IN LISE COMMUNITY
ABDUL HAFID
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
RELASI TANDA DALAM LONTARAQ PANANRANG
Disertasi
Program Studi
Ilmu Linguistik
ABDUL HAFID
kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
iv
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pemikiran orang Iain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan disertasi ini hasil karya orang Iain,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Abdul Hafid
PRAKATA
di antaranya adalah lontaraq, paseng yang di miliki oleh masyarakat suku Bugis.
aturan yang telah ditentukan dalam bentuk naskah lontaraq pananrang. Mereka
memanen hasil tanamannya. Kearifan lokal tentang pertanian itu masih tetap
Kearifan lokal tidak pernah berhenti untuk diteliti, karena kearifan lokal
aktifitas kesehariannya.
lontaraq sangat tinggi dan rumit membacanya, diperlukan kerja keras, waktu, dan
konsentrasi. Hal ini merupakan salah satu alasan disertasi ini dibuat dengan
waktu yang lama. Akan tetapi berkat dukungan dan motivasi berbagai pihak
akhirnya disertasi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan puji dan syukur kehadirat Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa atas
yang masih kurang kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
terutama kepada:
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Hj. Nurhayati
semasa beliau hidup. Beliau juga telah banyak memberikan saran dan kritikan
bahan referensi disertasi ini. Beliau membimbing penulis sampai persiapan ujian
adakan. Untuk beliau, teriring doa semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya.
vii
Penghargaan dan terima kasih, juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr.
Tadjuddin Maknun, S.U. selaku kopromotor, Ditengah kesibukannya, beliau tetap
menyediakan waktu untuk membaca dan memberikan catatan untuk perbaikan
disertasi ini, sekaligus memotivasi penulis agar segera memperbaiki bagian-
bagian yang telah dikoreksi;
Penghargaan dan terima kasih, juga penulis sampaikan kepada Dr. H.
Sudarmin Harun, M.Hum selaku kopromotor pengganti kopromotor Prof. Dr.
Soemarwati Kramadibrata P., M.Lit. Beliau juga banyak memberikan masukan
untuk perbaikan disertasi ini, sekaligus memotivasi penulis agar segera
memperbaiki bagian-bagian yang telah dikoreksi;
Penulis menyampaikan pula ucapan terima kasih kepada para penguji
atas tanggapan dan saran-saran yang diberikan yaitu: Prof. Dr. H. Jufri, M.Pd.
dari Universitas Negeri Makassar, para tim penguji internal, Prof. Dr. H.
Muhammad Darwis, M.S., Prof. Dr. Noerjihad Saleh, M.A., dan Dr. Muhlis
Hadrawi, S.S., M.Hum.
Ucapan terima kasih dan penghargaan, penulis sampaikan pula kepada;
pendidikan.
7. Rekan-rekan mahasiswa Program S3 llmu Linguistik, khususnya Angkatan
2013 atas kerja sama dan dukungan moral yang diberikan selama mengikuti
kuliah dan suka duka dalam proses penelitian disertasi.
8. Secara khusus penulis memanjatkan doa kehadirat Allah swt., serta ucapan
terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
kedua orang tuaku tercinta. Ayahanda Muhammad Tahir (almarhum) dan ibu
Bunga (almarhumah) atas doa dan curahan kasih sayang yang telah
diberikan selama hidupnya kepada penulis, hingga penulis dapat menempuh
pendidikan sampai jenjang Strata Tiga (S3).
9. Ucapan terima kasih terkhusus pula kepada anak-anakku yang penulis
banggakan: Yuniarsih Hafid, Muhammad Faiz Hafid, dan isteriku tercinta
Narsih Iskandar, S.Sos atas kesabaran, pengertian dan terus menerus
memberikan dukungan dan doa agar menyelesaikan studi yang penulis
tempuh;
10. Ucapan terima kasih secara tulus juga penulis, sampaikan kepada saudara
kandung penulis, seluruh keluarga beserta teman-teman penulis yang tidak
sempat disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan
dukungan dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan proses
perkuliahan di PPS Unhas;
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama
mengikuti pendidikan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
prakata ini.
Abdul Hafid
ix
ABSTRAK
ABDUL HAFID. Relasi Tanda Dalam Lontaraq Pananrang Pada Masyarakat Lise
(dibimbing oleh Nurhayati Rahman, Tadjuddin Maknun dan Sudarmin Harun).
ABSTRACT
The aim of the research was to observe the status and function of sign,
forms and meanings of Lise community’s manuscript Lontaraq Pananrang. It also
observed how the ancestors of Buginese adopted sign as an instruction or
directions in conducting activities in their life.
This research employed Pierce Semiotics to reveal the relation of sign
on lontaraq pananrang in Lise community. This research employed a qualitative
descriptive method which focused on Lise people’s manuscript lontaraq
pananrang. All signs in this manuscript have been described based on its forms
and meanings. What thing which based on the signs choice and how the signs
influence lontaraq pananrang on society.
This research focuses on lontaraq pananrang, the signs in manuscript
are used by Buginese (Lise) and its meanings. How to choose the sign and how it
effects people who use lontaraq pananrang. The sign on Lontaraq allaon-rumang
(farming), based on the stars appearance every month, are given a marker
according to people knowledge and experience in every day life to make it easy
to recognize the stars. The sign they use are manuq (cock), tékkosorong
(traditional plow), woromporong, watampatang, walu, tanra, lambaru, éppang,
and wara-wara. Each sign indexes to the star shape on the sky with its own
meaning
DAFTAR ISI
PRAKATA ………………………………………………………………………………..v
ABSTRAK……………………………………………………………………………… x
ABSTRACT ……………………………………………………………………………. xi
1. Semiotika ……………………………………………………....... 19
a. Representamen ………………………………...… 24
E. Prosedur ……………………………………………………………… 35
B. Pembahasan …………………………………………………..….. 91
B. Saran …………………………………………………………………164
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
4. Kerangka Pikir 30
8. manuq 121
9. woromporong 124
PENDAHULUAN
mereka.
tengah kemajuan zaman, hendaknya akar budaya yang telah ada sementara
yang perlu dilestarikan. Itulah kearifan lokal yang perlu terus digali di samping
Salah satu kearifan lokal yang ada di seluruh nusantara adalah bahasa
dan budaya daerah. Bahasa daerah merupakan salah satu bahasa yang
daerah itu. Oleh karena itu, wajar jika adat, kebiasaan, tradisi, tata nilai dan
tersebut.
Salah satu suku di Indonesia adalah suku Bugis, yang memiliki sistem
seseorang dengan kelebihan tertentu) dan pengetahuan tentang hari baik dan
buruk.
ruang dan waktu.” Pendapat lain, menurut Badollahi, dalam sebuah artikel (17
perbedaan pengetahuan dimana orang Bugis itu berada, terutama pada alam
flora dan fauna, sedangkan tentang pengetahuan ramuan obat yang berbeda
umum dimengerti.
Suku Bugis seperti halnya suku-suku yang ada di Indonesia, mereka masih
Bugis/Makassar yang berarti daun lontar. Orang tua dulu menggunakan daun
1
appesissikeng, berasal dari kata ‘sisiq’. Mendapat konfiks, mengandung arti penilaian
seseorang terhadap ciri-ciri khusus yang dimiliki sesuatu benda atau
seseorang yang dinilai mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki benda
atau orang lain.
3
lontar sebagai tempat untuk menuliskan sesuatu yang dianggap perlu. Orang
Bugis juga mempunyai aksara tersendiri yang dikenal dengan nama aksara
dengan perkembangan zaman, isi dan makna yang terkandung dalam naskah
masyarakat suku Bugis hidup tradisi budaya yang dianggapnya dapat dijadikan
Salah satu tradisi masyarakat Desa Lise yang masih dilakukan sebelum
memasuki musim tanam padi yaitu mappalili2. Kegiatan mappalili ini dihadiri oleh
Desa Lise di lokasi sawah desa. Sawah desa yang dimaksudkan adalah sawah
yang menjadi milik desa yang diberikan kepada pejabat Kepala Desa untuk
digarap selama masa jabatannya dan akan berakhir apabila masa jabatannya
sudah berakhir, kemudian dialihkan ke pejabat Kepala Desa yang baru. Hal
yang paling mendasar dalam kegiatan ini adalah di samping sebagai tanda
untuk memulai menanam padi, juga disepakati waktu baik dan jenis varietas
pencahariannya adalah petani, nelayan, dan pedagang. Orang Bugis yang mata
dari laut, tidak selamanya bergantung pada alat modern. Mereka membaca
bintang di langit, melihat tanda-tanda alam seperti gelombang, arus laut, serta
2
Mappalili (Bugis) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari
segala macam gangguan, seperti hama tikus, wereng, dan babi hutan
4
hujan, lebih banyak yang sawah tadah hujan. Irigasi yang disediakan
Desa Lise, karena jauhnya jarak saluran irigasi dengan lahan persawahan, letak
persawahan lebih tinggi dari irigasi serta debit air irigasi yang belum
memungkinkan.
seperti: traktor tangan, bajak piringan, bajak putar, mesin reaper, dan mesin
binder. Akan tetapi faktor yang paling utama dibutuhkan dalam bercocok tanam
adalah persediaan air yang cukup selama musim tanah, bukan peralatan yang
modern. Terbukti orang tua kita dulu mengolah lahan persawahannya dengan
dan pertanian. Ilmu perbintangan yang mereka pelajari sangat membantu petani
khususnya petani yang mempunyai lahan sawah tadah hujan. Mereka harus
penting bagi petani, di samping juga sebagai bahan makanan, mereka harus
tahu juga sifat-sifat binatang untuk melindungi tanaman mereka dari serangan
para binatang perusak, seperti babi hutan, ulat, dan hama wereng. Kurangnya
pengetahuan tentang fauna diperoleh dari orang tua mereka dahulu yang
diwariskan ke anak cucunya dalam bentuk sebuah naskah kuno yang dikenal
dengan nama lontaraq. Naskah lontaraq yang dikenal sekarang banyak macam-
yang lain, yaitu lontaraq pananrang. Pananrang berasal dari kata Bugis, yang
artinya ramalan atau petunjuk yang digunakan dalam suatu masyarakat yang
berasal dari kata dasar tanra (tanda) mendapat proses afiksasi pa+tanra+ng
perubahan iklim, siklus musim tanam, baik tanaman palawija maupun tanaman
padi. Naskah ini juga memuat tentang prakiraan serangan hama tanaman bila
ditanam pada waktu tertentu dalam bulan-bulan tertentu, dan bahkan juga dapat
memprediksi suatu kejadian yang bakal terjadi dengan melihat tanda-tanda alam
hujan, masih tetap menggunakan lontaraq pananrang sebagai salah satu upaya
mereka bertani. Hasil sementara yang peneliti lakukan, masyarakat Desa Lise
dari buku lontaraq pananrang yang dipahami orang tua dan sesepuh Desa Lise.
Lontaraq pananrang yang mereka pakai selama ini merupakan salinan dari
lontaraq pananrang, tetapi mereka hanya melihat tanggal dan bulan berjalan
juga yang hanya mengetahuinya dari mulut ke mulut, dalam pengertian lain,
7
pengetahuan yang mereka peroleh dari hasil pembelajaran orang tua mereka.
Cara yang mereka gunakan ini memang lebih praktis jika dibandingkan dengan
makna utamanya.
pola sistem pertanian yang modern. Bentuk tanda yang mereka kenal mewakili
yang digunakan untuk memaknai suatu peristiwa yang bakal terjadi. Adanya
penelitian ini diharapkan mengungkap tabir tanda yang digunakan dalam naskah
selama ini, masyarakat Desa Lise masih meyakini hasil pertaniannya berhasil.
Pada lahan-lahan tertentu yang tidak terjangkau irigasi, hanya tergantung pada
curah hujan yang tak dapat dipastikan, orang Lise mengandalkan sistem tanda
tersebut untuk memulai menggarap sawahnya. Hal ini, bukan berarti mengabai-
menarik diketahui dan digali lebih dalam. Pada kenyataannya, tanda dianggap
sebagai salah satu petunjuk, yang telah ikut memengaruhi masyarakat dalam
menerus dilihat dan diperhatikan akan merasuk dan mengkristal di dalam pikiran
8
mereka, misalnya tanda yang muncul pada bulan tertentu, cara memulai
menanam, atau pantangan yang harus dihindari selama bercocok tanam. Hal
lain, pengaplikasian sistem tanda yang selama ini diyakininya bukan saja
perkawinan.
tersebut merupakan salah satu salinan dari naskah lontaraq pananrang yang ada
di desa Lise yang disalin oleh Sjamsuddin Muhalli. Kondisi naskah tersebut
sudah hampir lapuk. Oleh karena itu, adanya penelitian ini diharapkan bisa
dijadikan sebagai salah satu cara untuk menyelamatkan naskah karena penyalin
sudah tidak produktif lagi dan kurangnya naskah lontaraq pananrang yang
menentukan hari baik dan buruk, bercocok tanam, dan menentukan waktu untuk
merupakan aplikasi dari isi naskah lontaraq pananrang yang disalin oleh
Sjamsuddin Muhalli yang ditransformasikan dari orang tua mereka dulu. Setiap
akan melakukan suatu kegiatan atau hajatan selalu menanyakan waktu yang
Banyak hal yang menyangkut perilaku mereka diatur oleh sistem tanda
tersebut. Khusus dalam bidang pertanian, apabila ada yang berani melanggar
biasanya orang tersebut diberi sanksi oleh masyarakat melalui mado. Mado
adalah istilah yang diberikan kepada orang yang dituakan dalam urusan
pertanian. Penunjukan ini berdasarkan rapat tingkat desa. Sanksi yang diberikan
tanam berakhir.
Apabila hal tersebut dilanggar maka sanksi yang harus diterima yaitu
melakukan pelanggaran disaksikan oleh pemuka atau tokoh adat dan tokoh
melanggar, diyakini masyarakat Desa Lise bahwa akan datang suatu bencana
yang melanda kampung, bisa saja berupa hasil panen berkurang (gagal),
pelanggaran tersebut.
pananrang ini dipilih sebagai objek disertasi untuk mengkaji sistem tanda yang
dipilih berdasarkan pemahaman bahwa penelitian ini belum pernah dikaji oleh
peneliti sebelumnya. Asumsi penulis, dengan meneliti sistem tanda yang diyakini
10
masyarakat Desa Lise selama ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk
terutama kepada generasi muda yang sudah tidak bisa membaca aksara
B. Rumusan Masalah
berikut:
pertanian?
Lise?
C. Batasan Masalah
Jika dicermati lebih jauh, banyak hal yang menarik untuk diteliti dalam
pananrang. Melihat luasnya pembahasan pada penelitian ini apabila ditinjau dari
agar penelitian ini lebih fokus dan mendetail. Penelitian ini dibatasi pada
penerapan teori semiotik perspektif Pierce yang berpusat pada hubungan antara
yang digunakan masyarakat Desa Lise. Fokus penelitian ini pada tanda yang
terdapat dalam teks naskah lontaraq pananrang masyarakat desa Lise, diteliti
dari aspek kedudukan, fungsi, bentuk, dan makna tanda. Dengan kata lain tanda
yang terdapat dalam naskah merupakan sentral analisis dalam penelitian ini
D. Tujuan Penelitian
Desa Lise.
Desa Lise.
12
dapat memberikan informasi yang lebih spesifik, rinci dan mendalam tentang
sistem tanda yang digunakan masyarakat Desa Lise yang dijadikan pedoman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II ini, akan diuraikan tentang tiga hal, pertama informasi hasil-
hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan. Bagian ini memuat kelebihan dan
kelemahan yang mungkin ada pada penelitian terdahulu yang dapat dijadikan
teori-teori yang diambil dari pustaka yang mendukung penelitian, serta memuat
penjelasan tentang konsep dan prinsip dasar yang diperlukan untuk pemecahan
permasalahan. Kajian teori tersebut adalah teori yang berkenaan dengan teori
sinsign, legisign), objek (ikon, indeks, dan simbol) dengan interpretant (rheme,
kegiatan penelitian.
selama ini.
14
Penelitian yang dibaca ada tiga buah yang relevan dengan objek kajian.
Pertama penelitian dari Yunus, Pangeran Paita. 2013. Judul penelitiannya adalah
“Bentuk, Gaya, Fungsi, Dan Makna Simbolik Seni Hias Istana-Istana Raja Bugis”.
makrokosmos (alam raya) ini bersusun tiga tingkat yaitu: Botting langiq (dunia
atas), Ale kawa (dunia tengah), Uriq Liuq (dunia bawah). Beberapa unsur
estetika yang tercermin dalam istana raja Bugis, yakni: kesatuan (unity) yaitu
dengan lebar pattolo dan arateng, antara tinggi kolong dengan tinggi dinding dan
dan gaya seni hias pada istana-istana raja Bugis Sulawesi Selatan, selain
mendapat pengaruh yang cukup besar dari kesenian gaya Dong-son dan gaya
Chou Tua, seni hias pada suku Bugis juga telah mendapat pengaruh Hindu dan
Islam. Di samping itu, perubahan gaya seni ditentukan pula oleh yang berkuasa
dalam masyarakat, baik dalam bidang politik maupun agama atau adat. Dalam
hal ini, terwujudnya variasi gaya seni disebabkan oleh adanya pelapisan dan
Pertiwiningsih (2000). Penelitian ini diambil sebagai salah satu tinjauan hasil
penelitian ini karena mengambil lokasi dan objek yang sama yaitu masyarakat
adalah “Fungsi Ada Tongeng, Analisis Wacana Lisan to Lise”. Penelitian ini
tentang ada tongeng yang sebenarnya dan bagaimana fungsi yang sebenarnya
temurun, dan masih dikoleksi dan dipelihara oleh sebagian besar masyarakat
mengenai hilal. Oleh karena itu, perlu kriteria imkân al-ruqyah sebagai kriteria
dari sudut pandang penelitian. Metode dan pendekatan yang diambil Yusmar
dalam penelitiannya yaitu metode syari‘ah dan metode sains. Kedua metode
fungsi, bentuk, dan makna tanda yang terdapat dalam sebuah naskah lontaraq
Desa Lise.
atas, bila dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, tampak
perbedaan dari segi pendekatan dan metodologi penelitian. Dalam penelitian ini,
tanda tertentu yang terdapat dalam naskah lontaraq. Tanda tersebut dijadikan
Tanda yang mereka sepakati turut memengaruhi pola tingkah laku mereka.
Penelitian ini adalah usaha untuk membuka tabir tanda-tanda dalam bidang
Tanda yang mereka kenal selama ini diwariskan secara turun temurun tanpa ada
penjelasan lebih lanjut tentang tanda tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu
B. Kajian Teoritis
kebudayaan. Mempelajari kebudayaan tentunya bisa dari sudut mana atau aspek
apa saja yang memang jadi tujuan kita, tetapi jelas menggunakan teori dan
metode kerja yang sesuai dan jelas. Menurut Masinambow, dalam T. Christomy
pengetahuan yang kita pelajari masuk dalam kategori ideografis, artinya ilmu
hukum alam, melainkan apa yang terdapat dalam diri manusia sebagai individu
atau sebagai anggota masyarakat atau makhluk sosial sesuatu yang spesifik.
18
Apa yang ada dalam dirinya atau di luar dirinya yang membuatnya berperilaku
sosial, sementara subyek peneliti juga manusia, yang juga mempunyai nilai-nilai
tersendiri dan kehidupan dalam dirinya. Oleh karena itu, dalam menghadapi
memberikan “empati dan simpati”. Proses pemberian empati dan simpati inilah
kerangka berpikir orang lain yang perilakunya dijelaskan dan situasi serta tujuan-
fenomena sosial dan tidak dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga
atau konfigurasi, yang tampak pada perilaku dan tindakan warga suatu
Yuwono, 2004:6). Salah satu cara untuk mengamati perilaku masyarakat adalah
bahasa tulisan.
1. Semiotika
Penggunaan paling awal untuk istilah “tanda” sendiri (Inggris: sign. Yunani:
8). Dalam dunia kedokteran itu. "tanda" mengacu pada simptom-simptom atau
gejala-gejala dari suatu penyakit tertentu. Sementara itu, istilah “tanda" ini
dirumuskan oleh Umberto Eco sebagai "sesuatu bukti tidak langsung yang
merupakan bukti tidak langsung, tersebut" (Eco, 1984: 31). Dari istilah inilah
utama dalam sejarah semiotik dan sebagai penemu teori modern tentang tanda-
tanda. Pierce merupakan tokoh utama dalam cabang filsafat, yang pertama kali
keseluruhan alam semesta ini penuh dengan tanda, setiap pemikiran itu adalah
gerobak pemikiran, terbukti bahwa manusia itu sendiri adalah tanda. Semiotik
merupakan suatu yang mengacu pada seseorang atas sesuatu dalam beberapa
hal atau kapasitas. Tanda ini merujuk kepada seseorang yakni, menciptakan di
20
dalam benak orang itu suatu tanda yang setara, atau mungkin yang lebih maju.
Tanda yang diciptakan itu disebut interpretant atas tanda pertama. Tanda itu
mengacu pada sesuatu, yakni object-nya. Itu mengacu pada objek itu, bukan
dalam semua sisi, namun mengacu pada semacam ide (North 1995: 42).
semantik koherensi.
Van Zoest (1993:1), mengatakan bahwa tanda pada masa itu masih
bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis,
Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan
proses yang berlaku bagi tanda. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari
tanda.
manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda,
yakni sesuatu yang harus kita beri makna, (Hoed, 2011: 3).
21
dan signified (petanda). Signifiant adalah bunyi yang bermakna atau coretan
yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis
atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek
Model tanda bilateral atau dua sisi yang diperkenalkan de Saussure terdiri
atas tiga istilah, tanda dan konstituennya penanda (signifier) dan petanda
(signified). Ciri yang jelas bilateralitasnya adalah peniadaan objek refensial atau
gambaran akustis, bukan bunyi materil, sesuatu yang murni fisik, melainkan
kesan psikis yang ditimbulkan bunyi tersebut (bersifat sensorial). Jadi lambang
bahasa adalah satuan psikis yang bermuka dua, seperti yang terlihat pada
diagram berikut:
consept
Image arbor
acoustigue
Saussure adalah kombinasi dari sebuah konsep dan sebuah sound-image yang
tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara signifier dan signified adalah arbitrary
(mana suka). Tidak ada hubungan logis yang pasti diantara keduanya teks atau
tanda, dan menjadi problematik menarik pada saat bersamaan. (Berger, 1998:8).
sarana tanda, manusia hanya dapat berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda
yang dimaksud dapat berupa tanda visual yang bersifat non-verbal, maupun
sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan.
