Anda di halaman 1dari 7

JURNAL FAI Vol. 1, No.

1, (2024) 1

Tradisi dan Praktek Ekonomi dalam Periode


Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah:
Kebijakan Perek onomian, Pemerintahan, dan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
NAJWA AMALINA NASUTION
Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Jl. Kapten Muchtar Basri No.3, Glugur Darat II, Kec. Medan Tim., Kota Medan, Sumatera Utara
20238

E-mail:
Abstrak—Artikel ini adalah hasil analisis sejarah ekonomi ketertiban yang terjamin telah membawa masyarakatnya pada
pada masa lampau yang mana untuk menjawab permasalahan tingkat kemakmuran.
ekonomi pada masa Daulah Bani Umayyah dan Bani Abasiyyah,
aktivitas ekonomi yang dilakukan pada masa Daulah Bani
Umayyah dan Bani Abasiyyah, Penelitian ini menggunakan Maka dari itu diperlukan kajian yang mendalam mengenai
Metode Historis dengan menggunakan sumber sekunder yang ekonomi syariah (ekonomi islam) ini. Berawal dari sinilah
berasal darisember kepustakaan yang mana telah ditelaah dan penyusun membuat makalah ini, dengan tujuan agar
dianalisis sebelumnya. Sementara dalam pendekatan penulis memahami bagaimana sejarah pemikiran ekonomi yang dulu
menggunakan pendekatan historis. Pendekatan ini diigunakan pernah berjaya dan dapat menjadi jawaban atas gelisahan yang
penulis agar agar dapat mengungkapkan permasalahan ekonomi
ada pada masa kejayaan islam. Oleh karena itu penyusun
pada Masa Bani Umayyah dan Bani Abasiyyah. Dari hasil
penelitian dapat diketahui bahwa Perkembangan ekonomi islam menyusun laporan ini, dengan kajian khusus pada masa dinasti
pada Dinasti Umayyah dan Abbasiyah merupakan kebijakan umayyah dan abbasiyah agar dapat bermanfaat untuk
ekonomi banyak dibentuk berdasarkan ijtihad para fuqoha dan perkembangan ekonomi syariah pada masa yang akan datang.
ulama sebagai konsekuensi semakin jauhnya rentang waktu
antara zaman kehidupan Rasulullah dan masa pemerintahan
tersebut. Khalifah abbasiyah atau kekuasaan dinasti bani abbas,
sebagai mana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani
umayah. Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang II. KAJIAN TEORI
panjang . selama dinasti bani abbasiyah berkuasa dimana pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuain dengan Pada periode Daulah Umayyah, terdapat kebijakan ekonomi
perubahan politik, sosial, dan budaya. yang signifikan, terutama di masa pemerintahan Abdul Malik.
Keputusan untuk mencetak uang sendiri di Damaskus dan
Kata kunci : Ekonomi, Khalifah, Islam tindakan serupa yang diikuti di wilayah lain memperkenalkan
sistem perhitungan yang memengaruhi perekonomian dinasti
tersebut. Sebelumnya, mata uang yang beredar adalah dari
Romawi dan Persia. Kebijakan ini memperkuat persatuan dan
I. PENDAHULUAN kesatuan umat Islam di wilayah yang luas, memberikan
stabilitas keamanan yang mendukung lancarnya perdagangan.
P erekonomian adalah merupakan salah satu unsur
terpenting dalam memperlancar proses pembangunan
suatu negara. Sebab merosotnya perekonomian suatu negara
Di bawah pemerintahan Abdul Malik, perkembangan
perdagangan dan perekonomian mencapai titik kemakmuran.
akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pembangunan Pendapatan dari pajak di wilayah Syam saja mencapai
yang akan dilakukan. Dalam kesempatan ini, kami akan 1.730.000 dinar emas per tahun. Umar bin Abdul Aziz juga
membahas mengenai perkembangan ekonomi pada masa memainkan peran penting dengan kebijakan-kebijakan
Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah. Yang didalamnya ekonominya yang melibatkan takaran dan timbangan,
membahas mengenai perkembangan dan pertumbuhan pada pembenahan administrasi, dan pengurangan pajak bagi non-
kedua masa daulah tersebut. Serta memaparkan bagaimana Muslim.
sistem pemerintahan pada setiap khalifahnya. Salah satu
contoh Pada masa pemerintahan Abdul Malik, perkembangan Namun, perubahan terjadi dengan naiknya Muawiyyah ke
perdagangan dan perekonomian, teraturnya pengelolaan tampuk pemerintahan, yang menandai transisi dari
pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 2

