Disusun oleh :
Afifah Suci Rahmawati 21401068
Hendry Wijayanto 21401130
Cindya Helmania Putri 21401188
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Tafsir Ekonomi ini,
dengan judul Ayat Tentang Perilaku Produsen. Makalah ini membahas
mengenai pengertian perilaku produsen, ciri-ciri perilaku produsen, perilaku
produsen berdasarkan syariah, perilaku produsen dalam etika bisnis islam, serta
ayat tentang perilaku produsen. Hal tersebut kami bahas untuk mengetahui serta
menambah wawasan mengenai Ayat Tentang Perilaku Produsen.
Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ekonomi pada semester 3
Prodi Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Instutut Agama
Islam Negeri Kediri.
Kami menyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah kami ini, oleh karena itu kami mohon agar pembaca berkenan memberi
kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki dan menyusun makalah yang lebih
baik lagi selanjutnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dalam penyususnan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang universal dan komprehensif, yaitu
mengandung ajaran yang menyentuh seluruh lini kehidupan. Ketika
manusia diperhadapkan pada masalah ekonomi, maka Islam memenuhi
kebutuhan tersebut dengan menyajikan aturan mainnya dalam bidang
muamalah, demikian pula dengan bidang lainnya 1. Ekonomi syariah
menghadirkan sudut pandang Islam dari situasi ekonomi yang dihadapi
oleh manusia, yang akarnya berasal dari literatur ajaran suci Islam yang
menghadirkan panduan yang luas bagi perilaku ekonomi manusia.
Ekonomi Islam diikat oleh seperangkat nilai iman, akhlak, dan moral etik
bagi setiap aktifitas ekonominya baik dalam posisinya sebagai konsumen,
produsen, distributor dan lain-lain dalam melakukan usahanya serta dalam
memperoleh hartanya. semata-mata bersifat materi. Justru tujuan-tujuan itu
didasarkan pada konsep-konsepnya sendiri mengenai kesejahteraan
manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayat thayyibah), yang
memberikan nilai sangat penting bagi persaudaraan dan keadilan sosial-
ekonomi dan menuntut suatu kepuasan yang seimbang, baik dalam
kebutuhan-kebutuhan materi maupun ruhani dari seluruh ummat manusia. 2
1
Ermawati Usman, Perilaku Produsen Dalam Etika Bisnis Islam, Jurnal Hunafa Vol. 4 No. 3,
(September 2007), h. 210
2
Takdir Dan Harfika, Teori Perilaku Produsen Dalam Ekonomi Islam Dan Ekonomi Konvensional
(Studi Perbandingan), Journal Of Institution And Sharia Finance: Volume 2 Nomor 1 (Juni 2019),
h. 77-78
3
Hamzah K., Urgensi Teori Produksi Dan Perilaku Produsen Dalam Perspektif Islam, Jurnal
Muamalah: Volume V, No 1 (Juni 2015), h. 59
1
pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi
melibatkan banyak faktor produksi. Dalam teori produksi memberikan
penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam
memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi
produksinya. 4 Produsen merupakan salah satu dari tiga faktor penentu
yang terdapat dalam ilmu ekonomi, selain konsumen dan distributor
Keberadaan produsen sangat mempengaruhi konsumen dan program
distribusi. Hal ini sangat beralasan, karena melalui produsen dapat
diperoleh hasil produksi atau produk yang akan berdampak pada
aspekkonsumsi dan distribusi pada masyarakat.5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian perilaku produsen?
2. Bagaimanakah Ciri ciri perilaku produsen?
3. Bagaimanakah perilaku produsen berdasarkan syariah?
4. Bagaimanakah perilaku produsen dalam etika bisnis islam?
5. Bagarmana ayat tentang perilaku produsen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku produsen.
2. Untuk mengetahui ciri ciri perilaku produsen.
3. Untuk mengetahui perilaku produsen berdasarkan syariah.
4. Untuk mengetahui perilaku produsen dalam etika bisnis islam.
5. Untuk mengetahui ayat tentang perilaku produsen.
4
Sri Laksmi Pardanawati, Perilaku Produsen Islam, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 01, No. 01,
(Maret 2015 ), h.37
5
Ermawati Usman, Perilaku Produsen Dalam Etika Bisnis Islam, Jurnal Hunafa Vol. 4 No. 3,
(September 2007), h.207
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori dan Praktik,(Bandung:CV Putaka Setia,2015), h.76
7
Sudaryono, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Pemasaran, (Jakarta:Lentera Ilmu
Cendekia,2014), h.14
8
Ermawati Usman,Perilaku Produsen dalam Etika Bisnis Islam (Suatu Upaya Perlindungan
Konsumen), (Jurnal Hunafa Vol.4 No.3,September 2007), h.210
9
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada
Yogyakarta,2004), h.256
3
dari jihad dan ibadah, jika seorang pekerja bersikap konsisten terhadap
aturan yang diberikan oleh Allah SWT, suci dalam niatnya serta tidak
melupakan-Nya. Dimasa Rasulullah SAW, beliau tidak pernah menyuruh
seorang sahabat untuk meninggalkan keterampilan dalam dirinya, karena
pada dasarnya pekerjaan yang ada di duniawi tidak hanya bermanfaat bagi
dirinya sendiri melainkan untukmencapai kemaslahatan umat secara
bersama-sama. Kehidupan manusia di dunia ini selalu memberi kepada
oranglain baik berbentuk ilmu maupun tenaga. Seorang muslim memiliki
kewajiban bekerja didunia dan seorang muslim juga diminta bekerja untuk
kehidupannya di akhirat.10
Dengan keyakinan tentang kepemilikan absolute dari Allah SWT,
konsep produksi dalam Islam tidak hanya memiliki motif untuk
memaksimalkan keuntungan dunia saja tetapi sangat lebih penting untuk
keuntungan akhirat. Seperti halnya dalam surat Al-Qasas ayat 77 :
10
Ika Yunia Fauziah, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al Syariah
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2014), h.117
11
Departemen Agama Republik Indonesi, Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta
Pusat:Samad,2014), h.394
4
terdapat orang yang tidak memiliki pekerjaan atau tidak bekerja, berusaha
ataupun melakukan kegiatan produksi maka akan sulit baginya untuk
memberikan manfaat bagi orang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku
produsen ialah suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang
ataupun organisasai dalam seluruh kegiatan pengaturan produksi mulai
dari pemilihan bahan baku yang digunakan,pengolahan bahan-bahan
hingga menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan mutu yang tinggi
serta dapat diterima oleh para konsumen. 12
B. Ciri-Ciri Perilaku Produsen
Perilaku produsen harus memiliki nilai-nilai Islam dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Berwawasan jangka panjang, produsen dalam melakukan aktivitas
produksi tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek saja,
tetapi juga berorientasi jangka panjang.
b. Memenuhi takaran, ketetapan, kelugasan dan kebenaran. Seorang
produsen harus jujur dalam menimbang, hal ini dapat berakibat pada
kepercayaan konsumen terhadap produsen.
c. Menepati janji dan kontrak. Seorang produsen tidak boleh menghianati
janji yang telah dibuat demi keuntungan yang lebih besar.
d. Disiplin dan dinamis, produsen harus disiplin dalam bekerja dengan
harapan kontrak yang dibuat sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
e. Produktivitas, semakin tinggi tingkat produktivitasnya maka semakin
tinggi reward yang diperoleh.
f. Mendorong ukhuwah antar sesama produsen, persaingan dalam
Memproduksi bukanlah persaingan yang harus mematikan, namun
Persaingan yang tetap menjunjung tinggi syariat Islam.
g. Menghormati hak milik individu, produsen tidak boleh mengambil hal
milik orang lain.
12
Ika Yunia Fauziah, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al Syariah
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2014), h.117
5
h. Pembayaran upah karyawan harus tepat waktu dan layak, tidak boleh
Mengekloitasi hak-hak karyawan.
i. Menghindari jenis produksi yang diharamkan dalam Islam memiliki
keuntungan yang lebih besar.
j. Kegiatan pelaku produsen bertujuan untuk mencapai falah
(kebahagiaan) 13
C. Perilaku Produsen Berdasarkan Syariah
Perilaku Produsen Berdasarkan Syariah Ekonomi Islam sepakat
bahwa tingkat “keshalehan” seseorang mempunyai korelasi positif
terhadap tingkat produksi yang di-lakukan. Jika seseorang semakin
meningkat nilai keshalehannya maka nilai produktifi-tasnya juga semakin
meningkat, begitu juga sebaliknya jika keshalehan seseorang itu dalam
tahap degradasi maka akan berpenga-ruh pula pada pencapaian nilai
produktifitas yang menurun.
13
Fitri Atul Fadilah, Perilaku Produsen Dalam Konteks Maqashid Syariah, Skripsi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, (2020) H. 32
6
negatif terhadap nilai keshalehan tersebut. Mengapa harus berbuat shaleh,
sedangkan keshalehan tersebut hanya mem-bawa kerugian (loss) bagi
aktifitas ekonomi.
14
Hamzah K. ,Urgensi Teori Produksi dan Perilaku Konsumsi,Jurnal Muamalah ,Vol. V No.1, (Juni
2015), h.62
15
Ermawati Usman, Perilaku Produsen, Jurnal Hunafa, Vol.4 No.3, September 2007, h 210
7
bisnis bukan hanya menghindari pelanggaran adat yang dapat merusak
harmonisasi kerjasama, tetapi juga melalui etika bisnis Islami non muslim
pun dapat memahami falsafah bisnis dan cara kerja dalam Islam.
Dalam etika bisnis perlu diketahui aspek-aspek yang
mempengaruhinya. Yaitu, faktor kebudayaan, pendidikan dan lingkungan
keluarga di samping agama bahkan dipengaruhi pula oleh sifat atau cirri-
ciri bisnis yang bersangkutan. Pengaruh faktor kebudayaan, pendidikan
dan lingkungan keluarga dalam etika bisnis dapat dirasakan jika kita
menjalin kerjasama dengan orang lain yang berbeda budaya, pendidikan
atau pun lingkungan keluarga. Namun, keadaan ini akan berbeda jika
masuk pada wilayah etika bisnis Islam. Di mana dalam etika bisnis Islam
aspek yang paling mendasar terdapat dalam Alquran dan Sunnah.
Dewasa ini, banyak ketidaksempurnaan pasar yang seharusnya
dapat dilenyapkan bila prinsip ini diterima oleh masyarakat bisnis dari
bangsa-bangsa berada di dunia. Prinsip perdagangan dan niaga ini telah
ada dalam Alquran dan Sunnah, seperti mengenai larangan melakukan
sumpah palsu, larangan memberikan takaran yang tidak benar dan
keharusan menciptakan itikad baik dalam transaksi bisnis. Sebagaimana
termaktub dalam QS. Al-Mutaffifin (83): 1-4, sebagai berikut:
َ َّوزَ نه ۡوه ِۡهم ِاَ ِْو َكاله ۡوه ِۡهم َواذَا يَ ۡستَ ۡوفه ۡونَِ النَّاسِ َعلَى ۡاكتَاله ۡوا اذَا الَّذ ۡينَِ ل ۡل هم
ِطفف ۡينَِ َو ۡيل
َِْل يه ۡخس هر ۡون
ِ َ َن ا ٰ َّم ۡبعه ۡوث ه ۡونَِ اَنَّ هه ِۡم ا ه
ول ِٕىكَِ يَ ه
ُِّ ظ
Terjemahannya:
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau
menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu
mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.
Berdasarkan ayat di atas, kaitannya dengan perilaku produsen
dalam etika bisnis Islam, maka prinsip yang harus dipegang teguh oleh
produsen adalah jujur dalam setiap melakukan transaksi sehingga dapat
diperoleh ridha Allah dalam kepuasan kedua belah pihak, yaitu produsen
8
dan konsumen dalam berbisnis. Apalagi di era modern ini, berbagai
macam atau cara manusia dalam bertransaksi akan melahirkan dan
memberi peluang terhadap perilaku produsen dalam kegiatan bisnisnya.
Sehingga dibutuhkan pengetahuan produsen terhadap etika dalam
berbisnis yang berorientasi pada kemaslahatan. 16
Prinsip lain dalam etika bisnis Islam adalah prinsip-prinsip
yangmerujuk pada prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu: pertama, Islam
menentukan berbagai macam kerja yang halal dan yang haram. Kerja yang
halal saja yang dipandang sah; kedua, kerjasama kemanusiaan yang
bersifat gotong royong dalam usaha memenuhi kebutuhan harus
ditegakkan dan; ketiga, nilai keadilan dalam kerjasama kemanusiaan
ditegakkan.
Dengan berbagai pemikiran tentang etika bisnis Islam terhadap
perilaku produsen di atas, maka ketika seorang produsen menjalankan
usahanya, yang perlu dijunjung tinggi adalah kejujuran dan keadilan serta
kepercayaan yang telah dijalin dalam kerjasama. Sehingga,sekalipun antar
produsen berbeda budaya, pendidikan, lingkungan keluarga dan
perbedaan-perbedaan yang lain, jika kejujuran, keadilan dan kepercayaan
atau kesetiaan ataupun i‟tikad baik yang menjadi barometer dalam
berperilaku produsen, maka usahanya mencapai nilai guna secara dunia
karena memiliki relasi yang variatif, juga sejahtera secara ukhrawi karena
mendapat berkah dalam usahanya.17
E. Ayat Tentang Perilaku Produsen
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Maidah:5/87.
9
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”
10
umatnya untuk bekerja. Dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah Saw
memberikan arahan mengenai prinsip-prinsio produksi yaitu :
18
Diakses melalui https://depoknetwork.com/uncategorized/perilaku-produsen-dalam-islam/.
Pada Selasa 11 Oktober 2022, pukul 11.33
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam ekonomi Islam, perilaku produsen menurut Khaf dalam penelitian
yang dilakukan oleh Sri Laksmi ialah sebuah kegiatan manusia yang memiliki
tujuan untuk memperbaiki kesejahteraan hidup dan tidak hanya kesejahteraan
duniawi tetapi juga dalam moralitas untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yaitu
kesejahteraan dalam dunia maupun akhirat. Perilaku produsen harus memiliki
nilai-nilai Islam dengan ciri-ciri, yaitu: Berwawasan jangka panjang, Memenuhi
takaran, Menepati janji dan kontrak, Disiplin dan dinamis, Produktivitas,
Mendorong ukhuwah antar sesama produsen, dan lain-lain. Perilaku Produsen
12
Berdasarkan Syariah Ekonomi Islam sepakat bahwa tingkat “keshalehan”
seseorang mempunyai korelasi positif terhadap tingkat produksi yang di-
lakukan. Jika seseorang semakin meningkat nilai keshalehannya maka nilai
produktifi-tasnya juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya jika
keshalehan seseorang itu dalam tahap degradasi maka akan berpenga-ruh pula
pada pencapaian nilai produktifitas yang menurun. Dengan berbagai pemikiran
tentang etika bisnis Islam terhadap perilaku produsen di atas, maka ketika
seorang produsen menjalankan usahanya, yang perlu dijunjung tinggi adalah
kejujuran dan keadilan serta kepercayaan yang telah dijalin dalam kerjasama.
Ayat tentang produsen terdapat dalam Q.S. Al-Maidah:5/87 dan Q.S Al-Baqarah
:2/30.
13
DAFTAR PUSTAKA
14