Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Ekonomi Syariah
Disusun oleh :
Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No.74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Kota
Sukabumi Telp./Fax 0266-225465 www.staisukabumi.ac.id | e-mail :
stai.sukabumi@gmail.com
KATA PENGANTAR
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang
telah mendidik dan membesarkan sampai saat ini, semoga Allah ta’ala merahmati
dan membalas kebaikan mereka, dan penulis ucapkan terima kasih pula kepada ibuk
Zahara Ammelia, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Ekonomi Syariah yang
telah mendidik, dan mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini, semoga
Allah menjaga nya dan merahmati nya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun. Demikianlah,semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis (khususnya) dan pembaca umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Simpulan ............................................................................................................. 17
B. Saran .................................................................................................................... 18
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas.
Al-Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi.
Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan
manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini
semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi
kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya
produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.
Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan
distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasilkan barang dan jasa,
kemudian dikonsumsi ileh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan
ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang
dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang
dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi
memberikan penjelasan tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan
keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana
Islam mengakui pemilikkan pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk
pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian produksi?
2. Apa tujuan dalam produksi?
3. Apa faktor dalam produksi?
4. Apa prinsip-prinsip produksi dalam Islam?
i
5. Bagaimana produksi dalam Islam?
6. Apa nilai-nilai Islam dalam berproduksi?
7. Bagaimana perilaku produsen Muslim vs Non-Muslim?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian produksi?
2. Mengetahui tujuan dalam produksi?
3. Mengetahui faktor dalam produksi?
4. Mengetahui prinsip-prinsip produksi dalam Islam?
5. Mengetahui bagaimana produksi dalam Islam?
6. Mengetahui nilai-nilai Islam dalam berproduksi?
7. Mengetahui bagaimana perilaku produsen Muslim vs Non-Muslim?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Produksi
Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan
jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis, produksi
adalah proses mentransformasikan input menjadi output. M.N Siddiqi
berpendapat, bahwa produksi merupakan penyediaan barang dan jasa
dengan memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat.
Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf
hidup manusia dan memakmurkan suatu bangsa. Al-Qur’an telah
meletakkan landasan yang sangat kuat terhadap produksi. Dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul banyak dicontohkan bagaimana umat Islam
diperintahkan untuk bekerja keras dalam mencari penghidupan agar mereka
dapat melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik, seperti (QS. Al-
Qashash [28]: 73)
B. Tujuan produksi
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi
dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan
tujuan produksi dalam islam yang bertujuan untuk memberikan Mashlahah
yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi Islam tujuan
utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah
dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Secara lebih
spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan
yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:
C. Faktor Produksi
Hubungan antar faktor-faktor dengan tingkat produksi yang
dihasilkan dinamakan dengan fungsi produksi. Faktor produksi dapat
dibedakan ke dalam empat golongan yaitu modal, tanah, tenaga kerja, dan
keahlian. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah
produksi diistilahkan dengan output. Fungsi produksi dinyatakan dalam
bentuk rumus, sebagai berikut:
Q= f (K,L,R,T)
Dimana:
“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Al-Jaatsiyah:13)
Kita harus melakukan hal ini karena memang dalam sebagian harta
kita melekat hak orang miskin, baik yang meminta maupun tidak
meminta.(QS.51:19 dan QS.70:25). Agar mampu mengemban fungsi sosial
seoptimal mungkin, kegiatan produksi harus melampaui surplus untuk
mencukupi keperluan konsutif dan meraih keuntungan finansial, sehingga
bisa berkontribusi kehidupan sosial.
Melalui konsep inilah, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua
garis optimalisasi. Tingkatan optimal pertama adalah mengupayakan
berfungsinya sumberdaya insani ke arah pencapaian kondisi full
employment, dimana setiap orang bekerja dan menghasilkan karya kecuali
mereka yang “udzur syar’i” seperti sakit dan lumpuh. Optimalisasi
berikutnya adalah dalam hal memproduksi kebutuhan primer (dharuriyyat),
lalu kebutuhan sekunder (hajiyyat) dan kebutuhan tersier (tahsiniyyat)
secara proposional. Tentu saja Islam harus memastikan hanya
memproduksikan sesuatu yang halal dan bermanfaat buat masyarakat
(thayyib). Target yang harus dicapai secara bertahap adalah kecukupan
setiap individu, swasembada ekonomi umat dan kontribusi untuk
mencukupi umat dan bangsa lain.
سو ِل هللاِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل ُ ي هللاُ تَعَالَى َع ْنه ُ َع ْن َر َ ض ِ بن أَ ْو ٍس َر
ِ شدَّا ِد َ َع ْن أَبِي يَ ْعلَى: ( َب َ إِ َّن هللاَ َكت
ٍسانَ َعلَى ُك ِل شَيء ِ َو ْلي ُِر ْح،ُش ْف َرتَه
َ ْاإلح. َ َو ْلي ُِحدَّ أ َ َحد ُ ُك ْم،َالذ ْب َحة
ِ َوإِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم فَأَحْ ِسنُوا،َفَإِذَا قَت َْلت ُ ْم فَأَحْ ِسنُوا ال ِقتْلَة
ُ)ذَ ِب ْي َحتَه
Artinya : Sesungguhnya Allah mewajibkan Ihsan dalam segala hal,
jika mau membunuh hewan, maka bunuhlah dengan baik, jika mau
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik.