Disusun Oleh :
Sayidatul Aqilah (40122104)
Muhammad Hisyam Zulfa (40122110)
Rima Amanda Putri (40122112)
Kelas : D
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 4
PENUTUP .................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat. Hal itu ditandai
dengan meningkatnya jumlah bank syariah dan lembaga keuangan non bank.
Dengan perkembangan perbankan Islam, juga berkembang praktek ekonomi Islam
yang lain, seperti leasing, asuransi, pasar modal, dana pensiun, lembaga zakat,
koperasi dan lain sebagainya. Kemajuan ini menjadi sinyal positif untuk
menunjang segala kebutuhan masyarakat yang diselenggarakan secara Islami,
mengingat sebelumnya belum adanya pelayanan dan proses pemenuhan
kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa Definisi Leasing Syariah?
2. Bagaimana Sejarah Leasing Syariah?
3. Bagaimana Mekanisme Kerja Leasing Syariah?
4. Bagaimana Kriteria dalam Syariah?
5. Bagaimana Dasar Hukum Syariah dan Hukum Negara Leasing
Syariah?
6. Apa Perbedaan Leasing Syariah dengan Leasing Konvensional?
7. Bagaimana Aplikasi/Praktek Lapangan Leasing Syariah?
8. Bagaimana Prospek Perkembangan Leasing Syariah?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi Leasing Syariah
2. Untuk mengetahui sejarah Leasing Syariah
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja Leasing Syariah
4. Untuk Mengetahui Kriteria Syariah.
5. Untuk mengetahui dasar hukum syariah dan hukum negara Leasing
Syariah
6. Untuk mengetahui perbedaan Leasing Syariah dengan Leasing
Konvensional
7. Untuk mengetahui aplikasi/praktek lapangan Leasing Syariah?
8. Untuk mengetahui prospek perkembangan Leasing Syariah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pada pasal 1 surat keputusan bersama 3 mentri keuangan, mentri
perdagangan, dan mentri perindustrian NOKEP-122/MK/IV/2/1974, dan No
30/Kpb/1/1974 7 februari 1974, menyebutkan bahwa leasing itu adalah: "setiap
kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal
untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk satu jangka waktu secara berkala,
disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilali sisa yang telah disepakati bersama"
Di Indonesia, perusahaan leasing disebut perusahaan sewa guna usaha.
Kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-
barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini artinya jika
nasabah membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor atau mobil
dengan cara disewa atau dibeli secara kredit, maka pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian (Sartika et al., 2022).
Leasing atau bisa juga di sebut sewa guna usaha yaitu perusahaan yang
berkerja dalam bidang pembiayaan dalam bentuk menyediakan barang atau modal
yang aka di kelola oleh lessee pada waktu yang telah di tentukan . pada intianya
leasing adalah perusahaan sewa untuk usaha menengah yang akan memulai usaha
dan leasing ini memiliki resiko yang rendah sehingga apabila usaha tersebut tiak
berjala dengan lancar tingkat kerugianya tidak terlalu tinggi. Pada leasing ini
melibakan tiga pihak yaitu lesor, lessee dan supplier.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang
Perusahaan Pembiayaan, sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala (Arif, 2012). Objek sewa guna usaha
adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa.
Menurut Perperes No. 9 tahun 2009 tentang lembaga pembiayaan yaitu
pembiayaan dalam bentuk menyediakan barang modal baik dengan sewa guna
5
usaha yang memakai hak opsi atau tidak dengan hak opsi yang akan di
pergunakan selama waktu yang telah di sepakat berdasarkan dengan pembiayaan
yang dilakukan secara bertahap (HERNAWATI, 2021).
Sedangkan Leasing syariah adalah salah satu sistem akad yang
menawarkan pembiayaan modal atas hak guna suatu barang dan mengharuskan
pengguna melakukan pembayaran dalam kurun waktu tertentu. Leasing syariah
merupakan salah satu pembiayaan yang dilakukan melalui kegiatan sewa dengan
tetap berpedoman pada prinsip-prinsip syariah. Leasing syariah adalah kegiatan
pembiayaan berupa penyediaan barang modal dengan menggunakan prinsip
pengelolaan syariah. Leasing syariah adalah sistem yang mengutamakan akad
(Mudharabah) dan mempunyai prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembayaran,
yaitu adl (adil), tawazun (keseimbangan), maslahah (kemashlahatan/manfaat),
alamiyah (universalisme), tidak terdapat unsur maisir (untung-untungan/judi), dan
tidak ada gharar (ketidakpastian). Leasing syariah dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan, baik itu secara langsung ataupun tidak
langsung.
B. Sejarah Leasing Syariah
Leasing mempunyai sejarah panjang sebagai kegiatan pembiayaan alternatif
non-bank. Meski belum diketahui tanggal pastinya, namun diyakini bahwa
transaksi sewa guna usaha telah terjadi sejak tahun 2000 SM. Bangsa Sumeria
merupakan bangsa pertama yang melakukan transaksi sewa guna usaha, mulai
dari peralatan pertanian, hak guna tanah dan air, serta peternakan. Dalam
perkembangan selanjutnya, banyak sistem hukum yang memasukkan transaksi
sewa guna usaha sebagai salah satu metode pembiayaannya. Pada tahun 1284,
sewa guna usaha diatur dengan common law di Inggris, dan pada tahun 1800-an
terjadi peningkatan jenis barang yang dapat disewakan. Saat ini, sewa guna usaha
memegang peranan penting sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan
dalam dunia usaha(Sumadi, 2018).
Sejarah leasing menurut T.M. Tom Clark bermula sekitar tahun 1850, pada
saat tercatatnya perusahaan pertama di Amerika Serikat yang menyewakan kereta
apiKemudian pada tahun 1877, perusahaan The Bell Telephone Company mulai
6
memberikan layanan penyewaan telepon kepada para pelanggan melalui
pembayaran secara angsuran. Sementara pada tahun 1952, perusahaan leasing di
San Fransisco menawarkan jasa penjualan secara leasing kepada perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan barang-barangHal ini mendorong munculnya
usaha leasing di Inggris, Jerman dan Jepang(Fadhillah, 2019).
Sedangkan Sejarah leasing di Indonesia sendiri pertama kali berkembang
pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama MenKeu
(Menteri Keuangan), Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dengan No.
122/1974, 32/1974 dan 30/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha
Leasing. Usaha leasing tersebut berkembang pesat menjadi salah satu alternatif
sumber pembiayaan bagi pengembangan dunia usaha, baik usaha berskala kecil
maupun usaha yang berskala besar. Pada tahun 1984 telah berdiri 48 perusahaan
leasing yang ada di Indonesia dengan keseluruhan kontrak mencapai 436,1 miliar
rupiah(Fadhillah, 2019).
C. Mekanisme Kerja Leasing Syariah
Dalam leasing berbasis syariah pihak yang memberikan pembiayaan atau sewa
disebut sebagai muajjir dan pihak penerima sewa guna dinamakan musta’jir.
Sementara gambaran mekanisme yang dilakukan dalam leasing syariah adalah
sebagai berikut (Fadhillah, 2019) :
a. Transaksi ijarah dimana pada prinsipnya sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan jual beli. Melalui transaksi ijarah tersebut dilakukan pemindahan
manfaat atas suatu jasa. Disinilah letak perbedaan mendasar antara jual
beli biasa yang obyeknya berupa barang dengan transaksi ijarah.
b. Pada periode akhir sewa guna bank atau lembaga keuangan sebagai
muajjir bisa menjual barang yang disewakan kepada musta’jir (nasabah)
dengan menggunakan prinsip ijarah muntahiya bittamlik atau perpindahan
kepemilikan atas obyek ijarah yang dilakukan pada saat-saat tertentu).
c. Harga sewa dan juga harga jual dari obyek ijarah telah disepakati sejak
awal antara bank/ lembaga keuangan sebagai pihak muajjir (lessor) dengan
musta’jir (nasabah/ lesse).
7
d. Leasing Ijarah merupakan kegiatan pengadaan barang modal oleh lessor
(pihak yang menyewakan) dan diikuti perpindahan kepemilikan kepada
lessee (pihak yang menyewa/penyewa) dengan cara pembelian saham
kepemilikan yang pembayarannya dilakukan secara angsuran.
Karena dalam system leasing belum terbebas dari bunga, maka dalam
transaksi syariah menggunakan istilah Ijarah Muntahiah Bit- Tamlik (IMBT).
Ijarah Muntahiah bit-tamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek
sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek yang disewakan
dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan
akad sewa. Selain IMBT, terdapat jenis ijarah lain yang digunakan dalam sistem
pembiayaan, yaitu : Ijarah mutlaqah, bai’ at takjiri dan musyarakah mutanaqisah
(Zakariya, n.d.).
Sedangkan untuk mengetahui Mekanisme operasional Lembaga sewa guna
usaha atau leasing, secara garis besar seperti berikut:
a. Penyewa memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan, membuat
penawaran harga, dan menunjuk pemasok peralatan.
b. Setelah mengisi formulir permohonan, penyewa mengirimkannya kepada
penyewa beserta dokumen pendukungnya.
c. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk
memberikan fasilitas sewa dengan syarat dan ketentuan yang disepakati
oleh penyewa (masa pembayaran sewa), kemudian kontrak sewa dapat
ditandatangani.
d. Pada saat yang sama, penyewa dapat menandatangani kontrak asuransi
atas peralatan yang disewakan dengan perusahaan asuransi yang disetujui
oleh penyewa sebagaimana tercantum dalam kontrak sewa. Perjanjian
kontrak utama dibuat antara lessor dan perusahaan asuransi.
e. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani oleh lessor dengan
pemasok peralatan.
f. Pemasok dapat mengirimkan peralatan yang disewakan ke lokasi penyewa.
Untuk memelihara dan menyervis peralatan, pemasok akan
menandatangani perjanjian layanan purna jual.
8
g. Penyewa menandatangani tanda terima dan pengiriman peralatan ke
pemasok.
9
7. Memiliki konsekuensi atas keterlambatan pembayaran
10
anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.(Al-Baqarah/2:233)
Maksud ungkapan “apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut”, dari ayat diatas adalah menjelaskan tentang adanya jasa yang
diberikan, maka wajib membayar upah (fee) secara pantas atau sesuai dengan
jasanya. Dalam hal ini termasuk di dalamnya jasa penyewaan barang atau
leasing. (Febrianti, 2020)
ٍ ٰض دَ َرج
ت َ شت َ ُه ْم فِى ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْن َيا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع
ٍ ض ُه ْم فَ ْوقَ بَ ْع َ َاَهُ ْم يَ ْق ِس ُم ْونَ َر ْح َمتَ َر ِب ۗكَ نَ ْح ُن ق
َ س ْمنَا بَ ْينَ ُه ْم َّم ِع ْي
)32 :43/ ( الزخرف٣٢ َس ْخ ِريًّا َۗو َر ْح َمتُ َر ِبكَ َخي ٌْر ِم َّما َي ْج َمعُ ْون ُ ِل َيتَّخِ ذَ َب ْع
ُ ض ُه ْم َب ْعضاا
Terjemahan Kemenag 2019
32. Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang
menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (Az-Zukhruf/43:32).
(QuranKemenagInMsWord, n.d.)
b. Hadits
1) "Berikanlah upah atau jasa kepada orang yang kamu pekerjakan,
sebelum kering keringat mereka" (HR.Abu Ya'la, Ibnu Majah, at-
Tabrani dan at-Tirmidzi).
Pada hadis ini upah seudah di jelaskan jika kita menyewa tenaga
kerja hendaklah kita memberikan upah yang pantas dan sesuai dari
apa yang di kerjakan agar tidak ada timbul rasa tidak ihlas dalam
pekerjaan tersebut .
2) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Berbekam kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada
tukang bekam itu” (HR. Bukhari).
2. Dasar Hukum
Setiap melakukan transaksi pasti memiliki landasan hukum sendiri untuk
11
meminimalisir kecurangan yang di lakukan di dalam transaksi tersebut . Landasan
hukum leasing di atur dalam :
a. SKB mentri keuangan , mentri perindustrian dan mentri perdagangan
dengan nomor KEP112/MK/IV/2/1997 , Nomor 32/M/SK/1974 dan
diatur dalam Nomor 30/KPB/I/1974 tentang perizinan usaha leasing
dimana pasal 1 menyatakan bahwa “ setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang atau modal yang
digunakan oleh perusahaan dalam jangka tertentu denga pembayaran
bertahap di sertai dengan hak (opsi) bagi berusahaan untuk meminjam
membeli barang atau memijam modal yang bersangkutan /menabah
jangka waktu leasing dengan berdasarkan jumlah sisa yang telah di
tentukan bersama. (Faiza, n.d.).
b. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-
04/BL/2007 tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah. (Fadhillah, 2019)
c. Fatwa Dewan syari’ah nasional no: 09/dsn-mui/iv/2000 tentang
Pembiayaan ijarah. (DSN-MUI, 2000)
12
4. Lewat jatuh di kenakan sanksi juga pembayaran akan di kenakan
tempo tetapi jumlahkan tidak sanksi sepeti denda yang akan
bergantung pada angsuran. di bayar berdasarkan ansuran.
5. Bentuk Nasabah tidak dikenakan Pinjam meminjam obyeknya
transaksi biaya administrasi. Tidak uang dengan mekanisme
ada istilah bunga berjalan bunga.
IMBT dengan obyeknya
barang sehingga merupakan
transaksi sewa beli atau
BBA (Bai’ Bitsaman ajil)
yaitu jual beli dengan
cicilan pembayaran.
6. Asuransi Asuransi Syariah Memakai asuransi
konvensional
7. Pengawasan Dewan Penasehat Syariah Otoritas Jasa Keuangan
dan Otoritas Jasa Keuangan
8. Sumber dana Bank syariah Bank konvensional
Dewan
9. Prinsip Berprinsip jual beli Simpan pinjam(Faiza, n.d.)
FIF merupakan bagian dari kelompok Astra yang berdiri pada tanggal 1
Mei 1989 dengan nama PT. Mitrapusaka Artha Finance dan pada tanggal 21
Oktober berubah nama menjadi PT Federal International Finance. Bisnis
utamanya adalah pembiayaan retail sepeda motor Honda baik baru maupun bekas,
mempunyai 82 Kantor Cabang dan 166 Point of Service (POS) di seluruh
Indonesia bekerjasama dengan 650 dealer resmi sepeda motor Honda. Jumlah
karyawan lebih dari 5200 orang dan 50% diantaranya adalah karyawan lapangan.
Membiayai setiap bulannya rata- rata 100.000 unit sepeda motor Honda dan
hingga saat ini menangani 1 juta konsumen aktif.
13
Pada tahap perkembangan selanjutnya PT Federal International Finance
membuka layanan syariah yang dikenal dengan FIF Syariah dan memiliki cabang
di seluruh Indonesia. FIF Syariah didirikan berdasarkan landasan hukum
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No. 448/KMK.017/2000 Pasal 7 ayat yang
menyatakan: "Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perusahaan Pembiayaan
dapat melakukan pembiayaan berdasarkan prinsif Syariah". Sedangkan akad yang
digunakan pada transaksi pembiayaan FIF Syariah adalah akad murabahah, sesuai
dengan Fatwa Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia No. 04/DS
MUI/IV/2000 yang mengatur tentang murabahah. Dan sesuai dengan ketentuan
tentang pengelolaan ekonomi syariah tentang keharusan adanya Dewan Pengawas
Syariah di Indonesia, maka FIF Syariah juga memiliki Dewan Pengawas Syariah
sebagai kelengkapan operasional.
Adapun yang akad yang digunakan pada FIF Syariah adalah akad
murabahah. Akad murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu dimana
penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan kepada pembeli
termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.
15
6. Peningkatan Literasi Keuangan Syariah: Pendidikan dan literasi keuangan
syariah terus meningkat di seluruh dunia, yang berkontribusi pada
pemahaman yang lebih baik tentang produk leasing syariah dan
manfaatnya.
7. Pertumbuhan Ekonomi Regional: Perkembangan ekonomi di negara-
negara dengan mayoritas penduduk muslim, seperti negara-negara di
Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, juga mendukung
pertumbuhan leasing syariah.
8. Perkembangan Ekonomi Digital: Perusahaan leasing syariah dapat
memanfaatkan perkembangan ekonomi digital untuk mencapai konsumen
yang lebih luas, termasuk di daerah yang sulit dijangkau secara fisik.(Iqbal,
M., & Mirakhor, 2011)
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leasing syariah adalah salah satu sistem akad yang menawarkan pembiayaan
modal atas hak guna suatu barang dan mengharuskan pengguna melakukan
pembayaran dalam kurun waktu tertentu. Dalam leasing menggunakan istilah
Ijarah Muntahiah bit-tamlik yaitu akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa
dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan. Kebutuhan terhadap produk
pembiayaan dengan sistem leasing ini pada dasarnya telah dirasakan sejak awal
berdirinya bank-bank Islam, karena dapat melayani kebutuhan nasabah
untukmemiliki barang, bukan jasa. Pembiayaan dengan sistem leasing juga sangat
menarikkarena tidak dituntut dengan barang jaminan yang memberatkan
sertaadanya opsi yang memungkinkan untuk memiliki barang di akhir
periodesewa atau mengembalikannya. Perkembangan praktek bisnis perusahaan
pembiayaan di Indonesiayang umumnya dinilai sangat pesat seyogyanya diikuti
oleh keterlibatan peran pemerintah secara seimbang dengan upaya menciptakan
danmembina kualitas sumber daya manusianya. Produk leasingsangat dibutuhkan
masyarakat untuk menopang ekonomi lemah, karenamampu berpartisipasi
meningkatkan dan memberdayakan perekonomianyang berwujud dalam :
Peningkatan esadaran, regulasi dan peratura, diversifikasi produk, inovasi
teknologi, kemitraan strategis, peningkatan literasi keuangan syariah,
pertumbuhan ekonomi regional dan perkembangan ekonomi digit.
B. Saran
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami meminta kritik dan saran
dari dosen pengampu mata kuliah Lembaga Perekonomian Syariah. Demikian
semoga penjelasan kami untuk materi ini dapat dipahami, bermanfaat juga
berfaedah bagi kita semua, dan semoga kekurangan dari materi dan penjelasan
dari kami dapat dimaklumi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adsyah, R. (2021). Apa Itu Leasing Syariah? Pahami Secara Lebih Lengkapnya.
Investree.Id. https://blog.investree.id/how-to/apa-itu-leasing-syariah-pahami-
secara-lebih-lengkapnya/
Arif, M. N. R. Al. (2012). Buku_Lemb Keu Sy.pdf (pp. 291–296).
DSN-MUI. (2000). Fatwa DSN NO: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Ijarah. Himpunan Fatwa DSN MUI, 4.
Fadhillah, N. (2019). MEKANISME LEASING MENURUT HUKUM ISLAM
SERTA PERBANDINGANNYA Nur Fadhillah. Q I E M A ( Q o m a r u d d
i n I s l a m i c E c o n o m y M a g a z i n E ), 5(2), 135–149.
Faiza, N. A. (n.d.). Hukum Leasing Dalam Ekonomi Syariah dan Dalam Ekonomi
Konvensional. 1–7.
Febrianti, F. (2020). PERBANDINGAN PENERAPAN PEMBIAYAAN LEASING
KONVENSIONAL DAN SYARIAH PADA PT ADIRA FINANCE.
Hasanah, M. (n.d.). LEMBAGA DAN INSTRUMEN KEUANGAN SYARIAH
LEASING SYARIAH.
HERNAWATI. (2021). IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP HUKUM ISLAM
18
DALAM PRAKTIK SEWA GUNA USAHA (LEASING) SKRIPSI.
Husen, F. (2020). Leasing dalam Perspektif Fatwa Dewan Pengawas Syariah
Majelis Ulama Indonesia. Lisyabab : Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 1(1), 1–
10. https://doi.org/10.58326/jurnallisyabab.v1i1.9
Iqbal, M., & Mirakhor, A. (2011). An Introduction to Islamic Finance: Theory and
Practice. John Wiley & Sons.
QuranKemenagInMsWord. (n.d.).
Sartika, D., Bahari, R., & Sudirman. (2022). PENETAPAN PEMBIAYAAN
LEASING SYARIAH DI FIF KOTA METRO PERSPEKTIF HUKUM
EKONOMI SYARIAH. 2(1), 1–19.
Sewa Guna Usaha (Leasing). (n.d.). 12–39.
Sumadi. (2018). Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam , 4 ( 02 ), 2018 , 126-135 Menakar
Transaksi Leasing Dalam Tinjaun Hukum Ekonomi Syariah. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 4(02), 126–135.
Zakariya, D. (n.d.). Leasing Syariah. 10–46.
Zakki, M. I. (n.d.). Transaksi Leasing Di Indonesia Dalam Perspektif Hukum
Islam. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8(1).
https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.1.175-206
19