Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MERANCANG MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN


PEMBIASAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENGAMALAN
AGAMA ISLAM, BERWUDHU’, SHOLAT, TADARUS,
DZIKIR DAN DO’A

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Model & strategi pembelajaran

Dosen Pengampu:
Taufiqurrahman Rifa’i, M.Pd.I

Di Susun Oleh:
Elok Rohayu
Ifadatus Syarifah
Anis Lisayanti Mei Anggraini

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN – PROBOLINGGO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, dan tak lupa
penulis sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW dan kepada keluarganya, sahabatnya,dan kita sebagai umatnya
yang setia sampai akhir zaman, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Model & Strategi
Pembelajaran. sebagai pengetahuan untuk kita semua, dan sebagai langkah untuk
menyadari betapa pentingnya mengetahui masalah Merancang Model Strategi
Pembelajaran Pembiasaan Melalui Pembelajaran Pengamalan Agama Islam,
Berwudhu’, Sholat, Tadarus, Dzikir Dan Do’a. Ucapan terimakasih penulis
dihaturkan kepada Ustadz Taufiqurrahman Rifa’i, M.Pd.I. sebagai dosen mata
kuliah kami yang telah banyak memberikan informasi dan petunjuk dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
tetapi mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi penulis sendiri dalam mencari ilmu, dan untuk para pembaca dalam
menambah pengetahuan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif guna menyempurnakan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kraksaan, 24 November 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar belakang ...............................................................................................1

B. Rumusan masalah..........................................................................................2

C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3


A. Pengertian Pembiasaan..................................................................................3

B. Pengertian Metode Pembiasaan ....................................................................4

C. Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama Aspek Ibadah ....................6

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9


A. Kesimpulan ...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter, para
peserta didik harus dibekali dengan pendidikan khusus yang membawa
misi pokok dalam pembinaan akhlak mulia. Keluarnya Undang-Undang
Nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, menegaskan
kembali fungsi dan tujuan pendidikan nasional kita. Pada pasal 3
ditegaskan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan Agama mengemban misi yang amat mulia dalam
pembangunan bangsa ini. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk
perbaikan pendidikan adalah membangun kultur akhlak mulia di kalangan
siswa. Kegitan pembiasaan akhlak mulia dilakukan dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan agama Islam sehingga dapat terealisasi
dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana tujuan yang diharapkan dari
pendidikan Islam.
Surat Al Ahzab ayat 21yang artinya : Sesungguhnya telah ada pada
diri Rosul itu Suri tauladan yang baik. Merujuk ayat ayattersebut diatas
maka pendidikan adalah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membentuk tingkah laku ,karena akhlaq adalah insting ( garizah ) yang
dibawa manusia sejak lahir.
Tujuan dari pembiasaan dalam pendidikan agama Islam di
antaranya sebagaimana diungkapkan oleh Al-Ghazali bahwa setiap
perbuatan baik yang sudahmenjadi kebiasaan, maka akhlak itu baik akan

1
terpatri dalam dirinya. Dari sini dapat dipahami rahasia yang ada di balik
perintah syariat untuk melakukan kebaikan, yaitu dalam rangka mengubah
hati dari bentuknya (karakter) yang jelek kepada yang baik, walaupun
seseorang melakukannya dengan susah dan terpaksa, namun tetap akan
membekas pada dirinya dan menjadi bagian dari jati dirinya.

B. Rumusan masalah
Untuk Mempermudah Dalam Memahami: Merancang Model Strategi
Pembelajaran Pembiasaan Melalui Pembelajaran Pengamalan Agama
Islam, Berwudhu’, Sholat, Tadarus, Dzikir Dan Do’a Kami Membahas
Tentang :
1. Pengertian Pembiasaan
2. Pengertian Metode Pembiasaan
3. Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama Aspek Ibadah

C. Tujuan
Untuk Mengetahui Tujuan Masalah Kami Membahas:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pembiasaan
2. Untuk Mengetahui Pengertian Metode Pembiasaan
3. Untuk Mengetahui Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama
Aspek Ibadah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiasaan
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan
yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral, nilai-nilai
agama, akhlak, pengembangan sosio emosional dan kemandirian.
Pembiasaan positif yang sejak dini sangat memberikan pengaruh positif
pula pada masa yang akan datang.1
Novan Ardy Wiyani mengemukakan bahwa pembiasaan dinilai
sangat efektif jika diterapkan terhadap anak usia dini. Hal ini dikarenakan
anak usia dini memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi
kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah diatur dengan
berbagai kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari.2 Pembiasaan yang
dilakukan sejak dini akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut
menjadi semacam adat kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak
terpisahkan dari kepribadiannya.3
Menurut Sapendi pembiasaan merupakan suatu kegiatan untuk
melakukan hal-hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguuh
dengan tujuan memperkuat atau menyempurnakan suatu keterampilan agar
menjadi terbiasa. Dengan kata lain pembiasaan merupakan cara mendidik
anak dengan penanaman proses kebiasaan.4
Pembiasaan dapat diartikan sebagai sebuah metode dalam
pendidikan berupa proses penanaman kebiasaan. Inti dari pembiasaan
ialah pengulangan. Jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, ini

1
Muhammad Noer Cholifudin Zuhri, “Studi Tentang Efektivitas Tadarus Al-Qur’an
dalam Pembinaan Akhlak di SMPN 8 Yogyakarta”, Cendekia, Vol 11 NO 1 (Juni 2013), 118.
2
Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava
Media, 2014), 195.
3
Nurul Ihsani, et. al., “Hubungan Metode Pembiasaan dalam Pembelajaran dengan
Disiplin Anak Usia Dini”, Jurnal-ilmiah Potensia, Vol 3 No 1 (2018), 50-51.
4
Sapendi, “Internalisasi Nilai-nilai Moral Agama Pada Anak Usia Dini”, At-Turats, Vol
9 No 2 (Desember 2015), 27.

3
dapat diartikan sebagai usaha membiasakan.5 Metode pembiasaan sebagai
bentuk pendidikan yang dilakukan secara bertahap dan menjadikan
pembiasaan itu sebagai teknik pendidikan yang dilakukan dengan
membiasakan sifat-sifat baik sebagai rutinitas. Hasil yang dilakukan dari
pembiasaan adalah terciptanya suatu kebiasaan anak didiknya.

B. Pengertian Metode Pembiasaan


Metode merupakan cara yang telah teratur dan telah terpikir baik-
baik untuk mencapai suatu maksud.6 Menurut pendapat Mahmud Yunus
yang dikutip Armai Arief, metode adalah “Jalan yang hendak ditempuh
oleh seseorang supaya seseorang sampai pada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan perusahaan, perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu
pengetahuan dan lainnya”.7
Secara etimologi, pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa”berarti 1) Lazim atau umum, 2)
Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an”
menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan
proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa.8
Kegiatan pembiasaan dapat dilaksanakan dalam lingkungan
sekolah maupun di rumah, yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal. Seperti: upacara
bendera, senam, shalat berjamah, pemeliharaan kebersihan,
dankesehatan diri.
2. Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian
khusus. Seperti: pembentukan perilaku memberi salam,

5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), 144
6
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm 232.
7
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002),hlm. 87
8
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus
Besar...,hlm. 110

4
membuangsampah pada tempatnya, antre, mengatasi silang
pendapat.
3. Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari
Seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca,memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain,
datang tepat waktu.9
Pendidikan agama sedapat mungkin diajarkan dengan praktik. Pada
waktu peserta didik belajar tentang wuḍu, ṣalat,sujud tilawah atau sujud
sahwi misalnya, supaya disajikan melalui praktik. Demikian juga dalam
usaha membiasakan akhlaq-akhlaq luhur, seperti amanah, jujur, menepati
janji dan kebiasaan-kebiasaan terpuji lainnya seperti kebersihan, etika
pengaturan meja makan, makan bersama, pergaulan baik, memberi hormat
kepada teman, guru dan sopan santun dalam berbagai pertemuan.
Membiasakan suka beramal seperti senang mengumpulkan dana bantuan
sosial, dana kotak peserta didikdan dana palang merah dan sebagainya.10
Menurut Armai Arief, supaya metode pembiasaan berjalan dengan
baik dan sesuai tujuan, Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan
metode pembiasaan yaitu:
1. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak kecil dinilai
waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena
setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima
pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat
membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun
negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang
membentuknya.
2. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu, teratur dan
berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan
yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor

9
H. E. Mulyasa, ed. Dewi Ispurwanti, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hal. 167.
10
Muhammad Abdul Qadir Ahmad,Metodologi Pengajaran..., hlm. 23.

5
pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari
proses ini.
3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas.
Jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk
melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.
4. Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya
secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak
verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak
itu sendiri.11
Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya di dalam proses
pendidikan, pendekatan kebiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang
saling bertentangan; yaitu kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode
kebiasaan dalam pendidikan agama adalah sebagai berikut.
1. Dapat menghemat tenaga dan waktu yang baik.
2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah saja,
tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah.
3. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling
berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.
Sedangkan kelemahan metode pembiasaan ini adalah
membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan sebagai
contoh teladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada peserta didik,
oleh karena itu dibutuhkan pendidik yang mampu menyelaraskan antara
perkataan dan perbuatan.12

C. Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama Aspek Ibadah


Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini
mungkin. Pada usia 6-12 tahun (usia Sekolah Dasar), daya pikir anak
berkembang ke arah pikir konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar dalam stadium belajarnya.

11
Armai Arief, Pengantar Ilmu..., hlm.98
12
Armai Arief, Pengantar Ilmu..., hlm. 115.

6
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap,
metode pembiasaan sebenarnya cukup efektif. Anak-anak yang dibiasakan
bangun pagi, akan bangun pagi sebagai suatu kebiasaan, kebiasaan itu
(bangun pagi), ajaibnya, juga mempengaruhi jalan hidupnya.13
Dalam al-Qur’ān surat ke-31 Luqman ayat 17 juga dijelaskan:
ٰ ِ ‫ص ََلة َ َوأْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُر‬
ِ ‫صا َبكَ ۖ ِإ َّن ذَلِكَ ِم ْن َع ْز ِم ْاْل ُ ُم‬
‫ور‬ ْ ‫وف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوا‬
َ َ ‫ص ِب ْر َعلَ ٰى َما أ‬ َّ ‫ي أ َ ِق ِم ال‬
َّ َ‫َيا بُن‬
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu hal-
hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.14 (Al-Qur’ān SuratLuqman: 17).

Dalam lingkungan sekolah, metode pembiasaan pendidikan agama


pada aspek ibadah berupa pembiasaan ṣalat berjama’ah di mushalla
sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, membaca basmalah
dan hamdalah tatkala memulai dan menyudahi pelajaran.15
Dalam praktiknya, penggunaan metode pembiasaan ini dilakukan
secara bertahap. Misalnya dalam pembinaan ibadah shalat. Pada tahap
pertama, anak-anak mulai diperkenalkan dengan bentuk kewajiban dalam
syari’ah Islam, yaitu diajak melaksanakan shalat. Cara yang baik anak
dibiasakan untuk melaksanakan shalat berjama’ah, setelah itu anak mulai
diperkenalkan dengan syarat sahnya ṣalat, rukun dan larangan-
larangannya.16
Dalam kaitannya dengan pemberian materi agama kepada peserta
didik, disamping mengembangkan pemahamannya juga memberikan
latihan atau pembiasaan keagamaan yang menyangkut ibadah, seperti
melaksanakan shalat, berdo’a dan membaca al-Qur’ān. Di samping

13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 144.
14
Depag RI, Al-Qur‟ān dan...,hlm. 740.
15
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm.
100.
16
Abdul Hafizh Nur, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al Bayan, 1997),
hlm. 152.

7
membiasakan beribadah, juga dibiasakan melakukan ibadah sosial, yakni
menyangkut akhlaq terhadap sesama manusia, seperti: hormat kepada
orang tua, guru dan orang lain, memberikan bantuan kepada orang yang
memerlukan pertolongan, bersikap jujur dan bersikap amanah
(bertanggung jawab).17
Metode pembiasaan dilakukan dengan melatih anak setiap harinya.
Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk
mempersiapkan mereka menghadapi kejadian masalah-masalah di masa
mendatang. Dalam penggunaan metode ini memerlukan latihan karena
dengan terus melakukan latihan agar membiasakan diri dalam melakukan
hal-hal yang baik sehingga membekas pada diri anak.18
Diharapkan dengan pendekatan ini akan membawa dampak positif
bagi anak didik. Karena dengan sering mengadakan latihan-latihan tentang
keagamaan, lama kelamaan anak yang membiasakannya akan terbiasa
untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh agama.

17
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 183.
18
Akmal Hawi, Kompetensi Guru..., hlm. 32

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan
yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral, nilai-nilai
agama, akhlak, pengembangan sosio emosional dan kemandirian.
Pembiasaan positif yang sejak dini sangat memberikan pengaruh positif
pula pada masa yang akan datang. Pembiasaan dapat diartikan sebagai
sebuah metode dalam pendidikan berupa proses penanaman kebiasaan. Inti
dari pembiasaan ialah pengulangan.
Metode pembiasaan sebagai bentuk pendidikan yang dilakukan
secara bertahap dan menjadikan pembiasaan itu sebagai teknik pendidikan
yang dilakukan dengan membiasakan sifat-sifat baik sebagai rutinitas.
Hasil yang dilakukan dari pembiasaan adalah terciptanya suatu kebiasaan
anak didiknya.
Metode merupakan cara yang telah teratur dan telah terpikir baik-
baik untuk mencapai suatu maksud. Dalam praktiknya, penggunaan
metode pembiasaan ini dilakukan secara bertahap. Misalnya dalam
pembinaan ibadah shalat. Pada tahap pertama, anak-anak mulai
diperkenalkan dengan bentuk kewajiban dalam syari’ah Islam, yaitu diajak
melaksanakan shalat. Cara yang baik anak dibiasakan untuk melaksanakan
shalat berjama’ah, setelah itu anak mulai diperkenalkan dengan syarat
sahnya ṣalat, rukun dan larangan-larangannya. Metode pembiasaan
dilakukan dengan melatih anak setiap harinya. Melatih berarti memberi
anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk mempersiapkan mereka
menghadapi kejadian masalah-masalah di masa mendatang. Dalam
penggunaan metode ini memerlukan latihan karena dengan terus
melakukan latihan agar membiasakan diri dalam melakukan hal-hal yang
baik sehingga membekas pada diri anak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Muhammad Abdul Qadir. 1985. Metodologi Pengajaran Pendidikan


Agama Islam, Jakarta: tp.,.

Ardy, Wiyani Novan. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia


Dini.Yogyakarta: Gava Media.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pembelajaran Agama Islam,
Jakarta: Ciputat Press.

Depag RI, Al-Qur’ān dan Terjemahnya. 1989. Semarang: Thoha Putra.

Hawi, Akmal. 2014. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Rajawali Press.

Ihsani, Nurul et. al., 2018. “Hubungan Metode Pembiasaan dalam Pembelajaran
dengan Disiplin Anak Usia Dini”, Jurnal-ilmiah Potensia, Vol 3 No 1.

Mulyasa, H. E., ed. Dewi Ispurwanti. 2003. Manajemen Pendidikan Karakter,


Jakarta: Bumi Aksara.

Noer Cholifudin Zuhri, Muhammad. 2013. “Studi Tentang Efektivitas Tadarus


Al-Qur’an Dalam Pembinaan Akhlak Di SMPN 8 Yogyakarta”, Cendekia
Vol. 11 No. 1.

Nur, Abdul Hafizh. 1997. Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al


Bayan.

Ramayulis, 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Sapendi, 2015. “Internalisasi Nilai-nilai Moral Agama Pada Anak Usia Dini”, At-
Turats, Vol 9 No 2.

Tafsir, Ahmad. 2010. “Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam”. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. 1999.


Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai