tugas yang diberikan dan melakukannya sesuai instruksi
selesai mengerjakan tugas agar membawanya ke meja guru. Kata “anak pintar”
tugasnya dengan baik. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa
yang santun.
d) Maksim Kesederhanaan
kepada diri sendiri dan memaksimalkan cacian pada diri sendiri. Maksim ini
bermaksud agar penutur dapat rendah hati agar penutur tidak menunjukkan
Data 16
Guru: Kenapa kalian ini? Teman kalian ini sedang membaca, kenapa
kalian tidak bisa hargai temannya. Kalian ini datang kesini untuk belajar.
Bukan hanya kalian, bahkan saya sebagai guru juga masih belajar, kita
semua sama-sama belajar. Jadi diam dulu semua nah. (Kode: AKB/56/16)
kesederhanaan yang dilontarkan ketika guru menegur para siswa yang sedang
45
dengan segala kerendahan hati dalam menegur siswanya, dengan cara mengurangi
Data 17
Guru: Karaeng biarmi, mauji kuliat. Kita semua masih sama-sama belajar
ji juga. (Kode: AKB/111/17)
siswa tersebut.
kelas melainkan bersikap dengan sangat sederhana dan rendah hati. Jadi, kalimat
Data 18
Guru: Tidak apa apa nak, rumahku juga kecil ji kodong. (Kode:
AKB/121/18)
kesederhanaan yang dilontarkan ketika guru dan siswa berdiskusi mengenai acara
yang akan mereka datangi. Tuturannya menunjukkan suatu upaya guru dalam
bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap diri sendiri. Jadi,
e) Maksim Pemufakatan
antara penutur dan mitra tutur. Kemudian, maksim pemufakatan atau maksim
kesepakatan ini juga menuntut setiap peserta tutur tidak boleh membantah
secara langsung tuturan yang dianggapnya tidak cocok atau tidak disepakati.
Data 19
Berdasarkan data dengan kode AKB/3/19, peristiwa tutur terjadi dari guru
ke siswa ketika proses pembelajaran baru akan dimulai. Guru bertanya mengenai
pendapat dengan siswa lainnya mengenai kehadiran seluruh siswa di dalam kelas.
Data 20
mengenai pemahaman para siswa, dan menjelaskan mengenai hal-hal yang belum
dimengerti.
hari itu yakni terkait cerpen. Tuturannya menunjukkan seorang guru yang
berusaha menyatukan persepsinya dengan siswa, dan tujuannya agar siswa lebih
memahami materi pelajaran dengan baik. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam
f) Maksim Simpati
mampu memaksimalkan rasa simpati antara diri dan orang lain serta mampu
meminimalkan rasa antipati diri dan orang lain. Dari berbagai peristiwa tutur,
lain yang sedang dilanda musibah, maka orang tersebut tergolong santun
Data 21
guru ke siswa ketika proses pembelajaran baru saja akan dimulai. Guru bertanya
mengenai kehadiran para siswa di dalam kelas, maupun yang sedang berhalangan
hadir.
simpati yang dilontarkan ketika guru sedang memeriksa kehadiran satu per satu
terhadap siswa yang sedang sakit dan tidak bisa belajar seperti siswa lainnya. Jadi,
Data 22
simpati yang dilontarkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran dan
menyuruh siswa menulis. Kata “kodong” digunakan sebagai upaya simpati pada
siswa yang kurang bisa memahami pelajaran dengan baik sebab permasalahan
49
yang menimpa kedua matanya. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan
Data 23
bantuan terhadap kendala yang sedang dialami oleh seorang siswa saat
simpati yang dilontarkan ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran dan
tersebut. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 24
Guru: Kenapa begini tulisanta nak, perbaiki lagi nah. (Kode: AKB/112/24)
memotivasi siswa agar lebih giat lagi dalam memperbaiki dirinya agar bisa
simpati yang dilontarkan ketika guru sedang memeriksa tugas para siswa yang
telah selesai. Kalimat “perbaiki lagi nah” merupakan suatu simpati yang guru
berikan pada siswa dengan tindakannya yang tidak sinis maupun antipati, sebab
50
kemampuan siswa tersebut dalam menulis berada di bawa rata-rata dari temannya
yang lain. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 25
datangi nantinya.
simpati yang dilontarkan ketika guru dan siswa sedang berdiskusi mengenai acara
yang akan mereka datangi nantinya. Tuturannya bertujuan untuk membantu para
a) Maksim Kebijaksanaan
keuntungan diri sendiri. Maksim ini ditandai dengan penggunaan kata yang
Data 26
Siswa: Teman teman marilah kita membaca doa belajar, doa dimulai.
(Kode: AKB/29/26)
siswa ke guru ketika proses pembelajaran baru akan dimulai. Siswa yang
bertindak sebagai ketua kelas mengajak yang lainnya untuk melakukan doa
belajar dan mengajak siswa lainnya untuk melakukan kewajibannya. Jadi, kalimat
Data 27
menjawab pertanyaan yang sebelumnya telah dilontarkan oleh sang guru di dalam
kelas.
lawan tutur. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
52
Data 28
Siswa: Kusimpan di sinimi nah Bu, supaya tidak sempit meja ta. (Kode:
AKB/108/28)
untuk tidak memberatkan sang guru dengan menyimpan buku tugasnya di pinggir
meja guru.
meja guru. Kalimat “supaya tidak sempit meja ta” memperlihatkan upaya siswa
yang ingin meringankan dan tidak memberatkan lawan tuturnya. Jadi, kalimat itu
Data 29
Siswa: Iye Bu, belajar teruska ini supaya rapi tulisanku. (Kode:
AKB/113/29)
berusaha untuk memperbaiki dirinya agar bisa menjadi lebih baik lagi, dan
sendiri dan berusaha menerima masukan dari gurunya demi kelancaran proses
santun.