pemerintahan demokratis ke otoriter. Bani Umayyah mulai memberikan stabilitas keamanan yang mendukung kelancaran
memisahkan otoritas keagamaan dan politik, dan Baitul Mal perdagangan.
menjadi sumber kontroversi dengan adanya dua jenis, yaitu
umum dan khusus. Pada masa ini, terjadi disfungsi dalam 2. Pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz:
penggunaan dana Baitul Mal, dengan pengeluaran yang tidak - Kebijakan Takaran dan Timbangan: Menetapkan aturan
selalu sesuai dengan tujuan asalnya. takaran dan timbangan untuk membasmi pemalsuan dan
kecurangan dalam pemakaian alat-alat tersebut, menciptakan
Kemudian, di bawah pemerintahan Muawiyah dan Abdul keadilan dalam perdagangan.
Malik, terjadi langkah-langkah konkret dalam pembangunan - Pembangunan Dalam Negeri: Prioritas pada pembangunan
ekonomi dan administrasi. Khalifah Abdul Malik dalam negeri, pengurangan pajak bagi non-Muslim, dan
memperhatikan perbaikan mata uang dan menjatuhkan kebijakan otonomi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
hukuman terhadap pemalsuan. Khalifah Umar bin Abdul Aziz, masyarakat.
dengan prinsip keadilan, meningkatkan kesejahteraan melalui
kebijakan-kebijakan seperti pengurangan beban pajak untuk L3. Perekonomian Daulah Abbasiyah:
non-Muslim, melarang penjualan tanah garapan, dan - Diversifikasi Sumber Pendapatan: Khalifah Harun Al-
mempromosikan otonomi daerah. Rasyid membangun Baitul Mal dan mengalokasikan
pendapatan untuk riset ilmiah, penterjemahan buku,
Selanjutnya, pada masa Daulah Abbasiyah, tampuk pertahanan, dan kebutuhan rutin pegawai.
pemerintahan beralih ke tangan Abdullah al-Saffah, dan pusat - Pemungutan Pajak dengan Tiga Cara: Sistem pemungutan
pemerintahan dipindahkan ke Baghdad. Periode pertama pajak yang melibatkan penaksiran, penetapan persentase, dan
dinasti ini menandai masa keemasan, di mana khalifah- kesepakatan antara pemerintah dan yang bersangkutan.
khalifah memiliki peran kuat dan kemakmuran masyarakat
mencapai puncaknya. Al-Manshur, dengan konsolidasi dan 4. Pemerintahan Al-Ma’mun:
penertiban administrasi, menciptakan dasar pemerintahan - Pendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan:
Abbasiyah. Khalifah-khalifah berikutnya, seperti Al-Mahdi Mengalokasikan dana Baitul Mal untuk gaji para penterjemah,
dan Harun Al-Rasyid, memperluas sumber pendapatan negara mendirikan sekolah-sekolah, dan Baitul Hikmah untuk
melalui diversifikasi dan mengarahkan dana Baitul Mal untuk memajukan ilmu pengetahuan.
riset ilmiah dan penterjemahan. - Fokus pada Pemberdayaan Kebudayaan: Menunjukkan
perhatian pada pengembangan ilmu pengetahuan,
Pada masa Al-Rasyid, perpajakan menjadi fokus, dan penerjemahan buku, dan pendirian institusi pendidikan sebagai
diperkenalkannya kitab Al-Kharaj oleh Abu Yusuf pusat kebudayaan.
mencerminkan keberlanjutan perhatian terhadap masalah
keuangan dengan berbagai metode pemungutan pajak. Dengan demikian, terlihat bahwa perekonomian pada masa
Kemudian, masa Al-Ma’mun menonjolkan dukungannya Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah sangat dipengaruhi
terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan mendirikan oleh kebijakan pemerintahan, stabilitas wilayah, dan orientasi
Baitul Hikmah. pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Hal ini menciptakan kerangka kerja ekonomi dan
Secara keseluruhan, transisi dari Daulah Umayyah ke Daulah sosial yang memengaruhi kemakmuran dan perkembangan
Abbasiyah mencerminkan perubahan dalam fokus masyarakat Islam pada saat itu.
pemerintahan dari ekonomi menuju pendidikan dan
kebudayaan. Pada akhirnya, Abbasiyah mengalami
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kemunduran dan hancur pada tahun 1258 M oleh bangsa
Mongol. A. Tradisi Dan Praktek Ekonomi Masa Daulah Umayah
(41132h/ 661-750m)
Dalam kajian teori mengenai Tradisi dan Praktek Ekonomi
pada masa Daulah Umayyah (411-132 H/661-750 M) dan
Perekonomian adalah merupakan salah satu unsur
Daulah Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M) dapat ditarik
terpenting dalam memperlancar proses pembangunan suatu
beberapa konsep ekonomi dan praktek pemerintahan yang
negara. Sebab merosotnya perekonomian suatu negara akan
memengaruhi perkembangan masyarakat pada masa tersebut.
berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pembangunan yang
akan dilakukan. Cari Brockelmann menegaskan bahwa: “Pada
1. Perekonomian Daulah Umayyah
tahun 693 khalifah Abdul Malik secara bulat menetapkan
- Mata Uang Sendiri: Keputusan Khalifah Abdul Malik
untuk mencetak uang sendiri di damaskus. Sementara itu
untuk mencetak uang sendiri di Damaskus dan tindak
Hajjaj pada tahun berikutnya melakukan hal yang sama.
lanjutnya oleh Hajjaj memperkenalkan sistem perhitungan dan
Akibatnya masyarakat Arab sudah mulai mengenal sistem
mata uang di wilayah yang luas.
perhitungan. Ide ini juga diterima di Yaman, Siria, dan Iraq.
- Nilai-nilai Esensial: Kebijakan ini menciptakan mata uang
Kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Khalifah Abdul
lokal, memperkuat persatuan dan kesatuan umat Islam, dan
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 3

Malik tersebut, sangat berpengaruh terhadap perekonomian menurun). Muawiyyah memperoleh kekuasaan melaului jalan
dinasti itu. Sebab kita melihat, sebelum diberlakukannya kekerasan, diplomasi, dan tipu daya tidak melalui jalan
kebijakan ini mata uang yang beredar sebagai alat tukar adalah musyawarah. Dalam menjalankan kekuasaannya, ia tetap
mata uang Roma dan mata uang Persia yaitu dirham menggunakan istilah khalifah yang diartikan sebagai penguasa
(drachma) dan dinar (dinarius). Dengan tidak adanya mata yang diangkat oleh Allah. Sejak bani umayyah berkuasa,
uang sendiri tentu akan dapat mengurangi nilai-nilai seorang khalifah tidak lagi harus seorang ahli hukum agama
persatuan dan kesatuan umat Islam di daerah yang (fuqaha). Dinasti ini mulai memisahkan antara pemegang
demikian luasnya. Sehingga dapat dikatakan, secara implisit otoritas keagamaan dengan pemegang otoritas politik.urusan
kebijaksanaan khalifah memiliki nilai-nilai esensial dalam agama diserahkan kepada para ulama, sedangkan urusan
mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam politik diserahkan kepada para penguasa. Pada masa daulah
wilayah yang luas tersebut. Implikasi nilai-nilai persatuan ini, pusat penyelenggaraan administrasi pemerintahan berada
dan kesatuan terhadap perekonomian pada masa itu di Damaskus, sedangkan pusat aktifitas keagamaan berada di
(Dinasti Umayyah) adalah sangat penting. Sebab adanya Madinah (Zuhri, 1997).
persatuan dan kesatuan wilayah umat Islam yang luas
tersebut akan menciptakan stabilitas keamanan yang Selama masa pemerintahan dinasti ini, telah terjadi pergeseran
terjamin. Dengan adanya stabilitas keamanan yang terjamin, nilai-nilai kepemimpinan Islami yang sangat mengedepankan
maka lalu lintas perdagangan akan berjalan lancar, dengan asas-asas musyawarah dan kebersamaan menjadi
lancarnya lalu lintass perdagangan, pada gilirannya akan kepemimpinan otoriter. Keadaan tersebut memacu timbulnya
meningkatkan perekonomiannya. hasrat sebagian besar khalifah Bani Umayyah untuk
memanfaatkan kekuasaan sebagai sarana memperkaya diri dan
Pada masa pemerintahan Abdul Malik, perkembangan keluarganya. Baitul Mal yang merupakan kantor
perdagangan dan perekonomian, teraturnya pengelolaan perbendaharaan umat seakan menjadi milik pribadi para
pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan pangeran. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, terdapat
ketertiban yang terjamin telah membawa masyarakatnya pada dua macam Baitul Mal; umum dan khusus. Pendapatan Baitul
tingakat kemakmuran. Realisasinya dapat kita lihat dari Mal Umum diperuntukkan bagi seluruh masyarakat umum.
hasil penerimaaan pajak (kharaj) di wilayah syam saja, Sedangkan Baitul Mal khusus diperuntukkan bagi para sultan
tercatat 1.730.000 dinar emas setahun. Kemakmuran dan keluarganya. Namun, dalam prakteknya, tidak jarang
masyarakat Bani Umayyah juga terlihat pada masa berbagai penyimpangan penyaluran harta Baitul Mal tersebut.
pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz. Keadaan Pengeluaran untuk kebutuhan para sultan, keluarga, dan para
perekonomian pada masa pemerintahannya telah naik ke sahabat dekatnya banyak yang diambilkan dari kas Baitul Mal
taraf yang menakjubkan. Semua literatur yang ada pada Umum. Begitu pula halnya dengan pengeluaran lainnya yang
kita sekarang ini menguatkan bahwa kemiskinan, tidak berhubungan dengan kesejahteraan umat Islam secara
kemelaratan, dan kepapaan telah dapat diatasi pada masa keseluruhan. Dengan demikian telah terjadi disfungsi
pemerintahan khalifah ini. penggunaan dana Baitul Mal pada masa dinasti Bani Umayyah
(Amalia, 2010).
Kebijakan yang dilakukan oleh Umar ibn Abdul Aziz dalam
1. Khalifah Muawiyyah bin Abi Sofyan
Implikasinya dengan perekonomian yaitu membuat
aturanaturan mengenai takaran dan timbangan, dengan tujuan Pada masa pemerintahannya, khalifah Muawiyah bin Abi
agar dapat membasmi pemalsuan dan kecurangan dalam Sofyan mendirikan dinas beserta dengan berbagai fasilitasnya,
pemakaian menertibkan angkatan perang, mencetak mata uang, dan
mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan
Alat-alat tersebut. Bertitik tolak dari uraian di atas profesional. Selain itu, khalifah Muawiyyah bin Abi Sofyan
dapatlah dikatakan perkembangan perekonomian pada masa menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para
pemerintahan Dinasti Umayyah secara umum sudah mulai tentara, pembentukan tentara profesional, serta pengembangan
meningkat dibanding dengan masa sebelumnya. birokrasi, seperti fungsi pengumpulan pajak dan administrasi
Meningkatnya perekonomian yang membawa kepada politik (Engineer, 1999).
kemakmuran rakyat pada dinasti ini, sebenarnya tidak
terlepas dari kebijaksanaankebijaksanaan yang dilakukan 2. Khalifah Abdul Malik bin Marwan
khalifah, di samping dukungan masyarakat terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut. Pemikiran yang serius terhadap penertiban dan pengaturan
uang dalam masyarakat Islam muncul di masa pemerintahan
Naiknya Muawiyyah ke tampuk pemerintahan Islam khalifah Abdul Malik bin Marwan. Hal ini dilatarbelakangi
merupakan awal kekuasaan Bani Umayyah. Sejak saat itu oleh permintaan pihak Romawi agar khalifah Abdul Malik bin
pula, pemerintahan Islam yang bersifat demokratis seperti Marwan menghapus kalimat Bismillahirrohmaanirrohiim dari
yang telah dipraktekkan Rasulullah SAW dan khulafa mata uang yang berlaku pada khilafahnya. Pada saat itu,
arrasyidin berubah menjadi monachiheridetis (kerajaan turun bangsa Romawi mengimpor dinar Islam dari Mesir. Akan
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 4

tetapi, permintaan tersebut ditolaknya. Bahkan, khalifah Abdul bin Abdul Aziz juga menetapkan bahwa para pejabat diberi
Malik bin Marwan mencetak mata uang Islam tersendiri gaji 300 dinar dan dilarang melakukan berbagai pekerjaan
dengan tetap mencantumkan kalimat sampingan. Selain itu, pajak yang dikenakan kepada non-
Bismillahirrohmanirrohim pada tahun 74H (659M) dan muslim hanya berlaku pada tiga profesi, yaitu pedagang,
menyebarkannya ke seluruh wilayah Islam seraya melarang petani dan tuan tanah.
pemakaian melakukan percetakan mata uang lain . ia juga
menjatuhkan hukuman ta’zir kepada mereka yang melakukan Dalam bidang pertanian, khalifah Umar bin Abdul Aziz
percetakan mata uang di luar percetakan Negara. Selain itu ia melarang penjualan tanah garapan agar tidak ada penguasa
juga melakukan berbagai pembenahan administrasi lahan. Ia memerintahkan amirnya untuk memanfaatkan
pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai semaksimal mungkin lahan pertanian yang ada. Dalam
bahasa resmi administrsi pemerintahan Islam (Amalia, 2010). menetapkan sewa tanah, khalifah Umar bin Abdul Aziz
menerapkan prinsip keadilan dan kemurahan hati. Ia melarang
3. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memungut sewa terhadap tanah yang tidak subur dan jika
tanah tersebut subur, pengambilan sewa harus memperhatikan
Selama masa pemerintahannya, Umar bin Abdul Aziz tingkat kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan.
menerapkan kembali ajaran Islam secara utuh menyeluruh .
berbagai pembenahan dilakukannya di seluruh sektor Lebih jauh, khalifah Umar bin Abdul Aziz menerapkan
kehidupan masyarakat tanpa pandang bulu. Langkah ini kebijakan otonomi daerah. Setiap wilayah Islam mempunyai
dimulai dari dirinya sendiri. Ketika diangkat sebagai khalifah, wewenang untuk mengelola zakat dan pajak secara
umar bin Abdul sendirisendiri dan tidak diharuskan menyerahkan upeti kepada
pemerintah pusat. Bahkan sebaliknya, pemerintah pusat akan
Aziz mengumpulkan rakyatnya dan mengumumkan serta memberian bantuan subsidi kepada setiap wilayah Islam yang
menyerahkan seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya minim pendapat zakat dan pajaknya (Kholik, 2000: 126).
yang tidak wajar kepada kaum muslimin melalui Baitul Mal, Dengan demikian, masing-masing wilayah Islam diberi
mulai dari tanah-tanah perkebunan di Maroko, berbagai kekuasaan untuk mengelola kekayaannya. Jika terdapat
tunjangan yang berada di Yamamah, Mukaedes, Jabal Wars, surplus, khalifah Umar bin Abdul Aziz menyarankan agar
Yaman, dan fadak, hingga cincin pemberian Al-Walid. Selama wilayah tersebut memberikan bantuan kepada wilayah yang
berkuasa, ia juga tidak mengambil sesuatupun dari Baitul Mal, minim pendapatannya. Untuk menunjang hal ini, ia
termasuk pendapatan fai yang telah menjadi haknya. mengangkat Ibnu Jahdam sebagai amil shodaqoh yang
bertugas menerima dan mendistribusikan hasil shodaqoh
Pada masa pemerintahannya, khalifah Umar bin Abdul Aziz secara merata ke seluruh wilayah Islam.
memprioritaskan pembangunan dalam negeri. Menurutnya,
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan negeri-negeri Dalam mewujudkan negara yang adil dan makmur, khalifah
Islam adalah lebih baik dari pada menambah perluasan Umar bin Abdul Aziz menjadikan jaminan sosial sebagai
wilayah. Dalam rangka ini pula, ia menjaga hubungan baik landasan pokok. Baginya, hak seseorang yang telah meninggal
dengan pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan dunia tidak akan hilang karena akan tetap diberikan kepada
beribadah kepada penganut agama lain. ahli warisnya. Begitu pula hak para tahanan. Hal ini berlaku
secara universal, tanpa membeda-bedakan apakah ia seorang
Di dalam melakukan berbagai kebijakannya, khalifah Umar muslim atau bukan. Ia juga mendirikan rumah makan khusus
bin Abdul Aziz bersifat melindungi dan maningkatkan untuk para fakir miskin. Sementara itu, jika terdapat
kemakmuran taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Ia kelebihan harta setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
mengurangi beban pajak yang dipungut dari kaum Nasrani, kaum muslimin, pendapatan Baitul Mal didistribusikan kepada
menghapus pajak terhadap kaum Muslimin, membuat aturan orang-orang dzimmi. Tidak hanya itu, kaum dzimmi itu juga
takaran dan timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa, diberikan pinjaman tanah-tanah pertanian sebagai lahan
memperbaiki tanah pertanian, penggalian sumur-sumur, pekerjaan mereka.
pembangunan jalan-jalan, pembuatan tempat-tempat
penginapan para musaffir, dan menyantuni fakir miskin. Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga mengeluarkan kebijakan
Berbagai kebijakan ini berhasil meningkatkan taraf hidup pembukaan jalur perdagangan bebas, baik di darat maupun
masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau diudara, sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan
menerima zakat (Amalia, 2010). masyarakat. Pemerintah menghapus bea masuk dan
menyediakan berbagai bahan kebutuhan sebanyak mungkin
Salah satu bukti kesungguhanya dalam menegakkan keadilan, dengan harga yang terjangkau (Amelia, 2010:104). Pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah membelanjakan seluruh pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan negara berasal
kekayaan Baitul Mal di Irak untuk membayar ganti rugi dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian
kepada orang-orang yang diperlakukan semena-mena oleh (pajak ini di awal pemerintahan Umar bin Abdul Aziz
para penguasa sebelumnya. Karena tidak mencukupi, ia ditiadakan mengingat situasi ekonomi yang belum kondusif,
mengambil dari kekayaan Baitul Mal di Syam. Khalifah Umar setelah stabilitas perekonomian masyarakat membaik, pajak
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 5

ini diterapkan), dan hasil pemberian ladangan kerja produktif bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
kepada masyarakat luas. Islam. Karena Abdullah Al-Saffah hanya memerintah dalam
waktu yang singkat, pembina yang sesungguhnya dan Daulah
Setelah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz tersebut, Abbsiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur (136-148 H). Pada
kekuasaan Bani Umayyah berada di tangan Yazid bin Abdul masa pemerintahannya, khalifah Al-Manshur lebih banyak
Malik. Pada masa ini, kekacauan dalam kahidupan masyarakat melakukan konsolidasi dan penertiban administrasi birokrasi.
mulai muncul kembali. Hal ini dipicu oleh kegandrungan sang Ia berusaha meletakkan dasar-dasar pemerintahan Daulah
khalifah dan para penggantinya terhadap kemewahan dan Abbasiyah. Pusat pemerintahan yang pada mulanya berada
ketidak peduliaannya terhadap kesejahteraan rakyat. Hasyimiyah dipindahkan ke kota Baghdad yang baru
Akibatnya, muncul konfrontasi antara pemerintah dengan dibangunnya. Ia menciptakan tradisi baru dibidang
rakyatnya sendiri. Kerusuhan tersebut terus berlanjut hingga pemerintahan dengan mengangkat seorang wazir sebagai
semakin memperkuat oposisi dan sebaliknya, memperlemah koordinator departemen. Khalifah Al-Manshur juga
posisi sang khalifah. Akhirnya pihak oposisi berhasil membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan
menumbangkan Daulah Umayyah. kepolisian negara, serta membenahi angkatan bersenjata dan
membentuk lembaga kehakiman negara. Peranan jawatan pos
semakin ditingkatkan dengan tambahan tugas dapat berjalan
B. Tradisi Dan Prakek Ekonomi Daulah Abbasiyah (132-656
dengan lancar dan melaporkan perilaku gubernur setempat
H/750-1258 M)
kepada khalifah.

Bani Abbasiyah meraih tampuk kekuasaan Islam setelah Pada awal pemerintahan khalifah al-Manshur, perbendaharaan
berhasil menggulingkan pemerintahan dinas Bani Umayyah negara dapat dikatakan tidak ada karena khalifah sebelumnya,
pada tahun 750 H. Para pendiri dinasti ini adalah keturunan al- al-Saffah, banyak menggunakan dana Baitul Mal untuk
Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, sehingga khilafah diberikan kepada para sahabat dan tentara demi mengukuhkan
tersebut dinakamakan khilafah Abbasiyah. Dinasti ini kedudukannya sebagai penguasa. Hal tersebut mendorong
didirikan oleh Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin khalifah Al-Manshur untuk bersikap keras dalam peneguhan
Abdullah bin Abbas (132-136H) (Amalia, 2010). Pada masa kedudukan keuangan negara, disamping penumpasan musuh-
Daulah Bani Abbasiyah, pusat pemerintahan Islam musuh khalifah, sehingga masapemerintahannya ini juga
dipindahkan dari Damaskus ke Baghdad. Dalam kurun waktu dikenal sebagai masa yang penuh dengan kekerasan. Dalam
lebih dari lima abad dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan mengendalikan harga-harga, khalifah al-Manshur
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan memerintahkan para kepala jawatan pos untuk melaporkan
politik, sosial dan budaya. Berdasarkan hal ini, Ahmad Syalabi harga pasarang dari setiap bahan makanan dan barang lainnya.
membagi membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah Para walinya agar menurunkan harga-harga ketingkat semula.
menjadi tiga periode, yaitu: Disamping itu, khalifah Al-manshur juga sangat hemat dalam
membelanjakan harta Baitul Mal. Ketika ia meninggal,
kekayaan kas negara telah mencapai 810 dirham (Hasyimi,
a) Periode pertama, berlangsung dari tahun 132 H
1987).
sampai 232 H. Pada periode ini, kekuasaan berada
ditangan para khalifah secara penuh.
Keberhasilan khalifah al-manshur dalam meletakkan
dasardasar pemerintahan Daulah Abbasiyah memudahkan
b) Periode kedua, berlangsung dari tahun 232 H usaha para khalifah berikutnya untuk lebih fokus terhadap
sampai 590H. Pada periode ini kekuasaan politik permasalahan ekonomi dan keuangan negara, sehingga
berpindah dari tangan khalifah kepada golongan peningkatan dan pengembangan taraf hidup rakyat dapat
Turki (232 H-334 H), dan Bani Saljuk (447 H-590 terjamin. Ketika AlMahdi (158-169) menjadi khalifah,
H). keadaan negara telah stabil. Ia banyak menerapkan kebijakan
yang menguntungkan rakyat banyak, seperti pembangunan
tempat-tempat persinggahan para musafir haji, pembuatan
c) Periode ketiga, berlangsung dari tahun 590 H kolam-kolam air bagi para kafilah dengan beserta hewan
sampai 656 H. Pada periode ini kekuasaan kembali bawaannya, serta memperbaiki dan memperbanyak jumlah
di tangan khalifah, tetapi hanya di Baghdad dan
telaga dan perigi. Ia juga mengembalikan seluruh harta yang
sekitarnya.
dirampas ayahnya kepada pemiliknya masing-masing.
Diantara periode-periode pemerintahannya tersebut, dinasti Pada masa pemerintahan Al-Mahdi,perekonomian negara
Abbasiyah mencapai masa keemasan pada periode pertama. mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian
Pada masa ini, secara politis, para khalifah benar-benar tokoh melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan, seperti
yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama emas, perak, tembaga dan besi. Di samping itu jalur transit
sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai perdagangan antara Timur dan Barat juga menghasilkan
puncaknya. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan kekayaan. Dalam hal ini, basrah menjadi pelabuhan yang
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 6

penting. Dengan demikian, setor-sektor pertanian yang


menunjang kemakmuran Daulah Abbasiyah adalah pertanian, Harun Ar Rasyid mengenai berbagai persoalan pajak (Karim,
pertambangan dan perdagangan. Untuk meningkatkan sektor 2012). Pada masa Daulah Abbasiyah, sistem pemungutan
pertanian, pemerintah pengeluarkan berbagai kebijakan yang alkharaj dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
membela hak-hak kaum tani, seperti peringanan hasil pajak
hasil bumi, penjaminan hak milik dan keselamatan jiwa, a) Al-muhassabah atau penaksiran luas areal tanah dan
perluasan lahan pertanian di setiap daerah, dan pembangunan jumlah pajak yang harus dibayar dalam bentuk uang.
berbagai bendungan dan kanal. Sementara untuk
meningkatkan sektor perdagangan, pemerintahh membuat b) Al-Muqasamah atau penetapan jumlah tertentu
sumur-sumur membangun tempat-tempat peristirahatan para
kafilah dagang, dan mendirikan berbagai armada dagang serta
menjaga keamanan pelabuhan dan pantai. (persentase) dari hasil yang diperoleh.

Ketika tampuk pemerintahan dikuasai khalifah Harun c) Al- Muqqatha’ah atau penetapan pajak hasil bumi
AlRasyid (70-193 H), pertumbuhan ekonomi berkembang terhadap para jutawan berdasarkan persetujuan antara
dengan pesat dan kemakmuran Daulah Abbasiyah mencapai pemerintah dengan yang bersangkutan
puncaknya. Pada masa pemerintahannya, khalifah Harun Al-
rasyid melakukan diversifikasi sumber pendapatan negara. Ia
membangun Baitul Mal untuk mengurus keuangan negara
dengan menujuk seorang wajiz yang menjadi kepala beberapa Sepeninggal Harun Al-Rasyid, tampuk pemerintahan Daulah
diwan, yaitu: Abbasiyah diserahkan kepada Khalifah Al-Ma’mun (198-
218H). Pribadi AL-Ma’mun adalah pribadi yang sangat
a) Diwan al-khazanah, bertugas mengurus seluruh mencintai ilmu dan hal ini sangat mempengaruhi berbagai
perbendaharaan negara. kebijakannya. Pada masa pemerintahannya, khalifah Al-
Ma’mun memberikan perhatian yang besar terhadap
b) Diwan al-Azra’, bertugas mengurus kekayaan negara pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Ia semakin
yangberupa hasil bumi. menggalakkan aktifitas penerjemahan buku-buku asing. Untuk
menunjang hal tersebut, pemerintah mengalokasikan dana
Baitul Mal untuk gaji para penterjemah. Khalifah Al-Ma’mun
c) Diwan Khazain Al-Silah, bertugas mengurus juga mendirikan sekolah-sekolah dan yang termasyhur adalah
perlengkapan angkatan perang. Baitul Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan dilengkapi perpustakaan yang besar.
d) Sumber pendapatan pada masa pemerintahan ini Pada masa tersebut, baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan
adalah kharaj, jizyah, zakat, fai, ghanimah, usyr, dan dan ilmu pengetahuan. Dari gambaran diatas, terlihat bahwa
harta lainnya. Seperti wakaf, sedekah dan harta Dinasti Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih
warisan orang yang tidak mempunyai ahli waris. menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam,
Seluruh pendapatan negara tersebut dimasukkan termasuk kehidupan perekonomian, dari pada perluasan
kedalam baitul Mall dan dikeluarkan berdasarkan wilayah. Setelah melewati periode ini, Daulah Abbasiyah
kebutuhan pada masa pemerintahan Khalifah Harun mengalami kemunduran dan akhirnya dihancurkan oleh
Al-Rasyid, pendapatan Baitul Mal dialokasikan untuk bangsa Mongol pada tahun 1258 M.
riset ilmiah dan penterjemahan buku-buku Yunani,
disamping untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin
pegawai. Pendapatan tersebut juga dialokasikan
untuk membiayaai para tahanan dalam hal
IV. KESIMPULAN
penyediaan makanan dan pakaian musim panas dan
dingin (Amalia, 2010). Perkembangan ekonomi islam pada Dinasti Umayyah dan
Abbasiyah merupakan sebuah catatan sejarah yang dapat
diambil pelajarannya. Sebuah sistem yang kuat tentunya di
dukung pula oleh elemen-elemen lainnya, sehingga sebuah
sistem itu dapat berjalan dengan baik. Terutama oleh
Pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid juga sangat penguasannya.
memperhatikan masalah perpajakan. Ia menunjuk Qadi Abu
Masa kekhalifahan bani umayyah hanya berumur 90 tahun
Yusuf untuk menyusun sebuah kitab pedoman mengenai
yaitu dimulai pada kekuasaan muawiyyah bin abu sofyan.
keuangan secara syari’ah. Untuk itu, Imam Abu Yusuf Pemikiran ekonomi islam bani umayyah pada masa
menyusun kitab yang di beri judul kitab al-kharaj. Penulisan pemerintahan bani umayyah, kebijakan ekonomi banyak
kitab Al Kharaj Abu Yusuf ini didasarkan perintah dan dibentuk berdasarkan ijtihad para fuqoha dan ulama sebagai
pertanyaan Khalifah
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 7

konsekuensi semakin jauhna rentang waktu antara zaman


kehidupan Rasulullah dan masa pemerintahan tersebut.
Khalifah abbasiyah atau kekuasaan dinasti bani abbas, sebagai
mana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti bani umayah.
Kekuasaannya berlangsung rentang waktu yang panjang .
selama dinasti bani abbasiyah berkuasa dimana pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuain dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Absor, N. F. (2019). PENGGUNAAN KONSTRUKSI DAN
KONSENSUS DALAM KEBENARAN SEJARAH.
Prosiding

Seminar Nasional Penguatan Riset Dan Luarannya Sebagai


Budaya Akademik Di Perguruan Tinggi Memasuki Era
5.0, 304–310.

Amalia, E. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok:


Gramata.

Engineer, A. A. (1999). Asal Usul dan Perkembangan Islam.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasyimi, A. (1987). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:


Bulan Bintang.

Karim, A. A. (2012). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.


Depok: Raja Grafindo Persada.

Zuhri, M. (1997). Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah.


Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai