Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Man. Transportasi Udara dan
Akomodasi Haji
Dosen Pengampu : DRS. H. AHMAD KARTONO, MSi
Disusun Oleh :
Kelompok 2
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya. Saya dapat menyelesaikan
tugas makalah observasi ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para
sahabatnya serta tak lupa pula kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.
Aamiin
Makalah ini saya susun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Transportasi
Udara dan Akomodasi Haji dan Lembaga Keuangan Syariah oleh Dosen Pengampu DRS. H.
AHMAD KARTONO, MSi Saya ucapkan terimakasih kepada beliau atas bimbingan dan
saran sehingga terwujudnya makalah ini.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun kami harapkan agar terciptanya pendekatan kepada taraf
yang sempurna. Dan semoga apa yang tersajikan dalam makalah ini berguna bagi pembaca
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr,wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun islam yang ke lima, umat islam di wajibkan untuk mengerjakan
haji bila mampu, ibadah haji sendiri merupakan ibadah yang di kerjakan di tanah suci Makah
dalam waktu tertentu atau lebih tepatnya di bulan Zulhijah. Umat muslim yang jumlahnya
sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia di kumpulkan dalam satu waktu dan tempat pada
saat ibadah haji, untuk itu di perlukan manajemen yang mengatur proses ibadah haji mulai
dari keberangkatan sampai dengan kepulangan jamaah haji.
Kegiatan ibadah haji dan umrah mempunyai dua sisi yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaannya yaitu, standar pelaksanaannya saat masih di tanah air banyak aspek penting
yang harus diperhatikan pembinaannya seperti dalam pelayanan jasa (pembayaran setoran
ONH ke bank, pengurusan dokumen haji dan umrah, pemeriksaan kesehatan calon jamaah),
bimbingan manasik, (materi bimbingan, metode dan waktu bimbingan), penyediaan
perlengkapan, dan konsultasi keagamaan. Sedangkan standar pelayanan ibadah haji dan
umrah di tanah suci adalah pelayanan akomodasi, transportasi, konsumsi, serta kesehatan.1
Dalam Penjelasan UU 8 Tahun 20192 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah dikatakan
bahwa Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat
muslim, baik secara fisik, mental, spiritual, sosial, maupun finansial dan sekali dalam seumur
hidup.
Berdasarkan peraturan perundang-undang dan praktik Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah, selama ini masih ditemukan beberapa kelemahan dalam aspek regulasi dan tata
kelola kebijakan, pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jemaah, maupun pengawasan
terhadap pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dapat dilaksanakan dengan
aman, nyaman, tertib, lancar, dan sesuai dengan syari‟at, serta menjunjung tinggi prinsip
keadilan, transparansi, dan akuntabilitas publik untuk sebesar-besar kemanfaatan jemaah haji
dan jemaah umrah.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana proses bahwa transportasi
jemaah haji dari daerah asal ke embarkasi dan dari debarkasi ke daerah asal menurut Undang-
Undang dan juga ketentuan yang berlaku di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mekanisme pengadaan transportasi atau penerbangan Haji
b. Bagaimana persyaratan dan spesifikasi trasnportasi udara Haji
c. Bagaimana Penetapan penerbangan pada embarkasi haji
d. Bagaimana Penetapan transportasi domestik jamaah haji
e. Bagaimana Transportasi penerbangan jamaah umrah
1
Abdul Aziz dan Kustini, Ibadah Haji Dalam Sorotan Publik, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan,
2007), h. 22
2
UU No. 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah
C. Tujuan Makalah
a. Mengetahui Bagaimana mekanisme pengadaan transportasi atau penerbangan Haji
b. Mengetahui Bagaimana persyaratan dan spesifikasi trasnportasi udara Haji
c. Mengetahui Bagaimana Penetapan penerbangan pada embarkasi haji
d. Mengetahui Bagaimana Penetapan transportasi domestik jamaah haji
e. Mengetahui Bagaimana Transportasi penerbangan jamaah umrah
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan pelaksanaan transportasi adalah pengangkutan jamaah haji mulai dari tempat
embarkasi, selama berada di Arab Saudi dan pemulangan kembali ke tempat embarkasi asal
Indonesia. Pengangkutan jamaah haji dengan menggunakan kapal laut telah dimulai sejak
tahun 1947 sampai dengan terakhir tahun 1978. Penyebab pokok dari berakhirnya angkutan
haji melalui angkutan laut adalah minimnya pelayanan dan ketersediaan armada kapal laut
yang akan digunakan untuk mengangkut jamaah haji yang tidak memadai.
Sejak tahun 1979 ditetapkan bahwa angkutan haji dilaksanakan dengan angkutan udara.
Sejak tahun 1979 sampai tahun 1998, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat udara
dimonopoli oleh perusahaan penerbangan nasional PT Garuda Indonesia. Baru pada tahun
1999, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat udara mulai mengikutsertakan perusahaan
penerbangan asing sebagai pelaksana angkutan haji, yaitu Saudi Arabian Airlines (SV). Salah
satu dampak positif yang cukup signifikan dengan adanya kebijakan tersebut, adalah tariff
angkutan haji dapat ditekan dan diturunkan sehingga berpengaruh dalam penetapan
komponen biaya perjalanan haji yang sebagian besar merupakan biaya angkutan udara.
Penetapan perusahaan penerbangan sebagai pelaksana transportasi haji dilakukan oleh
Menteri Agama dengan sistem penunjukan langsung melalui proses penetapan spesifikasi
angkutan haji, penawaran terbatas dan negosiasi. Dalam operasionalnya penerbangan haji
dilakukan dengan sistem charter, sehingga tarif yang ditetapkan lebih tinggi dari tarif
penerbangan reguler dengan rute yang sama.
Penyelenggaraan angkutan haji, menurut Departemen Agama merupakan kegiatan yang
khusus/spesifik yang ditandai dengan: Pertama, keterikatan dengan ketentuan keharusan
melibatkan Saudi Arabian Airlines (SV) dalam angkutan haji atau apabila tidak
mengikutsertakannya, maka pihak yang mengangkut diharuskan membayar royalty kepada
Saudi Arabian Airlines (sebesar US$ 100 per penumpang); Kedua, angkutan haji berbeda
dengan angkutan reguler karena dalam penetapan biaya angkutan haji harus
memperhitungkan adanya 4 kali penerbangan Indonesia-Jeddah pergi pulang; dan Ketiga,
angkutan haji bukan sekedar mengangkut jamaah haji dan barang bawaan dari bandara asal
ke bandara tujuan, tetapi juga meliputi pelayanan check in di luar bandara (asrama haji
embarkasi dan Madinatul Hujjaj).
Pada tahun-tahun awal angkutan jamaah haji Indonesia dengan menggunakan angkutan
udara dan daerah pemberangkatan haji masih hanya satu yang dipusatkan di Jakarta, maka
dalam satu hari satu malam (24 jam) panitia pemberangkatan jamaah haji harus
memberangkatkan jamaah sebanyak 16 kloter. Berati dalam 24 jam tersebut harus tersedia 16
pesawat untuk mengangkut jamaah haji secara berturut-turut dalam waktu sekitar 28 hari.
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah pada akhirnya tempat pemberangkatan haji
menjadi sebelas daerah embarkasi (Banda Aceh, Medan, Batam, Padang, Jakarta, Surabaya,
Solo, Makassar, Balikpapan, Palembang, dan Banjarmasin) dan dilayani oleh 2 perusahaan
penerbangan, maka dalam tenggang waktu kurang lebih 28 hari.
Pemberangkatan jamaah haji dengan jumlah yang besar itu dapat diselesaikan sesuai
rencana. Distribusi penerbangan untuk delapan dari sebelas embarkasi yang ada kurang lebih
adalah sebagai berikut:
1) Embarkasi Jakarta dengan pesawat Garuda (GA) kurang lebih 57 flight dan dengan
pesawat Saudia Airlines (SV) kurang lebih 52 flight.
2) Embarkasi Medan dengan pesawat GA kurang lebih 27 flight.
3) Embarkasi Ujung Pandang dengan pesawat GA kurang lebih 94 flight.
4) Embarkasi Balikpapan dengan pesawat GA kurang lebih 94 flight.
5) Embarkasi Solo dengan pesawat GA kurang lebih 67 flight.
6) Embarkasi Banda Aceh dengan pesawat GA kurang lebih 38 flight.