53
Data 30
Siswa: Ibu hari senin datangki kerumah nah, sama kak Suci juga. (Kode:
AKB/116/30)
agar datang.
guru untuk melakukan hal yang dikehendakinya namun dengan pemilihan kata
yang halus. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
b) Maksim Kedermawanan
Data 31
Siswa: Iye, Bu. Yang ini buku cetak bahasa Indonesia.(Kode: AKB/38/31)
pertanyaan yang sebelumnya telah dilontarkan oleh sang guru di dalam kelasnya
tersebut.
54
keuntungan kepada orang lain dengan menunjukkan sebuah buku kepada guru.
Data 32
pada guru mengenai materi pelajaran yang belum ia pahami dengan baik
penjelasannya.
menghargai orang lain dengan mengajukan pertanyaan akan sesuatu yang belum
ia mengerti, dan tentunya dengan tutur kata yang halus. Jadi, kalimat itu termasuk
Data 33
mengenai teknis penulisan tugas yang sebelumnya telah diberikan oleh guru di
kelas.
55
pertanyaan akan apa yang harus dia lakukan, dan tentunya dengan tutur kata yang
halus. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 34
mengapresiasi bantuan yang telah diberikan oleh guru kepada dirinya saat sedang
belajar.
menghormati orang lain utamanya guru yang telah memberikan bantuan kepada
dirinya. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 35
bantuan pada siswa lainnya yang sedang kesulitan, dan guru menanyakan
kesediaannya.
56
upaya siswa yang ingin meringankan kesulitan orang lain dengan menawarkan
pertolongan. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
c) Maksim Penghargaan
Pada maksim ini menganggap bahwa orang yang santun dalam berbahasa
hormat kepada orang lain dan meminimalkan cacian kepada orang lain.
Berikut contoh yang dapat menjelaskan maksud dari maksim penghargaan ini.
Data 36
siswa ke guru ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Siswa sedang ingin
buang air kecil sehingga memutuskan untuk izin pada guru untuk keluar sebentar
dari kelas.
meminta izin terlebih dahulu. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan
Data 37
memberitahukan kepada guru terkait potensi yang dimiliki siswa lainnya dalam
hal suara.
pembelajaran. Kalimat “Ibu, Siska juga bagus suaranya” menunjukkan siswa yang
memberikan pujian pada siswa lainnya dan tidak saling mengejek, mencela,
membenci, maupun merendahkan orang lain. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam
Data 38
Siswa: Ibu pernahki bikin cerpen? Mauka baca, pasti bagus Bu. (Kode:
AKB/67/38)
pada guru mengenai keahliannya dalam menulis sebab materi yang sedang
pembelajaran. Kalimat “Mauka baca, pasti bagus Bu” menunjukkan bahwa siswa
58
memuji lawan tuturnya yang menandakan bahwa dia orang yang sopan karena
memuji merupakan tindakan menghargai orang lain. Jadi, kalimat itu termasuk ke
Data 39
guru yang sedang membantu siswa lainnya saat kesulitan dalam melaksanakan
pembelajaran.
pembelajaran dan ada siswa lain yang mengalami kesulitan saat belajar. Kalimat
memberi pujian dan merasa kagum terhadap sikap sang lawan tutur. Jadi, kalimat
Data 40
siswa ke guru ketika proses pembelajaran telah berakhir. Siswa disuruh oleh guru
menyenangkan hati orang lain. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan
d) Maksim Kesederhanaan
kepada diri sendiri dan memaksimalkan cacian pada diri sendiri. Maksim ini
bermaksud agar penutur dapat rendah hati agar penutur tidak menunjukkan
Data 41
Siswa: Iye, terima kasih Bu. Sampai sini paham maka’ dengan
pengetahuanku yang masih sedikit ini. (Kode: AKB/66/41)
pelajaran yang disampaikan, dan merasa rendah diri akan pengetahuan yang
dimilikinya. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang santun.
Data 42
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru namun terlambat, guru pun
diberikan sebelumnya oleh guru. Kata “maaf” menunjukkan siswa yang berusaha
merendahkan diri sendiri dengan meminta maaf kepada guru atas keterlambatan
yang dilakukannya. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa yang
santun.
e) Maksim Pemufakatan
antara penutur dan mitra tutur. Kemudian, maksim pemufakatan atau maksim
kesepakatan ini juga menuntut setiap peserta tutur tidak boleh membantah
secara langsung tuturan yang dianggapnya tidak cocok atau tidak disepakati.
