Anda di halaman 1dari 54

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350006403

Bimbingan Rohani Islam

Book · October 2020

CITATIONS READS
0 3,949

1 author:

Dika Sahputra
State Islamic University of Sumatera Utara, Medan Indonesia
9 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dika Sahputra on 12 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


0
BUKU AJAR
BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM DI
RUMAH SAKIT

Penanggung Jawab
Dr. Soiman, MA.
Pengarah
Dr. Efi Brata Madya, M.Si.
Ketua Tim
Dr. Abdurrahman, M.Pd
Sekretaris
Dika Sahputra, M.Pd
Anggota
Dr. Syawaluddin Nst, M.Ag.
Elfi Yanti Ritonga, M.A
Muhammad Putra Dinata Saragi, M.Pd
Annisa Arrumaisyah Daulay, M.Pd., Kons.
Isna Asniza Elhaq, M.Kom.I

Design Cover
Suriyanto, S.Sos.I, M.Si

i
ii
PRAKATA

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah swt berkat


Rahmat dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelasikan Buku Ajar
Bimbingan kerohanian Islam di Rumah Sakit. Shalawat dan salam
tidak lupa untuk senantia atas keharibaan Nabi Muhammad saw
yang telah menjadikan keteladan dalam segala aktifitas dan
cerminan bagi umat Islam. Kepada kedua Orang Tua yang telah
mensupport dalam menyelesaikan tulisan ini dan doa-doa yang
senantiasa mengiringi setiap langkah Penulis demi kesuksesan
Putranya, bimbingan dari Pimpinan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang senantiasa untuk membimbing guna
terselesainya Buku Panduan ini.
Bagi Mahasiswa BPI MK. Praktikum Konseling II
merupakan matakuliah yang dipelajari sebagai dasar sebagai calon
konselor islam dalam praktik yang ada diberbagai instansi. Salah
satu bahasan dalam MK ini adalah mengenai Instansi di Rumah
sakit yang berkaitan dengan petugas Bimbingan Rerohanian
(Rohaniawan). Buku ajar ini bertujuan sebagai bekal pemahaman
awal bagi rohaniawan di rumah sakit agar memiliki pengetahuan
memumpuni dalam bidang kerohanian Islam. Diharapkan dengan
adanya buku ajar ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang
Rohaniawan di RS yang anntinya dapat diaplikasikan dalam
praktek di rumah Sakit. Buku ini terdiri dari lima BAB. BAB 1
membahas konsep dasar bimbinga kerohanian, tujuan, dan
landasan dalam bimbingann kerohaian Islam. BAB 2 membahas
Unsur-unsur dalam bimbingan Rohani, BAB 3 membahas Metode

iii
dalam Bimbingan Rohani, BAB 4 Membahas Materi dalam
Bimbingan Rohani, BAB 5 membahas Urgensi Bimbingan Rohani
di Rumah Sakit.
Tentunya dalam penulisan buku ajar ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan tulisan ini. Demikian tulisan ini
dibuat semoga bermanfaat.

Medan, Oktober 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................... ii


Prakata ......................................................................................... iii
Daftar Isi ...................................................................................... v
Kompetensi Pembelajaran .......................................................... vii
BAB I BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM
A. Tujuan pembelajaran ......................................................... 1
B. Definisi Bimbingan Kerohanian Islam ............................. 1
C. Landasan Dalam Bimbingan Kerohanian Islam ............... 4
D. Tujuan Bimbingan Kerohanan Islam ................................ 5
E. Diskusi ............................................................................... 7
BAB II UNSUR-UNSUR BIMBINGAN KEROHANIAN
ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran ......................................................... 8
B. Unsur-unsur Bimbingan Kerohanian Islam ....................... 8
C. Diskusi ............................................................................... 17
BAB III METODE BIMBINGAN KEROHAINA ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran ......................................................... 18
B. Metode Bimbingan Kerohanian Islam ............................... 18
C. Diskusi ............................................................................... 27
BAB IV MATERI BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM
A. Tujuan Pembelajaran ......................................................... 28
B. Materi Bimbingan Kerohanian Islam ................................ 28
C. Diskusi ............................................................................... 34

v
BAB V URGENSI BIMBINGAN KEROHAIAN ISLAM DI
RUMAH SAKIT
A. Tujuan Pembelajaran ......................................................... 36
B. Pentingnya Bimbingan Kerohanian Islam
di Rumah Sakit .................................................................. 36
C. Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit .. 39
D. Diskusi ............................................................................... 42
Daftar Rujukan…………………………....……………………43

vi
KOMPETENSI PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi yang ada dalam buku ajar ini,


mahasiswa diharapkan agar dapat memahami,
mengkomunikasikan, dan menjelaskan mengenai Bimbingan
Kerohaniaan Islam yang ada di Rumah Sakit secara baik dan
benar. Selanjutnya mahasiswa diharapkan mampu untuk belajar
menganalisi melalui studi lapangan guna memperkuat khazanah
kelimuan yang tidak hanya terpokus pada teori namun
berimplemtasi pada pelakasanaan bimbingan kerohanian Islam di
rumah sakit.

vii
Bimbingan

Konsep Dasar Bimbingan


Rohanai ISlam Unssur-unsur Bimbingan

Definisi, Landasan, Objek, Subyek, Pesan


Tujuan

Metode Bimbingan Materi Bimbingan

Lisan, Tulisan, Aqidah, Ibadah (Sholat,


Lukisan, Audio Doa, Zikir) Sabar dan
Visual, Akhlak Ikhlas, Sedekah, dan
Intropeksi Diri

urgensii Bimbingan

Pentingnnya Bimbingan Tata Cara Pelaksanaan


Rohanai Islam

Mahasiswa/I memahami konsep secara


teoritis dan tata cara Pelaksanaan
Bimbingan Kerohanian di Rumah Sakit

viii
BAB I

BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM

A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah mahasiswa diharapkan mampu
memahami, mengkomunikasikan, dan menjelaskan Definisi
Bimbingan kerohaniaan Islam, Landasan dalam Bimbingan
Kerohinan Islam serta Tujuannnya.

B. Definisi Bimbingan Kerohanian Islam


Amin dalam Aditya Kusuma Wardana (2016:25)
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Iggris
“guidance”. Kata ini mengandung makna memberi petunjuk,
cara mengerjakan sesuatu dimana artinya adalah menunjukkan,
memberikan jalan, menuntun orang lain kearah tujuan yang
bermanfaat Selanjutnya menurut Dewa Ketut Sukardi dalam
(Nurul Hidayati, 2014:209) menjelaskan bahwa bimbingan
merupakan proses bantuan yang diberikam kepada seseorang
agar ia mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
diri individu mengenai diri sendiri dan mengatasi persoalan-
persoalan sehingga mampu menentukan jalan hidup dengan
bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.
Sedangkan menurut Prayitno (Riska Ahmad, 2013:24)
mengemukakan Bimbingan itu adalah Proses banyuan yang
diberikan kepada individu baik secara perorangan (individu)
maupun kelompok agar individu tersebut berkembang menjadi
pribadi yang mandiri. Berdasarkan penegertian tersebut maka

1
nilai yang ada pada bimbingan tersebut adalah proses yang
dilakukan oleh seseorang yang ahli/profesional kepada seorang
individu atau kelompok guna menjadi pribadi yang mandiri dan
berkembang kearah yang lebih baik.
Mengenai definisi Bimbingan rohani islam, Arifin dalam
Nurul Hidyati (2014:209) menjelaskan bahwa bimbingan rohani
Islam segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami
kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya, agar orang
tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul pada diri
pribadinya suatu harapan kebahagiaan hidup saat sekrang dan
masa yang akan datang. Selanjutnya Musnamar menjelaskan
bahwa bimbingan rohani Islam merupakan proses pemberi
banttuan spritual terhadap rohani atau jiwa agar mampuhidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt, sehingga
dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat. Para ahli
lain berpendapat seperti Darojat yang mengatakan bahwa
bimbingan rohani juga bisa disebut upaya membentuk mental
higienis pasien dimana dengan keadaan mental yang higienis itu
diharapkan akan membantu proses penyembuhan sakit pada
klien/pasien. Selain daripada itu bimbingan rohani dapat
memberikan ketentraman jiwa dan itu banyak terdapat dalam
ajaran agama, karena agama merupakan kebutuhan psikis
manusia.
Menurut Setiadi (2017:1) Bimbingan rohani adalah
pelayanan yang memberikan santunan rohani kepada pasien
dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah

2
dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan
tuntunan doa, cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainya
yang dilakukan dalam keadaan sakit. Bimbingan rohani Islam di
rumah sakit adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan
perawat rohani Islam kepada pasien yang mengalami masalah
dalam hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi
dan potensi keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara
individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri
dalam beragama dengan bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan
muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat
dalam Alquran dan Hadis. Jadi bimbingan rohani adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada individu berdasarkan ajaran
Islam agar individu mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah swt, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dimaknai
bahwa bimbimbingan kerohanian islam adalah suatu bantuan
yang dilakukan oleh seorang yang ahli dibidang kerohanian
islam yang mampu membantu membangkitkan semangat dan
motivasi spiritual keagamaan pasien guna proses penyembuhan
secara psikis yang berlandaskan pada Alquran dan Hadis
sebagai panduan hidup seorang muslim demi tercapainnya
kebahagian dunia dan akhirat.

3
C. Landasan Bimbingan Rohani Pasien
Bimbingan rohani Pasien dilakukan oleh manusia kepada
manusia sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadis yang
menganjurkan pada manusia agar memberikan bimbingan dan
nasehat kepada orang yang memerlukanya.

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat


yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. (QS Al Imran : 104)
Pemberian bimbingan, secara normatif sangat sejalan
dengan fungsi dari Alquran dan tugas kenabian Nabi
Muhammad saw. Keberadaan Alquran bagi manusia salah satu
fungsinya adalah sebagai al-mau’izah (nasihat) dan asy-syifā
(obat atau penawar), sebagaimana firman Allah:

Artinya :”Hai manusia, sesungguhnya telah datang


kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus:
57).
Demikian landasan bimbingan kerohanian Islam yang
dilakukan oleh seorang pembimbing rohani kepada pasien di
rumah sakit. Alquran merupakan kalam Allah swt yang tiada
lagi diragukan dan banyak yang menggukan ayat al-qur;an
sebgai benuk tererapoi penyembuhan. Hal ini sejlan dengan
pendapat Komarudin, 2008:91) bhawa emberian bimbingan,

4
secara normatif sangat sejalan dengan fungsi dari Alquran dan
tugas kenabian Nabi Muhammad saw. Keberadaan Alquran bagi
manusia salah satu fungsi-Nya adalah sebagai al-mauizah
(nasihat) as-syifa (obat penawar).

D. Tujuan Bimbingan Kerohanian Islam


Menurut Pratiknya dan Sofro (Nurul Hidayati,
2014:211) tujuan bimbingan rohani adalah untuk memberikan
bantuan kepada orang lain berupa nasihat, pendapat, atau
petunjuk agar dirinya mampu menyembuhkan penyakit yang
bersarang di dalam jiwanya. Lebih jelasnya tujuan dari
bimbingan rohani Islam, diantaranya yaitu:
1. Menyadarkan penderita agar individu dapat memahami dan
menerima cobaan yang sedang dideritanya.
2. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan
yang sedang dideritanya.
3. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus
dikerjakan dalam batas kemampuannya.
4. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman
tuntunan Islam, memberikan makan, minum obat dibiasakan
diawali dengan “Bismillahirrahma- nirrahim” dan diakhiri
dengan bacaan “Alhamdulillahirobbilalamin”.
5. Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan
kode etiknya dan tuntunan agama.
Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan penyakit yang dideritannya, namaun tidak

5
semua hal penyembuhan bisa dilakukan secara personal
individu. Ada kalanya individu membutuhkan bantuan orang
lain untuk membatu keluar dari permasalahn yang dihadapi.
Pada saat kondisi yang lemah atau ketidak mampuan disinilah
bahwa kita mmebutuhkan orangn lain yang ahli dibidangnya
dalam membantu individu tersebut. Allah swt. pun
menyarankan agar setiap individu bertanya kepada Ahlinnya,
apabila individu tidak tahu atau tidak memeiliki pengetahuan
yang cukup terhadap suatu permsalahan. Pentingnnya adanya
bimbingan kerohanian ini untuk menumbuhkan kembali
semangat atau motivasi spiritual keagamaan pada diri pasien
sehingga mampu meredam emosi serta dapat menerima kondisi
yang sedang dialami Pasien.
Ibrahim menjelaskan bahwa Bimbingan rohani Islam
juga memiliki tujuan dalam penyembuhan pasien baik dari segi
rohaninya atau memberi motivasi dan semangat kepada pasien,
menyedarkan bahwa sakit yang dideritanya adalah berasal dari
Allah. Selain itu rohaniawan juga dapat mengajak pasien untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam kata lain
berarti Rohaniawan memiliki peran dan tanggung jawab yang
besar dalam membentuk keyakinan serta semangat pasien
untuk sembuh. Sedangkan menurut Ibnu Sina, berdasarkan
pengalaman medisnya bahwa secara fisik orang-orang yang
sedang sakit dapat disembuhkan hanya dengan kemauannya
dan begitu pulalah orang-orang yang sehat dapat menjadi sakit
bila terpengaruh oleh pikirannya. Jadi, pada dasarnya
seseorang yang sedang sakit secara fisik ia pasti membutuhkan

6
motivasi, bimbingan dan sugesti secara mental
Pemberian terapi bimbingan rohani Islan akan
bermanfaat bagi pasien. Dan menjalankannya harun dengan
penuh kesabaran, ketabahan, keikhlasan atas ujian yang Allah
swt berikan sehingga dapat menumbuhkan ketenangan jiwa
bagi diri pasien. Tentunya pemberian bimbingan rohani Islam
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan kondisi psikologis
pasien. Pemberian bimbingan rohani Islam dapat diberikan
dimana-mana, antaranya: panti-panti sosial, pusat rehabilitas,
rumah sakit (Marisah, 2018:184).
Dari pemahaman diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ketika seseorang sedang mendapat ujian berupa penyakit yang
berdampak pada kondisi mental yang menjadi tidak stabil dan
sangat berpengaruh pada kesembuhannya, maka bimbingan
rohani Islam menjadi sangat penting untuk diberikan.

E. Diskusi
1. Apakah yang dimaksud dengan Bimbingan kerohanian
Islam?
2. Jelaskan landasan dalam Alquran dan hadis mengenai
bimbingan kerohaniaan Islam?
3. Apakah tujuan dari bimbingan kerohanian Islam?

7
BAB II

UNSUR-UNSUR BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM

A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah mahasiswa diharapkan
mampu memahami, mengkomunikasikan, dan menjelaskan tentang
unsur-unsur yang ada dalam bimbingan kerohanian Islam.

