Anda di halaman 1dari 143

STRATEGI DAKWAH DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL

DI RUTAN KELAS IIB SALATIGA TAHUN 2017

Skripsi Ini Disusun untuk Melengkapi Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

SKRIPSI

OLEH
M. Rozikin
NIM. 11714016

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

َّ‫َّحتىَّيُغَيِّ ُرو ْاَّ َماَّبِأَنْفُ ِس ِه ْم‬ ّ ََّّ‫إِن‬


َ ‫ّللاََّالََّيُ َغيِّ ُرَّ َماَّبِقَ ْى ٍم‬

“Sesungguhnya Allah
tidakakanmengubahkeadaansuatukaumsebelummerekamengubahkeada
andirimerekasendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)

"...Barangsiapabertakwakepada Allah
niscayaDiaakanmembukakanjalankeluarbaginya. Dan
Diamemberinyarezekidariarah yang tidakdisangka-sangkanya. Dan
barangsiapabertawakalkepada Allah, niscaya Allah akanmencukupkan
(keperluan)nya..." [Ath-Thalaaq (65) : 2-3]

Dzikir, Pikir, Tandang, Tekat (K. M. ZainiZulfa)

vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karuniaNya,

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta yang tak henti menjaga, membimbing, memberi

kepercayaan dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Alm. Muhadi, Minhad, dan Ny Munawaroh, yang menyayangi saya di waktu

kecil.

3. Saudara tercinta, Muhammad Ismail dan bani Muhadi atas segala dukungan,

doa dan motivasi yang sangat luar biasa.

4. Mbah kiai Asrur, Nyai Saroh, Kiai M. Zaini Zulfa, dosen, guru dan ustadz

(Alm. Dawam, Alm Pak Juraimi), yang telah mendidik dan memberikan

ilmunya.

5. Teruntuk Pondok Pesantren Miftahul Huda yang mendidik dan memberi arti

dalam kehidupan saya.

6. Dosen Bu Muna, yang telah memberikan judul skripsi, dan Drs. H Bahroni,

M.Pd. yang telah membimbing skripsi hingga selesai.

7. Fakultas Dakwah, terima kasih saya sudah di izinkan bergabung hingga

menjadi sarjana.

8. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran, Dra. Maryatin, M.Pd atas jasanya.

9. Redaktur sekaligus dosen KPI Sika Nuridah yang memberi motivasi dan

semangatnya.

vii
10. Ketua Takmir Perum Domas Yanuri, yang sudah memberi makna hidup

kepada saya, dan Yulianto, Bu Yayuk yang saya anggap orang tua saya

sendiri.

11. Semua Warga Perum Domas yang menyayangi dan selalu memberi dukungan

kepada saya.

12. Keluarga Rochim, Khoirul Adha, Pak Maman, Pak Wardoyo, Pak Marno,

Adib Baihaqi, Khanafi, Nasrullah yang telah membantu saya selama kuliah.

13. Pak Ustadz syakur, Pak Dwi Murdanto, Pak Agus Wijayanto, Pak Rondi, Pak

Parjono, Bu Retno, Pak Rofi‟I, dan seluruh petugas dan narapidana di Rutan

kelas IIB Salatiga terima Kasih telah di persilahkan mengadakan penelitian.

14. Sahabat PK (Pecandu Karya) Adib, Ashadil, Dika, Pujiono, Yogi F, Alifia

Ars, Yogi M yang telah melukis pelangi di hidup saya.

15. Sahabat KPI semuanya, Khususnya Puji Lestari, Siti Lestari, Adib Baihaqi,

Khanafi, Yogi F yang membantu saya dalam perjuangan skripsi.

16. Buat Bu Hisbullah Hamdallah S. Hum terima kasih banyak sudah banyak

membantu memberi support sampai skripsi ini jadi.

17. Untuk Bapak, Ibu Ichtiarini, yang selalu memberi dukungan dan

semangatnya.

18. Untuk Gus Shony terima kasih atas motivasi dan semangatnya.

19. Ibu dan mbak pedagang sayur di taman sari shopping Salatiga.

20. Buat Dek Dewwi dan untuk semua orang-orang yang tidak bisa saya sebut

satu persatu, terima kasih sudah membantu saya dalam perjalanan hidup dan

kuliah, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan

kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa

shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar

Muhammad Saw kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi

suri tauladan bagi kita.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Dakwah Dr. Mukti Ali, M.Hum

3. Ketua bidang studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga Dra. Maryatin, M.Pd.

4. Dosen pembimbing Drs. H. Bahroni, M. Pd. Yang telah membimbing dengan

ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga

skripsi ini terselesaikan.

5. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan

IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat program studi Komunikasi Penyiaran

Islam IAIN Salatiga angkatan 2014 yang sudah selalu memberi dukungan dan

motivasi dalam penulisan skripsi ini.

ix
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca

pada umumnya. Amin

Salatiga, 7 September 2018

M. Rozikin
NIM.11714016

x
ABSTRAK
Rozikin, Muhamad. 2018. Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual
di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017. Skripsi Fakultas Dakwah
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Bahroni, M. Pd.
Kata Kunci: Strategi Dakwah, Pembinaan Mental, Spiritual
Penelitian ini membahas tentang: Strategi dakwah yang di gunakan da‟i
dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga. Dengan rumusan
masalah: (1) bagaimana bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB
Salatiga?,(2) bagaimana upaya pembinaan mental di rutan kelas IIB Salatiga?,
dan (3) bagaimana faktor dan penghambat efektivitas dakwah di rutan kelas IIB
Salatiga?
Metode pengumpulan data yang di gunakan peneliti: Metode penelitian
kualitatif atau sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara Observasi untuk mengetahui kondisi objek secara langsung.
Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh dan menggali data
secara jelas dan konkret tentang sesuai dengan objek. Dokumentasi yang
dilakukan terdiri dari beberapa hal diantaranya adalaharsip-arsip penting lainnya
seperti dokumen-dokumen tentang rutan dan foto-foto yang berkaitan dengan
penelitian.
Hasil dari penelitian: Sebuah strategi dakwah yang di gunakan dalam
pembinaan mental spiritual di rutan yaitu, dakwah lisan, dakwah tulisa, dakwah
tindakan. Upaya dalam pembinaan mental spiritual yaitu, pembiaan
keterampilan, pembinaan ukhuwah, pembinaan mental yang terjadwal. Factor
penghambat dan pendukung yaitu, (1) Pendukung: adanya da‟i resmi yang
membina narapidana, keikhlasan da‟i dalam memberikan ilmu, ketelatenan da‟i
dalam memberikan pembinaan. (2) Penghambat: ruangan kecil, narapidana
terkadang sulit di atur, kesulitan mencari da‟i.

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Berfikir.......................................................................... 10

Tabel 3.1 Struktur Organisasi........................................................................ 53

Tabel 3.2 Struktur Organisasi Pengelolaan................................................... 53

Tabel 4.1 Struktur Staff................................................................................. 54

Tabel 5.1 Data Kapasitas Hunian...................................................................55

Tabel 5.2 Penghuni Rutan............................................................................. 56

Tabel 6.1 Jadwal Kegiatan Dakwah...............................................................61

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU ................................................................................................ i

LOGO INSITITUT ................................................................................................. ii

NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................v

MOTTO................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang .......................................................................................... 1

B. RumusanMasalah .......................................................................................5

C. TujuaPenelitian ......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 6

F. KerangkaBerfikir ...................................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10

xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. KajianPustaka ....................................................................................... 12

B. Landasan Teori .................................................................................... 15

1. Strategi Dakwah ............................................................................... 15

2. Pembinaan Mental ........................................................................... 36

3. Spiritual............................................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ........................................................... 43

B. Lokasi Penelitian ...................................................................................43

C. Sumber dan Jenis Data ......................................................................... 44

1. Data primer ..................................................................................... 44

2. Data sekunder ................................................................................. 44

D. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................45

E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 46

F. Teknik Validitas Data ........................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 48

1. Subjek penelitian ............................................................................ 48

2. Temuan penelitian .......................................................................... 54

B. Pembahasan .......................................................................................... 57

1. Upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga............ 59

2. Bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga .................62

xiv
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan dakwah di rutan

kelas IIB Salatiga .............................................................................69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 76

B. Saran ...................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi atau lembaga tertentu bisa dipastikan memiliki satu atau

beberapa tujuan, yang menunjukkan arah dan menyatukan gerak sarana yang

dimilikinya atau yang terdapat dalam lembaga tersebut. Tujuan yang akan

dicapainya itu adalah keadaan massa yang akan datang yang lebih baik

ketimbang keadaan sebelumnya. Adapun proses pencapaian tujuannya itu

memerlukan penataan-penataan yang terarah, efektif (berdaya guna) dan

efisien (tepat sasaran dengan biaya atau resiko sekecil mungkin). Terarah

disini dimaksudkan dengan aktivitas yang dilakukan terpusat pada

tercapainya tujuan yang telah ditentukan, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan

rasional yang tepat untuk mewujudkan hasil akhir yang telah ditetapkan

sebelumnya. Sedangkan efektif dan efisien dimaksudkan adanya penggunaan

sarana yang terbatas pada hal-hal yang diperlukan. Karena itu pula organisasi

atau lembaga yang digerakkan itu merupakan wadah sarana yang diperlukan

dan sebagai alat pencapaian tujuannya (Suhandang, 2014: 103).

Setiap manusia membutuhkan yang namanya stimulus (dukungan

motivasi) untuk merubah perilaku kurang baik menjadi lebih baik dengan

diberlakukannya proses pembelajaran. Surya (1997: 9) menyatakan bahwa

belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

1
Relevan dengan Surya, Slameto (1991: 2) dan Ali (1987: 14) menyatakan

bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau

suatu upaya mengarahkan aktivitas anak didiknya ke arah belajar. Proses

pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu antara seorang guru dan anak

didiknya. Hal itu juga merupakan situasi psikologis, dimana banyak

ditemukan aspek-aspek psikologis ketika proses pembelajaran berlangsung

hal ini terkait dengan pembinaan mental spiritual.

Lembaga permasyarakatan tidak lepas dari namanya narapidana

(orang yang terpidana). Masuknya seseorang dalam lembaga

permasyarakatan merupakan babak baru dalam kehidupnnya, akibat dari

perbuatan yang telah dilakukan dan dirasakan. Jauh dari sanak keluarga dan

kehidupan yang semakin keras terkadang membuat narapidana menjadi sadar

tetapi tidak jarang ada yang justru mengalami gangguan mental bahkan ada

yang menjadi residivis. Dampak kehidupan di lembaga permasyarakatan

mengindikasikan pentingnya kehadiran dakwah ditengah-tengah narapidana.

Dalam hal ini strategi dakwah sangat berpengaruh terhadap berhasil atau

tidaknya pesan yang disampaikan komunikator (da‟i). Selain itu juga harus

mempersiapkan kegiatan tentang islam sebaik mungkin dengan memberikan

pendidikan islam terhadap narapidana.

2
Muhammad Fadil al-Djamaly, juga dalam Arifin (1987: 13)

menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan

manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat

kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan

ajaranya (pengaruh dari luar). Bawani (1987: 122) menyatakan

bahwapendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran Islam (Tohirin, 2005: 8-10).

Menurut kacamata komunikasi jelaslah bahwa dakwah Islam termasuk

upaya komunikasi dalam rangka mempengaruhi individu atau komunal, agar

mereka, dengan sadar dan yakin akan kebenaran Islam, mau menganutnya

(bagi mereka yang non-muslim) serta memperdalam pengetahuan agama

Islam (bagi kaum muslimin). Mereka diharapkan mau meyakini bahwa agama

Islam akan membawanya ke jalan Allah yang lurus dan benar, yaitu jalan

yang merupakan garis maknawi serta digoreskan oleh tuntunan wahyu tinggi,

sesuai dengan tiap-tiap manusia dan membawa mereka kepada kebenaran

yang hakiki. Sebab, prinsip dasar dari komunikasi adalah pengaruh

mempengaruhi dalam rangka “melumpuhkan” komunikan, hingga sadar

ataupun tidak, mau dan mampu mengikuti apa yang dikehendaki

komunikator.

Pentingnya dakwah dilembaga permasyarakatan dilakukan salah

satunya disebabkan oleh kondisi kehidupan dilembaga yang ekslusif,

kehidupan didalamnya bukan hanya memberikan efek jera kepada

3
penghuninya terhadap tindak kejahatan yang telah dilakukan. Namun,

terkadang menyebabkan munculnya penyakit kejiwaan akibat stres dan

depresi karena jauh dari keluarga dan hidup terisolasi dalam lembaga

permasyarakatan. Keprihatinan pada kondisi kehidupan narapidana,

mengetuk naluri sebagai seorang muslim untuk menolong, membantu dan

menuntun mereka agar mampu menyelesaikan masalahnya. Berupaya

mengurangi beban hidup narapidana akibat harus hidup dilembaga

permasyarakatan.

Ditemukannya strategi dakwah yang tepat dalam melakukan

pembinaan spiritual kepada narapidana sangatlah penting. Karena hal ini akan

memudahkan aktivitas dakwah dilembaga permasyarakatan yang bertujuan

membangun dan menumbuhkan kesadaran pada diri narapidana. Disamping

itu juga diharapkan mampu menjadikan narapidana menerima keadaan

dirinya sehingga dapat hidup normal kembali seperti masyarakat pada

umumnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti berupaya melakukan

penelitian di lembaga pemasyarakatan narapidana, dengan memfokuskan

penelitian pada Strategi Dakwah Dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan

Kelas IIB Salatiga Tahun 2017.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga?

2. Bagaimana bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga?

3. Apayang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menemukan upaya pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB

Salatiga.

2. Untuk menemukan bentuk pelaksanaan dakwah dirutan kelas IIB Salatiga.

3. Untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

dakwah dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi nilai guna pada

berbagai pihak yaitu:

1. Secara teorietis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

tentang ilmu dakwahterutama dalam bidang penyiaran dakwah di rutan

kelas IIB Salatiga.

2. Secara praktis

a. Bagi Lembaga

Sebagai tolak ukur lembaga guna mengetahui tentang strategi dakwah

sehingga akan terus dijalankan dan menjadi lebih baik kedepannya.

5
b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti

tentang ilmu dakwah dan strategi dakwah dalam pembinaan mental

spiritual di rutan kelas IIB Salatiga, serta memotivasi diri agar selalu

menyebarkan dakwah Islam.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian diharapakan bisa menjadi informasi yang bermanfaat

bagi pembaca terutama bagi para da‟i agar memanfaatkannya sebagai

penyebar kebaikan dakwah Isalam.

E. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang

“Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB

Salatiga”, maka peneliti perlu memberikan penegasan dan penjelasan

seperlunya sebagai berikut:

1. Strategi dakwah adalah menentukan taktik bagi orang yang

melaksankan pekerjaan da‟aa, bermakna orang yang menyeru,

memanggil, mengajak, dan harus memiliki pertimbangan-pertimbangan

yang matang dan mantap, agar gerakan-gerakan dalam taktik tersebut

bisa dilaksanakan dengan mudah dan lancar, sehingga tujuan yang

dicita-citakan dapat tercapai.

2. Pembinaan mental merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki

moral/mental seseorang kearah yang sesuai dengan ajaran agama.

Artinya setelah diadakan pembinaan, orang dengan sendirinya akan

6
menjadikan agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku,

sikap dan gerak-geriknya dalam hidup.

3. Spiritual adalah sesuatu yang berkaitan erat dalam aspek spiritualitas

pada diri manusia, seperti halnya untuk tetap konsisten dalam

melaksanakan ajaran agama; untuk bertaqwa kepada Allah; mencintai

kebaikan; kebenaran dan keadilan; serta membenci kejahatan; kebatilan

dan kezaliman.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan Strategi Dakwah dalam Pembinaan Mental Spiritual di

Rutan Kelas IIB Salatiga merupakan proses dan taktik penyampaian dakwah

terhadap narapidana dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dari

sebelumnya sesui dengan ajaran Islam.

F. Kerangka Berfikir

Lembaga pemberdayaan masyarakatmerupakan tempat untuk

membina dan memasyarakatkan narapidana. Melihat kondisi narapidana yang

bermacam-macam tindak pidana yang dilakukan, pembinaan mental spiritual

sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan mereka sehinga bisa

kembali diterima masyarakat. Salah satu upaya pembinaan mental spiritual

kepada narapidana adalah dakwah. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah

satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud

memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain (Yusuf, 2006: 6-

23).

7
Strategi dakwah yang tepat sangat membantu da‟i dalam

menyampaikan tujuannya sehingga pesan dakwah dapat diterima oleh mad‟u

(narapidana). Di samping para da‟i, peran aktif dari kepala lembaga

pemasyarakatan, kepala bagian pembinaan narapidana beserta seluruh

jajarannya, petugas lembaga pemasyarakatan juga sangat dibutuhkan dalam

pembinaan mental spiritual narapidana karena petugas-petugas lembaga dan

da‟i/ da‟iah yang diberi wewenang untuk memberi kajian keagamaan di

lembaga pemasyarakatan. Terkait dengan pembinaan mental spiritual bahwa

setiap Insan (manusia) membutuhkan yang namanya stimulus (dukungan

motivasi) untuk merubah perilaku kurang baik menjadi lebih baik dengan

diberlakukannya proses pembelajaran.

Surya (1997: 9) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Penjelasan ini menuntut kemampuan

untuk menemukan dan mengaplikasikan strategi dakwah yang tepat

dalammelakukan pembinaan mental dan spiritual.Strategi dakwah adalah

cara-cara tertentu yang diperlukan oleh seorang da‟i (komunikator) kepada

mad‟u(Yunan, 2006: 7).

Pembinaan spiritual ini berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Hadis

sebagai landasan teologisnya dan dipadukan dengan peraturan yang

diterapkan di lembaga pemasyarakatan yang berlandaskan pada Undang-

undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Perpaduan ini

8
menghasilkan strategi dakwah dalam melakukan pembinaan spiritual

narapidana yang diharapkan peneliti dalam melakukan penelitian.

Peneliti menggunakan teori-teori persuasi yang didefinisikan sebagai

“perubahan sikap akibat paparan informsi dari orang lain” sikap pada

dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka/ tidak

suka kita atas sesuatu. Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen:

komponen afektif (kesukaan atau perasaan terhadap sebuah objek), komponen

kognitif (keyakinan terhadap suatu objek), dan komponen perilaku (tindakan

terhadap objek). Dalam lembaga pemasyarakatan teori yang berkaitan dengan

pembinaan mental spiritual adalah teori inokulasi. Yaitu sebuah teori yang

digunakan oleh komunikator yang mungkin bukan untuk mengubah sikap

tetapi menjadikan sikap kebal terhadap perubahan. Perubahan ini di tujukan

kepada narapidana dengan tujuan agar semua keyakinan yang dimiliki tetap

kuat dan tidak mudah goyah Tankard, James dan Werner (2011: 177-193).