Data 43
mencocokkan buku yang disiapkan oleh guru saat penjelasan materi pelajaran
akan dimulai.
pemufakatan yang dilontarkan ketika siswa dan guru sedang berbincang mengenai
mencocokkan pendapatnya dan meminta persetujuan sang guru. Jadi, kalimat itu
Data 44
dimulai.
pemufakatan yang dilontarkan ketika siswa dan guru sedang berbincang mengenai
berusaha bermufakat mengenai tugas yang akan dikerjakan nantinya. Jadi, kalimat
f) Maksim Simpati
mampu memaksimalkan rasa simpati antara diri dan orang lain serta mampu
meminimalkan rasa antipati diri dan orang lain. Dari berbagai peristiwa tutur,
lain yang sedang dilanda musibah, maka orang tersebut tergolong santun
Data 45
Berdasarkan data dengan kode AKB/8/45, peristiwa tutur terjadi dari siswa
kehadiran siswa lainnya maupun yang sedang berhalangan hadir kepada guru
yang mengabsen.
simpati yang dilontarkan ketika siswa menjawab pertanyaan dari guru terkait
kehadiran siswa lain. Tuturannya menunjukkan siswa yang tidak antipati terhadap
orang lain sebab hal itu tidak santun dengan berusaha menginformasikan keadaan
siswa lain yang sedang sakit. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan
Data 46
Berdasarkan data dengan kode AKB/9/46, peristiwa tutur terjadi dari siswa
ke guru ketika proses pembelajaran baru akan dimulai. Siswa sedang merespon
perkataan siswa lainnya dan guru yang sedang membahas siswa yang tidak hadir
sebab sakit.
simpati yang dilontarkan ketika siswa dan guru sedang berbincang mengenai
kehadiran siswa. Kata “kodong” menunjukkan siswa yang berusaha tidak antipati
terhadap penderitaan yang dirasakan orang lain. Jadi, kalimat itu termasuk ke
Data 47
siswa lainnya yang sedang disuruh oleh guru untuk membacakan materi pelajaran
di kelas.
lain dengan sikap ramah. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan bahasa
yang santun.
Data 48
semangat kepada siswa lainnya yang sedang disuruh oleh guru untuk
penutur lain yang akan melaksanakan perintah dari gurunya untuk membaca buku.
Data 49
siswa ke guru ketika siswa menunjukkan rasa prihatin terhadap siswa lainnya
terhadap siswa yang lain dengan berusaha mempertanyakan apa kendala yang
dihadapi oleh orang tersebut. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam penggunaan
Data 50
dari guru ke siswa pada data AKB/134/50 merupakan maksim simpati yang
agar bisa cepat menyelesaikan tugas. Jadi, kalimat itu termasuk ke dalam
B. Pembahasan
kesantunan berbahasa guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas
terdapat 6 maksim yang digunakan oleh guru dan siswa yaitu, maksim
Kesantunan berbahasa guru dan siswa akan tampak saat terjalin interaksi
antara kedua interaksi yang terjadi antara guru dan siswa adalah seluruhnya sama-
sama menaati 6 maksim yang ada. Guru dan siswa melakukan upaya saat
berkomunikasi agar masing-masing tidak ada yang merasa tertekan, tersudut, dan
tersinggung. Hal ini sesuai dengan teori Leech (1993) bahwa seseorang dapat
kesimpatisan.
kesantunan berbahasa, yang dalam hal ini adalah upaya untuk tetap menjaga harga
diri penutur dan mitra tutur. Pemakaian bahasa yang sopan saat berkomunikasi
66
akan membuat lawan bicara merasa dihormati, nyaman, dan tidak menciptakan
kesalahpahaman.
interaksi antara guru dan siswa mematuhi prinsip kesantunan berbahasa menurut
Leech dan tidak terdapat penyimpangan atau pelanggaran prinsip. Hal tersebut
kesantunan berbahasa dengan data yang berjumlah 18, selain itu terdapat data
berbahasa yang terdapat dalam interaksi guru ke siswa, yaitu: (1) maksim
AKB/49/20, (6) maksim simpati ditunjukkan pada data dengan kode AKB/10/21,
diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.
maksim tersebut merujuk pada prinsip kesantunan peserta tutur harus menganut
digunakan oleh guru dalam interaksinya kepada siswa tersebut sudah sepatutnya
berbahasa yang terdapat dalam interaksi siswa ke guru, yaitu: (1) maksim
AKB, (5) maksim pemufakatan ditunjukkan pada data dengan kode AKB/39/43
dan AKB/83/44, (6) maksim simpati ditunjukkan pada data dengan kode
sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Masyarakat Indonesia
menganut empati dalam komunikasi sehari- hari. Jika penutur tidak memiliki
sikap simpatik, maka dapat dikatakan bahwa penutur memiliki sikap menjijikan,
yang dapat dikatakan sebagai perilaku tidak sopan. Sudah sepatutnya para siswa
69
bersikap dengan santun kepada guru maupun sesama siswa, jadi mereka lebih
A. Kesimpulan
B. Saran
70
DAFTAR PUSTAKA
The Social & Behavioral Sciences, 2nd edition, Volume 18. Max Planck
71
72
Parker, Frank. 1986. Linguistics for Non-Linguist. London: Taylor and Francis
Ltd.