Jika sesuatu, misalnya A adalah asap hitam yang mengepul di kejauhan, maka ia
semacam itu dapat disebut sebagai indeks; yakni antara A dan B ada keterkaitan
(contiguity). Sebuah foto atau gambar adalah tanda yang disebut ikon. Foto
mewakili suatu kenyataan tertentu atas dasar kemiripan atau similarity (foto
Tanda juga bisa berupa lambang, jika hubungan antara tanda itu dengan yang
perdamaian; burung Dara tidak begitu saja bisa diganti dengan burung atau
secara umum. Contoh: bendera Merah Putih yang merupakan simbol dari
bendera Merah Putih, meskipun bendera itu masih milik dirinya sendiri, maka ia
dianggap menghina kedaulatan dan harga diri Bangsa Indonesia, karena kain
Model tanda yang dikemukakan oleh Pierce adalah trikotomi atau Triadik
Trikotomi I II III
Hubungan
Kategori Representamen Hubungan dengan interpretant
dengan objek
Kepertamaan Qualisign Ikon Rheme
berdasarkan
firstness bersifat potensial terms
keserupaan
Keduaan Sinsign Indeks Dicent
bersifat berdasarkan proposisi (suatu pernyataan yang
secondness
keterkaitan penunjukan bisa benar bisa salah)
Ketigaan Legisign Simbol Argument
hubungan proposisi yang dikenal
thirdness kesepakatan kesepakatan
dalam logika tertentu (internal)
Pada tabel tersebut di atas dapat dilihat hubungan triadik dari tiap-tiap
Kategori Hubungan dengan interpretant terdapat tiga unsur yakni: Rheme berupa
terms (istilah), Dicent berupa proposisi (suatu pernyataan yang bisa benar bisa
salah), dan Argument berupa hubungan proposisi yang dikenal dalam logika
tertentu (internal)
(O) sesuatu yang mengacu kepada hal lain (refential), dan Interpretant (I)
(R)
Representamen
S
sign
(O) (I)
Objek Interpretant
a. Representamen
untuk menjadi tanda (Zoest 1993:19 dalam Christomy 2004: 119). Pierce
25
atau kenyataan aktual, dan; Ketiga, Legisign, sebuah bentuk tanda yang
dirinya, menurut Pierce tanda tersebut sudah menjadi sinsign. Dalam hal ini
wahana tanda.
Pertama ikonis, adalah sebagai tanda yang ada sedemikian rupa sebagai
dengan diri yang dipotret. Kedua indeks, adalah tanda yang memiliki
konkret, aktual, dan melalui cara yang sekuensial dan kausal. Indeks bisa
26
berupa suatu asap adalah indeks adanya api, dan. Ketiga simbol, adalah
Interpretan adalah kategori tanda yang memediasi dua titik menjadi satu
tanpa batas, dalam bahasa logika sering pula disebut term, proposisi, dan
Van Zoest 1990: 33, dalam mentransfer teori tanda Pierce ke dalam
karya, mencoba melihat teks sebagai tanda yang dibentuk oleh sejumlah
tanda yang lain. Tanda-tanda ini memegang peranan penting dalam proses
3
Nurhayati Rahman, Cinta, Laut dan Kekuasaan Dalam Epos La Galigo (Makassar: La
Galigo Press, 2006), h. 313.
27
berpusat pada bentuk fisik sebuah tanda melalui latar (ground). Zoest
quali diambil dari kata quality yang berarti kualitas atau sifat dan kata sign
yang berarti tanda atau isyarat. Qualisign adalah Tanda yang menjadi
atau bahaya. Kata-kata yang keras atau lembut. Kedua, Sinsign. Kata sin
berasal dari kata singular yang berarti tunggal dan kata sign yang berarti
berdasarkan kejadian, bentuk, atau rupa yang khas dan orisinil. Semua
eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Misalnya kita
penampilannya yang unik dan khas. Suatu jeritan, dapat berarti heran,
tertawa, dan nada suaranya. Kata “hangus” pada kalimat “kayu yang
Legisign. Kata legi berasal dari kata lex (hukum) dan kata sign yang
berarti tanda atau isyarat. Legisign adalah suatu Tanda yang menjadi
Tanda karena suatu keberaturan tertentu. Dalam arti lain, tanda yang
bahasa adalah kode. Jenis Tanda ini banyak digunakan dalam Arsitektur
C. Kerangka Pikir
kan kedudukan, fungsi, bentuk, dan makna lontaraq pananrang pada masyarakat
Desa Lise.
melaksanakan penelitian.
bertuliskan huruf aksara Bugis. Untuk itu diperlukan ilmu Filologi sebagai ilmu
bantu untuk menelaah teks tersebut, baik dari segi pembacaan maupun
transkripsinya. Salah satu alasan peneliti mengambil Filologi sebagai ilmu bantu
adalah di samping sebagai ilmu yang tepat digunakan untuk meneliti naskah, pun
peneliti dalam menentukan tanda sebagai data primer, mengacu pada Prosedur
yang dilakukan dalam ilmu Filologi. Penentuan tanda dalam naskah didasari oleh
kata atau frasa yang mengarah kepada sebuah penanda tanda. Penanda tanda
yang terdapat dalam naskah menjadi petanda setiap kejadian yang terjadi pada
waktu tertentu.
pada analisis semiotika Pierce. Dengan analisis Semiotika Pierce penelitian ini
mengkaji bentuk dan makna yang terkandung dalam tanda lontaraq pananrang.
yaitu melalui representamen, objek, dan interpretan Dalam teori Pierce sebuah
makna yang terkandung pada setiap makna tetap menggunakan teori semiotika
membentuk satu garis lurus tersebut menimbulkan makna suatu tanda. Adanya
Makna yang ditemukan akan mengarah pada dua hal pokok yaitu konsep
waktu dan pandangan hidup masyarakat Desa Lise yang selama ini mereka
Kerangka pikir yang diuraikan di atas dapat dilihat pada bagan sebagai
berikut:
30
Filologi
Bentuk Makna
Kata Baik
Frasa Pertengahan
Buruk
BAB III
METODE PENELITIAN
intensif, notes field (catatan lapangan), analisis data lapangan, tidak ada realitas
penelitian: empiris rasional dan tidak berstruktur, dan hubungan antara teori,
yang ilmiah.
ilmu filologi sebagai ilmu utama untuk menganalisis naskah dan teori Pierce
B. Lokasi Penelitian
Desa Lise terletak kurang lebih 16 kilometer dari Pangkajene, ibu kota
Kabupaten Sidrap. Luas desa ini sekitar 1.500 meter per segi, menurut data
desa Lise tercatat di huni 650 kepala keluarga. Sebelah utara berbatasan Desa
32
Lautang, sebelah Timur Desa Wanio Timoreng dan Wanio Wattang, Kecamatan
Panca Lautang dan sebelah Barat Desa Teppo Kecamatan Tellu Limpoe.
C. Sumber Data
Bahasa Bugis Aksara Lontaraq 63 hlm; Judul dalam teks: Lontaraq Bilang
33
No. 24. Judul: Pananrang. Bahasa Bugis Aksara Lontaraq 190 hlm. Judul
luar teks: Seheta Ri Gowa. No. 01/MKH/28/ Unhas/UP Rol 20 No. 28.
Aksara Lontaraq 192 hlm. Judul luar teks: Lontaraq Pananrang; No.
50 No. 3. Judul : Pananrang. Bahasa Bugis & Arab Aksara Lontaraq &
Pananrang. Bahasa Bugis & Arab Aksara Lontaraq & Arab 59 hlm; No. 01
No.27. Judul: Pananrang. Bahasa Bugis, Arab & latin Aksara Lontaraq &
dengan 8 Rajab 1385 Hijriah. Naskah ini diambil sebagai objek penelitian
Isi naskah terdiri dari, kata pendahuluan, jumlah bab sebanyak 22, dan
lembaran kertas. Ada 3 jenis huruf yang digunakan yakni: huruf latin,
D. Perspektif Filologi
hari dan waktu-waktu yang baik dan jelek untuk melaksanakan suatu
iklim, rotasi bumi, posisi bintang, tumbuhan, dan hewan yang diamati
dalam rentang waktu yang cukup lama. Oleh karena itu sebagian
tersebut.
kritik dari satu sumber naskah, karena dalam ilmu penelitian naskah
naskah, yang dikoreksi hanya sebatas yang ada pada penulisan dan tidak
E. Prosedur
mengumpulkan data ada dua yaitu studi pustaka dan studi lapangan.
b) Deskripsi naskah
4
wawancara pada tanggal 10 Oktober 2016
36
terbuat dari karton. Kondisi teks, masih baik dalam arti jelas tulisan
dan bisa terbaca. Keadaan naskah, masih baik dan utuh. Jumlah
huruf aksara lontaraq Bugis, Huruf Arab, dan huruf Latin. Bahasa
tipis, naskah ditulis penuh kiri dan kanan, pemberian halaman hanya
pada bagian kanan kertas posisi tengah atas, ditulis dengan tinta
parker cair warna biru. Umur naskah, jika berpatokan dengan tanggal
berdasarkan waktu.
c) Transkripsi Teks
Noorduyn.
37
suatu teks yang memakai tulisan Bugis yang sifatnya defektif (tidak
lengkap secara fonologis) maka ada tiga cara reproduksi yang harus
d) Edisi Teks atau sering dikenal dengan istilah suntingan teks adalah
upaya untuk menentukan salah satu teks yang akan dipakai sebagai
metode kritik teks. Menurut Djamaris 2002: 30, salah satu tujuan
penyuntingan teks ialah agar teks dapat dibaca dengan mudah oleh
ada antara kata per kata, ditulis bersambung dengan kata berikutnya,
bunyi glottal Stop dalam kosa kata lontaraq. Untuk itu fonem-fonem
khusus glottal stop tidak ditandai dengan huruf (k) tapi digunakan
diberi garis miring di atasnya (é) dan e pepet tidak diberi tanda di
atasnya (e). Penggunaan (é) dan (q) pada bunyi glottal stop
39
dan Sirtjo dari Belanda yang terdapat dalam penerbitan La Galigo Jilid
1,2, dan 3 Menurut Naskah NBG 188 koleksi Ilmu Leiden, Belanda.
Teknik pengumpulan data adalah data diambil secara langsung dari naskah
keseluruhan naskah lontaraq ini berisi 22 bagian (prihal), Dalam penelitian ini,
dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
padanan arti dalam bahasa Indonesia, maka kata tersebut tetap utuh
iii. Mengumpulkan data berupa tanda dalam naskah tersurat dan tersirat
Penyajian hasil analisis yaitu, hasil analisis data yang berupa temuan
penelitian sebagai jawaban atas masalah yang hendak dipecahkan, dan haruslah
disajikan dalam bentuk teori. Hasil analisis data yang berupa temuan penelitian
Metode formal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data yang berupa
Desa Lise. Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data yang
A. Hasil Penelitian
Pada sub bab analisis data ini, yang menjadi fokus adalah tanda yang
ditemukan melalui teks lontaraq pananrang. Jadi, tanda yang terdapat dalam
konteks, dan tanda linguistik yang membentuk satu makna. Dengan demikian
tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Tanda yang dimaksud dapat
berupa tanda visual yang bersifat non-verbal, maupun yang bersifat verbal.
yang harus kita amati yaitu indeks dan tanda. Tanda sendiri terdiri dari 2 kategori
penyuntingan teks. Dalam menyunting naskah, ada beberapa aspek yang akan
nomor halaman. Nomor halaman ditulis pada halaman sebelah kanan saja
dengan posisi tengah atas sedangkan halaman sebelah kiri tidak ada penomoran
halaman (lihat lampiran naskah). Hal ini menyulitkan dalam pengkajian untuk
kiri terdapat juga teks naskah yang masih sambungan dari teks naskah yang
berada di sebelah kanan. Untuk itu dalam pengkajian pemberian nomor halaman
diberikan huruf ‘a’ dibelakang nomor dengan mengikuti nomor yang berada di
43
sebelah kanan. Contohnya: pada halaman sebelah kanan tertulis nomor halaman
jumlah hari dalam satu bulan Masehi, akan tetapi dalam setiap bulan ada hari-
hari tertentu yang tidak memiliki uraian atau petunjuk, penulis naskah hanya
penyebab hari tersebut tidak mempunyai petunjuk atau uraian, hal ini terdapat
pada bulan Januari tanggal 18, dan 30. Bulan Februari tanggal 29. Bulan Maret
tanggal 31. Bulan April tanggal 25, 26 dan 29. Bulan Mei tanggal 3, 9, 13, 15, 24,
dan 25. Bulan Juni tanggal 2, 9, 16, 17, 18, 19, 27, dan 30. Bulan Juli tanggal 3,
7, dan 13. Bulan Agustus tanggal 2, 6, 9, 17, 21, 23, 26 dan 31. Bulan
September tanggal 6, 13, dan 27. Bulan Oktober tanggal 7, 10, 16, 21, 22, 25,
27, dan 29. Bulan November tanggal 3, 4, 6, 15, 20, 21, 25, dan 30. Bulan
Desember tanggal 6, 15, dan 26. Secara keseluruhan ada 54 hari dalam satu
tahun Masehi kosong tanpa keterangan. Ada dua kemungkinan yang bisa kita
prediksi sehingga penulis naskah tidak mengisi uraian yang kosong yakni:
pertama memang dalam naskah asli tidak ada keterangan sama sekali, dan
Kedua penyalin tidak bisa membaca atau menyalin uraian tersebut karena
untuk mengosongkannya.
Penggunaan fonem [ é ] di akhir kata ada dua macam, yaitu: ada yang
ditulis serangkai dan terpisah dari kata. Penulisan fonem [ é ] yang ditulis
penamaan sesuatu dan partikel kata tersebut seperti walué, pattaugengngé, asé,
manre. Adapun yang ditulis terpisah merupakan penunjuk dan kata ganti
1
Natampule, berasal dari kata ‘ulé’ artinya digotong, Jadi sesuatu yang berat sudah diangkat oleh
beberapa orang.
2
Watampatae, adalah istilah masyarakat Desa Lise untuk menandai sejenis jamur yang tumbuh
pada kotoran ternak
3
éppangngé, artinya lumpuh atau sesuatu yang pincang karena tidak seimbang
4
naompo, berasal dari kata ‘mompo’ artinya muncul, mendapat prefiks na yang menunjukkan
kepunyaan atau miliknya. Jadi kata na + mompo berarti munculkan diri atau
menampakkan diri
5
pannina, berasal dari kata ‘panni’ artinya sayap, mendapat tambahan sufiks na yang
menunjukkan kepunyaan atau miliknya. Jadi kata pannina berarti sayapnya.
6
Manuq é adalah ayam.
7
pammatéraé, artinya cahaya matahari pagi
8
Naraddeq, berasal dari kata ‘raddeq’ artinya diam, mendapat tambahan prefiks na yang
menunjukkan kepunyaan atau miliknya. Jadi kata naraddeq berarti berdiam diri.
9
tanraé, artinya Bintang Tiga
10
palagunaé, bulan Oktober. sebagian nama-nama bulan dalam Kalender Bugis diadopsi dari
nama-nama bulan dalam Kalender Hindu (Raffles, 1830). Nama-nama bulan berikut
jumlah hari dalam satu bulan yaitu : Sarowan (30 hari), Padrowanae (30 hari), Sajewi (30
hari), Pachekae (31 hari), Posae (31 hari), Mangaseran (32 hari), Mangasutewe (30
hari), Mangalompae (31 hari), Nayae (30 hari), Palagunae (30 hari), Besakai (30 hari),
dan Jetai (30 hari). Nama-nama bulan hasil adopsi dari Kalender Hindu adalah :
Sarowan (Srawana), Padrowanae (Bhadrawada), Sajewi (Asuji), Posae (Pausa),
Mangaseran (Margasira), Palagunae (Phalguna), Besakai (Waisakha), dan Jetai
(Jyaistha)..
45
11
8 Bosi, nakkatenni éppangngé, Hujan, nakkatenni éppangngé,
napélopi Alla taala. kalau dikehendaki Allah swt.
9 Nakkatenni éppangngé ri éléq é, Nakkatenni éppangngé di pagi hari, hujan
bosi maserroi, iyana ri aseng bareq deras, inilah yang dinamakan barat
aséra. Sembilan.
10 Bosi, macekkéq marakko, Hujan, dingin kering,
napélopi Alla taala. kalau dikehendaki Allah swt.
11 Bosi patampenni, Hujan empat malam,
12
nawellampajungngé, madécéng ri nawellampajungngé baik
tarowang wisésa, seppulo wenninna menanam padi, Sepuluh malam
bosi, jajiyang anaq maupeq i, hujan, melahirkan anakakan mujur,
13
mompo i tékko sorowé ri éléq é. muncul tékko-sorowe di pagi hari.
12 Nano binéna matoaé Turun benihnya yang tua
ri léko boddo. di belokan pendek.
13 Naripano binéna kokowé, Turun benihnya juragan,
14
karaéngngé,naraddeq pampuléna. bangsawan, naraddeq pampuléna
14 Naraddeq pampuléna tanraé ri éléq é. Naraddeq pampuléna tanraé di pagi hari.
15 Nanoq binéna galung beta é, ri Turun benihnya sawah penampung air, ri
15
gananangngi ri ageq napijékkowé. gananangngi ri age napijékkowé .
16
16 Naraddeq panni ataunna manuq é, Naraddeq panni ataunna manuq é,
17
madécéngngi, waseng kékona. baik, waseng kékona .
17 Nangiri jéqnéq kéboq na bareq é, Berhembus air putihnya musim barat,
naleppessang wakkangeng terlepas pangkuan
ri tana mangkasa. di tanah Makassar
18 -
18 19
19 Nakkampaé walué. Nakkampaé walué
11
Nakkatenni, berasal dari kata ‘katenni’ artinya pegang, mendapat tambahan prefiks na yang
menunjukkan kepunyaan atau miliknya. Jadi kata nakkatenni berarti memegang.
12
nawellampajungngé […]
13
tékko sorowé, berasal dari kata tékko (bajak) dan sorong (dorong). Jadi alat bajak sorong
tradisional
14
pampuléna, artinya tangkainya
15
ri gananangngi ri ageq napijékkowé […]
16
ataunna, berasal dari kata ‘atau’ artinya kanan, mendapat tambahan sufiks na yang
menunjukkan kepunyaan atau miliknya. Jadi kata ataunna berarti kanannya.
17
waseng kékona […]
18
Nakkampaé, berasal dari kata ‘ampae’ artinya raih, mendapat sufiks na yang menunjukkan
kepunyaan atau miliknya. Jadi kata Nakkampaé berarti meraih.
19
walué, istri tanraé
20
Mampuléi, lihat Natampule
21
La Mangkagulu, nama yang diberikan untuk kejadian Mampuléi éppangé walué
46
23
22 Nammula makkatenni woromporongngé Nammula makkatenni woromporong-
24
ri arawéngngé, bosi mapparuwaé, ngé di sore hari, hujan menggenangi,
napélopi Alla taala. kalau dikehendaki Allah swt.
23 - -
25
24 Nangkangulu walué, madécéng ri Nangkangulu walué, baik
tarowang apeq, bosi tellu ngesso. menanam kapas, hujan tiga hari
26
25 Nakkalipuq si woromporongngé ri Nakkalipuq lagi woromporongngé di
arawéngngé. sore hari.
27
26 Natangasso woromporongngé ri Natangasso woromporongngé pada
arawéngngé, naraddeq panninna sore hari, tenang panninna
manuq é ri éléq é, narékko engka manuq é di pagi hari, kalau ada
nakenna lasa, déq tettuwona. diserang penyakit, akan hidup
27 Natabbaru cinnaé, nangkangulu tau Terlintas keinginan, pakai bantal orang
28
samaé, walué, naléppé biasa, walué naléppé
woromporongngé, tellumpenni bosi woromporongngé, tiga malam hujan
insya Allah insya Allah
29
28 Nabbulé kasé woromporongngé, na Nabbulé kasé woromporongngé,
bosi, insya allah. hujan, Insya Allah
29 Nakkalipuq si walué. Nakkalipuq lagi walué
30 -
30
31 Nakkarateng walué ri éléq é. Nakkarateng walué di pagi hari.
22
pijékkowé, [...].
23
Nammula, artinya mulai.
24
woromporongngé, bahasa Bugis. Bintang Tujuh
25
nangkangulu, artinya berbaring dengan menggunakan alas kepala
26
Nakkalipuq, artinya menyatu
27
Natangasso, berasal dari kata ‘tangasso’ artinya tengah hari, mendapat prefiks na yang
menunjukkan kepunyaan atau miliknya. Jadi kata Natangasso berarti posisinya berada
pada tengah hari.
28
naléppé, artinya melepaskan diri.
29
Nabbulé kasé, artinya kuping padi.
30
Nakkarateng, artinya posisi puncak.
31
Natalloseq, lihat naléppé
32
Natappettaq, artinya terpental
33
mawosongé, nama yang berikan pada posisi tanda diam sayapnya ayam di waktu pagi
47
34
makkatenniwi, lihat nakkatenni
35
wara-waraé diartikan bara-bara, apabila kelihatan warna merah dikaki langit / cakrawala seperti
obor, siang hari banyak hembusan angin tidak terarah, hawa pengap, dan kering.
36
ibida, […]
37
La Makkanre Api, nama yang diberikan pada tanda dengan posisi Tengah hari wara-waraé pada
waktu sore, keramat.
38
Natalléppé, lihat naléppé.
39
Nakkotiq, artinya mengambil sesuatu yang dalam.
40
watanna, artinya tubuh.
41
Nawessoq, […]
42
awerangngé, nama salah satu jenis rumput yang sering tumbuh di lahan persawahan.
48
43
mappatécai wara-waraé, madécéng ri mappatécai wara-waraé, baik
taroang wisésa. menanam padi.
23 Natangasso pampuléna tanraé ri Natangasso pampuléna tanraé
arawéngngé, tanraé mo ri olowé. sore hari, tanraé di depan
44
24 Nacidoro walué, madécéng Nacidoro walué, baik
45
atimanurung. atimanurung
25 Iyanaé naseng mangkasa é Inilah yang dikatakan orang Makassar
baréq tengnga, natangasso musim barat tengah, natangasso
pampuléna tanraé ri éléq é. pampuléna tanraé pagi hari.
26 Nammula makkatenni tanraé ri Nammula makkatenni tanraé di
arawéngngé. sore hari.
27 Natangasso pampuléna ri arawéngngé Natangasso pampuléna sore hari
nadapi ri oloé. sampai di depan.
28 Nakkatenni tanraé. Nakkatenni tanraé.
29 -
3. Maret 31 Hari (Bulan Tiga)
tgl Transkripsi Terjemahan
46
1 Nakkalipuq pampuléna tanraé, bosi Nakkalipuq pampuléna tanraé, hujan
mapparuwaé, natangasso tanraé menggenangi, natangasso tanraé
ri arawéngngé. di sore hari.
2 Natangasso tanraé ri arawéngngé, Natangasso tanraé di sore hari,
naompo watampataé ri arawéngngé, muncul watampataé sore hari,
iyana riaséng La Madduwi ini yang dikatakan La Madduwi
47
La Makkasolang Solang La Makkasolang Solang
tia temmakkasolang. pasti merusak.
3 Natalloséq tanraé ri arawéngngé, Natalloséq tanraé di sore hari,
madécéngngi, agi-agi ri madécéngeng baik, apa saja yang dianggap baik akan
manengngi ritu. baik semuanya.
4 Nabbulé kasé watanna tanraé, Nabbulé kasé watanna tanraé,
madécéng ri taroang lengnga. baik menanam wijen.
5 Bosi anging, napélopi Alla taala. Hujan angin, kalau dikehendaki Allah swt.
6 Natangasso tanraé nadapi ri monrié, Natangasso tanraé sampai di akhir,
ri arawéngngé. di sore hari.
48
7 Bosi tangassona lambarué. Hujan tengah harinya lambarué .
8 Bosi anging bareq daya, Hujan Angin Musim Barat Daya,
makkampaé hurupu api, anré api, mengambil huruf api, kebakaran,
napélopi Alla ta ala. kalau dikehendaki Allah swt.
9 Ibida makkeda madécéngngi essoé, Ibida mengatakan hari baik,
nakkatenni pampuléna tanraé nakkatenni pampuléna tanraé
43
mappatécai, […]
44
nacidoro, berjalan sambil membungkuk dengan bertambahnya usia.
45
atimanurung, […]
46
pangiléna, artinya pertimbangan.
47
La Maduwi La Makkasolang Solang, nama yang diberikan pada posisi tanda Tengah hari tanda
di waktu sore muncul watampataé waktu sore.
48
lambarué, nama layang-layang yang berukuran besar yang dikendalikan oleh seutas tali.
49
ri monrié. di belakang.
10 Natangasso pampuléna tanraé Natangasso pampuléna tanraé
ri monrié, madécéngngi ri taroang di belakang, baik menanam
lengnga. wijen.
11 Bosi anging maserro, ulé kasé na, Hujan angin besar, ulé kaséna,
pampuléna tanraé ri monrié. pampuléna tanraé di belakang.
12 Bosi anging maserro, napélopi Alla Hujan angin besar, kalau dikehendaki
aala. Allah swt.
13 Bosi anging silaoang bareq é, timoro Hujan angin disertai musim barat, Musim
enneng essona. timur enam hari.
49
14 Nauga awerrangngé, bosi, madécéng ri Berbunga pohon awerangngé , hujan,
tarowang wisésa, namaputé tanraé ri baik menanam padi, warna putih tanraé
monrié. di belakangnya.
15 Lino. Dunia.
16 Lino. Dunia.
17 Bosi bisakai ri tu, madécéngngi ri tu. Hujan lebat, baik.
18 Nakkatenni essoé, iyana ri aseng La Nakkatenni hari, yang dinamakan La
Mattanété Lampé, iyatona ri aseng La Mattanété Lampé,ini juga di katakan La
Maccinta Golla, iyatona ri aseng Maccinta Golla, ini juga dikatakan
Tudang Sicabbirusennai tanraé, Tudang Sicabbirusennai tanraé,
50
madécéng ritarowang wisésa. baik menanam padi .
19 mula makkatenniwi manuq é. awal makkatenniwi manuq é.
20 Bosi pella marakko, narékko engka Hujan panas kering, kalau ada
bosi, anging timo darai, malomoi hujan, angin timur darah, gampang
makkanré apié rilaleng mpanuwa, kebakaran dalam kampung,
madécéng ri attanengeng. baik untuk menanam.
21 Nattengnga bittara essoé lao maniang. Pertengahan langit matahari ke utara.
22 Natangasso pannina manuq é, Natangasso pannina manuq é,
51
iyana ri aseng La Puruasu, ini yang dinamakan La Puruasu ,
makerre tellungesso. keramat tiga hari.
52
23 Bosi, iyana riaseng La Wessona Hujan, ini yang dikatakan La Wessona
bawang. saja.
24 Bosi paddunuéngngi ungana Hujan yang menggugurkan bunga
53
canagorié, awerangngé, canagorié , awerangngé, ini yang
54
iyana ri aseng La Massajang Rennu. di namakan La Massajang Rennu .
25 Timoro enneng essona. Musim timur enam hari.
26 Nakkalipuq si manuq é, Nakkalipuq si manuq é,
49
awerangngé, tumbuhan tinggi, berduri yang sering tumbuh di lahan persawahan.
50
La Mattanété Lampé, La Maccinta Golla atau Tudang Sicabbirusennai , nama yang diberikan
pada musim tanam padi yang baik menanam padi.
51
La Puruasu, nama yang diberikan pada tanda tengah hari sayapnya ayam
52
La Wessona, nama yang diberikan pada hujan tanggal 23 Maret.
53
canagorié, sejenis tanaman mirip pohon bongsai
54
La Massajang Rennu, nama yang diberikan pada hujan yang menggugurkan bunga canagorié,
awerangngé
50
55
La Temmabbombang, nama yang diberikan kepada peristiwa Kelihatan matahari menuju ke
selatan, artinya air di sawah sudah tidak beriak lagi.
56
Nalabu, berasal dari kata ‘labu artinya tenggelam, mendapat prefiks na yang menunjukkan ke-
punyaan atau miliknya. Jadi kata Nalabu berarti menunjuk ke sesuatu yang tenggelam.
51
19 Pella marakko sipa, narékko engka timo Panas kering, kalau ada angin timur
mangiri bosi, madécéng dingin sekali hujan, baik musim tanam
pattaungengngé, labai padangkangngé. tahunan, beruntung pedagang.
20 Narékko timo namangiri, silaoang Kalau musim timur menggigil, disertai
bosi, madécéngngi wisésaé ri tana hujan, akan baik padi di tanah
mangkasa. Makassar.
21 Naraddeq walué ri éléq é. Naraddeq walué pagi hari.
22 Nakkotiq walué, madécéng ri winruseng Nakkotiq walué,baik membuat
paréwa pakkaja. peralatan nelayan.
23 Mattulekkengngi éppangngé, bosi Mattulekkengi éppangngé, hujan
madécéng, Insya Allah. baik, insya Allah.
57 58
24 Tappasaq i éppangngé, raddeq i Tappasaq i éppangngé, raddeq i
woromporongngé orai. woromporongngé sebelah Barat.
25 - -
26 - -
27 Raddeq i woromporongngé, nallomo Raddeq i woromporongngé, berisi
bukkangngé, madécéng ri attanengeng. kepiting, baik untuk menanam.
28 Tappasaq i éppangngé, tellumpenniwi Tappasaq i éppangngé, tiga malam
bosinna. hujannya.
29 - -
59
30 Naubbaq lambarué. Naubbaq lambarué.
5. Mei 31 Hari (Bulan lima)
tgl Transkripsi Terjemahan
1 Naraddeq éppangngé ri éléq é, bosi, naraddeq éppangngé pagi hari, hujan,
majaq i ri attaneng-tanengeng, naompo tidak baik menanam, naompo
tékko sorowé. tékko sorowé.
60
2 La Wa Pananrang asenna, majaq i La Wa Pananrang namanya, tidak baik
riappamulai wisésa, makapai. memulai menanam padi, hampa.
3 - -
4 bosi maserro, napélopi Alla ta ala. Hujan deras, kalau dikehendaki Allah swt.
5 Nalabu walué. Nalabu walué.
6 Anginna para. Angin para.
61
7 Nappadalawa walué. Nappadalawa walué.
8 Tappasaq i walué. Tappasaq i walué.
9 - -
62
10 Ibida makkeda, iyanaé mulabongeng Ibida mengatakan, inilah Mulabongeng
asenna. namanya.
57
Tappasaq, artinya tertancap atau tertanam.
58
Raddeq i, lihat naraddeq.
59
Naubbaq, artinya muncul.
60
La Wa Pananrang, nama yang diberikan peristiwa tanggal 2 Mei.
61
Nappadalawa, artinya sama jarak
62
Mulabongeng, nama yang diberikan kejadian pada tanggal 10 Mei.
52
63
Mattulekkengngi, artinya bersandar bertumpu pada tangan.
64
Nakkadéra, artinya duduk di kursi.
53
65
nangilé, lihat pangilé, artinya memilih.
66
masapiyé, salah satu jenis ikan tawar.
54
22 Narékko bosiwi maéga tau malasa ri Kalau hujan banyak orang sakit di
lalenna kampongngé. dalam kampung.
23 Naggangka essoé lao maniang, Sampai matahari ke utara,
madécéng ri abbolang. baik membangun rumah.
24 Naompo pampuléna tanraé nadapi ri naompo pampuléna tanraé sampai di
olowé. depan.
25 Naraddeq watanna manuq é ri Naraddeq watanna manuq é
arawéngngé, nakkaraténg walué ri di sore hari, nakkarateng walué
arawéngngé. di sore hari.
26 Nakkaraténg walué, leppeq toni bosi Nakkarateng walué, berakhir pula hujan
marajaé. besar.
27 - ...
28 Naompo pampuléna tanraé Naompo pampuléna tanraé yang
porimonrié, ri éléq é, iyana belakangan pagi hari, inilah yang
riaseng esso Arung Mangkauq i dikatakan hari Arung Mangkauq i
asenna, bosi mapparuwaé namanya, hujan menggenangi
napélopi Alla ta ala. kalau dikehendaki Allah swt.
29 Bosi mapparuwaé, napélopi Hujan menggenangi, kalau dikehendaki
Alla ta ala. Allah swt.
30 - -
7. Djuli 31 Hari (Bulan Tujuh)
tgl Transkripsi Terjemahan
1 Majaq i essoé, mapeq i anginna sibawa Tidak baik hari ini, banyak anginnya dan
bosinna. hujannya
2 Madécénni essoé, agi-agi ripogau Baik hari ini, apa saja dikerjakan
madécéng manengngi ritu, nakkampaé baik semuanya, nakkampaé
tanraé ri éléq é, narékko nasitujuangngi tanraé pagi hari, kalau bertepatan
juma i tipuwi ulengngé, maserro hari Jumat bulan purnama, pertanda
madécéngngi. sangat baik.
3 - -
4 Napaita tanraé ri éléq é, bosi Kelihatan tanraé pagi hari, hujan
mapparuwaé, anging timo mangiri. menggenangi, angin timur dingin.
67
5 Pajung éppangngé, naraddeq panni Pajung éppangngé, naraddeq panni
ataunna manuq é ri arawéngngé. ataunna manuq é sore hari.
6 Nammula mangideng balawoé. Awal ngidamnya tikus.
7 - -
8 Bosi maserro maraja mapparuwaé, Hujan sangat deras menggenangi,
napélopi Alla ta ala. kalau kehendak Allah swt.
9 Bosi caroboi alau ri éléq é. Hujan banyak di timur pagi hari.
10 Naompo pannina manuq é riéléq é, naompo pannina manuq é pagi hari,
nappémmaliangngi ogi é lao mabéla pamalinya orang bugis pergi jauh
mala api. mengambil api.
11 Hurupu api. Huruf api.
67
Pajung, artinya payung.
55
12 Bosi maserro napélopi Alla ta ala. Hujan deras kalau dikehendaki Allah swt.
13 - -
14 Bosi pellang marakko, narékko bosiwi Hujan terik-kering, kalau hujan pertanda
madécéngngi pattaungengngé, maéga baik musim tanam tahunan, banyak anak
ana orowané jaji, narékko déq na bosi, laki-laki lahir, kalau tidak hujan,
maéga tau malasa. banyak orang sakit
15 Hurupu api, anré api, naompo manuq é Huruf api, kebakaran, naompo manuq é
ri éléq é, caroboi. pagi hari, banyak.
16 Bosi majaq i essoé, élona mua Hujan tidak baik hari ini, kehendaknya
Alla ta ala jaji. Allah swt. yang jadi.
17 Madécéngngi ri patettongeng bola, baik mendirikan rumah,
makessittoi ri abottingeng. baik juga menikah.
18 Madécéngngi essoé ri attaneng- Baik hari ini menanam tanaman
tanengeng asé, tennanréwi dongi. padi, tidak dimakan burung pipit.
19 Bosi napélopi Alla ta ala. Hujan kalau dikehendaki Allah swt.
20 Nairita manuq é ri éléq é, bosi caroboi. kelihatan manuq é pagi hari, hujan deras.
21 Bosi napélopi Alla ta ala. Hujan kalau dikehendakiAllah swt.
22 Narékko bosiwi madécéngngi Kalau hujan akan baik
pattaungengngé. musim tanam tahunan.
23 Hurupu api, anré api, élona mua Alla Huruf api, kebakaran, kalau dikehendaki
taala Allah swt.
24 Nakkalipuq si walué. Nakkalipuq si walué.
25 Naompo éléq é pannina manuq é, Muncul pagi pannina manuq é,
68
Mapettu Tampani asenna, iyamato Mapettu Tampani namanya, ia juga
69
ri aseng La Mattoanging. dinamakan La Mattoanging .
26 Natangasso lambarué. Natangasso lambarué.
27 Bosi wellang kesso. Hujan terik matahari.
28 Majaq i tau samaé, arungngé wedding Tidak baik orang biasa, bangsawan saja
laowangngi. boleh melakukan.
29 Napaita manuq é ri éléq é, iyanaro Kelihatan manuq é pagi hari, waktu itu
naunga kamairiyé. berbunga pohon kemiri.
30 Natangasso tékko sorowé ri éléq é, natangasso tékko sorowé pagi hari,
majaq i ritu tidak baik.
31 Natangasso lambarué, bosi. Natangasso lambarué, hujan.
8. Agustus 31 Hari (Bulan Delapan)
tgl Transkripsi Terjemahan
1 Narékko engka tau nakenna lasa, Kalau ada orang diserang penyakit,
maserroi lasanna. parah penyakitnya.
2 - -
3 Natapettaq walué, majaq i ri Natappettaq walué, tidak baik
attanengeng, agi-agi ri pogau, majaq menanam, apa saja dikerjakan, tidak baik
68
Mapettu Tampani, artinya memutuskan sewa
69
La Mattoanging, nama lain yang diberikan dari Mapettu Tampani
56
70
Raddaq é, nama salah satu jenis pohon.
57
wara-waraé. wara-waraé
28 Natangasso wara-waraé ri éléq é, Natangasso wara-waraé pagi hari,
makerreq i, iyana ri aseng La Makanré keramat, inilah dinamakan La Makkanre
Api asenna, raddeq toni watampataé, api namanya, raddeq toni watampataé,
bosi napélopi Alla ta ala. hujan kalau dikehendaki Allah swt.
29 Natalléppé wara-waraé, iyamato ri Natalléppé wara-waraé, ia juga
aseng talloseq. dinamakan talloseq.
30 Nabbulé kasé wara-waraé, iyamato ri Nabulé kasé wara-waraé, ia juga
aseng talloséq. dinamakan talloseq.
31 - -
9. September 30 Hari (Bulan Sembilan)
tgl Transkripsi Terjemahan
1 Bosi maserro, napélopi Alla ta ala. Hujan deras, kalau dikehendaki Allah swt.
2 Nabbulé kasé wara-waraé ri éléq é. Nabulé kasé wara-waraé pagi hari.
3 Bosi massero, naraddeq watampataé ri Hujan deras, naraddeq watampataé di
arawéngngé. sore hari.
4 Bosi panecci. Hujan gerimis.
5 Nammula maraja pasangngé. Awal besarnya pasang.
6 - -
7 Naompo wara-waraé, La Kamallise Naompo wara-waraé, La Kamallise
asenna. asenna.
8 Naraddeq eppangnge ri arawengnge, Naraddeq éppangngé sore hari,
majaq i. tidak baik.
9 Naraddeq éppangngé ri arawéngngé . Naraddeq éppangngé sore hari.
10 Natangasso pampuléna tanraé pong ri Natangasso pampuléna tanraé
olowé. . sebelumnya.
11 Nakkampaé tanraé ri éléq é. Nakkampaé tanraé pagi hari.
12 Nakkampaé tanraé, anré api. Nakkampaé tanraé, kebakaran.
13 - -
14 Naleppe uwaé putéwé, nappammula Lepas air putih awal
makkatenni tanraé, natangasso makkatenni tanraé, natangasso
pampuléna nadapi ri olowé, pampuléna sampai di depan,
bosi insya allah. hujan insya Allah.
15 Lino, nakkatenni tanraé ri éléq é, Dunia, nakkatenni tanraé pagi hari,
madécéng. baik.
16 Massaddani guttu é ri puttanangngé. Terasa guntur di daratan.
17 Nakkalipuq si tanraé. Nakkalipuq si tanraé.
18 Natangasso tanraé ri éléq é, makerreq i, Natangasso tanraé pagi hari, keramat,
La Mapatuddu La Makasolang Solang La Mapatuddu La Makkasolang solang
tiya temmakasolang. pasti merusak.
19 Natalléppé tanraé, iyamato riaseng Natalléppé tanraé, ia juga dinamakan
talloseq. talloseq.
58
71
20 ulé kasé wi watanna tanraé. ulé kasé wi watanna tanraé.
21 nakkatenni essoé lao manorang, na ri Nakkatenni hari ke selatan, dinamakan
aseng La Maccinta golla, iyamato ri La Maccinta golla, atau dinamakan
aseng tudang sicabbirusennai tanraé, Tudang Sicabbirusennai tanraé,
naleppena esso makerreq é, berakhir hari keramat,
mattanété lampé. Mattanété Lampé.
22 Natangasso pampuléna tanraé ri Natangasso pampuléna tanraé di
monrié, madécéngngi nadapi belakang, baik sampai
pampuléna. pampuléna.
23 Narékko aréwéngngi timo mangirri, Kalau sore Timur menggigil, termasuk
tengngalowangngi bareq é. pertengahan musim Barat.
24 Nattengnga bittara matanna essoé lao Pertengahan langit matahari ke
72
maniyang, pancarobani asenna. Utara, Pancaroba namanya.
25 Natangasso pampuléna watampataé ri Natangasso pampuléna watampataé di
munrié, madécéngngi essoé, esso belakang, baik hari ini, hari
Arung Mangkauq i asenna. Arung Mangkauq i namanya.
26 Nairi anging ri aréwéngnge, naengka Angin bertiup di sore hari, ada puting
laso anging sibawa balippuru. beliung berserta angin berputar-putar
27 - -
28 Nappulé tanraé, manuq é, ri éléq é. Nappulé tanraé, manuq é, pagi hari.
29 Nammula makkatenni pannina manuq é Nammula makkatenni pannina manuq é
ri aréwéngnge, madécéngngi. di sore hari, baik
30 Nammula massadda guttu é, bareq i, Awal terdengarnya guntur, musim barat,
malomoi sigajang tauwé. sering saling menikam orang.
10. Oktobér 31 Hari (Bulan Sepuluh)
tgl Transkripsi Terjemahan
1 Narékko araba i natéyakeng to borro é, Kalau hari Rabu diniatkan orang
tanra madécéngngi pattaungengngé, sombong, pertanda baik Musim tanam
sawéi sining buwa-buwa é, labai tahunan, banyak semua jenis buah-
padangkangngé . buahan, beruntung pedagang.
2 Nattaneng gandong tauwé ri tana araq, Menanam gandung orang di tanah Arab,
nakkalipuq si pannina manuq é ri nakkalipuq si pannina manuq é di
éléq é. pagi hari.
3 Natangasso pannina manuq é ri Natangasso pannina manuq é
arawéngngé, ri éléq é, madécéngngi sore hari, pagi hari, akan baik,
73
ritu, latemmaukkeng asenna, iyamato ri La Temmaukkeng namanya, sering
aseng latellusapana po é juga dinamakan La Tellu Sapana Po é
74
pangngé ri éléq é. Pangngé pagi hari.
4 Naléppé pannina manuq é. Naléppé pannina manuq é.
5 Ulé kaséwi pannina manuq é . Ule kasewi pannina manuq é.
6 Narituju mata na matanna essoé Kelihatan jelas matahari
71
ulé kasé wi, lihat nabbulé kasé
72
Pancaroba, nama yang diberikan pada peristiwa Pertengahan langit matahari ke Utara. Arti
menurut KBBI adalah peralihan antara musim kemarau dan musim hujan
73
La Temmaukkeng, nama yang diberikan natangasso pannina manuq é waktu sore, waktu pagi.
74
La Tellu Sapana Po é Pangngé, lihat La Temmaukkeng
59
75
La Sakkatemme, nama yang diberikan pada posisi natangasso pannina manuq é
76
Pabbowonna, artinya penutup.
60
77
Tudang lancéngngi, nama yang diberikan untuk waktu baik menanam
78
Nacamalawa, lihat nappadalawa
79
bettengngé, rumput yang menyerupai padi, buahnya dijadikan sebagai pakan burung.
80
Magasettiwi, bulan Juli. sebagian nama-nama bulan dalam Kalender Bugis diadopsi dari nama-
nama bulan dalam Kalender Hindu (Raffles, 1830). Nama-nama bulan berikut jumlah
hari dalam satu bulan yaitu : Sarowan (30 hari), Padrowanae (30 hari), Sajewi (30 hari),
Pachekae (31 hari), Posae (31 hari), Mangaseran (32 hari), Mangasutewe (30 hari),
Mangalompae (31 hari), Nayae (30 hari), Palagunae (30 hari), Besakai (30 hari), dan
Jetai (30 hari). Nama-nama bulan hasil adopsi dari Kalender Hindu adalah : Sarowan
(Srawana), Padrowanae (Bhadrawada), Sajewi (Asuji), Posae (Pausa), Mangaseran
(Margasira), Palagunae (Phalguna), Besakai (Waisakha), dan Jetai (Jyaistha).
61
21 - -
22 Maggattung genranni woromporongngé, Menggantung gendang woromporong-
narékko engka anging sibawa bosi, ngé, kalau ada angin dan hujan, pertanda
tanra maponcoi bareq é ri tana laireng. pendek musim barat di tanah kelahiran.
23 Naompo pampuléna tanraé, najajiyang Naompo pampuléna tanraé, melahirkan
anaq mabuwajai. anak akan rakus.
81
24 Isidoro makkeda bosi marajai. Isidoro mengatakan hujan deras
25 - -
26 Naompo tanraé arawéngngé, Naompo tanraé sore hari, tiga malam
tellumpenni bosinna, mawasai walué, hujannya, besar walué, tidak baik
majaq i ri taroang wisésa, tenri bbolang, menanam padi, tidak membangun rumah,
tenri abottigeng, majaq manengngi. tidak menikah, tidak baik semua.
27 Mawasai walué. Besar walué.
28 Maputéwi essoé lao manorang, mawéq Putih matahari ke Selatan, sudah dekat
ni walué, tellumpenni bosi, walué, tiga malam hujan, kalau
napélopi Alla ta ala. dikehendaki Allah swt.
29 Tappettaq ni woromporongngé, majaq i Tappettaq ni woromporongngé, tidak baik
ri ala areddékeng pakéyang. membuat pakaian.
30 - -
12. Desember 31 Hari (Bulan duabelas)
tgl Transkripsi Terjemahan
1 Naompo pampuléna tanraé ri éléq é, Muncul pampulena tanrae pagi hari,
nadapi ri matanréwé ri arawéngngé, sampai di ketinggian sore hari, di antarai
pallawangeng seppulo lima, bareq lima, limabelas, musim barat lima,
woromporongngé mpawai. woromporongngé yang tanggung.
2 Naraddeq woromporongngé ri éléq é, Naraddeq woromporongngé pagi hari,
madécéng ri attaneng-tanengeng baik menanam
wisésa, mula bareq i, duaratu padi, mula musim barat, duaratus
wenninna, nainappai mangiri, malam, kemudian dingin,
madécéng ri taroang taneng-taneng, baik menanam tanaman-tanaman,
nennia anu mabbuwa, majaq i ri atau yang berbuah, tidak baik
abbolang. membangun rumah.
3 Mula maddupa toni walué. Awal pengenalan walué.
4 Bosi arawéngngé, naompo pampuléna Hujan sore hari, naompo pampuléna
tanraé pong ri monrié, ri arawéngngé. tanraé di belakang, sore hari.
5 Naompo pampuléna pong ri monrié, ri Naompo pampuléna di belakang,
arawéngngé. sore hari.
6 - -
7 Bosi arawéngngé, napélopi Alla ta ala. Hujan sore, kalau dikehendaki Allah swt.
8 Mawá si walué, majaq i ri taroang Kurang baik walué, tidak baik menanam
wisésa, tennanréwi punnaé wisésa. padi, tidak dimakan pemilik padi.
9 Bosi, napélopi Alla taala. Hujan, kalau dikehendakiAllah swt.
10 Bosi paddunuéngngi unganna Hujan yang menggugurkan bunga
canagorié. Canagorie.
81
Isidoro, […] .
62
82
talléwi, nama yang diberikan pada kejadian lima malam hujan tanggal 17 Desember, artinya
muncul.
83
sappaé, nama yang diberikan pada sawah berdasarkan bentuknya persegi empat.
84
léngkong boddo, nama yang diberikan pada letak dan posisi sawah .
85
Natallaga, artinya terhalang.
63
“tanda” yang menjadi data primer penelitian. Cara yang dilakukan dengan
berdasarkan bagian yang dipilih sebagai objek penelitian dalam naskah. Data
berdasarkan bulan yang dikaji berdasarkan jumlah hari dalam bulan tersebut.
Mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember. Ada beberapa tanda yang
digunakan berulang, dalam artian tanda yang digunakan pada bulan tertentu
digunakan pula pada bulan lainnya. Peneliti menyatukan tanda yang sama
dalam melakukan penelitian ini. Peneliti lebih awal melihat tanda yang muncul
setiap bulan, kemudian dikelompokkan. Hal ini dilakukan agar penjelasan tiap
tanda tidak terjadi tumpang tindih. Adapun tanda yang ditemukan sebagai
berikut:
64
25. - -
26. - -
27. rdEai woroPoroeG... raddeq i woromporongngé
28. tpsai eapeG ... tappasaq i éppangngé
29. - -
30. naub lbruew. naubbaq lambarué
68
Demikian pula halnya tanda pada bulan-bulan tertentu tidak muncul, tanda yang
tidak muncul pada bulan-bulan tertentu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tanda
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des
Bulan
éppang x x x x x x x
Lambaru x x x x x x x x x
manuq x x x
woromporong x x x x x x x
watampatang x x x x x
wara-wara x x x x x
walu x x x
tékko sorong x x x x x x x x x
tanra x x
mporong
lambaru
mpataé
manuq
sorong
tanraé
tékko-
waraé
walué
woro-
wara-
wata-
ngé
Tanda
é
é
éppangn
gé
mporong
lambaru
mpataé
manuq
sorong
tanraé
tékko-
waraé
walué
woro-
wara-
wata-
ngé
Tanda
é
é
nakkalipuq x x x x x
nakkampaé x x x x
nakkarateng x
nakkatenni /
x x x x x x
makkatenni
nakkotiq x
nalabu x x
nalléppé/natalléppé x x x x
nammula/makkatenni x x
nangkangulu x
naompo x x x x x
nappadalawa x
naraddeq/raddeq i x x x x x x x x
natallaga x
natalloseq/talloseq ni x x x
natampulé x
natangasso x x x x x x x
natappettaq x
nattulekkeng x x
naubbaq x
nawellampajungngé x
pabbowonna x
pajung x
pampuléna x x
panni ataunna x
tappasaq i x
tudang lancéngngi x
watanna x x
91
B. Pembahasan
Sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini maka
yang menjadi konsep waktu dan pandangan hidup masyarakat Desa Lise
oleh sekelompok orang, dalam hal ini masyarakat Desa Lise. Tanda yang
bersifat material (apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca), dan
petanda, yaitu gambaran mental (pikiran atau konsep yang ada dibalik objek
material).
menguntungkan dan terhindar dari sesuatu yang bisa membuat malapetaka bagi
Halaman pakai huruf miring). Contoh: (I-4-2a) dibaca Bagian I baris keempat
halaman 2a.
92
Desa Lise merupakan salah satu desa yang mayoritas dihuni oleh
buku lontaraq yang dipahami orang tua dan sesepuh Desa Lise. Lontaraq
Pananrang yang mereka pakai selama ini merupakan salinan dari lontaraq
orang yang memang sudah dianggap sebagai pallontaraq (orang yang ahli
mengenai buku lontaraq, baik dari segi membaca dan mengerti maknanya).
ahli membaca cuaca musim tanam) sehingga ada perkiraan kapan waktu
merupakan salinan yang ditulis oleh warga Desa Lise yang bernama
pesanan warga suku Bugis yang merantau di luar propinsi. Dalam hal
dari luar maupun dari dalam Desa Lise). Informasi terakhir yang diperoleh,
berisi antara lain tentang cara bercocok tanam dan menentukan hari baik.
musim tanam, baik tanaman palawija maupun tanaman padi. Naskah ini
juga memuat tentang prakiraan serangan hama tanaman bila ditanam pada
dalam buku lontaraq, tetapi mereka hanya melihat tanggal dan bulan
naskah lontaraq dalam setahun ada bulan-bulan serta hari tertentu yang
ada bulan dan hari tertentu yang menurut pengetahuan mereka merupakan
hari naas melakukan sebuah hajatan. Selama ini belum ada masyarakat
yang berani melanggar apa yang mereka yakini selama ini tentang hari
naas tersebut.
sipulung ini dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat Desa Lise khususnya
seorang Mado (Ketua Tani) yang didampingi oleh “Ulu-Ulu” (orang yang
rumang (lontaraq tentang bercocok tanam), karena dari Mado inilah muncul
ide-ide yang ditawarkan kepada petani selama satu musim. Seorang Mado
rumang yang mereka gunakan selama ini. Seorang Mado diharapkan dia
setempat. Walaupun seorang Mado yang terpilih belum ahli dalam hal
(pamali) yang bisa mendatangkan bencana bagi warga. Jika ada yang
dianggap kurang bersyukur atas pemberian yang Maha Esa serta dianggap
Hal lain yang menjadi topik dalam acara manre sipulung ini adalah
prakiraan curah hujan selama musim tanam. Dalam agenda ini, yang
hujan yang bakal turun dengan menyesuaikan isi lontaraq. Besar kecilnya
curah hujan yang bakal turun akan berpengaruh terhadap benih yang akan
selama satu musim tanam, varietas padi yang dipilihnya adalah jenis
yang dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat Desa Lise dan pemerintah
satu kali dalam dua tahun. Pesta panen yang dilakukan belum mengarah
karena kondisi alam yang tidak selamanya baik bagi mereka, selalu
lingkungannya.
memiliki maksud, tujuan serta fungsi. Adapun fungsi secara umum dapat
a. Konsep Waktu
satu hari (pagi ‘élé’, antara pagi dan tengah hari ‘matanré essoé’,
satu bulan Masehi (Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli,
Hadrawi, lontaraq kutika telah memola waktu, misalnya élé atau pagi
araba (Rabu) dan Kammisi (Kamis). Jadwal bula per bulan: Muharrang
b. Pandangan Hidup
terhindar dari segala macam bahaya serta selamat di dunia dan akhirat.
hidup.
tersebut di atas.
100
1. Pengaruh agama.
agama Islam dalam penulisan naskah ini turut pula memengaruhi isi
ditemukan kata:
Januari
- tanggal 2 baris 9 hal. 11a
- tanggal 4 baris 13 hal. 11a
- tanggal 8 baris 21 hal. 11a
- tanggal 10 baris 25 hal. 11a
- tanggal 22 baris 25 hal. 11
Maret
- tanggal 5 baris 18 hal. 13
- tanggal 12 baris 7 hal. 11a
April
- tanggal 8 baris 17 hal. 15a
- tanggal 9 baris 19 hal. 15a
- tanggal 10 baris 21 hal. 15a
- tanggal 15 baris 5 hal. 15
- tanggal 17 baris 9 hal. 15
Mei
- tanggal 4 baris 19 hal. 16a
- tanggal 11 baris 8 hal. 16
- tanggal 20 baris 1 hal. 17a
- tanggal 26 baris 14 hal. 17a
- tanggal 27 baris 16 hal. 17a
- tanggal 28 baris 17 hal. 17a
Juni
- tanggal 28 baris 9 hal. 18
- tanggal 29 baris 10 hal. 18
Juli
- tanggal 8 baris 6 hal. 19a
- tanggal 12 baris 13 hal. 19a
- tanggal 16 baris 22 hal. 19a
101
2. Insya Allah
Januari
- tanggal 27 baris 12 hal. 12a
- tanggal 28 baris 13 hal. 12a
Februari
- tanggal 8 baris 13 hal. 12
April
- tanggal 7 baris 15 hal. 15a
Agustus
- tanggal 4 baris 11 hal. 20a
- tanggal 5 baris 13 hal. 20a
September
- tanggal 14 baris 22 hal. 21
102
kan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada
Januari
tgl Transkripsi Terjemahan Baris Hal
5 Naengka bosi sibawa anging Ada hujan disertai angin 15- 11a
pong ngesso, anging sepanjang hari, angin 16
makencang bareq matuna kencang, musim barat jelek
asenna. namanya.
7 Bosi tangassona palagunaé Hujan tengah hari palagunaé, 19- 11a
majaq i ri patettongeng bola, tidak baik mendirikan rumah, 20
majaq toi ri abottingeng. tidak baik menikah.
8 Bosi anging bareq daya Hujan Angin Musim Barat Daya 24- 13
makkampaé hurupu api mengambil huruf Api 25
anré api napélopi makanan api kalau kehendak
Alla ta ala Allah SWT.
20 Bosi pella marakko, narékko Hujan panas kering, kalau 25 14a
engka bosi, anging timo, darai ada hujan angin timur, darah,
malomoi makkanré apié gampang kebakaran
ri laleng mpanuwa, madécéng dalam kampung, baik
ri attanengeng untuk menanam
22 Natangasso pannina manuq é Natangasso pannina manuq é 5-6 14
iyana ri aseng ini yang dinamakan
La Puruasu makerre La Puruasu keramat
tellungesso tiga hari
April
tgl Transkripsi Terjemahan Baris Hal
16 Majaq i ri patettongeng Tidak baik mendirikan
bola tenri abottingeng rumah dan perkawinan
Mei
tgl Transkripsi Terjemahan Baris Hal
September
tgl Transkripsi Terjemahan Baris Hal
hari tidak baik menanam padi dan palawija. Juni terdapat 7 hari
ada hari tidak baik, pasang air laut, kebakaran, keramat, angin
terhadap anak yang baru lahir, dan hari tidak baik. dan
masyarakat lainnya.
Januari Tgl
5 : hujan disertai angin kencang sepanjang hari,
7 : tidak baik mendirikan dan menikah.
20 : kalau melahirkan anak pendek umurnya, kalau
berumur panjang akan kaya
26 : kalau ada diserang penyakit akan hidup
Februari
6 : hari tidak baik
9 : tidak baik
10 : keramat, dinamakan La Makkanre Api
18 : tidak baik pergi berdagang
Maret
2 : dikatakan La Madduwi La Makkasolang Solang
pasti merusak
8 : makanan api kalau kehendak Allah SWT.
20 : waspada kebakaran dalam kampung
109
April
16 : Tidak baik mendirikan rumah dan perkawinan
Mei
1 : tidak baik menanam,
2 : tidak baik memulai menanam padi.
Juni
1 : Tidak baik mendirikan rumah
3 : Tidak baik merantau
5 : Tidak baik menanam padi
12 : tidak baik menanam padi
13 : Kalau tidak ada hujan tidak baik.
15 : Pamalinya orang Bugis pergi jauh mengambil api
22 : Kalau hujan banyak orang sakit di dalam
kampung
Juli
1 : Tidak baik hari ini
6 : Awal ngidamnya tikus
10 : pamalinya orang bugis pergi jauh mengambil api.
14 : kalau tidak hujan banyak orang sakit
15 : waspada kebakaran
16 : Hujan tidak baik hari ini, kehendaknya saja Allah
SWT. yang jadi
28 : Tidak baik orang biasa melakukan pekerjaan
30 : Tidak baik.
Agustus
1 : Kalau ada orang diserang penyakit, parah
penyakitnya.
3 : tidak baik menanam, apa saja dikerjakan tidak
baik semua.
12 : waspada kebakaran
25 : kalau melahir anak akan berumur pendek.
28 : keramat, dinamakan La Makkanre api
September
5 : Awal besarnya pasang.
8 : tidak baik
12 : waspada kebakaran
18 : keramat, dinamakan La Mapatuddu La
Makkasolang solang pasti merusak
26 : ada puting beliung berserta angin berputar-putar
30 : gampang terjadi penikaman
Oktober
8 : Baik hari ini, jelek hari ini.
30 : Hujan yang membunuh tanam-tanaman
November
8 : Tidak baik hari ini
23 : melahirkan anak akan rakus
110
Desember
8 : tidak baik menanam padi
13 hujan
14 Hujan insya Allah
20 hujan insya Allah
23 baik
24 hujan insya Allah.
25 hari baik Insya Allah.
28 berakhirnya menanam palawija
29 Hujan angin Insya Allah.
30 Hujan angin Insya Allah.
31 Baik menanam Kelapa dan Ubi Jawa
pada bentuk fisik sebuah tanda melalui latar (ground). Bentuk tanda
arah, dan curah hujan yang bakal turun. Sebahagian Masyarakat Desa
Lise hanya mengenalnya saja, tapi tidak mengenal bintang apa namaya
1. éppang
langit, Crux hanya terlihat di selatan Garis Balik Utara dan karena
https://id.wikipedia.org/wiki/Acrux).
sumber: Hadi G, 2011: Mengenal Rasi Gubuk Penceng atau Rasi crux
terutama tanaman kapas dan akan ada hujan. Bulan April tanggal
23, 24 dan 28 pertanda baik, akan ada hujan. Bulan Mei tanggal 1
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
2. lambaru
salib selatan, rasi ikan pari dan masih banyak nama lainnya
sumber: Hadi G, 2011: Mengenal Rasi Gubuk Penceng atau Rasi crux
bola langit akibat rotasi dan revolusi bumi, Rasi crux akan
stellarium, maka kita akan tahu bahwa Gacrux dan Acrux akan
tedaq-tedaq
Lambaru
hal lain posisi bintang tersebut mirip juga dengan bentuk ikan pari,
ikan pari.
pada bulan Maret tanggal 7. Bulan April tanggal 30. Bulan Juli
ada hujan tiga malam, pertanda musim timur, bertiup angin musim
Barat tiga hari, biasanya ada angin kencang. Adapun istilah yang
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
3. manuq
kepada posisi tiga bintang terang yang kalau ditarik garis lurus
Triangle. Dalam ilmu Astronomi ketiga bintang itu adalah Vega (dari
rasi Lyra), Altair (dari rasi Aquila), dan Deneb (dari rasi Cygnus),
Indonesia tidak ada istilah musim panas, tetapi tetap dapat melihat
122
Bulan Maret tanggal 19, 22 pertanda keramat tiga hari, yang diberi
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
4. woromporong
woromporong.
disebut legisign.
pertanda hujan atas izin Allah swt., 25, 26 pertanda kalau ada
berbunga dan hujan, 19, dan 20. November tanggal 22 kalau ada
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
5. watampatang
menemukan bukti baru bahwa Bima Sakti jauh berbeda dari galaksi
sangat rinci dan halus yang membedakan Bima Sakti dari galaksi-
disebut legisign.
pertanda tidak baik. April tanggal 4 dan 11. Juni tanggal 5 pertanda
tidak baik menanam padi, dan 10 kalau ada hujan pertanda Musim
Allah swt. September tanggal 3 pertanda akan ada hujan deras dan
watampatang adalah:
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
6. wara-wara
disebut legisign.
132
kurang baik, 8 kalau ada hujan pertanda tanaman akan subur insya
Allah. Agustus tanggal 22, 25 kalau ada anak lahir pertanda akan
wara adalah:
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
kenyataan aktual, dalam hal ini panorama sore hari dengan wara-
trikotomi Pierce.
7. walu
sumber: id.m.wikipedia.org/rasi_bintang
sebagai berikut:
disebut legisign.
hujan tiga hari, 27 pertanda tiga malam hujan, 29, dan 31. Februari
Aladi dan peralatan nelayan, dan 24 baik secara inti. April tanggal
dan padi. Juni tanggal 14, 22 kalau hujan pertanda banyak orang
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
kenyataan aktual, dalam hal ini bintang yang berada pada posisi
dekat tanra (bintang berjajar tiga) dengan walu, sebagai istri tanra
8. tékko sorong
disebut legisign.
hujan serta baik anak yang lahir. Mei tanggal 1 pertanda akan hujan
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
9. tanra
sejajar tiga tersebut adalah rasi orion memiliki ciri yang sangat
900 tahun cahaya, Alnilam 1.359 tahun cahaya dan Alnitak 800
sebagai penanda.
disebut legisign.
dengan objek, tanra menjadi ikon bintang berjajar tiga. Jadi dalam
hari hujan musim barat sembilan, dan 14. Februari tanggal 15, 19
pertanda baik menanam padi, 20, 22, 23, 25, 26, dan 28. Maret
tidak baik menanam padi, 24, dan 28 pertanda hari arung mangkaui
pertanda hari baik, apa saja dikerjakan akan baik, kalau bertepatan
suatu tanda, Dalam arti lain, tanda yang menjadi tanda merupakan
kenyataan aktual, dalam hal ini bintang berjajar tiga (Nebula Orion)
éppangngé
langit hujan
manuq
-
145
woromporong
watampatang
Posisi Arti Makna
- Gugusan bintang - Dikatakan La Madiwu
memberikan fitur cahaya La Makkasolang Solang
berbentuk seperti batang. pasti merusak
wara-wara
nabbulé kasé wara- Mengacu pada posisi pada - Baik membuat alat
waraé saat fajar. nelayan
147
tékko-sorong
tanra
naompo pampuléna Inti rasi bintang sejajar tiga - Tidak baik menanam
tanraé mulai kelihatan. padi
- Turun benihnya
karaeng tirowang,
buatan air di padang
dan di gunung
- Anak yang lahir akan
rakus
naompo tanraé Rasi bintang sejajar tiga - Tiga malam hujan,
mulai kelihatan.
sekitar abad 7-9 M, Fachruddin abad ke 13M, dan Pelras abad ke 14M.
Aksara Lontaraq yang terdiri atas 18 huruf dan juga tulisan huruf
Makassar tua yang diciptakan Daeng Pamatte tahun 1538. Saat ini
2008: 17-18)
terjadi.
Pierce dikenal dalam ilmu Semiotika, nenek moyang orang Bugis sudah
rumang.
153
éppang
lambaru
woromporong
watampatang
wara-wara
walu
tékko-sorong
tanra
Contents
B. Pembahasan .............................................................. 91
1. Kedudukan Lontaraq Pananrang Bagi Masyarakat Desa
Lise ................................................................................... 92
2. Fungsi Lontaraq Pananrang Bagi Masyarakat Desa
Lise ................................................................................... 97
3. Bentuk Tanda Dalam Naskah Lontaraq Pananrang
Masyarakat Desa Lise ...................................................... 114
4. Makna Tanda Dalam Lontaraq Pananrang Masyarakat
Desa Lise.......................................................................... 142
5. Perspektif Tanda bagi Orang Bugis .................................. 150
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
para petani untuk melakukan aktifitas menanam tanaman seperti padi dan
palawija. Dalam naskah juga ditemukan pedoman waktu baik dan buruk
perkawinan, perkiraan cuaca, merantau, ramalan nasib anak yang baru lahir,
bulan, dan tahun. Petunjuk yang tertuang dalam naskah lontaraq pananrang
Dalam penelitian ini digunakan ilmu Filologi sebagai ilmu pendukung, untuk
yang diperoleh dalam penerapan ilmu Filologi menjadi data primer berupa
160
Menurut pengetahuan orang tua dulu, ada bulan dan hari tertentu
berbentuk kata dan frasa. Kata dan frasa merupakan referen dari
bentuk dan posisi bintang yang muncul setiap tanggal pada bulan
tertentu. Kata dan frasa ini dijadikan sebagai “tanda” dalam naskah
Tanda yang mereka ambil adalah manuq (ayam), tékko sorong (bajak
baik jenis unggas ini, baik gerak geriknya maupun sifatnya. Tékko
penanda yang diambil dari benda. Tanra penanda yang diambil dari
163
tanda itu sendiri dengan mengacu pada tiga bintang di langit. Wara-
wara penanda yang diambil dari bara api. Nenek moyang orang Bugis
masa depan. Hal yang diamati orang tua dahulu secara berulang-
kandungan makna.
selama dalam satu tahun berjalan. Setiap masyarakat yang akan melakukan
rumah. Hal inilah yang mengakibatkan dalam masyarakat Desa Lise sering
pada petunjuk hari baik yang terdapat dalam naskah lontaraq pananrang.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, dapat diajukan saran-
bagi generasi yang akan datang, agar mereka bisa tahu bahwa nenek
merupakan bagian kecil dari sekian banyak aspek yang bisa kita teliti
bidang filologi di masa yang akan datang sebagai usaha nyata mencintai
kebudayaan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Baried, Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Berger, Arthur Asa. 1998. Media Analysis Techniques, 2nd edition, Thousand.
Oakes: Sage
Bertens, K. 1985. Filsafat Barat Abad XX (Jilid II): Prancis. Jakarta: Gramedia
Eco, Umberto. 1984. The Name of the Rose. Picador, London: Picador
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas
Bambu.
Ismail Suardi Wekke. 2013. Islam dan Adat: Tinjauan Akulturasi Budaya dan
Agama.... Analisis, Volume XIII, Nomor 1, Juni. Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Sorong.
Rahman, Nurhayati. 2006. Cinta, Laut dan Kekuasaan Dalam Epos La Galigo.
Makassar: La Galigo Press
Sartini, Ni Wayan. 2009. Menggali Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa Lewat
Ungkapan (Bebasan, Saloka dan Paribasa). Logat Jurnal Ilmiah
Bahasa Dan Sastra, Volume V No. 1 April
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudjiman, Panuti & Zoest, Aart van. 1992. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
168
Tol, Roger. 2017. La Galigo Menurut naskah NBG 188. Jakarta: Pustaka -
Yayasan Obor Indonesia
Van Zoest, Aart. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa
yang kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung
Yunus, Pangeran Paita. 2013. Bentuk, Gaya, Fungsi, Dan Makna Simbolik
Seni Hias Istana-Istana Raja Bugis. Disertasi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
DAFTAR LAMAN
Dhitasari, Ni Nyoman Ayu Cinde 2015: Pleiades: dan Mitologi dan signifikansinya
dalam Budaya Jawa. http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.
infoastronomy.org/2016/12/mengamati-gugus-bintang-pleiades-di-langit-
malam.html?m%3D1&ei=DWT6UTkS&lc=id-ID&s=1&m=563&host=
www.google.co.id&ts=1490871970&sig=AJsQQ1C6dmnxf1l9iuBtiLs8H
hv bl E 9HvA
Hadi G, Eko. 2011. Mengenal Rasi Gubuk Penceng atau Rasi crux. http://
kafeastronomi.com/mengenal-rasi-gubuk-penceng-atau-rasi-crux.html
GLOSARIUM
Atimanurung : […]
Ibida : […]
Isidoro : […]
Léko Boddo : nama yang diberikan pada letak dan posisi sawah.
Mappatécai : […]
Nawellampajungé: : […]
Nawessoq : […]
Pijékkowé : […]
Ri gananangngi ri : […]
age napijékkowé :