Anda di halaman 1dari 10

KEBIJAKAN EKONOMI ISLAM PADA MASA DAULAH ISLAM

(PASCA KHULAFAURRASIDIN)

Disusun Oleh : Muhammad Ilham Abdullah

(Fahimmatuz Zahro’)

(Evi Nadia Meliana)

(Muhammad Farihul Fawaid)

Kelompok :3

E-mail : Ilhamabdullah671@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Perekonomian adalah salah satu unsur terpenting dalam memperlancar proses
pembangunan suatu negara. Sebab merosotnya perekonomian suatu negara akan
berpengaruh terhadap proses pembangunan yang akan dilakukan. Dalam kesempatan
ini, kami akan membahas mengenai perkembangan ekonomi pada masa Dulah Bani
Umayyah dan Daulah Bani Abbasiyah. Yang didalamnya membahas mengenai
perkembangan dan pertumbuhan kedua masa daulah tersebut. Serta memaparkan
bagaimana sistem pemerintahan pada setiap khalifahnya. Salah satu contoh para
masa pemerintahan Abdul Malik, perkembangan perdagangan dan perekonomian,
teraturnya pengelolaan pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan
ketertiban yang terjamin telah membawa masyarakatnya pada tingkat kemakmuran.

Maka dari itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai ekonomi Islam pada
masa kedua Daulah tersebut. Berawal dari sinilah penyusunan tugas makalah ini ,
dengan tujuan agar memahami bagaimana sejarah perkembangan ekonomi islam yang
dulu pernah berjaya dan dapat menjadi jawaban atas kegelisahan yang ada pada masa
kejayaan Islam. Oleh karena itu, penyusunan makalah ini, dengan kajian yang
terkhusus pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah agar dapat bermanfaat untuk
perkembangan ekonomi syariah pada masa yang akan datang.

B. RINCIAN PEMBAHASAN MATERI


1. KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA BANI UMAYYAH
Bani Umayyah merupakan khalifah pertama setelah berakhirnya masa
pemerintahan Khulafaurasyidin. Pemerintahan Bani Umayyah berkuasa hampir
satu abad (91 tahun) yaitu pada tahun 41 H sampai dengan 132 H. Walaupun tidak
cukup seabad, masa Bani Umayyah ini telah mengukir sejarah baru, yang dimana
terdapat kemajuan dan kesuksesan dalam perluasan wilayah pemerintahan Islam
dan juga penduduk yang masuk agama Islam. Bani Umayyah disebut sebagai
pemerintahan yang monarki, karena telah melahirkan sebuah sistem pemerintahan
kerajaan turun-temurun (monarchies heredetis. Pada masa pemerintahan Bani
Umayyah terdapat 14 khalifah yang pernah memerintah.Perkembangan ilmu