Prayitno, Joko Harun. 2011. Kesantunan Sosiolinguistik: Studi Pemakaian Tindak
73
A. Lampiran Korpus Data
Guru ke Kebijaksanaan Guru: Fikri apa itu Guru menegur siswa AKB/20/1
Siswa kita pegang, nak? Ki yang tengah sibuk
simpan mi dulu nak, sendiri dengan
kita belajar mi dulu urusannya.
nah.
Guru ke Kebijaksanaan Guru: Ketua kelas, Guru meminta AKB/28/2
Siswa tolong dipimpin tolong kepada siswa
doanya nak. agar melaksanakan
tanggung jawabnya.
Guru ke Kebijaksanaan Guru: Baiklah anak- Guru memberikan AKB/32/3
Siswa anak mari kita lanjut, pertanyaan bagi
sekarang pembahasan siswa yang ingin
kita adalah cerpen. menjawab.
Ada yang tau apa itu
cerpen?
Guru ke Kebijaksanaan Guru: Siapa bisa baca Guru bertanya dan AKB/41/4
Siswa itu nomor satu? mempersilahkan
siapa saja yang ingin
membaca.
Guru ke Kebijaksanaan Guru: Kalau semua Guru AKB/76/5
Siswa sudah selesai mi tulis menginformasikan
yang di papan tulis, mengenai tugas yang
sekarang itu di buku diberikan kepada
kalian silahkan para siswa.
membuat ya cerpen
atau cerita pendek
yang sederhana saja.
Siswa: Berapa
paragraf, Bu?
Guru: Sembarang
nak, minimal tiga
paragraf nah.
Siswa: Sembarang ji
temanya, Bu?
Guru: Iye nak,
silahkan bebas
berkreasi ya.
Guru ke Kedermawanan Guru: Hari ini ada PR Guru bertanya AKB/20/6
Siswa yang mau diperiksa? mengenai tugas-
tugas yang diberikan
pada siswa.
74
Guru ke Kedermawanan Guru: Semua bawa ji Guru bertanya AKB/37/7
Siswa buku toh? Ditauji mengenai kesiapan
buku yang mana? siswa dalam
melaksanakan
pembelajaran.
Guru ke Kedermawanan Guru: Sini saya Guru berniat untuk AKB/71/8
Siswa bacakan yang di membantu siswa
papan tulis. yang kesulitan
belajar.
Guru ke Kedermawanan Guru: Ya sudah- Guru memberikan AKB/90/9
Siswa sudah. Silahkan peringatan pada
dikerjakan nah. siswa agar tidak
Siswa: Iye, Bu. gaduh dalam kelas.
Guru: Kerjakan
sampai bel berbunyi
nah.
Guru ke Kedermawanan Guru: Jangan ribut Guru mengingatkan AKB/93/10
Siswa semua. Kalau ada siswa agar
yang mau ditanyakan, mengerjakan tugas
silahkan bertanya dengan tenang.
nah.
Guru ke Penghargaan Guru: Iya betul Guru menjelaskan AKB/34/11
Siswa sekali. Jadi, cerpen mengenai materi
itu cerita pendek atau pelajaran yang
biasa disingkat dipelajari hari ini.
cerpen adalah salah
satu jenis prosa yang
isi ceritanya bukan
kejadian nyata dan
hanya dibuat-buat.
Guru ke Penghargaan Guru: Iya bagus Guru mendengarkan AKB/45/12
Siswa sekali caranya siswa saat
membaca ya, besar membacakan salah
suaranya dan satu isi buku.
artikulasinya sangat
bagus. Cocok ini ikut
lomba baca puisi.
Guru ke Penghargaan Guru: Iya tawwa, Guru mendengarkan AKB/61/13
Siswa bagus juga cara siswa yang membaca
bacanya. Banyak- dengan baik.
banyak ini dikelas
sini yang bagus
suaranya kalau
membaca.
Guru ke Penghargaan Guru: Ya, pertanyaan Guru menjawab AKB/65/14
Siswa bagus. Jadi, edukasi pertanyaan dari
74
itu istilah dari siswa.
pendidikan ya. Oke
semua.
Guru ke Penghargaan Guru: Kalau sudah Guru AKB/106/15
Siswa selesai, silahkan di memberitahukan
bawa ke depan ya siswa yang telah
anak pintar. selesai mengerjakan
tugas agar
membawanya ke
meja guru.
Guru ke Kesederhanaan Guru: Kenapa kalian Guru menegur siswa AKB/56/16
Siswa ini? Teman kalian ini yang tidak
sedang membaca, memperhatikan.
kenapa kalian tidak
bisa hargai temannya.
Kalian ini datang
kesini untuk belajar.
Bukan hanya kalian,
bahkan saya sebagai
guru juga masih
belajar, kita semua
sama-sama belajar.
Jadi diam dulu semua
nah.
Guru ke Kesederhanaan Guru: Karaeng Guru menenangkan AKB/111/17
Siswa biarmi, mauji kuliat. siswa yang takut
Kita semua masih tugasnya bernilai
sama-sama belajar ji jelek.
juga.
Guru ke Kesederhanaan Guru: Tidak apa apa Guru dan siswa AKB/121/18
Siswa nak, rumahku juga berdiskusi mengenai
kecil ji kodong. acara yang akan
mereka datangi.
Guru ke Pemufakatan Guru: Adami semua? Guru memulai AKB/3/19
Siswa Siswa: Iye Ibu, pelajaran hari ini.
masuk semuami.
Guru ke Pemufakatan Guru: Ada yang Guru menjelaskan AKB/49/20
Siswa belum dimengerti? tentang materi
Siswa: Jadi Bu, pelajaran yakni
cerpen itu singkat cerpen.
berarti di’?
Guru: Ya, kalau
cerpen itu dia tidak
panjang sehingga
ceritanya itu tidak
bertele-tele atau tidak
75
kemana-mana.
Biasanya kalau kita
buat cerpen kan
dimulai dari
pengenalan karakter
kemudian langsung
masuk masalah dan
merujuk ke klimaks
atau inti ceritanya.
Cerpen juga itu
pokok masalahnya
cuma satu ji, karena
ya namanya juga
cerpen tidak panjang
toh.
Guru ke Simpati Guru: Uh kodong Guru memeriksa AKB/10/21
Siswa kasiannya itu, sudahji kehadiran satu per
kalian jenguk satu siswa.
temanta?
Guru ke Simpati Guru: O kodong, Guru menjelaskan AKB/75/22
Siswa pakai kacamata nak. materi pelajaran dan
menyuruh siswa
menulis.
Guru ke Simpati Guru: Ini nak, pakai Guru menjelaskan AKB/100/23
Siswa pulpenku. materi pelajaran dan
menyuruh siswa
menulis.
Guru ke Simpati Guru: Kenapa begini Guru memeriksa AKB/112/24
Siswa tulisanta nak, perbaiki tugas para siswa
lagi nah. yang telah selesai.
Guru ke Simpati Guru: Siapa kosong Guru dan siswa AKB/125/25
Siswa tawwa ini? sedang berdiskusi
mengenai acara yang
akan mereka datangi
nantinya.
Siswa ke Kebijaksanaan Siswa: Teman teman Siswa AKB/29/26
Guru marilah kita mempersiapkan diri
membaca doa belajar, untuk memulai
doa dimulai. pelajaran dengan
membaca doa.
Siswa ke Kebijaksanaan Siswa: Cerita pendek Siswa sedang AKB/33/27
Guru Bu, kayak cerita- melaksanakan proses
cerita fiksi. pembelajaran di
kelas.
Siswa ke Kebijaksanaan Siswa: Kusimpan Siswa ingin AKB/108/28
Guru disinimi nah Bu, mengumpulkan
76
supaya tidak sempit tugasnya di meja
meja ta. guru.
Siswa ke Kebijaksanaan Siswa: Iye Bu, belajar Siswa berbincang AKB/113/29
Guru teruska ini supaya dengan guru
rapi tulisanku. mengenai tugasnya.
Siswa ke Kebijaksanaan Siswa: Ibu hari senin Siswa mengajak AKB/116/30
Guru datangki kerumah gurunya untuk
nah, sama kak Suci datang ke rumahnya.
juga.
Siswa ke Kedermawanan Siswa: Iye, Bu. Yang Siswa AKB/38/31
Guru ini buku cetak bahasa mempersiapkan diri
Indonesia. untuk memulai
proses pembelajaran.
Siswa ke Kedermawanan Siswa: Apa itu Siswa sedang AKB/64/32
Guru edukasi, Bu? memahami materi
pembelajaran yang
diberikan oleh guru.
Siswa ke Kedermawanan Siswa: Ibu, ini Siswa sedang AKB/95/33
Guru cerpennya bisaji mengalami kesulitan
berdasarkan dalam memahami
pengalaman sendiri? materi.
Siswa ke Kedermawanan Siswa: Makasih, Bu. Siswa sedang AKB/101/34
Guru melaksanakan proses
pembelajaran.
Siswa ke Kedermawanan Siswa: Saya pi Siswa berbincang AKB/126/35
Guru boncengi Bu, karena dengan guru
tidak adaji mengenai agenda
boncenganku. yang akan
dilakukan.
Siswa ke Penghargaan Siswa: Permisi Ibu, Siswa meminta izin AKB/12/36
Guru izinka dulu ke WC menuntaskan
sebentar sekali. urusannya sebelum
proses pembelajaran
dimulai.
Siswa ke Penghargaan Siswa: Ibu, siska juga Siswa sedang AKB/52/37
Guru bagus suaranya. Ki melaksanakan proses
suruh mi membaca. pembelajaran.
Siswa ke Penghargaan Siswa: Ibu pernahki Siswa sedang AKB/67/38
Guru bikin cerpen? Mauka melaksanakan proses
baca, pasti bagus Bu. pembelajaran.
Siswa ke Penghargaan Siswa: Baiknya Siswa sedang AKB/102/39
Guru tawwa Ibu. melaksanakan proses
pembelajaran dan
ada siswa lain yang
mengalami kesulitan
saat belajar.
77
Siswa ke Penghargaan Siswa: Iye, Ibu Siswa sedang AKB/133/40
Guru cantik. menjawab perintah
yang diberikan oleh
guru mengenai
tugasnya.
Siswa ke Kesederhanaan Siswa: Iye, terima Siswa sedang AKB/66/41
Guru kasih Bu. Sampai sini melaksanakan proses
paham mka dengan pembelajaran.
pengetahuanku yang
masih sedikit ini.
Siswa ke Kesederhanaan Siswa: Saya pi, Bu. Siswa mengerjakan AKB/130/42
Guru Maaf agak lambatka. tugas yang diberikan
oleh guru.
Siswa ke Pemufakatan Siswa: Betulmi ini Siswa dan guru AKB/39/43
Guru bukunya, Ibu? sedang berbincang
Guru: Iya cocokmi mengenai persiapan
proses pembelajaran.
Siswa ke Pemufakatan Siswa: Jadi Siswa dan guru AKB/83/44
Guru bagaimana Ibu? sedang berbincang
Tidak boleh kah? mengenai
Guru: Tidak boleh pemahaman materi
cinta pacar-pacaran. pembelajaran.
Kalian ini masih
anak-anak
Siswa ke Simpati Siswa: Sakitki, Bu. 2 Siswa menjawab AKB/8/45
Guru harimi tidak masuk. pertanyaan dari guru
terkait kehadiran
siswa lain.
Siswa ke Simpati Siswa: Deh kodong, Siswa dan guru AKB/9/46
Guru semoga cepat sedang berbincang
sembuh. mengenai kehadiran
siswa.
Siswa ke Simpati Siswa: Tawwana Siswa sedang AKB/47/47
Guru bagus suaranya. melaksanakan proses
pembelajaran.
Siswa ke Simpati Siswa: Semangatki Siswa sedang AKB/59/48
Guru Siska. melaksanakan proses
pembelajaran.
Siswa ke Simpati Siswa: Aduh, kenapa Masing-masing AKB/131/49
Guru bisa lama sekaliko siswa sedang
menulis. mengerjakan
tugasnya.
Siswa ke Simpati Siswa: Sini saya Siswa sedang AKB/134/50
Guru bantuko. mengerjakan
tugasnya masing-
masing.
78
B. Lampiran Analisis Data
Jenis Maksim
Interaksi Data
M1 M2 M3 M4 M5 M6
Guru ke Siswa Guru: Fikri apa itu kita ■
pegang, nak? Ki simpan
mi dulu nak, kita belajar
mi dulu nah.
Guru ke Siswa Guru: Ketua kelas, tolong ■
dipimpin doanya nak.
Guru ke Siswa Guru: Baiklah anak-anak ■
mari kita lanjut, sekarang
pembahasan kita adalah
cerpen. Ada yang tau apa
itu cerpen?
Guru ke Siswa Guru: Siapa bisa baca itu ■
nomor satu?
Guru ke Siswa Guru: Kalau semua sudah ■
selesai mi tulis yang di
papan tulis, sekarang itu di
buku kalian silahkan
membuat ya cerpen atau
cerita pendek yang
sederhana saja.
Siswa: Berapa paragraf,
Bu?
Guru: Sembarang nak,
minimal tiga paragraf nah.
Siswa: Sembarang ji
temanya, Bu?
Guru: Iye nak, silahkan
bebas berkreasi ya.
Guru ke Siswa Guru: Hari ini ada PR ■
yang mau diperiksa?
Guru ke Siswa Guru: Semua bawa ji buku ■
toh? Ditauji buku yang
mana?
Guru ke Siswa Guru: Sini saya bacakan ■
yang di papan tulis
Guru ke Siswa Guru: Ya sudah-sudah. ■
Silahkan dikerjakan nah.
Siswa: Iye, Bu.
Guru: Kerjakan sampai bel
79
berbunyi nah.
Guru ke Siswa Guru: Jangan ribut semua. ■
Kalau ada yang mau
ditanyakan, silahkan
bertanya nah.
Guru ke Siswa Guru: Iya betul sekali. ■
Jadi, cerpen itu cerita
pendek atau biasa
disingkat cerpen adalah
salah satu jenis prosa yang
isi ceritanya bukan
kejadian nyata dan hanya
dibuat-buat.
Guru ke Siswa Guru: Iya bagus sekali ■
caranya membaca ya,
besar suaranya dan
artikulasinya sangat bagus.
Cocok ini ikut lomba baca
puisi.
Guru ke Siswa Guru: Iya tawwa, bagus ■
juga cara bacanya.
Banyak-banyak ini dikelas
sini yang bagus suaranya
kalau membaca.
Guru ke Siswa Guru: Ya, pertanyaan ■
bagus. Jadi, edukasi itu
istilah dari pendidikan ya.
Oke semua.
Guru ke Siswa Guru: Kalau sudah selesai, ■
silahkan di bawa ke depan
ya anak pintar.
Guru ke Siswa Guru: Kenapa kalian ini? ■
Teman kalian ini sedang
membaca, kenapa kalian
tidak bisa hargai
temannya. Kalian ini
datang kesini untuk
belajar. Bukan hanya
kalian, bahkan saya
sebagai guru juga masih
belajar, kita semua sama-
sama belajar. Jadi diam
dulu semua nah.
Guru ke Siswa Guru: Karaeng biarmi, ■
mauji kuliat. Kita semua
masih sama-sama belajar ji
80
juga.
Guru ke Siswa Guru: Tidak apa apa nak, ■
rumahku juga kecil ji
kodong.
Guru ke Siswa Guru: Adami semua? ■
Siswa: Iye Ibu, masuk
semuami.
Guru ke Siswa Guru: Ada yang belum ■
dimengerti?
Siswa: Jadi Bu, cerpen itu
singkat berarti di’?
Guru: Ya, kalau cerpen itu
dia tidak panjang sehingga
ceritanya itu tidak bertele-
tele atau tidak kemana-
mana. Biasanya kalau kita
buat cerpen kan dimulai
dari pengenalan karakter
kemudian langsung masuk
masalah dan merujuk ke
klimaks atau inti ceritanya.
Cerpen juga itu pokok
masalahnya cuma satu ji,
karena ya namanya juga
cerpen tidak panjang toh.
Guru ke Siswa Guru: Uh kodong ■
kasiannya itu, sudahji
kalian jenguk temanta?
Guru ke Siswa Guru: O kodong, pakai ■
kacamata nak.
Guru ke Siswa Guru: Ini nak, pakai ■
pulpenku.
Guru ke Siswa Guru: Kenapa begini ■
tulisanta nak, perbaiki lagi
nah.
Guru ke Siswa Guru: Siapa kosong tawwa ■
ini?
Siswa ke Guru Siswa: Teman teman ■
marilah kita membaca doa
belajar, doa dimulai.
Siswa ke Guru Siswa: Cerita pendek Bu, ■
kayak cerita-cerita fiksi.
Siswa ke Guru Siswa: Kusimpan disinimi ■
nah Bu, supaya tidak
sempit meja ta.
Siswa ke Guru Siswa: Iye Bu, belajar ■
81
teruska ini supaya rapi
tulisanku.
Siswa ke Guru Siswa: Ibu hari senin ■
datangki kerumah nah,
sama kak Suci juga.
Siswa ke Guru Siswa: Iye, Bu. Yang ini ■
buku cetak bahasa
Indonesia.
Siswa ke Guru Siswa: Apa itu edukasi, ■
Bu?
Siswa ke Guru Siswa: Ibu, ini cerpennya ■
bisaji berdasarkan
pengalaman sendiri?
Siswa ke Guru Siswa: Makasih, Bu ■
Siswa ke Guru Siswa: Saya pi boncengi ■
Bu, karena tidak adaji
boncenganku.
Siswa ke Guru Siswa: Permisi Ibu, izinka ■
dulu ke WC sebentar
sekali.
Siswa ke Guru Siswa: Ibu, siska juga ■
bagus suaranya. Ki suruh
mi membaca.
Siswa ke Guru Siswa: Ibu pernahki bikin ■
cerpen? Mauka baca, pasti
bagus Bu.
Siswa ke Guru Siswa: Baiknya tawwa ■
Ibu.
Siswa ke Guru Siswa: Iye, Ibu cantik. ■
Siswa ke Guru Siswa: Iye, terima kasih ■
Bu. Sampai sini paham
mka dengan
pengetahuanku yang
masih sedikit ini.
Siswa ke Guru Siswa: Saya pi, Bu. Maaf ■
agak lambatka.
Siswa ke Guru Siswa: Betulmi ini ■
bukunya, Ibu?
Guru: Iya cocokmi
Siswa ke Guru Siswa: Jadi bagaimana ■
Ibu? Tidak boleh kah?
Guru: Tidak boleh cinta
pacar-pacaran. Kalian ini
masih anak-anak.
Siswa ke Guru Siswa: Sakitki, Bu. 2 ■
82
harimi tidak masuk.
Siswa ke Guru Siswa: Deh kodong, ■
semoga cepat sembuh.
Siswa ke Guru Siswa: Tawwana bagus ■
suaranya.
Siswa ke Guru Siswa: Semangatki Siska. ■
Siswa ke Guru Siswa: Aduh, kenapa bisa ■
lama sekaliko menulis.
Siswa ke Guru Siswa: Sini saya bantuko. ■
Keterangan
M1 : Maksim Kebijaksanaan
M2 : Maksim Kedermawanan
M3 : Maksim Penghargaan
M4 : Maksim Kesederhanaan
M5 : Maksim Pemufakatan
M6 : Maksim Simpati
83
C. Lampiran Transkrip Interaksi Guru dan Siswa
Guru: Assalamualaikum
Siswa: Waalaikumsalam, Bu
Siswa: Iye, Bu
Siswa: Belum, Bu
Guru: Oke, jadi hari ini kita lanjut saja pelajaran kemarin.
84
Siswa: Iye, Bu.
Guru: Fikri apa itu kita pegang, nak? Ki simpan mi dulu nak, kita belajar mi dulu
nah.
Guru: Iye nak. Sebelum kita mulai pelajaran, kita baca doa dulu supaya
dilancarkan pelajaranta hari ini.
Siswa: Amin
Siswa: Teman teman marilah kita membaca doa belajar, doa dimulai.
Siswa: Bismillahirrahmanirahim
Siswa: Selesai
Guru: Baiklah anak-anak mari kita lanjut, sekarang pembahasan kita adalah
cerpen. Ada yang tau apa itu cerpen?
Guru: Iya betul sekali. Jadi, cerpen itu cerita pendek atau biasa disingkat cerpen
adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya
dibuat-buat.
Guru: Iya, jadi materi kita kemarin kan sudah selesai. KD 10, yaitu
mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar cerpen yang dibacakan.
Guru: Ya jadi sekarang buka bukunya, lalu silahkan dibaca itu paragraf yang
jelaskan tentang cerpen.
85
Guru: Iye nak, bacami.
Siswa: Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel.
Guru: Iya bagus sekali caranya membaca ya, besar suaranya dan artikulasinya
sangat bagus. Cocok ini ikut lomba baca puisi
.
Siswa : Hehehe, makasih Ibu.
Guru: Ya saya jelaskan singkat ya. Jadi, kalau cerpen atau cerita pendek itu isinya
fiksi. Apa itu fiksi? Jadi fiksi itu biasanya cerita rekaan atau cerita yang dibuat
buat, yang asalnya itu berasal dari imajinasinya kita sebagai penulis cerpen itu
sendiri, atau bisa kita bilang kalau ini cerpen tidak ada hubungannya dengan
sejarah atau fakta. Jadi fiksi ini biasa kita gunakan kalau kita mau buat misalkan
film, acara televisi atau banyak yang lainnya.
Guru: Ya, kalau cerpen itu dia tidak panjang sehingga ceritanya itu tidak bertele-
tele atau tidak kemana-mana. Biasanya kalau kita buat cerpen kan dimulai dari
pengenalan karakter kemudian langsung masuk masalah dan merujuk ke klimaks
atau inti ceritanya. Cerpen juga itu pokok masalahnya cuma satu ji, karena ya
namanya juga cerpen tidak panjang toh.
Guru: Kenapa kalian ini? Teman kalian ini sedang membaca, kenapa kalian tidak
bisa hargai temannya. Kalian ini datang kesini untuk belajar. Bukan hanya kalian,
bahkan saya sebagai guru juga masih belajar, kita semua sama-sama belajar. Jadi
diam dulu semua nah.
86
Guru: Lanjutkanmi nak, baca mi.
Guru: Iya tawwa, bagus juga cara bacanya. Banyak-banyak ini dikelas sini yang
bagus suaranya kalau membaca.
Guru: Ya tidak hanya berkaitan dengan tempat dimana peristiwa dalam cerpen
terjadi, akan tetapi juga berkaitan dengan waku dan suasana. Jadi, latar
menggambarkan setting yang mendasari peristiwa dalam cerpen tersebut secara
keseluruhan.
Guru: Jadi semua bisa paham ya kalau cerpen itu dibuat untuk menghibur, juga
untuk edukasi.
Guru: Ya, pertanyaan bagus. Jadi, edukasi itu istilah dari pendidikan ya. Oke
semua.
Siswa: Iye, terima kasih Bu. Sampai sini paham mka dengan pengetahuanku yang
masih sedikit ini.
Siswa: Ibu pernahki bikin cerpen? Mauka baca, pasti bagus Bu.
Guru: Tidak kita lihat yang di atas kah itu di papan tulis?
Guru: Kalau semua sudah selesai mi tulis yang di papan tulis, sekarang itu di buku
87
kalian silahkan membuat ya cerpen atau cerita pendek yang sederhana saja.
Guru: Eh sembarang tong ini eh, kalau cinta sama keluarga atau teman bisa ya.
Guru: Dedeh kalian ini masih kecil, tidak boleh pacar-pacaran nah.
Guru: Jangan ribut semua. Kalau ada yang mau ditanyakan, silahkan bertanya
nah.
Siswa: Oke Bu, siap.
88
Siswa: Kulupai kayaknya kubawa
Siswa: Kusimpan disinimi nah Bu, supaya tidak sempit meja ta.
Guru: Iye nak simpan saja disitu, atau bawa sini dulu saya mau cek-cek sedikit.
Guru: Karaeng biarmi, mauji kuliat. Kita semua masih sama-sama belajar ji juga.
Siswa: Ibu hari senin datangki kerumah nah, sama kak Suci juga.
89
Siswa: Mauka juga ikut Bu hari senin
Guru: Ya, silahkan bawa ke ruang guru yang belum selesai nah.
90
D. Dokumentasi
91
E. Lampiran Usulan Judul Penelitian
92
F. Lampiran Surat Keputusan Dekan
93
G. Lampiran Lembar Pengesahan
94
H. Lampiran Persetujuan Pembimbing
95
I. Lampiran Lembar Pengesahan Persetujuan Perbaikan Proposal
96
J. Lampiran Permohonan Izin Penelitian
97
K. Lampiran Surat Izin Penelitian
98
RIWAYAT HIDUP
dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis
juga melanjutkan kembali pendidikannya pada Sekolah Menengah Pertama yakni
di SMP Negeri 2 Galesong pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015 penulis
melanjutkan kejenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas yakni di SMA Negeri
5 Takalar dan selesai pada tahun 2018. Tidak sampe disitu penulis juga
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dengan mendaftarkan
melalui jalur Seleksi Mandiri dengan memilih Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, atas izin pencipta (Allah) dan restu orang tua keinginan dan
cita-cita besar menjadi seorang mahasiswa di Universitas Negeri Makassar
terjawab melalui pengumuman jalur MANDIRI, dan Mendapatkan Beasiswa
Aspirasi Tamsil Linrung. Penulis bukan hanya aktif dalam ranah perkuliahan tapi
penulis juga aktif dalam Paduan Suara (UKM PSM PINISI CHOIR) berharap
dengan wadah tersebut bisa menjadi awal yang baik dalam meraih cita-cita dan
mengangkat derajat orang tua dalam status masyarakat insyaa Allah.
99