B. Unsur-unsur Dalam Bimbingan Kerohaian Islam.


Unsur-unsur bimbingan rohani merupakan bagian atau
hal dalam bimbingan rohanai Islam. Nurul Hidayati (2014, 212-
214) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam bimbingan kerohanian
islam adalah:
1. Subyek.
Arifin (Nurul Hidayati, 2014:212) menjelaskan bahwa
Subyek adalah petugas atau orang yang dianggap mampu untuk
memberikan pengarahan, penasehatan, dan bimbingan kepada
pasien yang sedang menderita suatu penyakit. Subjek dalam hal ini
adalah rohaniawan. Rohaniawan hendaklah orang yang memiliki
keahlian professional dalam bidang keagamaan. Selain kemampuan
tersebut, Rohaniawan dituntut untuk mempunyai keahlian lain
guna menunjang kegiatan tersebut Rohaniawan seharusnya dapat
berkomunikasi, bergaul, dan bersilaturrahmi dengan baik.
Mengingat tugas bimbingan rohani tida mudah maka rohaniawan
dituntut untuk memiliki syarat peribadi mental tertentu. Adapun
syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

8
a. Memiliki pengetahuan agama, berakhlak mulia serta aktif
dalam menjalankan ajaran agamanya.
b. Memiliki pribadi dan dedikasi yang tinggi.
c. Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi
dengan baik.
d. Memiliki rasa committed dengan nilai-nilai kemanusiaan.
e. Memiliki keuletan dalam lingkungan intern maupun
ekstern.
f. Memiliki rasa cinta dan etos kerja.
g. Mempunyai kepribadian yang baik.
h. Memiliki rasa sensitif terhadap kepentingan pasien.
i. Memiliki kecekatan berfikir cerdas sehingga mampu
memahami yang dikehendaki pasien.
j. Memiliki personaliti yang sehat dan utuh tidak terpecahkan
jiwanya karena frustasi.
k. Memiliki kematangan jiwa dalam segala perubahan lahiriah
maupun batiniah
Menurut Lahmudin Lubis (2016:110-116) sebagai seorang
konselor muslim maka ada beberapa yang harus dimiliki atau ciri-
ciri, yaitu:
a. Siddiq (berlaku benar dan jujur).
Seorang pembimbing atau Konselor islami haruslah
mempunyai siddiq yaitu cinta kepada kebenaran dan
mengatakan sesuatu itu benar jika sesuatu itu memang
benar, dan sebaliknya menyatakan sesuatu itu salah jika
memang salah menurut Alquran dan Sunnah Rasul. Dalam
memberikan layana konseling islami kepada klien yang

9
bermasalah, setiap konselor Islami harus bersikap jujur dan
bicara dengan sebenarnya,
b. Amanah (dapat dipercaya)
Disebabkan layanan bimbingan dan konseling memerlukan
informasi yang jelas dan harus mengetahui latar belakang
perasalahan yang dihadapi klien, maka sebagai konselor
atau pembimbing Islami harus dapat menjaga amanah
dengan baik. Amanah disini termasuk menjaga rahasia yang
dihadapi klien, karena jika saja klien mengetahui rahasianya
telah diketahui oleh orang lain, maka rasa percaya klien
kepada konselor akan hilang.
c. Tabligh (menyampaikan apa yang layak disampaikan)
Seorang konselor islami harus bersedia menyampaikan apa
yang layak disampaikannya kepada orang lain atau
kliennya. Jika seseorang minta nasihat atau petunjuk
kepadanya, maka ia harus bersedia memberikan nasihat
tersebut.
d. Fatanah (cerdas)
Setiap konselor islami sebaiknya memiliki kemampuan dan
kecerdasan yang memadai, sehingga ia dapat melaksanakan
tugas dengan baik. Fathanah yang dimaksud termasuk
kemampuan menganalisis dari bahasa verbal klien serta
mampu membaca isyarat (nonverbal), inovatif, kreatif,
cepat tanggap terhadap setiap keadaan dan cepat serta tepat
dalam mengambil keputusan.

10
e. Ikhlas
Seorang pembimbing (konselor), terlebih lagi konselor
Islami diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan
penuh keihklasan. Sifat ikhlas akan mudah hadir pada diri
seseorang jika saja dia dapat menyadari bahwa tugas yang
sedang dilaksanakannya adalah bagian dari
tanggungjawabnya sebagai khalifah ditengah-tengah
manusia dan sebagai ‘abdun dihadapan Allah Swt. Sifat
ikhlas yang ditampilkan dan diperlihatkan konselor klien
dalam proses konseling dapat menambah keyakinan klien
kepada konselor, dan jika klien telah percaya kepada
konselor dan dapat melihat keikhlasan dan ketulusan yang
ditunjukkan konselor dalam proses konseling berlangsung,
maka klien akan merasa nyaman pada gilirannya hasil yang
dicapaipun lebih sempurna.
f. Sabar
Setiap konselor Islami harus memiliki sifat sabar. Sifat
sabar dalam konteks ini termasuk tabah, tidak mudah
marah, tidak mudah lari dari masalah walaupun masalah
tersebut relative berat dan sulit. Dengan demikian setiap
konselor di tuntut memiliki sifat lemah lembut serta mau
mendengarkan keluh kesah klien dengan penuh perhatian.
Sifat sabar, tabah dan lemah lembut ini sebaiknya dimiliki
oleh setiap orang yang beriman kepada Allah swt, lebih
khusus lagi bagi konselor Islami, sebab dengan sifat mulia
seperti ini akan memberi kesejukan tersendiri pada pasien.

11
g. Tawadu’
Konselor islami sebaiknya memiliki sifat tawadhu’ atau
rendah hati, dan sebaliknya konselor Islami tidak boleh
memiliki sifat sombong, angkuh dan merasa lebih tinggi
kedudukannya maupun ilmunya dibanding orang lain.
h. Adil
Seorang konselor islami haruslah memiliki sifat adil,
dimana konselor di tuntut untuk dapat berlaku adil pada
semua klien tanpa membedakan kekayaan, kecantikan,
jabatan dan status social klien. Sifat adil ini sangat baik
disifati oleh manusia, terlebih lagi bagi konselor islami.
i. Mampu Mengendalikan Diri
Setiap konselor islami haruslah mampu mengendalikan diri,
dapat menjaga kehormatan pribadinya sebagai seorang
konselor maupun menjaga kehormatan kliennya.
Berdasarkan ciri-ciri kepribadian di atas maka dapat
dipahami sebagai seorang pembimbing rohani islam sbaiknnya
memiliki kepribadian yang mampu memberikan keteladanan yang
baik bagi pasien. Dengan adanya pribadi yang baik maka pasien
akan merasa senang ketika melakukan bimbingan kerohaian. Hal
ini tidak terlepas hanya pada seorang pembimbing rohani saja akan
tetapi sebaiknya sebagai seorang perawat maupun dokter (Petugas
Medis) ketika melakukan memberikan pelayanan kepad seorang
klien/pasien yang sedang sakit.

12
2. Objek.
Objek adalah orang yang menerima bimbingan rohani
tersebut. Dalam hal ini adalah pasien yang menjadi objek
bimbingan. Ketika berkomunikasi dan menyampaikan pesan
kepada pasien, rohaniawan harus mengetahui dengan siapa ia
berdialog. Apakah dengan orang yang sudah lanjut usia, dewasa,
ataupun masih muda. Rohaniawan hendaklah memahami karakter
dan siapa yang akan dibimbing.Menurut Amin (Nurul Hidayati,
2014-213) Rohaniawan ketika menyampaikan nasihat-nasihatnya
perlu mengetahui klasifikasi dan karakter pasiennya, hal ini penting
agar pesan-pesannya bisa diterima baik oleh pasien.
Rohaniawan dalam berinteraksi dengan pasien melalaui
pendekatan persuasif. Mengenai hal ini, ada beberapa istilah-istilah
pesan yang persuasi seperti dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur`an
berikut ini):
a. perkataan yang membekas
Qaulan Balīgā (Perkataan yang membekas pada jiwa).
Ungkapan qaulan balīgā terdapat pada surah an-Nisā ayat 63:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah


mengetahui apa yang di dalam hati mereka, karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka”.
b. Qaulan Layyinan (Perkataan yang lemah lembut)
qaulan layyinan terdapat dalam surah Tāha ayat 44. Secara
harfiah qaulan layyinan berarti komunikasi yang lemah lembut.

13
Artinya:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah- mudahan ia ingat atau takut”.
c. Qaulan Maisura (Perkataan yang ringan).
Istilah qaulan maisura terdapat dalam surat Al-Isra ayat 28.

Artinya:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka katakanlah
kepada mereka ucapan yang pantas”.
d. Qaulan Karīmā (Perkataan yang mulia).
Kalimat qaulan karīmā disebut dalam Al-Qur`an dalam ayat
yang mengajarkan etika pergaulan manusia kepada kedua
orang tuanya yang sudah tua, seperti dalam surat Al-Isra ayat
23.

Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ≪ah≫ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada

14
mereka perkataan yang mulia.”
e. Qaulan Sadida (Perkataan yang Benar).
Qaulan sadida merupakan persyaratan umum suatu pesan
persuasif. Ditujukan kepada siapapun, bimbingan dan nasihat
haruslah dengan perkataan yang benar. Term qaulan sadida
disebut dua kali dalam Al-Quran. Pertama pada surat An-Nisa
ayat 9 dan kedua pada surat Al- Ahzab ayat 70.

Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar,

3. Pesan (maudu’)
Bimbingan rohani Islam adalah isi pesan yang
disampaikan rohaniawan kepada pasien. Dalam hal ini sudah jelas
bahwa yang menjadi materi bimbingan rohani Islam adalah ajaran
Islam itu sendiri. Secara umum materi bimbingan rohani Islam
dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu:
a. Masalah Akidah (Keimanan).
Masalah pokok yang menjadi materi bimbingan rohani Islam

15
adalah akidah Islamiyah. Aspek akidah ini yang akan
membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang
pertama kali dijadikan materi bimbingan rohani Islam adalah
masalah akidah atau keimanan.
b. Masalah Syari’ah.
Materi bimbingan rohani Islam yang bersifat syari’ah ini sangat
luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung
yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai
penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut
dibanggakan. Kelebihan dari materi syari’ah Islam antara lain,
adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain.
Syari’ah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat
muslim dan nonmuslim, bahkan hak seluruh umat manusia.
Dengan adanya materi syari’ah ini, maka tatanan system dunia
akan teratur dan sempurna.
c. Masalah Mu’amalah.
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah
lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak
memerhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek ritual.
Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid,
tempat mengabdi kepada Allah swt. Ibadah dalam mu’amalah di
sini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan
Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt.
d. Masalah Akhlak.
Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik
dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar
umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena, ibadah dalam

16
Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak. Pemakaian akal dan
pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran Islam (Munir dan
Ilaihi, 2006: 24-31)

C. Diskusi
1. Apakah yang dimaksud dengan unsur-unsur dalam
bimbingan kerohaian Islam.
2. Bagaimanakah cara yang harus dilakukan oleh seorang
Rohaniawan agar Pasien senang terhadap pelayanan yang
diberikan.
3. Apa pesan yang disampaikan kepada Pasisen yang sedang
sakit untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa.

17
BAB III
METODE BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM

A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah diharapkan Mahasiswa
mampu memahami, mengkomunikasikan, dan menjelaskan tentang
metode-metode dalam bimbingan kerohainan Islam.

B. Metode Bimbingan Rohani Islam


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Metode itu berasal
dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau
bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode ialah cara untuk mencapai
sesuatu/tujuan. Dalam hal ini metode bimbingan rohani bisa
dimaknai cara untuk menyampaikan bimbingan kerohanian kepada
pasien yang sedang sakit.
H.M. Barrie Islam berpendapat bahwa, ”Disamping pasien
butuh perawatan dan pengobatan medis, seorang pasien juga
membutuhkan santunan rohani, karena betapapun ringan penyakit
yang dideritanya sedikit banyak pasti akan mempengaruhi
rohaninya (Pratiknya dan Sofro dalam Nurul Hidayati, 2014:215).
Selanjutnya adalah berbagai metode dalam bimbingan rohani islam
di Rumah Sakit.

18
Santunan rohani dapat disampaikan dengan berbagai
macam sarana. Hamzah Ya’qub (Nurul Hidayati, 2014:215)
membagi sarana untuk menyampaikan pesan (nasihat dan
bimbingan) menjadi lima golongan besar, yaitu lisan, tulisan,
lukisan, audio visual, dan akhlak.
Pertama, lisan; yang termasuk dalam bentuk ini ialah
khotbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah,
nasihat, pidato, dan sebagainya. Kedua, tulisan; umpamanya buku,
majalah, surat kabar, kuliah tertulis, pamflet, spanduk, dan
sebagainya. Ketiga, lukisan, yakni gambar hasil seni lukis, foto,
dan sebagainya. Keempat, audio visual, yaitu suatu cara
penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan
pendengaran. Bentuk ini bisa berupa televisi, sandiwara, radio, film
dan sebagainya. Kelima, akhlak, yaitu suatu cara yang ditunjukkan
dalam bentuk perbuatan yang nyata, semisal: menziarahi orang
sakit, silaturrahmi, pembangunan masjid, sekolah, poliklinik, dan
sebagainya (Aziz, 2004: 120).
Pratiknya dan Sofro, (Nurul Hidayati: 2014.215)
menjelasakan bahwa metode penyampaian bimbingan rohani dapat
menggunakan sarana-sarana di atas untuk membantu penyembuhan
pasien. Pertama, Lisan. Ini disampaikan dengan cara bertatap
muka. Hal ini dilakukan dengan cara mendatangi pasien satu
persatu ke kamar atau ke ruangan pasien dalam suasana yang tidak
terlalu formal dan penuh keakraban, karena penderita sangat
heterogen. Santunan spiritual dengan cara seperti ini sangat efektif.
Disamping itu pasien yang dilarang berjalan dapat juga didatangi

19
Fatahillah (Nurul Hidayati: 2014.216) mejelaskan bahwa
salah satu yang dapat dilakukan rohaniawan adalah dengan cara
ikut mendoakannya dan juga mengajari doa-doa yang berkaitan
dengan doa kesembuhan. Karena, doa adalah ibadah, ia adalah
senjata penangkal yang sangat ampuh untuk mengatasi berbagai
gejala penyakit kejiwaan yang melanda. Sebagai inti suatu ibadah,
doa memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa. Sebagai
Rohaniawan harus dapat meyakinkan kepada pasien bahwa bila
kita berdoa kepada Allah, Allah akan mengabulkannya. Firman
Allah swt.:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah
dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran” (Q.S. al-Baqarah [2]: 186)

Tatkala seseorang memanjatkan doa, dia akan merasakan


ketenangan jiwa, ketentraman, dan kebahagiaan. Dia juga akan
mengetahui bahwasannya ketika kenikmatan hidup di dunia
terputus baginya, maka kenikmatan akan ia temukan ketika
memanjatkan doa kepada Allah dan menyadarkan segala
permasalahan kepada-Nya. Jika ia mengalami putus harapan
dengan seorang hamba maka ia tidak akan mengalami putus
harapan kepada Allah swt. Yang pada gilirannya kekuatan
spiritualnya akan semakin bertambah dan keimanannya semakin
kuat. Sehingga jiwanya terbebas dari segala penyakit jiwa yang
hendak menyerangnya (Mahmud dan Abdullah, dalam Nurul
Hidayati: 2014.216). Adapun yang perlu menjadi perhatian

20
rohaniawan adalah kemungkinan di antara pasien-pasien yang ada
terdapat pasien yang tidak percaya terhadap doa atau tidak mau
menggunakan doa dengan berbagai alas an apakah secara teologis,
sosiologis atau medis. Hal ini bisa terjadi dari pasien atau keluarga
pasien. Bagi yang tidak mau menggunakan doa sebagai alat
intervensi (proses memengaruhi kondisi batin, mental, dan
kejiwaan) mungkin yang bisa dilakukan adalah dengan hanya
nasihat keagamaan dan komunikasi yang berbobot meski tidak
menyentuh substansi metode bimbingan rohani (Arifin, 2009: 62).
Kedua, Tulisan dan Lukisan. Yang dimaksud melalui
tulisan disini adalah suatu proses bimbingan rohani dengan
menggunakan tulisan dan gambar-gambar yang bernafaskan Islam,
ayat-ayat suci Alquran, ungkapan hadis dan lain-lain yang
bertemakan kesehatan dipajang dalam ruangan-ruangan. Selain itu
juga menerbitkan buku-buku tuntunan agama luntuk orang sakit,
menyelenggarakan perpustakaan yang dilengkapi dengan majalah-
majalah yang bertemakan keislaman (Pratiknya dan Sofro dalam
Nurul Hidayati: 2014.216). Buku merupakan jendela ilmu.
Melalui buku ini informasiinformasi atau nasihat-nasihat dapat
disebarluaskan secara mudah kepada pasien (Amin, 2009: 123).
Mengenai penyampaian bimbingan dan nasihat dengan buku, yang
pernah penulis temui di rumah sakit Islam khususnya, bagi pasien
rawat inap akan diberikan buku tuntunan doa. Demikian juga
dengan lukisan (gambar dan photo), juga akan ditemui lukisan-
lukisan kaligrafi yang di pasang di lorong-lorong rumah sakit dan
kamar-kamar pasien. Hal ini cukup bagus untuk dikembangkan di
setiap rumah sakit. Kelebihan menyampaikan pesan melalui

21
lukisan adalah kesesuainnya dengan perkembangan situasi saat ini
dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tempatnya.
Ketiga, Audio. Salah satu yang bisa digunakan adalah
dengan Tape Recorder/Kaset/meori. Dengan pengeras suara yang
terkoneksi ke setiap kamar pasien radio dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan spiritual kepada pasien. Sumber
siarannya disentralisir dengan materi antara lain; pelantunan ayat-
ayat suci al-Qur`an dan terjemahnya,
pengumandangan azan di setiap waktu salat tiba, musik dan lagi-
lagu yang bernafaskan Islam serta uraian singkat tentang Islam.
Kelebihan-kelebihan medium ini sebagai sarana penyampai
nasihat diantaranya:
a. Bersifat langsung. Untuk menyampaikan bimbingan dan
nasihat melalui radio, tidak harus melalui proses yang
kompleks. Dengan hanya mempersiapkan poin-poin materi
bimbingan yang akan disampaikan, rohaniawan dapat
secara langsung menyampaikan nasihat di depan mikrofon.
b. Mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini adalah
disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur
yang ada padanya, yakni musik, kata-kata, dan efek suara.
c. Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis. Beberapa
Negara Asia tingkat kemampuan baca dan tulis populasinya
lebih dari 60%. Jutaan orang tersebut tidak disentuh dengan
media massa lain kecuali bahasa radio dalam bahasa
mereka (Aziz, 2004: 151-152). Di antara pasien yang ada
kemungkinan ada yang tidak bisa baca tulis, melalui radio

22
inilah pasien dapat mendengarkan nasihat-nasihat
keagamaan yang disampaikan oleh rohaniawan.
d. Akhlak. Akhlak yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati serta
didengarkan oleh pasien (Aziz, 2004: 120). Disinilah
keteladanan menjadi hal yang urgen yang harus
diperhatikan oleh rohaniawan, hal ini tercermin dalam
perilakunya sehari-hari. Rohaniawan hendaknya memiliki
cara untuk menaklukkan hati seseorang, sehingga dapat
menguasai hati dan jiwa pasiennya. Berikut ini hal-hal yang
dapat dijadikan untuk memikat hati dan jiwa pasien kita,
diantaranya (al-‘Allaf, dalam Nurul Hidayati, 2014: 218)
1) Mulai dengan Senyuman. Orang-orang mengatakan
bahwa sarana pertama ini seperti garam dalam
makanan. Ia adalah anak panah tercepat yang dapat
menguasai dan merajai hati. Ia juga merupakan ibadah
dan sedekah.
“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah”
(H.R. Ibnu Hibban).
Karena itu, para rohaniawan ketika akan menyampaikan
nasihatnasihatnya hendaklah dimulai dengan senyuman,
setelah pasien kita sudah terpikat dengan kita barulah
menyampaikan nasihat yang sudah direncanakan.
2) Mulai dengan Salam. Ini adalah anak panah yang dapat
menghujam ke dalam hati dan menundukkan mangsa di
tangan Anda. Sebaik-baik bidikan degan wajah yang
teduh dan penuh keceriaan, kehangatan perjumpaan dan

23
genggaman erat saat bersalaman. Maka yang paling
utama adalah memulai salam. Umar an-Nadi berkata:
“Aku keluar bersama Ibnu Umar dan tak seorangpun
yang dijumpainya di jalan, baik anak-anak maupun
orang tua, melainkan dia memberi salam untuk
mereka.”
3) Memperindah Penampilan. Maksudnya adalah
berpenampilan rapi dan memakai wewangian.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah indah dan mencintai keindahan”
(HR.Muslim).
Dengan perilaku-perilaku santun di atas yang
ditampilkan oleh rohaniawan kepada pasiennya,
diharapkan akan menggugah dan memengaruhi
kejiwaan pasien sehingga jiwa menjadi tenang dan akan
mempercepat kesembuhannya.
Dalam bimbingan dan konseling Islam terdapat
beberapa metode dan teknik yang dapat dikembangkan,
yaitu: (1) Irsyãd Nafsiyah, (2) Irsyãd Fardiyah, (3)Irsyãd
Fiah Qalĩlah. Adapun teknik-teknik yang dapat
dikembangkan adalah:
1. Bimbingan Tadzkirah dan Ibadah. Bimbingan Tadzkirah
yakni proses pemberian bantuan oleh konselor muslim
terhadap konseli dalam suasana terapeutik islami dengan
fokus memenuhi kebutuhan spiritual konseli melalui
tadzkirah sehingga kebutuhan spiritual tersebut terpenuhi.
Bimbingan ini diberikan dalam bentuk ceramah singkat

24
antara 5-15 menit yang berisi berbagai nasihat,
pencerahan, dorongan dan motivasi keagamaan minimal
diberikan tiga kali dalam seminggu yaitu diawal, tengah
dan akhir minggu. Ceramah ini diberikan kepada pasien di
tiap ruangan, jika kebetulan jumlah pasien banyak,
biasanya disampaikan melalui media audio yang terdapat
di ruangan, sedangkan jika jumlah pasien sedikit biasanya
disampaikan secara berkelompok tanpa media audio.
Setelah bimbingan tadzkirah ini selesai kemudian
dilanjutkan dengan visiting kepada setiap pasien, dalam
visiting ini dilakukan ucapan pembuka, menanyakan
keadaan dan kondisi pasien, dialog, tanya jawab,
mendoakan pasien, penguatan kepada pasien dan keluarga
pasien jika kebetulan ada. Makna yang terkandung dalam
bimbingan ini adalah memberikan peringatan dan nasehat
kepada pasien agar memiliki kesadaran spiritual untuk
menerima keadaan, memiliki semangat untuk
kesembuhan, dan bersedia kerjasama dalam proses
penyembuhan. Selain itu makna tadzkirah juga
memberikan peringatan agar pasien memiliki kesadaran
untuk memaksimalkan ikhtiar melalui doa’, menjaga
ibadah selama sakit, dan lebih dekat kepada Allah swt.
Bimbingan ibadah adalah proses pemberian bantuan
oleh konselor muslim terhadap konseli dalam suasana
terapeutik islami dengan fokus memenuhi kebutuhan
spiritual konseli melalui bimbingan thaharah (istinja,
wudlu, atau tayamum) dan ibadah (shalat) sehingga

25
kebutuhan spiritual tersebut terpenuhi. Kegiatan ini
dilakukan pertama, setelah pasien selesai diberikan
pelayanan dasar keperawatan umum kemudian pasien
telah diidentifikasi dan di sisi data spiritualnya. Tahap
berikutnya dilakukan menjelang waktu shalat tiba
terutama shalat Zuhur, konselor mulai mengingatkan
pasien bahwa waktu shalat segera tiba dan pasien
dipersilahkan melakukan berbagai persiapan. Bagi pasien
yang membutuhkan istinja, maka layanan bimbingan di
mulai dengan proses istinja baru kemudian dilanjutkan
dengan wudlu atau tayamum sesuai dengan kemampuan
pasien (Isep Zainal Arifin, 2012: 186-187).
2. konsultasi dan konseling keagamaan,
3. pembinaan ruhani untuk dokter, keluarga dan karyawan
rumah sakit.
Kesemuanya metode dan teknik bimbingan dan
konseling ini disampaikan dalam bentuk brief focused
counseling. Robert Bor tidak menyebutnya sebagai teknik
khusus, ia lebih menyebut sebagai skill (keahlian) bagi
konselor, akan tetapi prinsip-prinsip dari brief focused
counseling dapat memberi arahan untuk teknik-teknik
intervensi dalam konseling di rumah sakit. Brief focused
counseling adalah konseling di rumah sakit yang dilaksanakan
oleh konselor secara singkat, efektif, dan tepat sasaran karena
beberapa pertimbangan yaitu: (1) dilaksanakan dalam seting
medis yang sibuk dan terbatas waktu, (2) karena adanya
tekanan dan keterbatasan waktu, (3) karena banyak perubahan

26
yang terjadi pada diri pasien sehubungan penyakit yang
diderita, (4) dituntut focus kepada masalah psikologis utama
yang dialami pasien (Robert Bor dalam Isep zainal Arifin
(2012:180).
Metode dalam bimbingan kerohanian islam merupaka
cara yang harus dipahami untuk kalangan rohaniawan ataupun
akademisi sebagai regerasi dibidang rohaniawan di rumah
sakit. Melihat berbagai macam metode yang ada, maka dapat
memberi pemahaman yang berorientasi pada cara
penyembuhan dalam pelaksanaan bimbingan rohani. Selain itu
juga, tentunya menjadikan bahan rujukan dalam melakukan
praktik baik dari teknis dan sarana yang mendukung dalam
pelaksanaan bimbingan kerohanian islam.