1
ekonomi Bani Umayyah tidak begitu menonjol apabila dibandingkan dengan
bidang-bidang keilmuan yang lainya, namun terdapat beberapa sumbangan
pemikiran darai beberapa khalifah Bani Umayyah terhadap kemajuan ekonomi
islam.1
1. Kebijakan Ekonomi Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Sebagai khalifah pertama, Mu’awiyah adalah peletak dasar sistem
pemerintahan, ia melakukan reformasi sistem pemerintahan Islam yang jauh
berbeda dari era Rasulullah Saw dan Khulafa’ al-rasyidin, yaitu mengusung
sistem adopsi dari Byzantium. Sistem yang ia terapkan cukuo beralasan, karena
belum stabilnya situasi politik pasca pergeseran pemerintahan. Meski
turbulensinya sosial politik cukup menyibukkanya, tetapi ia mampu menerapkan
kebijakan-kenbijakan progresif dan sukses mendorong laju perekonomian umat
Islam.
Mu’awiyah memulai peranya dengan membangun kantor catatan negara.
Lembaga baru ini berperan penting dalam kaitanya dengan fungsi catatan
keuangan negara. Proses pertukaran informasi pada masa Umayyah
berlangsung efektif dan efisien, hal itu berkat dibentuknya lembaga Diwan Al-
Barid. Layanan informasi yang cepat berefek positif pada komunikasi bidang
ekonomi.
Mu’awiyah termasuk pemimpin Islam yang merintis ekonomi maritim.
Saat ia berkuasa, pasukan Islam berhasil menguasai galangan kapal di Akka
(Acre). Galangan kapal tersebut merupakan galangan kapal terbesar dan
terlengkap kedua di Mesir.Memang pada awalnya digunakan untuk mengangkut
tentara Islam, tetapi dengan jangkauan ekspansi wilayah Islam menjadi luas
mencapai ke India dan Cina, telah membuka peluang besar jalur dagang
internasional. Selain itu kapal juga merupakan kebutuhan penting dalam bidang
ekonomi maritim.
Dalam rangka mengembangkan kualitas lembaga negara, ia
mengeluarkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada tentara, membangun
armada laut, serta mengembangkan birokrasi seperti mengumpulkan lembaga
pengumpulan pajak dan administrasi politik. Dalam hal kebijakan pajak,
Mu’awiyah menarik pendapatan tahunan dari kaum muslimin sebesar 2,5%.
2. Kebijakan Ekonomi Abdul Malik bin Marwan
a. Penerbitan mata uang
Perkembangan teknologi pada masa Daulah Umayyah cukup maju,
terbukti khalifah pada tahun 693 M, Abdul Malik bin Marwan mampu
menerbitkan mata uang logam. Pusat percetakan itu berada di Daar Idjard.
Pemerintahan melakukan kontrol dan managemen secara langsung terhadap
perputaran uang tersebut. Tidak hanya bernilai ekonomi, mata uang baru
juga menjadi simbol kedaulatan dan kemandirian ekonomi negara Islam.
b. Lembaga pos (Diwan al-Barid)
Lembaga ini memliki tugas pokok menghubungkan khalifah dengan
para gubernur di provinsi-provinsi wilayah Daulah Umayyah. Disisi lain,
lembaga ini juga mempunyai peran penting mempercepat laju informasi
kepada pemimpin, dengan tujuan agar berbagai permasalahan bisa segera
diketahui dan diselesaikan khalifah, termasuk juga berita dari provinsi satu
ke provinsi yang lain.

1
Dewi Indahsari, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah’’,
Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni, Vol.9 No.2, hlm. 55

2
c. Pembatasan urbanisasi
Dalam proses pembangunan ekonomi negara, strategi Abdul Malik
untuk menjaga kestabilan neraca keuangan negara ditandai dengan
kebijakan pembatasan urdaulahsasi. Kebijakan ini sebagai respoin banyaknya
orang yang masuk Islam demi menghindari jizyah dan kharaj, ada juga yang
pindah kota dengan mencoba peruntungan dari petani menjadi tentara agar
mendapat keistimewaan dan bayaran yang lebih. Hal ini cukup beralasan,
sebab beban pajak yang cukup tinggi membuat meraka banyak
meninggalkan sawah mereka, tetapi dengan kebijakan pembatasan migrasi
ini Abdul Malik berhasil mengembalikan orang Arab Islam untuk menggarap
sawah serta membayar kharaj.
d. Pertanian
Pertanian menduduki posisi penting, karena ini sektor potensial untuk
pengembangan ekonomi dan keuangan negara. Selama kekhalifahan
Umayyah, atas intruksi Abdul Malik bin Marwan, gubernur memberi
perhatian besar pada sektor pertanian. Kebijakan ini dibarengi dengan
pelarangan migrasi pekerja pertanian ke kota-kota. Jika para pekerja pindah
ke kota, maka tidak akan ada yang menggarap sawah lagi, dan ini akan
berdampak buruk terhadap kestabilan keuangan negara.
Upaya optimalisasi lahan pertanian dilakukan Abdul Malik dengan
membangun kanal-kanal agar sektor pertanian tidak bergantung pada hujan.
Kebijakan Abdul Malik lainya adalah melarang orang untuk menyembelih
sapi untuk makanan ketika kesulitan ekonomi terjadi. Langkah keras
demikian memang tepat untuk menghentikan orang memakan sesuatu yang
berguna sebagai alat produksi (sapi). Selain sumber tenaga, ternak juga
dibutuhkan sebagai sumber pupuk yang penting.
e. Perdagangan
Dengan perluasan negara Islam dari India di timur ke Spanyol di barat,
hambatan politik dihilangkan, yang mana dengan keamanan, urdaulahsasi,
dan keanekaragaman produk pertanian dan manufaktur, membantu
mempromosikan perdagangan di dunia Islam. Beberapa jenis komoditas
yang diperdagangkan : produk makanan, stok hewan, kayu dan produk dari
hutan, logam, dan tekstil, produk dari batu dan tanah, makanan ikan dan
laut, bahan tulis, produk obat, dan budak.
Perkembangan perdagangan di daerah kekuasaan Daulah Umayyah
menghasilkan banyak usyur. Buktinya adalah hasil penerimaan pajak tanah
(kharaj) dan hasil-hasil pajak lainya di wilayah Syam, tercatat 1.730.000 dinar
dalam setahun, sehingga surplus hasil pajak yang didapat menambah pundi-
pundi kekayaan Daulah Umayyah.

f. Kharaj dan zakat


Khalifah membebaskan rakyat muslim dari pajak dan hanya membayar
zakat. Kebijakan ini membuat banyak orang-orang berbondong-bondong
masuk Islam, karena ingin terhindar dari beban pajak. Banyak pula dari orang
mawali yang menjadi tentara dengan maksud serupa. Namun khalifah
mampu mengatasinya dengan mengaluarkan peraturan untuk pasukan
militer mualaf dan mawali dikembalikan posisinya sebagai petani dan tetap
membayar pajak sebesar kharaj dan jizyah. Akibatnya dekrit ini banyak
golongan mawali memberontak dan membelot, mereka bergabung dengan
kelompok-kelompok dari keluarga Abbas.

3
3. Kebijakan Ekonomi Umar bin Abdul Aziz
a. Menghapus diskriminasi
Kebijakan yang paling menarik di masa Umar II ini ialah dimana Umar
II menghilangkan kesenjangan sosial antara penduduk asli Arab dan non-
Arab sehingga tidak ada lagi masyarakat yang dipisahkan karena kelas satu
dan dua dalam tatanan sosial bermasyarakat. Umar meniai pembebanan
jizyah, kharaj, kepada mawali menderai nilai Islam yang dibawa Nabi.
Sehingga ekspansi wilayah dan pemungutan liar dihentikan.
Basis struktur pembangunan dalam pemerintahan Umar II adalah
keadilan. Ajaran Islam benar-benar dijalankan dengan baik pada masanya.
Dalam kebijakan lainya, Umar pernah memutuskan untuk mengurangi pajak
dari orang kristen najran, dari 2000 menjadi 2oo keping. Kebijakan ini ia
ambil setelah mengetahui banyak dari mereka bukan orang kaya.
Umar II juga melarang orang Islam membeli tanah orang Kristen,
karena menyebabkan mereka tidak memiliki lahan garapan. Beliau
membangun ekonomi kerakyatan yang menjunjung tinggi toleransi.
Persoalan pajak tidak diberlakukan di awal pemerintahan Umar II, karena
kondisi yang kurang stabil, baru setelah stabilitas perekonomian masyarakat
stabil, ia mulai memberikan beban pajak, untuk muslim membayar Kharaj
dan non-muslim membayar kharaj dan jizyah. Dalam kurun waktu singkat ia
merasakan keberhasilan pemberian lapangan kerja produktif kepada
masyarakat luas.
b. Zakat
Khalifah Umar II memberikan kebebasan daerarh untuk mengatur
regulasi zakat, sehingga pajak tidak diserahkan kepada pusat, bahkan jika
kekurangan zakat dan pajak akan diberikan subsidi dari pemerintahan pusat,
adanya kebijakan ini banyak daerah yang memperoleh surplus. Tercatat
dalam sejarah kesejahteraan rajyat sangat tinggi, terbukti ketika pembagian
zakat, amil kesulitan mancari mustahiq zakat karena sudah banyak rakyat
menjadi muzakki. Umar II memilih amol yang amanah dan profesional, serta
mengawasi kinerja mereka. Terbukti sistem perpajakan dan penyaluran
kekayaan negara secara menyeluruh berdampak pada kesejahteraan rakyat.
c. Administrasi
Strategi awal Umar II terbagi menjadi dua yaitu, pertama, penataan
ulang administrasi. Umar II mengatur para penguasa dan pejabat daerah,
netral dan adil, menberikan kesamaan hak dan kewajiban kepada orang
mawali dan non Arab. Pejabat yang zalim, korup, tidak pro-rakyat akan
dipecat tanpa pandang bulu. Kedua, reformasi pengelolaan harta negara.
Msa Daulah Umayyah penuh dengan konflik sekte dan golongan. Persoalan
sosial politik ini menyebabkan pengelolaan keuangan publik mengalami
degradasi, belum lagi pengelola yang kurang kompeten, menyebabkan
kezaliman dalam pengelolaan kas negara. Adapun managemen terhadap
kekayaan negara ia implementasikan dalam regulasi tanah, pertanian, Jizyah,
kharaj, zakat, perdagangan dan lainya.
d. Pertanian
Umar II melarang penjualan lahan garapan agar tidak ada penguasaan
lahan, semua rakyatnya mendapat hak untuk mencari pengahasilan. Jika
seorang muslim ingin menggarap sawah, harus dengan persetujuan negara,
yaitu menyewa tanah dari baitul mall dengan durasi waktu tertentu dan
sewa sebesar Kharaj. Aturan hampir serupa juga ia terapkan pada kaum

4
mawali muslim, dimana mereka harus tetap di desa serta menggarap sawah
dan hasilnya adalah miliknya sebagaimana pemiik tanah. Untuk menunjang
lahan pertanian, Umar II membangun kanal-kanal irigasi. Langkah ini supaya
proses cocok tanah tidak hanya bergantung pada hujan saja.
e. Kharaj dan jizyah
Keberhasilan Umar II mengelola pertanian linear dengan
kesuksesannya memperoleh pemasukan besar dari sektor kharaj.Di
Khurasan dan Asia Tengah, ia membebaskan mualaf dari pemungutan
jizyah.Sebelum ia menjabat, mawali memiliki beban membayar kharaj dan
jizyah. Setelah memeluk Islam, mawali hanya membayar usyr 10% dari hasil
panen muslim. Namun karena terjadi krisis ekonomi yang parah, Umar II
kembali memberlakukan kebijakan lama yaitu tanah kharaj adalah milim
umat Islam dan milik bersama. Kebijakan tersebut membuat banyak rakyat
masuk Islam.
Kebijakan Umar II lainya adalah tanah kharaj tidak boleh diubah
menjadi tanah usyr. Jika seorang muslim membeli tanah tanpa izin dari
pemerintah, maka transaksinya batal dan tanah yang tidak subur dan tanah
yang subur, pengambilan pajaknya juga harus memperhatikan tingkat
kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan. Sistem penarikan kharaj
yang ia terapkan harus menimbang tingkat kesuburan tanah, tingkat
kesejahteraan, biaya irigasi, serta hasil panen atau muqasamah. Pada waktu
itu pendapatan dari sektor kharaj dan jizyah sempat mengalami defisit..
kondisi ini disebabkan banyaknya orang yang masuk Islam demi menghindari
kharaj dan jizyah. Kemudian banyak tanah orang-orang dzimmi dibeli orang
Arab. Penurunan pemasukan ini sangat masuk akal, mengingat orang Arab
tidak menguasai teknik pertanian, dengan asumsi jika tanah dikuasai orang
Arab tidak akan menghasilkan jizyah dan kharaj atau usyr. Umar II melarang
jual beli tanah, karena berakibat dua hal, pertama, orang masuk Islam harus
tulus bukan untuk menghindari pajak. Kedua, jika masyarakat pindah kota,
maka tanahnya akan dikelola oleh tetangganya yang non-muslim dan nagara
akan memberi pensiun setiap bulan, atau dia menggarap tanah sendiri tetapi
dikenal beban kharaj.2

2. KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA BANI ABBASIYAH

Bani Abbasiyah meraih puncak kekuasaan Islam setelah berhasil


menggulingkan pemerintahan dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 H.
Para pendiri dinasti ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad
SAW, sehingga khilafah tersebut dinamakan Khilafah Abbasiyah. Dinasti ini
didirikan oleh Abdullah bin Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah
bin Abbas (132H-136H). Pada masa daulah Bani Abbasiyah pusat
pemerintahan Islam dipindahkan dari Damaskus ke Bagdad. Dalam kurun
waktu kurang lebih lima abad dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang
ditetapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan
budaya.

2
Abdul Qoyum,dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam , (Jakarta, Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syari’ah- Bank Indonesia,2021), hlm.187-201

5
1. Kebijakan Ekonomi Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur

Pada masa pemerintahan, Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur lebih banyak


melakukan konsolidasi dan penertiban administrasi birokrasi. Ia berusaha
meletakkan dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah. Pusat pemerintahan
yang pada mulanya berada di Hasyimiyah dipindahkan ke Kota Bagdad yang
baru dibangunya. Ia menciptakan tradisi baru dibidang pemerintahan dengan
mengangkat seorang wazir sebagai koordinator departemen. Khalifah Al
Manshur juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan
kepolisian negara, serta membenahi angkatan bersenjata dan membentuk
lembaga kehakiman negara. Peranan jawatan ps semakin ditingkatkan dengan
tambahan tugas dapat berjalan dengan lancar dan melaporkan perilaku
gubernur setempat kepada khalifah.3

Pada awal pemerintahan khalifah Al-Manshur, pembendaharaan negara


atau keuangan negara dapat dikatakan tidak ada karena khalifah sebelumnya,
al-Shaffah, banyak menggunakan dana Baitul Mal untuk diberikan kepada para
sahabat dan tentara demi mengkukuhkan kedudukanya sebagai penguasa. Hal
tersebut mendorong khalifah Al-Manshur untuk bersikap keras dalam
peneguhan kedudukan keuangan negara, disamping penumpasan musuh-
musuh khalifah, sebagai masa pemerintahanya ini juga dikenal sebagai masa
yang penuh dengan kekerasan. Dalam mengendalikan harga-harga, khalifah Al-
Manshur memerintahkan para kepala jawatan pos untuk melaporkan harga
pasaran dari setiap bahan makanan dan barang lainya. Para walinya agar
menurunkan harga –harga ketingkat semula. Disamping itu, khalifah Al-Manshur
juga sangat hemat dalam membelanjakan harta Baitul Mal. Ketika ia meninggal,
kekayaan kas negara mencapai 810 dirham karena Al-Manshur benar-benar
meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi ekonomi dan negara, sehingga dengan
demikian pembangunan dalam segala cabang ekonomi dia pandang soal yang
paling penting.Keberhasilan khalifah Al-Manshur dalam meletakkan dasar-
dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah memudahkan usaha para khalifah
berikutnya untuk lebih fokus terhadap permasalahan ekonomi dan
keuangan negara, sehingga peningkatan dan pengembangan taraf hidup
rakyar dapat terjamin. 4

2. Kebijakan Ekonomi Khalifah Harun Al-Rasyid


Ketika puncak pemerintahan dikuasai khalifah Harun Al- Rasyid
(70-193 H), pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan
kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya. Pada masa
pemerintahannya, khalifah Harun Al-rasyid melakukan diversifikasi
sumber pendapatan negara. Ia membangun Baitul Mal untuk mengurus
keuangan negara dengan menujuk seorang wajiz yang menjadi kepala
beberapa diwan, yaitu:

3
Muhammad Nurul Huda, “Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Daulah Bani
Umayyah dan Daulah Bani Abbasiyah’’, Journal Of Social Sciences and Humanities “Estoria’’
Universitas Indraprasta PGRI, Vol.1 No.2, 2021, hlm. 143-146.

4
Meriyati, “Perkembangan Ekonomi Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah’’, Islamic Banking:
Jurnal Pemikiran rdan Pengembangan Perbankan Syariah, Vol.4 No.1, 2018, hlm. 45.

6
a. Diwan al-Khazanah, bertugas mengurus seluruh pembedaharaan
negara.
b. Diwan al-Azra’, bertugas mengurus kekayaan negara yang berupa
hasil bumi
c. Diwan Khazain Al-Silah, bertugas mengurus perlengkapan angkatan
perang.
d. Sumber pendapatan pada masa pemerintahan ini adalah kharaj,
jizyah, zakat, fai, ghanimah, usyr, dan harta lainya. Seprti wakaf,
sedekah, dan harta warisan orang yang tidak mempunyai ahli waris.
Seluruh pendapatan negara dimasukkan kedalam Baitul Mall dan
dikeluarkan berdasarkan kebutuhan pada masa pemerintahan
Khalifah Harun Al-Rasyid, pendapatan Baitul Mall dialokasikan untuk
riset ilmiah dan penterjemahan buku-buku Yunani, disamping untuk
biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai. Pendapatan tersebut
juga dialokasikan untuk membiayai para tahanan dalam hal
penyediaan makanan dan pakaian musim panas dan dingin.

Pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid juga sangat memperhatikan


masalah perpajakan. Ia menunjuk Qadi Abu Yusuf untuk menyusun sebuah kitab
pedoman mengenai keuangan secara syari’ah. Untuk itu, Imam Abu Yusuf
menyusun kitab yang diberi judul Al-Kharaj. Penulisan kitab Al-Kharaj Abu Yusuf
ini berdasarkan perintah dan pertanyaan Khalifah Harun Al-Rasyid mengenai
berbagai persoalan pajak. Pada masa Daulah Abbasiyah, sistem pemungutan Al-
Kharaj dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Al-Muhassabah atau penaksiran luas area tanah dan jumlah pajak yang harus
dibayar dalam bentuk uang.
b. Al-Muqasamah atau penetapan jumlah tertentu (presentase) dari hasil yang
diperoleh.
c. Al-Muqqatha’ah atau penetapan pajak hasil bumi terhadap para jutawan
berdasarkan persetujuan antara pemerintah dengan yang bersangkutan

C. RANGKUMAN MATERI
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah terdapat 14 khalifah yang pernah
memerintah.Perkembangan ilmu ekonomi Bani Umayyah tidak begitu menonjol
apabila dibandingkan dengan bidang-bidang keilmuan yang lainya, namun terdapat
beberapa sumbangan pemikiran darai beberapa khalifah Bani Umayyah terhadap
kemajuan ekonomi islam.sebagai khalifah yang pertama Muawiyah bin Abi Sufyan
adalah peletak dasar sistem pemerintahan Daulah Umayyah. Abdul Malik bin Marwan
yang pertama kali mencetak mata uang dinar dan dinar Islam sebagai mata uang resmi
Daulah Umayyah yang sebelumnya masih menggunakan dinar dan dirham dari Roma
dan Persia. Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dalam sejarah Islam
kesejahteraan rakyat sangat tinggi, terbukti ketika pembagian zakat dan amil kesulitan
mencari mustahiq zakat karena sudah banyak rakyat menjadi muzakki.

Bani Abbasiyah meraih puncak kekuasaan Islam setelah berhasil


menggulingkan pemerintahan dinasti Bani Umayyah pada tahun 750 H. Para
pendiri dinasti ini adalah keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW,

7
sehingga khilafah tersebut dinamakan Khilafah Abbasiyah. Dinasti ini didirikan
oleh Abdullah bin Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas
(132H-136H). Pada masa pemerintahan, Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur lebih banyak
melakukan konsolidasi dan penertiban administrasi birokrasi. Keberhasilan khalifah
Al-Manshur dalam meletakkan dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah
memudahkan usaha para khalifah berikutnya untuk lebih fokus terhadap
permasalahan ekonomi dan keuangan negara, sehingga peningkatan dan
pengembangan taraf hidup rakyar dapat terjamin. Ketika puncak
pemerintahan dikuasai khalifah Harun Al- Rasyid (70-193 H), pertumbuhan
ekonomi berkembang dengan pesat dan kemakmuran Daulah Abbasiyah
mencapai puncaknya. Pada masa pemerintahannya, khalifah Harun Al-rasyid
melakukan diversifikasi sumber pendapatan negara. Ia membangun Baitul Mal
untuk mengurus keuangan negara dengan menujuk seorang wajiz yang
menjadi kepala beberapa diwan.

D. TUGAS DAN EVALUASI


1. Bagaimana peran Mu’awiyah dalam membangun kekuatan ekonomi negara yang
masih dalam keadaan stabil?
2. Sebutkan kebijakan Abdul Malik bin Marwan dalam mengembangkan
perekonomian negara?
3. Ketika mualaf mendapatkan pembebasan jizyah, terjadi penurunan pemasukan
negara, apa penyebabnya? Bagaimana langkah-langkah Umar bin Abdul Aziz
mengatasinnya?
4. Bagaimana tugas jawatan pos pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-
Manshur?
5. Bagaimana sistem pemungutan pajak yang dilakukan pemerintahan khalifah
Umar bin Abdul Aziz?

8
DAFTAR PUSTAKA

Indahsari, Dewi.2017. “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani


Umayyah’’.Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Volume .9 No.2.

Meriyati.2018.“Perkembangan Ekonomi Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah’’. Islamic


Banking: Jurnal Pemikiran rdan Pengembangan Perbankan Syariah. Volume.4
No.1..

Nurul Huda, Muhammad.2021.“Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Daulah


Bani Umayyah dan Daulah Bani Abbasiyah’’.Journal Of Social Sciences and
Humanities “Estoria’’ Universitas Indraprasta PGRI. Volume.1 No.2.

Qoyum, Abdul, dkk.2021.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.Jakarta: Departemen


Ekonomi dan Keuangan Syari’ah- Bank Indonesia.

9
PROFIL PENULIS

Muhammad Ilham Abdullah adalah seorang


Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
Kediri semester 2 jurusan Ekonomi Syariah.
Ia lahir di Kediri pada tanggal 14 April 2002.
Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara, yang tinggal di desa Ngletih
Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri.Penulis
memiliki hobi membaca novel dan komik.

Motto dari penulis:


“Manut dalane gusti lan golek ridhone tiang sepah kaleh opo wae penggaweane’’

10

Anda mungkin juga menyukai