Anda di halaman 1dari 115

MANAJEMEN PEMBELAJARAN

MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH

DI SMP NEG. 3 TANETE RILAU, KAB. BARRU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Sarjana Sastra

Pada Fakultas Sastra

Universitas Hasanuddin

Oleh

KALMASYARI

Nomor pokok : F 511 09 511

MAKASSAR

2013

i
MANAJEMEN PEMBELAJARAN

MUATAN LOKAL BAHASA DAERAH

DI SMP NEG. 3 TANETE RILAU, KAB. BARRU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian

Guna memperoleh gelar Sarjana Sastra

Pada Fakultas Sastra

Universitas Hasanuddin

Oleh

KALMASYARI

Nomor pokok : F 511 09 511

MAKASSAR

2013

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk kedua orangtuaku yang tersayang, Ibunda Jumaeni yang tak henti-
hentinya memberi doa restunya, Ayahanda Muh. Alwi yang selalu mengingatkanku tuk
senantiasa focus karena kegelisahanku.

Keempat adikku yang tercinta (Nirmasyari, Ingriansyari, Nur Alamsyari, dan


Muh.Adam), tangis dan tawa kalian adalah motivasi terbesarku tuk jadi kakak yang dapat
dibanggakan.

Serta Teman-teman Pondok Putri di BTN Antara dan teman-teman seperjuangan


Mahasiswa Program Pendidikan Sarjana Guru Bahasa Daerah (PSGBD).

“Kebersamaan yang kalian hadirkan untukku adalah kado terindah di masaku kini dan akan
menjadi cermin di masa depanku nanti. Dengan kebersamaan kalian pula, karyaku hadir
merangkai rajutan-rajutan ilmu yang hampir rapuh …”

iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS SASTRA

Sesuai Surat Tugas Dekan Fakultas Ilmu Budaya/Fakultas Sastra Nomor:

4120/UN4.10.1/PP.28/2012, Tanggal 14 November 2012, dengan ini kami

menyatakan menerima dan menyetujui skripsi ini.

Makassar, 06 Maret 2013

Konsultan I Konsultan II

Dr. Rahmad Muhammad, M.Si. Drs. R.S.M. Assagaf, M. Ed.


NIP:197005131997021002 NIP: 196211091987031002

Disetujui untuk diteruskan


pada panitia ujian skripsi

Ketua Jurusan Sastra Daerah Ketua Konsentrasi


Fakultas Sastra UNHAS Program PSGBD UNHAS

Drs. M. Dalyan Tahir, M.Hum. Dr. Hj. Ery Iswary, M.Hum.


NIP: 196402011990021002 NIP:196512191989032001

Dekan Fakultas Sastra


Universitas Hasanuddin

Prof. Drs. Burhanuddin Arafah, M.Hum.,Ph.D.


NIP: 196503031990021001

iv
UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS SASTRA

Pada hari ini, rabu tanggal 6 Maret 2013. Panitia Ujian Skripsi menerima

dengan baik skripsi yang berjudul:

Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah di SMP Neg. 3

Tanete Rilau, Kab. Barru

yang diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian akhir guna

memeroleh gelar Sarjana Sastra pada Program Pendidikan Sarjana Guru

Bahasa Daerah (PSGBD) Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

Makassar, 06 Maret 2013

Panitia Ujian Skripsi

1. Dr. Rahmad Muhammad, M.Si. Ketua ……………………………

2. Drs. R. S. M. Assagaf, M. Ed. Sekretaris ……………………………

3. Prof. Dr. Lukman, M.S. Penguji I ……………………………

4. Dr. Hj. Ery Iswary, M.Hum. Penguji II ……………………………

5. Dr. Rahmad Muhammad, M.Si. Konsultan I ……………………………

6. Drs. R. S. M. Assagaf, M. Ed. Konsultan II ……………………………

v
KATA PENGANTAR

Segala puji tak henti-hentinya penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

karena kasih sayang dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.Penulisan skripsi ini merupakan upaya penulis memenuhi salah satu

syarat ujian akhir guna memeroleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra

Daerah, Program Pendidikan Sarjana Guru Bahasa Daerah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin.

Pada proses penulisan dan perampungan skripsi ini, penulis mengalami

banyak hambatan dan rintangan, namun dengan ketekunan, kerja keras yang

disertai doa, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktu

yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis.Oleh karena itu, penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik yang

konstruktif dari berbagai pihak sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini.Kritik

tersebut tidak saja berguna untuk memperbaiki karya tulis ini tetapi juga berguna

untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang penulis geluti selama ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah memberi

bantuan, dorongan semangat, dan bimbingan kepada penulis, di antaranya:

1) Dr. Rahmad Muhammad, M.Si.dan Drs. R.S.M. Assagaf, M.Ed. masing-

masing sebagai Konsultan I dan Konsultan II yang telah memberikan

vi
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

dirampungkan.

2) Ketua Program Pendidikan Sarjana Guru Bahasa Daerah, Ibunda Dr. Hj. Ery

Iswary, M. Hum., yang senantiasa mendorong dan mengingatkan penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3) Ayahanda Drs. Alwy Rachman, Dip. TEFL. yang selalu sabar memberi

bimbingan dan pengetahuannya sesibuk apapun dan di manapun dia berada

4) Ayahanda Muhlis Hadrawi, S.S., M.Hum., selaku orangtua yang selalu hadir

memberi dorongan untuk penulis, mulai penulis menginjakkan kaki di

Universitas Hasanuddin hingga perampungan skripsi ini.

5) Prof. Dr. Lukman, M.S., yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan

bimbingannya.

6) Ibunda Dr. Gusnawaty, M. Hum. yang selalu ada di kala penulis

membutuhkan bimbingan dan dorongan.

7) Rahmaniar, S.S., selaku sepupu sekaligus sahabat penulis yang tak henti-

hentinya membimbing penulis mulai semester awal hingga semester akhir,

termasuk penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada

waktu yang direncanakan. Selaku keluarganya, saya kagum dan bangga akan

potensi yang dimilikinya.

8) Dosen-dosen pengajar PSGBD, Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin.

9) Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah membiayai perkuliahan

penulis dari awal masuk kuliah sampai selesai. Tanpa bantuannya, penulis

vii
mungkin tak akan pernah bisa duduk pada kampus ternama, Universitas

Hasanuddin.

10) Pemerintah kota Parepare sebagai daerah asal penulis yang telah mengutus

dan mendukung kelancaran proses perkuliahan penulis.

11) Kepala Sekolah, guru bidang studi mulok bahasa daerah, dan siswa SMP

Neg. 3 Tanete Rilau yang telah menerima dan memfasilitasi penulis dalam

melakukan penelitian.

12) Orangtua, dan adik-adikku yang tercinta yang tak henti-hentinya memberikan

kasih sayang, dukungan, dan doanya sehingga skripsi ini dapat selesai

sebagaimana yang diharapkan.

13) Staf/karyawan Program Pendidikan Sarjana Guru Bahasa Daerah, dan

Fakultas Ilmu Budaya (Pak Udin, dan Kak Enab) yang telah melayani segala

kelengkapan administrasi penulis dengan baik.

14) Saudara angkat penulis, Fitrah Pangerang, S.P., M.Si., yang hadir sebagai

seorang kakak yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini dan pada akhirnya rencana untuk bergandengan di pesta wisuda

Maret 2013 terwujud.

15) Rekan-rekan seperjuangan, mahasiswa Program PSGBD, rekan-rekan pondok

Putri BTN Antara, serta pihak-pihak lain yang tak sempat penulis sebutkan

namanya satu per satu, yang telah memberikan bantuan yang tulus kepada

penulis selama ini.

Akhirnya, penulis berharap kiranya Tuhan Yang Maha Esa dapat

membalas bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak tersebut dan kiranya

viii
karya ini dapat diterima sebagai sumbangan pikiran penulis untuk memajukan

kualitas pendidikan, khususnya pada mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah

melalui manajemen yang baik dan bijak.

Makassar, 06 Maret 2013

Kalmasyari

ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PENERIMAAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiii
ABSTRAK ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10
A. Pembahasan Teori ................................................................................... 10
1. Konsep Dasar Manajemen .................................................................. 10
a. Pengertian Manajemen .................................................................. 10
b. Fungsi Manajemen ........................................................................ 12
c. Sarana Manajemen ......................................................................... 22
2. Konsep Dasar Pembelajaran ............................................................... 24
a. Pengertian Pembelajaran ................................................................ 24
b. Ciri-ciri Pembelajaran .................................................................... 27
c. Tujuan Pembelajaran ..................................................................... 27
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran ......................................................... 28
3. Konsep Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah ........................ 30
a. Pengertian Muatan Lokal ............................................................... 30
b. Tujuan Pembelajaran Muatan Lokal ............................................. 31
c. Kedudukan Pembelajaran Muatan Lokal ....................................... 32
d. Ruang Lingkup Muatan Lokal ....................................................... 35
e. Pentingnya Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah .............. 36
4. Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah .................. 36
a. Perencanaan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah ............ 36
b. Pengorganisasian Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah .... 37
c. Penggerakan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah ........... 37
d. Pengawasan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah ............ 38
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 38
C. Kerangka Pikir Penelitian........................................................................ 40
D. Definisi Operasional ................................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 42
B. Sumber Data ............................................................................................ 43
C. Instrumen Penelitian ................................................................................ 43

x
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 44
E. Lokasi Penelitian .................................................................................... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 50
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 50
1. Manajemen Pembelajaran Mulok BD di SMP Neg. 3 Tanete Rilau. 52
a. Perencanaan ................................................................................... 52
1) Manajemen Kepala Sekolah ....................................................... 52
2) Perencanaan Pembelajaran Guru Bidang Studi .......................... 54
b. Pengorganisasian ........................................................................... 55
1) Pengorganisasian Guru Bidang Studi ......................................... 56
2) Peranan dan Upaya Kepala Sekolah .......................................... 57
c. Penggerakan ................................................................................... 58
1) Sarana dan Prasarana Sekolah .................................................... 59
2) Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa ................................................. 61
3) Forum Pengembangan Guru Bidang Studi ................................ 62
d. Pengawasan ................................................................................... 63
1) Evaluasi ...................................................................................... 63
2) Penilaian ..................................................................................... 65
2. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................................... 66
a. Faktor Pendukung .......................................................................... 66
b. Faktor Penghambat ........................................................................ 69
B. Pembahasan ............................................................................................ 70
1. Manajemen Pembelajaran Mulok BD di SMP Neg. 3 Tanete Rilau .. 70
a. Perencanaan .................................................................................... 71
b. Pengorganisasian ........................................................................... 72
c. Penggerakan ................................................................................... 73
d. Pengawasan ................................................................................... 76
2. Faktor Pendukung dan Penghambat ................................................... 78
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 81
A. Simpulan ................................................................................................ 81
B. Saran-saran ............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 85
A. Pedoman Wawancara .............................................................................. 86
B. Data Informan .......................................................................................... 90
C. Foto-foto Pelaksanaan Kegiatan Wawancara .......................................... 96
D. Foto-foto Prestasi Siswa SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru ............ 99

xi
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 40

xii
DAFTAR SINGKATAN

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SNP : Standar Nasional Pendidikan

MENDIKBUD : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

KKN : Kuliah Kerja Nyata

SMP : Sekolah Menengah Pertama

KAB. : Kabupaten

PBM : Proses Belajar Mengajar

MULOK : Muatan Lokal

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

NEG. : Negeri

SDM : Sumber Daya Manusia

KEPSEK : Kepala Sekolah

DLL. : Dan Lain-lain

xiii
ABSTRAK
KALMASYARI. Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah di
SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru (dibimbing oleh Rahmat Muhammad
dan R.S.M. Assagaf).

Proses pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang kompleks yang


meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain dan hendaknya
dilaksanakan secara terencana. Oleh karena itu, berbagai komponen perlu dikaji
dan dikembangkan sehingga mekanisme antara komponen itu secara menyeluruh
dapat membawa hasil yang maksimal sehingga tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan. Salah satu faktor yang
memengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran adalah manajemen pembelajaran,
sebaliknya penyebab yang sangat mendasar terhadap ketidakberhasilan sebuah
pembelajaran itu terletak dari keterpurukan dari manajemen pembelajaran
tersebut. Demikian pula halnya dengan manajemen pembelajaran muatan lokal
bahasa daerah yang seyogianya mendapat perhatian lebih sebagai salah satu
kekayaan dan identitas daerah yang perlu dilestarikan.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan manajemen pembelajaran


muatan lokal bahasa daerah yang diterapkan di SMP Neg. 3 Tanete Rilau,
Kab.Barru, serta faktor pendukung dan penghambat penerapannya.Untuk
mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dan pengumpulan data diperoleh melalui metode observasi, wawancara
(interview) dengan bentuk wawancara terbuka (open interview), dan metode
dokumenter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pembelajaran muatan


lokal bahasa daerah yang diterapkan di SMP Neg. 3 Tanete Rilau terlaksana
dengan baik, hal itu dibuktikan dengan perencanaan yang dilakukan dengan
matang, pengorganisasian yang tepat, penggerakan yang efektif, serta pengawasan
yang efektif. Hampir tidak ada kendala atau hambatan dalam penerapannya karena
didukung oleh banyak faktor, seperti SDM yang berkualitas, kelengkapan sarana
dan prasarana, media dan sumber belajar, serta didukung oleh sikap positif
pimpinan terhadap pengembangan kualitas pembelajaran muatan lokal bahasa
daerah.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk mencapai kompetensi berupa

kognitif(pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), dan afektif (sikap/perilaku)

sebagai dasar menjalani kehidupan. Upaya untuk meningkatkan efektifitas proses

pembelajaran selalu dilakukan tanpa henti dan dipandang sebagai sebuah sistem

dengan komponen-komponen yang saling berfungsi antar satu sama lain. Dalam

sebuah sistem, komponen yang satu akan menjadi masukan bagi komponen-

komponen yang lain dalam mencapai tujuan (Agung, 2012:55).

Di sisi lain, proses pembelajaran di sekolah juga merupakan kegiatan yang

kompleks yang meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Apabila

usaha pembelajaran hendak dilaksanakan secara terencana, berbagai komponen perlu

dikaji dan dikembangkan sehingga mekanisme antara komponen itu secara

menyeluruh dapat membawa hasil yang maksimal sehingga tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan.

Untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah

direncanakan sebelumnya, haruslah memiliki pondasi yang kokoh. Pondasi tersebut

akan sangat menentukan keberhasilan dari pembelajaran tersebut yang nantinya

tercermin dari pencapaian tujuan pembelajaran.

1
Salah satu pondasi pencapaian tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah

manajemen yang baik.Suatu pembelajaran yang baik, pasti dilandasi oleh manajemen

yang baik pula.Sebaliknya, penyebab yang sangat mendasar terhadap

ketidakberhasilan sebuah pembelajaran itu terletak dari keterpurukan dari manajemen

pembelajaran tersebut.

Wardani (2007:47) mengemukakan bahwa, “Tiada kesuksesan tanpa diawali

oleh manajemen yang terencana.Pembelajaran akan berhasil jika telah direncanakan

sebaik-baiknya melalui manajemen yang terorganisir”.Pendapat tersebut sepadan

dengan pandangan Marlene Fauser, dkk. (dalamKholil, 2009: 3) yang menegaskan

bahwa para guru dan perancang pembelajaran tidak akan berperan optimal jika tidak

didasari oleh pengelolaan yang baik.

Salah satu cakupan manajemen adalah perencanaan.Perencanaan yang telah

disusun dan dituangkan dalam bentuk kurikulum tidak mungkin dapat direalisasikan

tanpa kerjasama dari pihak-pihak yang terkait.Kolaborasi dari potensi yang dimiliki

sekolah maupun yang ada di lingkungan sekolah harus dilakukan.Untuk itu perlu ada

sistem yang mengorganisasikan semua potensi dan pihak-pihak terkait untuk

menggapai tujuan yang diinginkan.

Terkait dengan hal tersebut, manajemen pembelajaran di sekolah dapat

didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang

(guru dan personil sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana

untuk menunjang tugas orang-orang tersebut dalam rangka mencapai

tujuan sekolah (Ulum, 2012).

2
Demikian pula halnya dengan pembelajaran Bahasa Daerah sebagai muatan

lokal yang seyogianya mendapat perhatian lebih sebagai salah satu kekayaan daerah

melalui manajemen yang baik. Manajemen pembelajaran mulok bahasa daerah di

SMP seyogianya dilakukan sesuai dengan standar proses pada Standar Nasional

Pendidikan (SNP).

Menurut peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan dijelaskan bahwa “Proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa

sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang

dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta

didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya.”

Konsep di atas berimplikasi pada pengelolaan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru di tingkat satuan pendidikan.Pengelolaan pembelajaran di tingkat sekolah

dilaksanakan sesuai standar kerja guru yang diatur dalam SK MENDIKBUD Nomor

025/O/1995. Standar kerja guru meliputi lima aspek, yaitu: (1) penyusunan program

pembelajaran, (2) pelaksanaan program pembelajaran, (3) pelaksanaan evaluasi, (4)

analisis evaluasi, dan (5) pelaksanaan perbaikan dan pengayaan. Dengan demikian,

maka konsep pengorganisasian pembelajaran mengacu pada lima aspek standar

prestasi kerja guru tersebut di atas.

Standar kompetensi mata pelajaran mulok bahasa daerah seperti halnya mata

pelajaran bahasa lainnya, berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar

berbahasa sebagai belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran mulok

bahasa daerah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk

3
berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis (Depdiknas, 2006: 11).Standar

kompetensi tersebut dimaksudkan agar siswa siap mengakses situasi dan

perkembangan multiglobal dan lokal yang berorientasi pada keterbukaan.Hal ini

sesuai dengan pandangan Nugroho (2006: 2) bahwa kurikulum mulok bahasa daerah

diarahkan agar siswa terbuka terhadap beraneka ragam informasi yang hadir di

sekitarnya.

Selain alasan yang dikemukakan di atas, pembelajaran bahasa daerah juga

adalah salah satu strategi untuk mempertahankan bahasa sebagai strategi pembinaan

dan pengembangan bahasa daerah dapat diperoleh melalui pembelajaran bahasa

daerah.Berdasarkan penjelaskan UUD 1945, pasal 36, bahasa daerah merupakan

bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.Oleh karena itu, bahasa daerah perlu

dipertahankan dan dilindungi.Bahasa daerah secara yuridis telah ditetapkan,

konsekuensinya bahwa pendidikan formal sudah seharusnya melindungi dan

menyelamatkan bahasa daerah (MPR RI, 2007).

Bahasa daerah merupakan alat komunikasi yang alami bagi peserta didik,

dan merupakan pengalaman batiniahnya.Pemakaian bahasa daerah sangat cocok

untuk mewariskan nilai-nilai dan pengalaman yang sifatnya tidak formal, misalnya

santun berbicara, bergaul dan berpakaian dll. Bahasa daerah diasosiasikan dengan

proses berpikir, rasa identitas diri dan solidaritas dengan keluarga dan lingkungan

sampai menjadi simbol kebanggaan regional dan nasional.

Keberadaan bahasa daerah berpeluang untuk bertahan namun berpeluang

juga untuk punah, artinya jumlah penutur suatu bahasa daerah kurang berimbang

4
sesuai dengan pemertahanan bahasa daerah.Peluang bahasa daerah untuk bertahan

sangat kecil karena banyaknya penutur daerah yang tidak memiliki lembaga tertentu

untuk pemertahanan bahasa daerah.

Konsep pemertahanan bahasa daerah seperti di Jawa, Sumatera , Bali dari

segi penutur dan lembaga formal sangat mendukung untuk mempertahankan bahasa

daerahnya. Oleh karena itu pengajaran bahasa daerah haruslah sejalan dengan fungsi

dan kedudukannya, yaitu, (1) Berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, (2)

Sebagai lambang identitas daerah, (3) Sebagai sarana perhubungan dalam keluarga

dan masyarakat daerah, (4) Sebagai pendukung bahasa nasional, dan (5)

Berkedudukan sebagai bahasa daerah.

Mengingat pentingnya pembelajaran bahasa daerah sebagai salah satu

strategi pemertahanan kekayaan daerah, maka diperlukan manajemen yang tepat

diperlukan guna mencapai hasil yang lebih optimal guna mencapai tujuan yang

diharapkan. Adapun beberapa contoh manajemen yang diharapkan yaitu, pemilihan

guru bidang studi yang berkompeten di bidang mulok bahasa daerah, ketersediaan

perangkat-perangkat pembelajaran; kurikulum, silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran), buku paket pembelajaran mulok bahasa daerah yang bersifat

kontekstual, sumber dan media pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran, peran dan

upaya kepsek terhadap peningkatan kualitas pembelajaran mulok bahasa daerah, dll.

Namun pada kenyataanya, sekolah-sekolah di Sulawesi Selatan pada

umumnya mengacuhkan manajemen muatan lokal bahasa daerah. Ironisnya, mereka

lebih mengunggulkan mata pelajaran asing yang dijadikan sebagai kebijakan muatan

5
lokalnya. Mereka tidak segan-segan untuk manajemen mulok tersebut dan

mengacuhkan bahasa daerah karena dianggap tidak dapat menjadi kebanggaan

sekolah. Alasan inilah yang menjadi penyebab sehingga sekolah-sekolah di Sulawesi

Selatan pada umumnya memanfaatkan guru bidang studi lain sebagai guru bidang

studi bahasa daerah (orang yang tidak berkompeten). Selain itu, perangkat

pembelajaran yang digunakan juga tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Pengamatan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Rahmaniar (2011: 121)

yang menunjukkan bahwa sekolah RSBI (SLTP Neg, 2 Parepare) merupakan salah

satu di antara sekian banyak sekolah yang justru mengedepankan bahasa Inggris

sebagai kebutuhan muatan lokalnya dan menyingkirkan bahasa daerah.

Oleh karena itu, penulis memilih salah satu sekolah di Kabupaten Barru

yaitu, SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.Barru sebagai lokasi penelitian karena dianggap

ideal untuk menjawab berbagai permasalahan di atas.Berdasarkan observasi dan

informasi yang penulis peroleh dari teman sejawat bahwa di sekolah tersebut

menerapkan menajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang sangat baik,

dibuktikan dengan prestasi-prestasi yang mereka peroleh di bidang mulok bahasa

daerah, baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat nasional.

Selain itu, diperoleh pula informasi bahwa di sekolah tersebut memiliki

perangkat-perangkat pembelajaran yang bersifat kontekstual yang disesuaikan dengan

keadaan sekolah pada khususnya dan di kabupaten Barru pada umumnya.Hal ini

tentunya dapat menjadi rekomendasi bagi sekolah-sekolah lain yang selama ini

memandang remeh muatan lokal bahasa daerah.

6
Untuk lebih jelasnya, adapun alasan peneliti memilih sekolah tersebut

sebagai lokasi penelitian karena beberapa pertimbangan, yaitu sebagai berikut.

1. Berdasarkan pengamatan awal peneliti dan informasi yang diperoleh dari alumni

mahasiswa PSGBD Angkatan I yang pernah melaksanakan kegiatan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di lokasi tersebut bahwa SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.

Barru merupakan salah satu sekolah ungulan dengan pengorganisasian

pembelajaran mulok bahasa daerah yang layak dijadikan sebagai percontohan

bagi sekolah-sekolah lainnya, khususnya di Kabupaten Barru dan umumnya di

Provinsi Selatan.Untuk alasan ini, peneliti menekankan bahwa SMP Neg. 3

Tanete Rilau, Kab. Barru bukanlah satu-satunya SMP yang

mengimplementasikan pengorganisasian pembelajaran mulok bahasa daerah

dengan tepat, namun merupakan salah satu SMP Neg. di Kab. Barru yang

memiliki pengorganisasian pembelajaran mulok bahasa daerah yang tepat

2. Lokasi ini pernah dijadikan sebagai lokasi praktik micro teaching peneliti

sehingga antara hubungan emosional peneliti dan personil sekolah masih terjalin

sampai saat ini. Dengan demikian, hal ini dapat memudahkan proses penelitian

nantinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan permasalahan

yang dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

7
1. Bagaimana manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang

diterapkan di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pada penerapan manajemen

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.

Barru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang

diterapkan di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pada penerapan manajemen

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.

Barru.

D. Manfaat Penelitian

Adapun harapan peneliti pada penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

Untuk mendapatkan deskripsi empirik tentang pelaksanaan manajemen

pembelajaran muatan lokal bahasa daerahdi SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.

Barruserta dapat memberikan informasi dalam meningkatkan wawasan serta

pengetahuan bagi guru muatan lokal bahasa daerahpada penerapan manajemen

8
pembelajaran, khususnya mulok bahasa daerah sebagai warisan budaya yang

harus dilestarikan.

2. Manfaat praktis :

a. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sulawesi Selatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan

dalam rangka pengambilan keputusan dan kebijakan untuk memperbaiki dan

meningkatkan pelaksanaan manajemen pembelajaran pada bidang studi

mulok bahasa daerah yang selama ini tidak dikelolah secara baik dan bijak.

b. Bagi sekolah-sekolah di Kabupaten Barru pada khususnya dan umumnya pada

sekolah-sekolah lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan pada kepala

sekolah, guru-guru mulok bahasa daerah, dan para pelaksana pendidikan

lainnya untuk meningkatkan pelaksanaan manajemen pembelajaran yang

lebih baik.

c. Bagi para peneliti dibidang pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong dilakukannya

penelitian lebih mendalam lagi pada aspek lain sehingga akan dapat

memperbanyak informasi mengenai pelaksanaan manajemen pembelajaran

yang diharapkan dapat memberikan perbaikan mutu dalam dunia pendidikan,

khususnya pada bidang studi muatan lokal bahasa daerah pada masa

mendatang.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori

Pada penelitian ini peneliti mengacu pada teori-teori berikut yang akan

menjadi dasar atau acuan dalam menganalisis data penelitian ini. Adapun teori-teori

tersebut akan dibahas satu-persatu sebagai berikut.

1. Konsep Dasar Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang

memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur."Manajemen belum memiliki

definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet,

mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang

lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan

mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber

daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa

tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa

tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Kata manajemen sebenarnya berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare

yang berarti "mengendalikan," terutama dalam konteks mengendalikan kuda,

10
yang berasal dari bahasa latin manus yang berarti "tangan". Bahasa Prancis lalu

mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti

seni melaksanakan dan mengatur.

Adapun beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan definisi

manajemen digambarkan pada bagan berikut ini.

Pendapat Pakar tentang Manajemen

No Pengertian manajemen Pendapat

1. The most comporehensive definition views manajemen as (Lester Robert Bittel

an integrating process by which authorized individual (Ed), 1978 : 640)

create, maintain, and operate an organization in the

selection an accomplishment of it‟s aims

2. Manajemen itu adalah pengendalian dan pemanfaatan (Prajudi

daripada semua faktor dan sumberdaya, yang menurut Atmosudirdjo,1982 :

suatu perencanaan (planning), diperlukan untuk mencapai 124)

atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja yang

tertentu

3. Manajemen is the use of people and other resources to ( Boone& Kurtz.

accomplish objective 1984 : 4)

4. .. manajemen-the function of getting things done through (Harold Koontz,

people Cyril O‟Donnel:3)

11
No Pengertian manajemen Pendapat

5. Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang (George R. Terry,

terdiri dari tindsakan-tindakan : Perencanaan, 1986:4)

pengorganisasian, menggerakan, dan poengawasan, yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-

sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan

sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain

6. Manajemen dapat didefinisikan sebagai „kemampuan atau (Sondang P. Siagian.

ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka 1997 : 5)

pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain‟.

Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen

merupakan alat pelaksana utama administrasi

7. Manajemen is the process of efficiently achieving the De Cenzo&Robbin

objectives of the organization with and through people


1999:5

b. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan

melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer

dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen

pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry

Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen,

12
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.

Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga yaitu sebagai

berikut.

1) Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan

dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan

tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan

itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil

tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat

digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan

proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan,

fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2) Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu

kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian

mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang

yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.

Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang

harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas

tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut,

dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3) Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha.

13
Fungsi, artinya kegiatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam

usaha mencapai tujuan. 1. William H. Nerman dengan mengklasifikasikan fungsi

manjemen atas lima kegiatan dengan akronim POASCO, yakni L 1) Planning

(perencanaan) 2) Organzing (pengorganisasian 3) Assemblingresource

(pengumpulan sumber 4) Survesing (Pengendalian) 5) Controlling (pengawasan)

2. Dalton E. Mc. Farland, membaginya atas tiga fungsi dengan akronim POCO

yakni : 1) Planning 2) Organizing 3) Controlling 3. H. Koontz & O, Donnell,

mengklasifikasikannya atas lima proses dengan akronim PODICO, yakni 1)

Planning 2) Organizing 3) Staffing 4) Directing 5) Controling.

Luther Gulick membaginya atas tujuh fungsi dengan akronim

POSDCORB, yakni 1) Planning 2) Organizing 3) Staffing 4) Drecting 5)

Coordinating 6) Reporting 7) Budgeting.George R. Teery, mengklasifikasikannya

atas empat fungsi dengan akronim POAC, yakni 1) Planning 2) Organizing 3)

Actuating 4) Controling. Robbins dan Coulter, mengklasifikasikannya atas empat

fungsi dengan akronim POCL, yakni :1) Planning 2) Organizing 3) Leading 4)

Controling.

Berdasarkan klasifikasi fungsi-fungsi manajemen di atas, tampak bahwa di

antara para ahli ada kesamaan pandangan tentang fungsi manajemen.Seluruh ahli

sependapat bahwa fungsi pertama dari manajemen adalah perencanaan, kemudian

ditindak lanjuti dngan pengorganisasian. Gulick menambahkan satu fungsi lagi,

yang tidak disinggung ahli lain, yang akan berjalan dengan baik jika disertai

dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran, dan pengawasan

14
anggaran. Masing-masing fungsi manjemen yang dikemukakan di atas, akan

dipaparkan pada bagian berikut dengan mengacu pada pengklasifikasian dari

Luther Gulick (POSDCORB) (Yusuf, 2012: 179).

1) Perencanaan(Planning)

Perencanaan yang kata dasarnya “rencana” pada dasarnya merupakan

tindakan memilih dan menetapkan segala aktifitas dan sumber daya yang akan

dilaksanakan dan digunakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan

tertentu. Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan yang akan

dilakukan di masa depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus

disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secara

maksimal.

Adapun tahap-tahap perencanaan: a) Perumusan tujuan, pada tahap ini

penyusunan perencanaan harus merumuskan tujuan yang hendak dicapai di

masa yang akan datang. b) Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan

bagaimana usaha untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam bentuk

tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan terkontrol. c) Perumusan

prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing komponen

(sumber daya). d) Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang

yang akan diperoleh melalui pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu. e)

Perencanaan bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap a s/d d dirumuskan

dengan baik.

15
Persyaratan yang dimaksud terdiri dari : a) Harus didasarkan pada

tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen perencanaan dikembangkan

dengan berorientasi pada tujuan yang jelas. b) Bersifat sederhana, realistis, dan

praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat tidak bersifat muluk-muluk. c)

Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian

tindakan yang akan dilaksanakan. d) Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan

yang dibuat tidak bersifat kaku. e) Terdapat perimbangan antara unsur atau

komponen yang terlibat dalam pencapaian tujuan f) Diupayakan adanya

penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya sumber daya

tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung. g) Diusahakan agar tidak

terduplikasi dalam pelaksanaan (Jayalina, 2012: 67).

2) Pengorganisasian

Pengoganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagi tugas-tugas pada

orang yang terlibat dalam kerjasama di sekolah. Kegiatan pengorganisasian

menentukan orang yang akan melaksanakan tugas sesuai prinsip

pengorganisasian. Sehingga pengorganisasian dapat disebut sebagai

keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan

prasarana untuk memunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi dan

mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.

Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terahadap sekolah-

sekolah pada penggunaan waktu dan uang serta sumber daya yang terbatas

16
dalam mencapai tujuan, yaitu alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana

dan sumber daya sekolah (Bush, 2012: 143).

3)Penyusunan Pegawai (Staffing)

Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan

fungsi yang tidak kalah pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya,

penekanan dari fungsi ini lebih difokuskan pada sumber daya yang akan

melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncakan dan diorganisasikan secara

jelas pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Aktifitas yang dilakukan

dalam fungsi ini, antara lain menentukan, memilih, mengangkat, membina,

membimbing sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan

dan atau seni pembinaan sumber daya manusia (Ardiasyah, 2012).

4) Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan

bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun

fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan

pengarahan staff yantg telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan tugas di

bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang telah

ditentukan. Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan

bersamaan dengan controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi

petunjuk atau bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan. Jika

pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan kemampuan

17
dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan potensinya

dalam melaksanakan kegiatannya.

5) Koordinasi (Coordinating)

Koordinasi merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang

yang terlibat organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis.Dengan

adanya pengoordinasian dapat dihindari kemungkinan terjadinya persaingan

yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam bertindak antara orang-orang

yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.Koordinasi ini mengajak semua

sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju ke satu arah

yang telah ditentukan.Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemunginan

terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang atau saling

merasa lebih penting di antara bagian dengan bagian yang ada dalam organisasi.

Pengorganisasian dalam suatu organisasi, termasuk organisasi

pendidikan, dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti : 1) Melaksanakan

penjelasan singkat 2) Melaksanakan rapat kerja 3) Memberikan balikan tentang

hasil suatu kegiatan (Kholil, 2009).

6) Pencatatan dan Pelajaran (recording and reporting)

Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga

pengawasan, bahkan pemberian umpan bvalik tidak memiliki arti jika tidak

direkam secara baik melalui pencatatan-pencatatan yang benar dan tepat.

Semua proses dan atau kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam

organisasi formal, sperti lembaga pendidikan, pada umumnya selalu

18
dipertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban ini tidak dapat dilakukan jika

tiudak didukung dengan data-data tentang apa yang telah, sedang, dan akan

dilakukan dalam organsasi tersebut, data-data tersebut dapat diperoleh bila

dilakukan pencatatan dan pengdokumentasian yang baik.

Fungsi tersebut memegang peranan penting dalam memberhasilkan

kegiatan manjemen pendidikan, fungsi ini umumnya lebih banyak ditangani

oleh bagian ketatusahaan. Hasil catatan ini akan digunakan manajer untuk

membuat laporan tentang apa telah, sedang dan akan dilakukan dalam upaya

pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi recording and reporting ini akan berhasil

jika tata kearsipan dapat dikelola secara efektif dan efesien.

7) Pengawasan (controlling)

Proses pengawasan mencatat perkembangan ke arah tujuan dan

memungkinkan manajer mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada

waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat. Melalui

pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi rencna, kebijakan, dan

upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Penampilan mengindikasikan bahwa secar langsung berhubungan

dengan strategi sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola, mutu lulusan,

respmasyarakat, dan seterusnya. Mungkin biasa menyediakan sinyal peringatan

awal dari perjalanan panjang yang efektif.Pengawasan strategisekolah sering

disebut “pengawasan strategi”.Sebab fokusnya pada kegiatan yang dilakukan

19
sekolah untuk mencapai tujuan strategi, sehingga menjadi sekolah lebih

bermutu.

Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi

perilaku personal sekolah dan apakah tingkat pencapaian tujuan sesuai yang

dikehendaki, dan dari hasil pengawasan apakah dilakukan perbaikan.

Kenyataan menunjukkan, pengawasan dalam institusi pendidikan dilihat dari

praktek menunjukkan tidak dikembangkan untuk mencapai efektivitas,

efesiensi, dan produktifitas, tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan

pendukung yang bersifat progress checking, tentu saja hal yang demikian

bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai visi dan misi pendidikan yang

ujung-ujungnya perolehan mutu yang kompetitif menjadi tidak terwujud.

Prinsip-prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie

(dalam Bush, 2012:89) (1) tertuju kepada strategi sebagai kunci sasaran yang

menentukan keberhasilan. (2) pengawasanharus menjadi umpan balik sebagai

bahan revisi dalam mencapai tujuan (3) harus fleksibel dan responsive terhadap

perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan (4) cocok denganorganisasi

pendidikan misalnya organisasi sebagai sistem terbuka (5) merupakan control

dirisendiri (6) bersifat langsung yaitu pelaksanaan control di tempat pekerja dan

(7) memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personl

pendidiklan.

Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut Oteng Sutisna (dalam Bush,

2012: 203) menegaskan bahwa tindakan pengawasan terdiri dari tiga langkah

20
universal (1) mengukur perbuatan atau kinerja (2) membandingkanperbuatan

dengan standar yang ditetapkan dan menetapkan perbedaan-perbedaan jika ada

dan(3) memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan. Pengawasan

manajemen sekolah adalah usaha sistematis menetapkan standar prestasi

(performance standard) dengan perencanaan sasarannya guna mendesain

system informasi umapn balik. Membandingkan prestasi kerja dengan standar

yang telah ditetapkan lebih dahuluadalah penting, untuk menentukan apakah

ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya penyimpangan,

kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan,bahwa

semua sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Pengawasan dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah,

pengawasan layanan belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan

layanan tekniskependidikan dilakukan oleh tenaga kependidikan yang diberi

wewenang untuk itu.

Pengendalian dan pengawasan penggunaan anggaran dalam

penyelanggaraan sekolah yangdapat dipergunakan untuk menjalankan operasi

sekolah dan banyak metode pengendalianyang mencakup anggaran belanja

(budget), perhitungan rugi laba, dan sarana-saranakeuangan lainnya agar

pelaksanaan operasi sekolah dapat berhasil dengan baik. Kualitaslayanan

belajar akan diawasi melalui metode pengawasan kualitas menurut ilmu statistic

danilmu pendidikan dalam pengukuran kemajuan belajar dan kinerja sekolah

secara keseluruhan. Kegiatan monitoring dan pengawasan adalah kegiatan

21
untuk mengumpulkan datatentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara

guru, kepala sekolah, konselor, supervisordan petugas sekolah lainnya dalam

instituasi sekolah.

c. Sarana Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana

(tools).Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang

ditetapkan.Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials,

machines, method, dan markets.

1) Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi.

Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia

yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk

mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada

dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul

karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2) Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.

Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil

kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh

karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan

karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan

berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai

gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil

yang akan dicapai dari suatu organisasi.

22
3) Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam

dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli

dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai

salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa

materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4) Machine atau mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan

keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

5) Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan

manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan

kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan

kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta

uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan

orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai

pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan

utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

6) Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan

(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat

penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi

barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh

sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi

merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai

23
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan

daya beli (kemampuan) konsumen.

2. Konsep Dasar Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas

mengajar dan aktivitas belajar.Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang

guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis

antara pengajar itu sendiri dengan si belajar.Sedangkan belajar menurut Aaron

Quinn Sartain adalah suatu perubahan prilaku sebagai hasil pengalaman

(Widyastuti, 2011:58).

Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat

pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Sagala, 2008: 41).

Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara

peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu

komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-

mengajar. Sedangkanpendidik adalah salah satu komponen manusiawi dalam

24
proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber

daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar tentunya banyak faktor

yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar.Faktor

yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar

individu (Sagala, 2008: 141).

Faktor Intern antara lain: faktor faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan

cacat tubuh); faktor psikologis (intelligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan); dan faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan rohani).

Sedangkan yang termasuk faktor ektern antara lain faktor keluarga (cara orang

tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan); faktor sekolah

(metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat

pengajaran, standar pelajajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode

mengajar, dan tugas rumah); dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan

belajar, manusia melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga

tingkah lakunya berkembang.Purwanto, dalam Sagal (2008: 96).mengemukakan

belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang

25
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan

kegiatan orang sehari-hari kegiatan belajar tersebut dapat dihayati atau dialami

oleh orang yang sedang belajar.

Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan

belajar, manusia melakukan perubahan–perubahan kualitatif individu sehingga

tingkah lakunya berkembang.Purwanto, (dalam Rusman,

2012:123)mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.Belajar merupakan kegiatan orang sehari-hari kegiatan belajar

tersebut dapat dihayati atau dialami oleh orang yang sedang belajar.

Suatu pengajaran akan berhasil secara baik apabila seorang guru mampu

mengubah diri siswa dalam arti luas menumbuhkembangkan keadaan siswa

untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa selama ia

mengikuti proses pembelajaran tersebut dirasakan manfaatnya secara langsung

bagi perkembangan pribadi siswa.

Dalam bukunya Ahmad (2012: 15) menyatakan bahwa pembelajaran

terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan

eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal

antara lain datang dari guru yang disebut teacing atau pengajaran. Dalam

pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya

akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.

26
b. Ciri-ciri Pembelajaran

Ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis

2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

menantang bagi siswa.

4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

menarik.

5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa;

6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara

fisik maupun psikologis.

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang

positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar, seperti

perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over

behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur

katanya, motorik dan gaya hidupnya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua komponen

tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran

27
merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (dalam

Ahmad, 2012:27) antara lain,

1) Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu

kegiatan belajar. Kondisi fisik dan psikologis ini biasanya sudah terjadi pada

diri siswa sebelum ia masuk kelas. Oleh karena itu, guru tidak dapat terlalu

banyak berbuat.Namun, guru diharapkan dapat mengurangi akibat dari kondisi

tersebut dengan berbagai upaya pada saat membelajarkan siswa.

2) Perhatian

Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek. Belajar

sebagai suatu aktifitas yang kompleks membutuhkan perhatian dari siswa

yang belajar. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk

menarik perhatian siswa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

3) Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong

orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi

adalah motif yang sudah menjadi aktif, saat orang melakukan aktifitas.

Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka siswa tidak

28
bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus dapat memotivasi siswa

agar siswa dapat mencapai tujuan belajar dengan baik.

4) Keaktifan Siswa

Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif.Dengan

bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan

pengetahuan yang dimilikinya.

5) Mengalami Sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya

dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri, akan

memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih

mendalam.

6) Pengulangan

Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu membaca,

berfikir, mengingat, dan latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-

ulang materi yang dipelajari sehingga materi tersebut mudah diingat. Guru

dapat mendorong siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan

memberikan pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan

harian.

7) Materi Pelajaran yang Menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu. Dengan sikap

seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin tahu timbul saat guru

29
memberikan pelajaran yang bersifat menantang atau problematis. Dengan

pemberian materi yang problematis, akan membuat anak aktif belajar.

8) Balikan dan Penguatan

Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun bagi

guru.Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana kemmpuannya

dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya.Balikan juga

berharga bagi guru untuk menentukan perlakuan selanjutnya dalam

pembelajaran.

9) Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari

guru kepada siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.

Dengan penguatan diharapkan siswa mengulangi perbuatan baiknya tersebut.

10) Perbedaan Individual

Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik maupun

psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta kemampuan belajar

mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan siswa-siswa tertentu secara

individual dan memikirkan model pengajaran yang berbeda bagi anak didik

yang berbakat dengan yang kurang berbakat.

3. Konsep Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah

a. Pengertian Muatan Lokal

Muatan Lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah atau lokal sesuai dengan

30
keadaan dan kebutuhan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Larasati, dkk., 1998: 2).

Depdikbud (Mulyasa, 2007: 5) muatan lokal adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan KBM.

Sedangkan Endang Larasati, dkk. (1998:4) mengemukakan bahwa

muatan lokal merupakan bagian yang tidak terpisahkan daei kurikulum Nasional

yang keberadaannya merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak

terpusat sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di daerah lebih

meningkat relevansinya terhadap keaadaan dan kebutuhan daerah yang

bersangkutan.

b. Tujuan Pembelajaran Muatan Lokal

Rahmaniar (2011: 45), mengemukakan bahwa, “Secara umum

kurikulum muatan lokal bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,

dan prilaku kepada siswa agar mereka memiliki wawasan yang mantap yang

berlaku di daerahnya (sejarah daerah, adat-istiadat, budaya, tradisi, kesenian

tradisional, dll.) dan mendukung pelestarian pembangunan daerah serta

pembangunan nasional.

Secara khusus kurikulum muatan lokal pada jenjang pendidikan dasar

(SD dan SLTP) bertujuan agar siswa:

31
1) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan

budayanya.

2) Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan

mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan

masyarakat pada umumnya.

3) Memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang

berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai

luhur budayanya dalam rangka menunjang pembangunan Nasional

(Larasari, dkk., 1998: 4).

c. Kedudukan Pembelajaran Muatan Lokal

Pada dasarnya setiap hal yang ada di muka bumi ini memilikikedudukan

masing-masing. Manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan yang semuanya

adalah satu rangkaian yang berkaitan antara satu denganyang lainnya. Begitu

pula dalam dunia pendidikan yang memiliki komponenuntuk mencapai tujuan

pendidikan yang diharapkan dan setiap masing-masingkomponen itu sendiri

memiliki kedudukan yang tentunya berbeda-beda,akan tetapi tujuannya adalah

sama yaitu sebagai alat untuk menjadikanmanusia seutuhnya dalam arti, manusia

yang memiliki keluasan ilmu,keagungan akhlak, dan kedalaman spiritual

sehingga mendukungpeningkatan mutu pendidikan nasional.

Salah satu komponen pendidikan yang dalam hal ini akan

dipaparkansecara ringkas oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul

32
KurikulumTingkat Satuan Pendidikan mengemukakan bahwa;“Muatan lokal

merupakan satu kesatuan utuh yang takdapat terpisahkan dari Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP).Muatan lokal merupakan upaya agar

penyelenggaraanpendidikan di daerah dapat disesuaikan dengan keadaan

dankebutuhan daerah yang bersangkutan.Hal ini sejalan dengan

upayapeningkatan mutu pendidikan nasional, sehingga pengembangan

danimplementasi kurikulum muatan lokal mendukung dan

melengkapiKTSP.mengenai kedudukannya adalah kurikulum muatan lokal.”

(Mulyasa, 2007: 274-275).

Uraian di atas sangatlah jelas, bahwa salah satu dari penunjangdalam

peningkatan mutu pendidikan nasional adalah muatanlokal yang merupakan

bagian dan tak dapat dipisahkan dari kurikulumtingkat satuan pendidikan.Oleh

karena itu, peranan dari Implementasi danpengembangan kurikulum muatan lokal

ini sangatlah Urgen yang tak dapatdihilangkan.Boleh jadi, apabila ditiadakannya

muatan lokal yangmerupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan

nasional, tentunyahasil yang diperoleh adalah rapuhnya pendidikan nasional

menujupendidikan yang tak berkualitas atau tidak bermutu.Untuk

itulahkedudukan muatan lokal adalah bagian dari KTSP yang dapat

mengantarkan ke arah pendidikanyang bermutu (Ibad, 2009: 45).

Muatan lokal diberikan secara terpadu dengan muatan inti

atauNasional.Dalam mata pelajaran tertentu, seperti kesenian,

pendidikanolahraga dan kesehatan, serta pendidikan keterampilan, muatan lokal

33
dapatdiberikan sebagai bagian dari matapelajaran itu denagn menggunakan

waktuyang telah disediakan bagi matapelajaran yang bersangkutan.Muatan lokal

dalam kurikulum dapat menjadi mata pelajaran yangberdiri sendiri atau menjadi

bahan kajian suatu mata pelajaran yang telahada.Sebagai mata pelajaran yang

berdiri sendiri, muatan lokal mempunyai.alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai

bahan kajian mata pelajaran, muatanlokal bisa sebagai tambahan bahan kajian

yang telah ada.Oleh karena itu, muatanlokal bisa mempunyai alokasi waktu

sendiri dan bisa juga tidak.

Selain itu, Larasati, dkk. (1998: 4) mengemukakan bahwa kurikulum

muatan lokal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum Nasional.

Keberadaan kurikulum muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang tidak terpusat sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan

di daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah

yang bersangkutan.

Hal ini sejalan dengan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun2006 Standar Isi, Lampiran Bab II Bagian A butir 2g, yang

menjelaskan bahwa kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan

Nasional dankepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,

berbangsa danbernegara. Kepentingan Nasional dan kepentingan daerah harus

saling mengisi danmemberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika

dalam kerangka NegaraKesatuan Republik Indonesia.

34
d. Ruang Lingkup Muatan Lokal

Adapun ruang lingkup muatan lokal sebagaimana yang tertera pada

Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah

Menengah Pertama (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,

2009) dipaparkan ruang lingkup muatan lokal yang meliputi sebagai berikut.

1) Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah

Keadaan daerah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu

yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial

ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan kebutuhan daerah

adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah,

khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan

masyarakat tersebut yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah

serta potensi daerah yang bersangkutan.

Adapun kebutuhan daerah yang dimaksud adalah kebutuhan untuk,

a) melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, b) meningkatkan

kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan

perekonomian daerah, c) meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk

memenuhi tuntutan keperluan sehari-hari, dan menunjang pemberdayaan

individu dalam melakukan lebih lanjut (belajar sepanjang hayat), dan d)

meningkatkan kemampuan berwirausaha.

35
2) Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal

Lingkup isi/jenis muatan lokal yang dituangkan ke dalam mata

pelajaran dapat berupa bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah,

keterampilan dan kerajinan daerah, adat-istiadat, dan pengetahuan tentang

berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu

oleh daerah yang bersangkutan (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Pertama, 2009: 14-15).

e. Pentingnya Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah

Salah satu substansi ruang lingkup muatan lokal sebagaimana yang telah

diuraikan di atas adalah muatan lokal bahasa daerah.Bahasa daerah merupakan

salah satu kekayaan daerah yang perlu dilestarikan dan menjadi kebutuhan

daerah yang sangat mendesak dengan memerhatikan gejala kepunahan bahasa

daerah.Untuk itu, pentingnya bahasa daerah sebagai muatan lokal sangatlah

urgen diterapkan pada pembelajaran di sekolah sebagai salah satu upaya

pelestarian dan pemertahanan bahasa daerah di bidang pendidikan.

4. Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah

a. Perencanaan Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah

Perencanaan pembelajaran mulok bahasa daerah meliputi proses

penetapan tujuan dan pedoman pelaksanaan pembelajaran bahasa daerah dengan

memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada, misalnya silabus,

36
rancangan pelaksanaan pembelajaran, penyusunan program pembelajaran,

penyiapan perangkat pembelajaran, sarana dan prasarana penunjang

pembelajaran, dan perencanaan-perencanaan lain yang dapat dipedomani dalam

menunjang pembelajaran mulok bahasa daerah nantinya (Jayalina, 2012: 45).

b. Pengorganisasian Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah

Pengorganisasian pembelajaran mulok bahasa daerah meliputi proses

penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang yang tepat,

menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu

yang akan melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Misalnya, penetapan guru

bidang studi yang berkompeten di bidangnya atau the right man in the right

place “menempatkan guru bidang studi sesuai dengan disiplin ilmu yang

digelutinya”.Dalam hal ini pembelajaran bahasa daerah yang seyogianya diasuh

oleh guru yang berkompeten atau memiliki disiplin ilmu di bidang bahasa daerah

(Rahmaniar, 2011).

c. Penggerakan (Pelaksanaan) Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah

Penggerakan pembelajaran mulok bahasa daerah dilakukan oleh

pendidik dengan suasana edukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar,

khususnya di bidang mulok bahasa daerah dengan penuh tanggung jawab dengan

mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik (Jannah, 2010: 75).

Peran guru untuk menggerakkan siswanya sangat mendukung

keberhasilan pembelajaran mulok bahasa daerah dengan memanfaatkan fasilitas

37
sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah.Selai itu, guru mulok

bahasa daerah dituntut untuk menggerakkan siswa dalam belajar melalui strategi

dan metode pembelajaran yang di bawanya secara menarik dan bervariasi.

d. Pengawasan Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah

Pengawasan dimaksudkan untuk memastikan apakah pedoman dan

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam keberhasilan pembelajaran

mulok bahasa daerah telah terlaksana dengan baik dan menghasilkan

keberhasilan yang optimal. Jadi pengawasan melibatkan input, proses, dan

output, bahkan income (Jannah, 2010: 123).

Kaitannya dengan pengawasan pembelajaran bahasa daerah, kepala

sekolah memastikan bahwa rencana mengajar guru, serta pedoman

pengajarannya yang telah disiapkan dengan baik. Setelah itu, kepala sekolah

memastikan pula proses pembelajaran berlangsung dengan efektif. Untuk

memastikan keberhasilan pembelajaran, maka guru melakukan evaluasi secara

terprogram dan terarah melalui koordinasi kepala sekolah selaku penentu

kebijakan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian-penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Skripsi Binti Roikhatul Jannah, 2010 “Implementasi Manajamen

Pembelajaran Program Akselerasi di Madrasah Aliyah 3 Malang”. Hasil

38
penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen pembelajaran pada program

akselerasi di Madrasah Aliyah 3 Malang terlaksana dengan baik.

2. Skripsi Suciati Rahayu Widyastuti, 2010 “Perbandingan Hasil Belajar Siswa

antara yang menggunakan Strategi Pengorganisasian pembelajaran

Berdasarkan Teori Elaborasi dan Berdasarkan Urutan Buku Tekspada

Pembelajaran Matematika (Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 9

Cirebon). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Keberhasilan

pembelajaran matematika tidak luput dari persiapan peserta didik dan

juga persiapan gurunya. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaaran di kelas,

seorang guru terlebih dahulu harus mengorganisasi isi pembelajaran

yangakan disampaikan.

Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian ini. Adapun persamaan yang terlihat secara kasat mata dengan penelitian

ini bahwa dengan manajemen atau pengorganisasian pembelajaran yang baik akan

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sedangkan perbedaan kedua

penelitian tersebut dengan penelitian ini di antaranya, perbedaan lokasi penelitian,

objek penelitian, penelitian pertama membahas tentang akselerasi, penelitian kedua

membahas tentang teori elaborasi dan urutan sedangkan penelitian ini lebih menonjol

pada objek manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah.

Keunikan penelitian ini dibandingkan dengan kedua penelitian di atas karena

penelitian ini membahas secara mendalam tentang manajemen pembelajaran muatan

lokal bahasa daerah yang tepat diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya dan

39
khususnya di Sulawesi Selatan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi

bagi sekolah lain dengan memerhatikan prinsip dan pelaksanaan manajemen

pembelajaran yang diterapkan.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan pembahasan teori di atas, maka berikut ini akan diuraikan

kerangka pikir dalam bentuk bagan untuk menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan pada bab sebelumnya. Adapun bagan kerangka pikir penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Gambar 1: Kerangka Pikir Penilitian

ManajemenPembelajaran
Mulok Bahasa Daerah

Perencanaan Pengorganisasian Penggerakan Pengawasan

Sumber Siswa Sarana/Prasarana Evaluasi

Materi Guru Bidang Studi Ekstrakurikuler

Media Kepsek MGMP


Penilaian
Metode

Alokasi Waktu

Faktor Faktor
Pendukung Penghambat

40
D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran maupun persepsi terhadapjudul

skripsi ini, maka ada beberapa istilah yang sekiranya perlu penegasan dan

pembatasan lebih lanjut, di antaranya sebagai berikut.

Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara

efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan

perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara

benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar

dan aktivitas belajar.Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam

konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu

sendiri dengan si belajar, sedangkan belajar adalah suatu perubahan prilaku sebagai

hasil pengalaman.

Muatan Lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah atau lokal sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini disebut sebagai penelitian deskriptif

kualitatif karena dalam penelitian ini peneliti memaparkan, melukiskan kondisi

variabel atau kondisi nyata (apa adanya). Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat

Arief Fuchan dalam Jannah (2010: 107) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif

merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk memeroleh informasi tentang

status gejala pada saat penelitian dilakukan yang tujuannya melukiskan variabel atau

kondisi dalam suatu situasi.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000: 3) memperkuat pernyataan di atas

dengan mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedurpenelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk

menemukan danmemahami sesuatu yang tersembunyi di balik fenomena yang biasa

juga merupakan sesuatu yang sulit untuk diketahui atau dipahami.

Mengingat tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan manajemen

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.Barru

serta faktor pendukung dan penghambat penerapannya maka jenis penelitian jenis

penelitian deskriptif kualitatif ini merupakan jenis penelitian yang tepat untuk

menemukan jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini.

42
B. Sumber Data

Penelitian ini terdiri atas dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari informanyang ditentukan secara purposive atau

dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu, yaitu untuk mendeskripsikan

manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang diterapkan di SMP Neg. 3

Salo‟muni, kab.Barru (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan), serta faktor pendukung dan penghambat dalam

penerapannya.Sedangkan data sekunder penelitian ini diperoleh daridokumentasi

berupa data yang berhubungan dengan Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal

Bahasa Daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru, misalnya silabus, RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), perangkat pembelajaran (media dan sumber

pembelajaran), dan dokumen lain yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Adapun data primer diperoleh dari informan-informan yang merupakan

warga SMP Neg. 3 Salo‟muni, Kabupaten Barru, misalnya Kepala Sekolah, guru

bidang studi mulok bahasa daerah, dan siswa selaku penikmat hasil pembelajaran

mulok bahasa daerah tersebut.

C. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen, yang bertindak

sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data,analisis, penafsir data, dan pada

akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2010: 305) yang mengemukakan bahwa, “Dalam penelitian kualitatif,

43
yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian adalah peneliti sendiri.Peneliti

kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya”.

Pendapat tersebut diperkuat pula oleh pandangan Nasution (dalam

Sugiyono, 2010: 306) yang mengemukakan bahwa, “Dalam penelitian kualitatif,

tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian

utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang

pasti.Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan,

bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan

jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian

itu.dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan

hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan pada pengumpulan data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1987: 136). Fenomana-fenomena yang

dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan Manajemen Pembelajaran

Muatan Lokal Bahasa Daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru, serta faktor

44
pendukung dan penghambat penerapannya.Dari pengamatan inilah penulis mencatat

secara sistematis fenomena-fenomena yang timbul di permukaan.

Moleong (2000:4) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan metode

pengamatan (observasi) dalam penelitian kualitatif, di antaranya adalah:

a. Metode pengamatan didasarkan atas pengamatan secara langsung.

b. Metode pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada

keadaan sebenarnya.

2. Metode Wawancara (Interview)

Metode wawancara adalah cara mengumpulkan datamelalui kontak atau

hubungan pribadi antara pengumpul data dengansumber data yang direncanakan

sebelumnya (Hadari, 1990:110). Jadi metode ini menghendaki adanya komunikasi

langsung antara peneliti dengan informan.

Metode wawancara (interview) terdiri atas tiga bagian yakni:

interviewpembicaraan informal, pendekatan menggunakan petunjuk umuminterview

(wawancara), dan interviewbaku terbuka (Meleong, 2000:135). Dalam interview

pembicara informal, pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada spontanitasnya

dalam mengajukanpertanyaan kepada yang diwawancarai. Proses interview ini

berjalan dalam nuansa biasa, wajar dan santai seperti pembicaraan biasa sehari-hari

sehingga terkadang yang diwawancarai tidak mngetahui atau menyadari kalau ia

sedang diwawancarai. Sedangkan interview yang menggunakan petunjuk umum

45
interview, mengkhususkan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-

pokok yang ditanyakan dalamproses interview.

Ketiga bentuk interview tersebut, yang paling banyak digunakan dalam

penelitian ini adalah interview pembicaraan informal dengan menggunakan ragam

pertanyaan terbuka (open interview) yang sebelumnya pedoman wawancara telah

disusun oleh peneliti yang berfungsi sebagai pengontrol dalam melakukan wawancara

agar wawancara lebih terarah. Khusus untuk siswa, wawancara dilakukan pada saat

jam istirahat dengan meminta izin terlebih dahulu kepada kepala sekolah. Pada proses

wawancara tersebut, peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal yang dapat menarik

perhatian siswa serta dapat memasuki dunia si peniliti. Dengan demikian, akan

terbentuk keakraban antara peneliti dan siswa. Melalui upaya tersebut akan

membantu keefektifan proses wawancara dan data yang diperoleh lebih akurat.

Sebelum kegiatan wawancara dilakukan, terlebih dahulu peneliti menjalin

hubungan baik (good rapport) dengan informan agar proses wawancara berlangsung

dengan santai namun terarah serta keakraban antara peneliti dan informan dapat

terjalin, bukan hanya pada saat penelitian, namun juga setelah penelitian. Jika good

rapport telah dilakukan, peneliti lalu menanyakan waktu luang dan tempat

pelaksanaan wawancara kepada informan guna menimbulkan suasana wawancara

yang lebih baik sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid.

Pada pelaksanaan wawancara, peneliti mencatat hal-hal yang disampaikan

oleh informan pada buku catatan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya agar

jawaban dari informan dapat dikembangkan pada pertanyaan berikutnya sehingga

46
data yang diperoleh lebih lengkap.Selain itu, peneliti juga menggunakan alat

pengumpul data, seperti alat rekam, kamera, dan lain sebagainya.

3. Metode Dokumenter

Metode dokumenter adalah suatu penyelidikan pada penguraiandan

penjelasan apa yang telah lalu ditulis melalui sumber-sumberdokumen (Winarno,

1978:113). Jadi metode ini menunjukkan bahwa data yang diperlukanakan diperoleh

dari dokumen-dokumen, baik dokumen yang berhubungan perangkat pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah maupun yang berhubungan dengan penerapannya.

Dibandingkan dengan metode pengumpulan data lainnya, metode ini memiliki

beberapa kelebihan, yakni bila adakekeliruan maka dapat dicek kembali dengan

mudah karena sumbernya masih tetap dan stabil, sehingga dokumen tadi dapat

dikatakan memilikisifat alamiah dan stabil.

Peneliti menggunakan metode dokumenter untuk memeroleh data mengenai

kelengkapan perangkat pembelajaran guru (silabus, RPP, buku pembelajaran, alat dan

media pembelajaran), serta dokumen-dokumen lain yang relevan dengan manajemen

pembelajaran mulok bahasa daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.Barru.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian ini adalah SMP Neg. 3

Tanete Rilau, Kab.Barru yang terletak di JalanSalomoni, desa Lipukasi, Kec. Tanete

Rilau. Sekolah ini merupakan salah satu SMP unggulan di Kabupaten Barru yang

47
juga memiliki program akselerasi. Sekolah tersebut dilengkapi fasilitas sarana dan

prasarana yang sangat memadai serta ditunjang oleh guru-guru yang profesional,

termasuk guru yang berkompeten mengajar di bidangnya, seperti halnya dengan

pembelajaran mulok bahasa daerah yang diajarkan oleh alumni sarjana jurusan

bahasa daerah (Ibu Amaliah, S.S., M.Pd.).

Perangkat pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran mulok bahasa

daerah didesain khusus melalui pendekatan kontekstual yang disesuaikan dengan

keadaan dan kebutuhan daerah Kab. Barru. Perangkat-perangkat pembelajaran yang

dimaksud, misalnya silabus, dan buku paket yang disusun oleh tim khusus yang

memunyai disiplin ilmu di bidang bahasa daerah. Tim khusus tersebut merupakan tim

yang ditugaskan untuk menyusun silabus dan buku paket bahasa daerah yang

disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan Kabupaten Barru.

Selain itu, sekolah tersebut juga merupakan salah satu sekolah ungulan yang

menerapkan manajemen pembelajaran mulok bahasa daerah yang layak dijadikan

sebagai percontohan bagi sekolah-sekolah lainnya, khususnya di Kabupaten Barru

dan umumnya di Provinsi Selatan.Hal tersebut dibuktikan dengan berbagai prestasi

yang telah diperoleh oleh siswa-siswi SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab.Barru pada

mata pelajaran bahasa daerah, baik di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun tingkat

nasional.

Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa sekolah ini layak untuk diteliti

terkait dengan manajemen pembelajaran mulok bahasa daerah yang di dalamnya

menggambarkan tentang perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

48
pengawasan mulok bahasa daerah guna dijadikan sebagai percontohan bagi sekolah-

sekolah lainnya, khususnya di Sulawesi Selatan, agar fungsi bahasa daerah sebagai

identitas daerah dapat terealisasi dengan bijak sebagai salah satu solusi dalam

pemertahanan dan pelestarian bahasa daerah yang menjadi salah satu kekayaan

daerah yang patut dibanggakan.

49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang

telah disusun pada bab sebelumnya. Adapun rumusan permasalahan yang dimaksud

yang menjadi acuan untuk mencapai hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang diterapkan

di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pada penerapan manajemen pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau, Kab. Barru?

Kedua rumusan permasalahan di atas akhirnya terjawab melalui hasil

wawancara dari informan yang dipilih berdasarkan dari tujuan penelitian serta

dokumen-dokumen yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Setiap hasil

penelitian dari rumusan permasalahan di atas dijabarkan ke dalam beberapa sub

pokok pembahasan yang dideskripsikan secara detail. Adapaun deskripsi hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Neg. 3 Tanete

Rilau, Kab. Barru, terdiri atas:

a. Perencanaan, meliputi: perencanaan kepala sekolah, perencanaan pembelajaran

guru bidang studi (materi pembelajaran, media, metode, dan alokasi waktu

yang digunakan pada pembelajaran mulok bahasa daerah).

50
b. Pengorganisasian, meliputi: kepala sekolah (kebijakan dalam manajemen

pembelajaran mulok bahasa daerah), guru bidang studi, dan upaya peningkatan

prestasi siswa.

c. Penggerakan, meliputi: sarana dan prasarana sekolah (bidang studi mulok

bahasa daerah), kegiatan ekstrakurikuler mulok bahasa daerah, dan forum

pengembangan guru bidang studi mulok bahasa daerah.

d. Pengawasan, meliputi: evaluasi, dan penilaian manajemen pembelajaran mulok

bahasa daerah.

2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen pembelajaran mulok

bahasa daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru, terdiri atas:

a. Sikap/pandangan kepsek terhadap pembelajaran mulok bahasa daerah; peranan

dan upaya kepsek, guru bidang studi,persepsi dan minat siswa

b. Media dan fasilitas sekolah

51
Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan hasil penelitian yang dijabarkan seperti
deskripsi di atas.
1. Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah di SMP Neg. 3

Tanete Rilau, Kab. Barru

a. Perencanaan

1) Manajemen Kepala Sekolah

Kepala Sekolah selaku pemimpin memiliki peranan yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan instansi yang dipimpinnya. Berhasil

atau tidaknya, sangat ditentukan oleh cara dia dalam memanajemen. Seperti

pula halnya dengan bidang studi mulok bahasa daerah yang keberhasilannya

sangat ditentukan oleh kebijakan kepala sekolah dalam memanajemen

bidang studi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang diterapkan

oleh Kepala Sekolah terhadap bidang studi muatan lokal bahasa daerah di

SMP Negeri 3 Tanete Rilau sangat baik dan bijak.Selaku kepala sekolah, dia

sangat mendukung adanya pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang di

terapkan di sekolah tersebut dengan alasan, bahwa melalui pembelajaran

bahasa daerah yang diterapkan di sekolah, maka dapat mengembangkan

kebudayaan daerah.

Olehnya itu, dia menyiapkan berbagai macam media, sarana dan

prasarana yang dapat menunjang pembelajaran di sekolah seperti, buku

paket kontekstual (sesuai dengan daerah Kab. Barru) , jam pelajaran yang

52
cukup bagi guru bidang studi, guru yang mengajar muatan lokal di sekolah

dipilih sesuai dengan disiplin ilmu yang digelutinya. Selain itu, dia juga

mewadahi pelatihan-pelatihan bagi guru bidang studi muatan lokal bahasa

daerah yakni dengan adanya forum MGMP (Musyawarah Guru Mata

Pelajaran) khusus muatan lokal bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan

informasi yang disampaikan oleh Bapak Drs. Basri T, M.Pd selaku Kepala

Sekolah. Dia menyampaikan bahwa:

Di sekolah ini, guru bidang studi bahasa daerah memiliki silabus,


rencana pelaksanaan pembelajaran, punya program yang
dioperasionalkan di kelas, buku paket yang disusun oleh tim dari
daerah Kab. Barru yang substansi materinya disesuaikan dengan
lingkup dan kebutuhan daerah Barru, penilaian juga kita mengacu
pada sistem penilaian, ada wadah yang menunjang untuk guru
bidang studi yakni MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran).Guru yang mengajarkan juga dipilih sesuai basic atau
disiplin ilmunya. (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25 januari 2013 di
ruangan guru)

Di samping itu, Ibu Amalia selaku guru bidang studi muatan lokal
bahasa daerah sangat memuji manajemen yang diterapkan oleh kepala
sekolah, dia menyampaikan bahwa:

Manajemen kepala sekolah terhadap pembelajaran mulok bahasa


daerah diterapkan dengan baik dan bijak. Beliau menyediakan 2
jam pelajaran per minggu untuk setiap kelas, dan saya fikir itu
cukup, karena itu kepala sekolah sangat memperhatikan budaya
lokal. Sebenarnya ada juga sebagian sekolah sudah mau
mengahapus muatan lokal bahasa daerah karena menganggapnya
tidak penting padahal sebenarnya itu sangat penting untuk
mengembangkan budaya daerah kita. Saya Sangat bersyukur di
sekolah ini menyediakn 2 jam pelajaran yang ditunjang oleh
fasilitas, sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk
pendukung pembelajaran (Nur Amalia Halid SS, Jumat, 25 Januari
2013).

53
2) Perencanaan Pembelajaran Guru Bidang Studi

Dalam mendesain pembelajaran mulok bahasa daerah semenarik

mungkin, guru bidang pembelajaran muatan lokal bahasa daerah (Ibu Amaliah,

S.S., M.Pd.) terlebih dahulu merancang dan mempersiapkan segala hal yang

dapat meningkatkan kualiatas pembelajaran mulok bahasa daerah, baik

kurikulum, silabus, program pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), materi ajar, media, buku paket muatan lokal bahasa daerah yang

berbasis kontekstual, serta pendukung lainnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Amalia yang mengajarkan mata

pelajaran bahasa daerah di semua kelas, baik kelas reguler, akselerasi (kelas

VII, VIII, dan IX). Dia menyampaikan bahwa:

Sebelum masuk di kelas mengajarkan mata pelajaran muatan lokal


bahasa daerah, pertama-tama saya menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kurikulum, silabus dan
program pembelajaran yang telah saya susun sebelumnya. Selain itu,
juga menyiapkan materi pembelajaran, media apa yang cocok pada
materi pembelajaran tersebut, buku paket muatan lokal bahasa daerah
yang telah disiapkan daerah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
daerah Barru, dan lain-lain. Tentunya kalau masuk di kelas, tahap
awalnya kita merefresh materi yang lalu, mengingatkan materi yang
lalu kemudian masuk pada inti materi pembelajaran yang akan
diajarkan pada hari itu (Nur Amalia Halid SS, Jumat 25 Januari 2013).

Pernyataan guru bidang studi tersebut menunjukkan adanya

perencanaan yang baik yang dilakukan oleh guru sebelum proses pembelajaran

berlangsung. Selain itu, dia juga selalu melakukan appersepsi sebagai kegiatan

awal dalam pembelajaran dengan cara menghubungkan materi sebelumnya

54
dengan materi yang akan disajikan sehingga materi yang telah dipelajari

sebelumnya dapat diingat dan dapat pula berfungsi untuk mengukur kemajuan

belajar siswa

Selain itu, dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat-

perangkat pembelajaran di SMP Neg. 3 Tanete Rilau sangat memadai, misalnya

dengan ketersediaan, silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),

Program Pengajaran, Buku Paket Pembelajaran, alokasi waktu yang di gunakan

sangat efisien sehingga proses pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di

sekolah tersebut berjalan dengan lancar dan efektif.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP

Negeri 3 Tanete Rilau dilaksanakan sesuai dengan prosedur.Misalnya, guru

yang dipilih untuk mengajarkan muatan lokal bahasa daerah adalah guru yang

memiliki basic atau disiplin ilmu adalah alumni sarjana sastra daerah.

Pengalokasian jam pelajaran untuk bidang studi ini juga disediakan, yaitu 2 jam

pelajaran setiap kelas, dan perangkat pembelajaran yang lengkap seperti

silabus, program pengajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan

buku paket. Semua perangkat pembelajaran tersebut telah diorganisasikan

sebaik mungkin sehingga dapat meminimalisir ketidakberhasilan pembelajaran.

55
1) Pengorganisasian guru bidang studi

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bidang

studi mutan lokal bahasa daerah selaku pihak yang khusus mengajarkan

mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah sesuai dengan bidangnya sendiri

mengatakan bahwa pengorganisasian mata pelajaran muatan lokal bahasa

daerah dilakukan dengan beberapa langkah guna mencapai tujuan yang

diinginkan pada proses pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah pernyataan Ibu Amalia

selaku guru bidang studi yang mengemukakan bahwa:

Yang saya lakukan dalam pengorganisasian muatan lokal bahasa


daerah adalah mempersiapkan dan membuat materi ajar yang diramu
ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mempersiapkan
silabus sebagai acuan untuk membuat rencana pembelajaran,
membuat program pengajaran, menyediakan buku paket sebagai
penunjang dan materi ajar, mengadakan penilaian dan evaluasi setiap
kali masuk di kelas. Adapun alokasi waktu yang saya gunakan pada
proses pembelajaran, yakni 2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit bagi
kelas VII, VIII, dan IX setiap hari senin sampai dengan jumat dan
saya rasa 2 jam plelajaran yang telah diberikan sudah sangat cukup
(Nur Amalia Halid SS, Jumat 25 Januari 2013).

Bapak Basri selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau


memperkuat informasi tersebut. Dia menyatakan bahwa:

Guru bidang studi muatan lokal bahasa daerah sudah menyiapkan


dan menyusun perangkat pembelajaran dengan baik seperti guru
bidang studi lainnya, seperti silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), buku paket yang sesuai, mengadakan evaluasi dan
sistem penilain yang baik. Selain itu, guru yang mengajar mata
pelajaran muatan lokal bahasa daerah juga sesuai dengan bidangnya
sendiri dan memberikan 2 jam pembelajaran pada setiap kelas yakni
kelas VII, VIII, dan IX, baik kelas regular, kelas unggulan, maupun

56
kelas akselerasi (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25 januari 2013 di
ruangan guru).

2) Peranan dan Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kreatifitas

dan Prestasi Siswa

Bapak Drs. Basri T, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 3

Tanete Rilau sangat berperan aktif dalam peningkatan kreatifitas dan

prestasi siswa. Segala upaya dia lakukan untuk meningkatkan prestasi

siswa di sekolah tersebut, termasuk mulok bahasa daerah. Khusus bidang

studi muatan lokal bahasa daerah, ia menyelenggarakan porseni yang berisi

lomba baca pusi bugis, pidato bugis, cerita daerah bugis, tarian bugis,

musik dan lain-lain. Semua itu dia lakukan untuk meningkatkan kreatifitas

siswa dan bagaimana siswa tersebut mengenali budaya daerahnya.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dia yang menyampaikan

bahwa:

Selaku kepala sekolah tentunya sangat berperan, memberikan


fasilitas yang dibutuhkan oleh guru bahasa daerah, salah satunya
penyediaan buku paket khusus bahasa daerah dalam rangka
peningkatan prestasi dan kreatifitas siswa baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.Peningkatan itu biasanya melalui kegiatan-
kegiatan yang dilakukan di sekolah seperti lomba-lomba untuk
meningkatan kreatifitas siswa itu sendiri yang berkaitan dengan
mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah.Seperti, lomba-lomba
baca puisi daerah, pidato daerah, tarian daerah, musik daerah dan
lain-lain. Jadi peningkatan kreatifitas siswa dan prestasi tidak hanya
pada mata pelajaran lainnya, akan tetapi pada mata pelajaran
muatan lokal bahasa daerah juga. Selain itu, dalam kegiatan inilah
bagaimana siswa itu mengenalai budaya daerahnya sehingga ke
budayaan kita tidak akan hilang dan punah begitu saja. Jadi yang
terpenting di sini adalah bagaimana mengenali budaya daerah kita

57
dalam mengajarkan muatan lokal bahasa daerah. Jadi tidak hanya
membaca dan menulis yang diajarkan, akan tetapi ada aspek budaya
di dalamnya yang perlu diperkenalkan kepada siswa sebagai
generasi muda (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25 januari 2013)

Di sela-sela percakapan, dia pun melanjutkan bahwa:

Jadi, bahasa daerah merupakan salaha satu kebudayaan kita


tentunya harus di lestaraikan dan implementasinya itu tentunya di
sekolah. Di sekolah ini, bahasa daerah bukan hanya sebagai mutan
lokal, akan tetapi sudah dimasukkan sebagai mata pelajaran wajib
seperti mata pelajaran yang lainnya dalam peningkatan kreatifitas
dan prestasi siswa dalam belajar (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25
januari 2013 di ruangan guru).

Pernyataan yang dikemukakan di atas menunjukkan sikap positif

kepala sekolah terhadap pembelajaran mulok bahasa daerah.Hal ini dapat

menjadi entry point terhadap peningkatan kualitas pembelajaran bahasa

daerah dengan dukungan yang kuat dari kepala sekolah.

c. Penggerakan

Setelah melakukan perencanaan yang kemudian diorganisir dengan

baik, pihak SMP Neg. 3 kemudian malakukan tahap penggerakan atau

pelaksanaan dari perencanaan yang telah diorganisir tersebut.Penggerakan

dimulai dari perangkat pembelajaran, pemanfatan sarana dan prasarana yang

ada, materi ajar, metode pembelajaran cocok diterapkan serta

pengaplikasiannya di kelas yang sudah dirancang sebaik mungkin.

Untuk tahap penggerakan ini, Ibu Amaliah selaku guru bidang studi

mulok bahasa daerah yang sangat dibutuhkan perannya pada tahap ini

menyampaikan bahwa:

58
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tentunya saya
merancang dan menyiapkan materi pembelajaran yang menarik
sebelum masuk di kelas, materi dan media apa yang cocok. Seperti
biasanya, kalau masuk di kelas pada tahap awal saya merefresh materi
yang lalu, mengingatkan materi yang lalu kemudian masuk ke inti
materi pembelajaran yang akan saya ajarkan pada hari itu. Selain itu,
saya menggunakan berbagai macam strategi dan metode yang menarik
dan bervariasi sesuai dengan materi ajar dan menggunakan fasilitas
yang ada pula agar pembelajaran dapat menarik dan tidak
membosankan.Kadang saya menggunakan LCD untuk menampilkan
dan memperkenalkan kebudayaan bugis seperti mappacci jika materi
pada hari itu tentang mappacci. Jadi, untuk mencapai hasil belajar
yang baik, tentunya bagaimanalah kita meramu materi ajar agar siswa
mudah memahami materi yang kita ajarkan (Nur Amalia Halid SS,
Jumat 25 Januari 2013 di ruangan guru)

Informasi di atas menunjukkan bahwa guru bidang studi mulok bahasa

daerah telah menggerakkan pembelajaran bahasa daerah dengan

tepat.Pemanfaatan media berupa LCD sangat mendukung penguatan siswa

terhadap pelajaran tersebut, apalagi dengan menampilkan situasi nyata yang

menjadi salah satu kebudayaan Bugis, seperti budaya Mappaccimerupakan

metode yang tepat untuk mengenalkan siswa terhadap budaya-budaya setempat.

1) Sarana dan Prasarana Sekolah

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik, tentunya

dibutuhkan sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan

pembelajaran.Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Tanete

Rilau, sarana dan prasarana di sekolah tersebut khususnya pada mata

pelajaran muatan lokal bahasa daerah sudah tersedia, dan tersedianya buku

paket tersendiri dari kab.Barru yang telah di terbitkan untuk sekolah-sekolah

59
yang terdapat di Kab. Barru yakni buku paket dengan judul Colli Pujie yang

disusun oleh tim tersendiri. Buku paketnya pun berisi materi-materi yang

disesuaikan kondisi, dan potensi budaya di Kab.Barru. Selain itu, ada pula

buku paket Ada Pappaseng yang diterbitkan dari daerah lain yang kadang

digunakan pada proses pembelajaran namun materinya tetap membahas

tentang kebudayaan yang terdapat di Kab. Barru.

Berikut ini merupakan hasil wawancara guru mata pelajaran muatan

lokal bahasa daerah yang menyatakan bahwa:

Sumbernya selain dari buku paket itu sendiri, misalnya La Toa,


nilai-nilai utama kebudayaan bugis.Ada juga buku Colli Pujie yang
memang khusus terbit dari Kab.Barru sendiri. Tim penyusunx Pak
Salman dari Alumni Unhas dan ada beberapa tim budayawan dari
Kab. Barru yang dilibatkan dalam penyusunan buku Colli Pujie.
Keadaan isinya, banyak cerita yang mengangkat dari budayanya
Kab.Barru termasuk keadaan Barru, kalau dia materi membaca
legenda-legenda yang ada di Kab. Barru, saya padukan juga yang
ada pada buku Ada Pappaseng, karena meteri sekarang
perangkatnya masih Ada Pappaseng tapi isinya pada umumnya
sama, hanya saja materi membacanya saja yang dibedakan (Nur
Amalia Halid S.S., Jumat 25 Januari 2013 di ruangan guru).

Bapak Basri selaku Kepala Sekolah memperkuat informasi tersebut.


Dia menyatakan bahwa:
Yang menjadi pendukung pada proses belajar mengajar adalah
sarana dan prasana. Harus ada media yang digunakan oleh guru
pada saat PBM (Proses Belajar Mengajar). Kita sudah siapkan di
kelas-kelas, tinggal bagaimana gurunya meningkatkan daya serap
dan menggunakan sarana yg telah disediakan di dalam kelas (Drs.
Basri T, M.Pd, Jumat, 25 januari 2013 di ruangan guru).

60
2) Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan ekstra di luar jam

sekolah yang diperuntukkan kepada siwa untuk mengembangkan bakatnya.

Hal ini dilakukan karena jam pelajaran yang telah dialokasikan tidak

mencukupi. Olehnya itu, kegiatan ekstrakurikuler biasanya dilaksanakan di

luar dari jam pelajaran.

Di SMP Negeri 3 Tanete Rilau ada kegiatan ektrakurikuker yang

dilaksanakan, hanya saja tidak dilakukan setiap harinya. Ekstrakurikuler

dilakukan jika ada lomba-lomba atau kegiatan porseni yang akan

dilaksanakan oleh tingkat sekolah. Ekstrakurikuler yang berkaitan dengan

mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah yang biasanya dilakukan antara

lain yaitu, pelatihan baca puisi daerah bugis, pidato daerah bugis,

mendongeng atau bercerita bugis, latihan menyanyi lagu daerah bugis,

latihan tarian bugis, dan musik daerah bugis.

Semua kegiatan ekstrakurikuler tersebut telah mendapatkan

berbagai macam piala penghargaan, baik di tingkat sekolah, kecamatan,

kota/kabupaten, maupun ditingkat nasional.Hal ini sesuai dengan informasi

yang disampaikan oleh Bapak Basri selaku kepala sekolah di SMP Negeri 3

Tanete Rilau. Dia menyampaikan bahwa:

Kalau kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini ada yakni kesenian


daerah seperti; baca puisi dalam bahasa daerah bugis, pidato bugis,
ceramah bugis, cerita atau dongeng bugis, menyanyi, menari tarian
bugis. Ekstrakurikuler ini bisanya dilakukan di luar jam pelajaran
dan jika ada lomba yang akan dilaksanakan. Sebagian kegiatan

61
ekstrakurikuler yang dilakukan tersebut pernah mendapatkan juara
dan piala penghargaan, baik pada tingkat sekolah, kota, kecamatan,
maupu pada tingkat kabupaten (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25
januari 2013 di ruangan guru).

Sementara itu, Ibu Amalia selaku guru bidang studi menambahkan

bahwa, “Jika akan diadakan pertandingan maka laksanakan ekstakurikuler di

luar jam pelajaran, mereka akan berlatih di luar jam palajaran pada sore hari

dan biasa dibarengi musik-musik daerah.”

Di sisi lain, salah satu siswa yang menjabat sebagai Ketua Osis di

SMP Negeri 3 Tanete Rilau yang sempat diwawancarai Mushallah sekolah

mengatakan bahwa:

Ada kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan jika akan diadakan


lomba-lomba seperti pelatihan baca puisi daerah bugis, pidato
bugis, dongeng , kecapi, menyanyi dan musik daerah. Biasanya
kami medapat juara jika ada perlombaan. Salah satunya Juara 1
lomba Pidato dan puisi bugis yang pernah dilaksanakan oleh
mahasiswa KKN UNHAS PSGBD pada tahun 2011 pada tingkat
SMP di Kab. Barru (M. Misbah Ahmad Ruhani, 26 Januari 2013).

3) Forum Pengembangan Guru Bidang Studi

Di Kabupaten Barru ada wadah/ forum yang disediakan untuk

pengembangan guru bidang studi yang dinamai MGMP (Musyawarah Guru

Mata Pelajaran). Hanya saja dua tahun terakhir ini sudah tidak ada lagi

karena LPMP tdk menyediakan dana untuk itu.

Pernyataan di atas sesuai dengan hasil wawancara yang


disampaikan oleh Ibu Amalia selaku guru mata pelajaran muatan lokal
bahasa daerah yang ditemui di ruangan guru pada hari Jumat, 25 Januari
2013. Dia menyampaikan bahwa, “Ada MGMP khusus muatan lokal

62
bahasa daerah seperti halnya mata pelajaran lain, hanya saja dua tahun
terakhir ini tidak lagi karena faktor LPMP tidak menyediakan dana untuk
itu”.
Hal senada dikemukakan pula oleh Bapak Basri selaku Kepala
Sekolah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau, bahwa:
Salah satu cara untuk meningkatkan profesi guru adalah melalui
MGMP (Musyawarah kerja guru mata pelajaran). Setiap tahun ada
dilaksanakan di Kabupaten Barru akan tetapi sekrang tidak lagi.
Hanya saja tidak khusus kepada guru bahasa daerah, akan tetapi
bergantian dengan mata pelajaran lain. Di sekolah sendri kami ada
juga MGMP, tetapi karena gurunya hanya 1 maka tentu dia harus
berkomunikasi/ sharing dengan guru bahasa daerah di sekolah-
sekolah lain yang ada di Kab.Barru (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25
januari 2013 di ruangan guru).

d. Pengawasan

Setelah direncanakan, diorganisir, dan digerakkan, maka tahap

berikutnya adalah pengawasan.Pengawasan dilakukan untuk meninjau dan

menilai sejauh mana keberhasilan manajemen yang telah diterapkan.Dari segi

pengawasan ini, ada dua bentuk pengawasan yang dilakukan oleh kepala

sekolah dan guru bidang studi mulok bahasa daerah untuk mengukur

keberhasilan manajemen pembelajaran tersebut.

1) Evaluasi

Bentuk pengawasan yang dilakukan kepala sekolah dengan

mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran mulok bahasa daerah yang

dilakukan oleh guru bidang studi.Pada tahap evaluasi ini, kepala sekolah

63
memberi apresiasi yang cukup tinggi kepada guru bidang studinya karena

melaksanakan kewajibannya dengan baik.

Berikut pemaparan Bapak Basri Selaku Kepala Sekolah yang

menyampaikan bahwa:

Seperti yang saya liat, guru mata pelajaran muatan lokal bahasa
daerah telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan hampir sama
dengan mata pelajaran lain, gurunya juga memiliki silabus, RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan materi yang
akan diajarkan, punya program pengajaran yang dioperasionalkan
di kelas, pedoman pengajarannya telah disiapkan dengan baik
sebelum mengajar di kelas, menggunakan berbagai macam media
yang cocok dengan materi, penilainnya juga kita mengacu pada
sistem penilaian menggunakan metode yang mudah diserap oleh
siswa (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25 Januari 2013).

Selain evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru bidang

studipun melakukan hal yang sama untuk mengukur sejauh mana

kemampuan siswanya menerima materi pembelajaran. Guru bidang studi

muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau selalu

melaksanakan evaluasi pembelajaran setiap kali setelah memberikan materi

pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan informasi yang telah

disampaikan oleh Ibu Amalia selaku guru bidang studi muatan lokal bahasa

daerah. Dia menyampaikan bahwa:

Dalam proses pembelajaran, saya mengadakan evaluasi untuk


mengetahui sejauh mana materi yang ditangkap atau diterima oleh
siswa, setiap kali masuk di kelas pasti ada perlakuan evaluasi untuk
mengetahui apa ini siswa dapat menerima pelajaran atau tidak,
setelah itu memberikan tindak lanjut berupa penugasan jika masih
kurang, akan tetapi jika tidak ada lagi masalah dan pembelajaran

64
diterima dengan baik oleh siswa maka itu harus tetap dipertahankan
(Nur Amalia Halid SS, Jumat 25 Januari 2013 di ruangan guru).

2) Penilaian

Setelah dilakukannya evaluasi, maka hal terakhir yang dilakukan

oleh SMP Neg. 3 Tanete Rilau Kab.Barru adalah melakukan penialaian

terhadap tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Jika telah

dilakukan penilaian dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka perlu

dilakukan remedial, namun jika telah memuaskan, maka hal tersebut perlu

ditingkatkan dengan cara melakukan pengayaan.

Penilaian itu merupakan strategi untuk mencari perbaikan dengan

baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Amalia yang menyampaikan

bahwa:

Saya selaku guru bidang studi senantiasa melakukan penilaian


terhadap peningkatan kualitas siswa, khususnya pada bidang studi
bahasa daerah.Jika hasil penilaiannya bagus dan telah memenuhi
Standar Ketuntasan Belajar Minimal, maka saya memberikan
pengayaan untuk pengembangannya sedangkan jika kurang
memuaskan atau tidak sesuai standar, maka dilakukan remedial
untuk perbaikan ((Nur Amalia Halid SS, Jumat 25 Januari 2013).

Di sisi lain, Zul Fadli siswa kelas VII.4 (Sabtu 26 Januari 2013)

selaku penikmat hasil manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah

menyampaikan pendapatnya tentang manajemen pembelajaran muatan lokal

yang diterapkan di sekolahnya. Dia menyampaikan bahwa:

Pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang telah diajarkan oleh


Ibu Amalia sangat menarik dan tidak membosankan.Karena selain

65
belajar membaca, menulis, menyimak, dan berbicara, ada pula
berbagai macam materi yang di berikan mengenai nilai-nilai budaya
kita sehingga kita dapat mengenali budaya kita sendiri.Selain itu,
mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah tidak begitu sulit
dibandingkan mata pelajaran lainnya.

Berdasarkan ketiga paparan di atas, baik dari pelaku (kepala


sekolah), pelaksana (guru bidang studi), dan penikmat terhadap manajemen
pembelajaran muatan lokal bahasa daerah (siswa) dapat disimpulkan bahwa
manajemen yang telah dilakukan di sekolah tersebut sudah tepat sesuai
prosedur dan harapan.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Manajemen Pembelajaran

Mulok Bahasa Daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru

Pada umumunya, manajemen suatu pembelajaran memiliki faktor-faktor

pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.Demikian pula halnya dengan

manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete

Rilau.Untuk memperkuat pernyataan tersebut, berikut dapat dilihat pernyataan di

bawah ini dari hasil wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 3 Tanete

Rilau.

a. Faktor Pendukung

Bapak Basri selaku kepala sekolah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau

mengemukakan bahwa, “Adapun faktor-faktor yang menjadi pendukung

terselenggaranya pembelajaran muatan lokal bahasa daerah dengan baik yaitu:

66
1. Perencanaan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa daerah sesuai

dengan aturan yang diberlakukan.

2. Sumber yang dijadikan acuan pada proses pembelajaran tersedia, seperti

buku paket bahasa daerah bugis yang diterbitkan langsung dari Kab. Barru

dan di padukan denganbuku paket dari daerah lain.

3. Sarana dan prasana untuk mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah yang

memadai.

4. Kemampuan siswa menyerap materi cukup baik dengan melihat hasil

evaluasi yang telah dilaksanakan.

5. Guru yang mengajar mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah

berkompeten dengan bidangnya

6. Terdapat Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) khusus muatan lokal

bahasa daerah, baik ditingkat kabupaten maupun ditingkat sekolah.

7. Alokasi waktu jam pengajaran sangat cukup (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25
januari 2013 di ruangan guru).

Di lain sisi, Ibu Amalia pun mengemukakan faktor pendukung

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah

Faktor pendukungnya adalah adanya sarana dan prasarana yang


cukup memadai.Salah satunya adalah penyediaan media yakni
LCD. Penggunaannya misalnya pada saat mengajarkan elong, saya
akan menampilkan dengan melalui LCD, apa lagi jika ada materi
tentang budaya mappacci maka saya putarkan CD tentang
perkawinan kemudian menggali makna-makna yang ada di
dalamnya. Dengan adanya fasilitas sarana dan prasana yang
memadai seperti itu selain dari buku paket, maka proses belajar

67
mengajar di kelas akan berjalan dengan lancer dan efektif serta
siswa tidak akan merasa bosan dan jenuh belajar bahasa daerah
sama halnya dengan mata pelajaran lainnya. Selain dari sarana dan
prasana, yang paling mendukung proses belajara mengajar di
sekolah ini adalah siswanya yang betul-betul menguasai bahasa
Bugis karena memang asli dari suku Bugis (Nur Amalia Halid SS.,
Jumat, 25 Januari 2013).

Selain pernyataan dari kepala sekolah dan guru bidang studi, siswa

sebagai penikmat mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah yang sempat

diwawancarai pada saat melakukan kerja bakti juga menyampaikan faktor

pendukung pembelajaran mulok bahasa daerah. Di antara pernyataan yang

dikemukakan adalah sebagai berikut:

Devi sarvika siswi kelasVIII.1 (Sabtu, 26 Januari 2013), “ Pada saat


mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran muatan lokal
bahasa daerah materinya sangat mudah dipahami, ada buku paket
yang tersedia sebagai materi membaca yang di dalamnya memuat
tentang kebudayaan Bugis dan sangat menarik, hanya saja
terkadang ada salah satu kata yang sulit diterjemahan jika ada tugas
untuk manerjemahkan, hanya itu saja yang menjadi penghambat.
Selain itu, mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah lebih mudah
dan tidak sulit dibanding mata pelajaran lainnya”.

Nirwana siswi kelas IX.2 (Sabtu, 26 Januari 2013), “Belajar bahasa


daerah sangat bagus, selain dari menulis, membaca, dan tugas
lainnya, terkadang kami diberikan materi tentang cerita-cerita
rakyat dan karya-karya sastra bugis seperti puisi dari buku paket
yang telah disediakan oleh guru bidang studi muatan lokal bahasa
daerah.Selain itu, media, metode, dan strategi mengajarnya yang
diterapkan di kelas cukup bagus sehingga tidak membosankan
mengikuti pelajaran bahasa daerah dan mudah dipahami”.

68
b. Faktor Penghambat

Pada penerapan manajamen pembelajaran mulok bahasa daerah, SMP

Neg. 3 Tanete Rilau dapat meminimalisasi hambatan penerapannya, bahkan

hampir tidak ada hambatan dalam penerapannya. Hal ini disampaikan oleh

kepala sekolah, bahwa:

Saya rasa tidak ada faktor penghambat yang saya temukan karena
gurunya tersedia, silabusnya juga tersedia. Hanya saja sedikit
penghambatnya dari sarana saja yang masih perlu dikembangkan
Sebagai masukan, seandainya di Universitas Hasanuddin khususnya
pada jurusan keguruan sastra bahasa daerah dapat menciptakan silabus
yang lengkap, kurikulum bahasa daerah yang mau dioperasikan di
Sulawesi Selatan khususnya di daerah Bugis dilengkapi denga media-
media pembelajaran yang bisa membantu guru-guru di sekolah atau
fakultas memfasilitasi pelatihan bahasa daerah bagi guru mata
pelajaran bahasa daerah (Drs. Basri T, M.Pd, Jumat, 25 januari 2013 di
ruangan guru).

Di sisi lain, Ibu Amalia selaku guru mata pelajaran muatan lokal

bahasa daerah menambahkan informasi tersebut, bahwa:

Yang menghambat yaitu masih ada siswa-siswi masih merasa


gengsi menggunakan bahasanya, dia merasa hebat kalau
menggunakan bahasanya orang.Akan tetapi, pada umumnya pasti
dia menggunakan bahasa Bugis jika dalam lingkungan sekolah.
Selain itu, yang menjadi penghambat adalah pada tulisan biasanya
dan terjemahan bahasa Bugis ke dalam bahasa Indonesia masih
agak sulit, namun sebagian siswa juga ada yang bisa
menerjemahkan dan menulis dengan baik huruf lontarak (Nur
Amalia Halid SS, Jumat 25 Januari 2013 di ruangan guru).

Hal yang dikemukakan oleh guru mata pelajaran bahasa daerah,


senada dengan yang dikemukakan Eka (Siswa Kela VII.I) pada saat
wawancara di mushallah sekolah (Sabtu, 26 Januari 2013) yang
mengemukakan bahwa :

69
Yang menjadi penghambat pada proses pembelajaran muatan lokal
bahasa daerah adalah terjemahan bahasa daerah Bugisnya ke dalam
bahasa Indonesia, terkadang ada sebagian kata yang sulit
diterjemahkan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka berikut ini

penulis membahas dua permasalahan besar yang menjadi masalah dan tujuan pada

penelitian ini. Acuan dari pembahasan ini adalah dengan membandingkan pandangan

teorietik sebagaimana yang tercantum pada bab sebelumnya dengan hasil penelitian

yang telah ditemukan. Perbandingan antara teori dan kenyataan di lokasi penelitian

dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian ini.

1. Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah di SMP Neg. 3

Tanete Rilau, Kab. Barru

SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru menerapkan empat tahapan

manajemen yang ideal untuk diterapkan untuk keberhasilan suatu instansi.Adapun

tahapan-tahapan tersebut adalah perencaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan.

Hal ini sesuai dengan teori Gorge R. Terry (1986:4) yang menyatakan

bahwa manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-

tindakan: perencaan, pengorganisasian, menggerakan, dan pengawasan yang

dilakukan untuk menetukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah di tetapkan

melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lain.

70
a. Perencanaan

Perencanaan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri

3 Tanete Rilau sudah terancang dengan baik. Perangkat-perangkat

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di sekolah tersebut lengkap seperti;

tersedianya silabus, rancangan pelaksanaan pembelajaran, penyusunan

program pembelajaran, pemanfaatan media pada proses pembalajaran, dan

tersedia pula buku paket khusus bahasa daerah yang khusus diterbitkan di Kab.

Barru untuk sekolah-sekolah yang ada di Kab.Barru yang berisi materi-materi

yang memuat tentang kebudayaan-kebudayaan yang terdapat di Kab.Barru.

Dari hasi penelitian yang di peroleh terbukti bahwa muatan lokal

bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau bukanlah hanya sekedar muatan

lokal saja, akan tetapi sudah dimasukkan sebagai mata pelajaran inti seperti

halnya mata pelajaran lainnya.

Pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete

Rilau seperti yang diungkapkan guru mata pelajaran bahasa daerah bahwa

pembelajaran bahasa daerah yang diajarkan di sekolah ini bukan hanya sekedar

mengajarkan aksara lontarak saja, akan tetapi melalui pembelajaran muatan

lokal bahasa daerah yang diajarkan di sekolah kita dapat memperkenalkan

nilai-nilai kebudayaan Bugis kepada siswa khususnya kebudayaan-kebudayaan

yang terdapat di Kab. Barru agar mereka mengenali dan mengembangkan

kebudayaan daerahnya sendiri.

71
Berdasarkan penelitian manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa

daerah yang dilakukan di SMP Negeri 3 Tante Rilau membuktikan bahwa

mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah di sekolah tersebut sangat penting

untuk diajarkan guna kepentingan daerah dan untuk melestarikan serta

mengembangkan kebudayaan daerah khususnya di Kab.Barru.

Hal tersebut sesuai dengan pandangan teorietik yang di kemukakan

oleh Mulyasa (2007:5 yang meyatakan bahwa, muatan lokal adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang

ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-

masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan KBM.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan bagian dari manajemen.Pengorganisasian

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau sudah

terstruktur dan berjalan dengan baik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di

sekolah tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa guru

yang mengajarkan mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah di sekolah

tersebut sesuai adalah orang yang betul-betul berkompeten pada bidangnya

yaitu bahasa daerah.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rahmaniar (2011) bahwa

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah seyogianya di asuh oleh guru yang

berkompeten atau memiliki disiplin ilmu di bidang bahasa daerah. Jadi, jika

72
guru yang sesuai dengan bidangnya, memahami dan berkompenten

mengajarkan muatan lokal bahasa daerah, otomatis pembelajaran muatan lokal

bahasa daerah itu akan berhasil berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ternyata di SMP Negeri 3 Tanete

Rilau pengorganisasian pembelajaran muatan lokal bahasa daerahnya berjalan

dengan baik.Dengan adanya pengorganisasian yang baik seperti ini maka

sebaiknya dipertahankan guna kelancaran peroses belajar mengajar dikelas

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicapai.

c. Penggerakan

Penggerakan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang

berperan penting di sini adalah guru bidang studi itu sendiri selaku pelaksana

atau penggerak. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mepersiapkan

berbagai macam persiapan untuk mengaplikasikan pengajarannya di kelas

guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Apakah itu dari segi

rancangan pembelajaran, materi, metode, buku paket, dan berbagai macam

strategi yang dilakukan agar proses ppembelajaran berjalan dengan efektif. Di

sinilah peranan seorang guru sangat dibutuhkan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh terbukti bahwa penggerakan

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau yang

dilakukan oleh guru bidang studi bahasa daerah di sekolah tersebut berjalan

73
dengan baik.Semua persiapan yang berhubungan dengan pembelajaran muatan

lokal bahasa daerah telah dia persiapkan sebelum mengajarkan muatan lokal

bahasa daerah.Mulai dari perlengkapan mengajar seperti silabus, rancangan

pelaksanaan pembelajaran, program pengajaran, materi, dan buku paket

lengkap dia gunakan dalam mengajarkan bidang studi ini. Selalin itu,

penyediaan media yang terdapat di sekolah serta sarana dan prasarana dia

manfaatkan sesuai dengan materi ajar yang akan dia ajakan.

Di sisi lain, kepala sekolah SMP Negeri 3 Tanete Rilau juga

mengatakan bahwa pergerakan pembelajaran muatan lokal guru bahasa daerah

di sekolah ini sangat bagus. Dia mempersiapkan berbagai macam perlengkapan

mengajar seperti guru mata pelajaran lainnya untuk kelancaran proses belajar

mengajarnya di kelas terhadap siswa. Baik dari materi ataupun berbagai macam

metode yang dia terpkan di kelas sehingga siswa itu tidak merasa bosan belajar

bahasa daerah. Jadi mulai dari sarana dan prasarana kami siapkan di sekolah ini

guna kelancaran proses belajar mengajar.

Selain dari kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, ada pula kegiatan

ekstrakurikuler yang dilaksanakan diluar jam pelajaran antara lain yaitu,

pelatihan baca puisi daerah bugis, pidato bugis, mendongeng, pelatihan tari

tradisional, dan pelatihan musik.

Dari kegiatan ekatrakurikuler itu mereka sering berpartisipasi

mengikuti lomba yang diadakan pada tingkat sekolah, kelurahan, kecamatan,

hingga tingkat kabupaten dan hasilnya, mereka mendapatkan berbagai macam

74
juara dan prestasi dari lomba-lomba yang mereka ikuti. Dengan adanya

kegiatan ekstrakurikuler ini, siswa juga dapat menyalurkan dan

mengembangkan bakatnya dibidang seni dan budaya terkait pengembangan

kebudayaan daerah di luar dari dari yang diajarkan di dalam kelas pada saat

proses pembelajaran berlangsung.

Selain dari kepala sekolah yang melihat penggerakan pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah yang baik diterapkan oleh kepala sekolah, siswa

selaku penikmat mata pelajaran tersebut merasakannya pula. Dia mengatakan

mata pelajaran bahasa daerah tidak susah seperti mata pelajaran lainnya, mudah

dipahami dan tidak membosankan. Sangat tertarik mempelajarinya karena di

dalamnya tidak hanya diajarkan aksara lontarak seperti membaca dan hanya

menulis saja, akan tetapi didalam materi ajar kami juga diperkenalkan jenis-

jenis sastra bugis seperti puisi, pidato, lagu-lagu daerah, dan cerita-cerita rakyat,

serta nilai-nilai kebudayaan yang terdapat di Kab. Barru.

Penggerakan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang telah

dilaksanakan di SMP Neg. 3 Tanete Rilau sesuai dengan pandangan teoritik

yang dikemukakan oleh Jannah (2010:75) yang menyatakan bahwa

penggerakan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah dilakukan oleh pendidik

dengan suasana edukatif agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar dengan

baik, khususnya dibidang muatan lokal bahasa daerah dengan penuh tanggung

jawabdengan mengoptimalkan kemampuan belajarnya dengan baik.

75
Dari hasil penelitian juga dibuktikan bahwa Pemerintah Kab.Barru

telah menyediakan wadah sebagai tempat pelatiha bagi guru-guru mata

pelajaran termasuk guru mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah sebagai

peningkatan profesinya yaitu MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya di atas bahwa pada

dasarnya langkah-langkah yang telah ditempuh dalam penggerakan

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah oleh guru bidang studi muatan lokal

bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau sudah baik dan hal ini sebaiknya

perlu dipertahankan guna pengembangan kebudayaan daerah khususnya di Kab.

Barru.

d. Pengawasan

Proses pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah. Mencatat

perkembangan ke arah tujuan dan memungkinkan kepala sekolah mendekteksi

penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil

tindakan korektif sebelum terlambat.Pengawasan itu mulai dari bagaimana

perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi,

pengorganisasian pembelajaran, penggerakan guru bidang studi terhadap

pembelajaran hingga pengawasan.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ternyata

perencanaan pembelajaran, pengoganisasian pembelajaran, penggerakan

pembelajaran, yang telah dilaksanakan oleh guru bidang studi muatan lokal

76
bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tanete Rilau terlaksana dengan baik sesuai

dengan kebutuhan di sekolah.

Guru yang mengajar pada mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah

sesuai dengan profesi yang dia miliki, memiliki perangkat pembelajaran yang

lengkap, dan siswa sebagai penikmat mata pelajaran tersebut mengikuti proses

belajar mengajar dengan baik ssehingga tujuan pembelajaran berhasil dan

menghasilkan output yang baik pula.

Dari hasil penelitian, kepala sekolah selaku pelaksana pengawas

mengatakan bahwa guru mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah di sekolah

ini sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Menyusun rencana

pembelajaran dan melaksanakannya dengan baik seperti halnya guru mata

pelajaran lain, memiliki silabus, program pengajaran, buku paket sebagai acuan

dan materi pembelajaran, proses pembelajarannya berjalan sesuai dengan tujuan

yang telah direncanakan, mengadakan evaluasi, dan mengadakan penilaian

terhadap siswa. Dari hasil pengajarannya, ada beberapa siswa yang berprestasi

baik dalam bidang akademik maupun non akademik.Itu dibuktikan adanya

berbagai macam piala dan juara yang telah diraih oleh siswa.

Sebagaimana yang dikemukakan Jannah (2010:123) yang menyatakan

bahwa pengawasan dimaksudkan untuk memastikan apakah pedoman dan

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam keberhasilan pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah telah terlaksana dengan baikdan menghasilkan

77
keberhasilan yang optimal. Jadi pengawasan melibatkan input, proses, dan

output.

Pandangan teoritik di atas mebenarkan bahwa pengawasan yang telah

dilaksanakan oleh kepala sekolah pada manajemen pembelajaran muatan lokal

bahasa daerah telah terlaksana dengan baik, baik dari guru maupun dari siswa

itu sendiri.Pernyataan di atas dibuktikan adanya peneillitian yang telah

dilakukan.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Manajemen Pembelajaran

Muatan Lokal Bahasa Daerah di SMP Neg. 3 Tanete Rilau, Kab. Barru

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada hasil penelitian bahwa muatan

lokal bahasa daerah merupakan mata pelajaran yang wajib di SMP Negeri 3 Tante

Rilau.Keberadaan bahasa daerah sebagai muatan lokal bahasa daerah merupakan

salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan itu.Dari hasil penelitian

membuktikan bahwa di SMP Negeri 3 Tanete Rilau membuktikan bahwa muatan

lokal bahasa daerah merupakan kebutuhan sekolah yang harus segera dipenuhi

untuk melestarikan dan mengembangankan kebudayaan daerah sebagai salah satu

kekayaan dan identitas diri.

Di sisi lain, pada pelaksanaan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah

ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan oleh guru bidang

studi dan siswanya pada saat proses belajar mengajar berlangsung, namun lebih

banyak faktor pendukung dari pada penghambatnya.

78
Menurut guru bidang studi mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah

bahwa yang menjadi faktor pendukung adalah adanya fasilitas sarana dan prasana

yang telah disediakan oleh sekolah, seperti ruangan khusus untuk belajar bahasa

daerah walaupun saat ini ruangan dalam masa renovasi dan sementara kembali

belajar di kelas masing-masing jika jadwal mata pelajaran muatan lokal bahasa

daerah, tersedianya LCD di kelas jika dibutuhkan pada saat proses belajara

mengajara.

Selain dari sarana dan prasarana, tersedia perangkat pembelajaran seperti;

buku paket bahasa daerah sebagai pendukung dan penunjang pada saat proses

belajar mengajar di kelas, silabus, program pengajaran, rancangan pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Hanya saja terkadang ada materi terjemahan dan diberikan

tugas mereka sulit menerjemahkan sebagian kosakata.

Hal yang sama dikemukakan oleh siswa-siswi mengemukakan bahwa

yang menjadi faktor pendukung pada pembelajaran muatan lokal bahasa daerah

karena adanya fasilitas yang lengkap yang telah disediakan oleh sekolah seperti

buku paket sebagai bahan pelajaran, guru yang mengajar tidak membosankan dan

karena adanya berbagai macam media yang dia gunakan setiap kali memberikan

materi pembelajaran dikelas, metode ajarnya bagus sehingga pembelajaran muatan

lokal bahasa daerah menarik dan tidak membosankan, dan terakhir kali setelah

proses belajar mengajar kami diberikan tugas sesuai dengan materi yang telah di

berikan. Jadi kesimpulannya, pembelajaran muatan lokal bahasa daerah tidak

begitu sulit dibandingkan mata pelajaran lainnya dan tidak banyak hambatan yang

79
kami hadapi.Hanya saja yang menjadi faktor penghambat jika ada tugas untuk

menerjemahkan, ada sebagian kosakata yang sulit untuk diterjemahkan namun

penjelasan dan bimbingan dari guru mata pelajaran dapat mejelaskan kepada kami.

Di sisi lain, kepala sekolah mengemukakan bahwa tidak ada faktor yang

menjadi penghambat pada penerepan manajemen pembelajaran muatan lokal

bahasa daerah. Guru bidang studi yang mengajar sesuai dengan disiplin ilmu yang

dia miliki, fasilitas seperti buku paket telah tersedia dan diterbitkan langsung dari

Kab.Barru sendiri, gurunya juga memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap,

hanya saja sarana dan prasarana yang masih perlu dikembangkan khusus untuk

mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah seperti lab bahasa yang digunakan

pada saat materi menyimak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada faktor penghambat pada

penerapan manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah sehingga

majanemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah telah berhasil dilaksanakan

di SMP Negeri 3 Tante Rilau. Hanya pada proses pengajaran yang menjadi

penghambat bagi siswa adalah menerjemahkan aksara lontarak ke dalam bahasa

Indonesia itupun hanya sebagaian kosakata yang mereka tidak bias terjemahkan.

80
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka simpulan-

simpulan yang menjadi jawaban rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3 Tante

Rilau telah terlaksana dengan baik. Perencanaan pembelajaran, pengorganisasian,

penggerakan, hingga pengawasan telah terlaksana dengan baik. Pertama,

perencanaan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di sekolah tersebut

memiliki pedoman pelaksanaan yang disiapkan pada proses belajar mengajar

seperti, silabus, RPP, buku paket, media, dll. Kedua, pengorganisasian

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang dilakukan di sekolah tersebut

sesuai dengan yang dinginkan, guru yang mengajar muatan lokal adalah orang

yang berkompeten pada bidang itu. Selain itu, disediakan pula forum

pengembangan guru bidang studi melalui forum MGMP (Musyawarah Guru Mata

Pelajaran). Ketiga, penggerakan pemebelajaran muatan lokal bahasa daerahyang

telah dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tanete Rilau oleh guru bidang studi sesuai

dengan pedoman yang ada, bertanggung jawab pada tugasnya, merancang

pembelajarannya dengan baik sehingga siswa selaku penikmat mata pelajaran

tersebut tidak merasa bosan dan tertarik untuk belajar. Keempat, Pengawasan

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang meliputi evaluasi dan penilaian

81
telah terlaksana dengan baik sesuai dengan kebutuhan pada proses belajar

mengajar di kelas.

2. Penerapan manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3

Tanete Rilau didukung oleh banyak faktor, baik SDM guru bidang studi, media

(sarana dan prasarana), sikap positif pimpinan, kelengkapan perangkat

pembelajaran, wadah pengembangan guru, dan faktor pendukung lainnya. Faktor

pendukung tersebut meminimalisasi hambatan penerapannya.

B. Saran-saran

Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran-saran khususnya untuk

peningkatan kualitas pendidikan di SMP Negeri 3 Tanete Rilau sebagai salah satu

sekolah percontohan di Kab. Barru adalah sebagai berikut:

1. Perlengkapan pada proses belajar muatan lokal bahasa daerah di SMP Negeri 3

Tante Rilau sebaiknya masih perlu ditingkatan seperti penyediaan kamus bahasa

bugis bagi siswa dalam proses belajar mengajar di kelas agar siswa tidak

mengalami hambatan khususnya jika ada tugas untuk terjemahan.

2. Di rekomendasikan kepada peneliti berikutnya agar dapat memperdalam penelitian

ini terutama pada model pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang dianggap

ideal untuk diterapkan sebagai salah satu cara untuk melestarikan dan

mengembangkan budaya daerah.

82
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2012. Strategi Mengembangkan Organisasi Pembelajar di Sekolah.


Jakarta: Bee Media.

Ahmad, Zainal Arifin. 2012. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Pedagogia.

Ardiansyah, M. Asrori. “Peran Kepala Sekolah dalam


Pembelajaran”.http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/peran-kepala-
sekolah-dalam-pembelajaran.html. (Diakses pada tanggal 19/09/2012).

Bush, dkk.2012. Manajemen Mutu Kupendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Pendidikan Nasional RI. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP); Bahan Sosialisasi.Jakarta.

Hadari, Nawawi. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajahmada


University Press.

Ibad, Taqwa Nur. 2009. “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus
di Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman (MIJS) Malang”. Skripsi
diterbitkan.Malang: Universitas Islam Negeri (UIN).

Jannah, Binti Roikhatul. 2010. “Implementasi Manajemen Pembelajaran Program


Akselerasi di Madrasah Aliyah Neg. 3 Malang”. Skripsi diterbitkan. Malang:
Universitas Islam Negeri.

Jayalina. 2012. “Organisasi Pembelajaran”.


http://jayalina.wordpress.com/2012/02/10/organisasi-pembelajaran/ (Diakses
pada tanggal 19/09/2012).

Kholil, Anwar. 2009. lah “Peran Kepala Sekolah dalam mengefektifkan Organisasi
Sekolah”. http://anwarholil.blogspot.com/2009/08/peran-kepala-sekolah-
dalam.html (Diakses pada tanggal 19/09/2012.

Larasati, Endang. dkk., 1998. “Inovasi pendidikan: Model Strategi Pelaksanaan


Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Dasar di Wilayah Pantai Utara Jawa
Tengah”.Laporan Penelitian diterbitkan.Semarang: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Diponegoro.

83
Majelis Permusyawaratan RI. 2007. Undang-undang Dasar Negara Republik Negara
Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

Moleong, J. Lexy, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosda


Karya.

Nugroho, 2006.Pengelolaan Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah. Yogyakarta.

Rahmaniar. 2011. “Implementasi Kebijakan Kurikulum Muatan Lokal (Studi Kasus


di SLTP Neg. 2 Parepare; RSBI)”. Skripsi diterbitkan. Makassar: Universitas
Hasanuddin (UNHAS).

Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2010.Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif,dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Hadi. 1987. Metodologi Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Andi


Offest.

Ulum, M jauhar. 2012. “Pengorganisasian Pembelajaran”.


http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244803-pengorganisasian-
pembelajaran/ (Diakses pada ta nggal 19/09/2012).

Wardani, 2007.Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Jakarta: Universitas


Terbuka.

Widyastuti, Suciati Rahayu. 2011. “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara yang
Menggunakan Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Berdasarkan Teori
Elaborasidan Berdasarkan Urutan Buku Tekspada Pembelajaran Matematika
(Studi Eksperimen di Kelas VIII SMPN 9 Cirebon)”. Skripsi
diterbitkan. Cirebon: UIN.

Winarno, Surachmad. 1978. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi


Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Yusuf, Pawit M. 2012. Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan,


dan Perpustakaan. Jakarta: Rajawali Pers.

84
LAMPIRAN-LAMPIRAN

85
PEDOMAN WAWANCARA

A. Kepala Sekolah:

1. Bagaimana pendapat Bapak terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa

daerah?

2. Bagaimana manajemen pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang Bapak

terapkan di sekolah ini?

3. Bagaimana pengorganisasian guru bidang studi muatan lokal bahasa daerah

yang diterapkan di SMP Negeri 3 Tanete Rilau?

4. Bagaimana persepsi Bapak terhadap minat siswa mempelajari bidang studi

muatan lokal bahasa daerah?

5. Bagaimana sarana dan prasana pada pembelajaran bahasa daerah di sekolah

ini? Apakah hal tersebut merupakan faktor pendukung/ penghambat

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah?

6. Apakah ada kegiatan ekstrakurikuler siswa khususnya pada pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah, jika ada, apa sajakah itu?

7. Bagaimana penilaian Bapak terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa

daerah yang telah dilaksanakan dulu hingga sekarang?

8. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat manajemen

pembelajaran muatan lokal bahasa daerah?

9. Apakah ada wadah/ forum yang dapat mengembangkan kompetensi guru

muatan lokal bahasa daerah?

86
10. Bagaimana peranan dan upaya Bapak terhadap pembelajaran muatan lokal

bahasa daerah di sekolah ini?

11. Apa rencana Bapak ke depannya untuk mengembangkan pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah?

B. Guru Sebagai Pelaksana

1. Bagaimana persepsi Ibu terhadap manajemen yang telah dilaksanakan oleh

kepala sekolah khususnya pada bidang studi muatan lokal bahasa daerah?

2. Bagaimana planning (perencanaan) Ibu lakukan sebelum pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah?

3. Bagaimana pendapat Ibu terhadap minat siswa dalam mempelajari muatan

lokal bahasa daerah bugis?

4. Media apa yang Ibu gunakan pada proses pembelajaran muatan lokal bahasa

daerah?

5. Metode-metode apa saja yang Ibu gunakan untuk menarik perhatian siswa

terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa daerah?

6. Materi-materi apa saja yang diajarkan pada pembelajaran muatan lokal bahasa

daerah?

7. Bagaimana interaksi siswa dalam mempelajari muatan lokal bahasa daerah?

8. Apa saja yang menjadi sumber belajar siswa SMP Neg. 3 khususnya pada

bidang studi muatan lokal bahasa daerah? Apakah ada buku paket tersendiri

87
sebagai acuan terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa daerah? Bagaimana

gambaran umum isi dan tim penyusunnya?

9. Bagaimana alokasi waktu yang digunakan pada manajemen pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah?

10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembelajaran muatan lokal

bahasa daerah?

11. Bagaimana evaluasi pembelajaran muatan lokal bahasa daerah yang Ibu

terapkan di sekolah ini?

12. Bagaimanakah bentuk penilaian yang Ibu lakukan untuk mengukur kemajuan

siswa terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa daerah?

13. Adakah wadah/ forum guru bidang studi muatan lokal bahasa daerah terhadap

pengembangan kompetensi guru bidang studi tersebut?

14. Apakah ada kegiatan ekstrakurikuler siswa khususnya pada pembelajaran

muatan lokal bahasa daerah, jika ada apa sajakah itu?

C. Siswa

1. Bagaimana pendapat anda terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa

daerah?

2. Bagaimana pendapat anda terhadap metode yang digunakan oleh guru bidang

studi muatan lokal bahasa daerah?

3. Sejauhmana minat anda terhadap pembelajaran muatan lokal bahasa daerah?

88
4. Apakah sarana dan prasarana, materi, media, dan sumber belajar muatan

lokal bahasa daerah di sekolah ini mendukung?

5. Kira-kira menurut anda, apakah faktor pendukung dan penghambat

pelaksanaan pembelajaran muatan lokal bahasa daerah?

6. Apakah ada kegiatan ekstrakurikuler yang di terapkan pada bidang studi

muatan lokal bahasa daerah?apa sajakah itu?

7. Apakah evaluasi dan penilaian yang telah diterapkan oleh guru bidang studi

muatan lokal bahasa daerah telah tepat? Apakah alasan anda?

89
DATA INFORMAN 1

1. Nama Lengkap : Drs. Basri T, M.Pd


Nama panggilan : Basri
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 51 tahun
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Gowa, 16 Juni 1962
5. Pendidikan terakhir : S2
6. Pekerjaan/ Jabatan : Kepala SMP Negeri 3 Tante Rilau (SSN)
7. Alamat : Desa Pancana
8. No. Telepon/ HP : 081 355 115 534
9. Keterangan lain :-
10. Catan Peneliti : Kegiatan wawancara dilaksanakan pada hari
Jumat, 25 Januari 2013, pukul 10.00 di ruangan guru. Kegiatan wawancara
berlangsung dengan efektif dan tidak menyita kegiatan kepala sekolah pada
saat itu.

90
DATA INFORMAN 2

1. Nama Lengkap : Nur Amalia Halid, S.S., M.Pd


Nama panggilan : Amalia
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 35 tahun
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 17 Januari 1977
5. Pendidikan terakhir : S2
6. Pekerjaan/ Jabatan : Guru Bidang Studi Muatan Lokal Bahasa
Daerah/Dosen STIKP Kab. Barru
7. Alamat : Bungi, Desa. Lalabata, Kec. Tanete Rilau Kab.
Barru
8. No. Telepon/ HP : 081355448867
9. Keterangan lain :-
10. Catan Peneliti : Kegiatan wawancara dilaksanakan pada hari
Jumat, 25 Januari 2013, pukul 12.00 di ruangan guru. Kegiatan wawancara
berlangsung dengan efektif dan tidak menyita kegiatan belajar mengajar
karena karena waktu yang digunakan saat wawancara adalah waktu istirahat
berlangsung.

91
DATA INFORMAN 3

1. Nama Lengkap : M. Misbah Ahmad Ruhani


Nama panggilan : Misbah
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 13 tahun
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Bottoe, 06 Februari 1999
5. Pendidikan terakhir : SMP
6. Pekerjaan/ Jabatan : Ketua Osis
7. Alamat : Bottoe Barru
8. No. Telepon/ HP :-
9. Keterangan lain :-
10. Catan Peneliti : Kegiatan wawancara dilaksanakan pada hari
Sabtu, 26 Januari 2013, pukul 12.00 di ruangan mushollah SMP Negeri 3
Tante Rilau dan di luar jam pelajaran. Wawancara terlaksana dengan baik
meskipun informan terlihat malu-malu pada saat wawancara.

92
DATA INFORMAN 4

1. Nama Lengkap : Zul Fadli


Nama panggilan : Zul
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 12 tahun
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Barru, 25 September 1999
5. Pendidikan terakhir : SMP
6. Pekerjaan/ Jabatan : Siswa KelasVII.4 (Kelas I)
7. Alamat : P. Pao Barru
8. No. Telepon/ HP :-
9. Keterangan lain :-
10. Catan Peneliti : Kegiatan wawancara dilaksanakan pada hari
Sabtu, 26 Januari 2013, pukul 12.00 di ruangan mushollah SMP Negeri 3
Tante Rilau dan di luar jam pelajaran. Wawancara terlaksana dengan baik
meskipun informan terlihat malu-malu pada saat wawancara.

93
DATA INFORMAN 5

1. Nama Lengkap : Nirawana Amir


Nama panggilan : Nirwana
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 14 tahun
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Barru, 28 April1998
5. Pendidikan terakhir : SMP
6. Pekerjaan/ Jabatan : Siswa Kelas IX (Kelas 3)
7. Alamat : Lipukasi Kab. Barru
8. No. Telepon/ HP :-
9. Keterangan lain :-
10. Catan Peneliti : Kegiatan wawancara dilaksanakan pada hari
Sabtu, 26 Januari 2013, pukul 12.00 di ruangan mushollah SMP Negeri 3
Tante Rilau dan di luar jam pelajaran. Wawancara terlaksana dengan baik
meskipun informan terlihat malu-malu pada saat wawancara.

94
DATA INFORMAN 6

1. Nama Lengkap : Devi Sarvika


Nama panggilan : Devi
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur : 13 tahun
4. Tempat/ Tanggal Lahir : Lipukasi, 06 Mei 1999
5. Pendidikan terakhir : SMP
6. Pekerjaan/ Jabatan : Siswa Kelas VIII (Kelas 2)
7. Alamat : Lipukasi Kab. Barru
8. No. Telepon/ HP :-
9. Keterangan lain :-
10. Catan Peneliti : Kegiatan wawancara dilaksanakan pada hari
Sabtu, 26 Januari 2013, pukul 12.00 di ruangan mushollah SMP Negeri 3
Tante Rilau dan di luar jam pelajaran. Wawancara terlaksana dengan baik
meskipun informan terlihat malu-malu pada saat wawancara.

95
Foto-foto Pelaksanaan Kegiatan Wawancara

Peneliti sedang melakukan wawancara dengan


Pak Basri (Kepala SMP Negeri 3 Tante Rilau)

96
Peneliti sedang melakukan wawancara dengan Ibu Amalia
(Guru Bidang Studi Muatan Lokal Bahasa daerah)

97
Peneliti sedang mealakukan wawancara dengan Ketua Osis dan siswa-siswi
Kelas VII,VIII, dan IX di ruangan musallah SMP Negeri 3 Tante Rilau

98
Foto-Foto Prestasi Siswa SMP Negeri 3 Tanete Rilau
Sebagai Bukti Manajemen Pmebelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah

99
100
101

Anda mungkin juga menyukai