Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“AGAMA DAN PSIKOLOGI SEBAGAI LANDASAN DALAM


MELAKSANAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Sri Hartati, M.Pd.

Oleh:

Kelompok 5

Bintang Najwa Nafilah 1222060016


Imam Ismawan 1222060038
Imelda Anjani 1222060039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayahdan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan
kepada Baginda Rasulullah SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang
lurus.
Kami sampaikan terimakasih kepada Ibu Sri Hartati, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing kami
guna menyelesaikan makalah ini,
Adapun penulisan makalah berisi tentang “Agama, Psikologi sebagai Landasan
dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling” dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan.
Kami menyadari makalah ini masih perlu penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf.

Bandung, 26 Maret 2023

Kelompok 5

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Peran Agama Dalam Bimbingan Konseling ................................................. 3
2.2 Ajaran Islam Yang Bertautan Dengan Bimbingan Konseling ...................... 5
2.3 Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling ..................... 6
2.4 Peranan Psikologi dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling................ 7
2.5 Tes psikologi merupakan bagian dari BK ................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara mengenai landasan dalam bimbingan dan konseling, pada dasarnya
tidak akan beda jauh dengan landasan yang diterapkan dalam pendidikan, seperti
landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan Pendidikan non-formal atau
landasan pendidikan secara umum. Landasan dalam bimbingan pada dasarnya
merupakan factor-faktor yang harus diperhatikan dan diperhitungkan khususnya
bagi konselor selakupelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan
dan konseling
Ibarat sebuah bangunan jika pondasi bangunan itu tidak kokoh dan berdiri
tegak pasti akan membuat bangunan tidak bertahan lama atau akan ambruk. Oleh
karena itu untuk memiliki bangunan yang berdiri tegak dan kokoh diperlukan
pondasi yang kuat dan tahan lama. Begitupun dengan layanan bimbingan konseling
jika tidak dilandasi dengan pondasi yang kuat dan kokoh akan mengakibatkan
kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi
taruhannya adalah klien yang dilayaninya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah peranan agama dalam melaksanakan bimbingan dan konseling?
2. Bagaimanakah ajaran islam yang bertautan dengan bimbingan dan konseling
3. Bagimana pendekatan islami dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
4. Bagimana peranan psikologi dalan pelaksanaan bimbingan dan konseling
5. Apa saja tes psikologi pada pelaksaan bimbingan dan konseling
6. Apa saja manfaat dari tes psikologi

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peranan agama dalam melaksanakan bimbingan dan konseling
2. Mengetahui ajaran islam yang bertautan dengan bimbingan dan konseling
3. Mengetahui pendekatan islami dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
4. Mengetahui peranan psikologi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling

1
5. Mengetahui macam-macam tes psikologi dalam pelaksanaan bimbingan dan
konselirng
6. Mengetahui manfaat tes psikologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Agama Dalam Bimbingan Konseling


Para ahli jiwa berpendapat bahwa yang mengendalikan mengendalikan
kelakuan dan tindakan seseorang merupakan kepribadiannya. Kepribadian
berkembang dan terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilewati dari lahir,
bahkan sejak dalam kandungan ibunya perilaku dan kesehatan mental bayi sudah
bisa terpengaruhi. Mendapatkan pengalaman-pengalaman yang baik, nilai-nilai
moral yang tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan perintah agama
sejak lahir, maka semua pengalaman itu akan menjadi bahan dalam pembinaan
kepribadian.
Takdir Firman Nirwana mengatakan bahwa Pendidikan agama islam berfungsi
menjadikan masyarakat Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT,
meresapi dan melaksanakan ajaran agamanya dikehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan pribadi atau dalam kehidupan bermasyarakat, meningkatkan budi
pekerti, memperteguh kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat mengembangkan manusia-manusia yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas perkembangan bangsa.
Berikut segenap peran agama jika diaplikasikan dalam pendidikan, terutama
program penanganan permasalahan peserta didik di sekolah, diantaranya:
1. Agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup.
Petunjuk agama dapat memberikan bimbingan hidup sedari kecil hingga
dewasa, baik pribadi, keluarga, masyarakat juga hubungan kepada Allah. Maka
bimbingan agama berupaya memberikan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup
ini. Apabila anak memilii banyak pengalaman mengenai niai-nilai agamanya, maka
anak akan terbentuk menjadi pribadi yang baik ketika dewasa nanti, melainkan jika
di rumahnya jauh darinilai-nilai agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh
dari agama dan akan membentuk kepribadian yang mudah goyah.
2. Petunjuk agama sebagai penolong dalam kesejahteraan hidup.
Setiap individu pasti pernah merasakan bagaimana rasa kekecewaan, sehingga

3
jika tidak berpegang pada agama, dia akan mempunyai perasaan rendah diri,
pesimis dan merasakan kegelisahan.
Bagi orang yang berteguh hati pada ajaran agama maka tidak akan mudah menyerah,
justru akan mampu menghadapinya dengan percaya diri dan lapang dada.
3. Aturan agama dapat menentramkan batin.
Agama dapat memberikan petunjuk bagi jiwa yang sedang mengalami gelisah,
seseorang yang enggan melaksanakan perintah agama akan selalu mengalami
gelisah dalam hidupnya, namun jika melaksanakan perintah maka hati akan terasa
tenang.
4. Ajaran agama sebagai pengatur moral
Moral merupakan perilaku yang serasi dengan nilai-nilai masyarakat, yang
muncul dari hati dan dibersamai oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan (tindakan)
tersebut. Dalam masyarakat modern telah terjadi kemunduran moral dan salah satu
penyebabnya ialah kurangnya penawaran jiwa agama dalam hati dan kurangnya
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Agama bisa menjadi terapi jiwa
Agama mampu membendung dan menjauhkan gangguan jiwa, perilaku, dan
kesabaran yang mampu menyebabkan kegelisahan/goncangan batin. Hal ini dapat
ditangani apabila manusia menyesali perilakunya dan memohon ampun kepada
Tuhan. Penerapan agama pada kehidupan sehari-hari dapat mencegah diri dari
gangguan jiwa dan dapat menkontrol kesehatan jiwa.
6. Agama sebagai pembinaan mental
Unsur-unsur yang sangat penting dalam menetapkan corak kepribadian
seseorang adalah nilai-nilai agama, moral, sosial (lingkungan) yang
diperolehnya.jika semasa kecil mendapatkan pemahaman tentang nilai-nilai agama,
maka kepribadian mental akan memiliki unsur-unsur yang baik. Nilai agama tidak
akan berubah-ubah, sedangkan nilai sosial dan mental sering mengalami perubahan,
sesuai dengan perubahan perkembangan masyarakat. (Darwis, 2015)

4
2.2 Ajaran Islam Yang Bertautan Dengan Bimbingan Konseling
Islam peduli terhadapa proses bimbingan. Allah memperlihatkan adanya
bimbingan, nasihat, atau petunjuk bagi manusia yang senantiasa beriman dalam
melaksankan perbuatan terpuji, seperti yang terdapat pada ayat-ayat berikut ini:
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, memperintahkan (berbuat) yang makruf, dan menahan dari yang munkar.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104). “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125).
Adapun beberapa hadis yang berkaitan dengan arah perkembangan anak adalah:
“Tiap-tiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci. Kedua orangtuanya yang
menjadikannya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Baihaqi)
“Seseorang yang mendidik budi pekerti yang baik atas anaknya. Hal itu lebih
daripada bersedekah satu sha.” (H.R. At-Tirmidzi)
”Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekertinya”. (H.R. Ibnu Majah).
Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling
sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada
beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini :
1. Konseling krisis, saat berjumpa dengan masa-masa krisis yang terjadi akibat
misalnya kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan, dan penyalahgunaan zat adiktif.
2. Konseling fasilitatif, dalam menjumpai kesulitan dan peluang kesulitan
pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam
karir, akademik, dan pergaulan sosial.
3. Konseling preventif, menangkal sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi
dalam pergaulan atau seksual, pilihan karir, dan sebagainya.
4.Konseling developmental, dalam menunjang kelancaran pertumbuhan individual
siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan
karir dan perkembangan akademik.