Setelah menemukan strategi dakwahyang tepat dalam melakukan

pembinaan mental spiritual kepada narapidana, dengan meneliti

danmenganalisis bentuk-bentuk pelaksanaan dakwah dan upaya pembinaan

spiritualdi rutan kelas IIB Salatiga. Sertaberusaha mengungkapkan faktor

yang menjadi pendukung dan penghambatefektivitas dakwah dalam

pembinaan mental spiritual narapidana. Sehingga dapat terlihat sebuah hasil

dimana terwujudnya efektivitas dakwah yang membuat perubahan pola pikir,

sikap, dantindakan pada narapidana. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan

kerangka berfikir di bawah ini:

9
Tabel 1.1 Kerangka Berfikir

Al-Qur’an dan Hadits UU. No. 12 Tahun 1995

Dakwah

Pembinan Mental

Spiritual

G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami isi skripsi ini, penulis memaparkan

sistematika skripsi sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

kerangka berfikir, dan sistematika penelitian.

Bab II : Kajian Pustaka dan Landasan Teori, berisikan pengertian strategi

dakwah, urgensi strategi dakwah, unsur-unsur dakwah, metode dakwah,

pengertin pembinaan mental, pengertian spiritual.

Bab III : Metodologi penelitian, berisikan jenis penelitian dan pendekatan,

lokasi penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, teknik

validitas data.

10
Bab IV : Pembahasan, meliputi gambaran umum tentang rutan kelas IIB

Salatiga, bentuk pelaksanaan dakwah, upaya pembinaan mental, faktor

pendukung dan penghambat efektifitas dakwah.

Bab V : Penutup berisi: kesimpula penelitian dan saran.

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Penelitian ini membahas tentang bagaimana strategi dakwah yang

digunakan dalam pembinaan mental spritual di rutan Salatiga. Berdasarkan

hasil bacaan penulis, ditemukan beberapa sumber karya ilmiah yang

membahas tentang dakwah di lembaga pemasyarakatan. Uraian singkat

tentang karya ilmiah yang relevan dengan yang penulis teliti:

Skirpsi Octavia Sri Handayani Tahun 2010 yang berjudul

Pelaksanaan Pembinaan Narapidana dalam Rangka Mencegah Pengulangan

Tindak Pidana (Recidive). Skripsinya ini membahas mengenai pelaksanaan

pembinaan narapidana, dalam skripsi ini juga kebanyakan mengambil ruang

lingkup, teori dan dasar hukum tentang pelaksanaan pembinaan narapidana,

sedangkan dalam penelitian kali ini, peneliti tidak hanya meneliti dari segi

pelaksanaan pembinaan narapidana akan tetapi permasalahan-permasalahan

yang terjadi dalam pelaksanaan pembinaan narapidana.

Penelitian yang dilakukan oleh Faridah tahun 2014 yang berjudul

Strategi Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa Pasca Sarjana UIN

ALAUDDIN Makassar. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif hasil

penelitiannya adalah bahwa metode yang dilakukan para da‟i dilembaga

pemasyarakatan wanita kelas IIA cukup bagus dalam pembinaan spiritual

narapidana. Namun disetiap hasil yang bagus pasti tidak lupa dengan adanya

12
hambatan bahwa narapidana tidak memahami dan mengamalkan pesan

dakwah yang diterimanya karena kondisi psikologi yang kurang stabil.

Penelitian Yusnidar tahun 2016 yang berjudul Metode Dakwah

Terhadap Narapidana Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho Dilhoknga

UIN AR-RANIRY Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif. Hasil penelitian adalah Pembinaan mental berupa ceramah agama

dan pengajian kitab, pemateri yang didatangkan dari luar Lapas yang

bekerjasama dengan pihak ketiga seperti BMOIW dan dayah-dayah/

Pasantren dari Banda Aceh.Selain pendidikan agama, pihak Lapas juga

melakukan pembinaan kesadaran nasional yang diberikan pada tanggal

17 yang dilaksanakan upacara di Lapangan Cabang Rutan Negara

Lhoknga dan selaku Pembina upacara adalah Kacabrutan, dan kasubsi

Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho di Lhoknga dengan

memberikan pengarahan-pengarahan atau bimbingan kepada pegawai dan

penghuni Cabang Rumah Tahanan Negara Jantho di Lhoknga.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhita Mitha Ningsih tahun 2017 yang

berjudul Pembinaan Narapidana Di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Raba

Bima Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (studi kasus rumah

tahanan negara kelas IIB raba bima Fakultas Syariah dan Hukum UIN

ALAUDDIN Makassar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif. Hasil penelitian adalah bahwa kondisi pembinaan terhadap warga

binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Raba Bima

dapat dikatakan tidak berjalan dengan maksimal. Hal ini dibuktikan

13
dengan keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pembinaan, keadaan

Rutan yang mengalami over kapasitas, kurangnya petugas Rutan dibidang

pembinaan serta tenaga pengajar program pembinaan keterampilan, sehingga

sistem pemasyarakatn tidak berjalan baik di Rumah Tahanan Negara

Klas IIB Raba Bima.

Penelitian-penelitian di atas memiliki kesamaan dengan yang peneliti

lakukan yakni penelitian tentang strategi dakwah dan metode dakwah serta

kesamaan pada jenis penelitian yaitu kualitatif. Perbedaan mendasar yang

ditemukan terletak pada objek dan fokus penelitian. Penelitian sebelumnya

belum ada yang secara khusus meneliti tentang strategi dakwah dalam

pembinaan mental spiritual di Rutan kelas IIB salatiga.

Di antara penelitian yang dikemukakan, penelitian yang paling relevan

dengan yang peneliti teliti adalah penelitian Faridah dengan judul Strategi

Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa. Kesamaan yang

ditemukan yakni penelitian tersebut juga membahas tentang pembinaan

kepada narapidana dan jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif.

Adapun perbedaanya yakni penelitian tersebut mengkaji tentang dakwah di

lembaga pemasyarakatan yang menganalisis pembinaan narapidana kusus

perempuan, sedangkan yang peneliti teliti lebih fokus pada strategi dakwah

dalam pembinaan spiritual narapidana di rutan Salatiga.

14
B. Landasan Teori

1. Strategi Dakwah

a. Pengertian Strategi Dakwah

Dakwah berasal dari bahasa Arab da‟watan yang berakar kata

dari huruf dal, ra, dan waw yang berarti dasar kecendrungan sesuatu

yang disebabkan suara dan kata-kata, atau mencintai sesuatu atau

mendekatkan diri pada sesuatu. Dari akar kata ini terangkai menjadi

da‟aa (fi‟il mu‟tal naqish), yang menjadi asal kata da‟aa, yad‟uu,

da‟aan, wa da‟watan berarti “memanggil, mengundang, meminta

tolong, meminta, memohon”. Dari kata kerja da‟aa-yad‟uu ini, jika

isim mashdarnya da‟aan berarti meminta tolong, meminta, dan

memohon, sedangkan yang isim mashdarnya da‟watan berarti

memanggil, mengundang, mengajak atau menyeru (Budihardjo, 2007 :

1).

Strategi merupakan pengambilan keputusan untuk menata dan

mengatur unsur-unsur yang bisa menunjang pelaksanaan kerja

pencapaian tujuan. Strategi merupakan proses berpikir yang mencakup

apa saja yang disebut simultaneous scanning (pengamatan simultan)

dan conservativefocusing (pemusatan perhatian). Maksudnya, strategi

dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara terpusat dan hati-

hati, sehingga bisa memilih dan memilah tindakan-tindakan yang

lebih efektif untuk mencapai suatu tujuan (Johnson, 1972: 52-53).

15
Dengan begitu dalam proses penyusunan strategi, merupakan

tindakan terakhir yang dimaksudkan tadi adalah keputusan untuk

memilih, mempertimbangkan, dan menetapkan unsur-unsur serta

kebijakan-kebijakan yang bisa digunakan untuk menunjang

keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditentukan semula.

Mengetahui strategi termasuk hal yang sangat berpengaruh dalam

mencapai keberhasilan dakwah maka dapat dianalisis dari definisi

strategi dakwah terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan

(Suhandang, 2014: 81-83).

Berdasarkan penjelasan diatas strategi dakwah merupakan

proses memilah dan memilih tindakan dan menata unsur sebelum

menyeru umat untuk kembali di jalan sesuai ajaran Islam berdasarkan

dengan cara yang baik dan tepat.

b. Definisi dan Urgensi Strategi Dakwah

Strategi berasal dari istilah bahasa Yunani, yang aslinya berarti

“seni sang jenderal” atau “kapal sang jendral”. Pengertian tersebut

diperluas mencakup seni laksamana dan komandan angkatan udara

(Sills, 1972: 281). Sedangkan kata “dakwah” berasal dari akar kata

bahasa Arab da‟aa, atau menurut ulama Basrah berasal dari mashdar

da‟watun¸ yang artinya dalam bahasa Indonesia, adalah memanggil

atau panggilan. Strategi dakwah adalah menentukan taktik bagi orang

yang melaksankan pekerjaan da‟aa, bermakna orang yang menyeru,

memanggil, mengajak, dan harus memiliki pertimbangan-

16
pertimbangan yang matang dan mantap, agar gerakan-gerakan dalam

taktik tersebut bisa dilaksanakan dengan mudah dan lancar, sehingga

tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai (Suhandang, 2014: 21, 80-

81).

Pengertian strategi adalah suatu kesatuan rencana yang

menyeluruh, komprehensif, dan terpadu yang diarahkan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa dalam

suatu strategi terdapat beberapa hal berikut:

1) Suatu rencana tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan,

baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

2) Analisis terhadap lingkungan, baik yang bersifat eksternal maupun

internal, yang menunjukan adanya kekuatan dan kelemahan dalam

hal pencapaiaan tujuannya.

3) Keputusan pilihan guna pelaksanaan yang tepat dan terarah dalam

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

4) Rancangan guna menjamin ketepatan tercapainya tujuan dan

sasaran.

Adapun bentuknya, H. Djaslim Saladin (2004: 2) mengutip

pendapat Gregory G. Dess dan Alex Miller (1993) yang membagi

strategi dalam dua bentuk, yaitu strategi yang dikehendaki dan strategi

yang direalisasikan.

Strategi yang dikehendaki (intended strategic) terdiri dari tiga

elemen.

17
1) Sasaran-sasaran (goals) yaitu, apa yang ingin dicapai dalam

pelaksanaan pencapaian tujuan. Sasaran dimaksud memiliki arti

yang luas dan sempit. Seperti halnya dakwah, tujuan akhirnya

ingin menciptakan masyarakat madani yang islami. Sudah tentu

untuk menuju kearah itu harus menyelesaikan tujuan-tujuan yang

menjadi bagian dari tujuan akhir tersebut. Dengan demikian,

tujuan akhir bisa dikatakan sebagai sasaran yang lebih luas

daripada tujuan-tujuan bagiannya secara sempit.

Selain itu sasaran tersebut terbagi lagi menjadi tiga

tingkatan atau hierarki menjadi:

a) Visi (vision) yang merupakan kerangka acuan kegiatan nyata

yang terpadu.

b) Misi (mision) yaitu, banyaknya sasaran yang harus dicapai

sebagai tugas dan prinsip utama guna mewujudkan visi.

c) Tujuan-tujuan (objectives), yaitu tujuan-tujuan yang khusus

dan spesifik harus dicapai demi tercapainya tujuan akhir yang

telah ditentukan sebelumnya.

2) Kebijakan (policies), merupakan garis pedoman untuk bertindak

guna mencapai sasaran atau tujuan-tujuan.

3) Rencana-rencana (plans), merupakan pernyataan dari tindakan

terhadap apa yang diharapkan akan terjadi. Seperti halnya dalam

upaya dakwah islamiah, kita harus bisa memperhitungkan berapa

banyak atau luas mad‟u yang mau dan mampu menerima gagasan

18
ataupun pesan dakwah yang disodorkan (Suhandang, 2014: 101-

102).

Tujuan dakwah bukanlah perkara yang mudah karena manusia

memiliki karakteristik yang beragam sebagai sasaran dakwah terlebih

bila berkaitan dengan masyarakat yang memiliki permasalahan khusus

dengan tantangan kehidupan yang cukup kompleks. Menghadapi

berbagai permasalahan yang terkait dengan proses dakwah,

mengharuskan da‟i hadir dengan membawa suatu bentuk strategi

dakwah yang tepat untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat

sesuai dengan kondisi objektif masyarakat yang dihadapi.

Aktifitas dakwah pasti tidak lepas dari berbagai tantangan yang

di hadapi, serta memerlukan penanganan yang tepat dan kerja keras

agar pesan dakwah benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan

masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Salah satu langkah utama

yang perlu diperhatikan adalah ketepatan antara materi dan metode

dengan kondisi mad‟u agar dakwah dapat berfungsi dan berjalan

sesuai dengan yang diharapkan. Dan membentuk sistem dawkah yang

tersusun rapi, membangun pondasi-pondasi yang kuat serta

mengetahui pokok-pokok dakwah yang akan di sampaikan.

Obyek dakwah akan menaruh simpati sehingga Allah

menganugerahinya kerelaan untuk beriman, dan jadilah iman itu

penghias hatinya. Jadilah ia termasuk golongan orang-orang yang

19
memperoleh putunjuk. Dengan demikian jiwa objek dakwah menjadi

lapang dan hatinya pun tenang. Ia siap menjalani cobaan dijalan Allah.

Ia rasakan kesempitan sebagai kelapangan, kesulitan sebagai

kemudahan, dan harapan perubahan menjadi kenyataan. Ia tidak

meraskan lama dan sulitnya perjalanan, dan tidak pula tergesa-gesa

untuk memperoleh hasil perjuangan. Dia yakin sesungguhnya Allah

akan mewujudkan kehendak-Nya dan menjadikan segala sesuatu

dengan ketentuan-Nya (Aziz, 2008: 18-19).

Selain itu, pesan-pesan Dakwah hendaknya dapat memberikan

petunjuk dan pedoman hidup yang menyejukkan hati. Janganlah

pesan-pesan Dakwah dicampuri dengan pamrih untuk kepentingan

golongan.Lebih-lebih untuk kepentingan yang tidak ada sangkut

pautnya dengan pelaksanaan ajaran. Dalam era sekarang ini, peranan

Dakwah yang dapat memberi motivasi dan bekal untuk membantu

memecahkan masalah-masalah duniawi yang semakin kompleks.

Secara umum, ada tiga tantangan yang akan dihadapi oleh

seorang da‟i di dalam masyarakat, yaitu : pertama, masyarakat kita

telah berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.

Dalam hal ini masyarakat industri memiliki pola hidup mewah dan

hedonistik, cenderung lebih rasional dan lebih otonom dalam

perencanaan, produksi, pemasaran dan promosi industri. Situasi

demikian secara kejiwaan akan membawa mereka cenderung kurang

20
merasa perlu terhadap agama dan karenanya akan menjadi jauh dari

ajaran dan moral agama.

Kedua, globalisasi informasi. Pada masa ini kita akan dibanjiri

oleh budaya, pola hidup dan tata nilai asing yang tidak selalu

menunjang usaha pemupukan Budi pekerti luhur yang selama ini kita

dambakan. Ketiga, makin tinggi tingkat intelektualitas, terutama

dikalangan angkatan muda. Dalam hal ini tentunya mereka memiliki

daya kritis yang semakin kuat dan tidak mau begitu saja menerima

kata dan pendapat orang lain serta mereka minta diyakinkan dengan

uraian dan penjelasan yang rasional dan dapat diterima akal mereka.

Kondisi seperti itu, maka sangat diperlukannya strategi dakwah

dalam mencapai tujuannya, dengan cara harus sering dilakukannya

pembaharuan secara terus-menerus terhadap visi ke-islaman, visi

dakwah, analisis situasi, perluasan wilayah kepedulian serta sasaran

dari dakwah itu sendiri. Dakwah sebagi peroses yang mempengaruhi

umat termuat dalam Al-Qur'an yang memanggil umat Islam untuk

melakukan dakwah bilhikmah, dan mauizhah hasanah serta mujadalah

billati hiya ahsan (Basit, 2006: 152-155).

Strategi yang diperlukan untuk mengantisipasi permasalahan

yang kompleks dalam suatu lembaga adalah keterpaduan antara

peraturan yang menjadi kebijakan pada lembaga dengan penyampaian

pesan dakwah yang diberikan kepada masyarakat yang dibina. Peran

21
aktif dan kerja keras dari pimpinan lembaga, pejabat serta seluruh

jajaran yang bertugas di lembaga merupakan suatu hal yang sangat

dibutuhkan dalam mewujudkan tujuan dari pelaksanaan dakwah.

Karena penerapan aturan yang tegas dan bijaksana merupakan suatu

elemen penting dalam strategi dakwah.

Adanya partisipasi aktif dan kesadaran dari setiap elemen

dalam suatu lembaga merupakan salah satu faktor pendukung

efektivitas dakwah. Karena pemegang kekuasaan yakni pemimpin,

pejabat beserta seluruh jajarannya dalam suatu lembaga memiliki

kewenangan untuk mengatur lembaganya. Termasuk dalam hal ini

pada pelaksanaan kegiatan dakwah, terutama dalam suatu lembaga

struktural yakni instansi pemerintah. Karena di dalam lembaga

struktural terdapat hubungan yang dapat mempengaruhi dan hubungan

ketaatan serta kepatuhan dari para pengikut terhadap pimpinannya.

Sebagai seorang pemimpin dalam sebuah lembaga harus

membuat perencanaan dalam jangka panjang (longe range planning)

yakni sebuah keputusan yang menyangkut tujuan jangka panjang

organisasi, kebijakan yang harus diperhatikan, serta strategi yang

harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut. Singkatnya

perencanaan strategi adalah proses perencanaan jangka panjang yang

sudah disepakati secara kolektif, yang digunakan untuk merumuskan

tujuan organisasi serta cara menghadapi berbagai permasalahan yang

22
mungkin muncul dalam pelaksanaan dakwah (Abdillah, 2012: 101-

102).

Pemimpin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

seperti yang telah dijelaskan, memberikan suatu pemahaman bahwa

seorang pemimpin merupakan pengayom masyarakatnya. Hal ini

mengindikasikan perlunya perlakuan yang baik dan penghargaan

kepada pengikut dan masyarakat yang dibina sebagai sesama makhluk

ciptaan Tuhan, meskipun yang dihadapi adalah orang-orang yang

telah melakukan kesalahan.

Perlakuan yang baik dan penghargaan terhadap seseorang

merupakan salah satu faktor diterima dan dilaksanakannya pesan yang

diterima oleh individu yang menerima pesan. Karena seseorang atau

suatu organisme melakukan sesuatu sedikit banyaknya dipengaruhi

oleh kebutuhan yang ada dalam dirinya atau sesuatu yang hendak

dicapai. Kebutuhan tersebut tidak bisa dipisahkan dari motif yakni

penyebab seseorang berperilaku.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan

dalam melakukan pembinaan spiritual adalah kesadaran untuk

memperlakukan warga yang dibina tidak secara sewenang-wenang,

tetapi dengan perlakuan yang baik. Karena perlakuan yang baik dan

penghargaan sebagai seorang manusia tetap menjadi kebutuhan setiap

individu. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW;

23
“Barangsiapa mengajak pada petunjuk, ia berhak
mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barang
siapa mengajak kepada kesesatan, ia berhak mendapat
dosanya seperi dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).

Karena itu, merupakan sebuah kewajiban yang tiada pilihan

selain itu. Hanya kecintaan untuk berada dijalan dan kejujuran iman

terhadap-Nya dapat meringankan segala cobaan dan memudahkan

segala kesulitan serta memperkokoh pendirian untuk terus berjuang

sampai pada cita-cita yang di inginkan (Aziz, 2008: 26-27).

Memberikan perlakuan yang baik kepada orang lain meskipun

nyata telah melakukan kesalahan didasarkan pada terjemahan firman

Allah dalam QS Ali-„Imran (3): 159.

۟ ُّ‫ة َلَوفَض‬
‫ىا‬ ِ ‫ٱَّلل نِىثَ نَهُ ْم ۖ َونَ ْى ُكىثَ فَظًّّا َغ ِهُعَ ْٱنقَ ْه‬
ِ ‫فَ ِث َما َزحْ َم ٍة ِّم َه ه‬

َ‫اوزْ هُ ْم فًِ ْٱْلَ ْم ِس ۖ فَئِ َذا َع َز ْمث‬


ِ ‫ف َع ْىهُ ْم َوٱ ْسحَ ْغفِسْ نَهُ ْم َو َش‬
ُ ‫ك ۖ فَٲ ْع‬
َ ِ‫ِم ْه َح ْىن‬

َ ِ‫ٱَّللَ َ ُِبةُّ ٱنْ ُمحَ َى ِّكه‬


‫ُه‬ ‫ٱَّلل ۚ إِ هن ه‬
ِ ‫فَحَ َى هكمْ َعهًَ ه‬

Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Penjelasan dari QS ali „Imran ayat 159 seperti yang telah

dikemukakan mengisyaratkan kepada umat Islam terutama kepada

24
yang berpengaruh dalam suatu lembaga atau terhadap orang lain agar

mampu menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan dalam ucapan,

sikap serta perbuatannya dalam menghadapi umat dan segala

permasalahannya. Di antaranya yang patut mencontoh akhlak mulia

Nabi SAW adalah setiap elemen yang berperan aktif dalam melakukan

pembinaan kepada warga binaan karena langkah tersebut merupakan

salah satu bagian dari strategi dakwah.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa dalam pelaksanaan

dakwah pemimpin dan seluruh jajarannya merupakan salah satu

bagian penting dari strategi dakwah dalam melakukan pembinaan

mental spiritual narapidana. Namun, dalam melaksanakan suatu

pembinaan, pemimpin dan seluruh jajarannya dalam suatu lembaga

juga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Pelaksanaan

pembinaan sebagai suatu bagian dalam strategi dakwah membutuhkan

kerjasama dari da‟i/ da‟iah sebagai orang yang berkualifikasi dalam

bidang dakwah. Kehadiran dai/ da‟iah dalam kerjasama pembinaan

terhadap lembaga diiringi oleh berbagai aspek dakwah lainnya yang

saling menunjang dalam aktivitas dakwah.

c. Unsur-unsur Dakwah

Kegiatan atau aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur

yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah

25
komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah

meliputi:

a. Da‟i

Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara

lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik seacara

individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Maka,

yang dikenal sebagai da‟i atau komunikator dakwah itu dapat

dikelompokkan menjadi:

1) Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang

mukallaf (dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah

merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari

misinya sebagai penganut Islam sesuai dengan perintah:

“Sampaikan walau satu ayat”.

2) Secara khusus adalah merek yang mengambil keahlian

khusus (mutakhasis) dalam bidang agama islam, yang dikenal

dengan panggilan ulama (Ilahi, 2010: 19).

b. Mad‟u

Mad‟u adalah manusai yang menjadi mitra dakwah atau

menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik

secara individu, kelompok, baik yang beragama islam maupun

tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Muhammad

Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan yaitu:

26
1) Golongan cerdik, cendekiawan yang cinta kebenaran dan

dapat berpikir secara kritis, cepat ,menangkap persoalan.

2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat

berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap

pengertian-pengertian yang tinggi.

3) Golongan yang berbeda dengan golongan diatas adalah

mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam

batas tertentu tidak sanggup mendalam.

c. Materi/ Pesan Dakwah

Materi/ pesan dakwah adalah isi pesan yang disampaiakan

da‟i kepada mad‟u. Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran

islam itu sendiri. Secara umum dapat dikelompokan menjadi:

1) Pesan Aqidah, meliputi Iman kepada Allah SWT. Iman

kepada Malaikat-Nya, Iman kepada Kitab-kitab-Nya, Iman

kepada Rasul-rasul-Nya, Iman kepada Hari Akhir, Iman

kepada Qadha-qadhar.

2) Pesan Syariah, meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa,

dan haji serta mu‟amalah.

a) Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan

hukum waris.

b) Hukum publik meliputi: hukum pidana, hukum negara,

hukum perang dan damai.

27
3) Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah SWT, akhlak

terhadap makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia,

diri sendir, tatangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap

bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya (Ilahi, 2010: 20).

d. Media Dakwah

Alat-alat yang diapakai untuk menyampaikan ajaran islam.

Hamzah Ya‟qub membagi media dakwah itu menjadi lima:

1) Lisan, merupakan media yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk

pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan

sebagainya.

2) Tulisan, buku majalah, surat kabar; koresponden (surat, e-

mail, smas), spanduk dan lain-lain.

3) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4) Audio Visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang

indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa

berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.

5) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan

ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh

mad‟u (Ilahi, 2010: 21).

d. Bentuk-bentuk Metode Dakwah

Metode dakwah artinya cara-cara yang digunakan oleh

seorang da‟i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al-Islam atau

28
serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu (Bachtiar, 1997:

34). Dalam al-Qur‟an juga dijelaskan juga menjadi dasar metode

dakwah yakni:

ً‫ك ِت ْٲن ِب ْك َم ِة َوٱنْ َم ْى ِعظَ ِة ٱنْ َب َسىَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْنهُم ِتٲن ه ِح‬ ِ ‫ع إِنَ ًٰ َس ِث‬
َ ِّ‫ُم َزت‬ ُ ‫ٱ ْد‬
َ ‫ض هم َعه َس ِثُهِِۦه ۖ َوهُ َى أَ ْعهَ ُم ِت ْٲن ُم ْهحَ ِد‬
‫َه‬ َ ‫ِه ًَ أَحْ َس ُه ۚ ِإ هن َزت َهك هُ َى أَ ْعهَ ُم ِت َمه‬
Artinya:

“Serulah manusia kpada jalan tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (QS. An-Nahl:125).

Berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa metode

dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu:

1. Al-Hikmah

a. Pengertian bi al-hikmah

Kata “hikmah” dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak

20 kali baik dalam bentuk nakiroh maupun ma‟rifat. Bentuk

masdarnya adalah “hukman” yang artinya mencegah. Jika

dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindari hal-hal

yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.

Menurut Prof. Dr. Toha Yahya Umar, M.A., menyatakan

bahwa hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya

dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan

cara yang sesuai keadaan zaman dan tidak bertentangan

29
dengan larangan Tuhan. Sebagi metode dakwah, al-hikmah

diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang,

hati yang bersih, dan menarik perhatian orang lain untuk

masuk agama atau Tuhan.

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-

Nasafi, arti hikmah, yaitu:

“Dakwah bil-hikmah adalah dakwah dengan


menggunakan perkataan yang benar dan pasti,
yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan keraguan”.

Menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani, dalam tafsir Al-

Munir bahwa al-hikmah adalah Al-Hujjah Al-Qat‟iyyah Al-

Mufidah Li Al-„Aqaid Al-Yaqiniyyah, Hikmah adalah dalil-

dalil (argumentasi) yang qath‟i dan berfaedah bagi kaidah-

kaidah keyakinan.Hikmah merupakan suatu metode

pendekatan komunikasi yang dilaksankan atas dasar

persuasif. Karena dakwah bertumpu pada human oriented

maka konsekuensi loginya adalah pengakuan dan

penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar

fungsi dawkah yang utama bersifat informatif (Amin, 2009:

98).

Menurut penjelasan diatas bahwa umat manusia adalah

makhluk sosial yang tidak bisa bertahan tanpa bantuan dan

30
komunikasi dengan orang lain. Maka dari itu Hikmah disini

mengajarkan kita untuk memberi peringatan dengan baik dan

bijaksana sesuai terjemahan dari Al-qur‟an Surat Al-

Ghasyiyah (88): 21-22.

َ ‫نهسْثَ َعهَ ُْ ِهم ِت ُم‬، ‫فَ َر ِّكسْ ِإوه َمآ أَوثَ ُم َر ِّكس‬
22-22‫صُْ ِط ٍس‬

Artinya:

“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya


kamu itu adalah yang memberi peringatan. Kamu
bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”(QS.
AL-Ghasyiyah (88): 21-22).

b. Hikmah dalam dakwah

Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang

sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya

dakwah. Dalam menghadapi mad‟u yang beragam tingkat

penddikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para da‟i

memerlukan hikmah, sehingga ajaran islam mampu

memasuki ruang hati para, mad‟u dengan tepat. Hikmah

adalah bekal da‟i menuju sukses. Tidak semua orang mampu

meraih hikmah, sebab Allah hanya memberikannya untuk

orang-orang yang layak mendapatkannya, Allah berfirman:

‫َ ُْؤ ِجٍ ْان ِب ْك َمةَ َم ْه ََ َشا ۚ ُء َو َم ْه َ ُْؤتَ ْان ِب ْك َمةَ فَقَ ْد أُو ِج ٍَ خَ ُْ ًّسا َكثُِسًّا‬

ِ ‫َو َما ََ هر هك ُس ِإ هَّل أُونُى ْاْلَنْثَا‬


‫ب‬

31
Artinya:

“Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman


yang dalam tentang Al-Qur‟an dan As-Sunnah)
kepada siapa yang Dia Kehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah, ia benar-
benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran”. (QS Al-Baqarah: 269).
Ayat tersebut seolah-olah menunjukan metode dakwah

praktis kepada para juru dakwah yang mengandung arti

mengajak manusia kepada jalan yang benar dan mengajak

manusia menerima dan mengikuti petunjuk agama dan aqidah

yang benar.

2. Al-Mau‟idza Al-Hasanah

Terminologi mau'izhah hasanah salam perspektif Dakwah

sangat populer, dalam seremonial keagamaan mendapat porsi

khusus dengan sebutan "acara yang ditunggu-tunggu". Secara

bahasa, mau'izhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mau'izhah

dan hasanah. Kata mau'izhah berasal dari kata wa'adza, ya'idzu,

wa'adzan, 'idzatan yang berarti; nasihat, bimbingan, pendidikan,

dan peringatan, sementara hasanah berarti baik.Adapun secara

istilah, ada beberapa pendapat antara lain;

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang

dikutip oleh H. Hasanuddin sebagai berikut:

"Al-Mau'idzah al-Hasanah, adalah (perkataan-perkataan) yang

tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan

32
nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-

Qur'an.

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-Mauizhah al-Hasanah

merupakan satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak

ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan

dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Juga bisa di

ungkapkan dengan mengandung unsur bimbjngan, pendidikan,

peringatan, pesan-pesan agar mendapat keselamatan dunia dan

akhirat.Dengan itu ada beberapa bentuk-bentuk mau'izhah yakni;

a. Nasihat atau petuah

b. Bimbingan, pengajaran

c. Kisah-kisah

d. Kabar gembira dan peringatan

e. Wasiat

Berdasarkan pemaparan diatas sebagai subjek dakwah da‟i

harus mampu menyesuaikan dan mengarahkan pesan dakwah

sesuai dengan tingkt berfikir dan lingkup pengalaman dari objek

dakwah, tujuannya agarr dakwah sebagai ikhtiar untuk

mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan

pribadi atau masyarakat dapat terwujud.

33
3. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan

Secara etimologi lafadz mujadalah terambil dari kata

"jadala" yang bermakna memintal, melilit. Sedangkan

ketambahan huruf Jim yang mengikuti wazan faa alaa, "jaa

Dala" bermakna debat, dan mujadalah "perdebatan". Menurut Ali

al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa almunadzarah,

mengartikan bahwa "al-jidal" bermakna "dayauntuk memilih

kebenaran" sedangkan berbentuk isim "al-jadlu" berarti

pertentangan atau perseteruan yang tajam. Dari segi istilah al-

Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua

pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan

lahirnya permusuhan diantara keduanya.

Menurut tafsir An-Nasafi kata ini mengandung arti;

Berbanggalah dengan baik yaitu dengan jalan yang sebaik-

baiknya dalam bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang

lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan

mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati,

membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran, ini merupakan

penolakan bagi orang yang enggan melakukan perdebatan dalam

agama. Oleh karena itu, al-Qur‟an juga telah memberikan

perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat

dengan mereka kecuali dengan cara yang terbaik (Amin, 2009:

100-101).

34
‫َه ظَهَ ُمىا‬ َ ‫ب ِإَّل ِتانه ِحٍ ِه ٍَ أَحْ َس ُه ِإَّل انه ِر‬ ِ ‫َوَّل جُ َجا ِدنُىا أَهْ َم ْان ِكحَا‬
َ ُ ‫وزل إِنَُْىَا َوأ‬
ِ ‫وزل ِإنَ ُْ ُك ْم َو ِإنَهُىَا َو ِإنَهُ ُك ْم َو‬
‫احد‬ َ ُ ‫ِم ْىهُ ْم َوقُىنُىا آ َمىها ِتانه ِرٌ أ‬
‫َووَبْ ُه نَهُ ُم ْسهِ ُمىن‬
Artinya:

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab


(Yahudi dan Nasrani) melainkan dengan cara yang lebih
baik. Kecuali dengan orang-orang zhalim diantara
mereka, dan katakanlah, “kami telah beriman kepada
(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah
satu dan kami hanya kepadaNya berserah diri” (QS. Al-
Ankhabut (29): 46).

e. Konsep Efektivitas Dakwah

Dakwah pada dasarnya berfungsi dan bertujuan

menyempurnakan kehidupan manusia dengan bertolak pada

penyempurnaan akhlak dan budi pekerti yang menjadi hal yang

fundamental. Hal ini memerlukan perjuangan berat karena manusia

adalah makhluk yang sering lupa dan sunyi dari akhlak mulia, baik

disebabkan oleh kebodohannya atau karena ingkar. Karena itu dakwah

bertugas untuk memanggil, memperingatkan, dan menyeru umat

manusia agar kembali kepada fitrahnya (Suparta, 2003: 22-23).

Tugas untuk memanggil, memperingatkan, dan menyeru umat

manusia agar kembali kepada fitrahnya mengisyaratkan suatu aktivitas

mempengaruhi pada proses dakwah. Karena dakwah merupakan suatu

usaha untuk mempengaruhi orang lain agar bersikap dan bertingkah

laku seperti apa yang diinginkan oleh pelaksana dakwah (da‟i).

35
Kemampuan untuk mempengaruhi mad‟u bukanlah perkara yang

mudah karena mad‟u adalah manusia, yakni makhluk yang bukan

hanya memiliki telinga dan mata tetapi makhluk yang berjiwa, yang

bisa merasa, menerima, dan menolak sesuai dengan persepsinya

terhadap dakwah yang diterima. Kehendak manusia untuk menerima

atau menolak suatu ajakan dipengaruhi oleh cara berpikir dan cara

merasanya yang juga berpengaruh pada persepsi dan pengambilan

keputusannya.

Terjadinya hubungan baik antara mad‟u dengan dai

menjadikan mad‟u mulai merasa dekat dan mau terbuka kepada dai

termasuk di antaranya menanyakan hal yang kurang dipahami serta

menyampaikan masalah yang dirasakan menghambat dalam

pengamalan pesan dakwah yang diterimanya.Dengan adanya

penerimaan mad‟u terhadap pelaksanaan dakwah dan keterbukaannya

kepada da‟i menandakan bahwa terjadi perubahan sikap yang nantinya

akan berujung pada perubahan tindakan atau perbuatan mad‟u sesuai

dengan pesan dakwah yang diterimanya Faridah (2014: 63).

2. Pembinaan Mental

Pembinaan berasal dari kata bina yang mendapat awalan pe dan

akhiran an, yang berarti bangun/ bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui atau proses,

perbuatan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya

guna dan bisa memperoleh hasil yang baik. Dengan kata lain pembinaan

36
yaitu suatu proses pembelajaran dengan melepaskan hal-hal yang sudah

dimilikinya, yang bertujuan untuk membantu dan mengembangkan

kecakapan dan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan

dan pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup(Siswanto, 2017: 128

Vol.2).

Sigmund Freud mengungkapkan bahwa dalam diri manusia

terdapat tiga struktur mental yang terdiri dari Id, Ego dan Super Ego.

Aspek Id merupakan unsur-unsur biologis yang berisikan hal-hal yang

dibawa sejak lahir serta merupakan energi psikis yang selalu cenderung

pada perkara kesenangan semata. Ego merupakan aspek psikologi

kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan

secara baik dengan kenyataan, ego juga berfungsi sebagai penekan dan

pengawas. Super Ego merupakan aspek sosiologi yang berisi kaidah moral

dan nilai-nilai sosial yang berfungsi sebagai penentu apakah satuan benar

atau tidak sehingga manusia bertindak sesuai etika yang ada. Oleh sebab

itu, penanaman nilai-nilai positif melalui pembinaan mental spiritual

sangat ditekankan agar manusia bisa memiliki kepribadian yang sesuai

dengan syariat Agama(Daradjat, 1975: 58).

Pembinaan mental merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki

moral/ mental seseorang kearah yang sesuai dengan ajaran agama. Artinya

setelah diadakan pembinaan, orang dengan sendirinya akan menjadikan

agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku, sikap dan gerak-

geriknya dalam hidup. Apabila ajaran agama telah masuk menjadi bagian

37
mentalnya, yang telah terbina, maka dengan sendirinya ia akan menjauhi

segala larangan Tuhan dan mengerjakan segala suruhan Nya (Daradjat,

1975: 59).

Sejak awal-awal abad ke sembilan belas boleh dikatakan oleh

para ahli kedokteran mulai menyadari akan adanya hubungan antara

penyakit dan kondisi psikis manusia. Hubungan timbal balik ini dapat

menyebabkan manusia mengalami gangguan fisik yang disebabkan oleh

gangguan mental (somapsikotis) dan sebaliknya gangguan mental dapat

menyebabkan penyakit fisik (psikosomatik). Dan diantara faktor mental

yang di identifikasi sebagai potensial dapat menimbulkan gejala tersebut

adalah keyakinan agama. Hal ini antara lain disebabkan sebagian besar

dokter fisik melihat penyakit mental (mental illness) sama sekali tidak ada

hubungannya dengan penyembuhan medis, (Mc Guire, 1981:251) serta

berbagai penyembuhan penyakit mental dengan menggunakan pendekatan

agama.

Agama dapat memberi dampak yang cukup berarti dalam

kehidupan manusia, termasuk terhadap kesehatan manusia. menurut Mc

Guire agama sebagai sistem nilai berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat modern dan berperan dalam perubahan sosial. Layaknya

dengan institusi sosial lainnya, agama memiliki peran yang demikian

besarnya terhadap perubahan sosial. Sementara itu, agama juga

menunjukkan kemampuan adaptasi dan vital dalam berbagai segi

kehidupan sosial, hingga perubahan-perubahan dalam struktur sosial dalam

38
skala besar tak jarang berakar dari pemahaman terhadap agama (Mc Guire

1981: 255) (Jalaluddin, 2009: 154-155).

Orang yang tidak merasa tenang, aman dan tentram dalam

hatinya adalah orang yang sakit ruhaninya dan mentalnya tulis H. Carl

Witherington (Buchori, 1982: 5). Para ahli psikiatri mengaku bahwa setiap

manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu yang diperlukan

untuk melangsungkan proses kehidupan secara lancar. Kebutuhan tersebut

bisa berupa kebutuhan jasmani dan rohani maupun sosial. bila kebutuhan

tersebut tidak terpenuhi maka manusia akan berusaha untuk beradaptasi

dengan kenyataan yang di hadapinya. Kemampuan untuk menyesuaikan

diri ini akan mengembalikan kondisi seperti semula hingga proses

kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya.

Dalam konteks ini agama sebagai sebagai terapi kekusutan

mental. Sebab nilai-nilai luhur dapat digunakan untuk penyesuaian dan

pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin. Pendekatan

menggunakan agama dapat dirujuk dalam Al-Qur'an Surat Yunus dan surat

Isra' (Jalaluddin, 2009: 172-173).

ٓ
ِ ‫ََٰأََُّهَا ٱنىهاسُ قَ ْد َجآ َء ْج ُكم هم ْى ِعظَة ِّمه هزتِّ ُك ْم َو ِشفَآء نِّ َما فًِ ٱنصُّ ُد‬
‫وز َوهُدًّي‬
َ ِ‫َو َزحْ َمة نِّهْ ُم ْؤ ِمى‬
‫ُه‬
Artinya:
“Wahai manusia, sesungguhnya sudah datang dari Tuhanmu Al-
Qur'an mengandung sebuah pengajaran, penawar bagi penyakit
batin (jiwa), tuntunan serta Rahmat bagi orang-orang yang
beriman” (Q.S Yunus: 57).

39
َ ِ‫آن َما هُ َى ِشفَاء َو َزحْ َمة نِ ْه ُم ْؤ ِمى‬
‫ُه ۙ َو ََّل ََ ِزَ ُد‬ ِ ْ‫َووُىَ ِّز ُل ِم َه ْانقُس‬
َ ‫انظهانِ ِم‬
‫ُه إِ هَّل َخ َسازًّا‬
Artinya:
“Dan kami turunkan Al-Qur'an yang menjadi penawar dan Rahmat
bagi orang-orang yang beriman”(Q.S Isra': 82).

Maka dari itu agama menjadi pokok utama dalam pembinaan

mental seseorang. Karena, dengan kuatnya iman seseorang tidak akan

membawanya ke dalam sebuah perbuatan yang dapat merugikan dirinya

sendiri. Agama menjadi penawar dari kehidupan yang tidak terarah

menjadi lebih baik dan sesuai yang kita harapkan. Sedangkan dalam

pembinaan mental terhadap narapidana merupakan upaya untuk memberi

efek jera berupa kesadaran hati yang terbuka akan sebuah kebenaran dan

keyakinan bahwa manusia selalu di awasi sang pencipta dalam segala

urusan yang dilakukan.

3. Spiritual

Spiritual adalah sesuatu yang berkaitan erat dalam aspek

spiritualitas pada diri manusia, seperti halnya untuk tetap konsisten dalam

melaksanakan ajaran agama; untuk bertaqwa kepada Allah; mencintai

kebaikan; kebenaran dan keadilan; serta membenci kejahatan; kebatilan

dan kezaliman (Musfir, 2005: 118).

Melihat pada zaman modern ini, manusia semakin lama semakin

tergerus akan nilai spiritualitas hidupnya. Yang demikan itu disebabkan

karena sifat manusia yang agresif terhadap kemajuan modernisme.

40
Kemajuan tersebut hanya bersifat rasionalitas yang diakui mampu

mengantarkan manusia pada berbagai prestasi kehidupan yang belum

pernah dicapai sebelumnya. Manusia yang berfikir modern akan semakin

merasa yakin untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Tuhan. Pada sisi

lain manusia juga mulai menyesalkan hilangnya fungsi dan peranan agama

yang seharusnya bisa membimbing manusia dalam memahami dan

menghayati nilai-nilai luhur pada kehidupan.

Pandangan masyarakat modern yang bertumpu pada prestasi

iptek telah meminggirkan dimensi transendental, salah satu aspek yang

paling fundamental yaitu aspek spiritual. Hal ini menurut Dr. Nurcholish

Madjid akan menjadi suber ancaman lebih lanjut bagi umat manusia.

Karena itu, sumbangan agama Islam yang terpenting dalam hal ini ialah

sitem keimanan berdasarkan tauhid. Tauhid adalah ajara yang menegaskan

bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup manusia, termasuk

peradaban dan ilmu pengetahuannya. Dengan tauhid kaum muslimin

diharapkan mampu menawarkan penyelesaian atas masalah kehampaan

spiritual dan krisis moral serta etika yang menimpa ilmu pengetahuan dan

teknologi modern.

Tawaran ini dirasa penting, sebab sekarang ini semakin terlihat

kecendrungan pada lapisan atau kelompok sosial tertentu ke arah situasi

kehampaan spiritual. Apalagi untuk membina narapidana yang sedang

menjalani masa hukuman didalam rutan merupakan hal yang diutamakan

dengan tujuan agar mereka dapat percaya dan kembali ke jalan yang benar

41
sesuai dengan ajaran Islam. Dengan mengenalkan nilai spiritual yakni

tentang tauhid mampu memberikan penghayatan tentang agama dan

menjadi dasar perjalanan dalam diri manusia sendiri untuk selalu ingat dan

dekat kepada Tuhan (Madjid, 2000: 100-102).

Dengan penjelasan diatas sudah membuktikan bahwa manusia

dalam hidupnya selalu membutuhkan motivasi berupa sesuatu yang dapat

merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kehidupan yang lebih baik

tidak lepas dari adanya pemikiran yang bersih dan suatu keadaan yang

tenang dengan keyakinan yang kuat terhadap ke Esa-an Tuhan. Narapidana

merupakan orang-orang sedang mengalami sebuah kondisi yang tidak

menjadi harapan selama hidupnya. Akan tetapi sebuah kebutuhan yang

mendesak dan gaya hidup modern membuatnya melakukan tanpa harus

memikirkan akibatnya. Dengan memperkuat kepercayaan akan ke Esaan

Tuhan mampu membuka hati dan fikiran sehingga ketika melakukan

sebuah tindakan sesuai dengan yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa

yang menjadi larangan-Nya.

42
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian kualitatif mempergunakan metode argumentasi sebagai

metode utama untuk menarik simpulan penelitian. Metode penelitian

kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Siswanto, 2016:

53).

Bodgan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan pendekatan kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara holistik utuh (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan melakukan penelitian

secara langsung di rutan Kelas IIB Salatiga agar memperoleh datayang

lengkap dan akurat mengenai strategi dakwah dalam pembinaan mental

spiritual. Begitu juga dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dakwah

terhadap perilaku narapidana.

B. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di rutan kelas IIB Salatiga, yang terletak di Jl

Yos Sudarso No. 2 Salatiga.

43
C. Sumber Data dan Jenis Data

Menurut Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis

data dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan

statistik (Basrowi dan Suwandi 2008: 169-172).

Peneliti dalam hal ini membutuhkan data, datayang dijadikan

acuan dalam penelitian diambil dari berbagai sumber, antara lain:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari

sumber-sumber pertama baik dari individu maupun kelompok atau data

yang diberikan secara langsung. Data primer diperoleh peneliti melalui

penelitian lapangan dengan melakukan observasi dan melalui prosedur dan

teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Dengan

menjadikan petugas dan narapidana yang ada dirutan sebagai narasumber

untuk dilakukannya wawancara.

2. Data Sekunder

Data skunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung.

Pada penelitian ini data sekunder diperoleh melalui arsip, foto yang

berkaitan dengan penelitian.

44
E. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah cara yang digunakan untuk mengamati data

secara sistematis dan langsung dari gejala-gejala komunikasi terkait

dengan persoalan sosial, politis, dan kultural masyarakat (Pawito, 2007:

111). Peneliti datang dan hadir secara langsung ke lokasi tetapi tidak ikut

terlibat dalam kegiatan di tempat yang diteliti. Metode ini digunakan

untuk mengetahui gambaran umum tentang strategi dakwah dalam

pembinan mental spiritual dirutan kelas IIB Salatiga.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviwer) sebagai pengaju/ pemberi

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban

atas pertanyaan itu. Maksud diadakan wawancara seperti ditegaskan oleh

Lincho dan Guba (1985: 266) (Basrowi dan Suwandi 2008:127).

Wawancara ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh dan

menggali data secara jelas dan konkret tentang penelitian dengan objek

wawancara yakni kepala lembaga pemasyarakatan, pejabat yang berperan

dalam pembinaan, narapidana, da‟i/da‟iah dan pegawai lembaga

pemasyarakatan yang dianggap mampu memberikan data-data penelitian.

c. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

45
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah bukan

berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi 2008:162).

Dokumentasi yang dilakukan terdiri dari beberapa hal diantaranya

adalah arsip-arsip penting lainnya seperti dokumen-dokumen tentang rutan

dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat di tafsirkan.

Menyusun data berarti menggolongkan dalam pola, thema atau kategori.

Tanpa kategorisasi atau klasifikasi datanakan terjadi chaos. Tafsiran atau

interpretasi artinya memberikan makna kepada anlisis, menjelaskan pola atau

kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Nasution, 2002: 126).

Analisis data kualitatif yang dilakukan oleh peneliti melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh oleh peneliti di rutan kelas IIB, perlu dicatat

secara teliti dan terperinci.Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, serta mencari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberi

gambaran yang jelas.

b. Display Data (Penyajian Data)

Setelah proses reduksi, peneliti menyajikan data tentang rutan

kelas IIB dengan menggunakan tabel. Penyajian digunakan untuk

46
memudahkan memahami hasil penelitian berdasarkan data yang telah di

dapat.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah tahap penyajian data selesai, tahap analisis selanjutnya

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dimana peneliti mencari

makna tentang data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

G. Teknik Validasi Data

Untuk memperoleh keabsahan dan validitas data, peneliti

menggunakan teknik triangulasi pengecekan keabsahan data dengan berbagai

cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi

teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Siswanto, 2016:

178).

Sebagai pembuktian data yang benar–benar valid, maka peneliti

menggunakan cara observasi, wawancara dan dokumentas untuk

mengumpulkan data atau informasi. Kemudian dicek kebenarannya dengan

memperoleh sumber data dari petugas rutan satu ke petugas lain, dan dari

narapidana satu, kedua, ketiga, dst. Hal ini bertujuan untuk memastikan data

yang terkumpul dianggap benar.

47
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Subjek Penelitian

Rumah tahanan negara kelas IIB Salatiga, merupakan bangunan

peninggalan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berdiri pada

tahun 1886.Rutan Salatiga juga sebagai penjara di zaman penjajahan

kolonial, dan baru sekali dilaksanakan renovasi dan penambahan lantai

pada tahun 1995. Bangunan ini berada di Jl. Yos Sudarso No. 2 di tengah

kota Salatiga Jawa Tengah yang berhawa sejuk dan dikenal sebagai kota

pelajar yang memiliki beberapa perguruan tinggi ternama dengan

mahasiswa yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Struktural

bangunan rutan dari luas tanah 2.400m² dan luas bangunan 1.169m²,

yang mana di dalamnya terdapat jumlah blok sebanyak 3 blok (blok

muka, blok belakang, dan blok wanita) (rutansalatiga.blogspot.com, 26

Agustus 2018, pukul 4:04).

a. Visi dan MisiRutan Kelas IIB Salatiga.

1) Visi

Visi yang ingin dicapai adalah memulihkan kesatuan hubungn

hidup, kehidupan dan penghidupan tahanan/ narapidana sebagai

individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan yang Maha

Esa dalam rangka membangun manusia Indonesia yang mandiri.

48
2) Misi

Rumah tahanan negara Salatiga dalam pelaksanaan tugas pokok

dan fungsinya mengemban melaksanakan perawatan tahanan,

pembinaan terhadap narapidana dalam kerangka penegakkan

hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta

pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

b. Sasaran dan Tujuan Rutan Kelas IIB Salatiga

Sabagai lembaga pemasyarakatan, rutan kelas IIB Salatiga

memiliki tujuan dan sasaran dalam menjalankan tugas serta

kegiatan-kegiatan sesuai dengan visi dan misi. Adapun tujuan dan

sasaran rutan Salatiga sebagai berikut:

1) Tujuan

a) Membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya,

menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak

mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali

oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam

pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga

negara yang baik dan bertanggungjawab.

b) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia

tahanan yang ditahan di rutan Salatiga dalam rangka

memperlancar proses penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan.

49
c) Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/ pihak-

pihak yang berperkara serta keselamatan dan keamanan serta

kelancaran dalam proses penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan.

2) Sasaran

Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/ narapidana di rutan

Salatiga adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/

awalnya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi, aspek tersebut

meliputi:

a) Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Kualitas intelektual.

c) Kualitas sikap perilaku.

d) Kualitas profesionalisme/ keterampilan.

c. Landasan Operasional Rutan Kelas IIB Salatiga.

Landasan operasional Rutan Salatiga berpedoman pada

undang-undang yang telah ditetapkan (rutansalatiga.blogspot.com, 26

Agustus 2018, pukul 4:04). Adapun undang-undang ke rutanan

sebagai berikut:

1) Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

2) Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

3) Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(HAM).

50
4) Undang-undang no. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian.

5) Peraturan Pemerintah RI. No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

KUHAP.

6) Peraturan Pemerintah RI. No.31 Tahun 1996 tentang Pembinaan

dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

7) Peraturan Pemerintah RI. No. 32 Tahun1999 tentang Syarat dan

Tata Cara Pelaksaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

8) Peraturan Pemerintah RI. No. 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama

Penyelenggaraan Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan

Pemasyarakatan.

9) Peraturan Pemerintah RI. No. 58 Tahun 1999 tentang Syarat-

syarat dan Tata Cara Pelaksaan, Wewenang, Tugas, dan

Tanggungjawab Perawatan Tahanan.

10) Keputusan Menter Kehakiman RI. No. M.01.KP.09.05 Tahun

1991 tentang Penetapan Uraian Jabatan di lingkungan

Departemen Kehakiman RI.

11) Keputusan Menteri Kehakiman RI. No. M.UM.06.05 Tahun 1996

Tentang Penerbitan Pola Bindalmin Departemen Kehakiman RI.

d. Hak dan Kewajiban Narapidana Rutan Kelas IIB Salatiga.

Yang telah diatur pula dalam UU RI Nomor 12 Tahun 1995

pada BAB III tentang Narapidana, pasal 14 ayat 1:

51
1) Narapidana berhak:

a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

b) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.

c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

e) Menyampaikan keluhan.

f) Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa

lainnya yang tidak dilarang.

g) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2) Pada pasal 15, narapidana wajib:

Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan

kegiatan tertentu.

e. Struktur Organisasi Rutan Kelas IIB Salatiga

Struktur ini Berdasarkan KEP.MEN.KEHAKIMAN RI. NO. M.04-

PR.07.03.TH. 1985 adalah sebagai berikut:

52
Tabel 3.1 Struktur Organisasi

KEPALA RUTAN

HERO
SULISTIYONO,Bc.IP.,SH.,M.Si
NIP. 196901161993031001

PETUGAS TATA
USAHA

SUB SEKSI PELAYANAN


KESATUAN PENGAMANAN SUB SEKSI PENGELOLAAN
TAHANAN
RUTAN
AGUS WIJAYANTO, SH.
K U M R O J I, SH. DWI MURDANTO, SH.
NIP. 197801152000031001
NIP. 196201051985031001
NIP.197209221994031001

Tabel 3.2 Struktur Organisasi


Sub Seksi Pengelolaan Rutan Kelas IIB Salatiga

KA SUB SIE
PENGELOLAAN

AGUS WIJAYANTO,
SH.
NIP.
197801152000031001

PENYUSUN BENDAHARA BENDAHAR PENYUSUN


LAPORAN PENGELUAR A RKAKL/ TU PENGELOLA
KEUANGAN AN PENERIMA BMN
AN DEWI NURYADI
MBANG M U H. KUSUMAWAT NIP.
SUPROBO RONDI TIWIK I, SP
1992062020121
NIP.19670613 NIP. HIDAYATI NIP.
1983073120060 21001
1988031002 1971051519940 NIP.19730925
31001 1993032001 42003

53
f. Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga

Tabel 4.1 Struktur Staff Rutan Kelas IIB Salatiga

JABATAN NAMA
Staff Peltah 1. Dra Palupi
2. Roffi, Sh
3. Ruwiyanto, SH
4. Triyuni
5. Imam B
6. Heru
7. Catur Fitria
Staff Penjagaan 1. Nuryati
2. Suharsono
3. Setiyono
Ka Jaga 1. Ihwan
2. Paryono
3. Tamino
4. Marsono
Waka Jaga 1. Rochman D
2. Joko Mulyono
3. Joko Nursanto
4. Pekih Pranowo
Staff Penjagaan 1. M.Oktavian A
2. Parjono
3. Chandra Widianto
4. Arief Eka Y
5. Mathori
6. Paryono
7. Sugma Marga S
Penjaga Pintu Utama 1. Setiyono
2. Basuki Rahmat
3. Tri Adi Saputro
4. Wasis Ariadi S

2. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil survei peneliti sarana dan prasarana yang

terdapat dirutan kelas IIB Salatiga yaitu klinik sebagai tempat untuk

memberikan pelayanan kesehatan bagi narapidana, dan sebagai penyedia

54
obat-obatan.Kantin untuk menyediakan makanan ringan bagi narapidana

yang ingin ngemil.Dapur menjadi tempat masak bagi narapidana

terutama perempuan dan sebagai tempat untuk menyiapkan kebutuhan

pokok narapidana.Perpustakaan sendiri cukup kecil dan buku yang

tersedia cukup terbatas. Mushola untuk tempat beribadah narapidana

yang muslim, ada juga gereja yang berdampingan dengan mushola untuk

narapidana yang beragama nonmuslim. Ruang aula sebegai tempat kajian

Islam dan kegiatan yang lain. Kamar narapidana sendiri dibagi menjadi

kamar 1-5 untuk narapidana, kamar 8, 9, 12 dan 13 untuk tahanan, dan

yang kamar Blok 6 dan blok 7 untuk kamar wanita, kamar 11 untuk

kamar orientasi bagi tahanan yang baru masuk rutan (wawancara P, 25

Agustus 2018 pukul 11:55). Kapasitas hunian lapas sebagai berikut:

Tabel 5.1 DATA KAPASITAS HUNIAN


LAPAS/RUTAN/CAB.RUTAN

NAMA UPT : RUTAN KELAS IIB SALATIGA


KANTOR : JAWA
WILAYAH TENGAH

LUASAN TIDAK
NAMA KAPASITAS
NO LUAS KAMAR TERMASUK
KAMAR BARU
KAMAR MANDI

1 1 26 22 4 Orang
2 2 12 8 2 Orang
3 3 16 12 2 Orang
4 4 16 12 2 Orang
5 5 24 20 4 Orang
6 6 24 20 4 Orang
7 7 16 12 2 Orang

55
8 8 48 44 8 Orang
9 9 56 52 10 Orang
10 11 16 12 2 Orang
11 12 12 8 2 Orang
12 13 26 22 4 Orang
JUMLAH TOTAL 292 244 46

Berdasarkan hasil observasi bahwa penghuni rutan saat ini

adalah 162 warga binaan. Sedangkan target yang ada adalah 56 warga

binaan jadi secara keseluruhan sudah melebihi target. Dari jumlah

tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 5.2 Penghuni Rutan Kelas IIB Salatiga

Pendidikan P W Jmlh Agama P W Jmlh

SD 41 - 41 Islam 127 15 142

SMP 32 5 37 Kristen 16 2 18

SMA 59 12 71 Katholik 2 1 3

DI - - - Hindu - - -

DII - - - Budha - - -

DIII - - -

S1 7 1 8

Jmlh 142 18 162 145 18 162

56
Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana strategi dakwah

dalam pembinaan mental spiritual di rutan kelas IIB Salatiga.Setelah

melakukan penelitian dengan menggunakan teknik observasi,

wawancara, dan dokumentasi berikut hasil wawancara dan observasi

yang telah didapatkan upaya pembinaan di rutan kelas IIB.Kegiatan yang

di lakukan dalam pembinaan terhadap narapidana menggunakan tiga

metode dakwah.Diantaranya adalah dakwah lisan, dakwah tulisan, dan

dakwah tindakan.Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk memberi

bekal narapidana supaya menjadi orang yang lebih baik lagi.

“Sebuah upaya untuk memasyarakatkan kembali warga


binaan yang sudah terkena masalah hukum dan menjadi
masyarakat yang lebih baik lagi” (wawancara D, 27
Agustus 2018 pukul 10:38).
Kegiatan dakwah lisan berupa ceramah yang di sampaikan oleh

da‟i di depan narapidana yang berkumpul di aula. Narapidana

mendengarkan dengan seksama yang di sampaikan oleh da‟I setelah

semua selesai dilanjutkan tanyajawab antara narapidana dengan

da‟i.Apabila tidak ada pertanyaan maka biasanya narapidana bertanya

dengan individu tidak pada saat ramai.Hal itu dikarenakan lebih menjaga

dan memberi solusi bagi orang yang bertanya.

Kegiatan ngaji juga di lakukan di aula dengan cara membaca secara

bersama-sama dan bergantian memakai pengeras suara yang di sediakan.

Untuk kriteria kelas di bagi menjadi dua, yaitu kelas Iqra‟ dan Al-

Qur‟an.Iqra‟ di pimpin oleh petugas pembinaan rohani sedangkan yang

Al-Qur‟an di pimpin narapidana yang sudah mahir dan fashih dalam

57
membaca bacaannya.Saat kegiatan pembinaan tentang Islam antara laki-

laki dan perempuan berbeda ruang.Untuk perempuan di pimpin oleh

petugas perempuan, metode yang digunakan berupa sharing ngobrol

santai.Untuk tambahan materi juga di bawakan oleh Kementrian Agama

berupa kajian Fiqih wanita.

“Materi khusus wanita ditentukan oleh petugas sendiri,

adapun dari Kementrian Agama seperti Fiqih Wanita

pada hari jum‟at pukul 9-10” (wawancara R.P, 27

Agustus 2018 pukul 08:15).

Pembinaan dakwah tindakan dilakukan dengan cara narapidana

berkumpul di depan kamar dan membaca do‟a sebelum makan.

Kemudian dilanjutkan dengan sholat dhuha berjmaah dan melantunkan

sholawat nariyah. Tidak hanya itu tadarus di lakukan hamper setiap hari,

dengan tujuan agar mereka terbiasa dan mampu mengaplikasikan

kegiatan itu di mana dia berada. Tidak kalah penting sebuah hiburan juga

di berikan untuk memberi energi supaya narapidana tidak merasa jenuh

dan bosan.Seperti senam pagi dan orgen tunggal, yang mana narapidana

bernyanyi bersama dan berjoget bersama.Semua kegiatan yang dilakukan

merupakan upaya membiasakan narapidana hidup teratur dan berfikir

jernih agar tindak kejahatan atau fikiran buruk tidak terulang lagi.

B. Pembahasan

58
1. Upaya Pembinaan Mental Spiritual Narapidana di Rutan Kelas
IIB Salatiga

Sebuah upaya untuk memasyarakatkan kembali warga binaan

yang sudah terkana masalah hukum dan menjadi masyarakat yang

lebih baik lagi.Maksud dan tujuan bukan karena memberi hukuman

seperti orang yang dipenjara, tetapi membuat narapidana bisa diterima

kembali oleh keluarganya dan masyarakatnya.Hal ini merupakan latar

belakang program pembinaan terhadap narapidana di rutan kelas IIB

Salatiga.Pembinaan ini berkaitan dengan masalah ke-agamaan serta

pembinaan jasmani (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).

Keterangan yang lain juga diberikan oleh pejabat rutan

khusus narapidana perempuan Retno Pinidji S. H, latar belakang

pembinan terhadap narapidana di rutan salah satu tujuannya yaitu

narapidana yang bermasalah dibina secara rohani sehingga bisa

kembali menjadi lebih baik dan menyadari kesalahan supaya tidak

mengulanginya kembali. Langkah yang dilakukan yaitu dengan

pendekatan persuasif dari hati-kehati serta mengetahui kondisi

psikologi narapidana khususnya cewek. Cara mengetahui kondisi

narapidana dengan menggali data dari narapidana, kenapa mengalami

kejahatan, dan faktor apa yang menyebabkan tindak kejahatan serta

memberikan solusi(wawancara RP, 27 Agustus 2018 pukul 08:15).

Adapun upaya pembinaan mental narapidana yaitu:

a. Pembinaan Ketrampilan

59
Pembinaan jasmani dilakukan dengan memberikan

ketrampilan yang sederhana untuk narapidana sebagai bekal setelah

keluar dari rutan.Petugas rutan bekerjasama dengan pemerintah

Kota untuk melatih kemampuan narapidana.Pelatihan tersebut

dilakukan dalam hal yang mudah dan tidak memberatkan

narapidana, seperti latihan mengukur dan ketrampilan

lainnya.Dalam hal ini memberi motivasi tersendiri bagi narapidana

agar bisa masuk pabrik dan bekerja sesuai dengan ketrampilan

yang dimiliki (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).

Selain itu ungkapan pejabat rutan kelas IIB Retno Pinidji

S. H, narapidana perempuan juga dibekali sebuah pembinaan

rohani serta jasmani berupa ketrampilan menjahit dan

memasak.Semua bekal yang diberikan di rutan merupakan sebuah

dukungan secara materiil kepada narapidana untuk memulai

kehidupan setelah keluar dari rutan (wawancara RP, 27 Agustus

2018 pukul 08:15).

Salah satunya apabila narapidana hanya berfikir mencari

uang yang besar saja pasti tidak lepas dari namanya hukum

dikarenakan kurangnya kemampuan yang cukup baik.Selain bekal

ketrampilan narapidan juga dibekali dengan pembinaan rohani

yaitu mengaji, pelatihan sholat, BTQ dan pelajaran Tauhid.Dengan

kerjasama dari pihak luar sebagai kontribusi dalam hal pembinaan

dan pelatihan.Seperti kerjasama dengan Agro El-Falah yang

60
memberikan konstribusi pengajaran BTQ, Tauhid, dan pelatihan

sholat (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).

b. Pembinaan Ukhuwah

Berdasarkan hasil observasi di rutan, di waktu padi jam 8

setiap hari narapidana berkumpul di depan ruangan dan membaca

do‟a sebelum makan. Selain itu narapidana setelah kegiatan kajian

Islam saling berjabat tangan dengan ustdaz dan petugas yang

membina.Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mereka memiliki

kepribadian yang baik saat maupun setelah keluar dari rutan.

c. Pembinaan Mental

Pembinaan mental berupa kegiatan yang memberikan stimulus

untuk narapidana agar tidak jenuh dan memiliki keperibadian yang

lebih baik lagi dari sebelumnya. Antara lain jadwal kegiatan yang

di lakukan di rutan:

Tabel 6.1 Jadwal Kegiatan Dakwah

Senin Pendalaman Tafsir


Refresing, Badminton, Solo Orgen, dan
Selasa
Permainan lainnya
Rabu Pengajian Umum
Penerangan Hiv Aids, dari Penyuluh
Kamis
Hukum, Polres, dan Organisasi lainnya
Jum‟at Yasinan, Tahlilan dan BTA
Non Muslim : Kebaktian
Sabtu
Muslim : Majlis Tabligh

2. Bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga

61
Pelaksanaan dakwah berdasarkan hasil observasi dan

wawancara kegiatan dakwah dilakukan dalam tiga bentuk yakni

dakwah lisan (dakwah bi al-lisan), dakwah tulisan (dakwah bi al-

qalam/ bi al-kitabah) dan dakwah tindakan/ keteladanan (dakwah bi

al-hal).Bentuk pelaksanaan dakwah di rutan kelas IIB Salatiga sebagai

berikut:

a. Dakwah Lisan (Dakwah Bi Al- Lisan)

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan kajian

tentang Islam. Metode yang digunakan adalah ceramah yang

dilaksanakan pada hari Senin pendalaman tafsir dan Rabu

pengajian umum.Sebagai Da‟i/ da‟iah yang mengisi ceramah

kegiatan dakwah, rutan bekerjasama dengan instansi dan organisasi

seperti DEPAG, Pondok Pesantren, Argo El-Falah, D9 dan ada

juga dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Salatiga pada

saat bulan puasa selama sebulan penuh (wawancara P, 25 Agustus

2018 pukul 11:55).

Berdasarkan keterangan dari beberapa pejabat di rutan

kelas IIB Salatiga seperti Rofi‟i S. H juga memberikan pembinaan

rohani berupa tahfidzul Qur‟an dan tafsir.Kegiatan ini tidak formal

62
melainkan untuk narapidana yang mau dan yang mengikuti

mencapai 5-10 narapidana.Materi yang di berikan untuk

narapidana dari petugas rutan sendiri. Selain tahfidzul qur‟an juga

diajarkan do‟a-do‟a untuk keluarga (wawancara R, 27 Agustus

2018 pukul 10:40).

Pelaksanaan dakwah khusus wanita yaitu dilakukan

dengan pendekatan persuasif dari hati-kehati serta mengetahui

kondisi psikologi narapidana. Cara yang digunakan untuk

mengetahui kondisi narapidana yaitu dengan menggali data dari

narapidana, kenapa mengalami kejahatan, dan faktor apa yang

menyebabkan tindak kejahatan.Pembinaan rohani ini berjalan

sangat lancar untuk yang perempuan juga petugas bekerjasama

dengan majlis muslimah pada hari jum‟at dan sudah berjalan

sekitar 6 bulan. Materi yang disampaikan berdasarkan pilihan

petugas pribadi adapun materi yang lain sesuai dengan pemateri

yang ada seperti KEMENAG yang memberikan materi berupa

ngaji dan fiqih wanita (wawancara R, 27 Agustus 2018 pukul

08:15).

63
Keterangan dari pejabat Kementrian Agama yang

memberikan ceramah di rutan kelas IIB Salatiga oleh Ustadz

Syakur yang sudah mulai berdakwah di rutan sejak tahun

2016.Waktu pertama dakwah di rutan berasumsi bahwa yang

masuk di rutan adalah orang jelek (kurang baik), tetapi tidak semua

yang di rutan adalah buruk, ada juga yang menjadi korban di

rutan.Karena banyaknya pemikiran penghuni rutan adalah orang

yang buruk maka mereka juga merasa jelek dan kepribadian

mereka ikut merasakannya maka menjadikan mereka sulit di

atur.Maka dari itu sarapan atau motivasi untuk mereka adalah

mengetuk hati dengan bil-al hikmati wal mauidzoti al-khasanati.

Metode yang digunakan da‟i yang lain berbeda-beda.

Tetapi seorang da‟i harus memiliki prinsip, sebaik apapun materi

kalau penyampaiannya monoton maka menjadi biasa.Maka dari itu

perlu adanya pernak pernik dakwah untuk menarik audien.Dalam

berdakwah cobalah mengawali dengan pilihan kata yang memukau

dan memberikan kejutan dalam berdakwah.Selain itu mencari

moment-moment yang sesuai dengan kondisi yang terjadi.Selain

dakwah yang di butuhkan narapidana yaitu aspek jasamani dan

64
rohani, dari aspek jasmani itu membias pada keluarganya, seperti

tanggung jawab jasmani.Dari aspek rohani berupa kepastian

setelah keluar dari rutan dan menghadapi pandangan msyarakat

tetang dirinya. Harapan yang di ungkap:

“Kedepan, pertama narapidana bisa kembali


bertaubat, hidup apa adanya seperti sedia kala, dan
harus menerima keadaanya, selain itu di beri surat
pengantar dari kepolisian yang menunjukan bahwa
dia itu orang baik, supaya masyarakat mau
memahami dan menerima” (wawancara S, 1
September 2018 pukul 09:30).

Beberapa pernyataan yang menggambarkan, bahwa

pembinaan keagamaandalam bentuk dakwah lisan kepada

narapidana sudah berlangsung lama.Pembinaan tersebut dalam

rangka pembinaan pemasyarakatan kepada narapidana yang

diharapkan benar-benar mampu merubah narapidana menjadi sadar

dan kembali ke arah yang lebih baik.Adanya tambahan

pengetahuan dengan keaktifan narapidana mendengarkan ceramah-

ceramah agama adalah salah satu tujuan yang diharapkan seperti

yang di ungkapkan pejabat Rutan:

“Harapan saya walaupun saya memiliki ilmu yang


sedikit semoga dapat bermanfaat pada narapidana
agar tetap menjalankan kegiatan sesuai dengan
ajaran agama dan aturan negara.Dan semoga
masyarakat bisa mengorangkan dan menerima
narapidana dan mau melanjutkan pembinaan
dilingkungan masing-masing.Kepedulian dari semua
pihak terhadap narapidana sangat dibutuhkan di
rutan salatiga sehingga pembinaan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat di implementasikan di

65
masyarakat dan bisa bermanfaat untuk sesama dan
menjadi orang yang lebih baik” (wawancara P, 25
Agustus 2018 pukul 11:55).

Pernyataan ini diperkuat oleh keterangan dari warga

binaan (narapidana) salah satunya yaitu:

“Sebelum di rutan tidak pernah beribadah sekarang


menjadi beribadah, dan sebelumnya belum bisa baca
iqra‟ sekarang sudah khatam iqra‟, karena aktifitas
pembinaan kerohanian menjadi fokus kepada sang
pencipta” (wawancara BAS, 25 Agustus 2018 pukul
11:55).

Dakwah lisan yang diberikan kepada narapidana

menduduki urutan pertama dalam proses pembinaan narapidana.

Dakwah jenis ini memiliki keunggulan karena umpan balik

(respon) dari mad‟u (narapidana) secara langsung dapat dilihat dan

dianalisis terkait dengan efek pembinaan.

2. Dakwah Tulisan (Da‟wah Bi Al-Qalam/ Bi Al-Kitabah)

Kegiatan dakwah dalam bentuk tulisan di rutan kelas IIB

Salatiga dilakukan dengan pengenalan huruf Arab hijaiyah dan

menyambung huruf yang di contohkan oleh para ustadz dengan

tujuan suapaya mereka bisa membaca, menulis, memahami dan

mengamalkan. Kemudian sebagai pelengkap ada buku bacaan

tentang Islam di perpustakaan yang digunakan petugas pembinaan

dalam menyampaikan materi dan bagi narapidana yang ingin

menambah pengetahuan dan wawasan melalui bacaan.Adanya

kemampuan membaca bagi narapidana memungkinkan baginya

66
menambah pengetahuan dan wawasan yang dimilikinya

dariPembinaan keagamaan yang lain berupa pengajaran tadarus al-

Qur‟an yang dilakukan selain hari jum‟at dan sabtu habis sholat

duhur (wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55).

Hal inilah yang menggambarkan adanya dakwah bil

kitabah yakni dakwah melalui media cetak atau melalui tulisan

(dakwah bi al-qalam).Dakwah melalui tulisan lainnya adalah

aturan-aturan yang ditempel di beberapa bagian strategis di lembaga

pemasyarakatan seperti pada pintu atau ruangan yaitu dilarang

merokok, peraturan menonton TV dan tidak boleh membawa hp

bagi narapidana.Bentuk dakwah melalui tulisan merupakan suatu

hal yang sangat penting dan bermanfaat, karena materi dakwah yang

tidak didapatkan melalui dakwah lisan bisa didapatkan melalui

tulisan.Di samping itu, pemantapan terhadap suatu pengetahuan bisa

didapatkan melalui tulisan yang relevan.Dakwah melalui tulisan di

rutan selain sebagai pemantapan terhadap materi dakwah lisan,

bentuk dakwah ini sangat penting dan membantu seperti dalam hal

bacaan shalat, juz 30 dari surah An-Naas sampai surah Ad-Dhuha.

Di samping itu, dakwah melalui tulisan yang berupa bacaan Islami

menjadi sebuah tujuan agar besok kalau narapidana sudah keluar

bisa menjadi imam di keluarganya dalam hal sholat dan mengaji

(wawancara P, 29 Agustus 2018 pukul 11:21).

3. Dakwah Tindakan (Dakwah Bi Al-Khal)

67
Dakwah tindakan banyak dimaknai sebagai bentuk

dakwah dalam bentuk keteladanan.Salah satu bentuk dakwah yang

dinilai paling efektif dan selalu dijadikan poin utama penilaian

dalam pelaksanaan dakwah.Berdasarkan hasil observasi, ditemukan

ada unsur keteladanan yang diterapkan oleh pihak lembaga

pemasyarakatan terutama dari kepala lembaga pemasyarakatan

sebagai orang nomor satu dalam penentu kebijakan di lembaga

pemasyarakatan.Satu hal yang menjadi indikator yaitu pada

kegiatan sholat berjamaah terutama sholat dzuhur.Pada kegiatan

sholat ini seluruh narapidana Muslim diwajibkan hadir, demikian

juga kepada pejabat lembaga pemasyarakatan beserta seluruh

jajarannya.Setelah melakukan sholat dzuhur para narapidana

kembali ke kamar untuk makan siang kemudian di lanjut dengan

tadarus Al-Qur‟an bersama menggunakan pengeras suara

(wawancara P, 29 Agustus 2018 pukul 11:21).

Hal tersebut diperkuat oleh pejabat di rutan yang

mengatakan:

“Untuk narapidana sendiri apabila tidak mengikuti


kegiatan yang ada dapat sanksi serta efeknya pada saat
CB (Cuti Bebas) dan PB (Pelepasan Bersama) di
undur” (wawancara R, 27 Agustus 2018 pukul 08:15).

Keteladanan merupakan suatu bentuk pembinaan yang

efektif karena pada dasarnya manusia membutuhkan setimulus

berupa dorongan yang membuat dirinya menjadi terbiasa

melakukan suatu kegiatan.Seperti perkembangan dari para

68
narapidana dalam menjalankan kegiatan ibadah dalam hal sholat

mengalami peningkatan.Salah satu komentar narapidana tentang

keteladanan yang dilakukan di rutan:

“Kehidupan sebelumnya jarang mengikuti pengajian,


sholat bolong-bolong.Sejak kecil sudah di didik oleh
orang tuanya dalam hal ke agamaan dan sebelumnya
sudah pernah khatam al-qur‟an 2 kali setelah di rutan
menjadi 6 kali khatam.Semua itu karena kesadaran diri
sendiri untuk mengharuskan ikut” (wawancara I, 27
Agustus 2018 pukul 09:42).

Dakwah tindakan lainnya yakni dalam bentuk pembinaan

keterampilan dengan tujuan memberi bekal narapidana agar bisa

diterima kerja sesuai dengan keterampilan yang

dimiliki.Ketrampilan yang diberikan seperti membuat handsock ball

dan bumerang senjata suku Amborigin.Namun pada tahun ini

mengalami ke fakuman di karenakan ada kendala produksi dari

perusahan tersebut. Bekal keterampilan yang lain berupa masak

danmenjahit bagi narapidana perempuan. Kegiatan-kegiatan yang

diberikan kepada warga binaan selain agar merekamaju, juga

salahsatu tujuannya adalah agar mereka tidak tertekan dan jenuh.

3. Faktor Pendukung dan Penghamabat Pelaksanaan Dakwah dalam


Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga

Dakwah yang dilakukan dalam tiga bentuk sebagai upaya

pembinaanspiritual di rutan Kelas IIB Salatiga sejauh ini berjalan

lancar dan cukup efektif. Berdasarkan pemaparan dari salah satu

pejabat rutan Parjono bagian PINPAS (Pembimbingan

69
Pemasyarakatan) selain menjadi petugas juga menjadi ustadz dalam

pembinaan kerohanian mengatakan: kegiatan dakwah berjalan sangat

lancar dari yang laki-laki maupun perempuan. Untuk yang perempuan

juga petugas bekerjasama dengan majlis muslimah pada hari jum‟at

dan sudah berjalan sekitar 6 bulan.Dalam kegiatan dakwah antara laki-

laki dan perempuan adalah di pisah di ruangan masing-masing

(wawancara P, 25 Agustus 2018 pukul 11:55).

Keterangan yang lain juga di jelaskan oleh Retno Pinidji S. H

petugas bagian pendaftaran, dari lembaga apabila melakukan

pembinaan sendiri menjadi kurang maksimal, maka dari itu lembaga

bekerjasama dengan organisasi Islam dalam pembinaan rohani.

Sedangkan materi yang disampaikan berdasarkan pilihan petugas

pribadi adapun materi yang lain sesuai dengan pemateri yang ada

seperti Kementrian Agama yang memberikan materi berupa ngaji dan

fiqih wanita (wawancara, 27 Agustus 2018, pukul 08:15).

Kegiatan dakwah laki-laki yang selama ini dilakukan dan di

perkuat oleh salah satu narapidana yang mengatakan:

“Kegiatan dakwah disini sangat efektif karena bisa


mengajarkan kita tentang keimanan, dan kegiatan ini
harus dilalui oleh anak tahanan terutama tentang
keagamaan, dan selalu bisa memberi motivasi dan
menjadi contoh”(wawancara S, 27 Agustus 2018 pukul
09:45).

70
Narapidana perempuan sendiri juga mengatakan:

“Dari sebelumnya jarang beribadah menjadi lebih


giat dalam hal sholat 5 waktu, dan materi dakwah
semua mudah diterima dan dipahami karena model
yang dilakukan adalah sharing dan tanyajawab”
(wawancara SS, 27 Agustus pukul 09:42).
Senada dengan ungkapan narapidana perempuan yang
lainnya:
“Materi semua mudah dipahami, dan kalau tidak tahu
makabertanya.Untuk perubahan yang di rasakan yaitu
menjadi sering sholat 5 waktu dan di tambah sholat
Sunnah. Untuk membaca alqur‟an sudah khatam 3
kali”(wawancara Y, 28 Agustus 2018 pukul 09:50).
Berhasil atau tidaknya dakwah tidak lepas dari beberapa

faktor pendukung yang mempengaruhinya.Namun juga ditemukan

beberapa penghambat terhadap efektivitas dakwah yang diungkapkan

berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara dengan pihak yang

terkait dengan pembinaan kepada narapidana.

a. Faktor Pendukung Efektivitas Dakwah

Beberapa faktor pendukung efektivitas dakwah dikemukakan

sebagai berikut:

1) Adanya da‟i yang secara resmi mau berkontribusi dalam

pembinaan di rutan.

2) Keikhlasan dari da‟i dalam memberikan pembinaan bagi

narapidana.

3) Ketelatenan da‟i dalam membagi ilmunya tanpa pamrih.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kemampuan da‟i

dalam menyampaikan materi ceramah mampu membuat narapidana

71
menjadi tersentuh dan menangis.Kajian Islam yang disampaikan oleh

salah satu pejabat Kementrian Agama berupa ceramah yang

mengingatkan pada rezeki dari Allah SWT. Salah satu narapidana

mengatakan:

“Setelah mendengarkan tausiyah tadi, saya menjadi


tergugah hatinya, bahwa keajaiban Allah dan cobaan
Allah benar-benar terbukti, saya mendengar Pak kiyai
tadi menyampaikan jangan memikirkan anak istri
dirumah semua sudah dijamin Allah SWT, dari situ saya
ingat sama istri dan cucu saya, jadi saya menangis”
(wawancara CAB, 29 Agustus 2018 pukul 10:30).

Pembinaan yang dilakukan bertujuan untuk membangun

kedisiplinan dan sisi positif pada diri narapidana agar diterima

masyarakat sesuai dengan harapan salah satu kepala lembaga rutan

kelas IIB Salatiga mengutarakan:

“Semoga untuk kedepannya mereka yang keluar dari


rutan bisa kerja dengan baik dan bisa menghidupi
keluarganya, serta diterima di masyarakatnya kembali”
(wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul 10:38).

b. Faktor Penghambat Efektivitas Dakwah

Melakukan pembinaan bukanlah hal yang mudah, berbagai

kendala senantiasa ditemukan kendala-kendala yang dihadapi saat

melakukan dakwah tidak lepas dari yang namanya sarana dan

prasarana.Sarana yang sangat minim sangat berpengaruh terhadap

pelaksanaan pembinan, seperti ruangan yang besar digunakan

untuk melakukan aktifitas dakwah maupun pelatihan

ketrampilan.Sedangkan kapasitas untuk penghuni rutan hanya 56

orang sedang warga binaan yang ada mencapai 160 orang

72
lebih.Fasilitas kamar besar yang dulunya berisi 45 orang di tahun

2018 ini menjadi 45 orang lebih.

Selain sarana dan prasarana, warga binaan pernah mengalami

suatu permasalahan yang membuat dirinya berselisih antara satu

dengan yang lain. Namun disisi lain ada baiknya seperti di dalam

rutan apabila ada sesuatu yang kurang baik maka narapidana cepat

melapor kepada petugas (wawancara D, 21 Agustus 2018 pukul

10:38).

Kendala-kendala tersebut menjadi penghambat efektivitas

pembinaan dalam hal ini efektivitas dakwah.Berbagai hambatan ini

penting untuk diungkapkan sebagai bahan analisis dan menjadi

suatu pertimbangan untukmenentukan langkah pembinaan ke

depannya.Dengan mengetahui dan memahami hambatan dalam

mewujudkan efektivitas dakwah, dakwah yang dilakukan dapat

lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara, faktor

penghambat efektivitas dakwah dari dalam dan luar dapat

diungkapkan sebagai berikut:

1) Faktor penghambat dari dalam rutan:

a) Karena doktrin narapidana adalah orang yang bermasalah jadi

tidak semua mau untuk berkonstribusi dalam membina.

b) Tahanan terkadang sukar untuk di bina, jadi mengajak dengan

setengah paksaan.

73
c) Ruangan kecil, sehingga gereja dan mushola berdampingan.

2) Faktor penghambat dari luar rutan:

a) Kesulitan mencari da‟i yang mau membimbing dengan suka

hati.

b) Dukungan dari luar kurang.

c) Tidak adanya anggaran, maka keikhlasan hati dari petugas

pembinaan untuk menyediakan buku dan bolpoin untuk

BTA narapidana.

d) Karena kurang anggaran jadi butuh pengorbanan dan skill

dan materiilKeikhlasan da‟i yang bertugas.

Melakukan pembinaan sesungguhnya memerlukan

kerjasama dari pihakpembina dan yang dibina.Partisipasi aktif dari

kedua elemen tersebut berdampak pada efektifnya pembinaan.

Keaktifan satu pihak tidak akan berarti tanpa kepedulian dari pihak

lainnya. Karena itu, dalam melakukan pembinaan dibutuhkan

kesadaran diri dari narapidana bahwa pembinaan yang dilakukan

adalah untuk kepentingan mereka tersebut berupa pembinaan

spiritual dan pembinaan kemandirian.Namun, melakukan

pembinaan bukan persoalan mudah karena kurangnya motivasi

narapidana dalam pembinaan yang ibaratnya suatu peluang meraih

keberuntungan.Peluang yang tersedia di sekitar tidak dinikmati,

apabila individu yangbersangkutan tidak termotivasi menangkap

74
peluang tersebut. Seperti yangdisampaikan oleh Parjono yang

menyatakan:

“Keberhasilan pembinaan bukan hanya dari rutan


namun dari masyarakat juga menjadi bagian dari
diterimanya narapidana seusai menetap di rutan.Selain
mendapat pembinaan di rutan juga memberi solusi
terhadap narapidana misalnya yang belum memiliki
ijazah di ikutkan ujian paket agar mendapatkan
ijazah.Dan yang belum memiliki pekerjaan di bekali
dengan pelatihan ketrampilan dan di carikan
perkerjaan sesuai dengan kemampuan
narapidana.Salah satu faktor tersulit yang di hadapi
petugas yakni mengubah pendoktrinan masyarakat
tentang narapidana yang sudah mengalami masa
pembinaan. Setelah kembali kemasyarakat ketia
narapidana mengamalkan ilmu yang di dapat selalu di
nilai negatif dan menjadi bahan perbincangan
bukannya diterima dengan baik”(wawancara, 25
Agustus 2018 pukul 11:55).
Berdasarkan pemaparan di atas dakwah yang di lakukan

menjadi tanggungjawab semua umat Muslim.Lembaga memiliki

kewajiban dalam membimbing sedangkan masyarakat menjadi

mendapa kewajiban menerima dengan fikiran yang positif.Dengan

adanya kesinambungan dalam kegiatan pembinaan tersebut mampu

membuat narapidana menjadi lebih percaya diri dan lebih fokus

dalam perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.

75
BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitianini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga.

Kegiatan dakwah yang digunakan untuk membina narapidana di

rutan meliputi dakwah lisan (dakwah bi al- lisan) merupakan Kegiatan

yang dilakukan denganmemberikan kajian tentang Islam. Metode yang di

gunakan adalah ceramah yang dilaksanakan pada hari senin pendalaman

tafsir dan rabu pengajian umum. Metode ini merupakan strategi yang

paling efektif untuk narapidana, karena mereka setiap hari selalu diketuk

hatinya dan secara tidak langsung memebuat mereka sadar.Dai/ daiah

yang mengisi ceramah kegiatan dakwah di rutan yaitu dengan bekerjasama

dengan instansi dan organisasi seperti KEMENAG, Pondok Pesantren,

Argo El-Falah, D9 dan ada juga dari LDK (lembaga dakwah kampus)

IAIN Salatiga pada saat bulan puasa selama sebulan penuh.

Dakwah tulisan (dakwah bi al-qalam/ bi al-kitabah) Kegiatan

dakwah dalam bentuk tulisan di rutan kelas IIB Salatiga dilakukan dengan

pengenalan huruf arab hijaiyah dan menyambung huruf yang di contohkan

oleh para ustadz dengan tujuan suapaya mereka bisa membaca, menulis,

memahami dan mengamalkan. Dakwah seperti ini merupakan sarana

tambahan bagi narapidana agar bisa membaca tulisan Arab dan

membimbing anak-anaknya sesudah keluar nanti. Adapun dakwah

tindakan (dakwah bi al-hal) banyak dimaknai sebagai bentuk dakwah

76
dalam bentuk keteladanan. Salah satu bentuk dakwah yang dinilai paling

efektif dan selalu dijadikan poin utama penilaian dalam pelaksanaan

dakwah. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan ada unsur keteladanan

yang diterapkan oleh pihak lembaga pemasyarakatan terutama dari kepala

lembaga pemasyarakatan sebagai orang nomor satu dalam penentu

kebijakan di lembaga pemasyarakatan. Satu hal yang menjadi indikator

yaitu pada kegiatan sholat berjamaah terutama sholat dzuhur.Dengan cara

inimampu memberi efek spiritual narapidana yang sering kali

meninggalkan ibadah menjadi lebih tekun beribadah.

2. Upaya dalam Pembinaan Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga.

Narapidana diberi bekal sebuah keterampilan yang bertujuan untuk

menghadapi kehidupan di luar, seperti bekal untuk mencari kerja, bekal

untuk membimbing kembali keluarga, dan yang lebih utama bekal mental

dalam menghadapi tanggapan masyarakat. Pembinaan keteladanan

(ukhuwah) dengan mengumpulkan narapidana di depan kamar untuk

membaca do‟a sebelum makan. Selain do‟a bersama juga dilakukannya

jabat tangan setelah acara kajian Islam selesai.Semua kegiatan yang di

lakukan merupakan sebuah upaya memngembalikan kembali orang yang

mengalami kesalahan menjadi orang yang lebih baik. Selain dari rutan

pihak masyarakat juga sangat dibutuhkan sebagai penerus dalam

pembinaan agar narapidana bisa kembali seperti yang di harapkan.

77
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektifitas Dakwah dalam Pembinaan

Mental Spiritual di Rutan Kelas IIB Salatiga.

Berhasil atau tidaknya dakwah tidak lepas dari beberapa faktor

pendukung yang mempengaruhi. Namun juga ditemukan beberapa faktor

penghambat terhadap efektifitas dakwah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1) Adanya da‟i yang secara resmi mau berkontribusi dalam pembinaan

di rutan

2) Keikhlasan da‟i dalam memberikan pembinaan di rutan

3) Ketelatenan da‟i dalam membagi ilmunya tanpa pamrih

b. Faktor Penghambat

1) Kesulitan mencari da‟i yang suka rela membantu pembinaan

2) Dukungan dari luar kurang

3) Tidak ada anggaran dana dalam pelaksaaan kegiatan dakwah

4) Ruangan kecil

5) Tahanan terkadang sukar diatur dan dibina

B. Saran

Demi mendukung kemajuan dan keberhasilan kegiatan dakwah di rutan kelas

IIB Salatiga, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga

a. Supaya menambah jumlah personil pembinaan agama Islam dalam

kegiatan pembinaan agama agar lebih efektif lagi.

78
b. Adanya surat dari pihak rutan untuk narapidana agar masyarakat tahu

bahwa narapidan yang keluar itu sudah benar-benar baik.

c. Berharap pemerintah pusat menambah fasilitas-fasilitas yang ada di

rutan kelas IIB Salatiga.

d. Berharap adanya kesinambungan antara materi yang di berikan da‟i

dan di teruskan petugas supaya tidak berhenti begitu saja.

2. Bagi Peneliti

a. Diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa informasi baru

terhadap lembaga maupun instansi tertentu sesuai dengan porsi materi

yang ada.

b. Diharapkan dapat menambah subjek dalam penelitian agar data yang di

peroleh lebih luas dan mendapatkan analisis yang lebih baik.

c. Saran dan kritik dari pembaca di harapkan dalam penyempurnaan

penelitian ini supaya kedepannya menjadi lebih baik.

d. Diharapkan mampu memberikan informasi bagi pembaca mengenai

kajian dakwah.

79
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Ari. 2012. Paradigma Baru Dakwah Kampus. Yogyakarta: ADIL


MEDIA
Amin, Samsul Arif. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH

„Aziz, Jum‟ah Amin Abdul. 2008. Fiqih Dakwah.Surakarta: Era Intermedia

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos

Basit, Abdul. 2006. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: PustakaPelajar


Offset
Budihardjo. 2007. Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan. Yogyakarta:
Sumbangsih Press.
Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta:
Bulan Bintang

Faridah. 2014. Strategi Dakwah dalam Pembinaan Spiritual Narapidana Di


Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Sungguminasa Gowa. Tesis
diterbitkan. Makassar: Pasca Sarjana UIN ALAUDDIN

Handayani, Octavia Sri. 2010. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana dalam


Rangka Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (Recidive). Skripsi
diterbitkan. Surakarta: Fakultas Hukum UNS

Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA

Jalaluddin, H. 2009. Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


RemajaRosdakarya

Madjid, Nurcholis. 2000. Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern(Respon dan


Transformasi Nilai-nilai Islam Menuju Masyarakat Madani).Jakarta: PT.
MEDIACITA

Ningsih, Dhita Mitha. 2017. Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara


Kelas IIB Raba Bima Guna Mencegah Pengulangan Tindak Pidana (studi
kasus rumah tahanan negara kelas IIB raba bima. Skripsi diterbitkan.
Makassar: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN ALAUDDIN

Said Az-Zahrani, Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press

80
Siswanto. 2017.Peran Pekerja Sosial Dalam Pembinaan Anak Asuh Melalui Life
Skill di Panti Asuhan Darul Hadlanah Pati.INJECT. Interdisciplinary
Journal Of CommunicationVol.2, No,1 September 2018 Hal 128

Suhandang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA

Suparta, Munzier. 2003. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media


Suwandi, Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Syihata, Abdullah. 1978. Da‟wah Islamiyah. Jakarta: C.V. ROFINDO

Tankard, James dan Werner. 2011. Teori Komunikasi. Jakarta: KENCANA


PRENADA MEDIA GROUP

Yusnidar. 2016. Metode Dakwah Terhadap Narapidana Cabang Rumah Tahanan


Negara Jantho Dilhoknga. Skripsi diterbitkan. Banda Aceh: Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN AR-RANIRY

rutansalatiga.blogspot.com. 26 Agustus 2018. pukul 4:04

81
LAMPIRAN

Gambar1 Gambar2
Wawancaradengannarapidana 1 Wawancaradenganpetugassekaligusda‟i

Gambar 3 Gambar 4
Wawancaradengantitipantahanan Senampaginarapidanadenganpetugas

Gambar 5 Gambar 6

82
Wawancaranarapidana 2 Wawancaranarapidana 3

Gambar 7 Gambar 8
Wawancaranarapidana 4 Wawancaranarapidana 5

Gambar 9 Gambar 10
Wawancaradenganda‟I Kajian Islam

83
Gambar 11
Lemaribukuperpustakaan

84
85
DATA RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)

Nama : Muhamad Rozikin


Tempat / Tgl. Lahir : Semarang, 02 Februari 1996
Alamat :Penggaron Lor, Rt/Rw: 02/02, Kec. Genuk, Kota
Semarang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SMA
Telepon (HP) : 0895343193867
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : rozikinm63@gmail.com
Hobi : Bulu Tangkis

PENDIDIKAN FORMAL
 SD Karang Roto 04 Semarang
 MTs Futuhiyyah Kudu Semarang
 MAN Salatiga
KEMAMPUAN DAN KEAHLIAN
 Mahir menggunakan microsoft word dan excel
 Memasak
 Elektronik

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Hormat saya,

Muhamad Rozikin

86
87
88
89
90
PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

1. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Dakwah di Rutan Kelas IIB Salatiga

a. Kegiatan Dakwah

b. Respon Narapidana Terhadap Dakwah

2. Upaya Pembinaan Spiritual Narapidana di Kelas IIB Salatiga

a. Perencanaan Program Pembinaan

b. Pelaksanaan Program Pembinaan

c. Evaluasi Program Pembinaan

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Efektivitas Dakwah di Rutan Kelas IIB

Salatiga

a. Kompetensi dan kualifikasi pembina

b. Kualifikasi da‟i/da‟iah

c. Partisipasi pihak lembaga dalam pembinaan

d. Kondisi real lembaga pemasyarakatan

e. Da‟i/da‟iah

f. Narapidana (mad‟u)

g. Materi yang disampaikan

h. Metode yang dilakukan

i. Waktu pembinaan

j. Media yang dipergunakan

91
PEDOMAN WAWANCARA

A. Untuk Petugas Lembaga Pemasyarakatan

1. Apa yang melatarbelakangi Bpk/Ibu membuat program pembinaan

spiritual narapidana?

2. Apa yang menjadi target/tujuan Bpk/Ibu dalam melakukan pembinaan?

3. Bagaimana langkah-langkah Bpk/Ibu dalam melakukan pembinaan

kepada narapidana?

4. Bagaimana respon narapidana terhadap kegiatan-kegiatan pembinaan

yang dilakukan terutama terhadap kegiatan-kegiatan keagamaan

(dakwah)?

5. Bagaimana kondisi narapidana sebelum adanya pembinaan?

6. Bagaimana kondisi narapidana setelah mengalami pembinaan?

7. Apa yang menjadi harapan Bpk/Ibu terhadap narapidana setelah

melakukan pembinaan?

8. Apa yang menjadi kendala-kendala menurut Bpk/Ibu dalam melakukan

pembinaan spiritual kepada narapidana?

B. Untuk Da‟i/ Da‟iah

1. Sudah berapa lama Bpk/Ibu melakukan pembinaan kepada narapidana?

2. Apa yang Bpk/Ibu ketahui tentang narapidana/pemahaman Ibu tentang

kondisi narapidana sebelum melakukan pembinaan?

3. Menurut Bpk/Ibu apa sebenarnya yang paling dibutuhkan oleh para

narapidana?

92
4. Apakah materi-materi yang Bpk/Ibu sampaikan sudah ditentukan oleh

pihak lembaga atau ada silabus lain?

5. Langkah-langkah apa yang Ibu lakukan dalam melakukan pembinaan?

6. Menurut Bpk/Ibu apa yang sebaiknya dilakukan dalam melakukan

pembinaan kepada narapidana?

7. Apa yang Bpk/Ibu harapkan dalam melakukan pembinaan kepada

narapidana?

8. Menurut Bpk/Ibu, Bagaimana respon narapidana terhadap dakwah yang

Bpk/Ibu lakukan?

9. Selama melakukan pembinaan apakah Bpk/Ibu melihat terjadi perubahan

pada diri narapidana?

C. Untuk Narapidana (mad‟u)

1. Apa yang saudari pahami tentang Islam selama ini?

2. Apakah sebelum masuk ke LAPASsaudara/saudari pernah menghadiri

majelis taklim?

3. Apa pendapat saudara/saudari pada kegiatan dakwah di lembaga

pemasyarakatan ini?

4. Apa yang saudara/saudari harapkan dari kegiatan dakwah yang sering

dilaksanakan di sini?

5. Apakah saudara/saudari mengalami perubahan pola pikir, sikap, tindakan

sebagai efek dari dakwah yang ibu/saudari terima selama ini?

6. Bagaimana perasaan saudara/saudari sebelum menerima pesan-pesan

dakwah?

93
7. Bagaimana perasaan saudara/saudari setelah menerima pesan-pesan

dakwah?

8. Apa yang memudahkan saudara/saudari memahami dan menjalankan

pesan-pesan dakwah yang saudara/saudari terima?

9. Apa yang menghambat saudara/saudari memahami dan menjalankan

pesan-pesan dakwah tersebut?

94
HASIL WAWANCARA

Narasumber : Petugas 1

Nama : Dwi Murdanto. SH.

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertanyaan Waktu Jawaban

1. Apa yang 25 Untuk memasyarakatkan


melatarbelakangi Bpk/Ibu
Agustus2018 kembali warga binaan yang
membuat program
pukul 11:55 sudah terkena masalah
pembinaan spiritual
narapidana? hukum dan menjadi

masyarakat yang lenih baik

lagi. Dengan makasud bukan

memberi hukuman seperti

orang yang di penjara, tetapi

membuat narapidana bisa di

terima kembali oleh

masyarakatnya.

2. Apa yang menjadi Karena pembinaan


target/tujuan Bpk/Ibu
merupakan sebuah program
dalam melakukan
acara rutan jadi ya pembinaan
pembinaan?
di usahakan dengan

maksimal.

3. Bagaimana langkah- Dengan memberikan

95
langkah Bpk/Ibu dalam pembinaan Rohani berupa
melakukan pembinaan
ngaji, pelatihan sholat, BTQ,
kepada narapidana?
dan pelajaran Tauhid.

Sedangkang jasmani

memberikan ketrampilan

sederhana sebagai bekal

keluar dari rutan.

4. Bagaimana respon Kan mereka dari kasus yang


narapidana terhadap
berbeda-beda jadi mungkin
kegiatan-kegiatan
dari narapidana sendiri
pembinaan yang
dilakukan terutama menyikapinya juga berbeda-
terhadap kegiatan-
beda.
kegiatan keagamaan
(dakwah)?

5. Bagaimana Kondisi yang pertama masuk

kondisinarapidana itu yah kayak gitulah sebagai

sebelum adanya narapidana, namun sekarang

pembinaan? sudah menjadi lebih baik.

6. Bagaimana kondisi Alhamdulillah narapidana di

narapidana setelah sini mengalami peningkatan,

mengalami pembinaan? seperti yang belum bisa

mengaji sekarang sudah bisa,

96
yang belum bisa sholat

diajarkan sholat.

7. Apa yang menjadi Semoga kedepannya mereka

harapan Bpk/Ibu terhadap keluar dari rutan bisa kerja

narapidana setelah dan bisa menghidupi

melakukan pembinaan? keluarganya, serta di terima

di masyarakat kembali.

8. Apa yang menjadi Sarana dan prasarana yang

kendala-kendala menurut sangat minim, sedangkan

Bpk/Ibu dalam melakukan kapasitas penghuni rutan

pembinaan spiritual hanya 56 orang namun warga

kepada narapidana? binaan mencapai 160 lebih

yang dulunya kamar di isi 45

bsekarang menjadi lebih.

Narasumber : Petugas 2

Nama : Retno Pinidji S. H

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertanyaan Waktu Jawaban

1. Apa yang 27 Agustus Latar belakang pembinan


melatarbelakangi Bpk/Ibu
2018 pukul terhdap rutan salah satu
membuat program
08:15 tujuannya yaitu narapidana
pembinaan spiritual

97
narapidana? yang bermasalah di bina

secara rohani sehingga bisa

kembali menjadi lebih baik

dan menyadari kesalahan

supaya tidak mengulangi

kembali..

2. Apa yang menjadi Karena pembinaan


target/tujuan Bpk/Ibu
merupakan sebuah program
dalam melakukan
acara rutan jadi ya pembinaan
pembinaan?
di usahakan dengan

maksimal.

3. Bagaimana langkah- Langkah yang dilakukan


langkah Bpk/Ibu dalam
yaitu dengan pendekatan
melakukan pembinaan
persuasif dari hati-kehati
kepada narapidana?
serta mengetahui kondisi

psikologi narapidana khusus

cewek.

4. Bagaimana respon Ya sangat baik, dan semua


narapidana terhadap
mengikuti acaranya.
kegiatan-kegiatan
pembinaan yang
dilakukan terutama
terhadap kegiatan-
kegiatan keagamaan
(dakwah)?

98
5. Bagaimana kondisi Kondisi narapidana sendiri

narapidana sebelum tidak semuanya menjadi baik

adanya pembinaan? setelah di lakukan pembinan,

bahkan ada yang secara

drastis berubah dan ada yang

masih sama dikarenakan

faktor lingkungan.

6. Bagaimana kondisi Alhamdulillah narapidana

narapidana setelah yang perempuan sudah

mengalami pembinaan? berubah, yang dulu tidak

rajin sekarang menjadi rajin

ibadah.

7. Apa yang menjadi Setelah menjalani pembinaan

harapan Bpk/Ibu terhadap kerohanian narapidana bisa

narapidana setelah kembali ke masyarakat dan di

melakukan pembinaan? terima kembali

8. Apa yang menjadi Tidak ada karena model yang

kendala-kendala menurut saya gunakan adalah sharing.

Bpk/Ibu dalam melakukan

pembinaan spiritual

kepada narapidana?

99
100
Narasumber : Da‟i

Nama : Parjono

Tempat : Rutan

No Pertanyaan Waktu Jawaban

1. Sudah berapa lama Bpk/Ibu 25 Agustus Sudah lama melakukan

melakukan pembinaan kepada 2018 pukul pembinaan di rutan kelas

narapidana? 11:55 IIB Salatiga

2. Apa yang Bpk/ibu ketahui Orang-orang yang telah

tentangnarapidana/pemahaman terkena hukuman dan

Bpk/Ibu tentang kondisi memerlukan sebuah

narapidana sebelum pembinaan suapaya menjadi

melakukan pembinaan? lebih baik dan tidak

mengulangi perbuatan

kejahatan lagi.

3. Menurut Bpk/Ibu apa Pembinaan dan pendidikan

sebenarnya yang paling supaya mereka bisa kembali

dibutuhkan oleh para diterima masyarakat

narapidana?

4. Apakah materi-materi yang Materi dari lembaga tidak

Bpk/Ibu sampaikan sudah menentukan, tetapi materi

ditentukan oleh pihak lembaga sesuai dengan pilihan

101
atau ada silabus lain? pemateri dari luar tapi sesuai

dengan situasi.

5. Langkah-langkah apa yang Dengan di adakannya

Bpk/Ibu lakukan dalam pembinaan rohani berupa

melakukan pembinaan? kajian ke Islaman. Seperti

BTA iqra‟ 1-6, tartil Al-

Qur‟an dan tafsir Al-Qur‟an

pada hari jum‟at jam 8

sampai selesai dan pelajaran

kitab fiqih safinah. Langkah

dalam pelaksanaan

pembinaan Iqra‟ dan Al-

Qur‟an yaitu dengan cara

shorogan maju satu persatu

di hadapan ustadz. Kajian

keislaman dengan cara

ceramah, safinah dengan

cara memberi makna dan

menjelaskan keterangan di

depan narapidana dan

narapidana membawa kitab

sendiri-sendiri.

6. Menurut Bpk/Ibu apa yang Memberi solusi terhadap

102
sebaiknya dilakukan dalam narapidana misalnya yang

melakukan pembinaan kepada belum memiliki ijazah di

narapidana? ikutkan ujian paket agar

mendapatkan ijazah. Dan

yang belum memiliki

pekerjaan di bekali dengan

pelatihan ketrampilan dan di

carikan perkerjaan sesuai

dengan kemampuan

narapidana.

7. Apa yang Bpk/Ibu harapkan Harapan saya walaupun saya

dalam melakukan pembinaan memiliki ilmu yang sedikit

kepada narapidana? semoga dapat bermanfaat

pada narapidana agar tetap

menjalankan kegiatan sesuai

dengan ajaran agama dan

aturan negara. Dan semoga

masyarakat bisa

mengorangkan dan

menerima narapidana dan

mau melanjutkan pembinaan

dilingkungan masing-

masing. Kepedulian dari

103
semua pihak terhadap

narapidana sangat

dibutuhkan di rutan salatiga

sehingga pembinaan bisa

berjalan dengan lancar dan

dapat di implementasikan di

masyarakat dan bisa

bermanfaat untuk sesama

dan menjadi orang yang

lebih baik.

8. Menurut Bpk/Ibu, Bagaimana Sangat baik karena ini

respon narapidana terhadap merupakan sebuah program

dakwah yang Bpk/Ibu di rutan sejak lama, jadi

lakukan? kalau tidak mengikuti maka

akan di tunda CB, PB

narapidana.

9. Selama melakukan pembinaan Ya Alhamdulillah

apakah Bpk/ Ibu melihat mengalami peningkatan

terjadi perubahan pada diri yang duluny belum bisa

narapidana? iqra‟ sekarang menjadi bisa

dan sudah khatam iqra‟.

Narasumber : Da‟i

104
Nama : Ustadz Syakur

Tempat : Rutan

No Pertanyaan Waktu Jawaban

1. Sudah berapa lama Bpk/Ibu 1 september Memulai berdakwah di rutan

melakukan pembinaan 2018 pukul sejak tahun 2016

kepada narapidana? 09. 30

2. Apa yang Bpk/Ibu ketahui Pertama berasumsi yang

tentang masuk di rutan adalah orang

narapidana/pemahaman Ibu jelek, tetapi tidk semua yang

tentang kondisi narapidana di rutan adalah buruk ada

sebelum melakukan juga yang menjadi rutan.

pembinaan? Karena penghuni rutan

merasa jelek dari kepribadian

maka sulit di atur, maka

sarapan untuk mereka adalah

mengetuk hati dengan

bilhikmati wal mauidzoh.

3. Menurut Bpk/Ibu apa Yang di butuhkan narapidana

sebenarnya yang paling yaitu aspek jasamani dan

dibutuhkan oleh para rohani, jasmani itu membias

narapidana? pada keluarganya, sperti

105
tanggung jawab jasmani,

seperti contoh napi dari

kudus yang terkena kasus

sebagai kasus penadah mobil

curian, dan masuk pnjara,

dan lanjut di gugat cerai sang

istri, dan mmbutuhkan

pnjelasan rohani. Maka

dikaitkan dengan materi yang

di sampaikan 5 hal yang

tidak pernah manusia tahu.

Rohani kepastian setelah

keluar dari rutan itu

bagaimna. Ada yang 6 bulan

mau keluar tapi tidak mau

karena sudah nyaman

dirutan. Dan menghadapi

pandangan msyarakat tetang

dirinya. Salah satu yaitu

sudah takdir.

4. Apakah materi-materi yang Materi ada rambu-rambu dari

Bpk/Ibu sampaikan sudah rutan, krn tidak ada materi

ditentukan oleh pihak secara kusus dari lembaga.

106
lembaga atau ada silabus Sebagai bahan materi

lain? dakwah dirutan.

5. Langkah-langkah apa yang Langkah-langkah pertama

Bpk/Ibu lakukan dalam tidak semua bisa masuk di

melakukan pembinaan? rutan dan harus ada izin, dan

haru sada kerja sama, kusus

kepada pendakwah hars

memprsiapkan materi, dari

rutan harus mempersiapkan

tempat. Dan di pantau terus

dan ada kesinambungan

materi dan diteruskan kepada

pihak rutan sendri.

6. Menurut Bpk/Ibu apa yang Dakwah dengan bilhikmah

sebaiknya dilakukan dalam lemah lembut, utuk pemateri.

melakukan pembinaan

kepada narapidana?

7. Apa yang Bpk/Ibu Harapan pertama kembali

harapkan dalam melakukan bertaubat hidup apa adanya

pembinaan kepada seperti sedia kala, dan harus

narapidana? menerima, dan di beri surat

107
pengantar dari kepolisian

yang menunjukan bahwa dia

itu orang baik, supaya

masyarakat mau memahami

dan menerima.

8. Menurut Bpk/Ibu, Responnya sangat bagus dan

Bagaimana respon antusias.

narapidana terhadap

dakwah yang Bpk/Ibu

lakukan?

9. Selama melakukan Dari perubahan narapidana

pembinaan apakah Bpk/ sangat signifikan, yang

Ibu melihat terjadi dulunya sulit di atur dari

perubahan pada diri rutan sekarang mudah di

narapidana? atur, contoh kecih dai

menjalin komunikasi dengan

pihak rutan, dan menanyakan

kehadiran pak kiai. Dari segi

akhlak mental.

Narasumber : Narapidana 1

Nama : Saryono

108
Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertayaan Waktu Jawaban


1. Apa yang saudari pahami 27 Agustus Ya Alhamdulillah paham dan
2018 pukul masih belajar.
tentang Islam selama ini?
09:45
2. Apakah sebelum masuk ke Ya sering waktu kecil kan dari
kampung.
LAPAS

saudara/saudaripernah

menghadiri majelis taklim?

3. Apa pendapat Bagus, Baru belajar dan

saudara/saudaripada keimanan menjadi

kegiatan dakwah di pembanding

lembaga pemasyarakatan

ini?

4. Apa yang Kegiatan harus dilalui


terutama keagamaan harus di
saudara/saudariharapkan
lalui oleh anak tahanan, dan
dari kegiatan dakwah yang
selalu memberi motivasi dan
sering dilaksanakan di sini? memberi contoh

5. Apakah Ya yang penting Iman masih

saudara/saudarimengalami ada di dalam hati

perubahan pola pikir, sikap,

tindakan sebagai efek dari

dakwah yang

109
saudara/saudariterima

selama ini?

6. Bagaimana perasaan Iman masih ada di dalam hati

saudara/saudarisebelum karena sibuk sehingga lupa,

menerima pesan-pesan karena masalah kecil sebagai

dakwah? pelaksana.

7. Bagaimana perasaan Alhamdulillah sudah menjadi


lebih baik.
saudara/saudarisetelah

menerima pesan-pesan

dakwah?

8. Apa yang memudahkan Fifty-fifty ada yang bisa

saudara/saudarimemahami masuk dan sebagian ada yang

dan menjalankan pesan- membingungkan

pesan dakwah

yangsaudara/saudariterima?

9. Apa yang menghambat Fifty-fifty ada yang bisa

saudara/saudari memahami masuk dan sebagian ada yang

dan menjalankan pesan- membingungkan

pesan dakwah tersebut?

110
Narasumber : Narapidana 2

Nama : Yulianti

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertayaan Waktu Jawaban


1. Apa yang 25 Agustus Ya Alhamdulillah paham dan
2018 pukul
saudara/saudaripahami masih belajar.
11.00
tentang Islam selama ini?

2. Apakah sebelum masuk Sebelum masuk ke dalam rutan

ke LAPAS saudari pernah jarang ngaji padahal temennya

menghadiri majelis banyak yang rajin dikarenakan

taklim? faktor dirinsendiri.

3. Apa pendapat Bagus dan untuk agenda senin

saudara/saudaripada kamis tadarus, untuk hari

kegiatan dakwah di jum‟at dari kajian dari luar.

lembaga pemasyarakatan

ini?

4. Apa yang saudara/saudari Bagus lebih di tingktkan dan

harapkan dari kegiatan pengen cepet pulang udah mau

dakwah yang sering mengulangi perbuatan itu dan

dilaksanakan di sini? kapok

5. Apakah Untuk perubahan yang di

111
saudara/saudarimengalami rasakan yaitu menjadi sering

perubahan pola pikir, sholat 5 waktu dan di tambah

sikap, tindakan sebagai sholat sunnah. Untuk membaca

efek dari dakwah yang alqur‟an sudah khatam 3 kali.

saudara/saudariterima

selama ini?

6. Bagaimana perasaan Sebelum menerima pesan

saudara/saudarisebelum dakwah dan karena kondisi

menerima pesan-pesan yang mendesak diri dan tidak

dakwah? bisa berfikir panjang.

7. Bagaimana perasaan Alhamdulillah sudah menjadi

saudara/saudarisetelah lebih baik.

menerima pesan-pesan

dakwah?

8. Apa yang memudahkan Mengenai materi semua mudah

saudara/saudarimemahami di pahami, dan kalau tidak tahu

dan menjalankan pesan- maka akan bertanya.

pesan dakwah yang

ibu/saudari terima?

112
9. Apa yang menghambat Tidak ada karena metode yang

saudara/saudarimemahami digunakan sharing curhat gitu.

dan menjalankan pesan-

pesan dakwah tersebut?

113
Narasumber : Narapidana 3

Nama : Siti Sumiati

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertayaan Waktu Jawaban


1. Apa yang saudara/saudari 27 Agustus Ya Alhamdulillah paham dan

pahami tentang Islam 2018 Pukul masih belajar.

selama ini? 09:42

2. Apakah sebelum masuk Kerja yang cukup sibuk

ke LAPAS saudari pernah sehingga segala bentuk ibadah

menghadiri majelis menjadi terganggu. Seperti

taklim? sholat 5 waktu menjadi bolong-

bolong. Biasanya ga pernah

putus dan bolong karena sibuk

jadi biasa.

3. Apa pendapat Bagus menjadi lebih enjoy

saudara/saudaripada karena bisa curhat.

kegiatan dakwah di

lembaga pemasyarakatan

ini?

4. Apa yang Bagus lebih di tingktkan dan

saudara/saudariharapkan menjadi manusia yang lebih

114
dari kegiatan dakwah baik lagi dan menjadi orang tua

yang sering dilaksanakan yang lebih baik dan tidak

di sini? mengulangi kembali perbuatan

yang sudah dilakukan

5. Apakah Alhamdulillah bisa ibadah

saudara/saudarimengalami dengan rajin

perubahan pola pikir,

sikap, tindakan sebagai

efek dari dakwah yang

saudara/saudariterima

selama ini?

6. Bagaimana perasaan Sebelum menerima pesan

saudara/saudarisebelum dakwah ya biasa seperti

menerima pesan-pesan keseharian saya.

dakwah?

7. Bagaimana perasaan Alhamdulillah sudah menjadi

saudara/saudarisetelah lebih baik.

menerima pesan-pesan

dakwah?

8. Apa yang memudahkan Materi dakwah semua mudah

saudara/saudarimemahami di terima dan di pahami karena

dan menjalankan pesan- model yang dilakukan adalah

pesan dakwah yang sharing dan tanya jawab

115
ibu/saudari terima?

9. Apa yang menghambat Tidak ada karena metode yang

saudara/saudarimemahami digunakan sharing curhat.

dan menjalankan pesan-

pesan dakwah tersebut?

Narasumber : Narapidana 4

Nama : Indra

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertayaan Waktu Jawaban


1. Apa yang saudara/saudari 27 Agustus Ya Alhamdulillah paham dan

pahami tentang Islam 2018 Pukul masih belajar.

selama ini? 09:00 WIB

2. Apakah sebelum masuk Kehidupan sebelumnya jarang

ke LAPAS saudari pernah mengikuti pengajian, sholat

menghadiri majelis bolong-bolong. Sejak kecil

taklim? sudah di didik oleh orang

tuanya dalam hal ke agamaan

dan sebelumnya sudah pernah

116
khatam al-qur‟an 2 kali

3. Apa pendapat Bagus dan perlu ditingkatkan

saudara/saudaripada

kegiatan dakwah di

lembaga pemasyarakatan

ini?

4. Apa yang Bagus lebih di tingktkan dan

saudara/saudariharapkan pengen menjadi lebih baik dan

dari kegiatan dakwah tidak mengulangi kembali

yang sering dilaksanakan perbuatan tersebut

di sini?

5. Apakah setelah di rutan menjadi 6 kali

saudara/saudarimengalami khatam. Semua itu karena

perubahan pola pikir, kesadaran diri sendiri untuk

sikap, tindakan sebagai mengharuskan ikut.

efek dari dakwah

yangsaudara/saudariterima

selama ini?

6. Bagaimana perasaan Sebelum menerima pesan

saudara/saudarisebelum dakwah ya biasa seperti

menerima pesan-pesan keseharian saya.

dakwah?

117
7. Bagaimana perasaan Alhamdulillah sudah menjadi

saudara/saudarisetelah lebih baik.

menerima pesan-pesan

dakwah?

8. Apa yang memudahkan Hal yang membuat dirinya

saudara/saudarimemahami mudah memahami yakni

dan menjalankan pesan- karena rasa ingin tahu tentang

pesan dakwah yang agama tinggi sehingga setiap

saudara/saudariterima? ada kajian islam selalu di catat.

Narasumber : Narapidana 5

Nama : Beni

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertayaan Waktu Jawaban


1. Apa yang saudara/saudari pahami 25 Ya Alhamdulillah paham

tentang Islam selama ini? Agustus dan masih belajar.

2018

Pukul

11:55

WIB

118
2. Apakah sebelum masuk ke Kehidupan sebelumnya

LAPAS saudari pernah jarang mengikuti

menghadiri majelis taklim? pengajian, sholat bolong-

bolong.

3. Apa pendapat Bagus dan perlu

saudara/saudaripada kegiatan ditingkatkan

dakwah di lembaga

pemasyarakatan ini?

4. Apa yang saudara/saudari Bagus lebih di tingktkan

harapkan dari kegiatan dakwah dan bisa cepet pulang,

yang sering dilaksanakan di sini? bisa kumpul kembali

dengan keluarga dan bisa

dapat kerja

5. Apakahsaudara/saudarimengalami Sebelum di rutan tidak

perubahan pola pikir, sikap, pernah beribadah

tindakan sebagai efek dari sekarang menjadi

dakwah yang beribadah, dan

saudara/saudariterima selama ini? sebelumnya belum bisa

baca iqra‟ sekarang

sudah khatam iqra‟,

karena aktifitas

pembinaan kerohanian

119
menjadi fokus kepada

sang pencipta.

6. Bagaimana perasaan Sebelum menerima pesan

saudara/saudarisebelum menerima dakwah ya biasa seperti

pesan-pesan dakwah? keseharian saya.

7. Bagaimana perasaan Alhamdulillah sudah

saudara/saudarisetelah menerima menjadi lebih baik.

pesan-pesan dakwah?

8. Apa yang memudahkan Karena aktifitas

saudara/saudarimemahami dan pembinaan kerohanian

menjalankan pesan-pesan dakwah menjadi fokus kepada

yang ibu/saudari terima? sang pencipta. Kegiatan

dakwah yang dapat

menyentuh hati adalah

ceramah dan khutbah.

Narasumber : Narapidana 6

Nama : Fasya Qulubab

Tempat : Rutan Kelas IIB Salatiga

No Pertayaan Waktu Jawaban


1. Apa yang 27 Agustus Ya Alhamdulillah paham dan

120
saudara/saudaripahami 2018 Pukul masih belajar.

tentang Islam selama ini? 09:45

2. Apakah sebelum masuk Sebelum masuk kerutan tidak

ke LAPAS saudari pernah pernah ibadah sholat bolong,

menghadiri majelis puasa jarang. Pendidikan dari

taklim? orang tua baik tapi nyuruhnya

lewat hp karena sibuk kerja.

3. Apa pendapat Bagus dan perlu ditingkatkan

saudara/saudaripada

kegiatan dakwah di

lembaga pemasyarakatan

ini?

4. Apa yang saudara/saudari Bagus lebih di tingktkan dan

harapkan dari kegiatan menjadi lebih baik dan tidak

dakwah yang sering mengulangi lagi

dilaksanakan di sini?

5. Apakah saudara/saudari Setelah mendapat kajian islam

mengalami perubahan sholat 5 waktu menjadi teratur,

pola pikir, sikap, tindakan baru belajar iqra‟

sebagai efek dari dakwah

yang

saudara/saudariterima

121
selama ini?

6. Bagaimana perasaan Sebelum menerima pesan

saudara/saudarisebelum dakwah ya biasa seperti

menerima pesan-pesan keseharian saya.

dakwah?

7. Bagaimana perasaan Alhamdulillah sudah menjadi

saudara/saudarisetelah lebih baik.

menerima pesan-pesan

dakwah?

8. Apa yang memudahkan Semuanya mudah tapi Hal yang

saudara/saudarimemahami membuat saya sulit yaitu

dan menjalankan pesan- kesulitan menghafal.

pesan dakwah yang .

saudara/saudariterima?

122
123
REDUKSI DATA
No. Rumusan masalah Daftar pertanyaan Jaw

1. Bagaimana bentuk Apa yang melatarbelakangi Untuk memasyarakatkan kem

pelaksanaan dakwah di Bpk/Ibu membuat program terkena masalah hukum dan m


rutan kelas IIB Salatiga? pembinaan spiritual baik lagi. Dengan makasud bu

narapidana? orang yang di penjara, tetapi

terima kembali oleh masyaraka

Bagaimana langkah-langkah Pembinaan Rohani berupa ngaj

Bpk/Ibu dalam melakukan pelajaran Tauhid. Sedangkang j

pembinaan kepada ketrampilan sederhana sebagai

narapidana?

Bagaimana respon narapidana Kan mereka dari kasus yang b

terhadap kegiatan-kegiatan narapidana sendiri menyikapiny

pembinaan yang dilakukan

terutama terhadap kegiatan-

kegiatan keagamaan

(dakwah)?

Bagaimana kondisinarapidana Kondisi yang pertama masuk

sebelum adanya pembinaan? narapidana, namun sekarang su

Bagaimana kondisi Alhamdulillah narapidana di

124
narapidana setelah seperti yang belum bisa meng

mengalami pembinaan? belum bisa sholat diajarkan sho

Upaya pembinan mental Apa yang Bpk/ibu ketahui Orang-orang yang telah terke
2.
spiritual di rutan kelas tentangnarapidana/pemahama sebuah pembinaan suapaya m

IIB Salatiga n Ibu tentang kondisi mengulangi perbuatan kejahata

narapidana sebelum

melakukan pembinaan?

Langkah-langkah apa yang Langkah-lanhkah pertama tidak

Bpk/Ibu lakukan dalam harus ada izin, dan haru sa

melakukan pembinaan? pendakwah hars memprsiapk

mempersiapkan tempat. Dan

kesinambungan materi dan d

sendri (S).

Menurut Bpk/Ibu apa yang Memberi solusi terhadap nar

sebaiknya dilakukan dalam memiliki ijazah di ikutkan u

melakukan pembinaan ijazah. Dan yang belum memi

kepada narapidana? pelatihan ketrampilan dan di ca

kemampuan narapidana (P).

Selama melakukan Dari perubahan narapidana sa

pembinaan apakah Bpk/ Ibu sulit di atur dari rutan sekaran

melihat terjadi perubahan dai menjalin komunikasi denga

125
pada diri narapidana? kehadiran pak kiai. Dari segi ak

3. Faktor pendukung dan Apa Bagus, Baru belajar dan keiman

penghambat efektivitas pendapatsaudara/saudaripada

dakwah di rutan kelas IIB kegiatan dakwah di lembaga

Salatiga. pemasyarakatan ini?

Apa yang Karena aktifitas pembinaan ke

memudahkansaudara/saudari sang pencipta. Kegiatan dakw

memahami dan menjalankan adalah ceramah dan khutbah (B

pesan-pesan dakwah yang

ibu/saudari terima?

Apa yang Fifty-fifty ada yang bisa m

menghambatsaudara/saudari membingungkan (S)

memahami dan menjalankan

pesan-pesan dakwah

tersebut?

126
TRIANGULASI DATA
No Data didapat Narasumber Pengecekan data

1. Kegiatan dakwah Bp. Dwi M Pembinaan rohani berupa ngaji, pelatihan shola

Sedangkang jasmani memberikan ketrampilan

dari rutan.

Ibu. Retno P Langkah yang dilakukan yaitu dengan pendekata

mengetahui kondisi psikologi narapidana khusus

2. Respon Bp. Parjono Sangat baik karena ini merupakan sebuah pro

narapidana kalau tidak mengikuti maka akan di tunda CB, PB

Ust. Syakur Responnya sangat bagus dan antusias.

3. Pelaksanaan program Bp. Parjono Dengan di adakannya pembinaan rohani berupa k

iqra‟ 1-6, tartil Al-Qur‟an dan tafsir Al-Qur‟an

selesai dan pelajaran kitab fiqih safinah. Langkah

Iqra‟ dan Al-Qur‟an yaitu dengan cara shorogan

ustadz. Kajian keislaman dengan cara ceramah

makna dan menjelaskan keterangan di depa

membawa kitab sendiri-sendiri.

4. Materi yang di Ust. Syakur Materi ada rambu-rambu dari rutan, krn tidak

sampaikan lembaga.

5. Metode yang digunakan Dakwah dengan bilhikmah lemah lembut, utuk p

6. Waktu pelaksanaan Bp. Parjono Setiap hari senin-sabtu, pukul 08:00-selesai, sesu

7. Faktor pendukung dan Bp. Parjono Karena kurangnya anggaran sehingga petugas h

127
penghambat berdakwa.

Bp. Dwi M Karena sarana cukup jadi terkadang harus me

kegiatan dakwah.

128

Anda mungkin juga menyukai