Anda di halaman 1dari 14

TRANSPORTASI UDARA DAN ANGKUTAN

DOMESTIK JAMAAH HAJI

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Man. Transportasi Udara dan
Akomodasi Haji
Dosen Pengampu : DRS. H. AHMAD KARTONO, MSi
Disusun Oleh :

Kelompok 2

BELLA NURFITRIAH PRIYANA 11180530000132

DESYA ZAHRATUL FITRI 11180530000147

MUHAMAD BAGAS ADITYA 11180530000036

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

A. Latar belakang ...............................................................................................................1


B. Rumusan masalah ..........................................................................................................1
C. Tujuan penelitian ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................2

A. Mekanisme Pengadaan Transportasi Udara/ Penerbangan Haji


B. Persyaratan dan Spesifikasi Transportasi Udara/ Penerbangan Haji
C. Penetapan Jadwal Penerbangan Pada Embarkasi Haji
D. Penetapan Transportasi Domestik Jamaah Haji
E. Transportasi Penerbangan Jamaah Haji

BAB III PENUTUP .................................................................................................................

A. Kesimpulan .................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmatnya. Saya dapat menyelesaikan
tugas makalah observasi ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para
sahabatnya serta tak lupa pula kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.
Aamiin
Makalah ini saya susun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Transportasi
Udara dan Akomodasi Haji dan Lembaga Keuangan Syariah oleh Dosen Pengampu DRS. H.
AHMAD KARTONO, MSi Saya ucapkan terimakasih kepada beliau atas bimbingan dan
saran sehingga terwujudnya makalah ini.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun kami harapkan agar terciptanya pendekatan kepada taraf
yang sempurna. Dan semoga apa yang tersajikan dalam makalah ini berguna bagi pembaca
pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wr,wb.

Tangerang, 05 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun islam yang ke lima, umat islam di wajibkan untuk mengerjakan
haji bila mampu, ibadah haji sendiri merupakan ibadah yang di kerjakan di tanah suci Makah
dalam waktu tertentu atau lebih tepatnya di bulan Zulhijah. Umat muslim yang jumlahnya
sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia di kumpulkan dalam satu waktu dan tempat pada
saat ibadah haji, untuk itu di perlukan manajemen yang mengatur proses ibadah haji mulai
dari keberangkatan sampai dengan kepulangan jamaah haji.
Kegiatan ibadah haji dan umrah mempunyai dua sisi yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaannya yaitu, standar pelaksanaannya saat masih di tanah air banyak aspek penting
yang harus diperhatikan pembinaannya seperti dalam pelayanan jasa (pembayaran setoran
ONH ke bank, pengurusan dokumen haji dan umrah, pemeriksaan kesehatan calon jamaah),
bimbingan manasik, (materi bimbingan, metode dan waktu bimbingan), penyediaan
perlengkapan, dan konsultasi keagamaan. Sedangkan standar pelayanan ibadah haji dan
umrah di tanah suci adalah pelayanan akomodasi, transportasi, konsumsi, serta kesehatan.1
Dalam Penjelasan UU 8 Tahun 20192 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah dikatakan
bahwa Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat
muslim, baik secara fisik, mental, spiritual, sosial, maupun finansial dan sekali dalam seumur
hidup.
Berdasarkan peraturan perundang-undang dan praktik Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah, selama ini masih ditemukan beberapa kelemahan dalam aspek regulasi dan tata
kelola kebijakan, pembinaan, pelayanan, dan perlindungan jemaah, maupun pengawasan
terhadap pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dapat dilaksanakan dengan
aman, nyaman, tertib, lancar, dan sesuai dengan syari‟at, serta menjunjung tinggi prinsip
keadilan, transparansi, dan akuntabilitas publik untuk sebesar-besar kemanfaatan jemaah haji
dan jemaah umrah.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana proses bahwa transportasi
jemaah haji dari daerah asal ke embarkasi dan dari debarkasi ke daerah asal menurut Undang-
Undang dan juga ketentuan yang berlaku di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mekanisme pengadaan transportasi atau penerbangan Haji
b. Bagaimana persyaratan dan spesifikasi trasnportasi udara Haji
c. Bagaimana Penetapan penerbangan pada embarkasi haji
d. Bagaimana Penetapan transportasi domestik jamaah haji
e. Bagaimana Transportasi penerbangan jamaah umrah
1
Abdul Aziz dan Kustini, Ibadah Haji Dalam Sorotan Publik, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan,
2007), h. 22
2
UU No. 8 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah
C. Tujuan Makalah
a. Mengetahui Bagaimana mekanisme pengadaan transportasi atau penerbangan Haji
b. Mengetahui Bagaimana persyaratan dan spesifikasi trasnportasi udara Haji
c. Mengetahui Bagaimana Penetapan penerbangan pada embarkasi haji
d. Mengetahui Bagaimana Penetapan transportasi domestik jamaah haji
e. Mengetahui Bagaimana Transportasi penerbangan jamaah umrah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pengadaan Transportasi Udara/ Penerbangan Haji

Kegiatan pelaksanaan transportasi adalah pengangkutan jamaah haji mulai dari tempat
embarkasi, selama berada di Arab Saudi dan pemulangan kembali ke tempat embarkasi asal
Indonesia. Pengangkutan jamaah haji dengan menggunakan kapal laut telah dimulai sejak
tahun 1947 sampai dengan terakhir tahun 1978. Penyebab pokok dari berakhirnya angkutan
haji melalui angkutan laut adalah minimnya pelayanan dan ketersediaan armada kapal laut
yang akan digunakan untuk mengangkut jamaah haji yang tidak memadai.
Sejak tahun 1979 ditetapkan bahwa angkutan haji dilaksanakan dengan angkutan udara.
Sejak tahun 1979 sampai tahun 1998, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat udara
dimonopoli oleh perusahaan penerbangan nasional PT Garuda Indonesia. Baru pada tahun
1999, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat udara mulai mengikutsertakan perusahaan
penerbangan asing sebagai pelaksana angkutan haji, yaitu Saudi Arabian Airlines (SV). Salah
satu dampak positif yang cukup signifikan dengan adanya kebijakan tersebut, adalah tariff
angkutan haji dapat ditekan dan diturunkan sehingga berpengaruh dalam penetapan
komponen biaya perjalanan haji yang sebagian besar merupakan biaya angkutan udara.
Penetapan perusahaan penerbangan sebagai pelaksana transportasi haji dilakukan oleh
Menteri Agama dengan sistem penunjukan langsung melalui proses penetapan spesifikasi
angkutan haji, penawaran terbatas dan negosiasi. Dalam operasionalnya penerbangan haji
dilakukan dengan sistem charter, sehingga tarif yang ditetapkan lebih tinggi dari tarif
penerbangan reguler dengan rute yang sama.
Penyelenggaraan angkutan haji, menurut Departemen Agama merupakan kegiatan yang
khusus/spesifik yang ditandai dengan: Pertama, keterikatan dengan ketentuan keharusan
melibatkan Saudi Arabian Airlines (SV) dalam angkutan haji atau apabila tidak
mengikutsertakannya, maka pihak yang mengangkut diharuskan membayar royalty kepada
Saudi Arabian Airlines (sebesar US$ 100 per penumpang); Kedua, angkutan haji berbeda
dengan angkutan reguler karena dalam penetapan biaya angkutan haji harus
memperhitungkan adanya 4 kali penerbangan Indonesia-Jeddah pergi pulang; dan Ketiga,
angkutan haji bukan sekedar mengangkut jamaah haji dan barang bawaan dari bandara asal
ke bandara tujuan, tetapi juga meliputi pelayanan check in di luar bandara (asrama haji
embarkasi dan Madinatul Hujjaj).
Pada tahun-tahun awal angkutan jamaah haji Indonesia dengan menggunakan angkutan
udara dan daerah pemberangkatan haji masih hanya satu yang dipusatkan di Jakarta, maka
dalam satu hari satu malam (24 jam) panitia pemberangkatan jamaah haji harus
memberangkatkan jamaah sebanyak 16 kloter. Berati dalam 24 jam tersebut harus tersedia 16
pesawat untuk mengangkut jamaah haji secara berturut-turut dalam waktu sekitar 28 hari.
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah pada akhirnya tempat pemberangkatan haji
menjadi sebelas daerah embarkasi (Banda Aceh, Medan, Batam, Padang, Jakarta, Surabaya,
Solo, Makassar, Balikpapan, Palembang, dan Banjarmasin) dan dilayani oleh 2 perusahaan
penerbangan, maka dalam tenggang waktu kurang lebih 28 hari.
Pemberangkatan jamaah haji dengan jumlah yang besar itu dapat diselesaikan sesuai
rencana. Distribusi penerbangan untuk delapan dari sebelas embarkasi yang ada kurang lebih
adalah sebagai berikut:
1) Embarkasi Jakarta dengan pesawat Garuda (GA) kurang lebih 57 flight dan dengan
pesawat Saudia Airlines (SV) kurang lebih 52 flight.
2) Embarkasi Medan dengan pesawat GA kurang lebih 27 flight.
3) Embarkasi Ujung Pandang dengan pesawat GA kurang lebih 94 flight.
4) Embarkasi Balikpapan dengan pesawat GA kurang lebih 94 flight.
5) Embarkasi Solo dengan pesawat GA kurang lebih 67 flight.
6) Embarkasi Banda Aceh dengan pesawat GA kurang lebih 38 flight.
7) Embarkasi Surabaya dengan pesawat SV kurang lebih 116 flight.
8) Embarkasi Batam dengan pesawat SV kurang elbih 16 fligh.

B. Persyaratan dan Spesifikasi Transportasi Udara/ Penerbangan Haji

Spesifikasi Transportasi Haji/Penerbangan Haji merupakan dokumen yang dijadikan


dasar dan acuan dalam pelaksanaan transportasi/penerbangan haji dan ditetapkan oleh Dirjen
PHU. Spesifikasi penerbangan haji meliputi:3
a. Kapasitas Pesawat
b. Jenis Pesawat
c. Embarkasi/Debarkasi
d. Penjadwalan Pemberangkatan/ Pemulangan

3
Drs. H. Ahmad Kartono, Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Ciputat, 2017), hlm.72-
73
e. Tarif Penerbangan
f. Barang Bawaan
g. Tahap Pembayaran
h. Sanski, dll.

Kementerian Perhubungan menyatakan ada empat syarat pokok pesawat yang akan
digunakan oleh maskapai penerbangan untuk angkutan udara jamaah haji guna meningkatkan
keselamatan. Menteri Perhubungan EE Mangindaan mengatakan empat syarat itu masuk
dalam Kerangka Acuan Penyediaan Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia Tahun 1434
H atau pada 2013. Keempat syarat itu adalah:

1) Pesawat udara yang dioperasikan minimal produksi 1995 ke atas kecuali jenis Boeing
747 minimal produksi 1991.
2) Pesawat udara yang dioperasikan harus memenuhi standar kelaikan udara sesuai dengan
peraturan penerbangan sipil negara asal pesawat didaftar, yang dibuktikan dengan surat
kelaikan udara (CoA) dan bukti perawatan berkala.
3) Perusahaan penerbangan menyampaikan data pesawat udara dan dokumen penyewaan
pesawat udara sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat udara dari negara asal pesawat
disewa.
4) Pemeriksaan kelaikan pesawat udara yang akan digunakan untuk angkutan haji
berdasarkan peraturan keselamatan penerbangan sipil Indonesia. Adapun pemeriksaan
sebagaimana poin empat meliputi kondisi pesawat, pelaksanaan airworthiness directive,
komponen status (life limited components, engine, pesawat), riwayat perawatan (jadwal
inspeksi sebelumnya), dokumen-dokumen pesawat udara lain.

Adapun persyaratan Transportasi Udara yang harus dipenuhi, yaitu:4


a. Persyaratan Administrasi
 Surat izin niaga dari Kementerian Perhubungan
 Mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP)
 Laporan keuangan yang sudah di audit
 Daftar pesawat yang dimiliki
 Sertifikasi pengoperasian pesawat
 Dukungan pihak ketiga untuk transportasi darat, groud handling, dan catering
 Jaminan penawaran

4
Drs. H. Ahmad Kartono, Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Ciputat, 2017), hlm.73
b. Persyaratan Teknis, meliputi:
 Memiliki struktur organisasi khusus yang melayani haji
 Memiliki standar operasional prosedur (SOP)
 Mampu melayani minimal 30 ribu jamaah haji
 Pesawat yang digunakan tahun 1995
 Menyampaikan sertifikat International Organization Safety Audit (IOSA) dan IATA
(International Air Transport Assosiation)
 Jenis dan kapasitas seat yang digunakan
 Menyampaikan data dan dokumen pesawat yang ditawarkan
 Pesawat yang ditawarkan adalah pesawat charter.

C. Penetapan Jadwal Penerbangan Pada Embarkasi Haji

Bandara embarkasi haji adalah bandara yang dipakai untuk memberangkatkan


calon jamaah haji yang akan berangkat ibadah haji ke tanah suci Makkah Arab Saudi.
Penerbangan pesawat haji biasanya dari bandara embarkasi menuju bandara Jeddah Arab
Saudi. Sebaliknya Bandara Embarkasi Haji adalah bandara yang dipakai untuk
kedatangan jamaah haji yang pulang dari ibadah haji.

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) memajukan jadwal


keberangkatan para jemaah haji 2019 ke Tanah Suci. Dari semula pada 7 Juli, maju
menjadi 6 Juli 2019. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan
majunya jadwal keberangkatan membuat jemaah haji kloter awal harus masuk asrama
pada 5 Juli 2019, dari jadwal semula 6 Juli.

"5 Juli seluruh jemaah haji sudah masuk ke asrama, ke embarkasi dan keesokan harinya
Insya Allah mereka diberangkatkan ke Tanah Suci. Madinah secara berlangsung angsur
kemudian yang lain menyusul," jelas Menag.

Berikut jadwal perjalanan haji 1440H/2019 yang dirilis oleh Kemenag sejak November
2018 yakni:

1. 6 Juli 2019: Jemaah haji masuk Asrama Haji.


2. 7 Juli 2019: Awal pemberangkatan gelombang I. Rute penerbangan Indonesia-
Madinah.
3. 16 Juli 2019: Awal pemberangkatan gelombang I dari Madinah-Mekah.
4. 19 Juli 2019: Akhir pemberangkatan gelombang I. Rute penerbangan Indonesia-
Madinah.
5. 20 Juli 2019: Awal pemberangkatan gelombang II. Rute penerbangan Indonesia-
Jedah.
6. 28 Juli 2019: Akhir pemberangkatan gelombang I dari Madinah-Mekah.
7. 5 Agustus 2019: Akhir pemberangkatan gelombang II. Rute penerbangan
Indonesia-Jeddah.
8. 9 Agustus 2019: Hari Tarwiyah.
9. 10 Agustus 2019: Wukuf di Arafah.
10. 11 Agustus 2019: Hari Raya Iduladha
11. 12-14 Agustus 2019: Hari Tasyrik.
12. 17 Agustus 2019: Awal kepulangan gelombang I ke Tanah Air. Rute penerbangan
dari Bandara KAAIA Jedah-Indonesia.
13. 20 Agustus 2019: Awal pemberangkatan gelombang II dari Mekah-Madinah.
14. 29 Agustus 2019: Akhir pemulangan gelombang I. Rute penerbangan dari
Bandara KAAIA Jedah-Indonesia.
15. 30 Agustus 2019: Awal pemulangan gelombang II dari Bandara Madinah-
Indonesia.
16. 6 September 2019: Akhir pemberangkatan gelombang II dari Mekah-Madinah.
17. 15 September 2019: Akhir pemulangan gelombang II dari Bandara Madinah-
Indonesia.
18. 16 September 2019: Akhir kedatangan jemaah haji di Tanah Air. (kemenag/dbs).

Didalam peraturan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 124 Tahun 2016 tentang
penetapan embarkasi dan debarkasi haji menjelaskan bahwa untuk kelancaran
penyelenggaraan ibadah haji perlu ditetapkannya embarkasi dan debarkasi haji.

D. Penetapan Transportasi Domestik Jamaah Haji


Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa transportasi jemaah haji
dari daerah asal ke embarkasi dan dari debarkasi ke daerah asal menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang ditetapkan dengan Peraturan daerah.
Sedangkan mekanisme pemberangkatan dan pemulangan jamaah serta pengangkutan
barang adalah sebagai berikut:5
1. Kepala Staf Peneyelenggaraan Haji Kabupaten/ Kota menyiapkan jemaah dan barang
bawaan, mengkoordinasi-kan dan memberangkatkan ke Provinsi.
2. Kepala Staf Penyelengaraan Haji Provinsi menyiapkan jemaah dan barang,
mengkoordinasikan dan memberangkatkan ke embarkasi.
3. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi mengkoordinasikan dengan
pelaksana penerbangan haji untuk proses keberangkatan dari embarkasi ke Arab
Saudi dan sebaliknya.

E. Transportasi Penerbangan Jamaah Haji


Dalam rangka kemudahan pelayanan keberangkatan dan kepulangan jemaah haji,
Menteri Agama menetapkan 12 embarkasi/debarkasi yang telah memenuhi persyaratan
dan ketentuan yang diberlakukan, baik oleh Kementerian Perhubungan, Angkasapura
dan pihak penerbangan. Kedua belas embarkasi/debarkasi tersebut adalah:6
 Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi di Indonesia dan Bandara Tujuan:
Bandar udara embarkasi/debarkasi di indonesia
1) Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh (BTJ), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
2) Kualanamu, Medan (KNO), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi Sumatera
Utara.
3) Hang Nadim, Batam (BTH), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi Riau,
Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan sebagian provinsi Jambi.
4) Minangkabau, Padang (PDG), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi Sumatera
Barat, Bengkulu, dan sebagian dari provinsi Jambi.
5) Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang (PLM), untuk mengangkut jama’ah haji
provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.
6) Soekarno Hatta, Jakarta (CGK), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi DKI
Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Lampung.
7) Adi Sumarno, Solo (SOC), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi Jawa Tengah,
D.I Yogyakarta, dan sebagian provinsi Kalimantan Tengah.
5
Drs. H. Ahmad Kartono, Msi. Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Ciputat: 2017),
hlm.74
6
Drs. H. Ahmad Kartono, Msi. Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, (Ciputat: 2017),
hlm.78-79
8) Juanda, Surabaya (SUB), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi Jawa Timur, Bali
dan Nusa Tenggara Timur.
9) Sultan Aji Mahmud Sulaiman, Balikpapan (BPN), untuk mengangkut jama’ah haji
provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
10) Syamsudin Noor, Banjarmasin (BDJ), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi
Kalimantan Selatan dan sebagian provinsi Kalimantan Tengah.
11) Sultan Hasanuddin, Makassar (UPG), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi
Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat.
12) Zainuddin Abdul Madjid, Lombok (LOP), untuk mengangkut jama’ah haji provinsi
Nusa Tenggara Barat.
13) Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati (KTJ), untuk mengangkut jama’ah haji
provinsi
 Bandar Udara Tujuan Arab Saudi
1) Amir Muhammad Bin Abdul Aziz/AMAA, Madinah (MED)
2) King Abdul Aziz International Airport/KAIA, Jeddah (JED)

Sehubungan dengan telah ditetapkannya sertifikat Bandar Udara Internasional


Kertajati Majalengka Nomor 146/SBU-DBU/V/2018 tanggal 21 Mei 2018 sebagai
Bandar udara yang melayani kegiatan angkutan udara yang bersifat umum dan
internasional termasuk angkutan udara haji, perlu melakukan perubahan kembali
Keputusan Menteri Agamaa Nomor 124 Tahun 2016 tentang penetapan Embarkasi dan
Debarkasi Haji.
Memutuskan.7 kesatu yaitu mengubah Diktum KESATU Keputusan Menteri Agama
Nomor 124 Tahun 2016 Tentang Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji dengan
menambah nomor urut 13 sehingga berbunyi: Bandara Internasional Kertajati (KTJ),
sebagai Embarkasi dan Debarkasi Haji untuk wilayah Provinsi Jawa Barat.

7
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 989 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri
Agama Nomor 124 tahun 2016 tentang Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sejak tahun 1979 ditetapkan bahwa angkutan haji dilaksanakan dengan angkutan
udara. Sejak tahun 1979 sampai tahun 1998, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat
udara dimonopoli oleh perusahaan penerbangan nasional PT Garuda Indonesia. Baru pada
tahun 1999, pelaksanaan angkutan haji melalui pesawat udara mulai mengikutsertakan
perusahaan penerbangan asing sebagai pelaksana angkutan haji, yaitu Saudi Arabian Airlines
(SV).
Penetapan perusahaan penerbangan sebagai pelaksana transportasi haji dilakukan oleh
Menteri Agama dengan sistem penunjukan langsung melalui proses penetapan spesifikasi
angkutan haji, penawaran terbatas dan negosiasi. Dalam operasionalnya penerbangan haji
dilakukan dengan sistem charter, sehingga tarif yang ditetapkan lebih tinggi dari tarif
penerbangan reguler dengan rute yang sama.

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah masih banyak sekali kekurangan, untuk
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhksn demi kesempurnaan dari
makalah yang telah kami buat
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pedoman Penyediaan Transportasi Udara Jemaah Haji Reguler Tahun


1440H/2019M, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI
Tahun 2018
keputusan bersama menteri perhubungan dengan menteri agama.
Keputusan Menteri Agama RI, Tentang Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji.
Drs. H. Ahmad Kartono, Msi. Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Anda mungkin juga menyukai