5
Dengan begitu, keinginan akan hubungan bantuan (helping relationship),
terutama konseling, pada dasarnya muncul dari diri dan luar individu yang
menghasilkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus dilakukan
individu. (Ridwan, 2018)
2.3 Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam
pelaksanaan bimbingan konseling yang melinkupi pribadi, sikap, kecerdasan,
perasaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi seorang muslim yang berpegang pada pondasi tauhid pasti merupakan
seorang pekerja keras, akan tetapi nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan
tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya ialah
ibadah. Sehingga saat pelaksanaan bimbingan konseling, seorang muslim tersebut
mempunyai kekuatan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.Selalu mempunya Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman
kepada Allah SWT.
2. Mempunyai Prinsip Kepercayaan, yakni beriman kepada malaikat.
3. Mempunyai Prinsip Kepemimpina, yakni beriman kepada Nabi dan Rasulnya.
4.Mempunyai Prinsip Pembelajaran, yakni berprinsip kepada Al-Qur’an Al
Karim.
5.Mempunyai Prinsip Masa Depan, yakni beriman kepada “Hari Kemudian”.
6.Mempunyai Prinsip Keteraturan, yakni beriman kepada“Ketentuan Allah”
Dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor harus mempunyai tiga
langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling.
1. Mempunyai mission statement yang jelas yakni “Dua Kalimat Syahadat”.
2. Mempunyai sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan
yakni “Shalat lima waktu”.
3. Mempunyai kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan
“puasa”.
Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim,
karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual yang sangat tinggi
(Akhlakul Karimah). (Vianda, 2015)

6
2.4 Peranan Psikologi dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana telah dipahami bahwa psikologi adalah disiplin ilmu yang
mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia. Kajian psikologi merupakan kajian
tentang tingkah laku individu. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling hendaknya
aspek psikologi perlu diikutsertakan, karena peranan psikologi dalam bimbingan
dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang
menjadi sasaran layanan (klien).
Pada hakikatnya individu diciptakan dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani,
keseimbangan kehidupan kedua unsur ini dapat menjadikan individu dewasa yang
sehat dan sejahtera lahir dan batin. Titik beratnya untuk kehidupan lebih lanjut,
adalah terletak pada sejauhmana keseimbangan kedua unsur kehidupan tersebut
dapat diwujudkan dalam bimbingan dan konseling.
Dasar-dasar psikologis dari pekerjaan bimbingan bertumpu pada perbedaan-
perbedaan diantara individu-individu, perbedaan-perbedaan di dalam individu,
keterhubungan antara kesanggupan dan keperluan, kurva mengenai pertumbuhan
belajar, sifat kepribadian, dan penyesuaian.
Dalam hubungan ini, petugas bimbingan perlu sekali mengetahui akan
kemampuan dan keterbatasan individu-individu yang dilayaninya, agar supaya
bimbingan yang diberikannya dapat mengenai sasaran yang tepat dan layak, dalam
arti agar individu-individu itu dapat diarahkan kepada pengembangan diri mereka
secara wajar dan layak pula.
Peranan aspek psikologi dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan
membantu klien dalam memecahkan masalahnya yaitu :
1. Peran psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi
oleh klien.
2. Peran psikologi sebagai diagnosis masalah agar dapat dicari solusi masalah yang
tepat yang sesuai dengan karakter masalah klien dan kejiwaan klien.
3. Peran psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan berkembang
secara mandiri dalam menghadapi masalah sendiri.
4. Peran psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang dihadapi klien,
sudah berjalan secara maksimal atau belum.