C. Diskusi
1. Apakah yang dimaksud dengan metode.
2. Mengapa metode dalam bimbingan kerohanian dirasakan
sangat penting diketahui dalam pelaksanaannya
3. Ibadah yang bagaimana yang dimaksud dalam metode
bimbingan kerohanian islam.
4. Bagaiamana pelaksanaan bimbingan Tadzkiroh dalm
bimbingan kerohanian ini.

27
BAB IV
MATERI BIMBINGAN KEROHANIAN ISLAM

A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah mahasiswa diharapkan
mampu memahami, mengkomunikasikan, dan menjelaskan
mengenai materi-materi dalam Bimbingan Kerohaiaan Islam.

B. Materi Bimbingan Rohani Islam


Materi dalam bimbingan rohani islam yaitu pokok bahasan
atau pesan yang disampaikan kepada pasien dalam rangka
pemulihan rohani dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama
Islam. Sam’an mengatakan bahwa materi yang disampaikan dalam
bimbingan rohani pada pasien di Rumah Sakit adalah cara-cara
beribadah ketika pasien sakit seperti berwudhu, tayammum dan
sholat. Pada saat pasien sakit, pasien terkadang ada pasien yang
tidak mengetahui cara-cara ibadah, dan lupa untuk beribadah,
bahkan takut untuk sholat dikarenakan merasa pada diri ada yang
kotor atau najis. Pada saat tertentu maka perlu adanya penjelasan
kepada pasien bahwaorang sakit jika hendak beribadah dan ingin
mengambil air wudhu, apabila tidak bisa terkena air maka bisa di
ganti dengan bertayammum. Menyapu muka dengan debu yang
menempel pada dinding, atau tempat lain (Marisah, 2018: 190).
Ada hal yang harus diperhatikan dalam hal ini yaitu
keluarga, perawat medis, dan yang lain juga memiliki tangggung
jawab untuk mengingatkan pasien untuk beribadah. Dengan cara
mengingatkan, serta mengajak kemudian membimbingnya supaya

28
ibadahnya tetap terlaksana. Proses penyembuhan rohani dan
spiritual lainnya yaitu dengan memberikan kasih sayang, dan
dengan tetap selalu menjaga ibadahnya serta membimbingnya
baik dalam berdoa maupun berdzikir yang dapat membantu proses
penyembuhan pasien.
Selain mengenai ibadah, materi yang bisa disampaikan adalah
mengenai memberi nasihat dan motivasi kepada keluarga pasien apabila
pasien dalam ketidaksadaran dan apabila petugas rohaniawan tidak ada
ditempat. Pada saat memberikan nasehat kepada keluarga pasien
sebaiknya agar tidak menggurui, karena dikhawatirkan jika
terdapat pihak keluarga yang kurang menerima nasihat yang
diberikan. Jadi, sebagai seorang rohaniawan hanya sebatas
memberikan bimbingan bukan menggurui.
Pada dasarnya, rohaniawan dalam memberikan materi
kepada setiap pasien tidak sama, hal ini perlu diingat bahnwa
penyampaiannya harus sesuai dengan kondisi dan pengetahuan
pasien. Materi yang diberikan tetap sesuai dengan ajaran Islam, dan
pola hidup sehat. Penyampaian materi berlangsung saat
rohaniawan masuk ke kamar-kamar pasien untuk memberikan
bimbingan rohani Islam dengan durasi kurang lebih 10-15 menit.
Materi yang di sampaikan ketika bimbingan rohani adalah:
a. Aqidah. Materi aqidah ini diberikan kepada pasien dengan
bertujuan untuk selalu menyadarkan pasien agar tidak terus-
menerus untuk mengeluh, dan selalu mengingat Allah swt,
bahwa sesungguhnya apapun penyakit yang dikirim Allah
maka Allah pulalah yang dapat menyembuhkannya. Seorang
Dokter, tabib, serta obat-obat yang dikonsumsi hanya

29
sebagai perantara dalam penyembuhan penyakit yang
dideritanya. Dan pasien juga dilarang keras untuk melakukan
perobatan kepada dukun dan sejenisnya hingga melanggar
syariat Islam.
a. Ibadah. Sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk
selalu beribadah kepada Allah dalam keadaan apapun dan
selalu memohon perlindungan kepada Allah swt.
Memberikan materi ibadah dalam bimbingan rohani Islam
sangat diperlukan. Materi yang diberikan dapat berupa
Shalat, Doa, Dzikir, Sabar, serta Ikhlas, Sedekah,
mengintropeksi diri dan tetap selalu memaafkan kesalahan
orang lain. (Marisah, 2018:190).
1) Shalat
Islam itu Indah dan Allah swt tidak pernah mempersulit
hambanya, untuk beribadah kepadaNya, hal ini tertuang dalam
surah Al-Baqarah 185:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir
(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur (Q.S. Al- Baqarah: 185).
Dari potongan ayat tersebut bahwasanya Allah memberikan
keringan kepada hambanya dalam beribadah, contoh ketika sakit

30
tidak bisa terkena air, Allah swt mudahkan dengan
bertayammum, tidak dapat shalat dalam keadaan berdiri maka
secara duduk, telentang dan bahkan dengan isyaratpun Allah
izinkan, dan itulah bukti bahwa Allah swt memberikan keringan
melalui Ibadah.
2) Doa dan Zikir
Doa adalah satu obat untuk orang yang sedang sakit. Sering
sekali kita jumpai orang yang sedang sakit terus berkeluh-kesah
bahkan merintih atas penyakit yang dideritanya sampai
mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya untuk
diucapkan. Rasulullah selalu mengajarkan bahwa masih banyak
yang dapat kita lakukan ketika sedang sakit, seperti selalu
berdoa dan berdzikir memohon kesembuhan penyakit yang
dideritanya, bukan malah berkeluh-kesah dan berputus asa.
Dalam hal ini doa dan zikir adalah salah satu cara
penyembuhan penyakit yang di derita pasien, dan dengan
bimbingan rohani Islam berupa doa dan zikir ini termasuk salah satu
materi yang di gunakan dalam pelaksanaan bimbingan
kerohanian. Bacaan- bacaan zikir yang di anjurkan untuk
dilafalkan berulang-ulang adalah sebagai berikut: (a) Maha Suci
Allah, (b) Allah Maha Besar, (c) Tiada Tuhan selain Allah, (d)
Aku mohon ampun kepada Allah.
Doa dan dzikirnya orang yang sedang sakit adalah tanda
bukti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt. Bahwa
yang dapat menyembuhkan segala penyakit hanya Allah semata.
Oleh karena itu pasein hendaknya tetap selalu yakin akan doa
yang dipanjatkan Insy’allah akan terkabul jika berdoa dengan

31
setulus hati dan penuh rasa ikhlas. Karena dalam hati yang
penuh dengan keikhlasan akan terdapat motivasi dalam
kesembuhan pasien.
3) Sabar dan Ikhlas
Sabar adalah menjaga diri dari amarah, dan menjauhi
tindakan maksiat serta melaksanakan aturan dan perintah Allah
yang berlandaskan Al-quran dan Hadis. Dalam kata lain yakni,
melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi segala
laranganNya. Sedangkan Ikhlas adalah menerrima ketetapan
yang telah diberikan Allah swt.
Sebagai seorang rohaniawan yakni agar selalu
mengingatkan kepada pasien harus tetap sabar dan ikhlas dalam
menghadapi sakit yang dideritanya. Karena sabar dan ikhlas
adalah bagian dari keimanan seseorang. Rasulullah dan para
Sahabat berhasil memersihkan jiwa serta hati mereka dari sifat
ria yakni dengan menerapkan sikap sabar dan ikhal dalam
kehidupannya. Begitupula kepada pasien tetap selalu
mengimpelementasikan sikap sabar dan ikhlas agar selalu
terhindar dari sifat ria, iri dan dengki.

