Anda di halaman 1dari 13

Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya

I. Cara Masuk Dunia Usaha

Ada tiga cara untuk memasuki usaha baru, yaitu dengam Merintis usaha baru (starting),
Membeli perusaaan dari orang lain (buying), dan Kerja sama manajemen (franchising). Masing-
masing memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.

A. Merintis usaha baru (starting).

Merintis usaha baru (starting) yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk
usaha baru yang dapat dirintis yaitu:

1. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola
sendiri oleh seseorang.

2. Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih yang secara
bersama-sama menjalankan usaha bersama.

3. Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas dasar badan
hukum dengan modal saham-saham.

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing(2000; 90), Sekitar 43%
responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh ketika
bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Sebanyak 15%
responden telah mencoba dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik.
Sebanyak 11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar,
sedangkan 46% lagi karena hobi.

Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari
peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu:

1. Inside out (idea generation) adalah pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang
menentukan keberhasilan usaha.

2. Outside in (opportunity recognition), yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide
bahwa kebutuhan akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan kebutuhan di
pasar.
Outside in (Opportinity recognition) tak lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu alat
pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi. Berita peluang
ekonomi tersebut dapat bersumber dari:

1. Suratkabar

2. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi

3. Jurnal Perdagangan dan pameran dagang

4. Publikasi Pemerintah

5. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh pialang saham, universitas dan perusahaan
lainnya.

Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang calon wirausaha
harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang
diperlukan meliputi:

1. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa
serta cara menyajikannya.

2. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan


pelanggan serta harga yang tepat.

3. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumber-


sumber dana dalam merintis dan mengelola usaha.

4. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencari, memelihara


dan mengembangkan relasi, komunikasi dan negosiasi.

Tahapan dalam merintis usaha baru diawali dengan adanya ide, kemudian dilanjutkan
dengan mencari sumber dana dan fasilitas baik berupa barang, uang, dan orang. Sumber dana
tersebut dapat berasal dari badan-badan keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau
orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Selanjutnya seorang wirausahawan perlu
mengamati dan menganalisa pangsa pasar dari obyek bisnis yang akan dihasilkan dari
usahanya. Barang atau jasa yang dihasilkannya harus benar-benar dibutuhkan oleh
masyarakat/komunitas tertentu, sehingga barang tersebut akan laku kettika dijual di pasar.
Mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang
dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk produk yang akan dihasilkan ada dan terbuka
lebar, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera mendatangkan keuntungan.

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

A. Bidang dan Jenis usaha yang Dimasuki

Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:

1. Bidang usaha pertanian (agriculture) meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, dan

perkebunan.

2. Bidang usaha pertambangan (mining) meliputi galian pasir, galian tanah, batu, dan
bata.

3. Bidang usaha pabrikasi (manufacturing)meliputi industri perakitan, sintesis.

4. Bidang usaha konstruksimeliputi konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan


raya.

5. Bidang usaha perdagangan (trade) meliputi retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor.

6. Bidang jasa keuangan (financial service) meliputi perbankan, asuransi, dan koperasi.

7. Bidang jasa perseorangan (personal service) meliputi potong rambut, salon, laundry,
dan catering.

8. Bidang usaha jasa-jasa umum (public service) meliputi pengangkutan, pergudangan,


wartel, dandistribusi.

9. Bidang usaha jasa wisata (tourism), terbagi ke dalam tiga kelompok usaha wisata,
yaitu:

a. Usaha jasa parawisata, yang antara lain meliputi jasa biro perjalanan wisata,
jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata, jasa konvensi perjalanan
intensifdan pameran, jasa impresariat (pengurusan izin untuk suatu
pertunjukan), jasakonsultan pariwisata, dan jasa informasi pariwisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, yang meliputi pengusahaan


obyekdan daya tarik wisata alam, pengusahaan obyek dan daya tarik wisata
budaya,serta pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus.
c. Usaha sarana wisata, yang antara lain berupa penyediaan akomodasi,
makanandan minuman, angkutan wisata, sarana pendukung di tempat wisata,
dansebagainya.

B. Bentuk Usaha dan Kepemilikan yang akan Dipilih

Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya:

1. Perusahaan Perorangan (sole proprietorship), yaitu suatu perusahaan yang dimiliki


dan diselenggarakan oleh satu orang.

2. Persekutuan (Partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau
lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan.

3. Perseroan (Corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para
pemegang saham (pesero/stockholder) yang mempunyai tanggung jawab terbatas
terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetor.

4. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan dibawah nama


bersama. Bila untung maka keuntungan dibagi bersama, bila rugi maka kerugian
ditanggung bersama.

C. Tempat Usaha yang akan Dipilih

Terdapat beberapa alternatif yang bisa kita pilih untuk menentukan lokasi atau
tempat memulai usaha, yaitu :

1. Membangun bila ada tempat yang strategis.

2. Membeli atau menyewakan bila lebih strategis dan menguntungkan.

3. Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan

D. Organisasi Usaha yang Digunakan

Organisasi usaha merupakan perpaduan dari fungsi kewirausahaan dan


manajerial.Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi, sedangkan
manajerialdasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Umumnya secara hierarkis,
organisasi perusahaan dalam skala besar terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat
umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat
umum pemegang saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi yang tugasnya
mengangkat dewan komisaris dan dewan direksi. Tugas dewan komisaris adalah
mengawasi dewan direksi dalam menjalankan perusahaannya sedangkan tugas dewan
direksi adalah mengangkat beberapa orang manager.

E. Lingkungan Usaha.

Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya


perusahaan. Lingkungan usaha dibagi menjadi dua yaitu:

1. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung dengan operasional
perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer,
direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.

2. Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi


daya hidup perusahaan secara keseluruhan, meliputi :

a. Lingkungan Ekonomi (Technological Environment) Kekuatan ekonomi lokal,


regional, nasional, dan global akan berpengaruh terhadap peluang usaha.

b. Lingkungan Teknologi (Technological Environment) Kekuatan teknologi dan


perubahannya yang sangat dinamis cenderung sangat berpengaruh pada
perusahaan.

c. Lingkungan Sosial Politik (Socio Environment) Lingkungan sosial dan politik,


kecenderungan dan konteksnya perlu di perhatikan untuk menentukan
seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh pada tingkah laku masyarakat.

d. Lingkungan Demografis dan Gaya Hidup (Demografi and Life Style Environment)
Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengaruhi oleh perubahan
demografi dan gaya hidup.

F. Hambatan – hambatan dalam Memasuki Industri

Menurut Peggi Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan bagi seorang


wirausahawan untuk memasuki industri baru, yaitu :

1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih
kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah lebih dulu ada justru lebih bertahan
karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya.
2. Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk pelatihan
kembali para karyawan, dan penggantian alat serta sistem yang lama.

3. Respons dari pesaing yang telah lebih dulu ada, yang secara agresif akan
mempertahankan pangsa pasar yang ada.

G. Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta

Paten, merek dagang dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan, terutama untuk
melindungi penemuan-penemuan, indentitas dan nama perusahaan, serta keorisinalan
produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Temuan yang tidak memiliki hak paten
akan bebas ditiru dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan mematikan
perusahaan penemu.

1. Paten

Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang kepada seseorang
atau suatu perusahaan atas penemuan produk dan perusahaan tersebut diberi
wewenang untuk membuat, menggunakan dan menjual penemuannya selama paten
tersebut masih dalam jaminan. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak
paten, yaitu :

a. Tetapkan bahwa yang ditemukan betul – betul baru.

b. Dokumentasikan alat yang ditemukan tersebut.

c. Telusuri paten – paten yang telah ada.

d. Pelajari hasil telusuran.

e. Mengajukan lamaran paten.

2. Merek Dagang

Merek Dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam perdagangan atau
perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk simbol atau nama atau logo
atau slogan atau tempat dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk
menunjukkan keorisinilan produk atau untuk membedakannya dengan produk lain
dipasar.
3. Hak Cipta

Hak cipta (Copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi pencipta atas
keorisinilan (keaslian) ciptaannya, misalnya karangan musik, pencipta lagu, hak
untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan atau menjul.

B. Membeli perusahaan orang lain (buying).

Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada
daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain: Resiko lebih rendah, Lebih mudah
dalam memasuki dunia usaha, dan Memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat
ditawar. Meskipun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga
mengandungpermasalahan, yaitu:

a. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang
pasar.

b. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan, misalnya citra
(image) atau reputasi perusahaan.

Sebelum melakukan kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada beberapa aspek
yang harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Aspek-aspek tersebut meliputi:

1. Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut?

2. Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?

3. Di mana lokasi perusahaan tersebut?

4. Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan ketimbang merintis

sendiri usaha baru?

Seorang wirausahawan yang telah memutuskan akan membeli sebuah perusahaan perlu
memperhatikan langkah-langkah berikut ini:

1. Yakinlah bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkanlah alasan membeli
perusahaan ketimbang merintis usaha-usaha baru atau Franchising.

2. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu mengelolanya?
Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan,dan kepribadian anda.
3. Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari perusahaan
tersebut; apakah uang, kebebasan, atau fleksibilitas?

4. Pertimbangkan usaha yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang anda inginkan?

5. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Mungkin anda memiliki perusahaan ini selama-
lamanya atau untuk kesenangan saja.

C. Kerja Sama Manajemen/Waralaba (Franchising).

Franchising adalah suatu kerja sama antara entrepreneur (franchise) dengan perusahaan
besar (Franchisor) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha. Secara sederhana, model usaha ini dapat digambarkan sebagai
kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari Franchising
adalah memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.

Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchisor dan penyalur disebut franchisee.
Franchisor mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan,
latihan karyawaan, periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal
meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini:

1. Pemilihan tempat.

2. Rencana bangunan.

3. Pembelian peralatan.

4. Pola arus kerja.

5. Pemilihan karyawan.

6. Periklanan.

7. Grafik.

8. Bantuan pada acara pembukaan.

Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktor-faktor
berikut:

1. Pencatatan dan akuntansi.

2. Konsultasi.
3. Pemeriksaan dan standardisasi.

4. Promosi.

5. Pengendalian kualitas.

6. Nasihat hukum.

7. Penelitian.

8. Material lainnya.

Dasar hukum dari penyelenggara waralaba adalah kontrak antara perusahaan franchisor
dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja membtalkan perjanjian tersebut apabila
perusahaan yang diajak kerja sama melanggar persyaratan yang telah ditetapkan dalam
persetujuan.

Menurut Zimmerer (1996), keuntungan kerja sama waralaba adalah:

1. Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari franchisor.

2. Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber
modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas.

3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan produk yang telah dikenal.

Di samping beberapa keuntungan di atas, kerja sama waralaba tidak selalu menjamin
keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha.
Kerugian yang mungkin terjadi menurut Zimmerer adalah:

1. Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

2. Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee.

3. Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa
menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor dengan harga yang sama.

II. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya

Sampai saat ini batasan usaha kecil masih berbeda-beda tergantung pada fokus
permasalahannya masing-masing. Menurut Dun Steinhoff dan John F.BurgessUsaha kecil
dapat difenisikan dengan cara yang berbeda tergantung pada kepentingan organisasi.
Jika dilihat dari perangkat manajemennya,kontrol atau pengawasan pada usaha kecil
biasanya bersifat informal. Apabila hanya terdapat beberapa karyawan, maka deskripsi
pekerjaan dan segala aturan lebih baik secara tidak tertulis sebab wirausaha mudah
mengontrol usahanya sendiri.

Di Indonesia sendiri, belum terdapat batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha
kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria menurut fokus permasalahan yang
ditinjau. Dalam undang-undang No. 9/1995 Pasal 5 tentang usaha kecil, disebutkan beberapa
kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.00 (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

Komisi untuk Perkembangan Ekonomi mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai


berikut:

1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik

2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil

3. Daerah operasi bersifat lokal

4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil

Usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan dari usaha
kecil Antara lain:

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak,

Bila ada suatu perubahan, misalnya perubaha produk, teknologi, dan mesin baru,
usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang
berubah tesebut dibandingkan perusahaan besar.

2. Fleksibel

Perusahaan kecil ini sangat luwes, sehingga dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
setempat. Bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya
menggunakan sumber-sumber yang bersifat lokal.

3. Tidak mudah Goncang


Hal ini disebabkan karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan
didapatkan di dalam suatu daerah yang sifatnya lokal yang mengakibatkan perusahaan
tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor.

Sedangkan kelemahan usaha kecil diantaranya yaitu:

1. Kelemahan Struktural

Yang dimaksud dengan kelemahan struktural adalah kelemahan usaha kecil yang
terletak dalam manajemen, organisasi, teknologi, sumber daya, dan pasar. Secara
struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjol adalah kurangnya
permodalan. Akibatnya, terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal.

2. kelemahan kultural

Yang dimaksud dengan kelemahan kultural adalah kelemahan usaha kecil dalam
bidang budaya perusahaan yang kurang mencerminkan perusahaan sebagai “corporate
culture”. Kelemahan kultural ini berdampak terhadap kelemahan struktural. Kelemahan
kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan
lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku.

III. Kerangka Hipotesis Pengembangan usaha kecil.

Hasil studi yang di lakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam tahap
pengembangan bisnis yaitu tahap konsepsi (conception) , survival , stabilitasi , orientasi
pertumbuhan , pertumbuhan yang cepat dan kematangan. Banyak konsep yang di kemukakan
oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil
dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi
bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada
kemampuan internal yang meliputi kompetensi khusus. Sementara itu Michael Porter dalam
teori competitive statregy nya mengemukakan bahwa untuk mencapai daya saing khusus,
perusahan harus menciptakan keunggulan melalui strategi generic yaitu strategi yang
menekankan pada low cost strategi differentiation dan focus. Dengan strategi ini perusahaan
akan mempunyai daya tahan hidup secara berkelanjutan (sustainability).

Menurut pendapat Mahoney dan Pandian strategi yang dikemukakan dan bersifat
statis,menurut mereka yang lebih penting adalah strategi jangka panjang dan dinamis. Dengan
demikian perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada
pengembangan sumberdaya internal secara superior untuk menciptakan kompetensi inti (care
competency)seperti yang di syarankan oleh Mintzberg.

Dalam praktek persaingan bebas yang semakin bebas yangdinamis seprti sekarang ini,
menurut D’Aveni perusahaan harus menekankan pada setiap pengembangan kompetensi inti
yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan dimana keunggulan tersebut
dapat di ciptakan melalui “the new 7-s strategy” yaitu:

1. Superior stakeholder satisfaction (mengutamakan kepuasaan stakeholder)

2. Strategic sooth saying (strategi yang membuat mencengangkan)

3. Position for speed (posisi mengutamakan kecepatan)

4. Position for surprise (posisi untuk membuat kejutan)

5. Shitif the role of the game (strategi mengadakan perubahan peran yang di mainkan)

6. Signating strategic (mengindikasikan tujuan dari strategi)

7. Simultainous dan sequential strategic thrust (membuat rangkaian penggerak atau


pendorong strategi secara simultan dan berurutan)

Dari gambaran di atas jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan kecil maupun
perusahan besar,pada umumnya tergantung pada strategi manajemen perusahaan dalam
memberdayakan sumberdaya manusia.
PENGANTAR MENAJEMEN DAN
KEWIRAUSAHAAN

Resume
“Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya”

Oleh kelompok 8:
Chevi Kurnia (1201273)
Yessy Nazir (1201300)
Nadiatur Rahma (1201302)

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang

Anda mungkin juga menyukai