7
Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik,
dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu
diberikan bantuan yang bersifat pribadi. Bantuan yang dapat memfasilitasi
perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan
bimbingan dan konseling. Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi
klien (konsele) merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya layanan
bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan
aspek-aspek psikologis, pribadi atau perilaku klien, sehingga mereka memiliki
pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna ( kehidupan
yang maslahat dan sejahtera), baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi
yang perlu dipahami oleh konselor atau pembimbing agar dapat memberikan
layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam upaya
memfasilitasi individu atau peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara
optimal, yaitu tentang :
1. Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif, karena
keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak
ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
Konselor perlu memahami motif klien dalam bertingkah laku. Motivasi erat
kaitannya dengan perhatian. Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu
biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan
motifnya.
2. Pembawaan dan Lingkungan
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik
tertentu. Apa yang dibawa sejak lahir, itulah yang sering disebut dengan
pembawaan. Kondisi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan
berkembang. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi
dengan sendirinya, tetapi memerlukan sarana dan prasarana yang semuanya berada
dalam lingkungan individu yangh bersangkutan. Optimalisasi pertumbuhan dan
perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika

8
3. prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga individu
itu terlibat atau terpengaruh karenanya. Dengan kata lain bahwa hubungan antara
pembawaan manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi
(reciprocal influencies).
4. Perkembangan Individu
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal
ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak
orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna
kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi dan
kecerdasan). Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana
kualitas perkembangannya, bergantung kepada kualitas hereditas dan lingkungan
yang mempengaruhinya. Lingkungan (environment) merupakan faktor penting
disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu. Perkembangan
dapat berhasil dengan baik, jika faktor-faktor tersebut bisa saling melengkapi.
Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah. Asuhan dalam
perkembangan dengan melalui proses belajar ering disebut pendidikan.
5. Belajar, balikan dan penguatan.
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan
itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar.
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagi proses memperoleh perubahan
tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh
respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. Dalam
kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun
bagi pengajar. Pengetahuan tentang hasil belajar (baik yang diketahui sendiri
maupun yang berasal dari orang lain) merupakan balikan (feedback) bagi individu
yang belajar, terutama tentang sampai berapa jauh kesuksesannya dalam upaya
belajar itu. Kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu, tempat, keadaan, dan objek
yang dipelajari, ataupun oleh usia. Untuk keperluan itu, individu memerlukan
penguatan (reinforcement).

9
6. Kepribadian
Kepribadian adalah salah satu dari konsep-konsep yang paling banyak yang
paling banyak mengandung pengertian yang meliputi seluruh sistem dari
kecenderungan-kecenderungan dinamis yang membedakan seorang pribadi dari
yang lain. Kepribadian adalah apa yang diperlihatkan seseorang dalam dirinya.
Kepribadian seseorang individu adalah hasil pengaruh dari kedua faktor, hereditas
dan lingkungan, termasuk disini kultur, masa lampau dan masa kini. Dengan
perkataan lain kepribadian bukan hanya konsepsi psikoogis saja, tetapi juga
konsepsi kultural yang menunjukkan bagaimana seseorang bertindak sesuai dengan
perkembangan nilai tertentu dalam masyarakat.
Jadi, peran psikologi dalam bimbingan dan konseling adalah membantu
seorang konselor dalam memahami karakter individu-individu yang beragam dan
sebagai sarana untuk mencapai hasil terbaik atau kesuksesan dari layanan
bimbingan dan konseling agar anak didik dapat mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya, yaitu meliputi: motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan,
perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta kepribadian. (Yusuf,
2006)

2.5 Tes Psikologi Merupakan Bagian dari BK


Tes mendapat tempat sentral dalam layanan bimbingan dan konseling.
Sebagaimana disampaikan oleh Shertzer & Stone (1981) dan Depdiknas (2008)
bahwa pada layanan program bimbingan terkandung komponen yang memiliki
tempat sentral dan penting, yaitu:
1. Layanan Dasar
Layanan dasar ialah proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli
melewati penyiapan pengalaman yang tersusun secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan yang dibutuhkan dalam
pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani
kehidupannya .Komponen yang terkandung dalam layanan dasar diantaranya yaitu,
bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Umpamanya, dalam bimbingan

10
kelompok yang bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik,
konselor memerlukan data pendukung, misalnya berupa hasil tes prestasi
belajardari sekelompok siswa yang akan dibimbing. Hasil tes prestasi belajar
membantu memperlihatkan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa berkaitan
dengan belajar.
Oleh karena itu tes dapat dikatakan berperan sebagai alat untuk membantu
konselor memahami siswanya dengan lebih baik dan menyeluruh sehingga siswa
yang dibimbing mampu memahami dirinya sendiri dan dapat mengambil keputusan
secara tepat.
2. Layanan Responsif
Pelayanan responsif ialah pemberian bantuan terhadap konseli yang
berhadapan kebutuhan dan masalah yang membutuhkan pertolongan dengan segera,
karena jika tidak segera dibantu dapat memicu gangguan dalam proses pencapaian
tugas-tugas perkembangan. Komponen kegiatan yang terkandung dalam layanan
responsif antara lain:
1. konseling individual dan kelompok
2. layananreferal
3. kolaborasi dengan guru atau wali kelas
4. kolaborasi dengan orang tua
5. kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah
6. layanan konsultasi
7. bimbingan teman sebaya
8. konferensi kasus;dan
9. kunjungan rumah.
Secara umum, keseluruhan layanan yang terdapat dalam layanan responsif
memerlukan bantuan instrumen baik tes maupun nontes dalam pelaksaannya.
Penggunaan instrumen tes bertujuan untuk membantu konselor mendapatkan
pemahaman yang lebih baik terhadap siswa yang dibantu dari sisi psikologisnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tes berperan dalam proses
penyelesaian masalah psikologis siswa. Selain berperan dalam penyelesaian
masalah psikologis siswa. Pada kegiatan layanan responsif khususnya kegiatan

11
layanan konseling individual dan kelompok, tes mempunyai peran sebagai data
tambahan dalam proses konseling. Goldeman 1971 mengatakan bahwa
perencanaan, seleksi, administrasi dan skor tes digunakan konselor dalam
melaksanakan proses konseling.
Testing dilakukan untuk menghasilkan data secara objektif. Di sekolah,
sebagian besar tes digunakan untuk memberikan tanda adanya hubungan konseling,
menjawab pertanyaan, menyediakan informasi dan mencapai tujuan pemberian
testing.
3. Layanan Perencanaan Individual
Dalam layanan perencanaan individual, konselor mengakomodasi peserta
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang
didapat yaitu menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan atau aspek-aspek
pribadi, sosial, belajardan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik
akan mempunyai pemahaman, penerimaan dan pengarahan dirinya secara positif
dan konstruktif sehingga siswa dapat merencanakan sesuatu berbasis kekuatan atau
potensi diri yang dimilikinya.
Dengan demikian,kedudukan tes dalam kegiatan perencanaan individual ialah
memberikan informasi dalam mengambil keputusan.
4. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan professional konsultasi dengan guru dan
segenap komponen sekolah, stafahli/penasihat, hubungan orang tua dan masyarakat
luas,manajemen program, penelitian dan pengembangan.
Kegiatan utama layanan dasar, responsif, perencanaan individual, dan
dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan
bimbingan dan konseling. Dari berbagai layanan pendukung ada beberapa layanan
yang menempatkan tes sebagai salah satu instrumennya antara lain:
a. Layanan Informasi
Layanan informasi dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan
kepada siswa terkait dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir.

