Anda di halaman 1dari 138

NILAI-NILAI PENDIDIKAN SPIRITUAL

DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING


KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

Anissatun Niswah
NIM. 11114283

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018
MOTTO

ً‫ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َمن َكا َن يَ ْر ُجو اللَّ َه َوالْيَ ْوَم ْاْل ِخ َر َوذَ َك َر اللَّ َه َكثِيرا‬ ِ ِ ‫لَ َق ْد َكا َن لَ ُكم فِي رس‬
ْ ‫ول اللَّه أ‬ َُ ْ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
(Kementerian Agama RI. 2004. Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah. Solo:
Abyan)

Terus melangkah walau seberat apapun langkahmu,

pelajari setiap langkah yang kamu lalui,

perbaiki yang buruk, lengkapi yang kurang, dan pertahankan yang baik.

Sertakan do'a orang tuamu dalam langkah hidupmu.

vi
PERSEMBAHAN

1. Teruntuk bapak mamak, Bapak Saifudin dan Ibu Titik Chafidhoh yang selalu
di rahmati Allah. Terimakasih atas semua dukungan yang berupa do'a dan
materi Semoga Allah selalu memberikan rahmannya kepada bapak dan
mamak.

2. Teruntuk adik-adik saya, Sokhibul dan Nailul Izza terimakasih atas


dukungannya. Serta terimakasih untuk keluarga besar Mbah Jahuri dan Mbah
Muhadi yang telah memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan ini.

3. Teruntuk seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga, terukhusus para dosen
PAI terimakasih telah membimbing selama kurang lebih empat tahun. Semoga
Allah Swt. menghitungnya sebagai amal ibadah bapak ibu dosen.

4. Teruntuk mas Hudi terimakasih atas bantuan dan dukungannya. Semoga Allah
Swt. menghitungnya sebagai amal ibadah dan semoga Allah memberikan
kemudahan serta kelancaran dalam semua aktivitas.

5. Teruntuk teman teman Majlis Do'a Mawar Allah dan seluruh keluarga Biro
Konsultasi Psikologi Tazkia yang telah memberikan ilmu dan dukungannya.

6. Teruntuk teman-teman sedaerah, IMADISA yang telah menemani saya sejak


awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan.

7. Teruntuk teman-teman kantin Kontainer dan Kantin Dharma Wanita, terima


kasih telah mengajarkan berbisnis. Semoga Allah memgijabah hajad-hajad
kita.

8. Teruntuk teman-teman MGA Squad terimakasih atas dukungan dan


motivasinya.

9. Teruntuk teman-teman PAI angkatan 2014, terkhusus kelas H terimakasih


telah menjadi teman seperjuangan. Kita saling mengingatkan, menguatkan, dan
saling membantu selama 4 tahun terakhir ini. Semoga Allah Swt. memberikan
kesuksesan dunia akhirat. Serta selamat berproses dikehidupan yang lebih luas.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan

kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta

hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel

Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta

para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang

mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat

manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni

dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan

dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan, IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.

viii
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah

membimbing, mengarahkan, dan meluangkan waktunya dengan

ikhlas untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat

menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

6. Bapak dan Ibuku tercinta dan seluruh keluarga yang tidak pernah

berhenti memberikan dukungannya.

7. Seluruh teman-teman di Kampus yang telah menemani dan

membantu selama penulis belajar di IAIN Salatiga.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga,...........................

Anissatun Niswah
NIM. 11114283

ix
ABSTRAK
Niswah, Anissatun. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari
Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agamma Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual; Novel; Habiburrahman El Shirazy
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan terdapat dampak positif dan
negatifnya. Untuk dampak negatif diantaranya adalah mulai adanya degradasi
moral serta disorientasi hidup akibat rendahnya jiwa spiritualitas seseorang.
Semua hal diukur melalui materi dan akal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
mengupas nilai-nilai pendidikan spiritual. Dalam kesempatan ini, peneliti
menggunakan novel sebagai medianya. Sehingga tujuan penelitian dalam skripsi
ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Serta relevansinya dalam
pendidikan agama Islam.
Untuk menyelesaikan penelitian ini peneliti menggunakan metode
metode deskriptif analisis. Peneliti menginterpretasikan nilai-nilai pendidikan
spiritual yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening dengan rujukan
dari literatur perpustakaan. Metode pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi yakni mencari data dari berbagai sumber baik yang sifatnya resmi
maupun pribadi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan spiritual yang
terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening terdapat 20 nilai. Dimana
nilai-nilai tersebut terefleksi dari 99 asmaul husna. Ke-20 nilai tersebut yakni
nilai sifat penyayang, amanah, memberi keamanan untuk orang lain, sifat rendah
hati, memberi, perintis atau pelopor, sabar dalam kesempitan, syukur kepada
Allah Swt., peduli, bijaksana, waspada dan berhati-hati, suka berterima kasih,
memelihara kesucian hati, teliti dan cermat, dermawan, motivator, tawakkal,
melindungi, khusyuk, team work atau kerja sama. Nilai-nilai tersebut dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai pendidikan spiritual tersebut
juga sangat relevan dengan pendidikan agama Islam masa kini. Dengan
pendidikan spiritual Pendidikan Islam tidak hanya berupa penyampaian materi
saja. Namun juga dapat mempraktikkan dengan benar sesuai ajaran Islam, baik itu
ajaran yang berhubungan dengan manusia maupun berhubungan dengan Allah
Swt. Selain itu diharapkan dengan nilai-nilai pendidikan spiritual, orientasi
substansial dan esensial pendidikan dapat berjalan seimbang. Serta peserta didik
benar-benar menjadi insan kamil atau insan yang sempurna.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
HALAMAN LOGO ................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................... v
MOTTO...................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ................................................................................................. 7
F. Metode Penelitian ............................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 13
B. Nilai..................................................................................................................... 15
C. Pendidikan Spiritual
1. Pengertian Pendidikan Spiritual ................................................................... 16
2. God Spot....................................................................................................... 19
3. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Refleksi dari 99 Asmaul Husna ............... 20
D. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam........................................................................ 31
2. Tujuan Pendidikan Islam ............................................................................. 32
3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam........................................................... 33
E. Novel
1. Pengertian Novel .......................................................................................... 34
2. Unsur-Unsur Intrinsik Novel ....................................................................... 36
3. Macam-Macam Novel ................................................................................. 43
F. Kritik Karya Sastra ............................................................................................. 44

xi
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING
A. Profil Novel ......................................................................................................... 48
B. Sinopsis Novel .................................................................................................... 48
C. Unsur Intrinsik Novel ......................................................................................... 52
D. Biografi Penulis .................................................................................................. 72
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy ....................................................................... 77
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy Terhadap Pendidikan Islam .......................... 101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 106
B. Saran ................................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan juga mengalami

kemajuan yang pesat. Di satu sisi hal ini berdampak positif dalam peradaban

umat manusia. Namun di sisi lain, manusia mulai menanggalkan spiritualitas

sehingga terjadi krisis spiritualitas yang ditunjukkan dengan degradasi moral

serta disorientasi hidup. Semua diukur melalui akal dan ilmu pengetahuan.

Padahal akal manusia terbatas, tidak semua dapat diukur melalui akal. Hal

inilah yang menjadikan pentingnya spiritualitas dalam ilmu pengetahuan dan

pendidikan.

Spiritual adalah konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari bahasa

latin spiritus, yang berarti napas. Pada saat ini spiritual lebih merujuk keenergi

hidup dan kesesuatu dalam diri kita yang bukan fisik termasuk emosi dan

karakter. Ini termasuk kualitas vital, seperti energi, semangat, keberanian, dan

tekad (Buzan, 2003: xix). Spiritualitas mencakup hal tentang kejiwaan.

Keyakinan, motivasi, semangat, integritas, simpati dan empati kepada orang

lain merupakan energi yang perlu ditambahkan dalam jiwa intelektualitas

manusia.

Sedangkan, spiritual quatient (SQ) atau kecerdasan spiritual adalah

landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual atau

inteleqtual quatient (IQ) dan kecerdasan emosi atau emotional quatient (EQ)

1
secara efektif (Agustian, 2008:13). Kecerdasan spiritual menjadikan seseorang

lebih bernilai dengan keilmuan yang dimiliki. Ia dapat menyelesaikan

masalah-masalah atau kekurangan yang ditimbulkan dari keilmuannya.

Dengan kecerdasan spiritual para cendekiawan dapat memberi makna spiritual

terhadap kemajuan ilmu pengetahuannya serta dalam pemikiran, perilaku dan

kegiatan yang dilakukan.

Kecerdasan spiritual dapat meningkatkan keyakinan terhadap agama

yang dianut. Dengan demikian dapat menghindarkan diri dari falsafah hidup

positivisme-materialisme dan ekonomi-kapitalistik. Artinya tingkah laku

manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal

mungkin yang ditempuh melalui jalan manapun (Lestari, 2010:20). Jadi

dengan pendidikan spiritual seorang individu tidak hanya mencari keuntungan

dunia namun juga keuntungan akhirat dan ketentraman hati. Misalnya seorang

siswa berprestasi paham terhadap adab-adab kepada orang tua, maka

walaupun dia sudah berprestasi di sekolahnya, dia tetap menaruh hormat

kepada orang tuanya.

Di sinilah pendidikan spiritual sangat penting untuk kerukunan dan

kedamaian semua pihak. Hal ini juga selaras dengan agama Islam yang

merupakan agama yang rahmat dan petunjuk bagi semua makhluk, sesuai

dengan firman Allah swt dalam surat al-Anbiya‟ ayat 107

ِ
َ ‫اك إََِّّل َر ْح َمةً لِّل َْعالَم‬
‫ين‬ َ َ‫َوَما أ َْر َسلْن‬

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.

2
Dengan memberi nilai dan makna pendidikan spiritual baik spiritual

keagamaan maupun umum dalam intelektual yang dimiliki akan memberi

keseimbangan dalam kebutuhan dan kepentingan lahir dan batin. Seorang

individu mempunyai tujuan dan pedoman yang pasti dalam memanfaatkan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang serba canggih.

Semua informasi mudah didapatkan dengan perkembangan teknologi. Hal ini,

menambah sebab akan pentingnya kecerdasan spiritual dalam diri manusia.

Agar terhindar dari dampak negatif teknologi serta tidak dikendalikan oleh

teknologi dan ilmu pengetahuan. Kecerdasan spiritual penting untuk semua

kalangan baik itu pemuda maupun orang tua. Khususnya adalah remaja yang

merupakan masa pencarian jati diri. Ia harus dibekali dengan kecerdasan

spiritual dan agama agar tidak terjerumus dalam arus teknologi.

Pada zaman modern dan serba canggih ini banyak sumber untuk

mendapatkan ilmu dan pendidikan. Seperti buku, novel, internet, medsos, dan

masih banyak lagi. Semua yang ada disekeliling dapat dijadikan sumber

referensi yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan. Salah Satu yang

menjadi pusat perhatian banyak orang adalah novel. Novel merupakan salah

satu karya sastra yang paling diminati banyak orang. Menurut Sudjiman

(1984: 53) novel ialah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh

tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.

Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya ditulis

dalam bentuk cerita.

3
Secara umum ada dua novel, umum dan religius. Novel umum

bercerita tentang hal umum yang biasa terjadi yang tidak ada kandungan

keagamaan didalamnya. Sedangkan novel religius terdapat kandungan ajaran

agama yang dapat diambil pelajaran. Novel religius dapat digunakan sebagai

media meningkatkan nilai spiritual keagamaan. Selain itu selain mempunyai

nilai estetika juga mempuunyai nilai edukatif, sehingga beberapa novel dapat

dijadikan bacaan yang mengedukasi pembacanya untuk menerapkan nilai

yang dikandung. Salah satunya novel religius yang edukatif adalah novel

Bidadari Bermata Bening.

Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy

terdapat dua tokoh utama. Pertama, seorang remaja muslimah bernama Ayna.

Ayna adalah salah satu santri yang berprestasi di pondok pesantren Kanzul

Ulum yang terletak di Candiretno, Magelang. Ia mampu lulus UN dengan

nilai terbaik se-Jawa Tengah. Namun disisi lain dari prestasi gemilangnya,

Ayna mempunyai latar belakang keluarga yang rumit. Hal tersebut berakibat

pada kehidupan Ayna dimasa depan, yang menjadikannya lebih dewasa dan

bijaksana dalam menghadapi problematika kehidupan.

Tokoh utama yang kedua bernama Afif. Afif adalah anak ketiga dari

Kyai Sobron dan Bu Nyai Nur Fauziyah dari pondok pesantren Kanzul Ulum

di Candiretno, Magelang. Afif adalah salah satu Gus dari pondok pesantren

dimana Ayna menuntut ilmu. Afif juga salah satu santri dan siswa terbaik di

Kazul Ulum. Latar belakang sebagai anak Kyai dan Bu Nyai tidak

mejadikannya sombong. Afif tetap rendah hati dan selalu berbakti kepada

4
orang tuanya. Masalah yang dihadapi mengarahkannya kejalan tasawuf. Ia

harus memutuskan secara bijak antara kehidupan tasawuf dan baktinya kepada

orang tua.

Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik ingin membedah isi

novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy. Sebuah

novel yang membicarakan perjalanan hidup seorang remaja muslimah. Aspek

yang ingin dibahas adalah nilai pendidikan spiritual dalam novel tersebut. Jadi

peneliti mengambil judul “Nilai Nilai Pendidikan Spiritual Dalam Novel

Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy”.

Judul diatas dipilih karena dalam novel Bidadari Bermata Bening

karya Habiburrahman El-Shirazy banyak nilai nilai pendidikan spiritual yang

dapat dijadikan pelajaran. Terutama spiritual bagi muda mudi muslim yang

serat akan pergaulan bebas. Bagaimana seorang remaja menghadapi problem

kehidupan dengan bijak dengan tetap mengharap ridho Allah Swt. Bagaimana

seharusnya bersikap kepada orang tua, keluarga, guru, dan teman baik yang

menunjukkan sikap baik dan buruk.

B. Rumusan Masalah

Untuk membatasi pokok bahasan dalam penelitian ini, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Nilai-nilai pendidikan spiritual apa saja yang ada dalam novel Bidadari

Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy?

5
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari

Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan praktik

pendidikan Islam masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari

Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy.

b. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam

Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan

praktik pendidikan Islam masa kini.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menambah informasi yang

jelas bagi semua pihak, agar memberi beberapa kegunaan yakni sebagai

berikut:

a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang nilai-

nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening karya

Habiburrahman El-Shirazy yang dapat diambil pelajaran.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keagamaan Islam

yang digunakan sebagai teladan dalam kehidupan muslim dan

muslimat.

6
b. Secara Praktis

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberi teladan yang konkrit dalam

pendidikan spiritual keagamaan melalui penokohan dalam novel

Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy.

2) Penelitian ini diharapkan mampu memberi teladan yang dapat

dimanifestasikan dalam kehidupan sehari hari sesuai ajaran agama

Islam.

3) Penelitian ini diharapkan mampu memberi motivasi dalam

menghadapi problematika kehidupan.

E. Penegasan Istilah

1. Nilai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:783) nilai dapat

diartikan sebagai sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan. Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau disukai dan

paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

referensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya

(Maslihah, 2009: 106). Jadi nilai merupakan sesuatu yang abstrak

tercermin dalam perilaku nyata yang dianggap baik dan benar oleh

masyarakat.

2. Pendidikan Spiritual

Spiritual adalah konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari

bahasa latin spiritus, yang berarti napas (Buzan, 2003:xix). Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2007:1087) spiritual adalah segala sesuatu yang

7
berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani, atau batin. Jadi,

spiritual merujuk pada sesuatu yang bukan fisik seperti energi, semangat,

keberanian, ritual, dan tekad.

Nilai-nilai pendidikan spiritual inilah yang memberikan makna

pada kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap hidup ini

bukan datang dari luar, tetapi dari dalam diri manusia (Nasution, 2009:10).

Karena makna tersebut berasal dari dalam diri individu sehingga sifatnya

abstrak namun dapat dirasakan secara nyata dalam diri individu. Dalam

keilmuan modern dapat disebut dengan kecerdasan spiritual (spiritual

quotient).

Spiritual quotient adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk

mendapatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar, 2001:4).

Dapat dikatakan, spiritual quotient adalah kecerdasan untuk memberi

makna pada perbuatan dan pikiran dalam kehidupan.

3. Novel

Secara etimologis, istilah novel berasal dari kata novellus yang

berarti baru. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:788) novel

adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang disekililingnya dengan menonjolkan

8
watak dan sifat setiap pelaku. Jadi, novel merupakan bentuk karya sastra

cerita fiksi yang paling baru.

Sebuah novel memiliki unsur-unsur data teks yang perlu dianalisis

kebenarannya. Analisis tersebut berkaitan dengan kesesuaian antara latar

dalam cerita dengan latar pada kehidupan nyata (Utami, 2014: 425).

Sehingga pembaca dapat mengetahui pesan yang tersurat dan tersirat

dalam novel serta dapat memberi pengaruh yang baik bagi pembaca.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian

kepustakaan (library reasearch) dengan metode deskriptif analisis.

Penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan

dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta

mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3). Penelitian kepustakaan

memanfaatkan sumber sumber perpustakaan untuk memperoleh data

penelitian.

Peneliti menginterpretasikan nilai pendidikan spiritual yang

terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening dengan rujukan dari

literatur perpustakaan. Terdapat Berbagai macam koleksi perpustakaan

yang dapat digunakan sumber penelitian, yang dalam penelitian

kepustakaan biasa disebut alat bantu bibliografi (Zed, 2004:10). Alat bantu

bibliografi meliputi buku-buku referensi, bibliografi buku-buku teks,

jurnal ilmiah, dokumen, manuskrip, dan sumber-sumber lain.

9
2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi dan metode wawancara. Metode dokumentasi adalah mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen, lengger, agenda, dan sebagainya

(Arikunto, 2010:274). Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari

sumber-sumber baik dari dokumen pribadi maupun dokumen resmi yang

dibutuhkan dalam penelitian. Dokumen pribadi berupa biografi penulis

sedangkan dokumen resmi dapat berupa buku, jurnal, dan sumber tertulis

lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.

Menurut Moleong (2009:186), wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu. Wawancara

adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan

tertentu (Maslikhah, 2013:321). Wawancara dilakukan peneliti dengan

penulis novel, Habiburrahman El-Shirazy, untuk menggali lebih

mendalam mengenai novel Bidadari Bermata Bening. Hasil wawancara

tersebut akan menjadi bahan atau informasi untuk membantu analisi

peneliti.

10
3. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni:

a. Sumber data primer adalah sumber data pokok yang langsung

dikumpukan oleh peneliti dari objek penelitian (Mahmud, 2011:152).

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu novel Bidadari Bermata

Bening karya Habiburrahman El-Syirazy.

b. Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut

peneliti dapat menunjang data pokok (Mahmud, 2011:152). Selain

sumber data primer, penelitian ini juga membutuhkan sumber data

sekunder seperti buku-buku ilmiah, jurnal dan media cetak lainnya

guna menganalisis nilai-nilai pendidikan spiritual yang terdapat pada

novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El-Syirazy.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis isi (content analysis). Metode analisis isi menurut Smith

merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan informasi

yang diinginkan dari tubuh materi (teks) secara sistematis dan objektif

dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu dari suatu materi (Martono,

2011: 86). Dalam analisis isi ini berupaya mengungkap berbagai informasi

dibalik data yang disajikan di dalam teks.

Karakteristik yang ingin dicari dalam penelitian ini yakni nilai-

nilai pendidikan spiritual yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata

Bening karya Habiburrahman El-Syirazy dengan cara

11
menginterpretasikannya melalui referensi-referensi lain yang mendukung.

Dengan metode analisis isi akan membantu dalam mencari teks-teks yang

terkait dengan nilai-nilai pendidikan spiritual.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada skripsi merupakan garis besar dalam

penyusunan skripsi yang dapat mempermudah jalan pikiran pembaca dalam

memahami secara keseluruhan isi skripsi. Dalam sistematika penulisan skripsi

ini, terdiri dari lima bab yang dijelaskan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Bab II merupakan uraian tentang teori-teori yang mendukung dengan

judul skripsi, berupa teori tentang nilai pendidikan spiritual,

pendidikan agama Islam, dan teori tentang novel.

BAB III: BIOGRAFI NOVEL

Bab III merupakan uraian tentang gambaran umum dari novel

Bidadari Bermata Bening serta biografi pengarang novel yakni

Habiburrahman El-Syirazy.

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV merupakan analisis nilai-nilai pendidikan spiritual yang

terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya

12
Habiburrahman El-Syirazy serta relevansinya terhadap praktik

pendidikan Islam.

BAB V: PENUTUP

Bab V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-

saran.

13
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam

Novel Jilbab In Love Karya Asma Nadia yang ditulis oleh Rizki Septianingtyas

(2017). Inti dari skripsi tersebut adalah adanya nilai-nilai kasih sayang dalam

novel Jilbab In Love karya Asma Nadia. Nilai-nilai tersebut terdiri dari nilai

kasih sayang kepada Allah swt, nilai kasih sayang kepada diri sendiri, nilai

kasih sayang kepada keluarga, dan nilai kasih sayang kepada keluarga dan

masyarakat. Nilai kasih sayang tersebut termasuk dalam nilai spiritual yang

akan meningkatkan kepribadian seseorang.

Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Spiritual dalam Novel Syahadat

Cinta Karya Taufiqurrahman al-Azizy yang ditulis oleh Dita Indi Nur

Otapiyani (2016). Inti dari skripsi tersebut adalah nilai-nilai spiritual yang

terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy

diantaranya nilai kepedulian, tenggang rasa, kesabaran, kejujuran, kedamaian,

integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian, amal, rasa percaya,

kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, dan

cinta. Nilai-nilai spiritual tersebut dapat diimplementaikan sebagai kekuatan

untuk mengubah kehidupan manusia menjadi insan kamil.

Jurnal yang berjudul Novel Rumah Tanpa Jendela (Kajian Sosiologi

Sastra, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan) karya Herlina, Herman J,

Waluyo, dan Nugreheni Eko (2013). Analisis dari jurnal tersebut mengambil

14
tiga tema yakni sosiologi sastra, resepsi pembaca, dan nilai pendidikannya.

Pada kajian sosiologi sastra, penulis menganalisis pengaruh latar belakang

sosial budaya pengarang novel dengan proses pembuatan novel. Setelah diteliti

dan di analisis latar belakang sosial budaya pengarang mempengaruhi isi

novel. Sehingga kehidupan pengarang tercermin dalam novel.

Pada jurnal di atas, sub kajian resepsi pembaca mengatakan bahwa

resepsi atau tanggapan pembaca dinilai positif. Novel dapat menyadarkan

pembaca agar lebih peka terhadap orang di sekitarnya. Untuk kajian nilai

pendidikan pada novel Rumah Tanpa Jendela ditemukan beberapa nilai

pendidikan yang terkandung di dalamnya yakni nilai pendidikan agama atau

religius, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan adat istiadat, dan nilai

pendidikan moral.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat persamaan dan perbedaan dari

ketiga karya ilmiah tersebut dengan skripsi yang akan ditulis peneliti yang

berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari bermata

Bening Karya Habiburraahman El-Shirazy. Persamaannya yakni sama-sama

penelitian dengan jenis library reasearch atau penelitian kepustakaan dengan

membedah salah satu karya sastra. Serta ketiganya membedah novel yang serat

akan makna dan ibrah yang dapat diambil pelajaran.

Perbedaannya adalah jika dari uraian skripsi pertama mempunyai

perbedaan dalam aspek yang akan diteliti serta jenis buku yang akan diteliti.

Pada skripsi kedua perbedaannya ada pada jenis buku yang diteliti. Kemudian

yang ketiga, perbedaannya berupa aspek kajian yang akan diteliti. Jika pada

15
jurnal tersebut aspek kajian nilai pendidikan lebih luas sedangkan yang akan

jadi kajian pada skripsi yang akan di tulis lebih difokuskan pada nilai

pendidikan spiritual.

Dengan perbedaan mendasar tersebut, akan ditemukan nilai-nilai

pendidikan spiritual yang berbeda sesuai dengan isi dan penekanan karakter

dalam novel yang diteliti, yang nantinya dapat diimplementasikan sebagai

motivasi dan intropeksi diri baik peneliti maupun pembaca. Diharapkan

dengan adanya analisis novel Bidadari Bermata Bening ini pembaca novel

tidak hanya sekedar membacanya, namun juga dapat mengambil pelajaran dari

isi kandungan novel Bidadari Bermata Bening.

B. Nilai

Nilai atau value adalah panduan-panduan untuk bertindak atau

bersikap yang berasal dari diri kita sendiri (Buzan, 2003:22). Nilai merupakan

suatu hal yang dianggap baik atau buruk bagi kehidupan. Nilai merupakan

sesuatu yang abstrak, tetapi hal tersebut menjadi pedoman dalam kehidupan

bermasyarakat (Mahmud, 2015:87). Dengan adanya nilai-nilai yang berlaku,

perilaku-perilaku manusia dapat terarah dengan baik. Seorang individu tidak

dapat bertindak sesuka hati, namun harus memperhatikan nilai yang berlaku

dimasyarakat.

Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik atau disukai dan paling benar

menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga referensinya

tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan-perbuatannya (Maslihah, 2009:

106). Nilai dijadikan rujukan untuk mengukur perbuatan yang baik dan yang

16
buruk. Nilai bermanfaat dalam stabilitas kehidupan dalam masyarakat. Jadi

nilai adalah suatu pedoman yang menurut sekelompok masyarakat dianggap

baik yang menjadi acuan dalam sikap atau perilaku dalam masyarakat.

C. Pendidikan Spiritual

1. Pengertian Pendidikan Spiritual.

Secara harfiah, pendidikan spiritual terdiri dari dua suku kata,

pendidikan dan spiritual. Penjelasan tentang pendidikan banyak diberikan

oleh para pakar, dengan statement yang sesuai dengan sudut pandangnya.

a. UUD Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan, yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara.

b. Menurut Ahmad D. Marimba yang di kutip oleh Abuddin Nata

mengatakan pendidikan (1997:49) adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menjadi terbentuknya kepribadian yang utama (insan

kamil).

c. Menurut Djumransjah (2004:22) pendidikan adalah usaha manusia

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

17
pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada dalam masyarakat.

Dapat disimpulkan kegunaan pendidikan adalah untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki manusia agar menjadi pribadi

dengan baik. Dengan pendidikan manusia dapat memiliki ilmu yang akan

mengantarkan kepada kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat.

Seperti firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Mujadillah ayat 11

ِ ِ‫س ُحوا فِي ال َْم َجال‬


‫س فَافْ َس ُحوا يَ ْف َس ِح اللَّهُ لَ ُك ْم‬ َّ ‫يل لَ ُك ْم تَ َف‬ِ ِ
َ ‫آمنُوا إ َذا ق‬
َ ‫ين‬
ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ٍ ‫شزوا ي رفَ ِع اللَّهُ الَّ ِذين آمنُوا ِمن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الْعِلْم َدرج‬
‫ات‬ ِ ِ
ََ َ َ َْ َ َ ْ َ ُ ُ ‫ش ُزوا فَان‬ ُ ‫يل ان‬ َ ‫َوإ َذا ق‬
‫َواللَّهُ بِ َما تَ ْع َملُو َن َخبِ ٌير‬
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Proses dalam pendidikan merupakan proses mentransfer nilai dan

pengetahuan dari pendidik ke peserta didik sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Menurut Hasan Langgulung (1985:3) proses pemindahan

atau pentransferan dalam pendidikan berlangsung dengan 3 cara. Pertama

melalui pengajaran. Dalam pengajaran berarti terjadi pemindahan

pengetahun atau knowledge. Pengajaran ini dalam arti luas dapat terjadi di

berbagai tempat, tidak hanya di bangku sekolah saja.

Kedua, pemindahan melalui latihan. Latihan merupakan seseorang

yang membiasakan diri untuk melakukan suatu pekerjaan sehingga ia akan

18
terbiasa dengan pekerjaan tersebut. Ketiga melalui indoktrinasi. Yakni

proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang

diperintahkan orang lain. Dengan demikian, manusia sangat membutuhkan

pendidikan baik secara formal maupun non-formal untuk mengembangkan

potensi dan bakatnya agar lebih berguna untuk dirinya, keluarga, dan

masyarakat.

Kata spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas

(Buzan, 2003:xix). Spiritual Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007:1087) spiritual adalah suatu yang berhubungan dengan atau bersifat

kejiwaan, rohani, atau batin. Dengan demikian, spiritual berkaitan dengan

sesuatu yang bukan fisik seperti kejiwaan dan rohani, akan tetapi

mempunyai pengaruh besar dalam membentuk kepribadian manusia. Hal

ini sesuai dengan yang tulis Danah Zohar dalam bukunya SQ (2001:4)

bahwa dalam kamus Webster mendefinisikan ruh sebagai “prinsip yang

menghidupkan atau vital; hal yang memberi kehidupan pada orgasme fisik

dan bukan pada unsur materinya; napas kehidupan.

Secara implisit, spiritual sepadan dengan kecerdasan spiritual atau

spiritual quotient (SQ). Kecerdasan spiritual atau spiritual quatient (SQ)

adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan

intelektual atau inteleqtual quatient (IQ) dan kecerdasan emosi atau

emotional quatient (EQ) secara efektif (Agustian, 2008:13). Ketiga aspek

kecerdasan diatas saling mendukung dan bekerja sama tetapi bekerja pada

wilayahnya sendiri-sendiri.

19
SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan makna dan nilai, kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan

hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya (Zohar, 2001:4).

SQ mendorong manusia untuk berpikir kritis dan lebih mendalam dengan

masalah yang dihadapi. Dengan hal tersebut akan tersingkap makna-

makna lain yang pada dasarnya mengandung suatu kebaikan. Inilah yang

diharapkan SQ, dapat memberikan energi positif sehingga kejadian yang

terlihat sulit menjadi lebih mudah.

2. God Spot

God spot atau bisa disebut dengan “Titik Tuhan” merupakan tanda

munculnya spiritual pada manusia. Menurut penemuan oleh Danah Zohar

dan Ian Marshal, god spot ada di dalam otak manusia. Pengalaman spiritual

dikaitkan dengan adanya peningkatan aktivitas pada lobus temporal yang

merupakan bagian dari otak (Zohar, 2001: 95). Peningkatan aktivitas lobus

temporal mengakibatkan seseorang mengalami kejadian di luar kesadaran

dan kenyataan seperti pengalaman spiritual.

Orang yang mempunyai SQ tinggi kemungkinan besar mempunyai

aktivitas tinggi pada “Titik Tuhan”. Akan tetapi tingginya aktivitas “Titik

Tuhan” pada lobus temporal atau pada skizotipy tidak menjamin SQ tinggi.

Untuk mencapai SQ tinggi dibutuhkan integrasi seluruh bagian otak,

seluruh aspek diri, dan seluruh segi kehidupan (Zohar, 2001:96).

Pencapaian pada “Titik Tuhan” juga harus melalui proses tidak serta merta

20
manusia dapat memahami Titik Tuhan ini, pengalaman dan wawasan yang

berkaitan tentang spiritual turut mendukung eksistensi Titik Tuhan.

Menurut Ari Ginanjar Agustian dalam bukunya Emotional

Spiritual Quatient (2001:86), istilah god spot berasal dari suara hati

spiritual. Suara hati manusia adalah kunci spiritual karena ia adalah

pancaran sifat-sifat Illahi. Keinginan diperlakukan adil, keinginan hidup

sejahtera, keinginan mengasihi dan dikasihi, adalah sifat-sifat dari Allah.

Dalam Islam, sifat-sifat Allah terangkum dalam 99 Asmaul Husna yang

sebagian besar diimplikasikan kepada manusia disesuaikan dengan situasi

dan kondisinya.

Suara hati ini yang apabila disadari dan diikuti akan membawa

kepada kebaikan yang hakiki. Pemecahan masalah secara bijak dan

pemenuhan makna yang mendalam mengenai kehidupan akan didapatkan

dengan suara hati. Suara hati tersebut merupakan keinginan Allah yang

ditiupkan pada hati manusia bersamaan dengan ditiupkannya ruh pada

penciptaan manusia (Agustian, 2001:86). Ini dibuktikan dengan Anggukan

Universal, dimana semua manusia setuju dan mengangguk pada kebaikan.

3. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Refleksi dari 99 Asmaul Husna

Asmaul husna secara harfiah berasal dari bahasa Arab yang terdiri

dari dua kata yakni asma dan husna. Asma merupakan jamak dari ism yang

berarti nama-nama. Sedangkan kata husna adalah bentuk muannats dari

kata ahsan yang artinya terbaik. Jadi asmaul husna mempunyai arti nama-

nama terbaik. Secara istilah asmaul husna adalah nama-nama terbaik yang

21
disandarkan pada sifat-sifat Allah Swt. (Nasution, 2009:81). Nama-nama

terbaik tersebut menunjukkan keagungan dan kemuliaan Allah Swt. sebagai

pencipta alam semesta. Serta menunjukkan bahwa hanya Allah lah yang

wajib dan pantas untuk disembah oleh semua makhluk.

Asmaul husna hanya ada pada Allah Swt., tidak ada pada makhluk.

Sedangkan usaha yang dilakukan manusia adalah mendekati atau

menyerupai sifa-sifat Allah itu secara manusiawi (kodrati) (Nasution,

2009:81). Memang asmaul husna hanya berhak dimiliki oleh Allah Swt.

Tuhan semesta alam. Namun, manusia diberi hak untuk meniru sifat-sifat

Allah tersebut sesuai dengan kodrat manusia. Usaha mencontoh sifat

tersebut merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Allah. Hal ini

sama seperti umat Nabi Muhammad yang mencontoh suri tauladan Nabi

Muhammad Saw. sebagai Rasul panutan manusia.

Pendidikan spiritual merupakan pendidikan yang bersifat abstrak

dan non-fisik yang berhubungan dengan ruh dan kejiwaan manusia yang

dapat dipelajari dan dipraktikkan dalam keseharian. Pendidikan spiritual

dapat direfleksikan dari 99 asmaul husna Allah Swt. Seperti yang dijelaskan

Ary Ginanjar Agustian (2001:87) bahwa 99 asmaul husna dapat menjadi

sumber suara hati manusia. Dimana suara hati adalah kunci spiritual yang

dimiliki manusia (Agustian, 2001:86). Dengan demikian 99 asmaul husna

dapat direfleksikan menjadi nilai-nilai spiritual yang kemudian dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, Asmaul husna

22
merupakan nama-nama Allah yang terbaik dan hanya Allah lah yang

memilikinya namun manusia dapat mengambil ibrah dari asmaul husna.

Orang yang menghayati lalu mencoba menginternalisasi sifat-sifat

tuhan akan memancarkan sifat-sifat terpuji dalam setiap perilakunya. Dia

akan menjadi orang yang mengasihi sebagai dorongan sifat Allah ar-rahim

(Nasution, 2009:82). Allah SWT memberikan kesempatan pada

makhluknya untuk menerapkan sifat-sifat yang dimiliki Allah SWT.

Namun, perlu menjadi catatan bahwa Allah SWT berbeda dengan

makhluknya, sehingga walaupun manusia dapat menginternalisasikan

sebagian sifat Allah dalam dirinya namun ia tidak bisa menyamai Allah.

Berikut 99 asmaul husna Allah yang dapat direfleksikan dalam diri

manusia:

No. Asmaul Husna Arti Nilai Spiritual

1. Ar-Rahman (‫)الرحمن‬
ّ Maha Pengasih Mengasihi

2. Ar-Rahiim )‫(الرحيم‬
ّ Maha Penyayang Penyayang

3. Al-Maalik )‫(المالك‬ Maha Raja Amanah

4. Al-Quddus )‫(الق ّدوس‬ Maha Suci Jujur

5. As-Salaam )‫(السالم‬
ّ Maha Damai Suka kedamaian

Jujur, memberi
6. Al-Mukmin )‫(المؤمن‬ Maha Mengamankan
keamanan untuk

23
orang lain

Al-
Memelihara dan
7. Maha Menjaga
Muhaimin )‫(المهيمن‬ merawat

Maha Mulia Lagi


8. Al-„Aziz )‫(العزيز‬ Rendah hati
Perkasa

9. Al-Jabbar )‫(لجبّار‬ Maha Memaksa Adil

Al-Mutakabbir
10. Maha Pembesar Besar hati dan jiwa
)‫(المتكبّر‬

11. Al-Khaaliq )‫(الخالق‬ Maha Pencipta Kreatif, inovatif

12. Al-Baari‟ )‫(البارئ‬ Maha Mengadakan Kreatif, inovatif

Suka melukiskan
Al-Mushawwir
13. Maha Pemberi Rupa dan mewujudkan
)‫(المصور‬
ّ
impian

14. Al-Ghaffaar)‫(الغ ّفار‬ Maha Pengampun Pemaaf

15. Al-Qahhaar )‫(القهار‬


ّ Maha Perkasa Semangat

16. Al-Wahhaab )‫(الوهاب‬


ّ Maha Pemberi Suka memberi

17. Ar-Razzaaq )‫(الرّزاق‬


ّ Maha Pemberi Rizki Suka memberi

24
18. Al-Fattaah )‫(الفتّاح‬ Maha Pembuka Pelopor, perintis

19. Al-„Aliim )‫(العليم‬ Maha Mengetahui Berilmu

Maha Menyempitkan Sabar dalam


20. Al-Qaabidl )‫(القابض‬
Rizki kesempitan

Maha Melapangkan
21. Al-Baasith )‫(الباسط‬ Syukur kepada Allah
Rizki

Amar ma‟ruf nahi


22. Al-Khaafidl )‫(الخافض‬ Maha Merendahkan
munkar

Amar ma‟ruf nahi


23. Al-Raafi‟ )‫(الرافع‬ Maha Meninggikan
munkar

Menghargai diri

24. Al-Mu‟izz )‫(المعز‬


ّ Maha Memuliakan sendiri dan orang

lain

25. Al-Mudzill )‫(المذل‬


ّ Maha Menghinakan Ikhlas dan sabar

Terbuka terhaap
26. As-Samii‟ )‫(السميع‬
ّ Maha Mendengar
saran dan kritik

27. Al-Bashiir )‫(البصير‬ Maha Melihat Peduli

Hakim yang Maha

28. Al-Hakam )‫(الحكم‬ Agung (Maha Bijaksana

Menilai)

25
29. Al-„Adl)‫(العدل‬ Maha Adil Adil

30. Al-Lathiif )‫(الّطيف‬ Maha Lembut Bersikap halus

Maha Dalam
31. Al-Khabiir )‫(الخبير‬ Berhati-hati
Pengetahuan-Nya

32. Al-Haliim )‫(الحليم‬ Maha Penyantun Santun

33. Al-„Adhiim )‫(العظيم‬ Maha Agung Tidak arogan

34. Al-Gafuur )‫(الغفور‬ Maha Pengampun Toleran, Pemaaf

Selalu berterima
35. As-Syakuur )‫شكور‬
ّ ‫(ال‬ Maha Mensyukuri
kasih

Tidak bersikap
36. Al-„Aliyy )‫(العلى‬
ّ Maha Tinggi
rendah diri

37. Al-Kabiir )‫(الكبير‬ Maha Besar Hamba yang unggul

Memelihara
38. Al-Hafiidh )‫(الحفيظ‬ Maha Menjaga
kesucian kalbu

Bertambah
Maha Penyedia
39. Al-Muqiit )‫(المقيت‬ ketaqwaan kepada
Makanan Pokok
Allah

Maha Pembuat
40. Al-Hasiib )‫(الحسيب‬ Teliti dan cermat
Perhitungan

26
41. Al-Jaliil )‫(الجليل‬ Maha Luhur Pribadi luhur

42. Al-Kariim )‫(الكريم‬ Maha Dermawan Dermawan

43. Ar-Raqiib )‫(الرقيب‬


ّ Maha Mengawasi Jujur

Suka memenuhi
44. Al-Mujiib )‫(المجيب‬ Maha Mengabulkan
keinginan orang lain

45. Al-Waasi‟ )‫(الواسع‬ Maha Luas Berwawasan luas

46. Al-Hakiim )‫(الحكيم‬ Maha Bijaksana Bijaksana

47. Al-Waduud )‫(الودود‬ Maha Cinta Kasih Empati

Maha Sempurna
48. Al-Majiid )‫(المجيد‬ Bersifat baik
Kemulian-Nya

Maha
49. Al-Baa‟its )‫(الباعث‬ Motivator
Membangkitkan

50. Asy-Syahiid )‫شهيد‬


ّ ‫(ال‬ Maha Menyaksikan Jujur

Maha Hakiki Ada-


51. Al-Haqq )‫(الحق‬
ّ Tidak arogan
Nya

Yang Kepada-Nya

52. Al-Wakiil )‫(الوكيل‬ Diserahkan Segala Tawakal

Perkara

27
53. Al-Qawiyy )‫(القوى‬
ّ Maha Kuat Semangat

Maha Menggenggam
54. Al-Matiin )‫(المتين‬ Pantang menyerah
Kekuatan

Al-Waliyy )‫(الولى‬
55. ّ Maha Melindungi Suka melindungi

56. Al-Hamiid )‫(الحميد‬ Maha Terpuji Bersikap terpuji

57. Al-Muhshiy )‫ (المحصى‬Maha Menghitung Teliti, cermat

58. Al-Mubdi‟ )‫(المبدء‬ Maha Memulai Pelopor

Maha
59. Al-Mu‟iid )‫(المعيد‬ Takwa kepada Allah
Mengembalikan

60. Al-Muhyi )‫(المحي ْى‬ Maha Menghidupkan Motivator

Berani mengambil
61. Al-Mumiit )‫(المميت‬ Maha Mematikan
risiko

62. Al-Hayy )‫(الحي‬


ّ Maha Hidup Semangat

Maha
63. Al-Qayyuum )‫(القيّوم‬ Mandiri, tegar
Menegakkan/Mandiri

Maha Selalu
64. Al-Waajid )‫(الواجد‬ Pantang menyerah
Mendapatkan

65. Al-Maajid )‫(الماجد‬ Maha Mulia Bersifat mulia

28
66. Al-Waahid )‫(الواحد‬ Maha Esa Iman kepada Allah

67. Al-Ahad )‫(اَّلحد‬ Maha Esa Iman kepada Allah

Maha Tidak
68. Ash-Shamad )‫(الصمد‬
ّ Mandiri
Bergantung

Maha
69. Al-Qadiir )‫(القدير‬ Berkompeten
Menentukan/Kuasa

Memimpin,
70. Al-Muqtadir )‫(المقتدر‬ Maha Berkuasa
Membimbing

71. Al-Muqaddim )‫ (المق ّدم‬Maha Mendahulukan Disiplin

Al-Mu‟akhkhir
72. Maha Mengakhirkan Waspada
)‫(المؤ ّخر‬

73. Al-Awwal )‫(اَّلول‬


ّ Maha Permulaan Perintis

74. Al-Aakhir )‫(اَّلخر‬ Maha Akhir Waspada

Transparan,
75. Adh-Dhaahir )‫(الظّاهر‬ Maha Jelas
keterbukaan

76. Al-Baathin )‫(الباطن‬ Maha Batin Khusyuk

77. Al-Waaliy )‫(الوالي‬ Maha Penguasa Berjiwa pemimpin

78. Al- Maha Tinggi Tidak arogan

29
Muta‟aaliy )‫(المتعالي‬ Kekuasaan-Nya

Maha Melimpahkan
79. Al-Bar )‫(البر‬ Menebar kebaikan
Kebaikan

Maha Penerima
80. At-Tawwaab )‫(التّ ّواب‬ Pemaaf
Taubat

Waspada dan
81. Al-Muntaqim )‫ (المنتقم‬Maha Pendendam
berhati-hati

82. Al-„Afuww )‫(العفو‬


ّ Maha Pemaaf Pemaaf

Maha Belas Kasih


83. Ar-Ra‟uuf )‫(الرءوف‬
ّ Pengasih
Sayang

Maalikul Mulk
Maha Mempunyai
84. Bekerja keras
)‫(مالك الملك‬ Kerajaan

Dzul Jalaal wal


Maha Memiliki
Ikraam
85. Keanggunan dan Dermawan
)‫(ذالجالل و اإلكرام‬ Kemurahan

Maha

86. Al-Muqsith )‫(المقسط‬ Menyeimbangkan/ Adil

Penengah

Maha Team work, kerja


87. Al-Jaami‟ )‫(الجامع‬
Mengumpulkan sama

30
Hanya kepada Allah
88. Al-Ghaniyy )‫(الغني‬
ّ Maha Kaya
tempat bergantung

Maha Pemberi
89. Al-Mughniy )‫(المغني‬ Dermawan
Kekayaan

90. Al-Maani‟ )‫(المانع‬ Maha Mencegah Ikhlas

Maha
91. Adh-Dhaarr )‫ضار‬
ّ ‫(ال‬ Sabar
Memudharatkan

Maha Pemberi Ingin bermanfaat


92. An-Naafi‟ )‫(النّافع‬
Manfaat untuk orang lain

93. An-Nuur )‫(النّور‬ Maha Menerangi Berilmu dan mulia

Maha Pemberi Pemimpin,


94. Al-Haadii )‫(الهادي‬
Petunjuk pembimbing

95. Al-Badii‟ )‫(البديع‬ Maha Pencipta Baru Inovasi

96. Al-Baaqi )‫(الباقي‬ Maha Kekal Memelihara

97. Al-Waarits )‫(الوارث‬ Maha Mewarisi Suka membantu

Pembimbing yang
98. Ar-Rasyiid )‫(الرشيد‬
ّ Maha Pembimbing
dibawah

Sabar, tidak tergesa-


99. Ash-Shabuur )‫(الصبور‬
ّ Maha Penyabar
gesa

31
D. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Definisi pendidikan Islam dalam bahasa Arab terdapat 5 bentuk,

yakni tarbiyyah, ta’lim, ta’dib, al-tadris, dan al-riyadah. Namun menurut

Naquib al-Attas, definisi pendidikan Islam lebih condong menggunakan

tarbiyyah. Kata tarbiyyah asal katanya adalah rabba-yurabbi, makna

aslinya adalah memberi makan dan menjadikannya berkembang, mendidik.

Al-Imam Baidawi menyebutkan al-rabb merupakan asal kata tarbiyyah,

maksudnya menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit sehingga sempurna

(Mufron, 2015:4). Jadi, pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan

potensi anak dengan tahapan tertentu sesuai peraturan yang telah

ditetapkan dan berlangsung seumur hidup .

Pengertian tarbiyyah secara luas diungkapkan oleh Abdurrahman

al-Nahlawi. Yaitu pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang

dewasa. Kedua, mengembangkan seluruh potensi. Ketiga, mengarahkan

seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan. Dan keempat,

dilaksanakan secara bertahap (Mufron, 2015:5). Definisi ini sejalan dengan

pendapat Al-Imam Baidawi, dimana pendidikan Islam bertujuan

menyeimbangkan seluruh potensi yang dimiliki anak, baik potensi yang

subtansial maupun esensial.

Menurut M. Athiyah al-Abrasyi (1993:1) pendidikan budi pekerti

adalah jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna

adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Maksud dari pendidikan adalah

32
mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),

membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan

mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Tapi

ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani atau

akal. Maka dari itu, antara pendidikan jasmaniyah dan pendidikan

rohaniyah harus seimbang.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan sarana yang hendak dicapai dan sekaligus

merupakan pedoman yang memberi arah bagi segaala aktivitas yang

dilakukan. Pendiikan Islam sebagai suatu proses yang mengarah kepada

pembentukan kepribadian manusia juga diletakkan pada tujuan yang ideal

dalam pespektif Islam (Mufron, 2015:19). Tujuan tersebut digunakan untuk

patokan kegiatan pendidikan Islam agar tidak melenceng dari harapan yang

diinginkan. Tujuan sangat penting dalam pendidikan, tanpa tujuan

pendidikan tidak mempunyai arah yang akan dituju sehingga akan

kesulitan dalam pelaksanaannya.

Menurut Zakiyah Darajat yang dikutip oleh Ali Mufron (2015:22)

mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diformulasikan kepada

tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional.

Tujuan umum berupa pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan

kamil” dengan pola takwa. Tujuan akhir berupa istiqomah dalam

ketaqwaan kepada Allah sampai akhir hayat. Tujuan sementara berbentuk

tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman

33
tertentu yang direncanakan dalam kurikulum pendidikan formal. Serta

tujuan operasionalnya berupa tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Definisi kurikulum secara umum menurut Hasan Langgulung

(1995:145) adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial,

olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah untuk peserta didik

di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya supaya dapat

berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku

merreka ke arah tujuan pendidikan.

Pengertian kurikulum pendidikan Islam menurut Abdul Majid yang

dikutip oleh Ali Mufron (2015:167) adalah rumusan tentang tujuan, materi,

metode dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam.

Kurikulum pendidikan agama Islam merupakan suatu rancangan kegiatan

pembelajaran pendidikan agama Islam mulai dari awal sampai evaluasi

dalam pembelajaran agama Islam.

Menurut Abd al-Rahman Salih Abdullah membagi isi kurikulum

pendidikan Islam dalam tiga kategori. Pertama, Al-‘ulum al-diniyyah, yaitu

ilmu-ilmu keislaman normatif yang menjadi kerangka acuan bagi segala

ilmu yang ada. Kedua, Al-‘ulum al-insaniyyah, yaitu ilmu-ilmu sosial dan

humaniora yang berkaitan dengan manusia dan interaksinya, seperti

sosiologi, psikologi, antropologi, pendidikan dan lain-lain. Ketiga, Al-

‘ulum al-kauniyyah, yaitu ilmu-ilmu keagamaan yang mengandung asas

34
kepastian, seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain (Mufron,

2015:173).

E. Novel

1. Pengertian Novel

Novel merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang sangat

diminati oleh masyarakat. Istilah novel berasal dari kata Italia, novella

yang artinya kisah atau sepotong berita. Namun menurut Abram, novella

artinya barang baru yang kecil. Dikatakan baru karena dibanding dengan

karya sastra lain, novel baru muncul di kemudian (Achmad, 2016:110).

Artinya umur karya sastra novel lebih muda dibanding karya sastra lain

seperti pantun dan cerpen. Selain itu, biasanya novel menyangkut segala

permasalahan manusia seperti moral, sosial, psikologi, agama, kasih

sayang, nafsu, dan cinta yang dialami manusia.

Novel adalah kerangka prosa panjang yang mengandung rangkaian

cerita kehidupan dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat setiap pelaku (Haryanto, 2012:181). Novel mempunyai

alur dan permasalahan yang kompleks dari berbagai segi kehidupan tokoh,

serta melibatkan banyak tokoh lain yang ada di sekeliling tokoh utama.

Dengan permasalahan yang kompleks tersebut, novel mengandung banyak

pesan yang dapat diambil manfaat dan pelajaran oleh pembacanya.

Novel adalah cerita yang menampilkan suatu kejadian luar biasa

pada kehidupan pelakunya, yang menyebabkan perubahann sikap hidup

35
atau menentukan nasibnya (Wiyanto, 2012:213). Karya sastra novel

menyajikan kisah hidup pelaku atau tokoh utama secara keseluruhan

disertai dengan berbagai permasalahan hidup yang harus dihadapi. Dalam

novel terdapat permasalahan klimaks dalam hidup tokoh utama. Selain itu

juga terdapat bagaimana reaksi tokoh utama untuk menyelesaikan

permasalahannya serta bagaimana ending dari kisah hidup tokoh.

Sama seperti karya sastra lain, novel mempunyai ciri-ciri yang

membedakan novel dengan karya sastra lain. Diantara ciri-ciri novel

(Achmad, 2016:111) adalah cerita dalam novel tergolong panjang karena

ditulis ratusan halaman. Oleh sebab itu, novel tidak bisa dibaca dalam

sekali duduk. Novel mengemukakan secara bebas, lebih banyak, lebih

rinci, dan lebih melibatkan banyak permasalahan yang kompleks.

Karya sastra novel terdiri dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik

(intrinsic) dan unsur ekstrinsik (extrinsic). Unsur intrinsik adalah unsur

unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik ini

meliputi: peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang,

bahasa atau gaya bahasa (Nurgiyantoro, 1995: 23). Unsur intrinsik tersebut

merupakan unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun

sebuah novel. Perpaduan antara unsur-unsur tersebut akan menciptakan

sebuah karya sartra novel yang akan menarik minat pembacanya. Cara

penulis memperpadukan unsur-unsur intrinsik juga akan mempengaruhi

baik atau tidaknya sebuah novel.

36
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya

sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan

atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik seperti sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, biografi pengarang, keadaan

psikologi pengarang dan pembaca serta penerapan psikologi dalam karya

(Nurgiyantoro, 1995: 24). Unsur ekstrinsik ini memberikan ciri khas

sebuah novel. Oleh sebab itu, unsur ekstrinsik perlu untuk dipelajari dan

diterapkan dalam novel sesuai dengan tema dan tujuan dibuat.

2. Unsur-Unsur Intrinsik Novel

Sebuah karya sastra novel dibangun oleh unsur-unsur intrinsik

(Nurgiyantoro, 2012:68) sebagai berikut:

a. Tema

Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema

merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan

(Nurgiyantoro, 1995:68). Tema mengikat seluruh cerita dan peristiwa

dalam novel serta merupakan dasar pembangunan jalannya cerita.

b. Alur

Alur disebut juga dengan plot. Pengertian alur atau plot menurut

Kenny yang dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro (1995:113) adalah

peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat

sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu

37
berdasarkan kaitan sebab akibat. Dalam alur akan dijelaskan cerita

serta kaitan antara peristiwa-peristiwa dalam cerita. Untuk

mempertimbangkan nilai estetika novel, kausalitas antar peristiwa

akan disusun sedemikian rupa oleh pengarang baik secara implisit

maupun eksplisit.

Alur dapat dibagi menjadi tiga, alur maju, alur mundur, dan alur

campuran (http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-alur-dan-

macamnya-serta-unsurnya.html, diakses 27 April 2018). Alur maju,

yaitu alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis, maju,

secara runtut dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita.

Biasanya, alur maju ini untuk menceritakan cerita yangg mudah untuk

dipahami. Alur mundur yaitu alur yang ceritanya dimulai dengan

penyelesaian. Alur ini sering ditemui pada cerita yang memakai setting

waktunya pada masa lampau.

Alur campuran yaitu alur yang diawali dengan klimaks dari

cerita, yang kemudian melihat lagi masa lalu atau masa lampau dan

diakhiri dengan penyelesaian dari cerita tersebut. Alur campuran

sering digunakan dalam karya sastra novel, karena dalam novel

menceritakan banyak sekali peristiwa yang dialami para tokoh,

sehingga membutuhkan alur maju dan mundur untuk menceritakan

peristiwa secara nyata. Namun hal tersebut juga membutuhkan kejelian

pengarang, agar cerita yang dihasilkan tidak membingungkan

pembaca.

38
c. Latar atau Setting

Latar merupakan lingkungan tempat peristiwa terjadi

(Rokhmansyah, 2014: 38). Latar dalam arti lengkap terdiri dari latar

tempat, latar waktu, dan latar suasana atau sosial. Latar tempat

menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa dalam tokoh. Latar waktu

dibagi menjadi dua, yaitu waktu cerita dan waktu penceritaan. Waktu

cerita adalah waktu yang ada di dalam cerita atau lamanya cerita itu

terjadi. Waktu penceritaan adalah waktu untuk menceritakan cerita.

Latar suasana menggambarkan kondisi atau situasi saat

terjadinya adegan atau konflik seperti gembira, sedih, tragis. Latar

sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat. yang diceritakan dapat

mencakup adat istiadat, tradisi, keyakinan dan pandangan hidup

(Rokhmansyah, 2014:39). Latar akan menunjukkan bagaimana situasi

dan kondisi dalam suatu peristiwa yang ditulis pengarang.

d. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjukkan kepada orangnya atau pelaku dalam

cerita. Misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah

tokoh utama novel itu?”. Sedangkan penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilan dalam sebuah

cerita (Nurgiyantoro, 1995:165). Istilah penokohan lebih luas

maknanya dibandingkan dengan tokoh. Penokohan berarti bagaimana

39
perwatakan tokoh, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam

cerita serta teknik perwujudan dan pengembangan tokoh.

Menurut Nurgiantoro, teknik pelukisan atau penggambaran

tokoh ada dua cara (1995:195). Pertama, teknik ekspositori yaitu

pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian,

dan penjelasan secara langsung. Kedua, teknik dramatik artinya

pelukisan tokoh secara tidak langsung namun melalui drama dalam

berbagai aktivitas yang dilakukan.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Menurut Stanton yang dikutip oleh Rokhmansyah dalam

bukunya Studi dan Pengkajian Sastra (2014:39) menyebutkan bahwa

sudut pandang adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran tempat

untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut pandang yang

digunakan pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang

untuk menceritakan cerita dalam karyanya. Dalam karya sastra, sudut

pandang dapat dibagi menjadi dua, sudut pandang orang pertama dan

sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti

“Aku, Saya, dan Kami”. Pengarang seolah olah menjadi pelaku atau

tokoh dalam cerita yang dibuat. Sudut pandang orang pertama dapat

berupa tokoh utama dan tokoh sampingan. Jika menjadi tokoh utama,

tokoh “Aku” menjadi tokoh sentral atau pusat dalam cerita. Jika

40
menjadi tokoh sampingan, tokoh “Aku” hanya menjadi tokoh

tambahan atau sampingan dalam cerita.

Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti

dia, ia, mereka dan nama orang. Sudut pandang orang ketiga dapat

berupa sudut pandang orang ketiga serba tahu dan sebagai pengamat.

Dalam sudut pandang orang ketiga serba tahu, si pengarang maha tahu

perihal tentang tokoh utama. Sedangkan dalam sudut pandang orang

ketiga sebagai pengamat, si pengarang tidak mengetahui secara

keseluruhan perihal tokoh utama. Si pengarang hanya menceritakan

sepengetahuannya saja yang ia ketahui melalui penangkapan panca

indera yang ia dapatkan.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara pengarang dalam menggunakan

bahasa. Penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra dapat dijadikan

sebagai alat komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pemilihan

ragam bahasa pada suatu karya sastra dapat memperkuat latar yang

digunakan pengarang (Rokhmansyah, 2014:39). Pemilihan ragam

bahasa yang sesuai akan memberikan pemahaman yang baik kepada

pembaca serta akan memberi nilai estetika pada karya sastra yang

dibuat.

Gaya bahasa adalah cara penggunaan susunan kata dalam

kalimat yang dapat melampaui batas makna kata yang lazim, karena

cara tersebut dapat mengimbau pancaindra pembaca untuk lebih cepat

41
memahami sesuatu yang dikemukakan pengarang (Ganie, 2015:194).

Dengan demikian, penggunaan gaya bahasa diharapkan akan dapat

mempermudah pembaca dalam meresepsi cerita dengan baik dan

benar. Tidak sebaliknya, yang akan mempersulit pembaca untuk

memahami kandungan isi cerita dalam novel.

Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian

pengarang. Karya bahasa yang baik harus mengandung 3 unsur, yakni

kejujuran, sopan santun, dan menarik (Ganie, 2015:193). Pengarang

dalam menulis gaya bahasa harus mempertimbangkan ketiga unsur

tersebut. Gaya bahasa yang baik akan menambah keindahan dan

kesempurnaan kaarya yang ditulis, karena disinilah pengarang dapat

memperlihatkan kepiawaiannya dalam menulis dengan baik, benar,

dan mempunyai nilai estetika yang sempurna.

Klasifikasi gaya bahasa menurut Hasanuddin WS dkk yang

dikutip oleh Tajuddin Noor Ganie (2015:197) dapat dibagi menjadi

empat. Pertama, gaya bahasa perbandingan yaitu gaya bahasa yang

menggunakan perbandingan untuk menarik perhatian orang terhadap

sesuatu yang hendak disampaikan. Pengarang dapat menggunakan kata

pembanding dalam penulisan gaya bahasa, misalnya umpama, bak,

bagaikan, dan sejenisnya.

Kedua, gaya bahasa langsung, yaitu gaya bahasa yang berusaha

menyatakan makna langsung dari sesuatu yang disampaikan. Dalam

42
gaya bahasa ini, tidak membutuhkan penafsiran makna lagi. Contoh:

gunakan sehatmu sebelum datang sakitmu. Ketiga, gaya bahasa

penegasan, yaitu gaya bahasa yang menggunakan bermacam-macam

pilihan atau jalinan kata untuk menegaskan maksud yang hendak

disampaikan. Penggunaan gaya bahasa ini untuk lebih mengukuhkan

makna dari bahasa yang digunakan. Contoh: darah merah, hatinya

sekeras baja.

Keempat, gaya bahasa sindiran, yakni gaya bahasa yang

menggunakan sindiran untuk menyatakan sesuatu yang hendak

dikemukakan. Ada banyak hal yang dianggap tabu, kurang sopan, dan

lain-lain jika menyampaikan sesuatu secara langsung keadaan orang

lain. Oleh sebab itu, untuk menyampaikannya dipergunakan sindiran.

Maksudnya sama, tetapi cara penyampaiannya dimanipulasi. Contoh:

keluarga itu kurang harmonis (berantakan).

g. Amanat

Amanat merupakan pesan pengarang yang disampaikan melalui

tulisannya baik berupa cerpen maupun cerbung. Amanat yang

disampaikan pengarang harus dicari oleh pembacanya (Rokhmansyah,

2014: 33). Karena pengarang menyampaikan amanat tersebut secara

tersirat dalam cerita yang dibuat. Amanat akan memberikan manfaat

secara praktis terhadap pembacanya.

43
3. Macam-Macam Novel

Banyak pendapat dari para pakar sastra mengenai klasifikasi novel

yang diambil dari sudut pandang yang berbeda beda. Diantaranya ada

Muchtar Lubis dan menurut Goldmann. Menurut Muchtar Lubis dalam

bukunya Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar

Sastra (2015: 170) terdapat 5 macam novel. Pertama, novel avonuter

adalah jenis novel yang dipusatkan pada seorang lakon atau tokoh utama.

Tokoh utama mengalami berbagai peristiwa dan rintangan yang

dideskripsikan dari awal novel sampai akhir novel. Kedua, novel psikologi

adalah novel lebih menguraikan pikiran dan kejiwaan para tokoh dalam

peristiwa-peristiwa yang dialami.

Ketiga, novel detektif adalah novel yang menceritakan

pembongkaran suatu kejahatan. Dalam novel ini terdapat berbagai

penyelidikan untuk mengungkapkan bukti-bukti kejahatan yang dilakukan.

Keempat, novel sosial dan politik adalah novel yang menceritakan tentang

kehidupan golongan dalam masyarakat dengan segala permasalahannya

yang berkaitan dengan kemasyarakatan atau berkitan dengan politik di

masyarakat tersebut. Dalam novel ini terdapat reaksi-reaksi masyarakat

yang ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Tokoh-tokohnya hanya

ebagai pendukung jalannya cerita. Kelima, novel kolektif adalah novel

yang mengutamakan cerita dalam masyarakat secara total dan menyeluruh.

Para tokoh dalam novel kolektif hanya sebagai pendukung untuk

melengkapi novel kolektif.

44
Menurut Goldmann seperti yang dikutip Faruk (2016:92),

membagi novel menjadi tiga jenis, yakni novel idealis abstrak, novel

psikologis, dan novel pendidikan. Dalam novel idealis abstrak, sang hero

penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia.

Sedangkan novel psikologis, sang hero cenderung pasif karena kekuasaan

kesadarannya tidak tertampung oleh dunia konvensi. Serta dalam novel

pendidikan, sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai-nilai yang

otentik, tetapi tetap menolak dunia.

Menurut Muchtar Lubis, novel Bidadari Bermata Bening karya

Habiburrahman El Shirazy tergolong novel Avonuter karena novel ini

memusatkan cerita pada tokoh utama. Tokoh utama pada novel ini adalah

Ayna, seorang gadis teladan dari pesantren Kanzul Ulum yang mempunyai

lika-liku kehidupan yang rumit dan panjang. Sedangkan jika menurut

Goldman, novel Bidadari Bermata bening termasuk novel pendidikan.

Perilaku tokoh utama dalam berbagai peristiwa yang dialami menunjukkan

nilai-nilai pendidikan baik itu agama maupun umum secara implisit.

Seperti pendidikan akhlak, spiritual, bisnis, dan sosial.

F. Kritik Karya Sastra

Kritik sastra merupakan salah satu bidang studi sastra yang

meliputi tiga bidang studi yaitu ktitik sastra, teori sastra, dan sejarah

sastra. “Kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang berarti seorang

hakim, krinein berarti menghakimi, kriterion artinya dasar penghakiman,

dan kritikos berarti hakim kesusastraan (Pradopo, 2007:195). Kritik sastra

45
dilakukan oleh seorang kritikus untuk menguraikan dan menilai karya

sastra apakah karya sastra tersebut bernilai seni tinggi atau kurang tinggi.

Definisi karya sastra berubah-ubah seiring perkembangan zaman.

Kritik sastra terkadang meluas dan terkadang menyempit artinya. Di

Inggris (dan Amerika) kritik sastra digunakan sedemikian rupa hingga

mencakup segala teori sastra. Jadi kritik sastra sama dengan teori sastra.

Sedangkan di Indonesia, pengertian kritik sastra cenderung kepada

pengertian studi sastra yang langsung berhubungan dengan karya sastra

yang konkrit (Pradopo, 2007:196). Demikianlah, pengertian kritik sastra

juga bebeda di setiap daerahnya.

Kritik sastra ialah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya

sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik-

buruknya karya sastra dan bernilai seni atau tidaknya (Pradopo, 2007:9).

Dalam kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsur

atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian

ditentukan berdasarkan hukum-hukum penilaian sastra (Pradopo,

2007:197). Jadi pembahasan kritik sastra tidak hanya untuk menghakimi

karya sastra saja namun juga di analisis kandungan isi di dalamnya baik

yang implisit maupun ekplisit.

Kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian,

penggolongan (pengkelasan), penguraian (analisis), dan penilaian

(evaluasi) karya sastra (Pradopo, 2007:197). Berarti selain penilaian baik

atau buruknya suatu karya sastra, pendefinisian pengertiaan karya sastra

46
juga termasuk kritik sastra. Begitu juga dengan analisis makna dan norma-

norma yang terkandung dalam karya sastra juga termasuk dalam cakupan

kritik sastra. Serta penggolongan suatu karya sastra ke dalam katagori-

katagori tertentu juga merupakan cakupan kritik sastra.

Jenis-jenis kritik sastra berdasarkan orientasinya terhadap karya

sastra dapat digolongkan ke dalam empat tipe (Pradopo, 2017:199), yaitu:

1. Kritik Mimetik (mimetic criticism), yaitu memandang karya sastra

sebagai tiruan asek-aspek alam, pencerminan dan penggambaran dunia

kehidupan. Kritik mimetik menghubungkan karya sastra dengan dunia

luar. Kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah

“kebenaran” penggambaran terhadap obyek yang digambarkan, atau

yang hendak digambarkan.

2. Kritik pragmatik (pragmatic criticism), kritik ini bertujuan untuk

mencapai efek-efek tertentu pada pembaca (audience). Efek-efek

tersebut misalnya kesenangan estetik, pendidikan, tujuan-tujuan

politik. Kecenderungan utama teori pragmatik adalah memahami karya

sastra sebagai sesuatu yang dibuat untuk mendapatkan efek kepada

pembaca berupa tanggapan-tanggapan yang diperlukan.

3. Kritik ekspresif (expresive criticism), kritik ini menghubungkan karya

sastra dengan pengarang. Kritik ini mendefinisikan karya sastra

sebagai curahan, ucapan, atau proyeksi pikiran dan perasaan

pengarang. Kritik ekspresif sering kali mencari fakta-fakta tentang

47
watak khusus dan pengalaman-pengalaman pengarrang, yang secara

sadar atau tidak, telaah membukakan dirinya dalam karya sastra.

4. Kritik objektif (objective criticism), kritik ini menganggap karya sastra

sebagai sesuatu yang mandiri, bebas dari pengarang, pembaca, maupun

dunia sekitarnya. Intinya kritik objektif cenderung pada unsur-unsur

yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri seperti kompleksitas,

koherensi, keseimbangan, integritas, dan hubungan antara unsur-unsur

pembentuknya.

Dalam analissis novel ini, peneliti menggunakan pendekatan

kritik pragmatik. Pemilihan tersebut dikarenakan peneliti ingin

mencari efek-efek tertentu dari sudut pandang pembaca, dalam hal ini

adalah nilai-nilai pendidikan spiritual. Apa saja nilai-nilai pendidikan

spiritual yang terefleksi dari 99 Asmaul Husna dalam novel Bidadari-

Bidadari Bermata Bening serta bagaimana relevansinya terhadap

pendidikan yang ada saat ini, hal itulah yang ingin dibahas oleh

penelitian ini.

48
BAB III

GAMBARAN UMUM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING

A. Profil Novel

Judul buku : Bidadari Bermata Bening

Penulis : Habiburrahman El-Shirazy

Editor : Syahruddin El-Fikri

ISBN : 978-0822-64-8

Penerbit : Republika

Tempat Terbit : Jakarta

Cetakan : I, April 2017

Tahun Terbit : 2017

Tebal : iv+ 337 halaman, 13,5x20,5 cm

Jumlah Halaman : 337 halaman

B. Sinopsis Novel

Novel Bidadari Bermata Bening adalah salah satu novel karya penulis

ternama dari Indonesia yakni Habiburrahman El-Shirazy. Inspirasi awal

penulisan novel ini karena penulis menerima banyaknya permintaan dari

pembaca novel agar membuat novel dengan tokoh hero perempuan. Akhirnya

ditulislah novel Bidadari Bermata Bening dengan tokoh hero Ayna Mardhiya.

Seorang muslimah yang sholihah dan cerdas, cerdas dalam perkara dunia dan

perkara agama. Dengan tokoh pendampingnya Gus Afif, seorang anak dari

kyai ternama asal Magelang. Melalui kisah kedua tokoh tersebut, penulis

memberikan contoh bagaimana menjaga kesucian cinta, agar cinta tersebut

49
dapat mendatangkan ridho Allah swt. serta menjadi syafaa’at atau penolong di

akhirat nanti.

Ayna seorang santri dari ponpes Kanzul Ulum, Candiretno, Magelang.

Ayna adalah santri khodimah (pembantu) yang berprestasi di pesantren Kanzul

Ulum, ia menjadi lulusan terbaik se-Jawa Tengah di bidang IPS dalam Ujian

Nasional. Tokoh pendampingnya adalah Afif. Afif merupakan anak dari Kyai

pesantren Kanzul Ulum yakni Pak Kyai Sobron Ahsan Muslim dan Bu Nyai

Fauziyah, yang nantinya menjadi suami Ayna.

Sebenarnya setelah lulus, Ayna dipinang oleh adik Kyai Sobron yang

bernama Kyai Yusuf Badrudduja. Kyai Yusuf Badrudduja adalah seorang duda

yang mempunyai dua anak. Ayna pulang ke kampung halamannya di desa

Kaliwenang, kecamatan Tanggungharjo, kabupaten Grobogan untuk meminta

restu pakde Mat arsun dan bude Tumijah. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk

birrul walidain, karena pakdenya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Diluar dugaan Ayna, pakdenya tidak merestui Ayna menikah dengan Kyai

Yusuf. Pakdenya mengancam memutus tali persaudaraan jika ia nekat menikah

dengan Kyai Yusuf.

Pakde Darsun memilihkan laki-laki lain untuk menikah dengan Ayna,

ia bernama Haryo Bagus Karloto alias Yoyok bin Kusmono. Pak Kusmono

adalah salah satu anggota DPRD yang kaya raya di Purwodadi. Sebenarnya

Yoyok merupakan laki-laki bejat, begitu juga dengan keluarganya yang

mempunyai bisnis remang-remang. Namun nasi sudah menjadi bubur,

pernikahan Ayna dan Yoyok tidak bisa dibatalkan. Walaupun sebenarnya

50
Ayna tidak setuju dengan pernikahannya. Pernikahan tersebut dilakukan

dengan satu syarat dari Ayna, Yoyok setelah menikah tidak boleh menyentuh

Ayna sebelum bisa membaca Al-Qur‟an dengan lancar dan menghafal juz 30

dan suroh Yasin.

Dibalik itu semua, sebenarnya Gus Afif dan Ayna saling mencintai.

Suatu ketika, Gus Afif mengutarakan perasaannya kepada Ayna setelah

mengetahui Ayna menolak lamaran Kyai Yusuf. Ayna ingin sekali menerima

pernyataan cinta dari pujaan hatinya dan menerima lamarannya. Namun apalah

daya, Ayna sudah mempunyai rencana pernikahan dengan Yoyok. Hal itu

membuat keduanya merana. Terutama Gus Afif. Semangat dan cahaya

hidupnya hilang bersama pernikahan Ayna dan Yoyok. Akhirnya peristiwa

tersebut membawa Gus Afif dalam pengembaraan untuk mencari jati diri dan

mendekatkan diri kepada Sang Kholiq.

Kisah Ayna dan Gus Afif tidak berhenti di sini. Kehidupan mereka

masih berlanjut dengan penuh perjuangan. Kang Abik menuliskan kisah

mereka dengan begitu detain sehingga menyuguhkan kisah yang nyata bagi

pembaca. Pembaca juga disuguhkan dengan banyak pelajaran kehidupan.

Salah satu bloger santreh dalam artikelnya menuliskan bahwa, “novel ini

benar-benar “Menggugah Jiwa”. Dari cerita-cerita yang menakjubkan, kita

akan mendapat banyak pelajaran bagaimana mengarungi hidup yang „kejam‟

ini”. (https://santreh.blogspot.com/2017/07/resensi-novel-

bidadari-bermata- bening. html). Cerita dalam novel ini menunjukkan

bagaimana menyikapi kehidupan yang tidak selamanya mujur tapi terkadang

51
juga ajur. Mengambil keputusan yang sejalan dengan aturan agama Islam dan

norma sosial

Singkat cerita, Ayna menjalani sendiri lika-liku takdirnya tanpa

didampingi oleh Gus Afif dan orang-orang pesantren yang telah

menganggapnya keluarga. Begitu juga dengan Gus Afif, dia menjalani

kehidupan pengembaraan panjang yang artinya ia meninggalkan keluarganya.

Masing-masing diantara mereka menjalani sendiri jalan hidup mereka dengan

terus berharap Allah swt. menyatukan mereka. Akhirnya, Ayna dan Gus Afif

dipertemukan kembali serta dapat menyatukan cinta mereka dalam mahligai

rumah tangga.

Novel Bidadari Bermata Bening adalah novel yang luar biasa dengan

cerita kesucian cinta seorang insan. Memang semua novel Habiburrahman El-

Shirazy membahas tentang kesucian cinta. Beliau terinspirsi dari kisah-kisah

yang diceritakan dalam al-Qur‟an yang banyak mengisahkan kesucian cinta

yang dapat diambil ibrahnya. Kesucin cinta manusia dengan sesamanya serta

cinta manusia dengan Tuhannya. Kang Abik mengatakan cinta dapat menjadi

syafa‟at bagi seorang muslim. Karena Rasulullah saw. bersabda

‫َح َّدثَنَا بِ ْش ُر بْ ُن َخالِ ٍد َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر َع ْن ُش ْعبَةَ َع ْن ُسلَْي َما َن َع ْن أَبِي َوائِ ٍل َع ْن َع ْب ِد‬
‫ب‬َّ ‫َح‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬
َ ‫ال ال َْم ْرءُ َم َع َم ْن أ‬
ِ
َ ‫اللَّه َع ْن النَّبِ ِّي‬
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Khalid telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja'far dari Syu'bah dari Sulaiman dari Abu Wa`il dari
Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
"Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya."

52
Oleh sebab itu beliau selalu mengambil tema kesucian cinta. Sama

seperti novel Bidadari Bermata Bening ini, juga bertema kesucian cinta.

Kesucian cinta yang dimiliki Ayna dengan segala upayanya menjaga cintanya

agar berada di jalan yang diridhoi Allah swt. Dengan kesucian hatinya serta

luhur kepribadiannya menjadi wujud sosok Bidadari Bermata Bening. Hal ini

mengutip dari acara bedah novel Bidadari Bermta Bening yang dilakukan

dalam acara Islamic Book Fair (IBF) di Jakarta Convention Center (JCC )

pada bulan Mei tahun 2017.

C. Unsur Intrinsik Novel

1. Tema

Novel Bidadari Bermata Bening mempunyai tema kesucian cinta

kasih karena Allah SWT semata. Kang Abik menggambarkan karakter

tokoh utama Ayna dan Afif sebagai dua orang yang tetap menjaga kesetiaan

cinta walaupun ditempa ujian dari Allah SWT untuk berpisah bertahun-

tahun. Mereka menjalaninya dengan ikhlas semata-mata mencari ridho

Allah SWT. Selain itu, dalam novel ini juga menggambarkan cinta dan

kasih dalam ikatan kekeluargaan dan persaudaraan yang begitu erat. Selain

itu, Kang Abik juga menggambarkan indahnya persaudaraan yang dijalin

antar umat muslim. Saling membantu, menguatkan dan memberi satu sama

lain. Hal tersebut sama seperti dalam tuntunan ajaran Islam untuk

memelihara persaudaraan seperti dalam hadis Rasulullah SAW:

53
َ َ‫ف َح َّدثَنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن أَبِي بُ ْر َدةَ بُ َريْ ِد بْ ِن أَبِي بُ ْر َدةَ ق‬
‫ال أَ ْخبَ َرنِي‬ َ ‫وس‬ ُ ُ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ي‬
‫ْم ْؤِم ِن‬ ِ ِ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ ‫ال ال ُْم ْؤم ُن لل‬ َ ‫وسى َع ْن النَّبِ ِّي‬
ِ
َ ‫َجدِّي أَبُو بُ ْر َدةَ َع ْن أَبِيه أَبِي ُم‬
‫ضا‬ ُ ‫ش ُّد بَ ْع‬
ً ‫ضهُ بَ ْع‬ ِ ‫َكالْب ْن ي‬
ُ َ‫ان ي‬ َُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan
kepada kami Sufyan dari Abu Burdah Buraidah bin Abu Burdah dia
berkata; telah mengabarkan kepadaku kakekku Abu Burdah dari ayahnya
Abu Musa dari nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain ibarat bangunan yang saling menguatkan
antara satu dengan yang lain." (HR. Bukhari)

Cinta kasih dengan saling memberi, membantu, menasehati dan

berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot) dengan disertai

kesetiaan dan kesucian cinta, menunjukkan kepada pembaca untuk lebih

mengutamakan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kang Abik juga ingin

menyampaikan tentang pengabdian diri kepada Allah SWT, menyerahkan

seluruh masalah kepada Allah SWT dengan tetap ikhtiar semaksimal

mungkin. Jadi novel ini merupakan salah satu novel pembangun jiwa

Islami dalam era zaman modern.

2. Alur

Alur yang digunakan pada novel ini adalah alur maju mundur. Alur

maju untuk menceritakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang dijalani para

tokoh dalam novel. Alur mundur untuk menceritakan latar belakang dari

tokoh dan mengulas kembali peristiwa yang telah terjadi.

Kutipan novel:

“Waktu terus berjalan. Dan di akhir bulan Syawal terjadilah apa


yang ia khawatirkan. Keluarga besar Haryo Bagus Karloto alias
Yoyok datang kerumah Pakdenya untuk melamarnya. Mereka
datang membawa banyak barang dan hadiah. Ia seperti tikus masuk
dalam jebakan, tak berkutik sama sekali, kecuali menjerit dengan

54
suara lirih dalam diri. Ia harus menerima kenyataan secara resmi
telah dipinang oleh Yoyok yang baru dikenalnya, bukan oleh Gus
Afif yang di damba. Tanggal akad dan pesta walimah juga masih
dicari oleh dua keluarga. Ada hitung-hitungan rumit yang tidak
masuk dalam nalarnya. Hal itu memberikan waktu baginya untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang Yoyok” (El-Shirazy,
2017:163).

“Ayna melihat seorang perempuan muda berhidung mancung makan


sambil menyuapi balitanya yang berumur kira-kira dua tahun. Ayna
tersenyum. Ia langsung teringat Ameera, saudaranya seayah lain ibu.
Akhirnya Allah mempertemukan dirinya dengan satu-satunya
kerabat yang berhubungan nasab dengannya. Ia masih ingat saat ia
mendatangi rumah Ameera, mulanya diterima biasa saja. Tetapi
setelah ia jelaskan siapa dirinya dan menunjukkan foto-foto ibunya
besama ayahnya dan Nyonya Jihan, ibu Ameera, maka Ameera dan
seluruh keluarganya menerimanya dengan penuh keharuan luar
biasa. Ia masih ingat bagaimana Ammera memeluknya sambil
menangis cukup lama” (El-Shirazy, 2017:332).

3. Penokohan

Tokoh-tokoh dalam novel ini sangat banyak, diantaranya yangg

merupakan tokoh penting dalam novel ini adalah:

a. Ayna

Ayna merupakan tokoh utama pada novel ini. Dia seorang gadis

yatim piatu yang mondok di pesantren Kanzul Ulum. Ayna adalah tokoh

utama yang memiliki karakter rajin, ramah, lembut, penyayang, teguh

pada pendirian, pantang menyerah dan cerdas. Seperti dalam ungkapan

berikut ini:

“Ummi, mohon maafkan saya kalau saya dianggap bersalah.


Saya siap menanggung hukuman apapun yang diberikan kepada
saya. Namun jujur, saya merasa tidak bersalah sama sekali. Saya
tidak melakukan apa-apa kecuali membela kehormatan ibu saya,
Ummi” (El-Shirazy, 2017:25).

b. Gus Afif

55
Afif adalah seorang seorang anak Kyai di pesantren Ayna

menuntut ilmu. Dia menjadi tokoh pendamping Ayna yang nantinya

menjadi suaminya. Karakter yang ditampilkan pada tokoh Gus Afif

adalah cerdas, penyayang, teguh pada pendirian, hormat serta sopan

kepada orang tua. Seperti dalam ungkapan berikut ini:

“Ummi, Afif tidak mungkin membantah perintah Ummi. Afif


tidak mau nasibnya seperti Juraij yang tidak menyahut ketika
dipanggil ibunya saat ibadah. Yang ingin Afif tanyakan, saat ini
ibaratnya Afif sedang khusyuk shalat, Afif baru rakaat pertama
mau ke rakaat kedua. Apakah Ummi tega membatalkan shalat
Afif? Afif belum pernah merasakan shalat sekhusyuk ini. Apakah
Ummi rela Afif membatalkan shalat?” (El-Shirazy, 2017:231).

c. Bu Nyai Fauziyah

Bu Nyai Fauziyah adalah ibunda Gus Afif sekaligus pengasuh

dari pesantren Ayna mondok. Karakter yang dibawakan beliau adalah

penyayang, sabar.

“Begitu Pakde dan Budenya hilang dari pandangannya, tangis


Ayna meledak. Bu Nyai Fauziyah memahami apa yang dirasakan
Ayna. Dengan penuh kasih sayang ia memeluk Ayna” (El-
Shirazy, 2017:136).

d. Pak Kyai Sobron

Pak Kyai Sobron merupakan pengasuh pesantren Kanzul Ulum.

Beliau Ayah dari Gus Afif dan suami dari Bu Nyai Fauziyah. Karakter

yang dibawakan adalah berwibawa, berwawasan luas, bijaksana, adil.

Seperti ungkapan berikut ini:

“Saya merasa gagal mendidik santri. Kok, masih ada yang tidak
bisa menjaga ucapan seperti itu. Ayna sama sekali tidak salah,
yang salah Neneng. Ayna berhak membela kehormatan ibunya.
Tuduhan Neneng buka main-main itu. Ucapan Neneng, itu sudah

56
masuk qadzaf, menuduh zina pada almarhumah ibundanya Ayna.
Hukumannya tidak ringan. Neneng sudah akil baligh” (El-
Shirazy, 2017:27).

e. Neneng

Neneng merupakan salah satu tokoh antagonis dalam novel ini,

namun diakhir cerita ia menyadari kesalahannya dan akhirnya menjadi

tokoh protagonis. Karakter yang ia miliki adalah sombong, judes, dan

ambisius. Seperti dalam pernyataan berikut:

“Nggak usah marah, ini cuma prediksi. Kau (Ayna) juga boleh
memprediksi diriku (Neneng). Yang jelas, aku (Ayna) sudah
diterima di salah satu Universitas terkenal di Jakarta, bahkan
sebelum UN” (El-Shirazy, 2017:4).

“Tapi Aku (Ayna) tahu, diam-diam kau (Neneng) pacaran dengan


mas Roni, putranya Bu Munah pemilik toko klontong di sebelah
pondok kan? Kau (Neneng) juga beli bocoran soal UN dari mas
Roni itu yang harganya persoal tiga ratus ribu kali enam berarti
satu juta delapan ratu ribu, iya kan? Nggak usah mengelak...” (El-
Shirazy, 2017:20).

f. Haryo Bagus Kartolo alias Yoyok

Yoyok bersifat antagonis. Ia adalah suami yang dijodohkan Pakde

Darsun kepada Ayna. Ia mempunyai karakter yang negatif, dan ambisius.

Seperti kutipan berikut:

“Setiap hari selalu saja ada kejadian yang mengusik hatinya


(Ayna). Suaminya (Yoyok) yang pulang larut malam dengan
tubuhh limbungdan bau minuman. Suaminya yang tidak mau
sholat Subuh. Suaminya yang mengajak teman-temannya bermain
karaoke dan bernyanyi di rumahnya. Ia lihat sendiri bagaimana
suaminya bisa begitu mesra menari-neri dengan wanita muda
yang berpakaian tidak sopan” (El-Shirazy, 2017:190).

g. Kusmono

57
Kusmono adalah ayah dari Yoyok. Ia termasuk tokoh pendukung

antagonis. Ia sama seperti Yoyok, ambisius, menghalalkan segala cara,

dan rakus harta.

“Ini cara yang peluang hasilnya paling besar. Aku (Kusmono)


sudah bicara panjang lebar pada Yoyok. Dia setuju. Kau jangan
salah paham. Kami tetap sangat menghormatimu. Kau adalah
bagian keluarga besar ini. Hanya kadang-kadang kita perlu sedikit
berkorban untuk kejayaan bersama. Ini hanya sandiwara. Kau
diceraikan Yoyok. Nanti tentang surat cerai bisa dipercepat. Lalu
si Bandot Brams Margojaduk akan melamarmu. Kau
menerimanya, kalian menikah. Kau buatlah dia senang sebagai
suami. Seminggu setelah itu kita semua akan divonis bebas, tidak
ada bukti kita terlibat skandal korupsi itu. Setelah kita siapkan
kuda-kuda kuat, benteng-benteng legal hukum semua lini usaha
kita kuati, aku akan kasih koekepada dirimu. Kau ugat cerai. Aku
akan siapkan orang yang lebih kuat dari si Bandot itu, dan kau
bisa kembali ke suamimu!” (El-Shirazy, 2017:214).

h. Pakde Darsun

Pakde Darsun adalah tokoh antagonis. Ia memiliki karakter yang

pamrih, pandai berpura-pura dan pemaksa. Seperti ungkapan berikut:

“Lha, kalau kamu tidak peduli kenapa datang minta restu Pakde!
Silahkan sana! Nikahlah dengan Kyai duda itu. Tapi sejak itu
berarti kamu tidak punya ikatan apapun dengan Pakde dan
keluarga Pakde! Kau buka keponakanku lagi! Ikatan
kekeluargaan kita putus!” (El-Shirazy, 2017:134).

i. Bude Tumijah

Bude Tumijah juga termasuk tokoh antagonis. Ia mempunyai

karakter pamrih, diplomatis, penghianat, pemaksa, tidak ta‟dzim. Seperti

ungkapan berikut:

“Kami tidak akan berubah pikiran kecuali jika Pak Kyai dan Bu
Nyai menikahkan Ayna dengan salah satu putra Pak Kyai dan Bu
Nyai. Jadi Ayna yang masih perawan dapat perjaka. Itu baru kufu.
Kalau Ayna dijodohkan dengan duda beranak dua, ya tidak kufu,

58
menurut kami. Mohon maaf jika kami lancang!” (El-Shirazy,
2017:135).

j. Mbah Kamali dan Mbah Rukmini

Dua orang suami istri ini adalah tetangga Ayna. Mereka memiliki

sifat yang perhatian, paham agama, dan bijaksana. Seperti pada kutipan

berikut:

“Aku ingin cerita tapi takut ghibah. Begini saja, nikah itu bukan
karena harta duniawi, Nduk. Jangan! Harta itu bisa hilang kapan
saja. Apalagi harta yang cara mendapatkannya tidak jelas, tidak
berkah....”(nasehat Mbah Kamali).
“Benar kata Mbah Kamali, Nduk. Nikah itu kan untuk selamanya.
Suamimu nanti akan jadi orang yang paling dekat dan paling
sering membersamaimu. Pilih yang agama baik....” (sambung
Mbah Rukmini) (El-Shirazy, 2017:166).

k. Pak Brams Margojaduk

Pak Brams termasuk tokoh antagonis. Ia adalah seorang pejabat

negara yang berkarakter buruk, suka main perempuan, atau bisa dibilang

bejat.

“Ini sedikit perlu pengorbananmu dan Yoyok. Tapi ah sepele.


Penegak hukum kita ini kan ada yang brengsek. Tapi kadang-
kadang yang brengsek ini bisa menoong kita. Lucu, ya. Begini,
ada orang penting dari penegak hukum itu, yang brengsek. Dia
(Brams Margojaduk) suka perempuan. Kebetulan istrinya sudah
tua dan sudah mati setahun yang lalu. Orang ini sudah tua, seusia
bapak mertuamu ini, tapi tangannya bisa mencengkram kemana-
mana” (El-Shirazy, 2017:213).

l. Ibu Rosidah

Ibu Rosidah adalah penolong untuk Ayna. Ia mempunyai karakter

baik hati, tegas, pintar berbisnis. Seperti kutipan berikut:

“Bu Rosidah seperti ingin menurunkan semua ilmu bisnisnya


pada Ayna. Ketika ia melihat ada satu titik kelemahan Ayna, ia
langsung perbaiki. Setiap bulan, Bu Rosidah membantu

59
mengevaluasi perkembangan bisnis Ayna. Bu Rosidah juga
menyarankan Ayna ikut membaca majalah-majalah bisnis.
Bahkan tidak jarang ia menyarankan agar Ayna ikut kursus
singkat satu sampai tiga hari” (El-Shirazy, 2017:264).

m. Ibu Nurjannah

Ibu Nurjannah merupakan teman ibunda Ayna ketika menjadi

TKW. Ia memiliki karakter amanah dan bertanggung jawab. Dapat

dilihat pada kutipan berikut:

“Rumah itu ia (Ayna) beli dari uang ibunya yang dihutang oleh
Bu Nurjannah. Sesungguhnya dirinya nyaris melupakan piutang
itu. Tapi Bu Nurjannah, teman ibunya di Amman dulu itu
memang orang amanah. Ia berhasil bangkit dari keterpurukan,
dan yang pertama kali ia cari adalah Ayna” (El-Shirazy,
2017:269).

n. Gus Asiq

Ia adalah kakak pertama Gus Afif yang memiliki karakter patuh

kepada orang tua dan penyayang kepada adiknya.

“Adikku, ayo pulang, Ummi terus menyebut namamu. Ketika aku


(Gus Asiq) terbang dari Jogja, Ummi penuh harap malam nanti
sudah berjumpa denganmu. Semoga kebesaran jiwamu mau
menjumpai ibu yang melahirkanmu ditulis Allah sebagai amal
saleh, dan menjadi wasilah terkabulnya semua yang kau cita-
citakan untuk kebaikanmu di dunia maupun di akhirat” (El-
Shirazy, 2017:308).

o. Gus Asif

Gus Asif adalah kakak kedua Gus Afif. Ia mempunyai karakter

yang cerdas dan rendah hati. Seperti pernyataan berikut ini:

“Kecerdasan Gus Asif telah disaksikan para santri Pondok


Pesantren Kanzul Ulum, ketika ia menjadi penerjemah seorang
Syaikh yang datang dari mesir. Namanya Syaikh Hasan
Syabrawi. Di waktu yang lain, Gus Asif menjadi penerjemah
seorang ulama Turki yang datang berkunjung. Kali ini,

60
kepiawaian Gus Asif berbahasa Turki dilihat ribuan santri dan
tamu undangan, termasuk Kyai Thayyib” (El-Shirazy, 2017:23).

p. Kyai Yusuf Badrudduja

“Begini, Na. Pak Kyai Yusuf Badrudduja matur kepada Ummi


dan Abah, bahwa dia ingin melamarmu untuk dijadikan garwo-
nya” (El-Shirazy, 2017:88).

q. Ningrum

Ia adalah seorang khodimah di pesantren Kanzul Ulum sekaligus

sahabat Ayna. Ningrum mempunyai karakter bertanggung jawwab,

pengertian dan setia.

“Na, sana kau (Ayna) jalan-jalan lihat-lihat. Nggak apa-apa, biar


masalah masak aku (Ningrum) rampungkan bersama Mbak Titin
dan yang lain. Ini kan pesta kalian yang mau meninggalkan
pesantren.” Tiba-tiba Mbak Ningrum nyahut di dekat Ayna” (El-
Shirazy, 2017:43).
“Ningrum datang membawa nampan yang diberi semangkuk mie
godog dan teh panas” (El-Shirazy, 2017:181).
r. Kang Bardi

Kang Bardi juga seorang Khodim atau pembantu yang mengabdi

di pesantren. Ia bersifat ta‟dzim, setia dan amanah. Seperti kutipan

berikut ini:

“Kang Bardi ambil es deganmu sama gorengan dan makan di luar


sana!” (ucap Gus Afif)
“Kang Bardi menuruti perintah Gus Afif tanpa membantah
sedikitpun” (El-Shirazy, 2017:146).
s. Rosa

“Kalau kau (Ayna) punya barang berharga milik kamu pribadi,


atau punya uang milik pribadi, sebaiknya jangan kau simpan di

61
rumah ini. Aku (Rosa) khawatir nanti rumah ini digeledah.
Bahkan bisa jadi rumah ini nanti disita!” (El-Shirazy, 2017:197).

t. Lestari, Mila, dan Uun

Mereka adalah partner kerja Ayna ketika di Bogor. Lestari

merupakan asistennya di bisnis roti Barokah. Mila dan Uun adalah

sukarelawan yang mengasuh Bait Ibnu Sabil.

“Tidak mudah ternyata mengurus anak-anak yang biasa hidup di


jalanan. Mereka tidak mudah diarahkan hidup lebih tertib dan
teratur. Untunglah ada Mila dan Uun adalah dua gadis yang
tangguh” (El-Shirazy, 2017:270).
“Jujur saja, itu salah satu alasannya. Kau (Lestari) jadi pengurus
di sini ya, bahkan wajib. Ikut ngaji di sini kalau sudah jalan
pengajiannya boleh. Tapi jadi pengasuh di sini, tidak. Kau
memonitoring pergerakan Roti Barokah saja” (El-Shirazy,
2017:271).
4. Latar

a. Latar tempat

Diantara tempat-tempat yang menjadi latar pada novel Bidadari

Bermata bening adalah:

1) Pondok pesantren Kanzul Ulum, Secang, Magelang

“Pesantren itu boleh disebut sebagai salah satu pesantren tua di


Magelang. Terletak di pinggiran Secang. Tepatnya di Desa
Candiretno. Awalnya pesantren itu hanya bernama Majelis Ngudi
Ilmu Candiretno, namun oleh Kyai Muslim, diresmikan namanya
menjadi Pondok Pesantren Kanzul Ulum, Candiretno” (El-Shirazy,
2017:39).

2) Pasar Paing Secang

“Pasar Paing Secang masih ramai. Ayna lega. Ia memarkir motor di


tempat langganannya” (El-Shirazy, 2017:7).

3) Ruang Tamu

“Ayna beringsut mundur pelan-pelan lalu keluar dari ruang tamu


rumah Kyai Sobron” (El-Shirazy, 2017:26).

62
4) Masjid

“Sebagian tetap di dalam masjid untuk ngaji kitab Fathul Mu’in


yang langsung dibacakan oleh Kyai Sobron” (El-Shirazy, 2017:34).

5) Perpustakaan Pribadi

“Sementara itu di perpustakaan pribadi yang terletak di samping


ruang kerja Bu Nyai, Pak Kyai Sobron menahan tawa mendengar
itu semua” (El-Shirazy, 2017:48).

6) Beranda Asrama Rabi‟ah al-Adawiyah

“Ayna duduk sendirian di beranda asrama Rabi‟ah al-Adawiyah


yang sepi” (El-Shirazy, 2017:73).

7) Warung Sate Klatak

“Siang itu setelah menjemput Kyai Sobron lagi, mereka makan


siang di Jalan Imogiri, tepatnya di Sate Klatak” (El-Shirazy,
2017:82).

8) Kaliurang

“Setelah makan siang dan shalat Zhuhur mereka meluncur ke Jalan


Kaliurang” (El-Shirazy, 2017:82).

9) Pesantren Mahasiswa al-Manhal al-Islami

“Mobil Inova Silver itu memasuki halaman sebuah rumah yang


asri. Di samping rumah ada plang bertuliskan “Pesantren
Mahasiswa Al Manhal Al Islami” (El-Shirazy, 2017:82).

10) Kaliwenang, Kecamatan Tanggungharjo

“Ibu saya perempuan desa biasa. Lahir di Kaliwenang,


Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan” (El-Shirazy, 2017:28).

11) Terminal Terboyo

“Akhirnya ia sampai Terminal Terboyo. Suasananya sangat khas


dari dulu” (El-Shirazy, 2017:95).

63
12) Terminal Penggaron

“Dari Terminal Penggaron, ia naik bus mini jurusan penggaron,


Semarang bagian timur. Dari Penggaron naik bus jurusan
Purwodadi dan turun di Gubug” (El-Shirazy, 2017:96).

13) Kamar Ayna

”Ayna masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan badannya sesaat


di kasur” (El-Shirazy, 2017:100).

14) Pesawat

“Matanya tidak berkedip memandang ke luar jendela ketika


pesawat mulai naik” (El-Shirazy, 2017:126).

15) Bandara Juada Surabaya

“Mereka transit di Bandara Juanda Surabaya lalu pindah pesawat


untuk terbang ke Mataram, Nusa Tenggara Barat” (El-Shirazy,
2017:128).

16) Lombok

“Tiga hari di Lombok, ia merasa garing. Nyaris waktunya banyak ia


habiskan sendirian di kamar, atau bertemu Yoyok” (El-Shirazy,
2017:131).

17) Rumah Makan Ayam Taliwang

“Ini rumah makan ayam Taliwang paling enak. Para menteri makan
di sini” (El-Shirazy, 2017:129).

18) Hotel Nusantara Jaya

“Usai makan siang, Saprul mengarahkan laju bus mini itu ke Hotel
Nusantara Jaya, sebuah hotel berbintang lima di pantai Senggigi”
(El-Shirazy, 2017:129).

19) Hotel Senggi Sentosa

“Ayna masuk di Hotel Senggigi Sentosa” (El-Shirazy, 2017:129).

20) Rumah Pak Kastolo

64
“Pertemuan dua keluarga untuk membahas hari dan tanggal akad
nikah, dan walimatul ursy serta segala tetek benget terkait hal itu
diadakan di rumah Pak Kusmono” (El-Shirazy, 2017:169).

21) Rumah Ayna dan Yoyok

“Setelah pesta ngunduh mantu di rumah Pak Kusmono usai, Ayna


diboyong oleh Yoyok untuk menempati rumah baru mereka di Kota
Purwodadi. Rumah itu dua lantai.. besar dan mewah, meskipun
tidak sebesar rumah Pak Kusmono” (El-Shirazy, 2017:188).

22) Alun-Alun Purwodadi

“Cerita Rosa suatu siang sambil makan bakso di alun-alun


Purwodadi” (El-Shirazy, 2017:191).

23) POM Bensin

“Ia shalat di pom bensin lalu kembali memacu mobilnya” (El-


Shirazy, 2017:199).

24) ICU

“Gus Asyiq memberitahu dokter dan perawat yang sedang menjaga


Afif di ruang ICU” (El-Shirazy, 2017:199).

25) Hotel Purwodadi Sentausa

“Lalu yang ketiga, ketika acara makan malam di Hotel Purwodadi


Sentausa” (El-Shirazy, 2017:216).

26) Kereta

“Kereta mulai berjalan cepat melewati Stasiun Purwodari” (El-


Shirazy, 2017:221).

27) Temanggung

“Seorang kerabat jauh yang ada di Temanggung memberi tahu, ia


melihat orang mirip Afif. Sore itu juga Pak Kyai dan Bu Nyai
meluncur ke Temanggung” (El-Shirazy, 2017:225).

28) Cianjur

65
“Paginya ia meluncur ke Cianjur mencari alamat Bu Nurjannah,
teman ibunya. Alhamdulillah ketemu” (El-Shirazy, 2017:249).

29) Terminal Baranangsiang, Bogor

“Ia lalu ke Bogor. Dan lagi-lagi tak ada tempat yang jelas ia tuju. Ia
sampai di terminal Barangsiang juga tengah malam” (El-Shirazy,
2017:250).

30) Rumah Kumuh

“Ayna dan dua temannya berbuka puasa bersama anak-anak jalanan


di sebuah rumah kumuh di Kampung Muara, Bogor” (El-Shirazy,
2017:235).

31) Perumahan Bogor Sentausa

“Sudah hampir jam dua belas malam ketika Ayna sampai di


gerbang rumah cukup mewah di dalam Perumahan Bogor
Sentausa” (El-Shirazy, 2017:236).

32) PT Tsania Waras Rezekia

“Keesokan harinya Ayna benar-benar datang, dan bertemu Bu


Rosidah tepat jam delapan. Sejak hari itu juga Ayna resmi kerja di
Kantor PT. Tsania Waras Rezekia” (El-Shirazy, 2017:259).

33) Bait Ibnu Sabil

“Sementara ini Pak Hamid, takmir masjid Al Mukhlasin ikut


membantu menjaga Bait Ibnu Sabil” (El-Shirazy, 2017:270).

34) Rumah Sakit Sardjito

“Ia berangkat dari Bogor jam sebelas siang, dan memasuki parkiran
Rumah Sakit Sardjito hampir jam dua belas malam” (El-Shirazy,
2017:288).

35) Bandara Adi Sucipto

“Tepat pukul delapan malam lebih lima menit, Asyiq dan Afif
keluar dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta” (El-Shirazy,
2017:309).

66
36) Hotel UGM

“Malam itu, Ayna rebahan di kamarnya di hotel UGM dengan hati


berbunga-bunga” (El-Shirazy, 2017:315).

37) The University of Jordan di Amman, Yordania

“Akhirnya mereka berdua berangkat ke Yordania dan kuliah di The


University of Jordan, Amman” (El-Shirazy, 2017:329).

38) Fakhreldin Restaurant

“Afif mengarahkan mobilnya ke daerah Jabal Amman, tepatnya ke


Jalan Thaha Husein, di mana Fakhreldin Restaurant berdiri anggun”
(El-Shirazy, 2017:331).

b. Latar Waktu

Ada beberapa waktu yang digunakan pada novel Bidadari

Bermata Bening, diantara adalah sebagai berikut:

1) Setelah Shalat Isya‟

Kutipan novel:

“Gerimis turun ketika para santri usai wiridan shalat Isya” (El-
Shirazy, 2017:33).

2) Sore

Kutipan novel:

“Sore itu matahari bersinar lembut. Pesantren itu seperti sedang


berpesta” (El-Shirazy, 2017:41).

3) Setelah Shalat Ashar

Kutipan novel:

“Usai shalat Ashar, Rohmatun mengajak Ayna untuk melihat


panggung wayang kulit” (El-Shirazy, 2017:42).

4) Malam

Kutipan novel:

67
“Malam itu langit biru tua. Bintang gemintang memamerkan
kerlipnya” (El-Shirazy, 2017:44).
“Malam itu Ayna tidak bisa memejamkan mata karena memikirkan
apa yang dialaminya” (El-Shirazy, 2017:90).

5) Pagi

Kutipan novel:

“Pagi itu suasana mendung, meskipun tipis, tidak tebal” (El-


Shirazy, 2017:59).
“Sinar mentari pagi mulai terasa panas dikulitnya. Ayna bangkit,
belum dhuha” (El-Shirazy, 2017:80).

6) Maghrib

Kutipan novel:

“Benar seperti yang ia duga, ia sampai di depan rumahnya tepat


ketika adzan Maghrib” (El-Shirazy, 2017:97).

7) Jam Sebelas Siang

Kutipan novel:

“Jam sebelas siang mobil Innova silver memasuki halaman rumah


Ayna” (El-Shirazy, 2017:118).

8) Siang

Kutipan novel:

“Siang itu matahari seperti membakar Desa Kaliwenang” (El-


Shirazy, 2017:142).

9) Bulan Suci Ramadhan

Kutipan novel:

“Sampai bulan suci Ramadhan datang, ia belum juga mendapat


kabar apa-apa dari Candiretno” (El-Shirazy, 2017:159).

10) Syawal

Kutipan novel:

68
“Ramadhan akhirnya pamitan, dan syawal datang. Semua orang
merayakan kemenangan” (El-Shirazy, 2017:161).

11) Akhir Bulan Syawal

Kutipan novel:

“Waktu terus berjalan. Dan di akhir bulan Syawal, terjadilan apa


yang ia khawatirkan” (El-Shirazy, 2017:162).

12) Jam Dua Malam

Kutipan novel:

“Suatu pagi saat ia baru bangun untuk shalat malam, ponselnya


berdering berkali-kali. Ia terkesiap kaget. Belum pernah ia
mendapat telepon jam dua malam” (El-Shirazy, 2017:197).

13) Jam Setengah Satu Malam

Kutipan novel:

“Sudah setengah satu, Ibu nggak mau tidur?”


“Tanggung, empat halaman lagi. Nanti pas sahur kalau ibu susah
dibangunin, paksa sampai bangun ya, Na?” (El-Shirazy, 2017:237).

14) Malam Usai Tarawih

Kutipan novel:

“Malam itu usai tarawih, Ayna tetap memaksakan diri untuk


menunggu Bu Rosidah pulang” (El-Shirazy, 2017:277).

15) Jam Setengah Tiga Dini Hari

Kutipan novel:

“Jam setengah tiga dini hari ia bangkit, mengambil air wudhu lalu
shalat istikharah, lalu berusaha memejamkan kedua matanya” (El-
Shirazy, 2017:91).

c. Latar Suasana dan Sosial/Budaya

Latar suasana dan sosial/budaya pada novel Bidadari Bermata

Bening sangat beragam. Ada kesedihan, keharuan, keceriaan, dan

69
kebahagian yang menjadi satu. Selain itu juga terdapat kehidupan sosial

masyarakat yang melengkapi isi cerita sehingga terciptalah satu cerita

yang menggambarkan secara utuh kehidupan masyarakat yang

dijadikan latar sepeti di Purwodadi, Kaliwenang, dan Magelang.

Berikut contoh kutipan yang menunjukkan latar suasana dan

sosial/budaya:

“Tiba-tiba Bu Nyai terisak, air matanya meleleh. Suasana senyap


sesaat. Hadirin terbawa suasana haru. Di tempat duduknya, air mata
Ayna kembali meleleh, ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar.
Siapakah dirinya sampai disebut paling berprestasi dan teladan utama?
Ia merasa tidak layak mendapat predikat itu, Gus Afif seharusnya yang
lebih layak” (El-Shirazy, 2017:69).
“Ramadhan akhirnya pamitan, dan syawal datang. Semua orang
merayakan kemenangan. Namun ia merasa kemenangan yang ia
harapkan belum juga datang. Akhirnya ia menyadari bahwa
mengharapkan dirinya dilamar dan diboyong Gus Afif di Candiretno
Magelang adalah berlebihan” (El-Shirazy, 2017:62).
“Tanggal akad dan pesta walimah juga masih dicari oleh dua keluarga.
Ada hitung-hitungan rumit yang tidak masuk akal nalarnya. Hal itu
memberikan waktu baginya untuk mencari informasi sebanyak-
banyaknya tentang Yoyok” (El-Shirazy, 2017:163).

5. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga

serba tahu. Dimana pengarang mengetahui secara menyeluruh jalannya

cerita. Pengarang bebas menceritakan dan menyembunyikan segala hal

yang berkaitan dengan cerita novel baik itu tentang penokohan, tindakan,

peristiwa, atau yang lainnya.

Kutipan novel:

“Ayna diam, betapa sulit ia merangkai kata untuk memberikan jawaban.


Yang keluar adalah isak tangisnya, karena didorong rasa haru yang
menyergapnya begitu saja. Gus Afif terbawa suasana. Panas udara Desa
Kaliwenang tidak lagi ia rasakan. Yang ia rasakan adalah hati yang sedang

70
musim semi menanti jawaban orang yang dicinta. Dan orang itu ada
dihadapannya” (El-Shirazy, 2017:148).

6. Gaya Bahasa

Rangkaian kalimat yang digunakan dalam novel ini mempunyai

gaya bahasa yang menarik, sederhana, dan mudah dipahami. Kalimat-

kalimat yang dibangun terlihat natural, sehingga pembaca dapat

membayangkan secara nyata peristiwa-peristiwa yang terjadi. Berdasarkan

pendapatnya Hasanuddin WS dkk, berikut dapat dianalisis beberapa gaya

bahasa yang digunakan Kang Abik dalam novel Bidadari Bermata bening:

Gaya bahasa perbandingan seperti yang terdapat pada kutipan:

“Ayna dan Zulfa tampak berjalan bersama tujuh santri rombongan asrama
Rabi‟ah Al Adawiyah. Jika rombongan itu seumpama bidadari, maka Ayna
tampak bagaikan ratu bidadari...” (El-Shirazy, 2017:60).
Gaya bahasa langsung seperti yang terdapat pada kutipan:

“.... Aku akan menjagamu lebiih dari meenjaga diriku sendiri. Aku akan
menghormatimu seperti para nabi menghormati istri mereka” (El-Shirazy,
2017:155).

“Terkadang tidak terlalu cantik itu sebuah keberuntungan...” (El-Shirazy,


2017:248).

Gaya bahasa penegasan seperti yang terdapat pada kutipan:

“Sumpah itu menggema dan menggelegar. Para santri mengucapkan


sumpah itu sambil meneteskan air mata haru. Orang tua wali yang
mendengarnya terbawa suasana dan merasa mereka telah meletakkan anak-
anak mereka di tempat yang tepat” (El-Shirazy, 2017:65).
Gaya bahasa sindiran seperti yang terdapat pada kutipan:
“Pakde darsun tak lain adalah kakak ibunya, tunggal ibu beda ayah (saudara
tiri)” (El-Shirazy, 2017:76).

“Anak masih bau kencur (kecil), diam saja!” (El-Shirazy, 2017:141).

7. Amanat

71
Novel Bidadari Bermata Bening ini tidak hanya menyuguhkan

cerita fiksi belaka, namun dibalik itu terdapat ibrah dan amanat yang dapat

diambil pelajaran sebagai seorang muslim. Seakan-akan pengarang

berdakwah melalui cerita yang disajikan dalam novel Bidadari Berata

Bening. Diantara amanat yang ingin disampaikan penulis adalah sebagai

berikut:

Kesucian cinta. Baik cinta kepada pasangan (yang sudah berkelurga)

kepada keluarga, dan kepada saudara seiman dan sebangsa.

“Terima kasih ya, Mas, atas segala cinta yang kau curahkan. Aku merasa
menjadi perempuan paling beruntung di atas bumi ini.”
“Alhamdulillah. Segala puji milik Allah. Aku pun merasakan hal yang
sama,” (Percakapan Ayna dan Gus Afif sebagai suami istri). (Al-Shirazy,
2017:336).

Memanfaatkan usia muda untuk mencari dan memperdalam ilmu

pengetahuan. Seperti dalam kutipan novel:

“Saat masih muda, saat masih dalam fase menunut ilmu sebaiknya tidak
memikirkan kecuali ilmu. Ingat, ilmu tidak akan didapat kecuali dengan
dikejar sungguh-sungguh. Sedangkan jodoh sudah disediakan oleh Allah”
(El-Shirazy, 2017:56).

Menyambung persaudaraan. Seperti ungkapan dalam novel sebagai

berikut:

“Jangan kau putus tali silaturrahmi dengan keluarga Pakdemu!” (El-


Shirazy, 2017:77).

Berlomba-lombalah dalam mengejar prestasi dengan cara yang baik dan

jujur. Karena ada ulasan seperti dalam ungkapan dalam novel:

“Berprestasi itu indah” (El-Shirazy, 2017:113).

72
Carilah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat serta taqarrub ilallah

(dekat dengan Allah swt.). Seperti kutipan dalam novel ini:

“Untuk mengisi kegiatan keseharian selain menambah hafalan Al-Qur‟an


yang ada di kota Purwodadi. Prinsipnya bertambah umur harus bertambah
ilmu. Itu yang ia pegang” (El-Shirazy, 2017:93).

D. Biografi Penulis

Novel Bidadari Bermata bening merupakan karya Habiburrahman El-

Shirazy yang mempunyai nama pena Kang Abik. Kang Abik termasuk penulis

ternama dan terbaik di Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 30 September

1976 di kota Semarang, Jawa Tengah. Selain penulis, ia juga seorang

sutradara, penyair, penceramah, dan sastrawan. Istri beliau bernama

Ibu Muyasarotun Sa’idah yang juga sebagi salah satu dosen di IAIN

Salatiga. Beliau telah dikaruniai tiga orang anak yang bernama

Muhammad Ziaul Kautsar,

Muhammad Neil Author, dan Usaid Azizou Ahmada. Beliau beserta anak dan

istrinya sekarang berdomisili di Salatiga, tepatnya di kecamatan Sidorejo,

Bugel RT 01 RW 04, yang merupakan tanah kelahiran sang istri.

Kang Abik memulai pendidikan formalnya di SD Sembungharjo IV dan

di Madrasah Diniyah al-Huda, Bangetayu Wetan, Semarang, lulus tahun 1989.

Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen

sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen,

Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 beliau

melanjutkan belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta,

lulus pada tahun 1995. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan tingginya di

73
Kairo, tepatnya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar,

Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate

Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo.

Beliau menjadi mahasiswa produktif selama kuliah di Kairo. Beliau

telah menulis beberapa karya yang tidak kalah bagusnya dengan karya-karya

sastranya di Indonesia. Dilansir dari Wikipedia, beliau telah menghasilkan

beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa

Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf

Qardhawi yang berjudul 'Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000).

Tulisannya berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana

Islam Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy, diakses 2 Mei

2018).

Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-

Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan

Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dll. Cerpen-cerpennya

dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di

Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004). Begitu

banyak karya-karya beliau yang telah diterbitkan. Hal tersebut menunjukkan

bahwa Kang Abik merupakan penulis yang produktif, sehingga beliau sangat

berkompeten dalam tulis menulis.

74
Kang Abik telah menorehkan prestasi dan karya sastra yang

menakjubkan, mulai dari remaja beliau sudah meraih prestasi-prestasi dalam

bidang sastra. Seperti ketika masih di bangku SLTA, beliau pernah menulis

teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya

bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari

Surakarta (1994). Selain itu beliau pernah meraih Juara II lomba menulis

artikel se-MAN I Surakarta (1994). Menjadi pemenang I dalam lomba baca

puisi religius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair‟94 dan

ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994) dan masih banyak lagi prestasi yang

didapatkan.

Sedangkan untuk sekarang, karya-karya populer beliau banyak diminati

tidak hanya dalam lokal saja namun juga banyak diminati di manca negara

seperti Malaysia, Singapura, dan Brunai. Diantara karya-karya Kang Abik

yang telah diterbitkan adalah:

1. Ketika Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005).

2. Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005).

3. Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004, telah difilmkan).

4. Di atas Sajadah Cinta (2004, telah disinetronkan).

5. Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007, telah difilmkan).

6. Ketika Cinta Bertassbih 2 (Republika-Basmala, 2007, telah difilmkan).

7. Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007).

8. Bumi Cinta (Author Publishing, 2010).

9. The Romance (Ihwah, 2010).

75
10. Cinta Suci Zahrana

11. Ar-Rasul (GIP, 2001).

12. Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002).

13. Menyucikan Jiwa (GIP, 2005).

14. Rillah Ilallah (Era Intermedia, 2004).

15. Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2002).

16. Merah di Janin (FBA, 2002).

17. Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004).

18. Bidadari Bermata Bening (Republika, 2017).

Selain itu, beliau juga meraih banyak penghargaan. Berikut beberapa

penghargaan Pak Habiburrahman El Shirazy:

1. Pena Award 2005, Novel terpuji Nasional, dari Forum Lingkar Pena.

2. The Most Favourite Book 2005, versi majalah muslimah.

3. IBF Award 2006, Buku Fiksi Dewasa Terbaik Nasional 2006.

4. Republika Award, sebagai tokoh perubahan Indonesia 2007.

5. Adab Award 2008 dalam biddang Novel Islami diberikan oleh Fakultas

Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

6. UNDIP Award sebagai Novelis No. 1 Indonesia, diberikan oleh INSANI

UNDIP Tahun 2008.

7. Penghargaan sastra Nusantara 2008 sebagai sastrawan kreatif yang mampu

menggerakkan masyarakat membaca sastra oleh Pusat Bahasa dalam

Bidang Majlis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) 2008.

76
8. Paramadina Award 2009 for Oustanding Contribution to the

Advanchement of Literatures and Arts in Indonesia.

9. Anugrah Tokoh Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara diberikan oleh

Ketua Menteri Negeri Sabah, Malaysia, 2012.

10. UNDIP Award 2013 dari Rektor UNDIP dalam Bidang Seni dan Budaya.

77
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual dalam Novel Bidadari Bermata Bening

Karya Habiburrahman El Shirazy

Pendidikan spiritual merupakan suatu kompetensi abstrak yang harus

dimiliki oleh setiap individu. Walaupun abstrak namun terlihat secara jelas

dalam perilaku yang ditunjukkan. Nilai-nilai pendidikan spiritual yaang

terefleksi dari 99 asmaul husna sangat kompleks untuk diterapkan dan sangat

bermanfaat dalam interaksi sehari-hari. Seseorang yang menghayati dan

menginternalisasikan sifat-sifat Tuhan akan memancarkan sifat-sifat terpuji

dalam setiap perilakunya (Nasution, 2009:82). Seperti itulah, Allah

menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Nama-nama terbaik

Allah atau asmaul husna dapat diambil ibrahnya untuk kita aplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam novel Bidadari Bermata Bening mengandung nilai-nilai

pendidikan spiritual seperti yang disebutkan diatas. Berikut nilai-nilai

pendidikan spiritual yang diukur dari 99 Asmaul Husna yang terdapat dalam

novel Bidadari Bermata Bening:

1. Ar-Rahiim )‫(الرحيم‬,
ّ menunjukkan nilai sifat penyayang

Ar-Rahim adalah salah satu sifat Allah SWT yang berarti Maha

Penyayang. Kasih sayang Allah meliputi segala sesuatu. Orang yang mau

berpikir tentang kehidupan dalam jagat raya ini akan dapat membuktikan

kebenaran keyataan Allah sebagai Maha Penyayang (Jahja, 2010:21).

78
Misalnya dengan terjadinya siang dan malam. Adanya siang dan malam

menjadi bukti kasih sayang Allah kepada manusia. Dengan adanya siang

manusia dapat beraktivitas dengan baik serta adanya malam dapat

digunakan manusia untuk beristirahat. Allah Swt. Maha Pencipta yang

Sempurna. Bayangkan jika tidak ada pergantian siang dan malam, pasti

dunia akan tidak teratur.

Seseorang yang menghayati sifat Ar-Rahiim ini ia akan bertakwa

kepada Allah karena telah diberi kasih sayang oleh Allah dalam bentuk

berbagai kenikmatan. Ia juga akan menyayangi sasamanya sehingga ia

merasa sedih jika melihat saudaranya kesusahan (Jahja, 2010:22). Sehingga

ia siap memberikan bantuan baik berupa materi maupun non-materi.

Seperti dalam cerita dalam novel Bidadari Bermata Bening, Ayna sebagai

tokoh utama memiliki karakter penyayang yang tinggi sehingga setelah ia

berhasil ia mendirikan rumah singgah untuk anak jalanan yang diberi nama

Bait Ibnu Sabil. seperti dalam kutipan berikut:

“Ayna menamainya Bait Ibnu Sabil, atau rumah anak jalan. Karena
memang rumah itu ia wakafkan untuk menampung anak-anak
jalanan, dan kaum dhuafa.
Bait Ibnu Sabil sesungguhnya adalah dua rumah tipe yang
berdampingan. Setelah direnovasi, dari depan tampak menyatu.
Namun di dalam tetap dibat terisah. Hanya saja halaman elakang
dijadikan satu sehingga tampak luas. Halaman belakang yang agak
luas itu menjadi pertimbangan Ayna memilih rumah itu untuk
dijadikan Bait Ibnu Sabil. pertimbangan lainnya rumah itu dekat
dengan masjid yang takmir masjidnya Ayna kenal dan mau
menjadi salah satu pembina Bait Ibnu Sabil.
Rumah itu ia beli dari uang ibunya yang dihutang oleh Bu
Nurjannah. Sesungguhnya dirinya nyaris melupakan piutang itu.
Tapi Bu Nurjannah, teman ibunya di Amman dulu itu memang
orang yang amanah. Ia berhasil bangkit dari eterpurukan, dan
yangg pertama kali ia cari adalah Ayna. Untungnya Ayna tidak

79
pernah ganti nomor ponsel sejak ia membelinya di Stasiun Balapan
saat melarikan diri sekian tahun yang lalu itu” (El-Shirazy,
2017:269).

2. Al-Maalik )‫(المالك‬, menunjukkan nilai sifat amanah

Al Maalik merupakan salah satu nama terbaik Allah yang

mempunyai arti Maha Raja. Konsep raja yang tertuju kepada Allah sebagai

salah satu nama-Nya adalah Allah bebas dari segala unsur kekurangan.

Jadi, Allah sebagai Maha Raja tidaklah sama dengan kepribadian atau

perbuatan raja seperti yang dipahami manusia. Allah sebagai Maha Raja

tidak akan mengangkat putra mahkota untuk melestarikan kerajan-Nya

karena Allah maha Esa (Jahja, 2010:29). Sebagai raja, Allah berhak

membuat aturan yang berlaku bagi makhluknya, aturan tersebut bersifat

mutlak, dan dapat berubah jika Allah menghendaki. Serta Allah tidak

terikat pada aturan-Nya, karena pada hakikatnya aturan-Nya adalah salah

satu ciptaan Allah.

Jika manusia menjadi raja, maka pada hakikatnya ia telah diberikan

kekuasan oleh Allah Swt. Seseorang yang menghayati sifat Allah tersebut

maka ia akan mempunyai sifat amanah. Karena ia sadar bahwa sejatinya

Allah telah memberikan amanah kepadanya, maka ia akan berusaha untuk

menjalankan amanah dengan semaksimal mungkin. Seperti karakter Bu

Nurjannah yang tetap membayar hutangnya kepada ibunya Ayna.

Walaupun ibunya Ayna sudah meninggal namun ia tetap membayarnya

kepada ahli warisnya yakni Ayna. Seperti yang terlihat pada kutipan

berikut:

80
“Rumah itu ia beli dari uang ibunya yang dihutang oleh Bu
Nurjannah. Sesungguhnya dirinya nyaris melupakan piutang itu.
Tapi Bu Nurjannah, teman ibunya di Amman dulu itu memang
orang yang amanah. Ia berhasil bangkit dari keterpurukan, dan
yang pertama kali ia cari adalah Ayna. Untungnya Ayna tidak
pernah ganti nomor ponsel sejak ia membelinya di Stasiun Balapan
saat melarikan diri sekian tahun yang lalu itu” (El-Shirazy,
2017:269).

3. Al-Mukmin )‫(المؤمن‬, menunjukkan nilai ingin memberi keamanan untuk

orang lain

Al-Mukmin adalah salah satu asma’ Allah SWT yang berarti Sang

Maha Memberi Keamanan. Asma’ ini menunjukkan bahwa hanya Allah

saja yang dapat memberikan rasa aman dari segala rasa ketakutan di dunia

(Jahja, 2010:54). Orang muslim yang menghayati asma’ Allah ini ia akan

bersifat memberikan kenyamanan kepada saudaranya. Serta ia akan

mempunyai sifat ingin memberikan rasa aman kepada orang lain yang

sedang mengalami kesulitan.

Karakter ini juga terdapat dalam cerita Bidadari Bermata Bening.

Yakni sifat yang ditunjukkan Ameera yang menginginkan Ayna pindah ke

apartemen yang lebih aman ketika menuntut ilmu di Jordan. Seperti yang

diungkapkan pada kutipan berikut:

“Percayalah sama saya, apartemen Ameera lebih nyaman. Saya


tahu daerah tempat kalian tinggal, itu memang murah tapi kurang
aman. Tapi kalau Jubaiha, jauh lebih aman. Dan kalian hanya perlu
jalan kaki ke kampus. Kalau kalian tolak tawaran saya, lebih baik
jangan pernah anggap saya saudara. Anggap saja kita tidak pernah
kenal! Karena kalian masih menganggap saya ini orang lain”
Akhirnya Ayna menerima tawaran Ameera. Dan sesungguhnya apa
yang dikatakan Ameera benar adanya. Ia dan suaminya jauh
merasa lebih nyaman tinggal di Jubaiha. Ke kampus hanya tinggal

81
jalan kaki. Semua keperluan belajar bisa ia dapatkan di dekat situ.
(El-Shirazy, 2017:333).

4. Al-„Aziz )‫(العزيز‬, menunjukkan nilai sifat rendah hati

Al-„Aziz merupakan asma’ Allah yang mempunyai arti Yang

Maha Mulia lagi Perkasa. Imam al-Ghazali menegaskan pengertian al-‘Aziz

mencakup tiga hal. Pertama, sedikit sekali orang yang memiliki kemuliaan

itu. Kedua, keperluan kepadanya sangat dirasakan. Ketiga, sukar jalan

menemui-nya. Dan yang dapat memenuhi ketiga syarat tersebut hanyalah

dzat Allah Swt (Jahja, 2010:67). Karena memang yang berhak mempunyai

sifat al-‘Aziz yang hakiki hanyalah Allah semata. Semua kemuliaan itu

hanya milik Allah. Jika sebagian manusia mendapat sebuah kemuliaan,

maka sesungguhnya ia telah diberi kemuliaan oleh Allah Swt.

Salah satu karakter orang yang menghayati asma’ Allah ini adalah

rendah hati, tidak sombong atas kesuksesan dan kemulian yang ia raih

semata-mata karena Allah semata (Jahja, 2010:70). Di atas langit ada langit

lagi, hanya Allah SWT yang berhak untuk sombong karena Allah Maha

paling Perkasa dan Mulia. Serta ia tidak akan rendah diri dihadapan

manusia yang disebabkan kemiskinan atau kekurangannya karena ia

mempunyai Allah yang Maha Perkasa. Seperti itulah posisi manusia di

hadapan Allah SWT.

Karakter yang terefleksi dari asmaul husna Al-Amin ini juga

dilukiskan dalam novel Bidadari Bermata Bening. Seperti ketika Ayna

meraih juara dalam ujian nasional, ia mendapat peringkat terbaik di

82
sekolahannya, ia tetap rendah hati dan tidak sombong karena ia sadar

bahwa kesuksesannya merupakan buah dari pertolongan Allah SWT. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut:

“Ini karena kamu telah belajar sungguh-sungguh dan berusaha


sangat keras. Aku tahu itu. Di atas segalanya adalah Taufik dari
Allah”.
“Iya, taufik dari Allah. Tapi saya tak bisa melupakan kebaikan
Mbak Ningrum, Mbak Romlah, Mbak Titin, juga Mbak Tari yang
memberikan saya kesempatan fokus belajar selama dua bulan”
(Ujar Ayna setelah mengetahui nilai ujian nasionalnya).”
“Kalau itu, wewenang Bu Nyai.”
“Saya tahu, yang usul Mbak Ningrum, dan mbak-mbak khadimah
yang lain.” (El-Shirazy, 2017:13).

5. Al-Wahhaab )‫(الوهاب‬,
ّ menunjukkan nilai sifat memberi

Al-Wahhaab merupakan salah satu asmaul husna yang memiliki

arti Yang Maha Memberi. Imam al-Ghazali menekankan pengertian Al-

Wahhab tentang pemberian Tuhan yang tidak mengandung maksud atau

ganti dari pemberian itu, yang efeknya kembali kepada-Nya (Jahja,

2010:130). Hanya Allah SWT yang Maha Pemberi dengan tanpa

mengharapkan pamrih dari makhluknya. Asma’ Allah ini juga harus

terjewantahkan dalam diri setiap muslim. Ketika ia memberikan bantuan

atau apa saja yang bermanfaat kepada orang lain, ia tidak mengharap

imbalan dari orang yang diberi, ia hanya berharap ridlo dari Allah Swt.

Nilai sifat memberi ini juga terdapat dalam kandungan cerita novel

Bidadari Bermata Bening. Sifat memberi terlihat ketika Afif berjualan

gulali keliling di perkampungan, ia memberi anak kecil yang ingin

83
membeli gulali tapi tidak diizinkan ibunya. Hal tersebut dapat dilihat dalam

kutipan berikut:

“Seorang ibu muda menuntun anaknya lewat. Sang anak yang


masih kecil menunjuk-nunjuk gulali. Namun sang ibu tidak mau
membelikan dan menyeretnya pergi. Sang anak menangis meraung
raung. Sang ibu menabok pantatnya meminta diam. Sang anak
semakin keraas meraung. Tukang gulali itu meletakkan bungkusan
plastik berisi siomay yang belum habis ia makan, ia mengejar anak
itu sambil membawa gulali berwarna merah muda.”
“Sang ibu muda kaget dan menolak. Pemuda itu tetap memberikan
pada anak itu yang menerimanya dengan tersenyum. Ketika ibu itu
mau memberi uang, pemuda itu menolak.”
“Hadiah (gulali) untuk adik kecil yang pasti nanti rajin ngaji dan
shalat,” ucap pemuda itu (Afif) yang lalu kembali duduk
menikmati sisa siomay. (El-Shirazy, 2017:227).

6. Al-Fattaah )‫(الفتّاح‬, menunjukkan nilai sifat perintis atau pelopor

Al-Fattaah merupakan asma’ Allah yang artinya Yang Maha

Pembuka. Berupa pemberi kemenangan dalam peperangaan atau

perjuangan, serta sebagai pembuka segala pintu keberhasilan keja dalam

kehidupan (Jahja, 2010:143). Asma’ ini harus diaplikasikan dalam

kehidupan setiap muslim. Muslim yang kaya tidak akan mematikan usaha

orang lain yang lebih sukses. Muslim intelektual tidak akan mematikan

kreasi mahasiswa yang dipandang lebih hebat darinya (Jahja, 2010:146).

Intinya jika ingin meraih keberhasilan maka ia akan berusaha untuk

merintis bisnis atau cita-cita yang diinginkan tanpa mengganggu orang

lain.

Nilai sifat perintis atau pelopor ini juga terdapat dalam kandungan

novel Bidadari Bermata Bening. Terlihat dalam karakter yang diperankan

Bu Rosidah, ia berperan sebagai perempuan yang sukses dalam berbisnis.

84
Bisnisnya adalah Spa Salon dan Travel. Serta cerita Ayna yang akhirnya

mendirikan toko Roti barokah. Kedua perempuan ini meraih kesuksesan

dengan melewati usaha dan proses yang panjang. Hal tersebut merupakan

wujud hukum sunnatullah, siapa yang berusaha sungguh-sungguh maka ia

akan berhasil. Seperti yang ada dalam kutipan berikut:

“Ibu merasa hidup lagi ada teman diskusi dan bicara di rumah ini.
Ibu tidak ingin ku hanya jadi karyawan, kau harus jadi pemilik
perusahaan. Coba buatlah ide buat usaha apa? Buat proposal
bisnisnya. Ibu akan bantu ide dan bantu merealisasikannya hingga
jadi sebuah usaha yang hidup,” ujar Bu Rosidah suatu pagi.
Tawaran itu membuat mata Ayna berbinar-binar.
“Saya akan mulai dari usaha bikin roti, Bu. Modalnya tidak besar.
Di rumah ini juga ada oven bagus dan jarang dipakai. Dari kecil
dulu dititip di kantin-kantin perkantoran di sekitar kantor kita.”
“Ide yang cerdas. Segera mulai!”
“Usaha membuat dan jualan roti dan kue itu kini mulai
berkembang. Ayna sudah menyewa ruko di dekat Universitas Ibn
Khaldun sebagai tempat usaha yang ia beri nama Roti Barokah”
(El-Shirazy, 2017:264).

7. Al-Qaabidl )‫(القابض‬, menunjukkan nilai sifat sabar dalam kesempitan

Al-Qaabidl merupakan salah satu asma’ Allah yang berarti Yang

Maha Menyempitkan Rizki. Dalam hal ini Allah berhak menyempitkan

rizki manusia baik sesuai sunnatullah ataupun tidak. Jika sesuai dengan

sunnatullah berarti kesempitan rizkinya karena ada sebab yang melatar

belakanginya, bagaimana zakat yang dikeluarkannya, bagaimana shalat dan

ibadahnya, bagaimana ikhtiarnya, dan lain sebagainya. Dia harus

introspeksi diri. Jika ia telah baik dan serasi semua dengan hukum

sunnatullah tapi ia masih sempit rizkinya berarti ia harus bersabar dengan

ujian Allah.

85
Orang yang menghayati asma’ Allah Al-Qaabidl, sudah seharusnya

mempunyai sifat sabar ketika sedang diberi ujian kesempitan oleh Allah

Swt. Bisa jadi kesempitannya merupakan teguran Allah kepadanya karena

ia telah lalai terhadap perintah Allah. Oleh sebab itu, ia harus introspeksi

diri dan bertaubat atas kesalahannya. Bisa juga Allah sedang

menghindarkan dirinya terhadap marabahaya, karena hanya Allah sajalah

yang Maha Tahu atas segalanya. Intinya kita harus selalu positive thinking

terhadap Allah serta bersabar terhadap semua takdir-Nya.

Hal ini juga terdapat dalam isi kandungan novel Bidadari Bermata

Bening. Ayna bertahan dengan kesempitan rizkinya ketika berada di Bogor.

Ia tetap sabar dan terus berhusnudzon kepada Allah bahwa kesempitannya

bentuk kasih sayang Allah kepadanya sehingga ia semakin bersyukur

kepada Allah Swt. atas segala nikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Seperti yang terlihat dalam penggalan kutipan di bawah ini:

“Ayna merasa tidak bisa menunggu lagi. Sebab ia nyaris sudah dua
minggu hanya makan roti kering dan air. Ketika bekalnya tinggal
seratus ribu ia belikan roti kering yang ia makan sepotong ketika
sahur dengan air putih dan sepotong ketika berbuka. Ke mana-
mana ia jalan kaki. Dalam kondisi seperti itulah ia betul-betul
merasakan jadi hamba Allah yang paling lemah. Tidak ada yang
tahu kecuali dirinya dan Allah, bahwa malam-malam ia pernah sisa
nasi kotak tetangga kamarnya yang dibuang di tempat sampah.
Ternyata sisa nasi kotak dengan sisa-sisa ayam bakarnya yang bagi
sebagian orang tidak berharga, bagi orang lain bisa sangat
berharga. Ia sampai menangis ketika menyadari bahwa ia
merasakan begitu nikmatnya makan sisa-sisa nasi orang lain. Di
situlah ia merasakan kebesaran nikmat Allah” (El-Shirazy,
2017:258).

8. Al-Baasith )‫ (الباسط‬menunjukkan nilai syukur kepada Allah Swt.

86
Al-Baaith merupakan asma’ Allah yang berarti Yang Maha

Melapangkan Rizki. Allah Swt. berhak melapangkan rizki makhluknya.

Pada dasarnya seluruh makhluk ciptaan Allah telah dijamin rizkinya oleh

Allah Swt. Sebagai muslim yang mendapatkan kelapangan rizki dalam

hidupnya, hendaklah menjadi orang yang bersyukur dan berterima kasih

kepada Yang Maha Melapangkan Rizki. Seorang yang bersyukur pasti

berkeyakinan bahwa rizki yang diperolehnya berasal dari Allah (Jahja,

2010:171). Apapun bentuk rizki yang diberikan Allah kepada kita harus

disyukuri dengan berterima kasih kepada Allah Swt. dan semakin semangat

dalam beribadah serta menjalankan perintah-perintah Allah.

Nilai syukur ini terdapat pula dalam kandungan isi novel Bidadari

Bermata Bening. Salah satunya terlihat ketika Ayna mendapatkan berkah

menjadi peringkat pertama dalam ujian nasional serta ketika Ayna dan Afif

akhirnya disatukan dalam ikatan pernikahan yang suci. Seperti yang

terlihat dalam kutipan berikut:

“Mbak Ningrum menyerahkan kertas itu kepada Ayna. Kedua


mata Ayna berkaca-kaca membaca isi surat hasil UN miliknya.
Zulfa ikut membaca dengan wajah berbinar bangga. Sejurus
kemudian Ayna bertakbir dan sujud syukur di lantai dapur itu”
(El-Shirazy, 2017:13).
“Dalam hati, Gus Afif tiada berhenti memuji Allah atas segala
karunia-Nya. Ia nyaris tidak percaya bahwa yang kini mencium
tangannya yang ia pegang ubun-ubun kepalanya adalah Ayna
Mardeya. Gadis pujaan hatinya itu kini telah menjadi istrinya
yang sah di mata syariah dan negara” (El-Shirazy, 2017:321).

9. Al-Bashiir )‫(البصير‬, menunjukkan nilai sifat peduli

87
Al-Bashiir termasuk 99 asmaul husna Allah yang berarti Maha

Melihat. Allah Swt. berkuasa dalam melihat seluruh apa yang terjadi baik

yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Namun penglihatan Allah

sangat berbeda dengan penglihatan manusia. Penglihatan manusia bisa

diperoleh dengan alat indera (mata), sedangkan penglihatan Allah tidak

memerlukan alat apapun (Jahja, 2010:216). Makna Al-Bashiir selain

melihat, Allah juga mengawasi seluruh tindak tanduk yang dilakukan

makhluknya. Jadi walaupun tidak ada yang melihat kita berbuat sesuatu,

namun sesungguhnya perbuatan kita dilihat dan diawasi Allah Swt.

Seorang muslim yang menghayati secara mendalam asma’ ini, ia

akan menunjukkan sifat peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Ia peduli

terhadap keadaan keluarga, saudara, teman, dan masyarakatnya. Dan ia

akan cepat tanggap ketika ada seseorang yang membutuhkan uluran

tangannya. Sifat peduli ini juga terlihat dalam novel Bidadari Bermata

Bening. Banyak cerita yang menggambarkan kepedulian antar tokoh. Salah

satunya kepedulian Atika terhadap Ayna yang sedang diultimatum Pakde

Darsun. Atikah dengan setia menemani Ayna dan mengantarkan makanan

untuk Ayna. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini:

“Sejak saat itu Ayna lebih banyak di Rumah, mengisi hari-harinya


dengan membaca AL-Qur‟an, shalat dan dzikir. Undangan mengisi
pengajian remaja di beberapa tempat ia tolak. Setiap hari Atikah
dengan sabar menemani dan mencarikan makan untuk Ayna.
Sebelum berangkat sekolah, anak bungsu Pak Darsun itu
mengantar sarapan. Pulang sekolah ia langsung menemani Ayna.
Atikah tahu penderitaan Ayna, ia pun ikut protes kepada ayah dan
ibunya. Ia ikut membela Ayna, tapi selalu dibentak ayahnya” (El-
Shirazy, 2017:141).

88
10. Al-Hakam )‫(الحكم‬, menunjukkan nilai sifat bijaksana

Al-Hakam adalah salah satu asmaul husna yang berarti Hakim

yang Maha Agung. Allah Swt. adalah Syari’ (pembuat hukum) dan

sekaligus sebagai hakim. Ada hukum yang diciptakan Allah berlaku untuk

alam semesta yang disebut sunnatullah. Dan ada hukum yang dibuat Allah

khusus untuk manusia dan jin yang disebut hukum agama. Adanya hukum

yang berlaku, dengan sendirinya harus ada hakim yang memutuskan

perkara berdasarkan hukum tersebut. Di sinilah perlunya keyakinan bahwa

Allah adalah Tuhan yang menjadi Hakim. Dialah yang memutuskan siapa

yang dalam hidupnya melanggar sunnatullah dan siapa yang menaatinya

(Jahja, 2010:224). Allah Swt. adalah hakim yang paling adil sehingga Dia

akan memenuhi segala janji yang ada di hukum-Nya.

Keyakinan kepada asma’ al-Hakim yakni Allah sebagai Hakim

yang Maha Agung dalam kehidupan ini salah satunya adalah ia akan

menjadi mukmin yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Ia tidak

akan gegabah dalam memutuskan suatu perkara. Karena ia yakin, bahwa

keputusan dan keadilannya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah

yang maha menilai setiap perbuatan manusia. Nilai sifat bijaksana ini juga

terdapat dalam isi kandungan novel Bidadari Bermata Bening. Salah

satunya ketika Kyai Sobron memberi keputusan terhadap masalah antara

Ayna dan Neneng. Kyai Sobron mengumpulkan berbagai bukti dari

beberapa sumber terlebih dahulu, agar ia dapat berlaku bijaksana dan adil.

Berikut kutipan cerita yang menunjukkan perilaku bijaksana:

89
“Apakah Neneng bisa menghadirkan empat orang saksi bahwa
ibundanya Ayna melakukan perbuatan itu? Apalagi Ayna sebagai
anak sudah menolaknya dan menjelaskan apa yang sesungguhnya
terjadi pada ibunya.” (ungkap Kyai Sobron)
“Bagaimana dengan pernyataan Neneng, apakh masuk akal TKW
di Arab menikah di Stockholm, Swedia?”
“Itu nanti Ayna biar menjelaskan, tapi semua pembelaan Neneng
tidak ada artinya kalau ia tidak bisa menghadirkan empat orang
saksi, dan pasti ia tidak akan bisa menghadirkaan sebab ia tidak
berada di Arab saat ibundanya Ayna ada di Arab. Pasti Neneng
akan mengatakan ia dapat cerita dari si anu atau si anu.” (ungkap
Kyai Sobron)
Bu Nyai mengangguk-ngangguk kepala.(El-Shirazy, 2017:27).

11. Al-Khabiir )‫ (الخبير‬menunjukkan nilai sifat waspada dan berhati-hati

Al-Khabiir mempunyai arti Yang Maha Dalam Pengetahuan-Nya.

Kedalaman pengetahuan Allah mencakup segala hal yang ada di dalam

alam semesta, termasuk segala perbuatan manusia. Setiap gerak tubuh

manusia diketahui oleh Allah, bahkan gerak hatinya untuk bertindak

sesuatu dalam hidup ini juga diketahui oleh Allah. Tak ada satu pun yang

terlindung dari pengetahuan-Nya (Jahja, 2010:247). Seluruh perkara di

alam semesta ini diketahui oleh Allah Swt. jadi walaupun manusia tidak

tahu perbuatan kita, namun Allah selalu mengetahui-Nya. Sesuai dengan

firman Allah dalam QS. An-Nuur ayat 53

َ َ‫ْس ُموا بِاللَّ ِه َج ْه َد أَيْ َمانِ ِه ْم لَئِ ْن أ ََم ْرتَ ُه ْم لَيَ ْخ ُر ُج َّن قُل ََّّل تُ ْق ِس ُموا ط‬
‫اعةٌ َّم ْع ُروفَةٌ إِ َّن اللَّ َه‬ َ ‫َوأَق‬
‫َخبِ ٌير بِ َما تَ ْع َملُو َن‬
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu
suruh mereka berperang, pastilah mereka akan pergi. Katakanlah:
"Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan
yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.

90
Seorang muslim yang mempunyai keyakinan terhadap asma’ Allah

Al-Khabiir, ia akan selalu waspada dan hati-hati dalam hidupnya. Dia tidak

bisa sesuka hati dalam berbuat, karena semua perbuatannya diketahui

secara detail oleh Allah Swt. (Jahja, 2010:245). Ia akan selalu waspada dan

berhati-hati dalam setiap langkah hidupnya. Selain karena senantiasa

diawasi oleh Allah, ia juga sadar bahwa kewaspadaan dan kehati-hatiannya

akan mendatangkan keselamatan baik di dunia dan di akhirat. Seperti

contoh, ia selalu berhati-hati dan waspada pada setiap makanan yang akan

ia makan. Ia waspada apakah makanannya sehat dan halal atau tidak.

Nilai sifat waspada dan kehati-hatian ini juga terdapat alam novel

Bidadari Bermata Bening. Seperti ketika Ayna dan Afif memutuskan ingin

kuliah di Kairo, Mesir. Mereka tidak gegabah, mereka memusyawarahkan

terlebih dahulu dengan keluarga. Akhirnya, banyak saran agar mereka tidak

pergi ke Mesir dahulu, karena di sana sedang tidak aman. Berikut kutipan

dari novel Bidadari Bermata Bening:

“Secara pribadi, saya berpendapat, untuk kajian keilmuan Islam


paling dalam dan moderat, ya di Al-Azhar. Tapi situasi di Mesir
setelah kudeta militer tiddak senyaman sebelumya. Di beberapa
titik angka kriminalisasi meningkat. Teman-teman PPMI sih tetap
mengatakan kondisi aman. Tapi menurut saya pribadi, Dik Afif,
mungkin lebih baik cari tempat belajar yang bobotnya sama dengan
Al-Azhar tapi lebih nyaman. Saran saya pribadi Maroko atau
Yordania. Di dua negara itu banyak ulama-ulama besar, sanad
keilmuan mereka jelas, sebagian mereka juga belajarnya di Al-
Azhar. Ini pendapat saya” begitu uraian Gus Asif dalam
musyawarah itu (El-Shrazy, 2017:328).

12. As-Syakuur )‫شكور‬


ّ ‫ (ال‬menunjukkan nilai suka berterima kasih

91
As-Syakuur merupakan salah satu asmaul husna yang berarti Yang

Maha Mensyukuri Amal Hamba-Nya. Kesyukuran Allah terhadap

perbuatan baik hamba-hamba-Nya dapat dipahami dari pernyataan-Nya

dalam Al-Qur‟an. Yakni Allah mengganjar setiap perbuatan baik si hamba

dengan pahala ganjaran sepuluh kali lipat, seberapapun kecilnya perbuatan

baik itu (Jahja, 2010:281). Hal ini ada dalam QS. Al-An‟am ayat 160:

َ‫السيِّئَ ِة فَالَ يُ ْج َزى إَِّلَّ ِمثْ لَ َها َو ُه ْم َّل‬


َّ ِ‫ْح َسنَ ِة فَ لَهُ َع ْش ُر أ َْمثَالِ َها َوَمن َجاء ب‬
َ ‫َمن َجاء بِال‬
‫يُظْلَ ُمو َن‬
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka
dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya,
sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

Setiap muslim yang sadar bertuhankan Allah Yang Maha

Mensyukuri setiap amal hamba-Nya walaupun itu sangat kecil akan

berlatih untuk berterima kasih kepada orang, apalagi jika orang itu telah

mengukir suatu perbuatan baik (Jahja, 2010:282). Maka setiap muslim

harus membiasakan diri, selalu mengucapkan terima kasih kepada setiap

kebaikan yang ia terima dari orang lain. Barang siapa tak pandai berterima

kasih kepada manusia niscaya ia tak bisa bersyukur kepada Allah.

Dalam novel Bidadari Bermata bening juga mengandung pesan

agar suka berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kebaikan

kepada kita. Seperti Ayna dan Bu Rosidah. Mereka saling berterima kasih

karena saling merasa mendapatkan manfaat atas pertemuan mereka.

Berikut kutipan dari novel:

92
“Iya, Bu. Tepatnya dua tahun tujuh bulan sembilan hari saya
bersama Ibu. Saya ucapkan terima kasih tidak terhingga atas segala
kebaikan Ibu. Atas kemurahan Ibu yang memperlakukan saya
seperti anak sendiri. Itu yang saya rasakan,” jawab Ayna.
“Justru semestinya Ibu yang berterima kasih. Ibu yang sangat
beruntung kau mau tinggal di sini menemani Ibu. Jujur ibu seperti
mendapat barokah. Dulu ibu tidak lancar baca Al-Qur‟an. Karena
ketelatenanmu, ibu bisa baca Al-Qur‟an. Dulu yang ada dalam
pikiran ibu bagaimana ngejar dunia. Yang ibu pikirkan Cuma
bisnis, bisnis dan bisnis. Kini dengan keberadaanmu, ibu
mendapatkan ketenangan. Ibu mengerti bahwa ada kehidupan lebih
panjang yang harus disiapkan. Dan anehnya, sejak kau di sini,
bisnis ibbu malah juga semakin berkembang.” ungkap Bu Rosidah
(El-Shirazy, 2017:238).

13. Al-Hafiidh )‫(الحفيظ‬, menunjukkan nilai memelihara kesucian hati

Al-Hafiidh merupakan salah satu asmaul husna yang berarti Yang

Maha Memelihara. Ada banyak pengertian mengenai memelihara tersebut.

Ada yang mengartikan, “Allah yang memelihara eksistensi (wujud) segala

sesuatu dari sirna dan berguguran”. “Allah adalah Tuhan yang memelihara

segala amal hamba-Nya untuk diberi ganjaran”. Dan Allah adalah Tuhan

yang memelihara makhluk-Nya dari segala musibah, di dunia dan di

akhirat (Jahja, 2010:303). Dapat dilihat dari pendapat tersebut, bahwa

Allah adalah pemelihara yang paling sempurna dan adil bagi makhluk

ciptaan-Nya.

Seorang muslim yang yakin bahwa Allah Maha Pemelihara bagi

dirinya, niscaya ia akan selalu berusaha memelihara kalbunya dan segala

anggota tubuhnya dari obyek kemarahan Allah (Jahja, 2010:306). Jadi

muslim yang merefleksikan sifat Allah yang Maha Pemelihara, ia akan

selalu menjaga kalbu dan seluruh tubuhnya dari hal yang diharamkan

93
Allah. Baik itu berupa perbuatan, ucapan, dan makanan yang masuk dalam

tubuhnya.

Nilai memelihara hati atau kalbu ini terdapat dalam kandungan isi

novel Bidadari Bermata bening. Terlihat ketika Ayna memelihara dan

menjaga jasmani dan rohaninya dari barang-barang haram disaat dia

menjadi istri Yoyok yang mempunyai usaha yang haram. Kutipan dari

novelnya sebagai berikut:

“Untuk makan dan keperluan sehari-hari saya hanya mau dari hasil
jualan beras di pasar. Yang lain, silahkan mas simpan dan jangan
sekali-kali dikasihkan ke saya”.
“Kenapa?”
“Syubhat atau haram! Ibadah saya (Ayna) nggak ada gunanya
kalau ada barang haram masuk ke dalam perut saya jadi darah dan
daging” (El-Shirazy, 2017:189).

14. Al-Hasiib )‫(الحسيب‬, menunjukkan nilai sifat teliti dan cermat

Al-Hasiib mempunyai arti Yang Maha Pembuat Perhitungan.

Dengan berkeyakinan Allah adalah Tuhan al-Hasiib, seorang muslim akan

memperhitungkan segala perbuatan manusia. Dia tahu bahwa apapun niat,

perbuatan, dan perkataan yang dilakukannya, seberapapun kecilnya, tetap

akan diperhitungkan oleh Allah (Jahja, 2010:322). Tidak ada satu ciptaan-

Nya yang terlewatkan dari perhitungan Allah. Setiap muslim akan lebih

teliti dan cermat dalam setiap langkah yang ia pilih. Jangan sampai

perbuatannya menjadikan kemurkaan Allah Swt. sehingga ia merugi di

dunia dan di akhirat.

Nilai sifat teliti dan cermat ini juga terkandung dalam novel

Bidadari Bermata Bening. Terlihat pada sikap Ayna yang lebih teliti dan

94
cermat ketika menghadapi kehidupan bermasa Yoyok. Ia berhati-hati agar

tidak terseret pada kehidupan Yoyok yang tidak baik. Seperti yang ada

pada kutipan berikut:

“Rumah itu dua lantai. Besar dan mewah, meskipun tidak sebesar
rumah Pak Kusmono. Bau cat masih tercium. Semua perabotnya
masih baru, meskipun satu rumah, tapi Ayna tidak mau tidur dalam
satu kamar.”
“Baca Al-Qur‟an hingga lancar, tunjukkan Mas Yoyok hafal juz
„amma dan Yasin! Tanpa diminta aku akan tidur seranjang dengan
Mas Yoyok. Jika syarat itu tidak kau penuhi, maka mohon maaf,
sampai kiamat datang aku tidak akan mau kau sentuh!”
Yoyok menelan ludahnya penuh kecewa.
Ayna seorang pembelajar yang cepat dan seorang pembaca
keadaan yang cermat. Sebulan hidup dengan Yoyok ia sudah tahu
beberapa bisnis yang dilakukan suaminya. Menurutnya semuanya
tidak benar. Kecuali satu, jualan beras di pasar (El-Shirazy,
2017:188).

15. Al-Kariim )‫(الكريم‬, menunjukkan nilai sifat dermawan

Al-Kariim sebagai salah satu nama terbaik Allah yang mempunyai

arti Yang Maha Dermawan. Allah Swt. dermawan memberikan bantuan

kepada makhluk-Nya. Pemberian al-Kariim diberikan tanpa diminta (Jahja,

2010:335). Selain itu, pemberian Allah kepada makhluk-Nya merupakan

pemberian tanpa pamrih. Hal tersebut karena kasih sayang Allah kepada

makhluk-Nya. Manusia dan makhluk lainnya wajib beribadah karena

merupakan kebutuhannya sebagai seorang hamba yang telah menerima

begitu banyak kenikmatan secara cuma-cuma dari Rabb-nya.

Seorang muslim yang meyakini Allah sebagai Tuhan yang

dermawan, niscaya ia selalu taat kepada Allah sebagai bentuk rasa terima

kasih kepada Allah. Selain itu, ia juga mempunyai sifat dermawan kepada

95
sesamanya. Karena ia yakin bahwa harta miliknya adalah pemberian Allah

kepada-Nya. Dan sudah sepantasnya ia membaginya kepada hamba Allah

yang sedang membutuhkan. Nilai sifat dermawan ini juga terdapat dalam

kandungan novel Bidadari Bermata Bening. Diantaranya sifat Bu Rosidah

yang mau membantu Ayna yang sedang kesulitan dengan cuma-cuma.

Seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

“Acara menjemput bintang iklan dari Prancis berjalan lancar.


Bahkan lebih dari ekspektasi Bu Rosidah sebab sambil menyopri
Lexus, Ayna bisa nimbrung berbincang menggunakan bahasa
Inggris dengan lancar.”
Seminggu setelah itu, Ayna diminta Bu Rosidah untuk tinggal di
rumahnya
“Sudah lama ibu mencari orang yang cocok menemani ibu. Belum
juga ketemu. Aku merasa cocok denganmu. Selama ini aku tinggal
bersama dua orang pembantu, Mbok Mur dan Mbok Ginah.
Tolong, jangan tolak tawaran ibu. Atau ibu profesional saja,
kesedianmu tinggal di rumah ibu untuk menemani ibu akan ibu
hargai per harinya. Mau berapa per harinya?”
“Ayna terima dengan senang hati. Toh, selama ini Ayna sudah
anggap ibu layaknya ibunda kandung saya sendiri. Jadi tidak usah
pakai hitungan per harinya berapa begitu” (El-Shirazy, 2017:262).

16. Al-Baa‟its )‫ (الباعث‬menunjukkan nilai sifat motivator

Al-Baa’its adalah nama terbaik Allah mempunyai arti Yang Maha

Membangkitkan. Ada dua hal yang dibangkitkan oleh Allah (Jahja,

2010:391). Pertama, Allah membangkitkan orang-orang mati untuk hidup

di alam akhirat. Kedua, Allah membangkitkan utusan-Nya (Rasul) kepada

umat manusia, untuk membawa atau memperbaiki agama-Nya kepada

mereka. Seseorang yang meyakini Allah membangkitkan orang yang telah

mati untuk hidup kembali di akhirat, ia akan berhati-hati dengan perbuatan

dan ucapannya. Karena kebangkitan tersebut untuk memperhitungkan

96
segala perbuatan manusia di dunia dan Allah akan membalasnya sesuai apa

yang dilakukan manusia.

Allah membangkitkan utusan-Nya yakni Rasulullah Saw. untuk

membawa dan menyampaikan agama Allah kepada umat manusia serta

untuk menuntun manusia kepada kebenaran dan kabaikan yang hakiki.

Seorang muslim yang meyakini hal ini, maka ia akan mengikuti risalah

Rasulullah dan menjadikan Rasulullah sebagai tauladan dalam hidupnya.

Selain itu, dalam kehiduan sehari-hari ia selalu mengajak saudaranya

kejalan kebaikan, serta memotivasi saudaranya yang sedang terpuruk untuk

bangkit kembali menjadi lebih baik dan menempuh jalan yang di ridloi

Allah Swt. Sifat motivator ini juga terdapat dalam cerita novel Bidadari

Bermata Bening. Seperti ketika Ayna memotivasi Afif yang sedang

terpuruk. Berikut kutipannya:

“Apa yang kau lakukan ini Mas Afif? Apa? Apa kau lupa dengan
khotbahmu di masjid saat kau menjelaskan kaidah fiqh laa dharara
wa laa dhirara. Dalam Islam tidak boleh melakukan perbuatan
yang bahaya dan membahayakan. Haram! Kau jelaskan kaidah itu
di dalamnya ada kandungan makna ayat wa laa tulqu bi aidikum
ilat tahlukah. Jangan kau jatuhkan dirimu dalam kebinasaan! Tapi
kenapa kau langgar sendiri nasehatmu, kau langgar sendiri
khotbahmu, Mas. Kenapa? Kenapa kau bahayakan dirimu sendiri?
Kenapa kau binasakan dirimu sendiri? Kenapa kau bunuh dirimu
sendiri?” (El-Shirazy, 2017:200).

17. Al-Wakiil )‫(الوكيل‬, menunjukkan nilai sifat tawakkal

Al-Wakiil merupakan salah satu nama terbaik Allah yang

mempunyai arti Yang Kepada-Nya Diserahkan Segala Perkara. Artinya,

hanya kepada-Nya manusia menyerahkan segala masalah yang dihadapi

97
untuk diselesaikan. Memang secara mutlak hanya Allah lah yang bisa

diserahi segala masalah kehidupan agar bisa diselesaikan (Jahja,

2010:415). Seluruh perkara hidup manusia hendaknya diserahkan kepada

Allah Swt. dengan sebelumnya telah ikhtiar atau berusaha sesuai

kemampuannya untuk menyelesaikan perkara hidup.

Seorang muslim yang meyakini nama terbaik Allah Al-Wakiil

dalam hatinya, maka ia akan bertawakal kepada Allah untuk semua

masalah hidupnya. Setelah ia berusaha dengan kemampuan yang diberikan

Allah kepadanya (ikhtiar) kemudian ia akan menyerahkannya kepada

Allah, ia pasrahkan kepada Yang Kepada-Nya Diserahkan Segala Perkara

(tawakal). Nilai sifat tawakal ini terdapat dalam isi kandungan novel

Bidadari Bermata Bening. Terlihat ketika Ayna mempasrahkan hidupnya

kepada Allah ketika ia hidup bersama Yoyok yang penuh dengan

kemaksiatan. Berikut kutipan dari isi novel:

“Setiap malam ia terus menangis kepada Tuhan Yang Maha Kuasa


agar melindunginya dan memberinya jalan keluar dari segala jerat
kelaliman. “Jagalah kesucianku, ya Allah sebagaimana Engkau
menjaga kesucian Asiyah dari jahatnya Fir‟aun,” isaknya dalam
sujudnya” (El-Shirazy, 2017:193).

18. Al-Waliyy )‫(الولى‬,


ّ menunjukkan nilai sifat melindungi

Al-Waliyy merupakan salah satu nama terbaik Allah yang artinya

Yang Maha Pelindung. Allah Swt. adalah Tuhan yang maha melindungi

dan menolong hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan Allah (Jahja,

2010:439). Pada hakikatnya hanya Allah lah yang dapat memberi

98
perlindungan kepada manusia, namun perlindungan tersebut bisa melalui

perantara makhluk-Nya atau sesama manusia. Sebagai seorang muslim,

kita juga bisa memberi perlindungan kepada saudaranya yang

membutuhkan perlindungan. Bisa jadi perlindungan Allah kepada saudara

kita diberikan lewat tangan kita.

Perlindungan yang kita berikan kepada saudara kita, hendaknya

kita niatkan semata-mata untuk mencari ridlo Allah Swt. Tanpa izin Allah

Swt. kita tidak mempunyai kemampuan untuk memberi perlindungan. Nilai

sifat melindungi ini juga terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening.

Sifat melindungi terlihat pada sikap Ayna ketika ingin melindungi anak-

anak jalanan dari luapan air sungai, karena rumah yang di tinggali anak-

anak berada di pinggir sungai. Berikut kutipan novel yang berisi hal

tersebut:

“Kita bagi tugas. Aku ke takmir masjid untuk minta izin agar anak-
anak dan Mbok Sani boleh tidur di masjid malam ini. Lestari
keluar cari makanan buat saur, kalau mereka saur cuma pakai Roti
Barokah, kasian. Dan Mila, kau temui anak-anak, tadi sudah pada
pulang semua, ajak mereka kembali ke masjid. Beritahu malam ini
mereka harus tidur di masjid”
Lestari dan Mila mengangguk. Tiga gadis berjilbab itu pun
bergerak sesuai tugas yang dikomando oleh Ayna. Semua penghuni
rumah kumuh itu mau tidur di masjid kecuali Mbok Sani. Ayna
merasa tidak bisa memaksa. Hujan turun lebat. Ayna agak lega
meninggalkan anak-anak dalam dekapan masjid (El-Shirazy,
2017:236).

19. Al-Baathin )‫(الباطن‬, menujukkan nilai sifat khusyuk

99
Al-Baathin merupakan salah satu asmaul husna yang mempunyai

arti Yang Maha Batin. Al-Baathin menjadi nama terbaik Allah mempunyai

arti bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala pada alam semesta.

Meskipun Allah Maha Dhohir (tampak) pada alam semesta (Jahja,

2010:581). Artinya Allah Swt. benar-benar ada dan alam semesta sebagai

tanda atau ayat Allah yang menunjukkan Allah itu ada dan nyata, namun

tidak dapat dilihat di dunia ini, Allah akan dapat dilihat di akhirat nanti

oleh penduduk surga.

Seseorang yang meyakini nama terbaik Allah ini, niscaya ia akan

memperhatikan dan menjalankan ibadah kepada Allah dari aspek batin

selain tetap memperhatikan aspek fisiknya. Dalam beribadah, ia akan lebih

khusyuk karena ia meyakini dengan sepenuh hati keberadaan Allah,

walaupun secara fisik Allah tidak terlihat karena memang Allah tidak dapat

dilihat secara fisik. Dalam bekerja dan aktifitas sehari-hari, ia juga akan

bersungguh-sungguh dan dilakukan dengan sepenuh hati, ia tidak akan

asal-asalan dalam menjalankan tugasnya, karena ia yakin bahwa Allah

selalu ada untuk mengawasinya.

Nilai sifat khusyuk ini juga terdapat dalam novel Bidadari Bermata

Bening. Hal ini terlihat dalam pengembaraan Gus Afif. Gus Afif merasa

lebih khusuk dalam beribadah dan hanya menggantungkan hidupnya hanya

kepada Allah. Berikut kutipannya:

“Ummi, Afif tidak mungkin membatah perintah Ummi. Afif tidak


mau nasibnya sperti Juraij yang tidak menyahut ketika dipanggil
ibunya saat ibadah. Yang ingin Afif tanyakan, saat ini ibaratnya
Afif sedang khusyuk shalat, Afif baru rokaat pertama mau rokaat

100
kedua. Apakah Ummi tega membatalkan shalat Afif? Afif belum
pernah merasakan shalat sekhusyuk ini. Apakah Ummi rela Afif
membatalkan shalat?” (El-Shirazy, 2017: 231).

20. Al-Jaami‟)‫(الجامع‬, menunjukkan nilai sifat team work, kerja sama

Al-Jaami’ mempunyai arti Yang Maha Mengumpulkan. Ada yang

mengatakaan bahwa makna dari Al-Jaami’ adalah kekuasaan Allah untuk

mengumpulkan antara berbagai unsur yang berbeda sifat dasarnya. Ada

juga yang mengatakan bahwa al-Jaami‟ tertuju kepada kekuasaan Allah

mengumpulkan semua makhluk di padang mahsyar untuk menerima

ganjaran setiap perbuatan pada masa hidupnya (Jahja, 2010:647). Jadi Al-

Jaami’ menunjukkan bahwa Allah juga maha mengumpulkan makhluknya

baik yang mengumpulkan sesuatu yang sama ataupun yang berbeda.

Semua peristiwa, jika Allah berkehendak maka terjadilah.

Menurut Imam al-Ghazali, seorang hamba yang mau melekatkan

sifat al-Jami’ pada dirinya, niscaya ia akan mengumpulkan budi pekerti

yang baik pada anggota tubuhnya yang lahir dengan segala hakikat (batin)

pada kalbunya (Jahja, 2010:648). Seorang hamba akan berusaha

meningkatkan kualitas ibadahnya. Dari ibadah yang sifatnya hanya fisik,

yakni hibadah yang hanya menggugurkan kewajiban, menjadi ibadah yang

dinilai dari sifat hakikatnya. Jika seorang hamba sudah sampai pada

hakikat suatu ibadah, niscaya ia akan merasakan kekhusyukan dalam

beribadah serta ibadahnya akan berpengaruh pada perilakunya.

Jika di lihat dari aspek sosial, seorang hamba akan mudah untuk

bekerjasama dengan orang lain. Karena ia meyakini jika Allah Maha

101
Mengumpulkan, mengumpulkan ia dengan rekan-rekannya untuk menjadi

satu bekerjasama mengerjakan suatu perkerjaan. Nilai sifat kerjasama atau

team work juga terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening. Hal ini

terlihat pada team work antara Ayna, teman-temannya, dan staff-staffnya

dalam mengelola bisnis Roti Barokah dan Bait Ibnu Sabil. Berikut kutipan

dari novel:

“Ia (Ayna) beruntung memiliki teman dan staf yang bisa


diandalkan. Urusan gaji dan THR karyawan Roti Barokah ia
serahkan pada Rahma dan Iqbal. Urusan Bait Ibn Sabil, ia serahkan
pada Mila dan Ustadzah Fatimah. Dan urusan tetek bengek lebaran
di rumah Bu Rosidah, ia percayakan kepada Mbok Mur dan Mbok
Ginah. Bu Rosidah sendiri merasa legowo, ia harus ke Jogja dan
mudik ke Kaliwenang. Ibu angkatnya itu tidak akan kesepian sebab
keluarga besarnya akan datang” (El-Shirazy, 2017:288).

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Novel Bidadari Bermata Bening

Karya Habiburrahman El Shirazy Terhadap Pendidikan Islam

Relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari

Bermata Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan pendidikan Islam

masa kini adalah dengan adanya nilai-nilai pendidikan spiritual ini pendidikan

Islam tidak hanya berupa penyampaian materi saja. Namun juga berupa

realisasi dalam kehidupan yang hakiki. Seluruh ajaran-ajaran pendidikan Islam

baik yang beripa fisik atau batin akan dipraktikkan peserta didik. Jika hal

tersebut dapat dilakukan maka dapat menyeimbangkan orientasi pendidikan

yang disampaikan. Orientasi subtansial seperti mendapatkan pekerjaan yang

berpenghasilan tinggi seimbang dengan Orientasi esensial seperti orientasi

akhirat.

102
Jika kita lihat sekarang, manusia menempuh pendidikan tujuan

utamanya mencari persyaratan untuk bekerja. Namun sebenarnya tidak semata-

mata hanya untuk pekerjaan, akan tetapi lebih dari itu. Hidup tentram, bahagia

dan berkecukupan dengan keluarga, teman, dan saudara di dunia dan akhirat

adalah esensi tujuan dalam pendidikan. Sehingga, setelah lulus peserta didik

selain mencari materi, ia akan semangat dalam menjalankan ibadah sesuai

ajaran Islam. Materi atau harta akan berada di tangannya sedangkan di hatinya

dipenuhi rasa keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Ia mencari harta

semata-mata untuk mencari ridlo Allah Swt.

Pendidikan spiritual yang terefleksi dari 99 asmaul husna akan

membuat anak berjiwa dan berkarakter islami sesuai ajaran agama Islam.

Hakikat pendidikan adalah adanya perubahan kepada hal yang positif. Dengan

berjiwa dan berkarakter islami tersebut maka tujuan pendidikan agama islam

tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari M. Athiyah al-Abrasyi (1993:1)

bahwa maksud dari pendidikan adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka,

menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan

kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang

suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Aspek spiritual anak menjadi salah satu obyek

yang diprioritaskan dalam pendidikan. Dengan demikian akan menciptakan out

come yang kamil atau sempurna. Sempurna pengetahuannya dan sempurna

spiritual dan akhlaknya.

Teori pendidikan spiritual dalan novel Bidadari Bermata Bening juga

sesuai dengan tujuan pendidikan agama Islam yang diungkapkan Zakiyah

103
Darajat. Tujuan umum yang diungkapkan Zakiyah Darajat berupa

pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan kamil” dengan pola takwa.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan upaya penguasaan kompetensi

intelektual, afektif, psikomotorik dan spiritual. Karena insan yang kamil atau

sempurna adalah ia yang cerdas pikirannya, baik perilakunya dan bertakwa

kepada Allah Swt. Maka dari itu, pendidikan spiritual sangat diperlukan untuk

menumbuhkan jiwa yang baik sehingga akan memunculkan perilaku yang baik

pula.

Setelah lulus, diharapkan peserta didik tidak akan melupakan ajaran

pendidikan agama Islam yang telah diajarkan. Ia tidak akan silau dan sombong

pada harta dan ilmu pengetahuan yang nantinya ia miliki. Harta dan ilmunya ia

gunakan untuk kebaikan dan membantu sesamanya sebagai bentuk pengabdian

dirinya kepada Allah Swt. Ia akan mengasihi sesamanya karena ia yakin bahwa

Allah adalah Ar-Rahman, maha kasih sayang. Dan ia akan menjaga kesucian

hatinya agar tetap berada di jalan Allah karena ia yakin bahwa Allah adalah Al-

Hafidh, yang Maha Memelihara segingga ia sebagai makhluk-Nya akan

berusaha merefleksikan asma’ Allah tersebut dengan tetap memelihara

kesucian hatinya.

Di zaman modern ini yang sangat dibutuhkan manusia adalah makna

esensial kehidupan. Dan yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut hanyalah

nilai spiritual yang bertumpu pada ajaran agama Islam. Dengan spiritual Islam,

ia akan tahu untuk apa ia hidup, ia tahu bagaimana ia harus menjalani

kehidupan dengan benar. Seseorang harus mempunyai pedoman yang kuat

104
untuk menghadapi zaman modern. Dikarenakan hal tersebut, peserta didik

dibekali dengan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan zaman dan

pendidikan spiritual agar nantinya ia dapat menyeimbangkan orientasi

hidupnya serta tidak tergerus oleh zaman.

Walaupun sebenarnya, di zaman global yang penuh dengan paham

idealisme dan materialisme, pendidikan Islam sebagai pendidikan yang

menunjukkan cara hidup yang sempurna sesuai teladan Nabi Muhammad Saw.

hampir tidak lagi diamalkan oleh sebagian manusia. Sebagai bukti, banyak

orang yang beragama Islam namun masih berjudi, mengabaikan orang tua,

minum-minuman keras, dll. Hanya seseorang yang menghayati dan penuh

keyakinan yang mau menjalankan ajaran Islam yang sempurna ini. Pendidikan

spiritual dapat membantu menunjukkan manusia pada esensi dari pendidikan

Islam sesungguhnya yang harus dijalankan, yang tidak hanya sebagai teori

saja.

Nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata Bening

ini diambil atau direfleksikan dari 99 asmaul husna. Dari 99 Asmaul Husna

tersebut, hanya ada 20 asmaul husna yang terkandung dalam novel Bidadari

Bermata Bening. Nilai-nilai pendidikan spiritual tersebut dapat membantu

peserta didik untuk menghayati dan mempraktikkan pendidikan Islam. Sebagai

contoh Asmaul Husna Ar-Rahiim )‫(الرحيم‬


ّ yang menunjukkan nilai sifat

penyayang. Seorang pendidik dapat memberikan nilai penyayang kepada anak

didik, dengan harapan bahwa anak akan menjadi orang yang penyayang. Tidak

105
akan ada perkelahian apalagi tawuran antar siswa. Serta ketika di rumah, ia

akan patuh kepada kedua orang tuanya dan rukun dengan saudara-saudaranya.

Nama terbaik Allah Al-Maalik )‫ (المالك‬yang menunjukkan nilai sifat

amanah juga dapat diajarkan kepada peserta didik. Peserta didik yang paham

dan meyakini sifat amanah, ia akan mempraktikkannya dalam kehidupan

sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Peserta didik dapat diberi

kepercayaan dan nantinya ia tidak akan berbohong kepada siapapun serta jika

diberi tugas ia akan mengerjakannya dengan baik. Ketika peserta didik diberi

kepercayaan untuk menjadi ketua kelas, maka ia akan menjalankannya dengan

semaksimal mungkin.

Dan masih banyak lagi nilai-nilai pendidikan spiritual yang direfleksi

dari Asmaul Husna yang dapat ditransferkan kepada peserta didik. Supaya

peserta didik tidak hanya cerdas dan pandai dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi, namun juga dapat memanfaatkannya dalam kebaikan dan tidak

digunakan untuk mengganggu dan menjahati orang lain. Serta dapat menjadi

muslim dan muslimah yang baik dan kamil, baik dimata Allah dan baik dimata

manusia. Ia akan istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi

larangannya. Ia akan menebarkan kebaikan dengan amar ma’ruf nahi munkar.

106
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nilai-nilai pendidikan spiritual yang ada dalam novel Bidadari Bermata

Bening karya Habiburrahman El-Shirazy terdapat dua puluh nilai. Nilai-

nilai tersebut berasal dari 99 Asmaul Husna yang kemudian direfleksi ke

dalam nilai-nilai pendidikan spiritual. Adapun dua puluh nilai tersebut

adalah nilai sifat penyayang, amanah, memberi keamanan untuk orang lain,

sifat rendah hati, memberi, perintis atau pelopor, sabar dalam kesempitan,

syukur kepada Allah Swt., peduli, bijaksana, waspada dan berhati-hati,

suka berterima kasih, memelihara kesucian hati, teliti dan cermat,

dermawan, motivator, tawakkal, melindungi, khusyuk, team work atau

kerja sama.

2. Relevansi nilai-nilai pendidikan spiritual dalam novel Bidadari Bermata

Bening karya Habiburrahman El-Shirazy dengan pendidikan Islam masa

kini adalah dengan adanya nilai-nilai pendidikan spiritual ini pendidikan

Islam tidak hanya berupa penyampaian materi saja. Namun juga dapat

mempraktikkan dengan benar sesuai ajaran Islam, baik itu ajaran yang

berhubungan dengan manusia maupun berhubungan dengan Allah. Hal

tersebut dapat menyeimbangkan orientasi pendidikan yang disampaikan.

Orientasi subtansial dan orientasi esensial dapat berjalan dengan seimbang.

Orientasi subtansial seperti mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan

tinggi seimbang dengan Orientasi esensial seperti orientasi akhirat.

107
Sehingga peserta didik dapat mengikuti jaman, tidak terseret oleh jaman.

Dapat menerima perkembangan yang baik dan menolak perkembangan

yang buruk. Pendidikan spiritual yang terefleksi dari 99 asmaul husna akan

membuat anak berjiwa dan berkarakter islami sesuai ajaran agama Islam.

Hakikat pendidikan adalah adanya perubahan kepada hal yang positif.

Dengan berjiwa dan berkarakter islami tersebut maka tujuan pendidikan

agama islam tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari M. Athiyah al-

Abrasyi bahwa maksud dari pendidikan adalah mendidik akhlak dan jiwa

mereka. Selain itu, pendidikan spiritual ini juga sesuai dengan tujuan

pendidikan agama Islam yang diungkapkan Zakiyah Darajat yakni berupa

pembentukan pribadi seseorang menjadi “insan kamil” dengan pola takwa.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan upaya penguasaan kompetensi

intelektual, afektif, psikomotorik dan spiritual.

B. Saran

Melalui penelitian ini, penulis ingin menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Kepada Pendidik

Agar dapat memberikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam setiap

pengajaran. Tidak hanya Pendidikan Agama Islam, namun untuk seluruh

mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Agar anak dapat memberikan

makna pada pelajaran yang diterima, dimana makna tersebut menjurus

kepada pemanfaatan ilmu yang didapat. Jadi pengetahuan peserta didik

tidak berhenti dalam ikirannya, namun dapat mempraktikkan dalam

108
kehidupan yang sesungguhnya. Sehingga dapat memberi kontribusi untuk

kemajuan negara baik bidang keilmuan, perbaikan moral, dan dibidang yang

lain.

2. Kepada Peserta Didik

Agar bersedia menjalankan seluruh perintah dan bimbingan pendidik yang

baik. Serta ketika membeca novel sebaiknya memilah dan memilih novel

terlebih dahulu. Jangan sampai novel yang dibaca memberikan pengaruh

yang negatif. Sebaiknya baca novel yang mengandung unsur pendidikan,

agar peserta didik mendapatkan ilmu yang tersirat maupun tersurat dalam

novel.

3. Kepada Pembaca secara Umum

Agar dapat mengambil amanat-amanat yang terkandung dala novel

Bidadari Bermata Bening. Diharapkan pembaca tidak hanya mendapat

keindahan novel tetapi juga mendapat ilmu baru untuk menambah keimanan

kepada Allah Swt.

4. Kepada Penulis Novel

Agar selalu istiqomah dalam berkarya dengan karakteristik fiksi yang

bergenre islami ini. Karena dengan adanya novel-novel seperti ini tidak

hanya memberikan pembaca kenikmatan dan keindahan novel saja, namun

juga mendapatkan pengetahuan keagamaan yang berguna dalam hidupnya.

Selain itu, masih ada beberapa penulisan dalam novel Bidadari Bermata

Bening yang harus diperbaiki untuk kesempurnaan nove.

109
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sri Wintala. 2016. Menulis Kreatif Itu Gampang. Yogyakarta: Araska.
Agustian, Ary Ginanjar. 2008. Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga
Wijaya Persada.
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah. 1993. Dasat-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Terjemahkan oleh H. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan
Bintang.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Buzan, Tony. 2003. The Power Of Spiritual Intelligence Sepuluh Cara Jadi
Orang Sukses Yang Cerdas Secara Spiritual. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Daradjat, Zakiah. dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Agama Islam. Bumi Aksara
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djumransjah. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Malang: Bayumedia.
El Shirazy, Habiburrahman. 2017. Bidadari Bermata Bening. Jakarta: Republika.
Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Satra dan Strukturalisme Genetik Sampai Post-
Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ganie, Tajuddin Noor. 2015. Buku Induk Bahasa Indonesia Pantun, Puisi, Syair,
Peribahasa, Gurindam, dan Majas. Yogyakarta: Araska.
Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesastraan. Jakarta: Aksara
Sinergi Media.
Langgulung, Hasan. 1983. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Husna.
Langgulung, Hasan. 1995. Manusia dan Pendidikan. Yogyakarta: Husna Zikra.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers.
Maslikhah.2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta:Trustmedia.

Mufron, Ali. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aura Pustaka.


Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna
Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Otapiyani, Dita Indi Nur. 2016. Nilai-Nilai Spiritual dalam Novel Syahadat Cinta
Karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra Perkenalan Awal
Terhadap Ilmu Satra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Septianingtyas, Rizki. 2017. Nilai-Nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam Novel
Jilbab In Love Karya Asma Nadia. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga.
Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2015. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Angkasa: Bandung.
Wiyanto, Asul. 2012. Kitab Bahasa Indonesia untuk SD, SMP, SMA, Mahasiswa,
Umum. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2001. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan.
Diterjemahkan oleh: Rahmani Astuti, dkk. Bandung: Mizan.
Rujukan internet
Herlina. dkk. 2013. Jurnal: Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia
(Kajian Sosiologi Sastra, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan).
(online). Vol. 1, No. 1. (https://core.ac.uk/download/pdf/12347424.pdf,
diakses tanggal 25 Maret 2018).

http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-alur-dan-macamnya-serta-
unsurnya.html, diakses 27 April 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy:Biografi
Habiburrahman El Shirazy. Diakses 2 Mei 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy. Diakses 2 Mei 2018.
Utami, Ayuatma Nirmala. dkk. 2014. Jurnal: Novel Di Kaki Bukit Cibalak Karya
Ahmad Tohari (Analisis Sosiologi Sastra). (online). Vol. 1, No. 3.
(http://googlescholar.com/, diakses tanggal 2 Oktober 2017

2
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup............................................................................112

Lampiran 2: Surat Penunjuk Dosen Pembimbing ...................................................... 113

Lampiran 3: Lembar Konsultasi Pembimbing ...........................................................114

Lampiran 4: Lembar Permohonan Izin Wawancara ..................................................116

Lampiran 5: Lembar Hasil Wawancara .....................................................................117

Lampiran 6: cover novel ............................................................................................119

Lampiran 7: Daftar Nilai SKK ...................................................................................120

2
2
3
4
5
6
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Apa inspirasi awal pak Habib menulis novel Bidadari Bermata Bening?
Jawab: “Banyaknya permintaan dari para pembaca dan fans agar
mmembuat cerita dengan tokoh hero perempuan.”
2. Mengapa pak Habib mengambil judul Bidadari Bermata Bening?
Jawab: “Itu terjemah bebas dari kata2 “huurun’in” dalam al-Qur‟an yang
artinya bidadari bermata bening atau bermata jeli. Itulah sifat tokoh utama
dalam novel tersebut.”
3. Apakah cerita dalam novel tersebut berdasarkan kisah nyata? Atau ada
sebagian dari cerita dalam novel terdapat kisah nyata?
Jawab: “Inspirasi ada kisah nyata, ada juga pengembangan imajinasi.”
4. Biasanya pak Habib mengambil latar daerah timur beserta nuansanya. Nah
mengapa dalam novel ini pak Habib mengambil latar yang sebagian besar
berada di wilayah Indonesia dengan menonjolkan ciri khas Indonesia
sendiri, pesantren?
Jawab: “Karena saya merasa paling tepat settingnya di daerah-daerah
tersebut. Adapun ciri khas pesantren karena menurut saya pesantren
adalah salah satu ruh dan pilar penting bagi Indonesia.”
5. Bagaimana pandangan pak Habib mengenai nikah bersyarat yang ada
dalam cerita novel? Apakah syarat tersebut sah atau tidak dalam
pandangan hukum Islam?
Jawab: “Masalah menikah dengan syarat sudah dibahas para ulama di
kitab-kitab fiqh. Intinya dibolehkan selama syarat itu tidak menghalalkan
yang haram dan mengharamkan yang halal.”
6. Apa pesan yang ingin pak Habib sampaikan kepada pembaca?
Jawab: “Pesan saya adalah tentang menjaga kesucian cinta, tentang birrul
walidain, dan tentang taqarrub ilallah (dekat dengan Allah swt.).”
7. Apa harapan pak Habib terhadap novel Bidadari Bermata Bening
kedepannya?

7
Jawab: “Berharap agar pesan-pesan yang ingin saya sampaikan diterima pembaca.”
8. Apakah akan ada kelanjutan dari novel Bidadari Bermata Bening?
Jawab: “Sementara tidak terpikirkan untuk buat lanjutannya.”

2
3
DAFTAR NILAI SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Anissatun Niswah Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


NIM : 111-14-283 Jurusan : Pendidikan Agama Islam

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai


1. OPAK STAIN 18-19 Agustus 2014 Peserta
SALATIGA 2014,
bertema “Aktualisasi
3
Gerakan Mahasiswa
yang Beretika, Disiplin,
dan Berfikir Terbuka”.
2. OPAK JURUSAN 20-21 Agustus 2014 Peserta
TARBIYAH STAIN
SALATIGA 2014,
bertema “Aktualisasi
Pendidikan Karakter 3
Sebagai Pembentuk
Generasi yang Religius,
Educative, dan
Humanis”.
3. ORIENTASI DASAR 21 Agustus 2014 Peserta
KEISLAMAN (ODK),
bertema “Pemahaman
Islam Rahmatan Lil 2
„Alamin Sebagai
Langkah Awal Menjadi
Mahasiswa Berkarakter”.
4. ACHIEVEMENT 23 Agustus 2014 Peserta
MOTIVATION
TRAINING (AMT), 2
bertema “Dengan AMT
Menyongsong Prestasi”.

4
5. UPT PERPUSTAKAAN, 28 Agustus 2014 Peserta
bertema Library User
2
Education (Pendidikan
Pemustaka).
6. Training Pembuatan 17 September 2014 Peserta
2
Makalah
7. MASA TA‟ARUF 26 September 2014 Peserta
(MASTA) 2014 IMM,
bertema “Membentuk 2
Pribadi, Kembangkan
Diri, Lahirkan Potensi”.
8. SIBA-SIBI Training 24-25 Oktober 2014 Peserta
UTS Semester Ganjil 3
Tahun 2014.
9. SEMINAR NASIONAL, 05 Nopember 2014 Peserta
bertema “Berkontribusi
8
untuk Negeri Melalui
Televisi/TV”.
10. Diklat Microteaching 08 Nopember 2014 Peserta 2
11. WORKSHOP, bertema 22 Nopember 2014 Peserta
“Implementasi
Kurikulum 2013 dalam
Pembelajaran Pendidikan
2
Agama Islam (PAI)
dengan Pendekatan
Smart Teaching
(Tematik-Integratif).
12. PAB (Penerimaan 13-14 Desember 2014 Peserta
Anggota Baru) JQH Al- 3
Furqon STAIN Salatiga.

5
13. SIBA-SIBI Training 19-20 Desember 2014 Peserta
UAS Semester Ganjil 3
Tahun 2014
14. SIBA-SIBI Training 17-18 April 2015 Peserta
UAS Semester Genap 3
Tahun 2015.
15. Training Kepribadian di 19 Mei 2015 Peserta
Institut Agama Islam 2
Negeri (IAIN).
16. WORKSHOP TERAPI 05 Juni 2015 Panitia
3
HATI
17. DISKUSI TERBUKA, 26 September 2015 Peserta
bertema “Indonesia 2
Kaya, Kokk Miskin?”.
18. IBTIDA‟ LDK Fatir Ar- 3-4 Oktober 2015 Peserta
3
Rasyid
19. IAIN Salatiga 03 November 2015 Peserta
Bersholawat dan Orasi
Kebangsaan bertema
Menyamai Nilai-Nilai
Islam Indonesia untuk 2
Memperkokoh NKRI
dalam Mewujudkan
Baldatun Toyyibatun
Warobbun Ghofur.
20. WORSHOP Smart 20 November 2015 Peserta
2
Teaching
21 SEMINAR NASIONAL, 24 Desember 2015 Peserta
bertema “Hak Gender
Kaum Difabel dalam 8
Perspektif Sosiolog dan
Hukum Islam”.

6
22. WORKSHOP Inovasi 30 April 2016 Peserta
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan 2
Sosialisasi UMPTKIN
2016.
23. NUSANTARA 08 Mei 2016 Peserta
MENGAJI 300.000 2
Khataman Al Qur‟an
24. TALKSHOW Satu Jam 05 Nopember 2016 Peserta
Lebih Dekat Bersama
Kandidat Walikota dan 2
Wakil Walikota Salatiga
Periode 2017-2022.
25 TRAINING 26 Nopember 2016 Panitia
HYPNOTHERAPY,
bertema “Selangkah 2
Lebih Baik dengan
Hipnosis”.
26. SEMINAR NASIONAL 01 Desember 2016 Peserta
ANAK
BERKEBUTUHAN
8
KHUSUS dengan tema,
“Melejitkan Potensi
ABK”.
27. GRAND LAUNCHING 13 Desember 2016 Panitia
INSPIRASI TAZKIA &
KURSUS KARAKTER
2
dengan tema, “Kisah
Sang Rektor: Tersesat di
Jalan yang Benar”.
28. KURSUS KARAKTER 10-11 Januari 2017 Peserta
3
Angkatan I.
29. SEMINAR NASIONAL 04 Maret 2017 Peserta 8

7
DAN LAUNCHING
MAJALAH LPM
DINAMIIKA, dengan
tema “Hedonisme = ?”.
30. KURSUS KARAKTER 30-31 Maret 2017 Panitia
3
Angkatan II
31. WORKSHOP 11 Nopember 2017 Panitia
KEWIRAUSAHAAN
ISLAMI, dengan tema
“Membangun 3
Kemandirian melalui
Semangat
Kewirausahaan”.
32. PIAGAM 07 Desember 2017 Peserta
PENGHARGAAN, Juara
III Lomba Duta
Mahasiswa Generasi 5
Berencana Kategori Putri
Tk. Kota Salatiga Tahun
2017.
33. SEMINAR 11 Pebruari 2018 Panitia
ACHIVEMENT
MOTIVATION
TRAINING, dengan
3
tema “Tips dan Trik
Pelajar Mandiri
Berprestasi yang
Berkarakter Islami”.

Anda mungkin juga menyukai