Anda di halaman 1dari 19

AYAT TENTANG PRODUKSI

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Tafsir Ekonomi ES-3C
Dosen Pengampu:
Bayu Fermadi, Lc, M. Hum.

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Galang Eka Prayoga (21401101)


2. Nurma Hidayah (21401015)
3. Syarah Vina Adelia Putri (21401086)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Tafsir Ekonomi ini,
dengan judul “Ayat Tentang Produksi”. Makalah ini akan membahas mengenai
pengertian produksi, Tujuan dan prinsip produksi, Pandamgan hadist tentang produksi,
Sistem produksi dalam islam dan, Faktor produksi. Hal tersebut kami bahas supaya
menambah wawasan mengenai Ayat tentang Harta.

Selain itu, makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ekonomi bapak Bayu Fermadi. Lc, M.
Hum pada semester 3 Prodi Ekonomi Syari’ah di Institut Agama Negeri Kediri. Kami
menyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan makalah kami ini,
oleh karena itu kami mohon agar pembaca berkenan memberi kritik dan saran agar kami
dapat memperbaiki dan menyusun makalah yang lebih baik lagi selanjutnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusun makalah ini. Semoga makalah Tafsir Ekonomi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Kediri, 20 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................4

A. Pengertian Produksi.................................................................................4
B. Tujuan Dan Prinsip-Prinsip Produksi......................................................5
C. Pandangan Hadist Tentang Produksi.......................................................5
D. Sistem Produksi Dalam Islam..................................................................7
E. Faktor-Faktor Produksi............................................................................9
BAB III : PENUTUP.......................................................................................11

A. Kesimpulan ...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan ekonomi tidak pernah lepas dari mengelola, menghasilkan,


mendistribusi dan memanfaatkan. Dalam bahasa ekonomi produksi, distribusi dan
konsumsi. Ketiga hal tersebut sangat berkaitan. Manusia harus menggelola
sesuatu hal sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Ada upaya dalam
pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan itu semua telah diatur dalam al-Qur’an
dan hadis. Tinggal lagi manusia, apakah ingin mendapatkan keridhoan Allah
dalam setiap apa yang dilakukan atau ingin melakukan sesuatu sesuai dengan
kemauannya. Semua itu mendapatkan ganjaran masing-masing. Dalam makalah
ini akan memaparkan bagaimana manusia dapat mengelola sumber daya alam
sesuai ketentuan Allah dan Rasulullah sehingga manusia dapat hidup bahagia di
dunia dan akhirat. Adapun sub-sub dalam produksi meliputi pengertian, konsep
Produksi dalam Hadis Rasulullah dan faktor-faktor produksi.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Produksi?
2. Bagaimana Tujuan dan Prinsip-Prinsip Produksi?
3. Bagaimana Pandangan Hadis Tentang Produksi?
4. Bagaimana Sistem Produksi Dalam Islam?
5. Apa Saja Faktor-Faktor Produksi?
C. TujuanPembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Produksi
2. Untuk Mengetahui Tujuan dan Prinsip-Prinsip Produksi
3. Untuk Mengetahui Pandangan Hadis Tentang Produksi
4. Untuk Mengetahui Sistem Produksi Dalam Islam
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor-Faktor Produksi

1
Riyani Fitri Lubis, Wawasan Ayat-Ayat Al-Qur'an Dan Hadits Tentang Produksi, al-intaj, Vol 3, No 1,
2017 hal 45

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi
Produksi Dalam bahasa Arab yaitu al-intaj dari akar kata nataja, yang
berarti mewujudkan atau mengadakan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas
dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsurunsur produksi yang
terbingkai dalam waktu yang terbatas. Produksi adalah menciptakan manfaat atas
suatu benda. Secara terminologi, kata produksi berarti menciptakan dan
menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan
bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari semula. Secara umum,
produksi adalah penciptaan guna (utility) yang berarti kemampuan suatu barang
tau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu.2 Pada ekonomi Islam,
produksi juga merupakan bagian terpenting dari aktivitas eknomi bahkan dapat
dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi disamping konsumsi, distribusi,
infak, zakat, nafkah dan sedekah.
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa
kemudian manfaatnya dirasakan oleh kunsumen. Produksi dalam presfektif Islam
bukan hanya beriontasi untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya
namun yang palin utama adalah kemaslahatan individu dan masyarakat secara
berimbang. Dengan kata lain ada yang menyatakan bahwa
pertimbangan produsen juga buka semata pada hal yang bersifat sumber daya
yang memiliki hubungan teknis dengan output, namun juga pertimbangan
kandungan berkah (non teknis) yang ada pada sumber daya maupun output.3
Dalam Al-Qur’an surat al-Hadid ayat 7, Allah berfirman:
۟‫ﱠِ ءَاﻣِﻨُﻮا‬+‫ﻛَﺒِﯿﺮٌ أَﺟْﺮٌ ﻟَﮭُﻢْ وَأَﻧﻔَﻘُﻮا۟ ﻣِﻨﻜُﻢْ ءَاﻣَﻨُﻮا۟ ﻓَﭑﻟﱠﺬِﯾﻦَ ۖ ﻓِﯿﮫِ ﻣﱡﺴْﺘَﺨْﻠَﻔِﯿﻦَ ﺟَﻌَﻠَﻜُﻢ ﻣِﻤﱠﺎ وَأَﻧﻔِﻘُﻮا۟ وَرَﺳُﻮﻟِﮫِۦ ﺑِﭑ‬
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar. (Q.S al-Hadid ayat 7).

2
Idris, Hadis Ekonomi “Ekonomi dalam Presfektif Hadis Nabi”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm.
51.
3
Ibid, h. 62-63.
2
Ayat di atas menguraikan konsekuensi dari hal yang telah dijelaskan
sebelumnya mengenai penciptaan dan kuasa Allah dengan menyatakan:
Berimanlah kamu semua kepada Allah dan Rasul yang diutusNya dalam
menyampaikan tuntunantu ntunanNya dan nafkahkanlah sebagian dari apa yakni
harta apapun yang Dia yakni Allah titipkan kepada kamu dan telah menjadikan
kamu berwenang dalam penggunaan-nya selama kamu masih hidup. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan berinfak walau sekadar apapun, selama
sesuai dengan tuntunan Allah, bagi mereka pahala yang besar.4
Dalam memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri
atau dijual di pasar, tetapi lebih jauh menekankan bahwa setiap kegiatan produksi
harus pula mewujudkan fungsi sosial. Dalam ekonomi Islam terdapat keyakinan
adanya Allah SWT sehingga peran dan kepemilikan dalam ekonomi dipegang
oleh Allah. Sehingga terwujudlah kemaslahatan individu dan masyarakat.5
Secara ringkasnya bahwa produksi adalah serangkaian kegiatan untuk
menghasilkan barang bukan hanya untuk individu tetapi masyarakat dan makhluk
lainnya bertujuan kemaslahatan. Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasul dan kebebasan mengelola berbagai elemen
dalam produksi diberikan kewenangan kepada manusia, namun kepemilikan
dipegang oleh Allah. Apabila dikerjakan sesuai dengan tuntunan maka akan
pahala yang didapat.6
B. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Produksi
Tujuan produksi sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tujuan
diciptakan dan diturunkannya manusia ke muka bumi yaitu sebagai khalifah Allah
dalam surat al-Baqarah ayat 30, pemakmur bumi dalam surat al-Hud ayat 61, yang
diciptakan untuk beribadah kepadanya-Nya dalam surat adz-Dzariyat ayat 56.7

ْ‫ﻧُﺴَﺒﱢﺢُ وَﻧَﺤْﻦُ ٱﻟﺪﱢﻣَﺂءَ وَﯾَﺴْﻔِﻚُ ﻓِﯿﮭَﺎ ﯾُﻔْﺴِﺪُ ﻣَﻦ ﻓِﯿﮭَﺎ أَﺗَﺠْﻌَﻞُ ﻗَﺎﻟُﻮٓا۟ ۖ ﺧَﻠِﯿﻔَﺔً ٱﻷَْرْضِ ﻓِﻰ ﺟَﺎﻋِﻞٌ إِﻧﱢﻰ ﻟِﻠْﻤَﻠَٰٓﺌِﻜَﺔِ رَﺑﱡﻚَ ﻗَﺎلَ وَإِذ‬
َ‫ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮنَ ﻻَ ﻣَﺎ أَﻋْﻠَﻢُ إِﻧﱢﻰٓ ﻗَﺎلَ ۖ ﻟَﻚَ وَﻧُﻘَﺪﱢسُ ﺑِﺤَﻤْﺪِك‬

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa

4
3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2012), Hlm. 259.
5
M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 14, Hlm. 15.
6
Idris, op.cit, h. 63.
7
ibid, h. 72
3
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S al-Baqarah:
30).

Ayat ini dimulai dengan penyampaian keputusan Allah kepada para malaikat
tentang rencana-Nya menciptakan manusia di bumi. Penyampaian kepada mereka
penting, karena malaikat akan dibebani sekian tugas menyangkut manusia yang
terdiri mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas memeliharanya, ada yang
membimbingnya dan sebagainya. Penyampaian itu juga, kelak ketika diketahui
manusia, akan mengantarnya bersyukur kepada Allah atas anugerahNya yang
tersimpul dalam dialog Allah dengan para malaikat Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi demikian penyampaian Allah SWT.
Penyampaian ini bisa jadi setelah proses penciptaan alam raya dan kesiapannya
untuk dihuni manusia pertama (Adam) dengan nyaman. Mendengar rencana
tersebut, para malaikat bertanya tentang makna penciptaan tersebut. Mereka
menduga bahwa khalifah ini akan merusak dan menumpahkan darah. Pernyataan
mereka itu bisa lahir dari penamaan Allah terhadap makhluk yang akan dicipta itu
dengan khalifah. Semua itu adalah dugaan, namun apakah latar belakangnya, yang
pasti adalah mereka bertanya kepada Allah bukan keberatan atas rencana-Nya.8

Apakah, bukan mengapa”, seperti dalam beberapa terjemahan “Engkau akan


menjadi khalifah dibumi siapa yang akan erusak dan menumpahkan darah?” bisa
saja bukan Adam yang mereka maksud akan tetapi anak cucu Adam. Rupanya
mereka menduga bahwa dunia hanya dibangun dengan tasbih dan tahmid, karena
itu para malaikat melanjutkan pertanyaan mereka, sedang kami menyucikan, yakni
menjauhkan Dzat sifat, dan perbuatan-Mu dari segala yang tidak wajar bagi-Mu,
sambal memuji-Mu atas segala nikmat yang Engkau anugerahkan kepada kami,
termasuk mengilhami kami menyucikan dan memuji-Mu. Mengabungkan pujian
dan penyucian dengan mendahulukan penyucian, ditemukan banyak sekali dalam
ayatayat al-Qur’an.

8
M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 1, h. 140-141.

4
Selanjutnya para malaikat itu menunjuk diri mereka dengan berkata, dan kami
juga menyucikan, yakni membersihkan diri kami sesuai kemampuan yang Engkau
anugerahkan kapada kami, dan itu kami lakukan demi untuk-Mu. Mendengar
pertanyaan mereka, Allah menjawab singkat tanpa membenarkan atau
menyalahkan, karena memang akan ada di antara yang diciptakanNya itu yang
berbuat seperti yang diduga malaikat. Allah menjawab singkat, “sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”9

Dilihat dari tafsir ayat diatas, ayat ini menceritakan tentang penyampaian
keputusan Allah kepada malaikat mengenai penciptaan manusia, alam dan beserta
isinya. Malaikat cenderung kawatir akan bumi dirusak oleh manusia nantinya.
Tapi Allah tidak menyalahkan ataupun membenarkan karena Allah maha
mengetahui segalanya apa yang akan dilakuakn oleh manusia. Allah memberikan
tugas kepada malaikat yang menyangkut manusia yaitu mencatat amal-amal
manusia, ada yang bertugas memeliharanya, ada yang membimbingnya dan
sebagainya. Karena itu semua makhluk yang ada di alam semesta bersujud semua
kepada Allah. Termasuk manusia yang memiliki keistimewaan yang diberikan
oleh Allah.

ٰ‫ﱠَ ٱﻋْﺒُﺪُوا۟ ﯾَٰﻘَﻮْمِ ﻗَﺎلَ ۚ ﺻَٰﻠِﺤًﺎ أَﺧَﺎھُﻢْ ﺛَﻤُﻮدَ وَإِﻟَﻰ‬+‫ﻓِﯿﮭَﺎ وَٱﺳْﺘَﻌْﻤَﺮَﻛُﻢْ ٱﻷَْرْضِ ﻣﱢﻦَ أَﻧﺸَﺄَﻛُﻢ ھُﻮَ ۖ ﻏَﯿْﺮُهُۥ إِﻟَٰﮫٍ ﻣﱢﻦْ ﻟَﻜُﻢ ﻣَﺎ ٱ‬
ُ‫ﻣﱡﺠِﯿﺐٌ ﻗَﺮِﯾﺐٌ رَﺑﱢﻰ إِنﱠ ۚ إِﻟَﯿْﮫِ ﺗُﻮﺑُﻮٓا۟ ﺛُﻢﱠ ﻓَﭑﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُوه‬

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)". (Q.S Hud:61).

Bumi adalah lapangan sedangkan manusia adalah pekerja penggarapnya


yang sungguh-sungguh sebagai wakil sang pemilik lapangan tersebut. Untuk
menggarap dengan baik, sang pemilik memberi modal awal berupa fisik materi
yang terbuat dari tanah yang kemudian ditiupkannya roh dan diberikan ilmu.10
Kemudian dalam surat adz-Dzariyat, Allah berfirman:
9
Ibid, h. 141.
10
Ibid, h. 142.
5
‫ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُونِ إِﻻﱠ وَٱﻹِْﻧﺲَ ٱﻟْﺠِﻦﱠ ﺧَﻠَﻘْﺖُ وَﻣَﺎ‬

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (Q.S adzDzariyat: 56).

Menjelaskan mengapa manusia harus bangkit berlari dan bersegera menuju


Allah. Ayat di atas menyatakan: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
untuk satu manfaat yang kembali kepada diri-Ku. Aku tidak menciptakan mereka
melainkan agar tujuan atau kesudahan aktivitas mereka adalah beribadah kepada-
Ku.11 Jelaslah bahwa manusia ditugaskan oleh Allah sebagai pemakmur tanah.
Seperti halnya dalam tulang rusuk laki-laki ada tulang rusuk wanita sehingga
mereka menjadi berpasangan. Begitu juga dengan tanah dan manusia. Allah telah
memberikan kepada manusia akal sehingga manusia dapat berpikir untuk
memakmurkan bumi. Dengan harta yang luas telah Allah berikan tersebut, bukan
berarti manusia lalai akan kenikmatannya. Hendaknya manusia beribadah dan
mengingat selalu kepada Allah SWT.

C. Pandangan Hadis Tentang Produksi


Rasulullah mendorong umat Islam agar rajin bekerja untuk mencari karunia Allah
agar dapat memberi dan berbagi nikmat kepada orang lain. tidak meminta-minta
dan agar dapat memenuhi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggung jawab
mereka, Nabi bersabda:

ِ‫ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﯾَﺤْﯿَﻰ ﺑْﻦُ ﺑُﻜَﯿْﺮٍ ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ اﻟﻠﱠﯿْﺚُ ﻋَﻦْ ﻋُﻘَﯿْﻞٍ ﻋَﻦْ اﺑْﻦِ ﺷِﮭَﺎبٍ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ﻋُﺒَﯿْﺪٍ ﻣَﻮْﻟَﻰ ﻋَﺒْﺪِ اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦ‬
ْ‫ﺑْﻦِ ﻋَﻮْفٍ أَﻧﱠﮫُ ﺳَﻤِﻊَ أَﺑَﺎ ھُﺮَﯾْﺮَةَ رَﺿِﻲَ ﷲﱠُ ﻋَﻨْﮫُ ﯾَﻘُﻮلُ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ ﷲﱠِ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲﱠُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﻷَن‬
ُ‫ﯾَﺤْﺘَﻄِﺐَ أَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺣُﺰْﻣَﺔً ﻋَﻠَﻰ ظَﮭْﺮِهِ ﺧَﯿْﺮٌ ﻟَﮫُ ﻣِﻦْ أَنْ ﯾَﺴْﺄَلَ أَﺣَﺪًا ﻓَﯿُﻌْﻄِﯿَﮫُ أَوْ ﯾَﻤْﻨَﻌَﮫ‬

Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Bukair] telah menceritakan kepada
kami [Al Laits] dari ['Uqail] dari [Ibnu Syihab] dari [Abu 'Ubaid, maula
'Abdurrahman bin 'Auf] bahwa dia mendengar [Abu Hurairah radliallahu 'anhu]
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh seorang dari
kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya

11
M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, h. 355.

6
daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau
menolaknya".
Menurut Idri, hadis di atas menjelaskan tentang beberapa hal terkait dengan
aktivitas ekonomi, yaitu : dorongan untuk rajin bekerja dengan berangkat pagi-
pagi sekali, dorongan untuk rajin bekerja dan berproduksi, dorongan untuk
melakukan distribusi, dorongan untuk hidup kesatria dengan tidak meminta-minta
dan dorongan untuk bertanggung jawab ekonomi keluarga.", dalam Hadis tersebut
lebih menegaskan untuk tidak melakukan meminta-minta walaupun orang
tersebut baik atau tidak, tetap saja tidak dianjurkan. Rasulullah menganjurkan
untuk manusia umatnya bekerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan
orang yang menjadi tanggung jawabnya. Bekerja disini bukanlah sesuatu seperti
kerja kantor atau sejenisnya. Namun, bekerja mencari, membuat, untuk
menghasilkan dan memanfaatkan apa yang didapatkan sehingga bermanfaat bagi
semuanya.12 Contohnya seperti pertanian. Apabila umat Islam tidak mampu untuk
melakukan penyuburan akan tanah maka hendaklah diserahkan kepada orang lain
agar memproduksinya. Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan sehingga
menggangur. Jika manusia tidak mempu memakmurkan tanah dengan kata lain
atau menggarapnya sehingga menghasilkan manfaat bagi kebutuhan maka
dianjurkan untuk menyerahkan izin untuk mengelolah tanah kepada orang lain
bukan tanah tersebut disewakan seperti yang biasa dilakukan dikalangan
masyarakat sekarang ini. Menurut Idris aktivitas produksi dan konsumsi haruslah
balance atau seimbang. Sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak terjadinya
kemubaziran dan kekurangan kebutuhan yang berdampak pada kemiskinan. Sikap
mubazir dianggap sebagai bentuk dosa sehingga tidak ada nilai maslahah dan
kehilangan berkah Allah. Maka dari itu indris menyimpulkan aktivitas produksi
dan konsumsi haruslah balance.
Rasulullah sangat mencela seseorang Muslim yang malas, tidak mau bekerja, dan
suka meminta-minta pada orang lain sebagaimana sabdanya Dari Abu Hurayrah,
katanya : Rasulullah SAW bersabda :
‫ ﻣﻦ ﺳﺎل اﻟﻨﺲ ءﻣﻮاﻟﮭﻢ ﺗﻜﺜﺮا ﻓﺎﻧﻤﺎ ﯾﺴﺎل ﺟﻤﺮا ﻓﻠﯿﺴﺘﻘﻞ اوﻟﯿﺴﺘﻜﺜﺮ‬:‫ﻋﻦ اﺑﻲ ھﺮﯾﺮة ﻗﺎل ﻗﺎل ر ﺳﻮل اﻟﮫ ﺻﻢ‬

12
Riani Fitri Lubis, Wawasan Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang Produksi, (IAIN IB Padang), hal:
141-142
7
“Barangsiapa meminta-minta harta kepada orang lain dalam rangka untuk
memperbanyak (hartanya), sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendalah ia
mepersedikit atau memperbanyaknya .”(HR Muslim)
Dari hadis lain, Nabi SAW menganjurkan bekerja dan berproduksi yang disertai
dengan kejujuran bahkan ia memberikan dorongan optimisme bahwa pedagang
yang jujur akaan masuk surga bersama para nabi, para syuhada, dan orang-orang
jujur.
D. Sistem Produksi dalam Islam

Islam merupakan ajaran universal bukan hanya berbicara tentang ibadah


secara vertical kepada Allah SWT. melainkan juga berbicara tentang semua aspek
kehidupan termasuk ekonomi di dalamnya. Ekonomi yang dibangun atas dasar-
dasar dan tatanan Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW. kemudian dikenal
dengan istilah Ekonomi Islam. Sehingga secara konsep dan prinsip ekonomi Islam
adalah tetap, tetapi pada prakteknya untuk hal-hal yang situasi dan kondisi
tertentu bisa saja berlaku luwes bahkan bisa mengalami perubahan (Zaki Fuad
Chalil, 2009).

Sistem ekonomi Islam yang bertujuan maslahah (kemaslahatan) bagi umat


manusia merupakan pelaksanaan ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek
sehari-hari dalam rangka mengorganisasi faktor produksi, distribusi serta
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan dengan tidak menyalahi Al-Qur‟an
dan Sunnah sebagai acuan aturan perundangan dalam sistem perekonomian Islam
(Suhrawardi K, 2000). Dengan demikian, sistem ekonomi Islam mampu
memberikan kemaslahatan bagi seluruh masyarakat karena memandang masalah
ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis yang memberikan kebebasan serta hak
pemilikan kepada individu dan menggalakkan usaha secara perorangan, tidak pula
dari sudut pandang sosialis yang ingin menghapuskan semua hak individu dan
menjadikan mereka seperti budak ekonomi yang dikendalikan oleh negara. Tetapi
Islam membenarkan sikap mementingkan diri sendiri tanpa membiarkannya
merusak masyarakat (Afzalur Rahman, 1995).

Di bawah sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok


orang dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis untuk
memindahkan aliran kekayaan kepada anggota masyarakat yang belum bernasib
8
baik (Afzalur Rahman, 1995). Prinsip yang terdapat dalam sistem ekonomi Islam
dapat dirangkum dalam empat prinsip, yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak
bebas, dan tanggung jawab.

1. Tauhid

Prinsip tauhid melahirkan prinsip-prinsip yang menyangkut segala


aspek kehidupan dunia dan akhirat (M. Quraish Shihab, 2006). Ketika
seseorang mengesakan dan menyembah Allah Swt. Hal itu akan berimplikasi
pada adanya niat yang tulus bahwa segala pekerjaan yang dikerjakan adalah
dalam rangka beribadah kepada Allah SWT karena pada dasarnya segala
sesuatu bersumber serta kesudahannya berakhir pada Allah Swt. Prinsip
tauhid dalam ekonomi Islam.

2. Keadilan dan Keseimbangan

Prinsip keadilan merupakan landasan untuk menghasilkan seluruh


kebijakan dalam kegiatan ekonomi sehingga berdampak positif bagi
pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dan kesejahteraan seluruh lapisan
masyarakat. Prinsip keseimbangan mencerminkan kesetaraan antara
pendapatan dan pengeluaran, pertumbuhan dan pendistribusian dan antara
pendapatan kaum yang mampu dan yang kurang mampu (Abuddin Nata, 2014).

3. Kehendak bebas

Ajaran Islam berkeyakinan bahwa Allah SWT. memiliki kebebasan


mutlak dalam berkehendak, begitupun dengan manusia yang memiliki hak
untuk memilih apa yang akan diperbuatnya bahkan dalam mengambil
pekerjaan atau memanfaatkan kekayaannya, setiap orang diberikan kebebasan
dengan cara yang ia sukai (Afzalur Rahman, 2000). Namun demikian, manusia
yang baik adalah manusia yang mampu menggunakan kebebasan itu dalam
rangka penerapan tauhid dan keseimbangan dalam hidupnya (M. Quraish
Shihab, 2006).

4. Tanggung Jawab

Dalam prinsip ekonomi Islam, kebebasan yang diberikan pada setiap


orang untuk berbuat sesuatu dalam mengambil pekerjaan apapun atau
9
memanfaatkan kekayaan dengan cara yang ia sukai tentunya harus tetap
bertanggungjawab terhadap apa yang menjadi pilihannya (M. Quraish Shihab,
2006).

Ajaran Islam yang rahmatan lil„alamin tentunya akan melahirkan sistem


perekonomian yang rahmatan lil‟alamin pula, oleh karenanya karakteristik
ekonomi Islam mencakup aspek normatif – idealis – deduktif serta historis –
empiris – induktif (Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, 2014). Karakteristik
ekonomi Islam tersebut antara lain:

1. Rabbaniyah Mashdar (bersumber dari Allah)

Ekonomi Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah Swt.


dimana kegiatan ekonomi yang diajarkan adalah bertujuan untuk memperkecil
kesenjangan diantara masyarakat sehingga umat manusia bisa bisa hidup
dalam kesejahteraan di dunia dan akhirat.

2. Rabbaniyah al-Hadf (bertujuan untuk Allah)

Ekonomi Islam juga bertujuan kepada Allah Swt. sehingga segala


aktivitas ekonomi merupakan suatu ibadah yang diwuudkan dalam hubungan
antar manusia untuk membina hubungan dengan Allah. Islam mensyariatkan
agar selalu beraktivitas ekonomi sesuai dengan ketentuan allah, tidak
mendzalimi orang lain dan bertujuan memberikan kemaslahatan bagi semua
manusia.

3. Al-Raqabah al-Mazdujah (control di dalam dan di luar)

Ekonomi islam menyertakan pengawasan yang melekat bagi semua


manusia yang dimulai dari diri masing-masing sebagai leader (khalifah) bagi
dirinya sendiri. Pengawasan selanjutnya yaitu dari luar yang melibatkan
institusi, lembaga ataupun seorang pengawas.

4. Al-Jam’u bayna al-tsabat wa al-murunah (penggabungan antara yang tetap dan


yang lunak).

10
Islam membolehkan manusia untuk beraktivitas ekonomi sebebas-
bebasnya selama tidak bertentangan dengan larangan yang sudah ditetapkan,
yang sebagian besar berakibat pada kerugian orang lain.

5. Al-Tawazun bayna al-maslahah al-fard wa al-jama’ah (keseimbangan antara


kemaslahatan individu dan masyarakat)

Segala aktivitas yang diusahakan dalam ekonomi Islam bertujuan


untuk membangun harmonisasi kehidupan sehingga kesejahteraan masyarakat
bisa tercapai yang berawal dari ketercapaian kesejahteraan masing-masing
individu dalam suatu golongan masyarakat.

6. Al-Tawazun bayna al-madiyah wa al-rukhiyah (keseimbangan antara materi


dan spiritual)

Islam memotivasi manusia untuk mencari rezeki serta


memanfaatkannya sesuai kebutuhan dan bukan untuk berlebih-lebihan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. karena Allah menyandingkan
seseorang yang berprilaku berlebih-lebihan (mubadzir) dengan setan sebagai
saudaranya.

7. Al-Waqi’iyah (realistis)

Ekonomi Islam mendorong tumbuhnya usaha kecil dalam masyarakat


serta dapat mengadopsi segala sistem yang ada dengan menghilangkan unsure
keharaman yang ada di dalamnya.

8. Al-Alamiyyah (universal)

Ekonomi Islam merupakan ajaran universal yang dapat dipraktekkan


oleh siapa pun dan dimana pun memiliki tujuan win-win solution yang dapat
dideteksi dengan tersebarnya kemaslahatan diantara manusia dan meniadakan
kerusakan di muka bumi13.

13
Muhammad Turmudi, Produk Dalam Prespektif Ekonomi Islam, jurnal pemikiran Islam, Vol.18 No.1,
2017, hal 26

11
E. Faktor-Faktor Produksi
Beberapa ahli ekonomi Islam membagi faktor-faktor produksi mejadi empat yaitu
tanah (sumber daya alam), tenaga kerja (sumber daya manusia), modal, dan
organisasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Sumber daya Alam
Sumber daya alam diciptakan Allah unutk dikelola umat manusia. Seluruh
isi bumi, secara sengaja diciptakan olehNya untuk kepentingan dan
kebutuhan manusia Allah berfirman :

‫ھُﻮَ اﻟﱠﺬِيْ ﺧَﻠَﻖَ ﻟَـﻜُﻢْ ﻣﱠﺎ ﻓِﻰ اﻻَْ رْضِ ﺟَﻤِﯿْﻌًﺎ ﺛُﻢﱠ اﺳْﺘَﻮٰۤى اِﻟَﻰ اﻟﺴﱠﻤَﺂءِ ﻓَﺴَﻮّٰٮﮭُﻦﱠ ﺳَﺒْﻊَ ﺳَﻤٰﻮٰتٍ ۗ وَھُﻮَ ﺑِﻜُﻞﱢ ﺷَﻲْءٍ ﻋَﻠِﯿْﻢ‬

"Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu,
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 29)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah bukan hanya menghidupkan


makhluk di dunia, tetapi juga menyiapkan sarana kehidupan di dunia
untuk kelangsungan dan kenyamanan yang terhamparluas dan itu adalah
bukti kemaha kuasaan-Nya. Yang kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk
menghidupkan yang mati. Itusemua diciptakannya dalam keadaan
sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagi-Nya karena Dia
maha Mengetahui segala sesuatu.
b. Sumber daya Manusia
Allah menciptakan manusia dengan maksud agar memakmurkan bumi,
dalam arti mereka memanfatkan sumber daya alam di bumi dan menjadi
tenagatenaga yang bertugas mengelola dan memproduksi hasil-hasil bumi
sehingga tercapai kesejahteraan hidup. Allah berfirman dalam
surat Hud ayat 61 :
ِ‫ھُﻮَ اَﻧْﺸَﺎَ ﻛُﻢْ ﻣﱢﻦَ اﻻَْ رْضِ وَا ﺳْﺘَﻌْﻤَﺮَﻛُﻢْ ﻓِﯿْﮭَﺎ ﻓَﺎ ﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُوْهُ ﺛُﻢﱠ ﺗُﻮْﺑُﻮْۤا اِﻟَﯿْﮫ‬
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya. (Q.S Hud : 61) Dalam ayat di atas, kata kunci dari faktor
produksi sumber daya manusia terdapat dalam kata wasta’marakum yang
berarti kamu memakmurkannya. Disini manusia sebagai khalifah di muka
bumi diharapkan oleh Allah untuk menjadi pemakmur bumi dalam
pemanfaatan tanah dan alam. Kata pemakmur mengindikasikan manusia
menjadikan alam ini makmur dan tidak menjadi perusak atau
12
pengeksploitasi alm secara tidak bertanggung jawab. Dengan akal yang
telah Allah berikan maka manusia dapat mengelola alam ini dengan baik.
c. Modal
Rasulullah pernah menyarankan agar umat Islam bekerja meskipun
sekedar mencari kayu bakar di hutan yang dapat dijadikan sebagai bahan
baku (modal) yang berupa variabel asset, sebagaimana dalam sabdanya :
‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﻠﻰ ﺑﻦ أﺳﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ وھﯿﺐ ﻋﻦ ھﺸﺎم ﻋﻨﮫ ﷲ ﻋﻦ أﺑﯿﮫ ﻋﻦ اﻟﺰﺑﯿﺮ ﺑﻦ ﺑﻦ اﻟﻌﻮام رﺿﻲ ﻋﻦ‬
‫اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ﻷن ﯾﺄﺧﺬ أﺣﺪﻛﻢ أﺣﺒﻼً ﻓﯿﺄﺧﺬ ﺣﺰﻣﺔ ﻣﻦ ﺧﻄﺐ ﻓﯿﺒﯿﻊ ﻓﯿﻜﻒ ﷲ ﺑﮫ‬
‫وﺟﮭﮫ ﺧﯿﺮ ﻣﻦ أن ﯾﺴﺄل اﻟﻨﺎس أﻋﻄﻲ أم ﻣﻨﻊ‬
"Sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari
seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia
menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik
baginya daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu
memberinya atau menolaknya". (HR. Bukhari: 2200)
Hadis ini sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Yang
menyarankan manusia untuk bekerja keras supaya terpenuhnya kebutuhan
manusia individu dan manusia lainnya yang menjadi tanggung jawabnya.
Tanggung jawab bukanlah dari keluarga saja namun sebagai umat Islam
tanggung jawab sesama muslim. Dalam hadis tersebut menyatakan
Hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari
kayu bakar yang berarti seseorang disuruh untuk mengelola kayu bakar
tersebut. Kayu bakar dijadikan simbol dalam produksi. Bukan hanya kayu
yang dapat menjadi modal dalam produksi.
d. Organisasi
Dalam produksi, organisasi sangat penting dalam mengatur kegiatan
dalam perusahaan. Dengan begitu kegiatan produksi memiliki penanggung
jawab untuk mencapai suatu tujuan perusahaan. Dalam Islam, pentingnya
perencanaan dan organisasi dapat dilihat pada hakikat bahwa Allah sendiri
adalah pelindung dan perencana yang terbaik,35 sebagaimana disebutkan
dalam surat Ali-Imran ayat 173 :
ُ‫وﱠﻗَﺎ ﻟُﻮْا ﺣَﺴْﺒُﻨَﺎ ﷲُّٰ وَﻧِﻌْﻢَ اﻟْﻮَﻛِﯿْﻞ‬
"Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik
Pelindung”.(Q.S Ali-Imran : 173)

13
Dalam ayat di atas bukan berarti kita berserah akan apa yang terjadi.
Namun, menjalankan apa yang sesuai akan ketentuan yang Allah berikan.
Dengan menggantungkan niat pekerjaan tersebut dengan lillah.14

14
Ibid, hal.144-152
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulam

Produksi adalah serangkaian kegiatan untuk menghasilkan barang bukan


hanya untuk individu tetapi masyarakat dan makhluk lainnya bertujuan
kemaslahatan. Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan tuntunan
Allah dan Rasul dan kebebasan mengelola berbagai elemen dalam produksi
diberikan kewenangan kepada manusia, namun kepemilikan dipegang oleh Allah.
Apabila dikerjakan sesuai dengan tuntunan maka akan pahala yang didapat.
Manusia telah diberikan sumber daya dan ilmu, modal atau harta sehingga dapat
melakukan produksi dengan memanajemenkan ke dalam organisasi supaya lebih
baik lagi dalam memproduksi. Allah pun telah jelas menegaskan bahwa manusia
di berikan keistimewaan. Maka dari itu bekerjalah dengan keras dengan
menggunakan Akal dan sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul karena setiap
orang memiliki tanggung jawab kepada sesama umat Islam khususnya.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini kami harapkan dapat membantu pembaca


dalam memahami materi yang kami uraikan diatas. Dengan berbagai keterbatasan
sumber dan bahan yang dikumpulkan ini sehingga tidak akan menutup
kemungkinan adanya kekurangan dan kelebihan. Oleh karenanya, kritik dan saran
sangat kami perlukan agar kedepannya dalam Menyusun makalah yang lain dapat
meminimalisir kesalahan dan kekurangannya. Sebagai pertimbangan, penulis
menyarankan agar pembaca dapat mencari berbagai literatur lain demi
melengkapi materi terkait yang belum kami uraikan diatas secara sempurna yang
dibahas dalam makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Lubis Riyani. 2017. "Pandangan Hadis tentang Produksi" dalam Wawasan ayat-ayat
Al-Qur'an dan hadits tentang Produksi. Volume 3, Padang: IAIN IB Padang

Lubis, Riyani Fitri. 2017. Wawasan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits tentang produksi. al-
intaj, Vol 3, No 1.

Turmudi, Muhammad. 2017. Produk Dalam Prespektif Ekonomi Islam. Jurnal Pemikiran
Islam, Vol.18 No.1.

Idris, Hadis Ekonomi “Ekonomi dalam Presfektif Hadis Nabi”, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), hlm. 51.

3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta PT RajaGrafindo Persada, 2012), Hlm. 259.

M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: LenteraHati, 2002), Vol. 14, Hlm. 15.

M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 1, h. 140-141.

M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 13, h. 355

16

Anda mungkin juga menyukai