12
Informasi yang dapat diberikan oleh konselor meliputi strategi pengembangan
kepribadian, keterampilan pengembangan kemampuan intrapersonal dan
interpersonal, kesempatan pendidikan, vokasional, strategi belajar, pengambilan
keputusan yang tepat dan bimbingan lain yang terkait.
Dalam memberikan layanan informasi, konselor dapat menghimpun data hasil
tes maupun nontes. Kedua data ini bersifat saling mendukung dan saling
melengkapi. Layanan informasi dapat diberikan secara langsung maupun tidak
langsung. Informasi dapat diperoleh konselor dari buku, internet, mendatangkan
narasumber, atau informasi yang diperoleh dari stakeholder. Layanan inforamsi
dapat diberikan melalui kegiatan bimbingan baik individual maupun kelompok
(bimbingan, konseling,seminar, lokakarya dan pemberian brosur/leaflet).
b. Layanan Konseling
Layanan konseling diberikan untuk memfasilitasi pemahaman diri dan
perkembangan konseli melalui hubungan individual maupun kelompok. Fokus
utama konseling cenderung pada perkembangan pribadi dan pembuatan keputusan
berdasarkan pemahaman diri dan pengetahuan lingkungan. Dalam penyelenggaraan
layanan konseling, konselor memerlukan data pendukung, baik tes maupun non-tes.
Data-data ini dihimpun untuk memberikan informasi yang konferensif pada konseli
(siswa).
c. Layanan Konsultasi
Konsultasi dirancang untuk memberikan bantuan teknis kepada guru,
administrator dan orang tua dalam rangka memberikan layanan secara efektif dan
memperbaiki kinerja sekolah. Konsultasidapat dilakukan dengan meminta
narasumber dari ahli terkait sepertiahli medis, bengkel kerja, ahli hukum dalam
penyelenggaraan CareerDay.
d. Layanan Penempatan
Layanan penempatan adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk
membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian
antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan individu pada
lingkungan yangsesuai bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu
untuk berkembang secara optimal.

13
Menurut Munandir (1988) informasi yang dibutuhkan konseliantara lain
bimbingan dan konseling vokasional. Salah satu penggunaan tes dalam konseling
vokasional adalah membantu individu memperoleh kesuksesan karir. Tes data
memberikan jawaban tentang jabatan-jabatan yang tersedia, identifikasi alternatif
jabatan, seleksi jabatan, perkembangan persiapan jabatan dan penempatan
(placement). Anastasia dan Urbina (1971) menyatakan bahwa testing digunakan
dalam bimbingan pendidikan dan jabatan seta dipakai untuk merencanakan segala
aspek dalam kehidupan individu.
e. Layanan Appraisal dan Tindak Lanjut
Layanan appraisal dirancang untuk mengumpulkan, menganalisa dan
menggunakan data obyektif tentang sejauh mana siswa berhasil memahami diri dan
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Layanan ini sekaligus secara tidak
langsung dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program bimbingan secara
keseluruhan. Dari hasil penilaian ini selanjutnya dianalisis dankemudian
merencanakan tindak lanjut bimbingan.
Untuk tujuan tersebut, data merupakan alat atau media informasi yang perlu
digali untuk memperoleh gambaran tentangsiswa, baik yang sifatnya internal
(potensi siswa, kepribadian, minat,bakat) maupun eksternal (kondisi lingkungan di
rumah, dan di luarsekolah).
Melalui data atau informasi tentang siswa tersebut, konselor dan guru
diharapkan dapat lebih memahami siswa dan membantu siswa dalam mencapai
tugas perkembangannya. Data atau informasi tentang siswa diperoleh melalui
pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik, baik tes maupun non-tes. (Sugiyono, 2006)
Berikut manfaat-manfaat psikotes tersebut diantaranya:
1. Untuk Mengetahui kecerdasan
Setiap siswa tentu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu agar bisa terlihat seberapa besar kecerdasan yangdimiliki oleh siswa-
siswi tersebut, dapat dilakukan tes yang nantinya akan terlihat dari hasil
perhitungan yang dilakukan tim psikolog.
2. Untuk Mengetahui Bakat

14
Setiap siswa tentu memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda. Untuk melihat
dan mengetahui bakat apa saja yang dimiliki oleh siswa, biasanya diketahui melalui
tes-tes psikologi yang dilakukan. Dengan mengetahui minat dan bakat siswa sejak
dini, para guru akan mudah mengarahkan pada kegiatan-kegiatan belajar mengajar
yang sesuai dengan “passion” masing-masing siswa.
3. Untuk mengetahui kepribadian
Tes kepribadian umumnya memiliki tujuan untuk dapat melihat
kecenderungan kepribadian seseorang. Metode tes psikologi yang digunakan bisa
dalam bentuk tes proyektif dan sejenisnya. Dalam tes tersebut dapat dilihat
kecenderungan ciri-ciri karakter/ kepribadian yang dimiliki oleh siswa tersebut.
Informasi yang valid tentang kepribadian siswa dapat membantu guru untuk
memberikan pola bimbingan yang sesuai bagi para siswa.
4. Untuk penjurusan
Tes Psikologi juga dapat dipergunakan untuk proses penjurusan siswa. Tes yang
dilakukan untuk membantu penjurusan bahasa, IPA ataukah IPS bagi setiap siswa.
Dengan proses tes yang valid dan reliable, diharapkan setiap siswa akan
mendapatkan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
5. Untuk seleksi calon anak didik.
Sebelum seorang anak didik masuk diterima ke dalam institusi sekolah atau
universitas, sekolah-sekolah tertentu, sering melakukan tes psikologi. Tujuan tes
psikologi ini, agar lembaga pendidikan yang bersangkutan dapat menampung
siswa-siswi yang sesuai standar kriteria calon siswa.
6. Untuk pemilihan program studi
Pada beberapa kampus atau sekolah sering dilakukan tes psikologi untuk
penjurusan atau pemilihan program studi. Tujuannya agar siswa / mahasiswa
tersebut cocok masuk ke dalam sebuah program studi /jurusan sesuai kriteria
tertentu. Salah dalam memilih jurusan atau program studi tentu akan sangat
merugikan siswa, orang tua maupun sekolah/ universitas yang bersangkutan.
(Paramartha, 2016)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Takdir Firman Nirwana mengatakan bahwa Pendidikan agama islam berfungsi
menjadikan masyarakat Indonesia yang percaya dan takwa kepada Allah SWT,
meresapi dan melaksanakan ajaran agamanya dikehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan pribadi atau dalam kehidupan bermasyarakat, meningkatkan budi
pekerti, memperteguh kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat mengembangkan manusia-manusia yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas perkembangan bangsa.
Berikut segenap peran agama jika diaplikasikan dalam pendidikan, terutama
program penanganan permasalahan peserta didik di sekolah, diantaranya:
1. Agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup.
2. Petunjuk agama sebagai penolong dalam kesejahteraan hidup.
3. Aturan agama dapat menentramkan batin.
4. jaran agama sebagai pengatur moral
5. Agama bisa menjadi terapi jiwa
6. Agama sebagai pembinaan mental
Peranan aspek psikologi dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan
membantu klien dalam memecahkan masalahnya yaitu :
1. Peran psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang
dihadapi oleh klien.
2. Peran psikologi sebagai diagnosis masalah agar dapat dicari solusi masalah
yang tepat yang sesuai dengan karakter masalah klien dan kejiwaan klien.
3. Peran psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan
berkembang secara mandiri dalam menghadapi masalah sendiri.
4. Peran psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang dihadapi
klien, sudah berjalan secara maksimal atau belum.

16
Dari berbagai layanan pendukung ada beberapa layanan yang menempatkan tes
sebagai salah satu instrumennya antara lain:
1. Layanan Informasi
2. Layanan Konseling
3. Layanan Konsultasi
4. Layanan Penempatan
5. Layanan Apprasial dan Tindak Lanjut

17
DAFTAR PUSTAKA

Darwis, D. (2015). BIMBINGAN KONSELING AGAMA UNTUK MASYARAKAT


MODERN.
Paramartha, D. (2016). Pengembangan Asesmen Minat-Bakat Berbasis Computer
Based Test. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 1(1), 19.
https://doi.org/10.24036/XXXXXXXXXX-X
Ridwan, A. (2018). Peran guru agama dalam bimbingan konseling siswa sekolah
dasar. Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 4(1, March), 1–13.
Sugiyono. (2006). Testing dalam Bimbingan Konseling. Jurnal Paradigma, 1(1),
97.
Vianda, D. (2015). Peran Agama dalam Bimbingan dan Konseling. Jurnal Al-
Taujih: Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 1(2), 50–60.
Yusuf, S. (2006). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 282.

18

Anda mungkin juga menyukai