7) Embarkasi Surabaya dengan pesawat SV kurang lebih 116 flight.
8) Embarkasi Batam dengan pesawat SV kurang elbih 16 fligh.
3
Drs. H. Ahmad Kartono, Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Ciputat, 2017), hlm.72-
73
e. Tarif Penerbangan
f. Barang Bawaan
g. Tahap Pembayaran
h. Sanski, dll.
Kementerian Perhubungan menyatakan ada empat syarat pokok pesawat yang akan
digunakan oleh maskapai penerbangan untuk angkutan udara jamaah haji guna meningkatkan
keselamatan. Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengatakan empat syarat itu masuk
dalam Kerangka Acuan Penyediaan Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia Tahun 1434
H atau pada 2013. Keempat syarat itu adalah:
1) Pesawat udara yang dioperasikan minimal produksi 1995 ke atas kecuali jenis Boeing
747 minimal produksi 1991.
2) Pesawat udara yang dioperasikan harus memenuhi standar kelaikan udara sesuai dengan
peraturan penerbangan sipil negara asal pesawat didaftar, yang dibuktikan dengan surat
kelaikan udara (CoA) dan bukti perawatan berkala.
3) Perusahaan penerbangan menyampaikan data pesawat udara dan dokumen penyewaan
pesawat udara sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat udara dari negara asal pesawat
disewa.
4) Pemeriksaan kelaikan pesawat udara yang akan digunakan untuk angkutan haji
berdasarkan peraturan keselamatan penerbangan sipil Indonesia. Adapun pemeriksaan
sebagaimana poin empat meliputi kondisi pesawat, pelaksanaan airworthiness directive,
komponen status (life limited components, engine, pesawat), riwayat perawatan (jadwal
inspeksi sebelumnya), dokumen-dokumen pesawat udara lain.
4
Drs. H. Ahmad Kartono, Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Ciputat, 2017), hlm.73
b. Persyaratan Teknis, meliputi:
Memiliki struktur organisasi khusus yang melayani haji
Memiliki standar operasional prosedur (SOP)
Mampu melayani minimal 30 ribu jamaah haji
Pesawat yang digunakan tahun 1995
Menyampaikan sertifikat International Organization Safety Audit (IOSA) dan IATA
(International Air Transport Assosiation)
Jenis dan kapasitas seat yang digunakan
Menyampaikan data dan dokumen pesawat yang ditawarkan
Pesawat yang ditawarkan adalah pesawat charter.
"5 Juli seluruh jemaah haji sudah masuk ke asrama, ke embarkasi dan keesokan harinya
Insya Allah mereka diberangkatkan ke Tanah Suci. Madinah secara berlangsung angsur
kemudian yang lain menyusul," jelas Menag.
Berikut jadwal perjalanan haji 1440H/2019 yang dirilis oleh Kemenag sejak November
2018 yakni:
Didalam peraturan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 124 Tahun 2016 tentang
penetapan embarkasi dan debarkasi haji menjelaskan bahwa untuk kelancaran
penyelenggaraan ibadah haji perlu ditetapkannya embarkasi dan debarkasi haji.
7
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 989 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri
Agama Nomor 124 tahun 2016 tentang Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak tahun 1979 ditetapkan bahwa angkutan haji dilaksanakan dengan angkutan
udara. Sejak tahun 1979 sampai tahun 1998, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat
udara dimonopoli oleh perusahaan penerbangan nasional PT Garuda Indonesia. Baru pada
tahun 1999, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat udara mulai mengikutsertakan
perusahaan penerbangan asing sebagai pelaksana angkutan haji, yaitu Saudi Arabian Airlines
(SV).
Penetapan perusahaan penerbangan sebagai pelaksana transportasi haji dilakukan oleh
Menteri Agama dengan sistem penunjukan langsung melalui proses penetapan spesifikasi
angkutan haji, penawaran terbatas dan negosiasi. Dalam operasionalnya penerbangan haji
dilakukan dengan sistem charter, sehingga tarif yang ditetapkan lebih tinggi dari tarif
penerbangan reguler dengan rute yang sama.
B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah masih banyak sekali kekurangan, untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhksn demi kesempurnaan dari
makalah yang telah kami buat
DAFTAR PUSTAKA