ARBA’ÎN AL-NAWAWÎ
Skripsi
Oleh:
RIFQOH QUDSIAH
11140340000151
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
2018 M / 1438 H
ABSTRAK
Rifqoh Qudsiah
Studi Akhlak dalam Hadis Arbaʻîn Imâm al-Nawawî
Kata kunci: Hadis, akhlak, Makhluk hidup, Perbuatan Baik dan Buruk.
iv
KATA PENGANTAR
v
6. Ibu Dra. Banun Binaningrum. M. Pd., selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu al-Qur’ân dan Tafsir
7. Ibu Ala’I Nadjib, MA., selaku dosen penguji proposal dan sekaligus
sebagai dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak memberikan
kontribusi dalam proses dari awal penulisan skripsi ini berlangsung
sampai selesai. Baik berupa pengarahan, bimbingan, maupun motivasi
yang sifatnya membangun, serta selalu memberikan dedikasinya
kepada penulis, bersabar memberikan ilmu dan masukan selama
penulis berada di bawah bimbingannya. Sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik. Beliau juga telah banyak memberikan saran,
arahan dan nasehat yang sangat berharga bagi penulis pribad dan bisa
diaplikasikan ke masyarakat.
8. Bapak Dr. M. Isa HA Salam, M.Ag. selaku dosen penasehat
akademik yang selalu memberikan masukan dan arahan dari awal
perkuliahan hingga proses pemilihan akhir judul skripsi ini
berlangsung.
9. Segenap jajaran dosen dan civitas academica Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya
program studi Ilmu al-Qur’ān dan Tafsir yang ikhlas, tulus dan sabar
untuk mendidik kami agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan
berintelektual.
10. Kedua kakakku Syafa’at Ariful Huda, Fahd Hafidz, dan adiku
tersayang Farid Syauqi yang selalu mendo’akan, memberikan
kebahagiaan dan motivasi untuk selalu semangat dalam menuntu ilmu,
sehingga penulisan skripsi ini selesai tepat waktu.
11. Seluruh teman-teman Ilmu al-Qur’ân dan Tafsir angkatan 2014, an-
Naml, Pd.Annisa, Keluarga Harmoni Syahid21, RISMA, serta KKN
Cinema XXI yang setia mendukung serta memberikan do’anya
kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan, baik secara
langsung maupun tidak, tanpa mengurangi rasa hormat penulis
vi
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk membantu
menyeselesaikan pengerjaan skripsi ini.
13. Sahabat-Sahabat dan anak-anak yatim yang lucu di Yayasan Al-
Mujaddid yang memberikan warna tersendiri dalam hidup, karena
canda tawa kalian menjadikan hidup ini lebih bermakna.
Ucapan terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis hanya bisa
mendo’akan semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh
Allah Swt., yang Maha pemurah dan penyayang dengan balasan yang
berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik
dan saran yang membangun agar penulisan karya ilmiah ke depannya
menjadi lebih baik lagi. Namun demikian, besar pula harapan penulis
skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan bagi
pembaca untuk menambah wawasan, ilmu, inspirasi baru, agar selalu
memberikan motivasi untuk terus belajar. Âmîn...
Rifqoh Qudsiah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
viii
B. Kapasitas keilmuan al-Nawawî ..........................................................42
C. Karya-karya al-Nawawî .....................................................................50
D. Latar Belakang Penulisan Hadis Arba’īn al-Nawawî ........................53
E. Kandungan Hadis Arbaʻîn al-Nawawî ..............................................58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................111
B. Saran-saran ........................................................................................111
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................120
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih
aksara atau transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga
konsistensi, aturan yang berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan.
Pengetahuan tentang ketentuan ini harus diketahui dan dipahami,
tidak saja oleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan
juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar
terjadi saling kontrol dalam penerapan dan konsistensinya.
Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi pedoman alih aksara,
antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari
Kementian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta
versi Paramadina.Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara
tersebut meniscayakan digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font
Transliterasi, Times New Roman, atau Times New Arabic.
Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan tugas akhir,
pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah satu
versi di atas, melainkan dengan mengkombinasikan dan memodifikasi
beberapa ciri hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini disusun dengan logika yang sama.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
ب b Be
ت t Te
ث ts te dan es
x
ج j Je
خ kh ka dan ha
د d De
ر r Er
ز z Zet
س s Es
ش sy es dan ye
غ gh ge dan ha
ف f Ef
ق q Ki
ك k Ka
ل l El
م m Em
ن n En
و w We
ـھ h Ha
xi
ء ` Apostrof
ي y Ye
2. Vokal
ــَـ A Fathah
ــِـ I Kasrah
ــُـ U Dammah
ـــ ي ai a dan i
ـــ و au a dan u
3. Vokal Panjang
xii
4. Kata Sandang
5. Syaddah (Tasydîd)
6. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah
tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf
ta marbûtah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
1 طﺮﯾﻘﺔ Tarîqah
xiii
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû
Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
8. Cara
Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas
kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-
ketentuan di atas:
xiv
أﺷﮭﺪنأ ﻻإ ﻟﮫ إﻻ ﷲ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama
orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad
Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sosial, politik, dan agama. Semua bisa dilihat dan dirasakan pada perilaku
manusia yang sudah tidak lagi memperhatikan makhluk hidup dalam bersikap.
Akhlak menjadi hal yang amat penting dalam bergaul dan bermasyarakat. Jika
kita berakhlak baik maka orang-orang akan menyukai kita, karena akhlak ibarat
magnet2 yang mampu menarik setiap hati manusia. Dan dengan akhlak yang baik
hidup akan lebih bermakna. Baik itu akhlak terhadap Tuhan, akhlak terhadap
Contoh kecil akhlak yang baik adalah 5S, yaitu salam, senyum, sapa,
niscaya dia akan tergetar hatinya. Rasanya hidup akan menjadi damai dan tentram
dengan mempraktekkan akhlak yang mulia4, yaitu akhlak yang sudah dicontohkan
1
Kompleks atau mengandung beberapa unsur yang pelik, rumit, sulit, dan saling
berhubungan. Lihat Kbbi, (Jakarta: Gramedia Pustka Umum, 2008), cet 1, ed. 4, h.720.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.855.
3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’ân, (Bandung; Mizan Media Utama, 2013), h. 347.
4
Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari, Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Caara Mencapai
Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka imam Asy-Syafi’i, 2016), h.11.
55 5
Teksnya hadisnya sebagai berikut:
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻛَﺎ َن اﻟْﻘُﺮْآ َن
َ َﱯ اﻟﻠﱠ ِﻪ
ﻓَِﺈ ﱠن ُﺧﻠُ َﻖ ﻧِ ﱢ
“Maka seseungguhnya akhlak Nabi SAW adalah al-Qur’ân”. Lihat al-Imâm Abû al-Husain
Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahīh Muslim, (Bairut: Dâr al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1911), No. 139(746), jld.1, h.512.
1
2
Melihat berita pada media sosial, baik cetak, elektronik, dan internet.
lain-lain. Hal tersebut sudah menjadi sebuah peristiwa lumrah yang sering terjadi
yang tidak diiringi dengan akhlak akan menjadi sebuah kesalahan besar yang
materialisme8, konsumerisme9, dan cinta dunia yang terus menerus mengikis nilai-
nilai akhlak dalam kehidupan manusia. Baik yang tinggal di kota atau pelosok
desa.
seperti berupa informasi, game, dan hiburan yang dapat diakses dengan mudah
game, melihat video atau berita yang belum layak untuk dilihat, begitupun orang
pondasi yang kuat untuk membentengi dan menfilter arus negatif budaya luar
6
http://forum.detik.com/permasalahan-di-indonesia-semakin-komplek-t135639.html
7
Modernitas atau kemodernan (hal (keadaan) modern (terbaru)). Lihat Kbbi, h.924.
8
Materialisme atau pandangan hidup yang mencari segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Lihat Kbbi, h.888.
9
Konsumerisme atau gerakan/kebijakan untuk melindungi konsumen dengan
menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan. Lihat Kbbi, h.728.
10
Abu Abdullah Mushthafa ibn al-‘Adawy. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk
Kesalehan Akhlak Sejak Dini terj. dari Fiqh Tarbiyah Abna’ wa Tha’ifah min Nasha’ih al-
Athibba’ oleh Umar Mujtahid dan Faisal Saleh (Jakarta: Qisthi Press, 2009), h.159.
3
yang masuk untuk perkembangan akhlak seorang anak. Orang tua mempunyai
peran penting dan andil besar dalam menanamkan nilai akhlak pada anaknya
karena pendidikan seorang anak pertama kali diajarkan oleh kedua orang tuanya
khususnya seorang ibu yang mendapat julukan madrasahtul ula. Seperti bunya
11
أ َْو ﳝَُ ﱢﺠﺴَﺎﻧِِﻪ،ِﺼﺮَاﻧِﻪ
أ َْو ﻳـُﻨَ ﱢ،ِ ﻓَﺄَﺑـَﻮَاﻩُ ﻳـُ َﻬ ﱢﻮدَاﻧِﻪ،ُِﻛ ﱡﻞ ﻣ َْﻮﻟُﻮٍد ﻳُﻮﻟَ ُﺪ َﻋﻠَﻰ اﻟ ِﻔﻄَْﺮة
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa
keTuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua Orang
tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (HR. al-Bukhârî).
oleh orang tuanya, karena anak-anak akan belajar dengan cepat dari apa
pola asuh, tidak menjaga baik dari dalam dan luar lingkungan yang jelek
maka anak itu akan memiliki akhlak tercela. Anak-anak tidak menurut,
hanya mendapatkan nama yang baik tetapi seorang anak juga berhak untuk
mendapatkan pendidikan dari orang tua mereka. Seperti hadis berikut ini:
11
al-Imām Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâʻîl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî,
(Damaskus: Dâr, Ibn Katsîr, 2002), no.1385, jld.2, h.334 (100).
12
Abu Abdullah Mushthafa ibn al-ʻAdawy. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk
Kesalehan Akhlak Sejak Dini, h.19-20.
4
dan kondisi, tetapi akhlak tergantung pada isi hati seseorang. Perilaku
terpuji dan tercela yang dapat muncul sewaktu-waktu tanpa ada perintah
oleh otak, karena muncul seketika itulah akhlak. Kajian akhlak adalah
tentang tingkah laku manusia, atau tepatnya merupakan tingkah laku yang
bisa bernilai baik (mulia) atau bernilai buruk (tercela). Yang dinilai di sini
jika etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya
berkaitan dengan tingkah laku lahiriah akhlak lebih luas maknanya, karena
bersifat batiniah yang berkaitan langsung dengan jiwa dan hati seseorang.
13
Muhammad Faiz Almath. 1100 Hadis Terpilih terj. dari Qobasun min Nûri
Muhammad saw oleh A. Aziz Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani, 2017), h.178.
14
Marzuki, Prinsip Dasar Akhlak Mulia (Yogyakarta; Wahana Press, 2009), h. 9.
15
N Elviana, https://www.academia.edu/9209192/Pengertian_Akhlak_Moral_Dan_Etika,
diakses pada tanggal 29 Desember 2017.
5
perintah berbuat kebajikan, menepati janji, sabar, jujur, takut pada Allah
akhlak dengan kualitas kemauan, bobot amal, dan jaminan masuk surga.
:َﺎل
َ ﻗ،َﺶِ َﻋ ْﻦ اﻷَ ْﻋﻤ،ُ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ:َﺎلَ ﻗ،َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ دَا ُود:َﺎل َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َْﳏﻤُﻮ ُد ﺑْ ُﻦ َﻏﻴ َْﻼ َن ﻗ
ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ
َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ
ُ َﺎل َرﺳ َ ﻗ:َﺎل
َ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤﺮٍو ﻗ،ُوقٍ َﻋ ْﻦ َﻣ ْﺴﺮ،ﱢث
ُ ْﺖ أَﺑَﺎ وَاﺋ ٍِﻞ ﳛَُﺪ ُ َِﲰﻌ
َﺎﺣﺸًﺎ
ِ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓ
َ ﱠﱯ َوَﱂْ ﻳَ ُﻜ ِﻦ اﻟﻨِ ﱡ،«ْﻼﻗًﺎ َ َﺎﺳﻨُ ُﻜ ْﻢ أَﺧ
ِ » ِﺧﻴَﺎ ُرُﻛ ْﻢ أَﺣ:َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ
َﺤﻴ ٌﺢ
ِ ِﻳﺚ َﺣ َﺴ ٌﻦ ﺻ ٌ َﺣﺪ: َﻫﺬَا ُﻣﺘَـ َﻔ ﱢﺤﺸًﺎ17وََﻻ
“Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah
meriwayatkan kepada kami Abu Dawud ia berkata, Telah memberitakan
kepada kami Syu'bah dari A'masy ia berkata; Aku mendengar Abu Wa`il
menceritakan dari Masruq dari Abdullah bin Amr ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik orang di antara
kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian." Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bukanlah seorang yang buruk perangainya.
Abu Isa berkata; Ini adalah hadis hasan shahih.” (HR. al-Tirmidzî)
16
Q.s. al-Baqarah/2: 177; Q.s. al-Muʻminūn/23: 1-11; Q.s. al-Nûr/24: 37; Q.s.
al-Furqân/25 ;35-37; Q.s. al-Fatḥ/48:39 dan Q.s.Ali-Imran/3:134.
17
al-Imâm al-Hâfiz Abî Isî Muhammad Ibn Isâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, (Bairût:
Dâr al-Gharbi al-Islâmî, 1996), no.1975, jld.3, h.518 (417).
18
al-Imâm al-Hâfiz Abî Isâ Muhammad Ibn Isâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî,, no.2018,
jld.3, h.454 (438).
6
yang banyak bicara dan orang yang berlama-lama bicara dengan orang-
hasil pemikiran, dan tidak berarti lepas dari realitas hidup, melainkan
merupakan persoalan yang terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas,
akhlak karimah merupakan salah satu sistem yang dapat digunakan dalam
dan hadis.
berakhlak karimah dan juga sebaliknya. Ini sesuai dengan fitrah dan
hakikat sifat manusia yang bisa baik dan bisa buruk (khairun wa
syarrun) 19, karena manusia telah diberi potensi untuk bertauhid 20, maka
tabiat asalnya berarti baik, hanya saja manusia dapat jatuh pada keburukan
19
Teks ayatnya sebagai berikut:
ﻓَﺄَﳍََْﻤﻬَﺎ ﻓُﺠُﻮَرﻫَﺎ َوﺗَـ ْﻘﻮَاﻫَﺎ
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya,” (Q.s. al-Syams/91:8)
20
Q.s. al-Aʻrâf/7: 172 dan Q.s. al-Rûm/30: 30.
21
Teks ayatnya sebagai berikut:
ﲔ ﻧَﺎرًا أَﺣَﺎ َط ِِ ْﻢ ُﺳﺮَا ِدﻗـُﻬَﺎ َوإِ ْن ﻳَ ْﺴﺘَﻐِﻴﺜُﻮا ﻳـُﻐَﺎﺛُﻮا
َ َوﻗ ُِﻞ اﳊَْ ﱡﻖ ِﻣ ْﻦ َرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﺷَﺎءَ ﻓَـﻠْﻴـ ُْﺆِﻣ ْﻦ َوَﻣ ْﻦ ﺷَﺎءَ ﻓَـﻠْﻴَ ْﻜﻔ ُْﺮ إِﻧﱠﺎ أَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟِﻠﻈﱠﺎﻟِ ِﻤ
َت ﻣ ُْﺮﺗَـ َﻔﻘًﺎْ َاب َوﺳَﺎءُ ْﺲ اﻟ ﱠﺸﺮ َ ْﻞ ﻳَ ْﺸﻮِي اﻟْ ُﻮﺟُﻮﻩَ ﺑِﺌ ِ ﲟَِﺎ ٍء ﻛَﺎﻟْ ُﻤﻬ
7
konsep pokok akhlak pada setiap peradaban zaman yaitu perilaku pada
bentuk dan penerapan yang dibenarkan Islam merupkan hal yang ma’ruf.
yang baik. Namun demikian, kebaikan yang hakiki tidak dapat diperoleh
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir". (Q.s. al-Kahfi/18: 29)
22
1. Menyekutukan Allah, 2. Durhaka kepada kedua orang tua, 3. Membunuh anak karena
takut miskin, 4. Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi, 5. Membunuh orang tanpa
alasan yang sah, 6. Makan harta anak yatim, 7. Mengurangi takaran dan timbangan, 8. Membebani
orang lain kewajiban melampaui kekuatannya, 9. Persaksian tidak adil, 10. Mengkhianati janji
dengan Allah.
23
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam (LPPI), 2001), h.13.
24
Karena Allah merupakan Dzat Yang Maha Benar dan pemilik segala
kebenaran (Q.s. al-Baqarah/2: 147; Q.s. Âli-Imrân/3: 60; Q.s. al-Nisâ'/4: 170;
Q.s.Yȗnus /10: 94 dan 108; Q.s.Hȗd/11: 17; Q.s. al-Kahf/18: 29; Q.s. al-Hajj/22: 54;
dan Q.s. al- Sajdah/32: 3).
25
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’ân, h. 340.
8
dengan mudah tanpa paksaan. Berbeda dengan perbuatan jelek yang akan
menimbulkan kesusahan. 26
Oleh karena itu akhlak sangat penting dalam masyarakat yang mulai
seseorang menjadi terhormat dan mulia di mata Allah Swt., dan makhluk
hidup lainnya. Semua orang merasa senang kepada perilaku yang baik.
disukai oleh semua makhluk, baik orang jahat sekalipun, bahkan, binatang
berprilaku baik. Akhlak mempunyai manfaat bagi diri sendiri maupun bagi
akhlak Nabi Saw., untuk dijadikan cerminan, cotoh atau dijadikan panutan para
pengikutnya. Orang yang berpegang teguh dan melaksanakan apa yang terdapat
26
Iktasaba dilakukan manusia guna memperoleh manfaat untuk dirinya sendiri, sedangkan
arti dari kasaba lebih luas lagi daripada iktasaba karena bukan hanya memikirkan apa yang
seseorang dapatkan untuk dirinya tapi juga orang lain. Lihat Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-
ayat Ekonomi: Sebuah Eksplorasi Melalui Kata-kata Kunci dalam al- Qur’ân (Bandung: Cipta
pustaka Media Perintis, 2012), h.142.
27
Terkikis atau sudah atau terlah dikikis. Kikis atau atau kerik (hilangkan, hapuskan, dsb).
Lihat KBBI, h.679.
28
Kemodernan atau hal (keadaan) modern. Modern atau terbaru. Lihat KBBI, h.924.
29
Universal atau umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia). Lihat
KBBI, h.1530.
30
Musthafa Dieb Al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi terj. dari al-Wafi fi Syarhil
Arba’în al-Nawawiyyah oleh Rohidin Wakhid (Jakarta: Qisthi Press, 2017), cet.2, h.129.
9
Kitab al-Arbaʻîn fi faḏl al-du’â’ wad dâ’în: Karya al-Maqdisi, Abi Hasan
Ali ibn Faḏl (w. 611 H), c. Al-Arba’ûn hadistan fi qowâʻid mi al ahkam
al-syar’iyyah wa fadâ’il al-a’māl waz zuhd: Karya al-Suyuti (w. 911 H),
sebagian lain yang berkaitan tentang jihad, zuhud, adab, dan khutbah -
Nawawîyyah, sebagian besar hadis yang diambil berasal dari Sahih al-
31
Ahmad Lutfi Fathullah, 40 Hadis Mudah Dihafal Sanad dan Matan, (Jakarta: Al-
Mughni Press, 2014), cet.1, h. 12-13.
32
Imam al-Nawawî. Terjemah Hadis Arba’în al-Nawawîyyah terj. dari al- Arba’în al-
Nawawiyyah oleh Sholahuddin (Jakarta: Sholahuddin Press, 2004), h.4-5.
33
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawâ, Imam Abdurrahman Ibn Nāsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâlih Ibn Utsaimîn, Syarah Arba’in an-Nawawi: Penjelasan 42
Hadis Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam terj. dari Ad-Durrah as-Salafiyyah Syarah al-
Arba’în al-Nawawiyah oleh Ahmad Syaikhu (Jakarta: Darul Haq, 2015), h.xv-xvi.
10
sehari-hari mereka. Masih ada saja perilaku yang menyimpang dan tidak
cepat sekali marah atau emosi, tidak menjaga kebersihan lingkungan, lalai
dalam menjalankan peritah Tuhan, orang tua, dosen, guru atau aparat
mereka miliki dan pemahaman tentang urgensi dari nilai akhlak tersebut
tidak harus diatur diperintah atau melakukan sesuatu karena ingin dilihat
baik oleh orang lain sehingga tidak dianggap buruk. Semua itu bukanlah
karena ingin dinilai baik atau buruk karena seperti yang dikatakan oleh
mudah tanpa berpikir panjang maupun menghitung resiko apa yang akan
terjadi nantinya. 36
dipahami bahwa pentingnya akhlak khususnya untuk umat Islam karena banyak
sekali prilaku manusia yang buruk seperti melakukan hal yang tidak bermanfaat,
mudah sekali emosi atau marah, tidak memiliki rasa malu bersikap sesuka hati,
34
Mengaplikasikan atau menggunakan dalam praktik. KBBI, h.81.
35
https://www.academia.edu/15191025/Akhlak_dan_Ruang_Lingkupnya
36
al-Imâm Abȗ hâmid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn
(Beirut: Dâr Ibn Hazm, 2005), h.934.
11
serta sering sekali seseorang melanggar perintah atau larangan Allah yang sudah
pada umumnya yang tidak sesuai dengan dalil yang ada. Semua itu terdapat dalam
dengan tema yang sudah disebutkan di atas. Oleh sebab itu penulis sangat tertarik
B. Identifikasi Masalah
1. Degradasi akhlak
sehari-hari
kehidupan sehari-hari
12
dalam al-Qur’în dan hadis, tentunya semua itu akan menimbulkan perbedaan
penafsiran bila kita lihat dari perspektif yang berbeda tergantung masing-masing
individu dalam memahami suatu ayat atau hadis tersebut. Karena itu untuk
yang ada pada arba’în al-Nawawâ. Dari 42 hadis yang terdapat dalam hadis
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menemukan hadis nomor berapa saja yang masuk ke dalam akhlak
terhadap sesama makhluk hidup yang terdapat dalam hadis arba’în al-
Nawawî.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari aspek teoritis dan aspek praktis,
yaitu:
lebih luas lagi khususnya nilai akhlak yang terkandung dalam suatu hadis.
a. Mahasiswa
b. Instansi/pemerintah
sehari-hari.
dengan akhlak sehingga mahasiswa jurusan ilmu al-Qur’ân dan tafsir dapat
F. Kajian Pustaka
Penulis akan membuat kajian pustaka dengan tujuan untuk mengkaji buku
atau karya ilmiah yang memiliki tema berkaitan dengan judul yang dipilih oleh
terdapat pada sub bab kedua. Dalam sub bab tersebut menjelaskan berbagai
macam hal yang berkaitan dengan akhlak seperti pengertian akhlak, arti makna
baik dan buruk, bagaimana pertanggung jawabannya, apa tolok ukur untuk
kebaikan dan bagaimana sasaran akhlak itu sendiri dijelaskan di dalam buku
tersebut.
menjelaskan tentang pembagian atau sasaran akhlak terbagi menjadi berapa hal,
sedangkan dalam karya M. Quraish Shihab yang berjudul yang hilang dari kita
15
Akhlak ini berisi khusus pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan akhlak dan sopan santun dalam berprilaku dengan makhluk hidup.
Buku Mutu Manikam dari Kitab al-Hikam karya Ahmad Ataillah oleh
Muhammad ibn Ibrahim Ibnu 'Ibad al-Naqzi al-Rindy. Merupakan salah satu buku
yang baru penulis temukan dengan banyak sekali bab pembahasan didalamnya
yang terbagi menjadi dua bagian, pertama terdiri dari 75 bab dan kedua ada 95
bab. Diantaranya membahas tentang akidah, hukum, zuhud, serta akhlak yang
lebih mengarah kepada tasawuf Islam. Ungkapan tiap-tiap babnya sangat singkat
dan memiliki pengertian yang sangat dalam, karena itu walaupun singkat
penjelasannya dan banyak sekali bab yang terdapat dalam buku ini, kadang kita
tidak bisa hanya membaca sekali saja untuk memahaminya karena bahasa yang
digunakan penulis kitab al-Hikam ini sangat padat dan luas maknanya.
Buku Akhlak dan Adab Islami karya Coihruddin Hadhiri ini sangat bagus
sekali karena isi dari bukunya menjelaskan tentang berbagai macam akhlak dan
Tesis tentang Etika guru dan murid menurut Imam al-Nawawî dan
Hamid ini kesimpulan dalam pembahasan tesisnya bahwa baik dalam UUGD
guru dan murid harus berakhlak dan berperilaku baik, menjunjung tinggi
antara keduanya jika al-Nawawî dalam hal ini menekankan pada Muroqobatullah
akhlak yang harus dimiliki seorang guru dan murid, seperti etika personal guru,
dalam mengajar, terhadap murid, terhadap ilmu, terhadap sesama dan etika murid
karangan Nur Rohim hasil dari penelitian skripsi tersebut menjelaskan dan
menyebutkan ada banyak sekali nilai-nilai pendidikan Islam baik secara umum
atau khusus yang terkandung dalam dalam kitab hadis arbaʻîn al-Nawawî. Nilai
Ibadah, Ihsan, masa depan, kerahmātan, amanat, dakwah, dan tabsyir itu semua
dalam kitab hadis arbaʻîn al-Nawawî ada beberapa hal diantaranya tarbiyah
pendidikan seks), nilai pendidikan ikhlas dalam beramal, nilai pendidikan etos
kerja, tingkah laku terpuji dan tingkah laku terpuji, ukhuwah islamiyah
Dari kajian pustaka yang penulis paparkan belum ada karya ilmiah yang
sesama makhluk hidup. Karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul studi
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
17
penelitian berupa kata-kata tertulis dari suatu objek yang berkaitan dengan
sistematis.38
2. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini, terbagi menjadi dua kategori,
yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer, merupakan
rujukan utama yang menjadi landasan data yang akan dicari dan di analisis.
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data lain yang berkaitan
karya lain yang dikarang oleh al-Nawawî, juga berbagai karya tulis yang
skripsis yang terdapat dalam kajian pustaka, jurnal atau artikel tentang
pendidikan akhlak dalam perspektif Islam, akhlak dan etika dalam Islam,
a. Deskripsi
al-Nawawî.
b. Analisis
pertama mencari tema hadis sebagai kata kunci, kemudian melihat matan dan
akhlak. Kemudian setalah itu menyebutkan dan menguraikan dengan jelas isi
sesama makhluk hidup serta bagaimana penerapannya, agar tidak lagi terjadi
H. Sistematika Penulisan
bab agar pembahasan ini teratur maka sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut:
39
Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: PPM,
2005), h. 105-106.
40
Catherine Dawson, Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), h. 145-146.
41
Objektif atau mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau
pandangan pribadi. Lihat KBBI, h.975.
42
Komprehensif atau besifat mampu menangkap (menerima) dengan baik. Lihat KBBI,
h.721.
19
penulisan.
Bab keempat, Merupakan bab inti skripsi ini karena penulis membahas
dan memaparkan hasil dari penelitian tentang akhlak yang terkadung dalam
sebuah hadis arbaʻîn al-Nawawî untuk menjawab rumusan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya.
jawaban dari masalah yang telah dirumuskan dan saran-saran yang sekiranya
perlu penulis sampaikan berkaitan dengan hasil penelitian ini serta kata penutup.
BAB II
A. Pengertian Akhlak
(peristilahan).1
menjadi dua “pertama bahwa akhlak adalah sifat bagi jiwa (batin), kedua sifat
Indonesia akhlak memiliki arti budi pekerti atau kelakuan,3 kata akhlak
terambil dari bahasa Arab yaitu “al-Khuluq” ( )اﻟ ُﺨﻠُ ُﻖyang merupakan jamak
dari “Akhlâq” ()اَﺧﻼَ ٌق berarti tabiat atau budi pekerti, “al-‘Âdah” (ُ)اﻟﻌَﺎ َدة
Dîn” (ﻦ
ُ )اﻟﺪﱢﻳAgama, dan “al-Ghaḏab” (َﺐ
ُ )اﻟﻐَﻀkemarahan”. 4
Karena akhlak merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar.
Secara mendasar kata akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu
1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.1.
2
Ibn Miskawaih, Tahdzîb al-Akhlâq wa Tathîr al-A’raq, (Mesir: al-Husainiyah al-
Misriyyah, 2012), cet.1, h.11.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustka Umum, 2008),
cet 1, ed. 4, h.27.
4
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), h. 364.
20
21
buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum
ﲔ
َ ِإِ ْن َﻫﺬَا إﱠِﻻ ُﺧﻠُ ُﻖ ْاﻷَﱠوﻟ
ʻ’(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang- orang
dahulu.” (QS. al-Syu‘arâ/26: 137)7
8
ﲔ إِﳝَﺎﻧًﺎ أَ ْﺣ َﺴﻨُـ ُﻬ ْﻢ ُﺧﻠُﻘًﺎ
َ ِأَ ْﻛ َﻤﻞُ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨ
‘’Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang baik
akhlaknya.” (HR. al-Tirmidzî)
5
Syarifah Habibah, “Akhlak dan Etika dalam Islam”, Jurnal Pesona Dasar Vol.1 No.4,
(Oktober 2015): h.74.
6
Mushaf al-Qur’ân Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia terj. dari Yayasan
Penyelenggara Penerjemah al-Qur’ân disempurnakan oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’ân,
(Jakarta: Pustaka Al-Huda Kelompok Gema Insani, 2002), h. 565.
7
Al-Qur’ân dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, h. 573.
8
Muhammad bin Isa bin Saurah al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, (al-Riyâd: Maktabah al-
ma'ârif linatsir wa tauri’), cet.1, h.276.
22
9
ْﺖ ﻷُِﲤَﱢ َﻢ ُﺣ ْﺴ َﻦ ْاﻷَ ْﺧﻼ َِق
ُ ﺑُﻌِﺜ
‘’Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR.
Mâlik)
Dapat dilihat dari ayat pertama dan dua di atas menggunakan kata al-
Khuluq untuk arti budi pekerti dan adat kebiasaan, sedangkan dalam kedua
hadis ada yang menggunakan bentuk tunggal dan bentuk jamaknya. Dengan
demikian kata al-Khuluq atau akhlâq secara kebahasaan berarti (tabiat (budi
pekerti), merupakan sifat tingkah laku yang berasal dari (jiwa) hati seseorang
beberapa arti yang berbeda, perbedaan tersebut dapat dinilai dari berbagai
aspek, salah satunya nilai kelakuan yang berhubungan dengan baik dan buruk,
kepada siapa perilaku tersebut ditujukan dan juga dapat dilihat dari
seperti di kawasan Timur dunia Islam ada al-Farabi, al-Kindi, dan Ibn
Miskawaih , dan di belahan Barat ada Ibn Majah (Iran) dan Ibn Thufail.14 Dan
9
Mâlik Ibn Anas, al-Muwatta’, (Beirut: Dâr Ihyâ al-turâs al-‘Arabi, 1985), h. 904.
10
Azyumardi Azra., dkk, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005),
Jilid. 1, h.130.
11
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’ân (Bandung; Mizan Media Utama, 2013), h. 337.
12
Teks ayatnya sebagai berikut:
َﱴ
إِ ﱠن َﺳ ْﻌﻴَ ُﻜ ْﻢ ﻟَﺸ ﱠ
‘’Sungguh, usahamu memang beraneka macam.” (Q.S. al-Lail/92: 4)
13
Teks ayatnya sebagai berikut:
َوَﻫ َﺪﻳْـﻨَﺎﻩُ اﻟﻨﱠ ْﺠ َﺪﻳْ ِﻦ
‘’Dan kami telah menunjukan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)”
Q.s. al-Balad /90:10
14
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta:Amzah, 2013), 225
23
menurut para ulama, atau para tokoh pakar yang memberikan perhatian lebih
1. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) dikenal sebagai salah satu pakar
akhlak adalah: secara bahasa “Akhlak yaitu ilmu yang pada dasarnya
faedah dan fungsinya bagi jiwa seseorang. Ilmu akhlak: etika yaitu
15
Ibn Miskawaih, Tahdzîb al-Akhlâq wa Tathîr al-A’raq, h. 12.
16
Ibn al-Jauzi, Zad al-Mesir, (Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1404) , Jld. viii, h. 328.
17
Pendapat tesebut sesuai dengan pegertian dari Etika, karena persoalan etika ialah segala
perbuatan yang timbul dari diri seseorang dengan ikhtiar atau pemikiran secara masak-masak
dengan sadar,sengaja, dan ia tahu apa yang dilakukannya. Itulah sesuatu yang dapat kita beri
hukum “baik dan buruk” menurut hukum etika, begitu pula segala perbuatan yang timbul tidak
dengan kehendak tetapi dapat mencarikan daya upaya penjagaan sepanjang waktu. Adapun apa
yang timbul bukan dari kehendak, dan tidak dapat dijaga sebelumnya, maka ia bukan dari pokok
persoalan Etika (Bernapas, detak jantung). Lihat Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) terj. dari al-
Akhlâq oleh Ahmad Amin alihbasa: Farid Ma’ruf (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), cet. 8, h.2-6.
18
Nâsîr Makârim al-Syayrâzî, al-Akhlâq fî al-Qur’ân, (Qom: Madrasah al-Imâm Alî Ibn
Abî Tâlib, 1425), Jilid 1, h. 14-15.
24
keadaan itu berdasarkan perbuatan baik meurut akal dan syariat maka
sesuatu yang sudah tertanam dalam jiwa seseorang sehingga menjadi karakter
atau kepribadian diri orang tersebut, yang menjadikannya dapat berbuat apa
19
al-Imâm Abû hâmid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn
(Beirut: Dâr Ibn Hazm, 2005), h.934.
20
Ahmad Amîn, Kitâb al-Akhlâq, (Kairo: Dâr al-Kutub al-Misriyyah, 1991), h. 3.
21
Mustopa, “Akhlak Mulia dalam Pandangan Masyarakat”, Nadwa Jurnal Pendidikan
Islam Vol.8 No.2, (Oktober 2014): h.267.
25
menurut Ahmad Amin bersifat lebih umum, yakni akhlak ialah kehendak
Sering kali istilah akhlak, dikenal juga dengan isitlah “etika” atau
antara ketiganya. Walaupun ada persamaan antara akhlak dan etika yaitu
Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethes” yang berarti adat
kebiasaan dan merupakan cabang dari ilmu filsafat, sedangkan kata akhlak
berasal dari bahasa Arab “khuluq”. Alat ukur untuk menentukan baik
burukanya perilaku seseorang antara tiga istilah tersebut tidaklah sama yaitu:
jika etika berdasarkan akal dan pikiran, moral berdasarkan kebiasaan yang
yakni etika lebih banyak yang bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak
bersifat praktis. Dan akhlak memiliki alat tolak ukur untuk mengatakan baik
22
Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral serta susila berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik
dan buruk itu adalah al-Qur’ân dan al- Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1992), h. 1-3.
23
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung:Pustaka Setia, 2008), h. 207-209.
26
B. Macam-Macam Akhlak
seseorang kepada Allah Swt., sehingga apapun yang kita perbuat di mana
pun dan kapan pun kita berada menimbulkan rasa malu sekaligus takut
kepada-Nya. Seperti dikutip dari Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari, al-
kepada malaikat, kitab, rasul,29 hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu
al-Imâm Abû hâmid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn
24
menepati janji (Amanat)30, berlaku adil31, berani dalam segala hal yang
positif, bijakssana, pemaaf, murah senyum, zuhud dan tidak rakus terhadap
kehidupan duniawi.32
diantaranya: Wahab Ibn Munabbih berkata: “Akhlak yang buruk itu adalah
seperti tembikar yang pecah. Tidak dapat dilekatan lagi dan tidak dapat
perjalanan, maka beliau menderita dari buruk akhlaknya orang itu dan
orang tersebut, beliau menangis. Maka orang melihat hal itu bertanya
kepadanya, aku berpisah dengan dia dan akhlaknya tidak berpisah dengan
dia”. Umar r.a. berkata: “Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang
perbuatan buruk”.34
mengadu domba, hasud (dengki atau iri hati), memutuskan tali silaturahmi,
atau perbuatan yang tercela dan dapat merugikan orang lain menurut
al-Ghazâlî, Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn terj. dari Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn Menghidupkan ilmu-ilmu
34
Agama oleh Ismail Yakub (Jakarta: Dâr Ibn Hazm, 1963), Jilid 3, h.1032.
35
Teks Haditsnya sebagai berikut:
ﲪََﻠَ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ أَ ْن َﺳ َﻔ ُﻜﻮا ِدﻣَﺎءَ ُﻫ ْﻢ،َْﻚ َﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻗَـْﺒـﻠَ ُﻜﻢ
َ ﻓَِﺈ ﱠن اﻟ ﱡﺸ ﱠﺢ أَ ْﻫﻠ، وَاﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟ ﱡﺸﺢﱠ،َِﺎت ﻳـ َْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَﺎ َﻣﺔ
ٌ ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻈﱡﻠْ َﻢ ﻇُﻠُﻤ،َاﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻈﱡﻠْﻢ
وَا ْﺳﺘَ َﺤﻠﱡﻮا ﳏََﺎ ِرَﻣ ُﻬ ْﻢ
‘’Jauhilah Kezaliman, sesungguhnya kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Jauhilah
kekikiran, seseungguhnya kekikiran telah membinasakan (umat-umat) sebelum kamu, mereka
saling membunuh dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan.” Lihat al-Imâm Abû Husain
Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisābūrī, Sahîh Muslim, h.1996.
36
Teks Haditsnya sebagai berikut:
َوإِذَا اؤْﲤُِ َﻦ ﺧَﺎ َن،َﻒ
َ َوإِذَا َو َﻋ َﺪ أَ ْﺧﻠ،َب
َ ﱠث َﻛﺬ
َ إِذَا َﺣﺪ:َث
ٌ آﻳَﺔُ اﳌُﻨَﺎﻓ ِِﻖ ﺛَﻼ
‘’Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan
bila diamanati dia berkhianat.” Lihat al-Imâm Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî,
Sahîh al-Bukhârî, (Damaskus: Dâr, Ibn Katsîr, 2002), h. 28.
37
Choiruddin Hadhiri, Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim ideal, h.24-25.
29
tiga bagian yaitu akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan
pancaindra, serta akal pikiran dan hati sanubari kedapa manusia. Ketiga,
dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Allah tidak memaksa
berserah diri kepada-Nya, maka Allah yang akan mengatur segala urusan
perbuatan yang bersifat positif atau negatif sesuai dengan apa yang Allah
perintahkan dan larang. Yang juga termuat dalam hadis sebagai berikut:
َﻚ
َ ﻓَِﺈﳕﱠَﺎ أَ ْﻫﻠ،ْ ﻓَﺎ ْﺟﺘَﻨِﺒُﻮﻩُ َوﻣَﺎ أَﻣ َْﺮﺗُ ُﻜ ْﻢ ﺑِِﻪ ﻓَﺎﻓْـ َﻌﻠُﻮا ِﻣْﻨﻪُ ﻣَﺎ ا ْﺳﺘَﻄَ ْﻌﺘُﻢ،ُﻣَﺎ ﻧـَ َﻬْﻴﺘُ ُﻜ ْﻢ َﻋْﻨﻪ
وَا ْﺧﺘ َِﻼﻓـُ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ أَﻧْﺒِﻴَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ،ْاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒﻠِ ُﻜ ْﻢ َﻛﺜْـَﺮةُ َﻣﺴَﺎﺋِﻠِ ِﻬﻢ
‘’Apa yang kularang, jauhilah. Dan apa yang kuperintah,
lakukanlah semampu kalian. Sesungguhnya, yang membinasakan
42
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, h.127.
43
Teks haditsnya sebagai berikut:
،ِْﺖ ﻓَﺎ ْﺳﺘَﻌِ ْﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠﻪ
َ َوإِذَا ا ْﺳﺘَـ َﻌﻨ،َْﺖ ﻓَﺎ ْﺳﺄ َِل اﻟﻠﱠﻪ
َ إِذَا َﺳﺄَﻟ،َﻚ َ َﻆ اﻟﻠﱠﻪَ َِﲡ ْﺪﻩُ ﲡَُﺎﻫِ ا ْﺣﻔ،ْﻚ َ َﻆ اﻟﻠﱠﻪَ َْﳛ َﻔﻈِ ا ْﺣﻔ،َﺎتٍ ُﻚ َﻛﻠِﻤ َ ِﱐ أُ َﻋﻠﱢﻤ
ﻳَﺎ ﻏُﻼَ ُم إ ﱢ
ََْﻲ ٍء ﱂ
ْ ﱡوك ﺑِﺸ َ ﻀﺮ ُ َ َوﻟ َْﻮ ا ْﺟﺘَ َﻤﻌُﻮا َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﻳ،َﻚ َ َﻲ ٍء ﻗَ ْﺪ َﻛﺘَﺒَﻪُ اﻟﻠﱠﻪُ ﻟ
ْ ُﻮك إِﻻﱠ ﺑِﺸ
َ َﻲ ٍء ﱂَْ ﻳـَْﻨـ َﻔﻌ
ْ ُﻮك ﺑِﺸ
َ َﺖ َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﻳـَْﻨـ َﻔﻌْ وَا ْﻋﻠَ ْﻢ أَ ﱠن اﻷُﱠﻣﺔَ ﻟ َْﻮ ا ْﺟﺘَ َﻤﻌ
.ُﻒ
ُ ﺼﺤ ﱠﺖ اﻟ ﱡ ْ َﺖ اﻷَﻗْﻼَ ُم َو َﺟﻔِ ُرﻓِﻌ،ْﻚ َ َﻲ ٍء ﻗَ ْﺪ َﻛﺘَﺒَﻪُ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَﻴ
ْ ﱡوك إِﻻﱠ ﺑِﺸ
َ ﻀﺮ ُ َﻳ
‘’Wahai anak muda, aku akan mengajarimu beberapa kalimat: jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu. Jagalah Allah , niscaya kamu mendapati-Nya bersamamu. Jika kamu meminta, maka
mintalah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh umat manusia bersatu untuk
member manfaat kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya
kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu. Dan jika mereka bersatu untuk membuat
bahaya kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan
sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu. Pena telah diangkat dan tinta telah kering.” Lihat
Muhammad bin Isa bin Saurah al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, h. 566-567.
31
yang lain (hewan, tumbuhan). Karena itu dapat dikatakan pula setiap
perbuatan yang dikerjakan oleh manusia berasal dari pola pikir dan budi
mecakup beberapa akhlak lain seperti akhlak umum terhadap alam, akhlak
lengkap dapat dilihat dalam buku Akhlak dan Adab Islami Bab ke XI
44
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, nomor hadits. 1337), h.1830.
45
KBBI, h.877.
46
Teks haditsnya sebagai berikut:
ﻓَ ِﻬ ْﺠَﺮﺗُﻪُ إ َِﱃ ﻣَﺎ ﻫَﺎ َﺟَﺮ إِﻟَﻴْ ِﻪ، أ َْو إ َِﱃ ا ْﻣَﺮأَةٍ ﻳـَﻨْ ِﻜ ُﺤﻬَﺎ،َﺖ ِﻫ ْﺠَﺮﺗُﻪُ إ َِﱃ ُدﻧْـﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴﺒُـﻬَﺎ
ْ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻛَﺎﻧ، َوإِﳕﱠَﺎ ﻟِ ُﻜ ﱢﻞ ا ْﻣ ِﺮ ٍئ ﻣَﺎ ﻧـَﻮَى،ﱠﺎت
ِ َﺎل ﺑِﺎﻟﻨﱢـﻴ
ُ إِﳕﱠَﺎ اﻷَ ْﻋﻤ
‘’Sesungguhnya, amalan itu bergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan
apa yang diniatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk
Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang
dinikahinya maka ia akan mendapatkan apa yang ditujunya itu.” Lihat al-Imām Abū ‘Abdillah
Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî, jilid 1, h. 7.
47
Choiruddin Hadhiri, Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim ideal, h. 309-
320.
32
abiotik mencakup benda-benda tidak hidup atau benda mati seperti rumah,
seseorang akhlaq.48
akhlak terhadap diri seseorang baik akhalk pada khususnya dan pendidikan
1. Nativisme50
dalam, yang bentuknya bersifat pribadi yaitu seperti bakat, akal fikiran,
48
Ahda Dapong Maulana, “Pengertian Lingkungan, Lingkungan hidup dan upaya
pelestarian,” artikel diakses pada tanggal 2 April 2018 dari
https://www.academia.edu/8123627/Pengertian_Lingkungan
49
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, h.143.
50
Nativisme atau sikap atau paham suatu Negara atau masyarakat terhadap kebudayan
sendiri berupa gerakan yang menolak pengaruh, gagasan, atau kaum pendatang. Lihat KBBI,
h.954.
33
cenderung kepada hal yang baik, maka orang tersebut dengan sendirinya
yang ada dalam diri manusia), aliran ini terlihat kurang menghargai dan
fokus pada potensi batin yang ada pada diri manusia. Seperti arti nativisme
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sikap atau paham suatu
dari pengertian tersebut dapat dilihat faktor ini sangan fanatik53 dengan
apa yang ia fahami sejak awal, jika seseorang memiliki sifat demikian
maka akan sulit untuk membuka hati dan fikirannya terhadap pendapat
yang datang dari luar, karena tidak mungkin bisa dengan mudah
2. Empirisme
51
Selain itu faktor yang mempengaruhi seseorang dari dalam diri juga meliputi faktor
fisiologis (cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat
hidup(organ, jaringan, atau sel)) dan faktor psikologis (berkenaan dengan psikologi yaitu ilmu
yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada
perilaku). Lihat Abdul Rohman, “Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-nilai Akhlak
Remaja”, Jurnal Nadwa Vol.6 No.1, (Mei 2012): h.164.
52
Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.954.
53
Fanatik atau teramat kuat kepercayaan (keyakinan) terhadap ajaran (politik, agama, dan
sebagainya). Lihat Kbbi, h. 387.
34
mempengaruhi akhlak orang tersebut, jika apa yang didapat dari dunia
pendidikan dan pengajaran itu baik atau buruk, maka dapat membentuk
karakter anak menjadi baik atau buruk sesuai dengan apa yang mereka
terima.
3. Konvergensi57
dua faktor yaitu oleh faktor internal (pembawaan si anak), dan faktor
54
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, h.143.
55
Faktor eksternal yang juga mempengarahui proses pembentukan karakter (akhlak)
seseorang atau pada saat proses belajar diantaranya dari faktor non sosial dan sosial. Yaitu yang
berasal dari luar diri orang tersebut dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu
lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Lihat Apriyanus Umbu Kadu,
“Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kesulitahn Beljar Mahasiswa Semester IV
Akper Husada Karya Jaya Tahun Akademik 2015/1016”, Jurnal Akademik Keperawatan Husada
Karya Jaya Vol.2 No.2, (September 2016): h.24.
56
Empirisme atau alira ilmu pengetahuan dan filsafat berdasarkan metode empiris
(berdasarkan pengalaman). Lihat Kbbi, h. 370.
57
Konvergensi atau keadaan menuju satu titik pertemuan. Lihat KBBI, h.730.
35
eksternal dari luar (pendidikan dan pembinaan, yang dibuat khusus atau
apa yang ada dalam ajaran Islam. Hal ini dapat kita pahami melalui ayat
َاﻷَﺑْﺼَﺎ َر
ْ وَاﻟﻠﱠﻪُ أَ ْﺧَﺮ َﺟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﺑُﻄُﻮ ِن أُﱠﻣﻬَﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن َﺷْﻴﺌًﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ و
potensi sejak ia dilahirkan untuk dididik, yaitu dengan apa yang Allah
wajib harus kita syukuri60 sebagai modal awal untuk menunjukan rasa
syukur kita, maka kita harus mengisinya dengan selalu mempelajari hal
yang baik dan memeberikan pelajaran untuk anak kita nanti dengan baik.
Semua itu sesuaian dengan apa yang terdapat dalam hadis Nabi
58
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 166-167.
59
Al-Qur’ân dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, h. 275.
60
Akmaldin Noor dan Aa Fuad Mukhlis, al-Qur’ân Tematis Akhlak (Jakarta: SIMAQ,
2010), h.36.
61
Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, h.327.
36
sebabnya peran orang tua sangat penting untuk menentukan karekter atau
akhlak seorang anak menjadi baik atau buruk, tergantung dari pendidikan
seseorang bukan hanya berasal dari dalam atau luar diri seseorang saja,
tapi keduanya sama pentingnya dan harus saling melengkapi satu sama
Miskawaih, menyebutkan ada tiga hal penting atau pokok yang dapat
dipahami sebagai materi pendidikan akhlak, yaitu: hal-hal yang wajib bagi
kebutuhan tubuh manusia64, hal-hal yang wajib bagi jiwa65 dan hal-hal
62
kesalehan seorang anak tergantung pada amal-amal yang diperbuat oleh Orang
tuanya, karena anak-anak akan belajar dengan cepat dari apa yang mereka lihat, dengar,
dan rasakan setiap harinya. Lihat kesalehan seorang anak tergantung pada amal-amal
yang diperbuat oleh Orang tuanya, karena anak-anak akan belajar dengan cepat dari apa
yang mereka lihat, dengar, dan rasakan setiap harinya. Lihat Abu Abdullah Mushthafa ibn
al-‘Adawy. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk Kesalehan Akhlak Sejak Dini terj. dari Fiqh
Tarbiyah Abna’ wa Tha’ifah min Nasha’ih al-Athibba’ oleh Umar Mujtahid dan Faisal Saleh,
(Jakarta: Qisthi Press, 2009), h.19-20.
63
Kata Islam yang berada dibelakang kata akhlak memiliki poisis sebagai sifat yang
mensifati akhlak tersebut. Akhlak Islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang Islami karena semua
perbuatan yang manusia lakukan bersumber pada ajaran Islam yaitu dari Allah Swt., dan
Rasulullah Saw. Lihat Ibrahim Bafadhol, “Pendidikan Akhlak dalam Presfektf Islam”, Jurnal
Edukasi Islam Jurnal Pendidikan Islam Vol.06 No.12, (Juni 2017): h.45.
64
Contohnya seperti Salat dan Puasa
37
tersebut sangat penting menurut konsep akhlak Ibn Miskawaih, karena jika
lingkungan yang baik tidak manjamin orang tersebut akan menajadi baik
dan segala sesuatu yang ada di sekitar sang anak itu bisa mempengaruhi
cobaan yang diberikan Allah kepada manusia, karena itu jangan sampai
anak itu menjadi fitnah untuk orang tuanya,68 sebaliknya jika dapat
keburukan) dengan baik dan benar pahala yang melimbah untuk keduanya
(orang tua).69
anak itu sudah dewasa dan memiliki pemikiran sendiri dan prisip sendiri,
maka tidak menutup kemungkinan akhlak orang tersebut akan tetap baik
65
Seperti pembahasan tentang akidah yang benar, meng-Esakan Allah dengan segala
kebesaran-Nya serta memotivasi untuk senang terhadap ilmu.
66
Contohnya eperti ilmu muamalat, pertanian, perkawinan, saling menasehati, peperangan
dan sebagainya.
67
Muliatul Maghfiroh, “Pendidikan Akhlak Menurut Kitab Tahdzîb al-Akhlâq Karya
Ibnu Miskawaih”, Jurnal Tadrîs Vol.11 No.2, (Desember 2017): h.84
68
Abu Abdullah Mushthafa ibn al-‘Adawy. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk
Kesalehan Akhlak Sejak Dini terj. dari Fiqh Tarbiyah Abna’ wa Tha’ifah min Nasha’ih al-
Athibba’ oleh Umar Mujtahid dan Faisal Saleh, (Jakarta: Qisthi Press, 2009), h.265.
69
Teks Ayatnya sebagai berikut:
إِﳕﱠَﺎ أَْﻣﻮَاﻟُ ُﻜ ْﻢ َوأَوَْﻻ ُد ُﻛ ْﻢ ﻓِْﺘـﻨَﺔٌ وَاﻟﻠﱠﻪُ ِﻋﻨْ َﺪﻩُ أَ ْﺟٌﺮ َﻋﻈِﻴ ٌﻢ
‘’sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala
yang besar.” Q.S. al-Taghābun/64: 15
38
era globalisasi saat ini kita perlu memiliki kemampuan untuk menghadapi
segala macam situasi dan kondisi, karena itu dibutuhkan pendidikan dan
Menjadi orang tua tidak mudah dan banyak sekali tangung jawab
dan menikah, seorang anak masih sangat memerlukan peran orang tua
E. Kriteria Akhlak
kegiatan. Akan tetapi dalam konteks akhlak, tidak semua kegiatan itu masuk
ke dalam kriteria yang dibahas oleh ilmu akhlak, tidak juga mengandung nilai
baik dan buruk karena ada kegiatan yang dilakukan di luar control atau
Ada juga aktivitas yang memang didorong dan didahului oleh kehendak, tekad
kegiatan yang dikehendaki dan di bawah control, dan meski terjadi itu
70
Ahmad Muhammad al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad Saw,. Keluhuran dan
Kemuliaannya terj. dari Min Akhlāqin-Nabiy oleh Abdul Latif As-Subky, (Jakarta: Bulan Bintang,
1981), h.41-42.
71
Abu Abdullah Mushthafa ibn al-‘Adawy. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk
Kesalehan Akhlak Sejak Dini, h.263.
39
disebabkan oleh satu atau lain sebab, misalnya perubuatan atau prilaku di
karenakan lengah, lupa, terpaksa, atau akibat gerak refleks. Hal tersebut tentu
72
M. Quraish Shihab, Yang Hilang Dari Kita Akhlak. (Tangerang Selatan: Lentera Hati,
2016), h. 10.
BAB III
A. Biografi al-Nawawî
selatan propinsi Damaskus, lahir pada bulan Muharram, tahun 631 H (1233
M).1
2. Gelar
yang menghidupkan agama. Sifat tawâḏu’2 yang ada pada dirinya membuat
beliau tidak menyukai gelar tersebut. Karena itu beliau pernah berkata “Aku
karyanya yang cukup banyak sangat membatu dan menjadi rujukan para
ulama dan kaum muslim dari sezaman sampai saat ini. Bukan hanya ilmunya
1
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibnu Ṣâleḥ Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah,
(Kairo: Dîr Ibn al-Jauzî, 2014), h. 5.
2
Tawâḍu’ atau tawaduk adalah sifat rendah hati yang dimiliki seseorang. Lihat KBBI,
(Jakarta: Gramedia Pustka Umum, 2008), cet 1, ed. 4, h. 1412.
3
Salim Ibn ‘Ied al-Hilali, shahih dan Dha’if kitab al-Adzkâr terj. dari Sahîh kitâb al-
Adzkâr wa Dha’îfuhu Oleh Muslim Arif dan M.Abdul Ghoffar, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i,
2004), h.31.
40
41
yang begitu luas seperti sifat (Zuhud4, Wara’5, Amar Ma’ruf nahi mungkar6)
yang beliau miliki Seperti yang dikatakan oleh Syekh Syamsuddin Ibn al-
seorang imam yang luas ilmunya dan kuat dalam berbagai ilmu yang ia
miliki, hafiz, menyusun banyak karya tulis, sangat wara’ dan zuhud dalam
berprilaku sehari-hari.”7
Hizam. Sebagian nenek moyang al- Nawawî ada yang mengatakan dan
mengaku bahwa asal dinisbatkan kepada Hizam berasal kepada ayah seorang
Sahabat yang bernama Hakim Ibn Hizam, maka beliau berkata: “Semua itu
keliru”.8
4
Zuhud adalah perihal meninggalkan keduniawian, yaitu kondisi di mana terbebasnya
hati seseorang dari belenggu dunia sehingga segala upayanya tercurahkan untuk meraih kemuliaan
di akhirat semata. Lihat KBBI, h. 1573
5
Sifat Wara’ yang dimaksud di sini adalah meninggalkan semua yang diharamkan oleh
Allah maupun semua hal yang yang masih Syubhat (samar-samar), serta tidak berlebih-lebihan
dalam melakukan apa-apa yang hukumnya mubah. Lihat Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari,
Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Caara Mencapai Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Imām Asy-Syafi’i,
2016), h.513.
6
Amar -ma’ruf (menyuruh berbuat kebajikan) dan Nahi-mungkar (dan melarang berbuat
kejahatan), bagi orang yang melakukan perbuatan itu jika dia menyakini ajakannya tidak akan
diterima maka wajib. Karena yang diwajibkan itu adalah perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar,
bukan diterima atau ditolaknya. Lihat Musthafa Dieb Al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi
terj. dari al-Wafi fi Syarhil Arba’în al-Nawawîyyah oleh Rohidin Wakhid, (Jakarta: Qisthi Press,
2017), cet.2, h.285.
7
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn Daqîq
al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâliḥ Ibn Utsaimîn, Syarah Arba’în an-Nawawî: Penjelasan 42 Hadits
Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam terj. dari Ad-Durrah as-Salafiyyah Syarah al-Arba’în
al-Nawawîyah oleh Ahmad Syaikhu, (Jakarta: Darul Haq, 2015), h.xvii.
8
Imam al-Nawawî, Terjemah Riyâdhuṣ Ṣâlihîn oleh M.Yazid Nuruddin, (Jawa
Tengah: Cordova Mediatama, 2010), h.13.
42
4. Wafat
Syuria (Nawâ)
631 H / w. 676 H
pada bermain. Beliau sudah hafal al-Qur’ân sebelum menginjak usia baligh
di bawah bimbingan seorang ulama bernama Syekh Yasin Ibn Yusuf al-
Zarkaisyi dan perhatian dari sang ayah. Dididik oleh ayahnya bernama Syaraf
9
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 5.
10
Ayahnya memberikan perhatian khusus kepada anaknya dan berdo’a agar Allah
memberkahi anaknya, karena mendapatkan tanda dari Allah sewaktu Imam al-Nawawî masih
43
yang terkenal pintar itu, di masa kecilnya selalu menyendiri dari teman-
yang demikian al-Nawawî yang dari kecilnya mendapat perhatian besar dari
mempelajari al-Qur’ân.11
sebayanya, bahkan sampai berlari sembari menangis ketika suatu saat diajak
manfaat darinya.” Maka guru tersebut berkata kepadaku, “apakah engkau ini
tukang ramal?” Aku katakan, “bukan, ini hanyalah menurut wawasan yang
Allah berikan kepadaku.”12 Melihat hal itu Yasin datang kepada orang tua al-
pendidikannya, sejak saat itu juga perhatian sang ayah semakin besar
Pada saat berumur 19 tahun, sekitar tahun 649 H, beliau datang ke kota
berumur 7 tahun pada malam ke 27 Ramadhan yang diperkitakan salah satu malam turunnya
Lailatul Qadar. Beliau melihat seberkas cahaya menerangi rumahnya, karena terkejut dan belum
mengerti apa-apa pada saat itu ia membangunkan orangtuanya dan menceritkan hal tersebut.
11
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah: Kajian Filosofi di Balik Penulisan kitab hadis al-Arba’în al-
Nawawîyyah”, Journal of Hadits Studies,Vol.1 No.2, (Juli-Desember 2017): h.31.
12
Ibn Daqîqil ‘Ied, Syarah Hadiṡ Arba’în terj. Syarh Matan Al-Arba’în al-Nawawîyyah
oleh Abu Umar Abdullah Asy-Syarif, (Bogor: Pustaka al-Tibyan, 2002), h. 12.
44
timur Masjid Al-Umawi, bersama ayahnya untuk belajar kepada para ulama
akan ilmu pengetahuan, sang ayah membawanya ke Damaskus. Sejak saat itu
meletakkan lambungnya di atas bumi (tidur) meski jarang sekali beliau untuk
seorang Imam juga khatib Masjid al-Jami’ al-Umawiyy yaitu Syekh Jamâl al-
Dîn ʼAbd al-Kafi Ibn ʼAbd Malik Ibn ʼAbd al-Kafial-Raba’i al-Dimasyqî,
Syam untuk belajar dari seseorang bernama Taj al-Dîn ʼAbd al-Rahman Ibn
Ibrahim Ibn Diya’ al-Fazari yang lebih dikenal dengan panggilan Ibn al-
Firkah. Dari situ awal mula al-Nawawî mulai berusha untuk lebih
hanya dalam jangka waktu empat setengah bulan dan hafal Rubu’ ʼIbādat
dari kitab al-Muhadzdzab kursng dari setahun dihadapan Syek beliau al-
13
Salim Ibn ‘Ied al-Hilali, Shahīh dan Dha’if kitab al-Azkâr, h.32.
14
Mohamad Syukri Abdul Rahman dan Mohammad b.Seman,”Ketokohan dan
Kewibawaan Imam al-Nawawî dalam bidang ke Ilmuan”, Jurnal Pengajian Islam, Akademi Islam
Kuis, Bil.7 Isu 1: 2014 e.ISSN: 1823-7126, h. 23.
45
Kamal Ishaq Ibn Ahmad hal itu membuat beliau kagum dan terus
pelajaran yang setiap harinya beliau pelajari, ada dua belas (12) mata
dengan Syarh (penjelasan isi kitab) maupun ta’liq (penjelasan hal yang sukar
Hadis)
5. Satu pelajarn dengan kitab Al-Luma’ fin Nahwi karya Ibn Jinni (Nahwu)
Fakhruddin ar-Razy)
15
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah, Journal of Hadiṡ Studies,Vol.1 No.2, (Juli-Desember 2017): h.31.
46
11. Dan terakhir beliau pernah mempelajari ilmu kedokteran dan mengkaji
waktunya sekejap pun. Waktunya dihabiskan untuk selalu membaca dan hal
ini berlangsung selama enam tahun. Selain itu beliau juga mengarang,
beliau hanya makan sekali saja pada akhir ‘Isya atau menjelang sahur, begitu
1. Guru al-Nawawî
begitu besar pada ilmu. Melihat hal ini, atas saran seorang Syekh, ayahnya
untuk mempelajari lebih banyak ilmu. Selama menuntut ilmu beliau tidak
16
Imam al-Nawawî, Terjemah Riyâdhuṣ Ṣâlihîn oleh M.Yazid Nuruddin,h. 14-15
17
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah Arba’în al-Nawawî: Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran, h. xiv.
47
dalam menuntut ilmu, maka ilmu itu pun akan memberikan sebagian dari
padanya kepada orang tersebut. Hal ini terbukti dengan keluhuran ilmu dan
Azîz ibn Muhammad al-Anṣârî, Zainud Dîn Abdud Dâim, Imâdud Dîn Abdul
bin Ibrahim bin Dhiya Al-Fazary atau lebih dikenal dengan nama Syeikh Farkah
Di bidang bahasa, sharaf, dan nahwu yaitu Ahmad Ibn Salim al-Mishri (664
2. Murid al-Nawawî
1. Alâud Dîn Ibn al-Attâr, yang mengarang kitab al-Fatawa. Kitab yang
adalah seseorang yang sangat menjaga dan membatasi diri dari perkara haram
20
Imam al-Nawawî, Terjemah Riyâdhus Sâlihîn oleh M.Yazid Nuruddin, h.15
21
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nāsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arba’în al-Nawawîyyah, h. 5.
22
Salim Ibn ‘Ied al-Hilali, Shahīh dan Dha’if kitab al-Adzkâr terj. dari Sahîh kitâb al-
Adzkâr wa Dha’îfuhu Oleh Muslim Arif dan M.Abdul Ghoffar, h. 33.
49
dan syubhat. Bahkan beliau pun sangat menjaga diri dari perkara yang
mubah. Hal ini dikarenakan rasa takut yang begitu besar dalam dirinya akan
rasa tamak datang kepadanya jika melakukan perkara yang mubah. Perkara
mubah ini dikhawatirkan akan menjalar menjadi perkara yang syubhat dan
akhirnya menjalar menjadi haram. Beliau sangat menjaga hal ini semata-mata
muktabar dengan sanad yang tinggi kepada para imam yang menulis kitab-
dalam hadis-hadis Nabi Saw., dan sangat memahami kategori hadis seperti
dalam kitabnya Syarh Muslim. Bagaimanapun guru beliau dalam ilmu Tauhid
tidak dapat diketahui dengan jelas dan diyakini bahawa beliau belajar
daripada salah seorang gurunya. al-Yafi’i dan Imam al-Taj al-Subkir bertegas
dalam ilmu Tauhid yang dinamakan al-Maqasid. Risalah ini merupakan hasil
tunggal penulisan beliau dalam ilmu Tauhid. Dalam masalah Fiqh beliau
50
bermazhab Syafi’i. Beliau telah mencapai derajat mujtahid mutlak dan tetap
di berbagai bidang ilmu seperti fiqih, hadis syarah hadis, musthalah hadis,
bahasa dan akhlak. Seperti Syarh Sahîh Muslim, Riyâḏus Sâlihîn, al-Adzkâr,
1. Syarh Sahîh Muslim al-Nawawî. Beliau menulis buku ini pada tahun 674
saja, tetapi dari riwayat imam yang lain secara umum. Kitab ini juga
23
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah, Journal of Hadiṡ Studies, h. 24.
24
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 5.
51
kitab arbaʻîn ini merupakan karya yang masuk ke dalam bidang hadis
7. Dasar-dasar ilmu Hadis. Buku ini merupakan ringkasan dari kitab al-
Irsyâd
ringkasan dari Syarah Al-Kabir karya Al-Rafi’i dan menjadi kitab fiqih
2. Kitab al-Majmû’, yakni salah satu kitab karya Imam an-Nawawî yang
cabang ilmu pengetahuan yang perlu diketahui. Terdiri dari 27 juz tetapi
belum selesai.25
membahas secara khusus perihal manasik haji. Kitab ini disyarahi oleh
Ali bin Abdullah bin Ahmad bin al-Hasan. Karya ini merupakan
ringkasan dari karya Ibn Salah al-Shahrazuri (w. 643 H/ 1245 M) yang
tanpa disertakan dalil-dalil yang terdapat pada kitab asslinya. Karya ini
4. Kitab al-Fatwa, yakni kitab tentang fikih yang kemudian dikenal dengan
masâil al-mansyrah.
sempat menyelesaikan kitab ini, namun demikian penulisan kitab ini sudah
hampir selesai.
25
Salim Ibn ‘Ied al-Hilali, Sahîh dan Dha’if kitab al-Adzkâr terj. Sahîh kitâb al-Adzkâr wa
Dha’îfuhu Oleh Muslim Arif dan M.Abdul Ghoffar, h. 34.
53
3. Al-Adzkâr. Kitab ini berisi himpunan dzikir, doa-doa dan amalan bagi
setiap muslim pada siang dan malam hari. Selesai ditulis pada 667 H. 26
hidupnya, banyak buku karangan beliau yang terus dimanfaatkan oleh para
besar yaitu al-Nawawî. Kitab ini merupakan salah satu kitab yang populer di
madzhab Syafi’i, sehingga membuat kitab ini sering menjadi rujukan atau
didirikan oleh KH. Mahfudz Asirun An-Nadawy, ponpes KH. Aqil Siraj
Ciputat atau selain itu ada Madrasah Satu Atap Nurul Falah Cadas yang
menggunakan rujukan utama hadis Arbaʻîn untuk dihafal dan dipelajari lebih
26
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah, Journal of Hadiṡ Studies,Vol.1 No.2, h. 33-34.
54
bentuk dan metode yang digunakan terus berkembang sampai saat ini.27
yang kaya akan manfaat ini salah satunya adalah semata karena meneladani
para imam dan ulama terdahulu yang terkemuka dan Huffazhul Islam (yakni,
1. Untuk meneladani para Salafus Saleh yang menyusun kitab yang berisi
ِﺐ
َ ﻟِﻴُﺒَـﻠﱢ ِﻎ اﻟﺸﱠﺎ ِﻫ ُﺪ ِﻣْﻨ ُﻜ ُﻢ اﻟﻐَﺎﺋ
‘’Hendaklah orang yang hadir diantara kamu menyampaikan
kepada yang tidak hadir”29
ﻀَﺮ اﻟﻠﱠﻪُ ا ْﻣَﺮأً َِﲰ َﻊ َﻣﻘَﺎﻟ َِﱵ ﻓَـ َﻮﻋَﺎﻫَﺎ ﻓَﺄَدﱠاﻫَﺄ َﻛﻤَﺎ َِﲰ َﻌﻬَﺄ
ﻧَ ﱠ
27
Wawancara pribadi dengan Filzah Syazwanah, Fradita Sholihah, Lukita Fahriana dan
Penida Nur Apriani, Jakarta, 14 Febuari 2018.
28
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah”, Journal of Hadis Studies,Vol.1 No.2, h. 35.
29
al-Imam Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî,
(Damaskus: Dâr, Ibn Katsîr, 2002), h. 47.
55
Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sāleh
Ibn Utsaimîn, dan lainnya. Juga di antara ulama, ada yang mentakhrij dan
lengkapnya muatan dan tema yang dihimpun oleh al-Nawawî, yakni berupa
lain, ada yang menyusun empat puluh hadis tentang persoalan tertentu saja,
ada yang akhlak saja, atau jihad, atau adab, atau zuhud. Inilah letak
semua itu bertujuan agar mempermudah orang untuk menghafalnya dan lebih
luas lagi manfaatnya. Dan bagi kita sebagai umat Islam disarankan untuk
30
Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî, (al-Riyâd: Maktabah al-
ma'ârif linatsir wa tauri’), cet.1, h.599.
31
Imamâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn Daqîq al-
ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arba’în al-Nawawîyyah, h. 9-10.
32
Validatas atau sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan
hukum. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1543.
33
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah, Journal of Hadiṡ Studies, h.37.
56
Muhammad Ibn Sâleḥ Ibn Utsaimîn berkata dalam kitab Syarh al-
antara karya tulis yang paling baik pernah ditulis adalah kitab ini yaitu al-
bukan 40 (empat puluh), tetapi 42 (empat puluh dua). Hal itu dikarenakan
nya lebih atau kurang dari 40 itu, baik satu atau dua.34
yang juga menyusun kitab serupa seperti yang diceritakan oleh Imam al-
34
Abdullah AS, Achyar Zein, Saleh Adri, “Manhaj Imam al-Nawawî dalam kitab al-
Arba’în al-Nawawîyyah, Journal of Hadiṡ Studies, h. 38.
35
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâlih Ibn Utsaimîn, Syarah Arba’în an-Nawawî: Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam terj. dari Ad-Durrah as-Salafiyyah Syarah al-
Arba’în al-Nawawîyah
57
f. Arba’un Hadisan fadhoo’ili Ahl Bait: Karya Yusuf Ibn Isma’il al-
Nabhani (w.1350 H)
g. Arba’un Hadisan fadhâ ’ili Ahl Bakar: Karya Yusuf Ibn Isma’il al-
Nabhani (w.1350 H)
h. Arba’un Hadisan fadhâ ’ili Ahl Umur: Karya Yusuf Ibn Isma’il al-
Nabhani (w.1350 H)
juga sebagian lain lain yang berkaitan tentang jihad, zuhud, adab, dan
yang mencakup semua maksud di atas dalam kitab hadis Arbaʻîn al-
36
Ahmad Lutfi Fathullah, 40 Hadits Mudah Dihafal Sanad dan Matan, (Jakarta: Al-
Mughni Press, 2014), cet.1, h. 12-13.
37
Imam al-Nawawî. Terjemah Hadits Arba’în al-Nawawîyyah terj. dari al- Arba’în al-
Nawawîyyah oleh Sholahuddin (Jakarta: Sholahuddin Press, 2004), h. ix-x.
58
sangat luas diantaranya ada yang membahas tentang tauhid, hukum, adab,
perintah dan larangan yang semua itu berkaitan dengan akhlaq. Untuk
memahaminya dengan baik dan benar tidak bisa hanya dipahami dengan
mengetahui artinya saja, karena itu perlu untuk mempelajari setiap hadisnya
Hadis 1 Ikhlas
38
Saksama atau teliti dalam melakukan segala hal apalagi yang berhungan dengan
pengetahuan, semuanya harus ada sumber yang jelas. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.
1205.
59
Sendiri
Rasyidin
Berbuat Syirik.39
39
Daqîq al-ʻÎd, Syarhul Arbaʻîna Haditsan al-Nawawî, (Yogjakarta: Media Hidayah,
2005), h. 3-65.
61
BAB IV
ARBAʻÎN AL-NAWAWÎ
Dari empat puluh dua hadis arbaʻîn dilakukan pemilihan dengan cara,
definisi akhlak yang terdapat dalam bab dua atau segala prilaku berkaitan
hadis arbaʻîn, kedua berdasarkan tema karena dalam bab satu metode
dengan akhlak terhadap sesama makhluk hidup (manusia dan lingkungan) ada
20 hadis. Berikut ini sanad dan matan ke dua puluh hadis tersebut
diantaranya:
َﺎل
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ
َ ﱠﱯ
أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ:ُي َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪ
َوس اﻟﺪﱠا ِر ﱢ
ِ ﻋَﻦ أَﰊ ُرﻗَـﻴﱠﺔَ ﲤَِﻴ ِﻢ ﺑ ِﻦ أ
61
62
ﱢﺐ َﻻ
ٌ إِ ﱠن اﷲَ ﻃَﻴ:ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ
َ ﷲ
ِ ﻗَﺎ َل َرﺳُﻮِل ا:َﻋ ْﻦ أَﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َر ِﺿ َﻲ ﻗَﺎ َل
}ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ:ﱄ
َ َﺎل ﺗَـﻌَﺎ
َ ﻓَـﻘ،َﲔ ﲟَِﺎ أََﻣَﺮ ﺑِِﻪ اﻟْﻤ ُْﺮ َﺳﻠِﲔ
َ ِ َوإِ ﱠن اﷲَ أََﻣَﺮ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨ،ﻳـَ ْﻘﺒَﻞُ إﱠِﻻ ﻃَﻴﱢﺒًﺎ
ُ َوَﻣﻄْ َﻌ ُﻤﻪ،َب
ﻳَﺎ ر ﱢ،َب
ﻳَﺎ ر ﱢ،ِ ﳝَُﱡﺪ ﻳَ َﺪﻳِْﻪ إ َِﱃ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎء،ََﺚ أَ ْﻏﺒَـﺮ
َ اﻟﱠﺮ ُﺟ َﻞ ﻳُﻄِﻴﻞُ اﻟ ﱠﺴ َﻔَﺮ أَ ْﺷﻌ
ُب ﻟَﻪ
ُ َﱏ ﻳُ ْﺴﺘَﺠَﺎ
ﻓَﺄ ﱠ،َام
ِي ﺑِﺎﳊَْﺮ
َ َوﻏُ ِﺬ،ٌ َوَﻣ ْﻠﺒَ ُﺴﻪُ َﺣﺮَام،ٌ َوَﻣ ْﺸَﺮﺑُﻪُ َﺣﺮَام،ٌَﺣﺮَام
‘’Dari Abû Hurairah r.a., berkata, Rasulullah Saw., bersabda.
“Sesungguhnya, Allah Maha baik, dan tidak menerima kecuali yang
baik. Seseungguhnya, Allah telah memerintah orang-orang yang
beriman sepeerti apa yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Dia
berfirman: ‘Wahai para Rasul, makanlah segala yang baik dan
beramal salehlah.’ (QS. al-Mulminūn/ : 51) dan Dia juga berfirman:
‘Wahai orang-orang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang
telah kami anugerahkan unutk kalian.’ (QS. al-Baqarah/2: 172)
Kemudian Rasulullah menyebutkan seseorang yang menempuh
perjalanan jauh, rambutnya tidak rapih dan wajahnya penuh dengan
debu. Orang itu mengulurkan kedua tangannya ke langit sembari
berkata: ‘Ya Rabb, Ya Rabb.’ Sementara itu, makanannya haram, dan
diberi makan yang haram. Jadi, bagaimana mungkin do’anya akan
dikAbûlkan’?” (HR. al-Muslim)2
ke 13)
ْﺴ ِﻪ
ِ ُِﺐ ﻟِﻨَـﻔ
َِﺧﻴ ِﻪ ﻣَﺎ ﳛ ﱡ
ِ ُِﺐ ﻷ
َﱴ ﳛ ﱠ
ﺣ ﱠ،ْﻻَ ﻳـ ُْﺆِﻣ ُﻦ أَ َﺣ ُﺪ ُﻛﻢ:َﺎل
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ
َ ﱠﱯ
اﻟﻨِ ﱠ
‘’Dari Abû Hamzaah Anas ibn Malik r.a., menjelaskan bahwa
Rasulullah Saw., bersabda. “Tidak sempurna iman seseorang di
antara kalian hingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri.” (HR. al-Bukhârî)4
ُﺿْﻴـ َﻔﻪ
َ اﻵﺧ ِﺮ ﻓَـ ْﻠﻴُ ْﻜ ِﺮْم
ِ َوَﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳـ ُْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ وَاﻟﻴـَﻮِْم،ُﺟَﺎ َرﻩ
‘’Dari Abû Hurairah r.a., menjelaskan bahwa, Rasulullah Saw.,
bersabda. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaknya berkata baik atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangga. Siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan
tamunya." (HR. al-Muslim)5
3
al-Imâm al-Ḥâfiẓ Abî Isâ Muhammad Ibn Isâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, (Beirût:
Dâr al-Gharbi al-Islâmî, 1996), jilid 3, No. 2317, Jld. 4, h. 148.
4
al-Imâm Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî,
(Damaskus: Dâr, Ibn Katsîr, 2002), jilid 1, h. 13.
5
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh Muslim,
jilid 1, h. 68 .
64
«َﺐ
ْ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ »ﻻَ ﺗَـ ْﻐﻀ
َ ﱠﱯ
َﺎل اﻟﻨِ ﱢ
َ َﻋ ْﻦ أَﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪُ أَ ﱠن َر ُﺟﻼً ﻗ
«َﺐ
ْ »ﻻَ ﺗَـ ْﻐﻀ:َﺎل
َ ﻗ،ﻓَـَﺮﱠد َد ِﻣﺮَارًا
‘’Dari Abû Hurairah r.a., menjelaskan bahwa, Rasulullah Saw.,
bersabda. “Jangan marah!” Orang tersebut pun mengulang-ulang
permohonan wasiatnya beberapa kali. Beliau bersabda, “Jangan
marah!” (HR. al-Bukhârî)6
:َﺎل
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ
َ ُِﻮل اﷲ
ِ َوس َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪُ َﻋ ْﻦ َرﺳ
ٍ َﻋ ْﻦ أَﰊ ﻳَﻌﻠ َﻲ َﺷﺪﱠادﺑ ِﻦ أ
َﲝﺘُ ْﻢ
َْ َوإِذَا ذ،َْﺴﻨُﻮا اﻟْ ِﻘْﺘـﻠَﺔ
ِ ﻓَِﺈذَا ﻗَـﺘَـ ْﻠﺘُ ْﻢ ﻓَﺄَﺣ،ٍاﻹ ْﺣﺴَﺎ َن َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲء
ِْ َﺐ
َ إِ ﱠن اﷲَ َﻛﺘ
ُﻮل
ِ َرﺳ، َو أَﰊ ﻋَﺒﺪ اﻟﱠﺮﲪَ ِﻦ ُﻣﻌَﺎ ِذﺑ ِﻦ َﺟﺒ ٍَﻞ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨ ُﻬﻤَﺎ،َُب ﺑ ِﻦ ُﺟﻨَﺎ َدة
ِ َﻋ ْﻦ أَﰊ ذَ ّرﺟُﻨﺪ
6
al-Imâm Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî,jilid 8, h.
1529.
7
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh Muslim,
jilid 3, h. 1548.
65
ُﻮل
ُ َﺎل َرﺳ
َ ﻗ:َﺎل
َ ي َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪُ ﻗ
ي اﻟﺒَﺪ َر ﱢ
ي ِر ﱢ
َﻋ ْﻦ أَﰊ َﻣ ْﺴﻌُﻮٍد ﻋُ ْﻘﺒَﺔَ ﺑ ِﻦ ﻋَﻤ ٍﺮ واﻷَﻧﺼَﺎ ِر ﱢ
ْﺖ
َ ﺻﻨَ ْﻊ ﻣَﺎ ِﺷﺌ
ْ ﻓَﺎ
‘’Abû Masʻud Uqbah ibn Amr al-Ansari al-Badri r.a., berkata
Rasulullah Saw., “Sesungguhnya, salah satu hal yang diingat oleh
orang-orang dari perkataan Nabi terdahulu adalah jika kamu tidak
malu, lakukanlah apa pun sesukamu.” (HR. al-Bukhârî)9
ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ
َ ﷲ
ِ ُﻮل ا
ُ َﺎل َرﺳ
َ ﻗ:َﺎل
َ ي َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪُ ﻗ
ِث ﺑ ِﻦ ﻋَﺎ ِﺻ ٍﻢ اﻷَﺛ َﻌ ِﺮ ﱢ
ِ ِﻚ اﳊَﺎر
ٍ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ﻣَﺎﻟ
،ٌﺼْﺒـ ُﺮ ِﺿﻴَﺎء
ﺼ َﺪﻗَﺔُ ﺑـ ُْﺮﻫَﺎ ٌن وَاﻟ ﱠ
وَاﻟ ﱠ،ٌ وَاﻟﺼ َﱠﻼةُ ﻧُﻮر،ْض
ِ َاﻷَر
ْ َات و
ِ َﲔ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎو
َ ْ ﻣَﺎ ﺑـ- َُﲤَْﻸ
ﱠﺎس ﻳـَ ْﻐﺪُو ﻓَـﺒَﺎﺋِ ٌﻊ ﻧـَ ْﻔ َﺴﻪُ ﻓَ ُﻤ ْﻌﺘِ ُﻘﻬَﺎ أ َْو ﻣُﻮﺑُِﻘﻬَﺎ
ِ ُﻛ ﱡﻞ اﻟﻨ،ْﻚ
َ َﻚ أ َْو َﻋﻠَﻴ
َ وَاﻟْﻘُﺮْآ ُن ُﺣ ﱠﺠﺔٌ ﻟ
‘’Dari Abû Mâlik al-Hârits ibn ʻÂsim al-Asyʻari r.a., berkata,
Rasulullah Saw., “Kesucian itu sebagian dari iman. Pahala ucapan
‘al-ḥamdulillah’ bisa memenuhi tempat antara langit dan bumi.
Shalat itu cahaya, sedekah itu bukti (benarnya keimanan), sabar itu
cahaya, dan al-Qur’ān itu bisa menjadi hujjah yang bermanfaat atau
membawa mudharat bagimu. Setiap manusia bekerja sampai ada
8
al-Imâm al-Ḥâfiẓ Abî Isâ Muhammad Ibn Isâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, jilid 3, h.
526ز
9
al-Imâm Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî, jilid 4, h.
863.
66
ْﺴﻲَ ،و َﺟ َﻌ ْﻠﺘُﻪُ ﺑـَْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ ﳏَُﱠﺮﻣًﺎ ،ﻓ ََﻼ ﺗَﻈَﺎﻟَ ُﻤﻮا ،ﻳَﺎ
ْﺖ اﻟﻈﱡْﻠ َﻢ َﻋﻠَﻰ ﻧـَﻔ ِ
ِﱐ َﺣﱠﺮﻣ ُ
ﻳَﺎ ِﻋﺒَﺎدِي إ ﱢ
ُﻮﱐ أُﻃْﻌِ ْﻤ ُﻜﻢْ ،ﻳَﺎ ِﻋﺒَﺎدِي ُﻛﻠﱡ ُﻜ ْﻢ ﻋَﺎرٍ ،إﱠِﻻ َﻣ ْﻦ َﻛﺴ َْﻮﺗُﻪُ،
َﻣ ْﻦ أَﻃْ َﻌ ْﻤﺘُﻪُ ،ﻓَﺎ ْﺳﺘَﻄْﻌِﻤ ِ
ُﻮب
ُﻮﱐ أَ ْﻛ ُﺴ ُﻜﻢْ ،ﻳَﺎ ِﻋﺒَﺎدِي إِﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ﲣُْ ِﻄﺌُﻮ َن ﺑِﺎﻟﻠﱠﻴ ِْﻞ وَاﻟﻨﱠـﻬَﺎرَِ ،وأَﻧَﺎ أَ ْﻏ ِﻔ ُﺮ اﻟ ﱡﺬﻧ َ
ﻓَﺎ ْﺳﺘَ ْﻜﺴ ِ
َآﺧَﺮُﻛ ْﻢ
ِﻚ ِﰲ ُﻣ ْﻠﻜِﻲ َﺷْﻴﺌًﺎ ،ﻳَﺎ ِﻋﺒَﺎدِي ﻟ َْﻮ أَ ﱠن أَﱠوﻟَ ُﻜ ْﻢ و ِ
َاﺣ ٍﺪ ِﻣْﻨ ُﻜﻢْ ،ﻣَﺎ زَا َد ذَﻟ َ
ُﻞ و ِ
ْﺐ َرﺟ ٍ
ﻗَـﻠ ِ
ُﻮﱐ
َاﺣ ٍﺪ ﻓَ َﺴﺄَﻟ ِ
ﺻﻌِﻴ ٍﺪ و ِ
َﺟﻨﱠ ُﻜ ْﻢ ﻗَﺎ ُﻣﻮا ِﰲ َ
َآﺧَﺮُﻛ ْﻢ َوإِﻧْ َﺴ ُﻜ ْﻢ وِ
ﻳَﺎ ِﻋﺒَﺎدِي ﻟ َْﻮ أَ ﱠن أَﱠوﻟَ ُﻜ ْﻢ و ِ
ﻂ إِذَا
ﺺ اﻟْ ِﻤ ْﺨﻴَ ُ
ِﻚ ﳑِﱠﺎ ِﻋْﻨﺪِي إﱠِﻻ َﻛﻤَﺎ ﻳـَْﻨـ ُﻘ ُ
َﺺ ذَﻟ َ
ْﺖ ُﻛ ﱠﻞ إِﻧْﺴَﺎ ٍن َﻣ ْﺴﺄَﻟَﺘَﻪُ ،ﻣَﺎ ﻧـَﻘ َ
ﻓَﺄَ ْﻋﻄَﻴ ُ
ْﺧ َﻞ اﻟْﺒَ ْﺤﺮَ ،ﻳَﺎ ِﻋﺒَﺎدِي إِﳕﱠَﺎ ِﻫ َﻲ أَ ْﻋﻤَﺎﻟُ ُﻜ ْﻢ أُ ْﺣﺼِﻴﻬَﺎ ﻟَ ُﻜﻢْ ،ﰒُﱠ أ َُوﻓﱢﻴ ُﻜ ْﻢ إِﻳﱠﺎﻫَﺎ ،ﻓَ َﻤ ْﻦ َو َﺟ َﺪ
أُد ِ
10
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 1, h. 203.
67
ﱠﱯ
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا ﻟِﻠﻨِ ﱢ
َ ﱠﱯ
َﺎب اﻟﻨِ ﱢ
ِ ﺻﺤْ َ أَ ﱠن ﻧَﺎﺳًﺎ ِﻣ ْﻦ أ،َُﻋ ْﻦ أَﰊ ذَ ﱢر َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪ
،ﺼﻠﱢﻲ
َ ُﺼﻠﱡﻮ َن َﻛﻤَﺎ ﻧ
َ ُ ﻳ،ِِﺎﻷُﺟُﻮر
ْ َﺐ أَ ْﻫ ُﻞ اﻟ ﱡﺪﺛُﻮِر ﺑ
َ ذَﻫ،ُِﻮل اﷲ
َ ﻳَﺎ َرﺳ:ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ
َ
11
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 4, h. 203.
68
ﻀ ِﻊ أَ َﺣ ِﺪ ُﻛ ْﻢ
ْ ُ وَِﰲ ﺑ،ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ َوﻧـَ ْﻬ ٌﻲ َﻋ ْﻦ ُﻣْﻨ َﻜ ٍﺮ،ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ُوف
ِ َوأَْﻣٌﺮ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ،ًﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ﺗَـ ْﻬﻠِﻴﻠَ ٍﺔ
»أََرأَﻳْـﺘُ ْﻢ ﻟ َْﻮ:َﺎل
َ َﺄﰐ أَ َﺣ ُﺪﻧَﺎ َﺷ ْﻬ َﻮﺗَﻪُ َوﻳَﻜُﻮ ُن ﻟَﻪُ ﻓِﻴﻬَﺎ أَ ْﺟﺮٌ؟ ﻗ
ِ أَﻳ،ُِﻮل اﷲ
َ ﻳَﺎ َرﺳ: ﻗَﺎﻟُﻮا،ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ
َﲔ
ِ ْ َﲔ ِاﻻﺛْـﻨـ
َ ْ ِل ﺑـ
ُ ﻳـَ ْﻌﺪ،ُ ُﻛ ﱠﻞ ﻳـَﻮٍْم ﺗَﻄْﻠُ ُﻊ ﻓِﻴ ِﻪ اﻟ ﱠﺸ ْﻤﺲ،ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ﱠﺎس َﻋﻠَْﻴ ِﻪ
ِ ُﻛ ﱡﻞ ُﺳﻼَﻣَﻰ ِﻣ َﻦ اﻟﻨ
ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ﻂ اﻷَذَى َﻋ ِﻦ اﻟﻄﱠ ِﺮ ِﻳﻖ
ُ َوﳝُِﻴ،ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ﺼﻼَِة
َوُﻛ ﱡﻞ ُﺧﻄْ َﻮٍة ﳜَْﻄُﻮﻫَﺎ إ َِﱃ اﻟ ﱠ،ٌﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ُاﻟﻄﱠﻴﱢﺒَﺔ
‘’Dari Abû Hurairah r.a., berkata, Rasulullah Saw., bersabda.
“Semua persedian manusia memerlukan sedekah, setiap hari
matahari terbit engkau mendamaiakan dua orang yang berselisih
dengan adil adalah sedekah, engkau memberikan tumpangan pada
12
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 2, h. 697..
69
ْﱪ ُﺣ ْﺴ ُﻦ
َﺎل :اَﻟِﱡ
ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ
ﱠﱯ َ
ﱠاس ﺑ ِﻦ َﲰﻌَﺎ َن َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪُ َﻋ ِﻦ اﻟﻨِ ﱢ
َﻋ ِﻦ اﻟﻨﱠـﻮ ِ
ﺼﻼَةُ،
س اﻷَ ْﻣ ِﺮ ا ِﻹ ْﺳﻼَمَُ ،و َﻋﻤُﻮ ُدﻩُ اﻟ ﱠ
َﺎلَ :رأْ ُ
ُﻮل اﷲِ ،ﻗ َ
ْﺖ :ﺑـَﻠَﻰ ﻳَﺎ َرﺳ َ
َوذِرَْوةِ َﺳﻨَﺎ ِﻣﻪِ؟ ﻗـُﻠ ُ
َﱯ اﷲِ،
ْﺖ :ﺑـَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﻧِ ﱠ
ِﻚ ُﻛﻠﱢﻪِ؟ ﻗـُﻠ ُ
َك َذﻟ َ
ُِك ﲟَِﻼ ِ
َﺎل :أَﻻَ أُﺧْﱪ َ
َوِذرَْوةُ َﺳﻨَﺎ ِﻣ ِﻪ اﳉِﻬَﺎ ُد ,ﰒُﱠ ﻗ َ
13
al-Imâm Abû ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Sahîh al- Bukhârî, jilid 4,
h. 736-737.
14
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 4, h. 1980.
70
.ْﺴﻨَﺘِ ِﻬ ْﻢ
ِ َﺎﺧ ِﺮِﻫ ْﻢ إِﻻﱠ َﺣﺼَﺎﺋِ ُﺪ أَﻟ
ِ َﻣﻨ
‘’Dari Muʻâdz ibn Jabal r.a., berkata, “Aku pernah berkata, “Wahai
Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang suatu amal yang akan
memasukkanku kedalam surga dan menjauhkanku dari neraka.'
Beliau menjawab: "Kamu telah menanyakan kepadaku tentang
perkara yang besar, padahal sungguh ia merupakan perkara ringan
bagi orang yang telah Allah jadikan ringan baginya, yaitu: Kamu
menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa
pun, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, berhaji ke Baitullah." Kemudian beliau bersabda:
"Maukah kamu aku tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa
adalah perisai dan sedekah akan memadamkan kesalahan
sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seorang laki-laki pada
pertengahan malam." Kemudian beliau membaca; "Lambung mereka
jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya
dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka. (16) Seorang pun tidak
mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (As-Sajdah: 16-17).
Kemudian beliau bersabda: "Maukah kamu aku tunjukkan pokok
perkara agama, tiang dan puncaknya?" Aku menjawab: "Ya, wahai
Rasulullah." Beliau bersabda: "Pokok dari perkara agama adalah
Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad.'
Kemudian beliau bersabda: "Maukah kamu aku kabarkan dengan
sesuatu yang menguatkan itu semua?" Aku menjawab; 'Ya, wahai
Nabi Allah.' Lalu beliau memegang lisannya, dan bersabda:
"'Tahanlah (lidah) mu ini." Aku bertanya; 'Wahai Nabi Allah,
(Apakah) sungguh kita akan diadzab disebabkan oleh perkataan yang
kita ucapkan? ' Beliau menjawab, 'Semoga ibumu kehilanganmu!
(ungkapan terkejut). Tidak ada yang menjatuhkan manusia di atas
wajah-wajah mereka-atau beliau bersabda, hidung-hidung mereka,
melainkan hasil lisan mereka (yang buruk)'.” (HR.al-Tirmidzî)15
ﱠﱯ
ﱄ اﻟﻨِ ﱢ
َ ِ ﺟَﺎءَ َر ُﺟ ٌﻞ إ:ي َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪُ ﻗَﺎ َل
َﻬﻞ ﺑ ِﻦ ﺳَﻌ ٍﺪ اﻟﺴﱠﺎ ِﻋ ِﺪ ﱢ
ِ ﱠﺎس ﺳ
ِ َﻋ ْﻦ أَﰊ اﻟ َﻌﺒ
15
al-Imâm al-Hâfiẕ Abî Isâ Muhammad Ibn Isâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, jilid.4, h.
362-363.
71
ﱡﻚ
َ ﱠﺎس ُِﳛﺒ
ِ َازَﻫ ْﺪ ﻓِﻴﻤَﺎ ِﰲ أَﻳْﺪِي اﻟﻨ
ْ و،ُﱠﻚ اﻟﻠﱠﻪ
َ » ْازَﻫ ْﺪ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ُِﳛﺒ:َﺎل
َ َوأَ َﺣﺒ ِﱠﲏ اﻟﻨﱠﺎسُ؟ ﻓَـﻘ
«س
ُ اﻟﻨﱠﺎ
‘’Dari Abû Abbâs Sahl ibn Saʻad al-â ʻidî r.a., berkata, “Seseorang
datang kepada Rasulullah, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah,
tunjukan kepadaku amal perbuatan, yang jika kulakukan, aku dicintai
Allah dan dicintai semua manusia. ‘Rasul pun menjawab”
‘Berzuhudlah dengan dunia, niscaya engkau dicintai Allah dan
berzuhudlah dengan apa yang dimiliki orang lain, niscaya engkau
dicintai mereka.” (HR. Ibn Mâjah)16
ﻓَِﺈ ْن َﱂْ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻊ،ِ ﻓَِﺈ ْن َﱂْ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄ ْﻊ ﻓَﺒِﻠِﺴَﺎﻧِﻪ،ِ َﻣ ْﻦ َرأَى ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ ُﻣْﻨ َﻜﺮًا ﻓَـ ْﻠﻴُـﻐَﻴـ ْﱢﺮﻩُ ﺑِﻴَ ِﺪﻩ:ﻳـَ ُﻘﻮ ُل
اﻹﳝَﺎ ِن
ِْ َﻒ
ُ ﺿﻌ
ْ َِﻚ أ
َ َوذَﻟ،ِﻓَﺒِ َﻘ ْﻠﺒِﻪ
‘’Dari Abû Saʻīd al-Khudriy r.a., berkata, Aku mendengar Rasulullah
Saw., bersabda, “Siapa saja diantara kalian yang melihat
kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak
mampu, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu (juga), ubahlah
dengan hatiya; dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. al-
Muslim)18
16
al-Ḥâfiẓ Abî Abdillah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibn Mâjah, (Dâr Ihnyâ
al-Kitab al-ʼArabiyyah), jilid.2, h.1373.
17
al-Ḥâfiẓ Abî Abdillah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibn Mâjah, h.784.
18
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 1, h. 69.
72
ُُﺸﲑ
ِ وََﻻ َْﳛ ِﻘ ُﺮﻩُ اﻟﺘﱠـ ْﻘﻮَى ﻫَﺎ ُﻫﻨَﺎ« َوﻳ،ُ َﻻ ﻳَﻈْﻠِ ُﻤﻪُ وََﻻ ﳜَْ ُﺬﻟُﻪ،ِاﷲِ إِ ْﺧﻮَاﻧًﺎ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ُﻢ أَﺧُﻮ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِﻢ
ُﺿﻪ
ُ َوﻋ ِْﺮ،ُ َوﻣَﺎﻟُﻪ،ُ َد ُﻣﻪ،ٌَﻋﻠَﻰ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ َﺣﺮَام
“Dari Abû Hurairah r.a., berkata, Rasulullah Saw., bersabda.
“Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci,
saling membelakangi. Dan janganlah sebagian kalian membeli
barang yang sedang dibeli sebagian lainnya. Jadilah kalian hamba-
hamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah
saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menzalimi, berdusta, dan
merendahkannya. Takwa itu di sini-Rasulullah menunjuk ke dadanya
sebanyak tiga kali. Cukuplah seseorang dianggap jelek jika
merendahkan saudaranya sesama muslim. Darah, harta, dan
kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim lainnya.” (HR.
al-Muslim)19
ﱠﺲ َﻋ ْﻦ
َ َﻣ ْﻦ ﻧـَﻔ:َﺎل
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ
َ ﱠﱯ
َﻋ ِﻦ اﻟﻨِ ﱢ،َُﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ ﻋَﻨﻪ
ﺲ ﻓِﻴ ِﻪ
ُ َﻚ ﻃَ ِﺮﻳﻘًﺎ ﻳـَْﻠﺘَ ِﻤ
َ َوَﻣ ْﻦ َﺳﻠ،َِﺧﻴﻪ
ِ وَاﷲُ ِﰲ ﻋ َْﻮ ِن اﻟْ َﻌْﺒ ِﺪ ﻣَﺎ ﻛَﺎ َن اﻟْ َﻌْﺒ ُﺪ ِﰲ ﻋ َْﻮ ِن أ،َِاﻵ ِﺧَﺮة
ْو
19
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 4, h. 1986.
73
ُ َﱂْ ﻳُ ْﺴ ِﺮ ْع ﺑِِﻪ ﻧَ َﺴﺒُﻪ،ُ َوَﻣ ْﻦ ﺑَﻄﱠﺄَ ﺑِِﻪ َﻋ َﻤﻠُﻪ،ُ َوذَ َﻛَﺮُﻫ ُﻢ اﷲُ ﻓِﻴ َﻤ ْﻦ ِﻋْﻨ َﺪﻩ،َُﻼﺋِ َﻜﺔ
َ اﻟْﻤ
‘’Dari Abû Hurairah r.a., berkata, Nabi Saw., bersabda. “Siapa yang
melepaskan satu kesusahan di dunia dari seorang mukmin maka Allah
akan melepaskan kesusahan baginya di hari kiamat. Siapa yang member
kemudahan kepada orang yang telah ditimpa kesulitan maka Allah akan
memberinya kemudahan baik di dunia maupun di akhirat. Siapa yang
menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia
dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya, selagi ia menolong
sesamanya. Siapa yang menumpuh jalan dalam rangka menuntut ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah
suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca al-
Qur’ān dan mempelajarinya bersama-sama, malainkan turun ketenangan
kepada mereka, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan disebut-sebut
Allah di hadapan makhluk yang berada di sisi-Nya. Dan siapa yang cacat
amalnya maka nasabnya tidak bisa menyempurnakannya” (HR. al-
Muslim)20
20
al-Imâm Abû al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarûrî, Sahîh
Muslim, jilid 4, h. 2074.
21
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah,
(Kairo: Dîr Ibn al-Jauzî, 2014), h. 61.
74
Nasihat itu disebut Din (agama) dan Islam menurut Ibnu Baṭṭal
berdasarkan potongan hadis di atas ُاﻟﺪﱢﻳ ُﻦ اﻟﻨﱠﺼِﻴ َﺤﺔ (Agama itu Nasihat)
menolong mereka dalam perkara yang wajib dibantu atas dasar kebenaran
bukan semata-mata karena ada maksud lain yang tersembunyi. 24 Tapi kita
lembut saat seorang pemimpin lalai dari perintah Allah Swt., memberitahu
hakim, semua orang yang memiliki jabatan umum atau khusus, kita harus
penulis bukan hanya berapa banyak hak yang diperoleh oleh seorang
pemimpin dan yang dipimpin (makhluk hidup), tetapi juga tahu betul apa
22
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 62.
23
Q.s. al-Nisâ'/4: 59. Hukumnya wajib patuh kepada para pemimpin kaum Muslimin
(yang memberlakukan syariat Islam)
24
Tersembunyi atau dirahasiakan. Lihat Kbbi V, Badan pengembangan dan pembinaan
Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
25
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Ibn Daqîq al-ʻÎd, Syarah al-Arbaʻîn al-
Nawawîyyah, h. 61-64.
26
Nasehat untuk para pemimpin kaum muslimin menurut Syekh as-Sa’dî dalam Syarah
al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 65.
75
kewajiban yang harus mereka jalankan. Karena itu kita harus selektif27
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Yang
pertama kali masuk kedalam kategori kaum Muslimin adalah diri kita
membuka aib seseorang, karena itu pemilihan tempat, waktu, situasi, dan
27
Selektif adalah dengan melalui seleksi atau penyaringan. Lihat Kbbi.
28
Muhammad Ibn Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 66.
29
Kemaslahatan atau kegunaan. Lihat kbbi
30
Musthafa al-ʻAdawy, Fikih Akhlak, terj. dari Fiqh al-Akhlâk wa al-Muʻāmâlat baina al-
Muʻminîn Salim Bazemool dan Taufik Daamas, (Jakarta: Qisthi Press, 2010), h. 325.
76
makruh jika kita bersedekah makanan yang buruk atau dengan yang berisi
syubhat.32
(baik) lagi bersih dari noda riya’ (pamrih), ʻujub (kagum diri), sum’ah
(cari popularitas) dan sejenisnya agar do’a kita dikAbûlkan oleh Allah
berakal berfikir dengan baik, dan akalnya tidak dikalahkan oleh hawa
daripada amalnya, maka ia akan sedikit sekali berbicara kecuali itu perkara
31
Q.s. al-Dzariyat/51: 19. Hak untuk orang miskin, Q.s. al-Baqarah/2: 264-266. Sedekah
tanpa harus menyaiti perasaan yang menerimanya.
32
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 77.
33
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî terj. dari al-Wafi fi Syarhil Arbaʻîn al-Nawawî yyah oleh Rohidin Wakhid. Jakarta:
Qisthi Press, 2017. cet.2. h. 85.
77
yang berguna baginya.34 Seperti hadis berikut ini: yang artinya “Celakalah
35
َﻚ اﻟْ ُﻤﺘَـﻨَﻄﱢﻌُﻮ َن« ﻗَﺎ َﳍَﺎ ﺛ ََﻼﺛًﺎ
َ » َﻫﻠ
pada amalnya, ia akan banyak diam dan berbicara hanya untuk perkara
yang penting saja. Semoga saat lisan kita diam, diamnya itu bermanfaat
untuk dirinya dan orang lain bukan sebaliknya, tetapi yang banyak
berbicara bukan berarti tidak bermanfaat, hanya saja kita seharusnya tidak
terlarangan. Maka dari itu kita seharusnya bersikap jujur dalam berbicara,
Iman seseorang dalam hadis ini dijelaskan tidak akan sempurna jika
34
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 82.
35
al-Imâm Abū al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarȗrî, Sahîh
Muslim, (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991), no. 2670, jld. 4, h. 2055.
36
Q.s. al-Aʻrâf/7:3 dan HR. Sahîh Muslim.
37
Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, dan Ibn Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-
Nawawîyyah, h. 83-84.
78
yang dengki.38
tidak meyukainnya, dan ini lebih buruk lagi dari yang pertama. Ketiga, ia
tidak mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain, akan tetapi ia tidak
bila setara, tapi tidak riḍa bila melebihinya39, akan tetapi prilaku tesebut
jelas diharamkan oleh syariat Islam karena tidak ridha dengan pembagian
Allah Swt.40
merupakan buah dari hasil prilaku baik (kebaikan akhlak) kita terhadap
merupakan sumber awal atau akar dari terciptanya kasih sayang dan
permusuhan (segala sesuatu yang bersifat buruk atau tercela). Oleh karena
38
Dengki adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat
kepada keberuntungan orang lain. Lihat Kbbi.
39
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 85-86.
40
Q.s. al-Zukhruf//43:32
79
itu buah dari akhlak yang baik adaalh segala sesuatu yang bersifat
terpuji.41
Ada beberapa syarat yang harus kita ketahui saat ingin berbicara
selamat dari cacatnya (tidak menyinggung orang lain saat berbicara) ada
empat diantaranya:
41
al-Imâm al-Ghazâlî, Ihya Ulumuddin: Menghidupkan kembali Ilmu-ilmu Agama. dari
Ihyâ ‘Ulȗm al-Dîn oleh Ibnu Ibrahim Ba’adillah, (Jakarta: Republika, 2011), jld. 3, h. 182.
42
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 91.
43
Abul Hasan Ali al-Mawardi, Mutiara Akhlak al-Karimah, (Jakarta: PUSTAKA
AMANI, 1993), h. 136-137.
44
Lihat Akhlak di Seputar Sikap Dermawan dan Suka Memberi, al-Imâm Al-Ghazâlî,
Ihya Ulumuddi, h.386-387.
80
berdekatan, masih kerabat lagi Muslim mempunyai tiga hak, tetangga jauh
lagi Muslim mempunyai dua hak, dan yang bukan kerabat lagi Muslim
mempunyai hak seperti hak tetangga, hanya saja berbeda pada bagian
ketiga yaitu jika ia kafir bukan kerabat, ia tetap mempunyai satu hak: hak
sebagai tetangga.45
sebelum rumah”, karena tetangga itu yang dekat dengan kita dan paling
cepat memberikan pertolongan jika terjadi sesuatu kepada kita. Karena itu
kita, apa gunanya rumah mewah, luas, tetapi penghuninya merasa tidak
mereka semuanya sama saja, akan tetapi yang terpenting adalah dalam
bersikap kita harus sewajarnya dan sesuai dengan kedudukan sang tamu
45
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , dan Muhammad Ibn Sâleh Ibn Utsaimîn,
Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 93 dan 95.
46
Ibnu Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 94.
47
M. Quraidh Shihab, Yang Hilang Dari Kita Akhlak, (Tangerang Selatan: Lentera Hati,
2016), h.259-260.
81
tersebut. Misalnya menghormati tamu yang ulama, guru, atau orang yang
anak-anak, semua itu akan membuat tamu merasa tidak nyaman. Karena
itu alangkah baiknya jika kita ingin bertamu atau berkunjung hendaknya
Marah itu sifat tercela yang berasal dari setan Q.s. al-Aʻraf/: 200-
202.50 Dan dalam hadis riwayat Ahmad juga mengatakan hal yang sama
Karena itu akibat kemarahan manusia keluar dari keadaannya yang lurus,
48
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, H.108.
49
M. Quraidh Shihab, Yang Hilang Dari Kita Akhlak, h. 265-266.
50
Musthafa al-ʻAdawy, Fikih Akhlak, h. 388.
51
Ibnu Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 98.
82
setan, marah juga dapat menutup nakar dan akal sehat kita untuk berfikir
dengan jerni. Karena itu ada sejumlah ulama yang tidak mengesahkan
itu. Larangan tersebut bukan merujuk pada kemarahan itu sendiri, hal itu
karena manusia tidak akan sanggup mengenyahkan itu dari dirinya, 54 oleh
karena itu mohonlah selalu perlindungan dari Allah Swt., Seperti yang
dikatakan Isa a.s., kepada Yahya As ibn Zakariyah a.s., ketika beliau
“Jika dikatakan kepadamu apa yang kamu miliki, maka katakanlah, 'Dosa
yang kamu sebutkan, aku memohon ampun kepada Allah darinya.' Jika
dikatakan kepadamu apa yang tidak terdapat padamu, maka pujilah Allah,
karena tidak ada apapun yang Allah berikan kepada kita yang membuat itu
berusaha, dan senantiasa berakhlak mulia santun dan sabar serta selalu
52
HR. Ahmad nomor 2425, 3269.
53
Musthafa al-ʻAdawy, Fikih Akhlak, h. 390.
54
Mengenyahkan aatu mengusir. Lihat KBBI.
55
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 97-98.
83
memepersiapkan diri kita jika suatu saat menghadapi prilaku yang biasa
meluapkannya.56
seseorang,57 sifat tersebut juga sangat disukai oleh Allah Swt., yang juga
Allah Mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal serta menganjurkan agar
kita untuk selalu berbuat baik seperti yang terdapat dalam firman Allah
Swt., berikut:
ﱠﺖ ُوﺟُﻮُﻫ ُﻬ ْﻢ ِﰲ اﻟﻨﱠﺎ ِر َﻫ ْﻞ ُْﲡﺰَْو َن إﱠِﻻ ﻣَﺎ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن
ْ َوَﻣ ْﻦ ﺟَﺎءَ ﺑِﺎﻟ ﱠﺴﻴﱢﺌَ ِﺔ ﻓَ ُﻜﺒ
‘’Dan barang siapa membawa kejahatan, maka
disungkurkanlah wajah mereka ke dalam neraka. Kamu tidak
diberi balasan, melainkan (setimpal) dengan apa yang telah kamu
kerjakan.’’59
56
Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn Daqîq al-
Îd, dan Muhammad Ibn Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 99.
57
Lihat KBBI
58
Abȗ ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî, (Damaskus: Dâr,
Ibn Katsîr, 2002), no. 6927, jld. 9, h. 1713 (16).
59
Q.s., al-Naml/27: 90
84
lemah lembut dalam setiap perkara karena hal itu bisa dikatakan
meluluhkan hati seorang makhluk dalam kondisi dan situasi apa pun.
Jangan kan makhluk Allah saja menyukai orang yang berbuat baik
kedua orang tua, menyambung tali silaturahmi, dan berlaku adil dalam
segala muamalah.62
dalam kandungan hadis ini bahkan ketika ingin membunuh harus dengan
cara yang baik, dan tidak berniat untuk menganiaya. Contohnya dalam al-
menyembelih binatang yang banyak air susunya dan memiliki anak hingga
60
Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari. Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Cara Mencapai
Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Imâm Asy-Syafi’i, 2016), h. 261.
61
Q.s. al-Nisâ’/4: 26
62
Mualamalah adalah hal-hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata,
dan sebagainya)
63
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 101
85
dengan cara yang baik dan lemat lembut harus mengikuti proses yang baik
sekaligus dan menariknya dari satu tempat ke tempat lain, menyebut nama
ini. Yaitu yang pertama, anjuran untuk kita selalu berbuat adil, kemudia
yang kamu dapatkan. Kedua, berbuat baik yang sudah jelas dianjurkan,
Faedah atau intisari kandungan hadis ini yaitu ada tiga hal yang
pertama, perintah wajib untuk bertaqwa kepada Allah Swt., saat sendiriian
atau saat berada di khalayak ramai, karena ia tahu bahwa Allah Swt., Maha
64
Ibn Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 101-102
65
Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 102-103
86
Ketiga, anjuran agar kita berinteraksi dengan manusia dengan akhlak yang
baik (terpuji).66
yang mencakup semua hal yang dibawa oleh Islam baik itu akidah, ibadah,
177) pengertian takwa seperti itu bukanlah sesuatu yang harus di ucapkan
atau sesuatu yang harus dituntut tanpa adanya bukti apa pun, melainkan itu
durhaka kepada-Nya.67
Jika mendengar kata akhlak terpuji pasti yang terfikir oleh kita
pertama kali adalah Nabi, Rasul, dan kaum mukminin pilihan lainnya. Itu
semua karena mereka adalah sebagai sosok pribadi atau cerminan yang
keburukan.68
bentuk apapun itu, serta walaupun berat kita harus senantiasa memaafkan
berbagai bentuk keburukan serta gangguan yang kita terima dari orang lain
66
Hany asy-Syaikh Jum’ah Sahal, Mutiara Arbaʻîn: Syarah Hadits Arbaʻîn al-Nawawî
untuk pemula terj. dari Syarah Hadits Arbaʻîn al-Nawawî oleh Bukhari Abdul Mu’id. (Bogor:
Hilal Media, 2016), h. 57.
67
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 125-126.
68
Ibnu Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 10.
87
melakukannya.69
itu malu kepada Allah maupun malu kepada setiap makhluk, dapat
Qayyim sifat malu ini termasuk yang utama dan luhur kedudukannya,
Swt., perintahkan.70
69
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sāliḥ Ibn Uṡaimīn, Syarah Arba’în an-Nawawî : Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam terj. dari Ad-Durrah as-Salafiyyah Syarah al-
Arba’în al-Nawawî yah oleh Ahmad Syaikhu, (Jakarta: Darul Haq, 2015), h. 194.
70
Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari. Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Cara Mencapai
Akhlak Mulia, h.529.
88
untuk meninggalkan suatu prilaku yang buruk dan membawa kepada yang
orang yang beriman dari pebuatan yang hina (kenistaan) menuju kepada
ketaatan.73
ayah dan guru dengan menggunkan metode pendidikan yang tepat, yaitu
sifat yang bertentangan degan rasa malu, memilihkan teman bermain yang
baik dan menjauhkan dari teman bermain yang jahat, serta mengarahkan
71
Tinjauan adalah hasil dari meninjau bisa berubah pandangan atau pendapat (sesudah
menyelidiki, mempelajari, dan sebagainnya). Lihat KBBI
72
al-Imām Abū ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî, no. 24,
jld. 1, h. 16 (14)
73
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Ibn Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-
Nawawîyyah, h. 119-220.
74
Pengawasan lebih luas lagi maknanya diabndingkan dengan mengawasi yaitu hanya
melihat dan memperhatikan. Sedangkan pengawasan jga memiliki arti penjagaan. Lihat Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
89
nahi mungkar merupakan salah satu sarana kebaikan yang banyak sekali
ِﻚ
َ ُوف َوﻳـَْﻨـﻬ َْﻮ َن َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮ َوأُوﻟَﺌ
ِ َْﲑ َوﻳَﺄْ ُﻣﺮُو َن ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮ
ِْ َوﻟْﺘَ ُﻜ ْﻦ ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ أُﱠﻣﺔٌ ﻳَ ْﺪﻋُﻮ َن إ َِﱃ اﳋ
Selain itu ada beberapa faedah lain yang terkandung dari hadis ke
75
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 157.
76
Q.s. Âli-ʻImrân/3: 104
77
al-Ghazâlî, Ihya Ulumuddin: Menghidupkan kembali Ilmu-ilmu Agama, jld. 3, h. 333.
90
langit dan bumi dari tasbih dan pujian yang kita lakukan.
sendiri.
kepada Allah, bukan dengan cara menusia bebas melakukan apa saja
yang di iginkannya.78
artinya bersifat keras tidak memiliki belas kasihan kepada makhluk hidup
(suka berbuat aniaya (kejam), tidak menaruh belas kasihan, tidak adil,
dan kejam.79
sesuatu yang mustahil Allah Swt., lakukan, karena itu adalah perbuatan
yang melampaui batas dan betindak pada (sesuatu) milik orang lain.
78
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-Îd, dan Muhammad Ibnu Ṣāleḥ Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 134.
79
Lihat KBBI
91
Kedua hal tersebut adalah mustahil bagi Allah Swt. Pekataan dalam hadis
dengan apa yang sudah jelas disebutkan dan terkandung dalam al-
Qur’ān.
80
(٢٩) ي َوﻣَﺎ أَﻧَﺎ ﺑِﻈ ﱠَﻼٍم ﻟِْﻠ َﻌﺒِﻴ ِﺪ
ْل ﻟَ َﺪ ﱠ
ُ ﱠل اﻟْﻘَﻮ
ُ ﻣَﺎ ﻳـُﺒَﺪ
‘’Keputusan-Ku tidak dapat diubah, dan Aku tidak menzakimi
hamba-hamba-Ku.”
81
(٤٤) ﱠﺎس أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻬ ْﻢ ﻳَﻈْﻠِﻤُﻮ َن
َ ﱠﺎس َﺷْﻴﺌًﺎ َوﻟَ ِﻜ ﱠﻦ اﻟﻨ
َ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳَﻈْﻠِ ُﻢ اﻟﻨ
‘’Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikitpun,
tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.”
82
(٤٠) ْت ِﻣ ْﻦ ﻟَ ُﺪﻧْﻪُ أَ ْﺟﺮًا َﻋﻈِﻴﻤًﺎ
ِ َﻚ َﺣ َﺴﻨَﺔً ﻳُﻀَﺎ ِﻋ ْﻔﻬَﺎ َوﻳـُﺆ
ُ َﺎل ذَ ﱠرةٍ َوإِ ْن ﺗ
َ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳَﻈْﻠِ ُﻢ ِﻣﺜْـﻘ
‘’Sungguh, Allah tidak akan menzalimi seseorang walaupun
sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarra), niscaya
Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang
besar dari sisiNya.”
sekali melakukan banyak kesalahan pada malam dan siang hari, Allah
80
Q.s. Qâf/50: 29
81
Q.s. Yȗnus/10: 44
82
Q.s. al-Nisâ’/4: 40
83
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sāliḥ Ibn Uṡaimīn, Syarah Arba’în an-Nawawî : Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam, h, 246.
92
dari riyaʻ dan kemunafikan dan siang hari diciptakan untuk disaksikan
oleh manusia. Karena itu apakah kita tidak malu jika melakukan
oleh karena itu orang yang cerdas semestinya menaati Allah dan tidak
jalan melakukan kebaikan, baik itu manfaatnya untuk diri kita sendiri
atau makhluk hidup lainnya. Seperti yang sudah jelas dikatakan dalam
hadis pada setiap tasbih, takbir, tahmid (pujian kepada Allah yang
“Tidak ada Tuhan selain Allah”), menyuruh yang ma’ruf mencegah yang
84
Ibnu Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 138.
85
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 194.
86
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-Îd, dan Muhammad Ibnu Ṣāleḥ Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 144-
147.
93
sangat terbuka dan luas untuk semua orang bisa melakukannya. Karena
orang yang melakukan itu akan mendapatkan pahala yang tidak kalah
banyak lagi.87
88
ﺻ َﺪﻗَﺔ
َ ُوف
ٍ ُﻛ ﱡﻞ َﻣ ْﻌﺮ
“Setiap perbuatan baik adalah sedekah.” (HR. al-Bukhârî)
ini saja, tapi masih banyak lagi bahkan tidak terbatas macam kebaikan
dan amal saleh yang belum disebutkan satu persatu yang bisa dilakukan
kebaikan.
b) Niat yang baik akan merubah hal-hal yang mubah menjadi ibadah,
d) Disunnahkan bagi orang fakir untuk bersedekah jika hal itu tidak
87
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi, h. 198.
88
al-Imâm Abȗ ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî, No.
6021, jld. 8, h. 1510 (11)
89
Hany asy-Syaikh Jum’ah Sahal, Mutiara Arbaʻîn: Syarah Hadits Arbaʻîn al-Nawawî
untuk pemula, h. 86.
94
bedzikir)
untuk dikerjakan.90
alasanya.
setiap ruas tulang sendi manusia yang berjumlah 360 anggota, maksud
berikut:
90
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 200-201.
91
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-Îd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 147.
92
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Ibnu Daqîq al-Îd, Syarah Arba’în an-Nawawî :
Penjelasan 42 Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam, h. 268-269.
95
َﲪ َﺪ
َِ و،َ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﻛﺒﱠـَﺮ اﷲ،ِﻞ
ٍ ﲔ َوﺛ ََﻼﲦِِﺎﺋَِﺔ َﻣ ْﻔﺼ
َ إِﻧﱠﻪُ ُﺧﻠِ َﻖ ُﻛ ﱡﻞ إِﻧْﺴَﺎ ٍن ِﻣ ْﻦ ﺑ َِﲏ آ َد َم َﻋﻠَﻰ ِﺳﺘﱢ
ً أ َْو ﺷ َْﻮَﻛﺔ،ﱠﺎس
ِ َو َﻋﺰََل َﺣ َﺠﺮًا َﻋ ْﻦ ﻃَ ِﺮ ِﻳﻖ اﻟﻨ،َ وَا ْﺳﺘَـ ْﻐ َﻔَﺮ اﷲ،َ َو َﺳﺒﱠ َﺢ اﷲ،َ َوَﻫﻠﱠ َﻞ اﷲ،َاﷲ
ﲔ
َ ْﻚ اﻟ ﱢﺴﺘﱢ
َ َﻋ َﺪ َد ﺗِﻠ،ٍُوف أ َْو ﻧـَﻬَﻰ َﻋ ْﻦ ُﻣْﻨ َﻜﺮ
ٍ َوأََﻣَﺮ ﲟَِْﻌﺮ،ﱠﺎس
ِ أ َْو َﻋﻈْﻤًﺎ َﻋ ْﻦ ﻃَ ِﺮ ِﻳﻖ اﻟﻨ
93
َْﺸﻲ ﻳـ َْﻮَﻣﺌِ ٍﺬ َوﻗَ ْﺪ َز ْﺣَﺰ َح ﻧـَ ْﻔ َﺴﻪُ َﻋ ِﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر
ِ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ ﳝ،وَاﻟﺜ َﱠﻼﲦِِﺎﺋَِﺔ اﻟ ﱡﺴ َﻼﻣَﻰ
‘’Sesungguhnya Allah menciptakan setiap manusia dari Bani Adam
dengan 360 persendian. Barangsiapa yang bertakbir, bertauhid,
bertahlil, bertasbih, dan beristighfar serta menyingkirkan batu dari
tengah jalan, duri, atau tulang dari tengah jalan yang dilewati
manusia, menyuru yang ma’ruf, atau mencegah yang mungkar
sebanyak 360 persendian tersebut; maka ia berjalan pada hari itu
dalam keadaan telah mengentaskan94 dirinya dari neraka.” (HR.
al-Muslim)
anggota (persendian) itu darinya ada sedekahnya setiap hari. Semua amal
95
ُآﺧَﺮﻩ
ِ ِﻚ
َ أَ ْﻛﻔ،َِﺎت ِﻣ ْﻦ أَوِﱠل اﻟﻨﱠـﻬَﺎر
ٍ ﺻ ﱢﻞ ِﱄ أ َْرﺑَ َﻊ َرَﻛﻌ
َ ،َ اﺑْ َﻦ آ َدم:َﺎﱃ
َ َﺎل اﻟﻠﱠﻪُ ﺗَـﻌ
َﻗ
‘’Allah SWT., berfirman, 'Manusia, shalatlah untukKu empat
rakaat di awal siang, maka Aku mencukupimu pada akhirnya.”
(HR. al-Dârimî)
sedekah anggota tubuh ini. Karena shalat itu merupakan amalan untuk
93
al-Imâm Abȗ al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarȗrî, Sahîh
Muslim, No. 1007, jld. 2, h. 698.
94
Mengentaskan disini maksudnya adalah memperbaiki (menjadikan, mengangkat) atau
keadaan yang kurang baik kepada yang (lebih) baik. Lihat KBBI V.
95
Abū Muhammad Abdullah Ibn Abd al- Rahmān Ibn al-Fadl Ibn Bahrām al-Darimī,
Sunnan al-Dārimī, (Riyād: Dār al-Mugni Linnasyr al-Tūzī, 1421), No. 1492, jld. 2, h. 909.
96
semua anggota tubuh. Jika mengerjakan shalat, maka semua angota tubuh
melakukan tugasnya.96
kandungan hadis arba’īn ke 26 ini yaitu jika kita menjumpai dua orang
maka itu termasuk sedekah, karena itu merupakan sedekah yang utama98
ﱠﺎس
ِ َﲔ اﻟﻨ
َ ْ ُوف أ َْو إِﺻ َْﻼ ٍح ﺑـ
ٍ ﺼ َﺪﻗٍَﺔ أ َْو َﻣ ْﻌﺮ
َ َِﻻ َﺧْﻴـَﺮ ِﰲ َﻛﺜِ ٍﲑ ِﻣ ْﻦ َْﳒﻮَا ُﻫ ْﻢ إﱠِﻻ َﻣ ْﻦ أََﻣَﺮ ﺑ
Menurut Ibn Miskawaih adil adalah sifat utama bagi manusia yang
timbul dari tiga sifat utama lainnya yaitu kebijaksanaan, memelihara diri
yang adil sehingga dengan sifat itu dapat selalu adil terhadap dirinya dan
orang lain.100
96
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Ibnu Daqîq al-Îd, Syarah al-Arbaʻîn al-
Nawawîyyah, h.148-149.
97
Adil adalah tidak berat sebelah atau memihak diantara salah satunya. Lihat Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
98
Muhammad Ibnu Ṣâleḥ Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 149.
99
Q.s. al-Nisâ’/4: 114
100
Ahmad Muhammad al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad Saw. Keluhuran dan
Kemuliaannya terj. dari Min Akhlāqin-Nabiy oleh Abdul Latif As-Subky. (Jakarta: Bulan Bintang,
1981), h. 133.
97
dosa adalah terasa mengganggu jiwa saat kita hendak atau sesudah
tersebut dan tidak suka jika orang lain mngetahui perbuatan tersebut.101
akhlak yang baik artinya manusia memiliki hati yang luas, lapang dada,
berhati tenang, dan bermuamalah dengan baik. Karena itu jika manusia
yang mengerjakannya.102
dan kamu tidak suka jika orang lain melihatnya” yaitu sesuatu yang jika
kita bimbang dalam melakukannya apakah itu baik atau buruk untuk
tentang apa yang kita ragukan, akan tetapi semua itu tidak bisa
menghilangkan perasaan jiwa yang masih tidak merasa tentram dan dada
101
Hany asy-Syaikh Jum’ah Sahal, Mutiara Arbaʻîn: Syarah Hadits Arbaʻîn al-Nawawî
untuk pemula, h. 91.
102
Muhammad Ibnu Ṣāleḥ Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 153.
103
Fatwa merupkan jawaban (keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti (orang
yang memberikan fatwa untuk memutuskan suatu masalah yang berhubungan dengan hukum
Islam) tentang suatu masalah. Lihat KBBI
98
teasa sesak tidak menjadi lapang jawabannya tetap sama, “Hal sepeti itu
Daqīq al-ʼĪd dalam syaraḥnya akhlak yang baik yaitu berbuat adil dalam
serta tidak berbuat jujur, berbohong dan yang sejenisnya semua itu tidak
atau tercela.106
amal perbuatan yang bisa memasukanku kedalam surga.” Hal itu juga
surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu
104
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sāliḥ Ibn Uṡaimīn, Syarah Arba’în an-Nawawî : Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam, h. 280.
105
Ibn Daqîq al-ʼÎd, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 152.
106
al-Ghazâlî, Ihya Ulumuddin: Menghidupkan kembali Ilmu-ilmu Agama, jld. 3, h. 105.
99
107
kerjakan”), akan tetapi amal perbuatan saja tidak akan cukup untuk
itu agar diterima, yaitu dengan rahmat dan karunia Allah Swt., serta
ْﺶ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻟ َْﻮ ﺗـََﺮُﻛﻮا ِﻣ ْﻦ َﺧْﻠ ِﻔ ِﻬ ْﻢ ذُ ﱢرﻳﱠﺔً ِﺿﻌَﺎﻓًﺎ ﺧَﺎﻓُﻮا َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻓَـْﻠﻴَﺘﱠـ ُﻘﻮا اﷲَ َوﻟْﻴَـ ُﻘﻮﻟُﻮا ﻗـَﻮًْﻻ
َ َوﻟْﻴَﺨ
َﺳﺪِﻳﺪًا
‘’Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang
mereka yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan)nya.
Oleh karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”108
yang bisa lisan lakukan sehigga membuat kita dibendi di sisi Allah ini
setiap amal perbuatan adalah menjaga lisannya, hal itu juga dijelaskan
107
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 227.
108
Q.s. al-Nisâ’/4: 9.
109
Kufur adalah tidak percaya kepada Allah Swt dan Rasul-Nya orang yang melakukan
hal tersebut dinamakan kafir. Lihat KBBI.
110
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 163.
100
111
ُﺖ
ْ ﺼﻤ
ْ َاﻵﺧ ِﺮ ﻓَـ ْﻠﻴَـ ُﻘ ْﻞ َﺧْﻴـﺮًا أ َْو ﻟِﻴ
ِ َﻣ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳـ ُْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ وَاﻟﻴـَﻮِْم
‘’Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir
hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. al-Bukhârî)
َﻚ
َ َﻴﻚ اَوﻟ
َ ﱠﻤﺖ ﻓَـ َﻌﻠ
َ َﺖ ﻓَِﺎذَا ﺗَ َﻜﻠ
َﻧﺖ ﺳَﺎﱂٌِ ﻣَﺎ َﺳﻜ ﱠ
َ ﻳَﺎ ُﻣﻌَﺎذُ ا
‘’Wahai Mu’az, kamu adalah selamat selama kamu diam, jika
kamu berbicara, maka (bahayanya) atasmu, dan (untungnya)
bagimu.”112
dengan hati-hati kita juga akan terluka karenanya, oleh karena itu kita
tidak boleh asal bicara saja dengan apa yang kita ucapkan kepada orang
lain karenaa semua itu akan diminta pertanggung jawabnya baik oleh
makhluk dan Allah Swt., kelak diakhir zaman seperti terdapat dalam Q.s.
al-Isrâ’/17: 36.113
apakah isi airnya itu bersih atau kotor kita tidak mengetahuinya jika tidak
seseorang bisa sebagai cerminan dari hati dan fikiran orang tersebut
seperti apa. Maka dari itu sesuai dengan syaraḥ Syekh Ibnu Utsaimîn kita
111
al-Imâm Abȗ ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâ’îl al-Bukhâri, Sahîh al-Bukhârî, No.
6135, Jld. 8, h. 1533 (32)
112
Abul Hasan Ali al-Mawardi, Mutiara Akhlak al-Karimah, h.134.
113
Musthafa al-ʻAdawy, Fikih Akhlak,h. 142.
114
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-Îd, dan Muhammad Ibnu Ṣāleḥ Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 167.
101
zuhud di dunia, yaitu siapa yang bezuhud di dunia, niscaya dia akan
akhirat seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa makna zuhud yaitu
zuhud akan terpancar darinya sifat qanaah, seperti yang dikatakan oleh
orang yang memiliki sifat qanaah, mereka selalu merasa cukup dengan
(kekayaan) yang tidak terhingga nilainya dan tidak akan ada habisnya,
115
Lihat KBBI, (Jakarta: Gramedia Pustka Umum, 2008), cet 1, ed. 4, h. 1573
116
Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari. Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Cara Mencapai
Akhlak Mulia, h.491.
117
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâlih Ibn Uṡaimīn, Syarah Arba’în an-Nawawî : Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam, h. 320.
102
keutamaan akhirat.118
makhluk, yaitu dengan cara zuhud terhadap apa yang dimiliki oleh
mereka seperti ikut senang dengan apa yang mereka senangi sebaliknya
jika kita menginginkan apa yang mereka senangi atau miliki hal itu
kita.120
dunia.121Akan tetapi hal itu sekarang sudah tidak berlaku karena manusia
sangat giat dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga
118
Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari. Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Cara Mencapai
Akhlak Mulia, h.501.
119
al-Imām Abū al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarȗrî, al-Muslim,
No. 1054, Jld. 2, h. 730.
120
Musthafa al-ʻAdawy, Fikih Akhlak, h. 75.
121
Zuhud seperti ini terjadi pada masa pemerintahan Abasiyah. Mereka tidak mau bekerja,
dan mereka berpakaian lusuh. karena mereka hanya mengamndalkan sedekah dari orang lain saja.
Mereka mengganggap apa yang mereka lakukan itu sebagai sifat zuhud, padahal Islam tidak
mengajarkan hal tersebut bahkan Islam melarang untuk meminta belas kasih manusia.
122
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 247-248.
103
dengan tanpa hak kepada orang lain. Apalagi memulai kejahatan atau
permusuhan terlebih dahulu hal tersebut tidak boleh dilakukan karena itu
Dan kata “Tidak boleh membalas bahaya orang lain dengan bahaya
lagi” artinya dengan kata lain yaitu balas dendam. Kita tidak boleh
membalas seseorang yang berlaku tidak adil atau jahat kepada kita,
membalas terlebih dahulu apa yang mereka lakukan kepada kita. Karena
jika kita saling memaki atau dua orang saling membalas perbuatan jahat
َُﺎﻻ ﻓَـ َﻌﻠَﻰ اﻟْﺒَﺎ ِد ِئ ﻣِﻨ ُﻬﻤَﺎ ا ِﻹﰒُ ﻣَﺎ َﱂْ ﻳـَ ْﻌﺘَ ِﺪ اﻟْ َﻤﻈْﻠُﻮم
َ اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﺒﱠﺎ ِن ﻣَﺎ ﻗ
sesama manusia. Selain itu jika kita memiliki sifat tercela itu akan
123
Q.s. al-Nisâ’/4: 29, 88-89 dan Q.s. al-Anfâl/8: 64
124
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 178
125
al-Imâm Abȗ al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâibarȗrî, Sahîh
Muslim, No. 2587, Jld. 4, h. 2000.
104
rasa dendam yang ada pada hati kita Q.s. al-Hijr/15: 47.126
pemaaf agar bisa saling memaafkan satu sama lain, bukan hanya
memafaatkan di mulut saja tapi sampai ke dalam hati kita karena itulah
129
ْﺲ إﱠِﻻ ﻟِﻴَـ ْﻌﺒُﺪُو ِن
َ َاﻹﻧ
ِْ ْﺖ اﳉِْ ﱠﻦ و
ُ َوﻣَﺎ َﺧﻠَﻘ
‘’Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.”
hendaknya sadar tugas utama mereka sebagai manusia, oleh karena itu
126
al-Imâm al-Ghazâlî, Ihya Ulumuddin: Menghidupkan kembali Ilmu-ilmu Agama, h.
381.
127
Choiruddin Hadhiri,, Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim ideal, (Jakarta:
Qibla, 20015), h. 130.
128
Lihat KBBI
129
Q.s. al-Dzâriyât/51: 56
105
ْﻂ
ِ ( َوأَﻗِﻴ ُﻤﻮا اﻟْﻮَْز َن ﺑِﺎﻟْ ِﻘﺴ٨) ( أﱠَﻻ ﺗَﻄْﻐَﻮْا ِﰲ اﻟْﻤِﻴﺰَا ِن٧) ﺿ َﻊ اﻟْﻤِﻴﺰَا َن
َ وَاﻟ ﱠﺴﻤَﺎءَ َرﻓَـ َﻌﻬَﺎ وََو
Intisari dari hadis arb’īn yang ke 34 ini yaitu wajib bagi kita untuk
tangan, contohnya hal ini hanya bisa dilakukan oleh para penguasa.
Kedua, merubahnya dengan lisan hal ini biasanya dilakukan oleh para dai
(orang yang kerjanya berdakwa), yang deket yaitu orang tua, guru dan
orang yang berpengaruh ucapanya dan bisa di dengar oleh orang yang
melakukan perbuatan mungkar tersebut. Ketiga, jika jika kedua cara itu
tidak mampu kita lakukan untuk merubahnya, baik dengan tangan atau
130
KUPI, Dokumen Resmi dan Hasil Kengres Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta:
KUPI, 2017), h. 128.
131
Q.s. al-Rahmân/55: 7-9
132
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî, Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-Îd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h. 190.
106
menyebutkan kebaikan atau perbuatan terpuji mereka agar apa yang kita
islamiah yang kuat kita harus saling menjaga satu sama lain (sesama
ﻀ ٌﻮ
ْ ُ َوﺗَـﻌَﺎﻃُِﻔ ِﻬ ْﻢ َﻣﺜَﻞُ اﳉَْ َﺴ ِﺪ إِذَا ا ْﺷﺘَﻜَﻰ ِﻣْﻨﻪُ ﻋ،َْاﲪ ِﻬﻢ
ُِ َوﺗَـﺮ،ْﲔ ِﰲ ﺗَـﻮَا ﱢد ِﻫﻢ
َ َِﻣﺜَﻞُ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨ
134
ﺗَﺪَاﻋَﻰ ﻟَﻪُ ﺳَﺎﺋُِﺮ اﳉَْ َﺴ ِﺪ ﺑِﺎﻟ ﱠﺴ َﻬ ِﺮ وَاﳊُْﻤﱠﻰ
‘’Pereumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan mereka,
kasih sayang mereka, dan keakraban mereka seperti satu badan.
Jika salah satu anggota badan sakit, maka untuknya seleruh
anggota badan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. al-Muslim)
hak-hak dan kewajiban yang muncul dari ikatan tersebut, demikian pula
sama halnya dengan ikatan persaudaraan yang lahir darinya sebuah hak
serta kewajiabn.
sendiri, 4. Beri dan tunjukan perlakuan yang baik kepada teman kita
sahabat.135
makhluk diantaranya:
berlebihan karena iri terhadap apa yang apa yang dimiliki orang lain,
tersebut. agar beralih kepada dirinya atau kepada orang lain selain
dirinya. Oleh karena itu kita tidak boleh mementingkan diri sndiri
135
al-Imâm al-Ghazâlî, Ihya Ulumuddin: Menghidupkan kembali Ilmu-ilmu, h. 205-225.
136
Q.s. Hȗd/11: 116.
137
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 299-300.
108
ُﱠﺧ ُﺮ ﻟَﻪ
ِ َﻣ َﻊ ﻣَﺎ ﻳَﺪ،َﺎﺣﺒِ ِﻪ اﻟْﻌُﻘُﻮﺑَﺔَ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ
ِ ْﺐ أَ ْﺟ َﺪ ُر أَ ْن ﻳـُ َﻌ ﱢﺠ َﻞ اﻟﻠﱠﻪُ ﻟِﺼ
ٍ ﻣَﺎ ِﻣ ْﻦ ذَﻧ
139
ﱠﺣ ِﻢ
ِ َوﻗَﻄِﻴ َﻌ ِﺔ اﻟﺮ،ِ ِﻣ َﻦ اﻟْﺒَـ ْﻐﻲ،ِِﰲ ْاﻵ ِﺧَﺮة
‘’Tidak ada perbuatan dosa yang akan disegerakan siksanya
bagi pelakunya oleh Allah di dunia dan ditangguhkan
(disimpan) baginya di akhirat melainkan berbuat sewenag-
wenang dan memutuskan tali silaturrahmi.” (HR. Ibn Mâjah)
sikap yang kasar, masa bodo, suka memaki dan menghardik apa saja
sikap kita yang ramah dan terbuka, maka mereka juga akan
membuka diri dan mencintai anda bahkan ucapan anda akan sering
138
Hany asy-Syaikh Jum’ah Sahal, Mutiara Arbaʻîn: Syarah Hadits Arbaʻîn al-Nawawî
untuk pemula,h. 114.
139
al-Ḥâfiẓ Abî Abdillah Muhammad Ibn Yazîd al-Qazwînî, Sunan Ibn Mâjah, No. 4211,
Jld. 2, h. 1408.
140
Musthafa al-ʻAdawy, Fikih Akhlak, h. 416.
141
Q.s. al-Hujurât/49: 10.
142
Q.s. al-Baqarah/2: 11
109
satu sama lain. Karena itu kita dilarang untuk menipu dan
terpedaya.143
harta dan tahta dengan begitu semuanya merasa seperti satu tubuh,
143
Q.s. al-Anʻâm/6: 112.
144
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-Îd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah, h.190-
191.
145
Musthafa Dieb al-Bugha dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi Syarah Hadits Arba’în Imam
al-Nawawî, h. 322.
146
Q.s. al-Nȗr/24: 19.
110
dan tidak pelit Q.s. al-Anʻâm/6: 90, 5. Tidak gengsi atau malu untuk
mengatakan “Saya tidak tahu”, 6. Memiliki sifat rendah diri Q.s. al-
147
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibn
Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sāliḥ Ibn Uṡaimīn, Syarah Arba’în an-Nawawî : Penjelasan 42
Hadits Shahih tentang Pokok-pokok Ajaran Islam, h. 360-363.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
hubungan yang berkaitan dengan akhlak baik itu akhlak terhadap Allah
dengan akhlak terhadap sesama makhluk hidup, itu semua dapat dilihat
berdasarkan hadis yang mengandung kata al-Khuluq dan tema hadis saja.
Tetapi juga malihat dari segi redaksi, isi, syarh, dan latar belakang
lisan dan prilaku kita terhadap orang lain. Khususnya terhadap tetangga
serta tamu yang dijelaskan dalam hadis tersebut agar tidak menyakiti
perasaan mereka.
B. Saran-Saran
apalagi sempurna. Oleh karena itu dalam skripsi ini tentu penulis sadar
111
112
penelitian ini dapat dilanjutkan dengan kajian yang lebih melekat satu
sama lain dan dapat mewakili penelitian tersebut dengan sempurna sesuai
dengan fungsi yang diwakilinya. Di antara beberapa hal yang dapat dikaji
banyak ayat atau hadis yang berhubungan dengan akhlak yang terbagi
menjadi akhlak yang baik dan buruk mengapa tidak fokus pada satu sifat,
dan mengapa setiap hadis memiliki nilai akhlak yang berkaitan dengan
berbagai objek, bukan hanya fokus pada satu objek saja. Mengingat bahan
bacaan penulis pada penelitian ini sangat terbatas karena keterbatasan itu
masih sangat sedikit dan penulis belum menemukan karya tulis yang
membahas atau berkaitan dengan hadis akhlak secara khusus. Berbeda jika
mengkaji dan membahasnya. Karena itu besar harapan penulis ada yang
akan terinspirasi dan ingin mengangkat tentang satu hadis yang berkaitan
tentang akhlak dari segi apapun untuk diteliti lebih mendalam lagi, atau
tentang akhlak.
113
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
‘Adawy, Al, Abu Abdullah Musthafa ibn. Fikih Pendidikan Anak: Membentuk
Kesalehan Akhlak Sejak Dini. terj. dari Fiqh Tarbiyah Abna’ wa Tha’ifah
min Nasha’ih al-Athibba’ oleh Umar Mujtahid dan Faisal Saleh. Jakarta:
Qisthi Press, 2009.
ʻ_______, Fikih Akhlak. terj. dari Fiqh al-Akhlâk wa al-Muʻâmalât baina al-
Muʻminîn Salim Bazemool dan Taufik Daamas. Jakarta: Qisthi Press,
2010.
‘Ied, Ibn Daqîqil. Syarah Hadis Arbaʻîn terj. Syarh Matan al-Arbaʻîn al-
Nawawîyyah oleh Abu Umar Abdullah Asy-Syarif. Bogor: Pustaka al-
Tibyan, 2002.
Almath, Muhammad Faiz. 1100 Hadis Terpilih. terj. dari Qobasun min Nȗri
Muhammad saw oleh A. Aziz Salim Basyarahil. Jakarta: Gema Insani,
2017.
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak) terj. dari al-Akhlâq oleh Ahmad Amin
alihbasa: Farid Ma’ruf. Jakarta: Bulan Bintang, 1995. cet. 8.
Anas, Mâlik Ibn. al-Muwatta’. Beirut: Dār Ihyâ al-turâs al-‘Arabi, 1985.
114
AS, al-Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992.
Attaillah, Syekh Ahmad ibn Muhammad. Mutu Manikam dari Kitab al-Hikam
terj. dari Al-Hikam oleh Syekh Muhammad ibn Ibrahim Ibnu 'Ibad al-
Naqzi al-Rindy. Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010.
Azra, Azyumardi., dkk. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2005. Jilid 1.
Bugha, Al, Musthafa Dieb dan Muhyiddin Mistu. al-Wafi terj. dari al-Wafi fi
Syarhil Arbaʻîn al-Nawawiyyah oleh Rohidin Wakhid. Jakarta: Qisthi
Press, 2017. cet.2.
Bukhârî, Al, al-Imâm Abū ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismâʻīl. Sahīh al-Bukhârî.
Damaskus: Dār, Ibn Katsīr, 2002.
Darimī, Al, Abū Muhammad Abdullah Ibn Abd al- Rahmān Ibn al-Fadl Ibn
Fathullah, Ahmad Lutfi. 40 Hadis Mudah Dihafal Sanad dan Matan. Jakarta: Al-
Ghazâlî, Al, al-Imâm Abū hâmid Muhammad Ibn Muhammad Ihyâ ‘Ulȗm al-
Dîn. Beirut: Dār Ibn Hazm, 2005.
_______, Ihyâ ‘Ulȗm al-Dîn terj. dari Ihyâ ‘Ulȗm al-Dîn Menghidupkan ilmu-
ilmu Agama oleh Ismail Yakub. Jakarta: Dâr Ibn Hazm, 1963. Jld. 3.
_______, Ihya Ulumuddin terj. dari Ihyâ ‘Ulȗm al-Dîn oleh Ibnu Ibrahim
Ba’adillah. Jakarta: Republika, 2011. jld. 3.
Hadhiri, Choiruddin. Akhlak dan Adab Islami: Menuju Pribadi Muslim ideal.
Jakarta: Qibla, 20015.
Hilali, Al, Salim Ibn ‘Ied. Sahîh dan Dha’if kitab al-Adzkâr terj. Sahîh kitâb al-
Adzkâr wa Dha’îfuhu Oleh Muslim Arif dan M.Abdul Ghoffar. Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2004.
Hufy, Al, Ahmad Muhammad. Akhlak Nabi Muhammad SAW. Keluhuran dan
Kemuliaannya terj. dari Min Akhlâqin-Nabiy oleh Abdul Latif As-Subky.
Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
Ihsan, Ummu dan Abu Ihsan al-Atsari. Ensiklopedi Akhlak Salaf:13 Cara
Mencapai Akhlak Mulia. Jakarta: Pustaka Imām Asy-Syafi’i, 2016.
Jauzi, Al, Ibn. Zad al-Mesir. Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1404. Jilid VIII.
116
Kountur, Ronny. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
PPM, 2005.
Mawardi, Al, Abul Hasan Ali. Mutiara Akhlak al-Karimah. Jakarta: Pustaka
Amani, 1993.
Naisâbȗrî, Al, al-Imâm Abȗ al-Husain Muslim Ibn al-Hajjâj al-Qusyairî. Al-
Muslim. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1911.
Nawawî, Al, Imam Yahyâ Ibn Syaraf, Imam Abdurrahman Ibn Nāsir as-Sa’dî,
Ibn Daqīq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibn Ṣāleḥ Ibn Utsaimīn, Syarah al-
Arbaʻîn al-Nawawîyyah. Kairo: Dâr Ibn al-Jauzî, 2014.
Nawawî, Al, Imam, Yahyâ Ibn Syaraf, Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî,
Ibn Daqîq al-ʼÎd, dan Muhammad Ibn Sâliḥ Ibn Utsaimîn, Syarah
Arba’in an-Nawawi: Penjelasan 42 Hadis Shahih tentang Pokok-pokok
117
Nawawî, Al, Imam. Terjemah Hadis Arbaʻîn al-Nawawîyyah terj. dari al- Arbaʻîn
al- Nawawîyyah oleh Sholahuddin. Jakarta: Sholahuddin Press, 2004.
Qazwînî, Al, al-Ḥâfiẓ Abî Abdillah Muhammad Ibn Yazîd. Sunan Ibn Mâjah. Dār
Sahal, Hany asy-Syaikh Jum’ah. Mutiara Arbaʻîn: Syarah Hadis Arbaʻîn al-
Nawawî untuk pemula terj. dari Syarah Hadis Arbaʻîn al-Nawawî oleh
Bukhari Abdul Mu’id. Bogor: Hilal Media, 2016.
_______, Yang Hilang Dari Kita Akhlak. Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2016.
Tirmidzî, Al, al-Imâm al-Hâfiz Abî Isâ Muhammad Ibn Isâ. Sunan al-Tirmidzî.
Beirut: Dâr al-Gharbi al-Islâmî, 1996.
Hamid, Sri Andryani. “Imam Nawawî dan Relevansinya dengan UU RI No.14 Th.
2005 dan PP RI No.17.” Tesis S2 Program Pasca Sarjana, UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2011.
Jaʻfar, Abdul. “Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Buku “Dari Hati ke Hati”
Karya Buya Hamka.” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Jurnal:
AS, Abdullah, Achyar Zein, dan Saleh Adri. “Manhaj Imam al-Nawawī dalam
kitab al-Arbaʻîn al-Nawawiyyah.” Journal of Hadis Studies, Vol. 1, No.
2, (Juli-Desember 2017):
119
Habibah, Syarifah. “Akhlak dan Etika dalam Islam.” Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1,
No. 4, (Oktober 2015):
Maghfiroh, Muliatul. “Pendidikan Akhlak Menurut Kitab Tahdzīb al-Akhlāq
Karya Ibnu Miskawaih.” Jurnal Tadrīs, Vol. 11, No. 2, (Desember 2017):
Website:
http://forum.detik.com/permasalahan-di-indonesia-semakin-komplek-
t135639.html
Nurmila., dkk. “Manfaat dan Pembentukan Akhlak,” artikel diakses pada tanggal
29 Desember 2017 dari
https://www.academia.edu/17547067/Manfaat_and_Pembentukan_Akhla
k
121
LAMPIRAN
Kitab Arbaʻīn
1
Jld atau Jilid
122
kemampuan hidup
(HR. al-Muslim, No. 55,
Jld.1)
123
(HR. al-Muslim,
No.1015 Jld.2)
No.2518, Jld.4)
124
(HR. al-Tirmidzî,
No.2317, Jld.4)
...اﻵﺧﺮ
ِ
... ْﻚ
َ اِ ْﺣ َﻔ ْﻆ اﻟﻠﱠﻪَ َْﳛ َﻔﻈ
126
(HR. al-Tirmidzî,
No.2512, Jld.4,)
... ِﺎﻷُﺟُﻮِر
ْﺑ
ُ َﻣ ْﻦ َرأَى ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ ُﻣْﻨ َﻜﺮًا ﻓَـ ْﻠﻴُـﻐَﻴـ ْﱢﺮﻩ... perbuatan yang tercela hidup
... َﺮب
ِ ﺑِﻠﺤ
2
Imam Yahyâ Ibn Syaraf al-Nawawî , Imam Abdurrahman Ibn Nâsir as-Sa’dî, Ibnu
Daqîq al-ʻÎd, dan Muhammad Ibnu Sâleh Ibn Utsaimîn, Syarah al-Arbaʻîn al-Nawawîyyah,
(Kairo: Dîr Ibn al-Jauzî, 2014), h. 231.