4) Sedekah
Selain Sholat, doa dan zikir serta sabar dan ikhlas materi
ibadah yang diberikankepada pasien adalah tentang sedekah,
sebagaimana nabi pernah mengajarkan obatilah orang yang sakit
diantara kalian dengan sedekah. Penyampaian materi sedekah
ini diberikan kepada pasien yang lama sakit tak kunjung
mendapat kesembuhan dari penyakit yang diderita, padahal

32
berbagai pengobatan medis telah dijalani, bisa jdi obat dari
penyakit yang diderita pasien itu ternyata mengeram didalam
sedekah, dan pasien tersebut belum pernah melakukannya.
Untuk itu pasien dianjurkan untuk bersedekah, dengan diniatkan
sedekah yang dikeluarkan untuk kesembuhan penyakit yang
dideritanya. Maka dengan hati yang yakin, bersedekahlah baik
dengan memberi makanan anak yatim, kepada fakir, miskin,
bersedekah jariyah dan sebagainya. Selanjutnya meniatkan
untuk kesembuhan dan semoga Allah swt benar-benar segera
menyembuhkan penyakit. Demikian halnya yang dijelaskan
oleh Rizky Joko Sukmono (Syamsu Yusuf L.N: 2016:221)
bahwa fungsi zikir memiliki nilai pengobatan, mengurangi
kegelisahan, dan dapat mengontrol emosi diri.
5) Intropeksi diri dan Memaafkan kesalahan orang lain
Dengan Intropeksi diri akan mengurangi beban yang di
derita oleh pasien, karena dia selalu ingat Allah ketika dirinya
merasa sudah baik dari orang lain, menghilangkan rasa dendam
yang ada di dalam diri. Sebagaimana yang sudah diajar oleh
nabi bahwa ketika sudah memafkan kesalah orang lain
hendaknya mendoakannya semoga orang tersebut selalu
dilindungin Allah dan dibukakan hatinya. Karena memaafkan
kesalahan tanpa mendoakan itu bukanlah memaafkan secara
sempurna. Intropeksi diri dan memaafkan kesalahan orang lain
juga termasuk dalam materi dalam pelaksaan bimbingan rohani
Islam, karena dengan bermuhasabah diri pasien bisa merasakan
makna sakit yang dideritanya. Memaafkan kesalahan orang lain
dalam artian tidak dendam atas perlakuan orang, mencoba

33
menjalankan pengobatan dengan cara bermuhasabah.
Materi dalam penyampaian bimbingan kerohaniaan islam
ini tidak terlepas dari nilai-nilai ajaran Agama islam yang
bersumber dari Alquran dan Hadis. Materi yang disampaikan oleh
rohaniawan tentunya berorientasi pada memotivasi, mengingatkan,
dan membimbing pasien agar senantiasa tetap semnagat dan sabar
dalam menjalani penyembuhan serta mengingatkan kembali akan
nikmat Allah swt yang telah diberikan sebagai bentuk rasa syukur
walaupun dalam keadaan tidak sehat dan mengingatkan agar
senantiasa beribadah. Sebagai rohaiawan sebaiknya sebelum
melakukan bimbingan agar mempersipakan diri dengan baik, baik
dari ilmu pengetahuan agama, etika, dan teknik dalam melakukan
bimbingan dengan pasien.

C. Diskusi
1. Apa yang anda pahami mengenai materi Bimbingan rohani
2. Pakah sama materi bimbingan rohani dengan materi ketika
cermah. Jelaskan pendapat saudara dengan jelas
3. Bagaimana menyampaikan materi bimbingan rohaniawan
pada pasien yang sudah mendekatai sakaratul maut?
4. Bagaiamana pendapat saudara mengenai materi bimbingan
rohaniawan yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit?
Jelasakan berdasarkan hasil obserbvasi anda.

34
BAB V
URGENSI BIMBINGAN KEROHANIAAN ISLAM
DI RUMAH SAKIT

A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah mahasiswa diharapkan
mampu memahami, mengkomunikasikan, dan menjelaskan
mengenai Urgensi dilaksankannya bimbingan rohani Islam di
Rumah Sakit dan tata cara pelaksanaannya.

B. Urgensi atau Pentingnnya Kerohanian Islam di Rumah


Sakit
Bimbingan rohani Islam untuk orang sakit sangat dibutuhkan
dalam masa perawatan karena orang sakit perlu mendapatkan terapi
untuk menjaga kesehatan pribadinya. Disini, bimbingan rohani Islam
berperan langsung menangani atau membantu orang sakit sekaligus
memberikan terapi. Proses pengobatan dan penyembuhan suatu
penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan
melalui bimbingan Alquran dan ahadis. Bimbingan rohani Islam
sebagai terapi keagamaan sangat diperlukan dalam upaya
memberikan suatu nasehat kepada pasien atau orang sakit untuk
mengikuti petunjuk agama Islam agar mereka selalu mengingat Allah
dan bersabar dalam menghadapi cobaan (Ummi Haniatun dalam
Marisah, 2018: 186)
Oleh karena itu, di rumah sakit dibutuhkan seorang
rohaniawan, pasien yang sedang sakit membutuhkan pengobatan
fisik, selain itu juga membutuhkan pendekatan-pendekatan secara

35
individual baik dari para dokter, perawat medis maupun rohaniawan.
Menurut Sam’an (Marisah, 2018: 186)Adapun urgensi
Bimbingan kerohanian islam terhadap kondisi Pasien menurut:
1. Menyakinkan pasien untuk optimis terhadap kesembuhan
penyakitnya.
2. Meyakinkan pasien untuk mengikuti proses perawatan dengan
baik sampai sembuh.
3. Menyadarkan pasien perihal berbagai konsep sehat dan sakit
menurut ajaran Islam.
4. Memahamkan pasien bahwa kondisi kejiwaan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jasmani.
5. Mengajak pasien untuk bersikap tenang dan sabar sebagai
wujud terapi unuk mempercepat kesembuhan.
6. Membantu individu menyesuaikan diri terhadap gangguan
kesehatan sepanjang siklus hidupnya.
7. Memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami
kegelisahan dalam menghadapi penyakitnya.
8. Memberikan bimbingan tentang makna sakit secara agamis.
9. Memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami
sakarotul maut, dan mendapangi agar pasien meninggal dalam
khusnul khotimah.
10. Menolong keluarga untuk dapat menerima kondisi atau
kematian pasien.
11. Membantu pasien meyelesaikan segala permasalahan yang
dapat menghambat kesembuhannya.
12. Mengajarkan kepada pasien untuk berikhtiar dalam
menghadapi sakit yaitu berobat pada ahlinya (berikhtiar

36
dengan cara-cara yang benar).
13. Mengingatkan pasein agar tetap mejalankan ibadah sesuai
dengan kemampuannya.
14. Mengusahakan agar pasien memperhatikan berbagai hal yang
mendukung kesembuhan seperti kebersihan pakaian dan
tempat tidur.
15. Memberikan kekuatan moril kepada pasien yang akan menjalani
operasi atau sedang kesakitan.
16. Membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah
psikis, sosial, dan agama agar mempercepat kesembuhan
pasien.
17. Melakukan pendampingan/advokasi pada pasien dan
keluarganya yang menderita trauma atau krisis.
18. Memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami
sakarotul maut, dan mendapangi agar pasien meninggal dalam
khusnul khotimah.
Setiadi (2017:21) menjelaskan bagi rumah sakit kegiatan
bimbingan rohani jelas dapat memberikan nilai tambah dalam hal
pelayanan bagi pasiennya, Urgensi yang akan diperoleh:
1. Perawat mengetahui pentingnya memberikan bimbingan
spiritual kepada orang yang sedang sakit.
2. Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk
pasien sesuai dengan tuntunan Islam.
3. Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan
bimbingan spiritual bagi pasien di tempat kerjanya.
4. rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat.
Berdasarkan pemaparan di atas urgensi bimbingan

37
kerohanian islam di rumah sakit dirasa sangat penting untuk
kesembuhan pasien secara rohani atau psikis. Dengan adanya
bimbingan kerohanian ini pasien akan terbimbing dan
mendapatkan pencerahan dari rohaniawan untuk membangkitkan
semangat untuk melawan sakit yang sedang dialami dengan
senantiasa bersyukur kepada Allah swt dan tidak melupakan
Allah swt walaupun dalam keadaan sakit/lemah.

C. Proses Pelaksanaan Pelayanan Kerohanian Bagi Pasien


Menurut Anis Azizah (2015:11-13) menjelaskan tentang
tata cara pelaksanaan bimbimbingan kerohanian Islam. Namun
sebelum samapai pada pelaksaanaan ada hal yang harus
dipersiapkan oleh Rohaniawan, sepert; Kitab Suci (Al Quran),
buku tentang kerohaniaan, buku catatan, pena, tanda pengenal
rohaniawan, dan lain-lai yang dianggap perlu.
Adapun tata cara pelaksanaan kerohanian Isalam di Rumah
sakit adalah sebagai berikut:
1. Petugas melakukan pendataan pasien
2. Petugas melakukan identifikasi agama dan kepercayaan
pasien
3. Petugas meminta informasi kepada perawat ruangan
tentang keadaan umum pasien
4. Petugas akan memilah dan mendahulukan pasien baru atau
pasien yang lebih membutuhkan
5. Petugas memasuki ruangan pasien dengan tenang dan
sikap menarik sambil mengucapkan salam dan

38
memperkenalkan diri dengan menyebut nama dan petugas
rohaniawan (Tempat kerja)
6. Petugas melihat kondisi umum pasien untuk diberikan
bimbingan, Apabila kondisi memungkinkan dapat
diberikan bimbingan langsung kepada pasien namun,
Apabila kondisi pasien kurang memungkinkan, bimbingan
dapat diberikan kepada keluarga pasien yang sedang
menunggu
7. Petugas mengadakan dialog dengan pasien maupun dengan
keluarga pasien, memberi motivasi untuk menerima
kondisi sakit sebagai bentuk ujian dari Allah swt, tetap
optimis dan senantiasa berikhtiar berobat mencari
kesembuhan
8. Petugas memberi bimbingan tentang tata cara shalat dan
bersuci bagi orang yang sakit.
9. Kepada pasien yang mengadu dan merintih, maka
dikuatkan mentalnya dengan nasehat agar ia bersabar,
menerima dengan ikhlas setiap penderitaan dengan
dituntun atau dianjurkan untuk membaca doa sebagai
penguat mental.
10. Memberikan buku saku (apabila ada) tuntunan rohani bagi
orang sakit (senyumlah walau anda sakit) kepada pasien
baru yang dikunjungi dengan petunjuk agar membaca doa-
doa sesuai kebutuhan.
11. diingatkan pula bahwa orang yang sakit sebaiknya
berkeyakinan bahwa penyakit yang diberikan Allah Swt
kepadanya merupakan rahmat yang besar. Dengan pikiran

39
yang jernih, insya Allah akan dapat menemukan hikmah
yang tersembunyi di balik semua jenis penyakit. Dengan
penyakit itu, kita memperoleh keuntungan yaitu dosa-dosa
kita akan diampuni Allah swt. Demikian juga dosa
keluarga kita yang ikut direpotkan karenanya. Karena rasa
sakit, kita akan menjadi semakin banyak mengingat Allah
swt. Tidak ada kemuliaan melebihi kesediaan seseorang
untuk mengingat Allah swt. Kedatangan anggota keluarga
untuk menjenguk juga berkah yang besar untuk
membangun keutuhan persaudaraan di antara mereka.
Dengan sakit kita harus terus menerus secara khidmat
memohon kepada Allah swt agar diberi kesembuhan.
12. Petugas senantiasa menanamkan rasa optimisme kepada
pasien bahwa dengan izin dan kehendak Allah swt
penyakit yang dia derita akan sembuh walau
bagaimanapun keadaan sakitnya, karena Allah swt maha
Kuasa dan bahwa setiap penyakit ada obatnya.
13. Dinasehatkan kepada para pasien agar menghilangkan
segala pemikiran terhadap segala urusan
14. Pasien dinasehati agar tetap mengikuti nasihat dokter
dalam perawatan dan makanan
15. Petugas mendoakan klien
16. Petugas menyampaikan bahwa pasien atau keluarganya
dapat menghubungi rohaniawan melalui perawat apabila
memerlukan bimbingan rohani lanjutan
17. Petugas mohon pamit dengan memberikan salam.

40
Dengan adanya tahapan dalam pelaksanaan bimbingan
rohani di Rumah Sakit, makan dalam pelaksanaannnya
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik, karena
memberikan bimbingan rohani kepada pasien yang sedang
sakit merupakan pelayanan yang mulia dan menjadikan
pengalaman yang tidak terhingga. Pelayanan yang dilakukan
rohaniawan adalah pelayanan yang maksimal dalam proses
penyembuhan secara psikis/rohani yang tidak terlepas dari
nilai-nilai agama Islam dan sebagai hamba agar senantiasa
saling membantu, menolong antar sesama manusia baik
dalam keadaan sulit, senang, dan susah, karena Nabi
Muhammad saw dalam sabdanya “khoirunnas Anfauhum
Linnas” sebaik-baik manusia adala yang bermanfaat bagi
orang lain, dalam hal ini adalah membantu saudara yang
sedang sakit.

D. Diskusi
1. Jelasakan urgensi dari pelaksanaan bimbingan kerohanian
Islam. Jawaban anda disertai contoh dan hasil observasi
dilapangan
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan rohani yang dilakukan
oleh rohaniawan di RS. Jelaskan jawaban saudara
diperkuat dengan hasil observasi saudara di RS

41
DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Riska. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. UNP


Pres: Padang.
Amin, Samsul Munir. 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah.
Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta:
Rajawali Pers.
Arifin, Isep Zainal. 2012. Bimbingan dan Konseling Islam untuk
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit. UIN Sunan Gunung
Jati Bandung. Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 6 No. 19 Edisi
Januari-Juni 2012 (170-194)
Aziz, Moh. Ali , 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.
Depag RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahan.
Hidayati, Nurul .2014. Metode Bimbingan Rohani Islam di Rumah
Sakit. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam
Volume 5 No. 2 Desember 2014.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/konseling/article/d
ow nload/1048/960

Komarudin. 2008. Dakwah dan Konseling Islam. Semarang: PT.


Pustaka Rizki Putra.
Lubis, Lahmudin. 2016. Konseling dan Terapi Islami. Medan:
Perdana Publishing.
L.N, Syamsu Yusuf. 2016. Kesehatan Mental: Perspektif
Psikologis dan Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marisah, 2018. Urgensi Bimbingan Rohani Islam Bagi Pasien
Perawat Inap. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. JIGC
(Journal of Islamic Guidance and Counseling) Volume 2

42
Nomor 2 Desember 2018 (179-200).

Munir , M. dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta:


Prenada Media.
Setiadi. 2017. Bimbingan Rohani di Rumah Sakit.
https://www.academia.edu/35191868/BIMBINGAN_ROH
AN I_PASIEN_DIRUMAH_SAKIT
Wardana, Aditya Kusuma . 2016. Pelaksanaan Bimbingan Rohani
Islam Bagi Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang (Analisis Bimbingan Konseling Islam.
Skripsi Tidak diterbitkan.
http://eprints.walisongo.ac.id/5616/1/091111063.pdf

43
44

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai