PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Abbasiyah (750-847
M 132-232 H)
Daulah Abbasiyah adalah sebuah negara yang melanjutkan kekuasaan Bani
Umayyah. Dinamakan daulah Abbasiyah karena pada pendiri dan pengguna dinasti
ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini
adalah Abdullah Al-Safah Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi khalifah pada
tanggal 3 Rabiul Awal 132 H. Sejarah peralihan kekuasaan dari daulah Ummayah
kepada daulat Abbasiyah bermula ketika Bani Hasyim menuntut kepemimpinan
Islam berada di tangan mereka.1
Karena, mereka adalah keluarga nabi yang terdekat. Tuntutan itu
sebenarnya telah ada ketika wafatnya Rasulullah. Tetapi, tuntutan itu baru
mengeras ketika Bani Umayyah naik tahta dengan mengalahkan Ali bin Abi Thalib.
Mereka ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar. Pertama, golongan ‘Alawi
keturunan Ali bin Abi Thalib. Mereka ini dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
pertama keturunan dari Fatimah dan yang kedua keturunan dari Muhammad bin Al-
Hanafiyah. Dan yang kedua adalah golongan Abbasiyah (Bani Abbasiyah),
keturunan Al-Abbas paman nabi tersebut. Perbedaan dari kedua golongan tersebut
yaitu golongan Abbasiyah lebih mementingkan kemampuan politik yang lebih
besar daripada golongan ‘Alawi. Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan
diseluruh negeri, pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari
segala pemberontakan yakni perang antara pasukan pasukan Abdul Abbas melawan
pasukan Marwan ibn Muhammad (dinasti Bani Umayyah). Yang akhirnya
dimenangkan oleh pasukan Abdul Abbas. Dengan jatuhnya Syiria, berakhirlah
riwayat dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan
Abbasiyah. Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya daulah Abbasiyah bukan
penggantian dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan
1
Muhammad Hadi Trisno, 2015, Sejarah Ekonomi Bani Abbasiyah,
https://hadyliteon.blogspot.co.id/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses tanggal 10 Maret 2019
pukul 01 : 00.
2
3
2
Ahmad Zaki Mubarak, 2012, Kemajuan Ekonomi Daulah Bani Abbasiyah,
http://majelispenulis.blogspot.co.id/2012/04/kemajuan-ekonomi-daulah-bani-abbasiyah.html, diakses
tanggal 10 Maret 2019 pukul 01 : 05.
4
3
Muhammad Hadi Trisno, 2015, Sejarah Ekonomi Bani Abbasiyah,
https://hadyliteon.blogspot.co.id/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses tanggal 10 Maret 2019
pukul 01 : 00.
5
4
Al-Husaini M. Daud, “Sejarah Sosial Arab-Islam abad XII dan IX M (studi tentang pranata sosial era
Abbasiah)”, jurnal Analisis, 11 : 2, (Lampung, 14 Februari 2014), 351-352
6
5
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet, ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2009) hal 168
8
5) Membangun dan memperbaiki kanal dan bendungan, agar tidak ada wilayah
yang kesulitan dalam hal irigasi.
Pertanian maju pesat pada awal pemerintahan dinasti Abbasiah karena
pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, ditepian sungai
yang dikenal dengan nama Sawad. Pertanian merupakan sumber utama
pemasukan negara dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh
penduduk asli, yang statusnya mengalami peningkatan pada masa rezim baru.
Lahan-lahan pertanian yang terlantar dan desa-desa yang hancur di berbagai
wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun secara perlahan-lahan. Mereka
membangun saluran irigasi baru sehingga membentuk “jaringan yang
sempurna”. Tanaman asal Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas,
dan rami. Daerah yang yang sangat subur berada di bantaran tepian sungai ke
selatan, Sawad yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran yang
tumbuh didaerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan
beragam bunga, seperti bunga mawar dan violet juga tumbuh subur.
Usaha-usaha tersebut sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan
perdagangan dalam dan luar negeri. Akibatnya kafilah-kafilah dagang kaum-
kaum muslimin melintasi segala negeri dan kapal-kapal dagangnya mengarungi
tujuh lautan.
d. Pendapatan negara
Selain dari sektor perdagangan, pertanian, dan perindustrian, sumber
pendapatan negara juga berasal dari pajak. Pendapatan dari jizyah juga
merupakan masukan bagi negara jizyah adalah pajak kepala yang dipungt dari
penduduk non Muslim lepada pemerintahan Islam sebagai wujud loyalitas
mereka kepada pemerintah dan konsekuensi dari perlindungan yang diberikan
pemerintah Islam untuk mereka. Sumber pendapatan lain adalah zakat, ‘asyur
al-tijarah, dan kharaj. Pada masa Harun al-Rasyid terdapat klasifikasi
pembayaran jizyah. Mereka yang kaya dikenakan jizyah sebesar 48 dirham,
golongan ekonomi menengah 24 dirham, sedangkan dibawah itu hanya 12
dirham.
9
e. Sistem moneter
Sebagai alat tukar, para pelaku ekonomi menggunakan mata uang
dinar dan dirham. Mata uang dinar emas digunakan oleh para pedagang, di
wilayah kekuasaan setelah Barat, meniru orang-orang Bizantium. Sedangkan
mata uang dirham perak digunakan oleh para pedagang di wilayah Timur,
meniru kekaisaran Sassaniah. Penggunaan dua mata uang ini menurut
Azumardi Azra, memiliki dua konsekuesi. Pertama, mata uang dinar harus
diperkenalkan di wilayah-wilayah yang mengenal mata uang dirham, kedua
dengan mengeluarkan emas ini mengurangi penyimpanan emas batangan atau
perhiasan. Mata uang emas maupun perak tidak bisa menempuh perjalanan
jauh, karena dengan resiko yang sangat besar. Karena itu pada pedagang dan
orang-orang yang mengadakan perjalanan jauh memerlukan sistem cek. Bisa di
pastikan sistem cek yang diperkenalkan oleh sistem perbankan modern, berasal
di bahasa Arab shakk.
Dan terjadinya kegiatan peningkatan ekonomi, maka berlangsunglah
sirkulasi kekayaan dan surplus ekonomi di dalam wilayah kekuasaan Islam.
dalam masa-masa ini orang-orang yang semula miskin, tetapi memiliki etos
kerja dan ekonomi yang tinggi, sangat mungkin melakukan mobilitas sosial
melalui usaha-usaha ekonomi.di dalam situasi dimana kekayaan beredar dengan
bebas dan lancar. Maka bakat, kemauan dan kerja keras lebih menjanjikan untuk
mencapai mobilitas sosial dari keturunan. Mobilitas yang cepat khususnya di
masa dinasti Abbasiyah semakin mungkun sehubungan dengan penekanan
ajaran Islam tentang derajat persamaan muslim.6
Peninggalan-peninggalan yang memperlihatkan kemajuan pesat Bani
Abbasiyah adalah:
1. Istana Qarruzzabad di Baghdad
2. Istana di kota Samarra
3. Bangunan-bangunan sekolah
4. Kuttab
5. Masjid
6
Yani Lindi, 2016, Perekonomian pada masa daulah Abbasiyah,
http://yanilindi1.blogspot.co.id/2016/04/perekonomian-pada-masa-daulah-abbasiyah.html, diakses tanggal
10 Maret 2019 pukul 01 : 10
10
6. Majilis Muhadharah
7. Darul Hikmah
8. Masjid Raya Kordova (786)
9. Masjid Ibnu Taulon di Kairo (876 M)
10. Istana Al Hamra di Kordova
11. Istana Al-Cazar, dan lain-lain
b. Faktor ekstern
Faktor dari luar penyebab mundurnya dinasti Abbasiyah adalah :
1) Banyak pemberontakan
Banyaknya daerah yang dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam, secara real,
daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur yang
bersangkutan. Akibatnya, provinsi-provinsi tersebut banyak yang
melepaskan diri dari genggaman penguasa Bani Abbas.
2) Dominasi bangsa Turki
Sejak abad ke-9, kekuatan militer Abbasiyah mulai mengalami
kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abasiyah memperkerjakan
orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khusunya tentara Turki.
Kemudian mengangkatnya menjadi panglima. Pengangkatan anggota
militer inilah dalam perkembangan selanjutnya merebut kekuasaan tersebut.
Walaupun khalifah dipegang oleh Bani Abbas, di tengah mereka khalifah
bagaikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, merekalah yang
memilih dan menjatuhkan khalifah yang sesuai dengan politik mereka.
3) Dominasi bangsa Persia
Masa kekuasaan bangsa Parsi (Banu Buyah) berjalan lebih dari 150 tahun.
Pada masa ini, kekuasaan pusat di Baghdad dilucuti dan di barbagai daerah
muncul negara-negara baru yang berkuasa dan membuat kemajuan dan
perkembangan baru. Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan
Parsi bekerja sama dalam mengelola pemerintahan dan dinasti Abbasiyah
mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang. Pada
periode kedua, saat kekhalifahan Bani Abbasiya sendang mengadakan
12
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Daulah Abbasiyah adalah
sebuah negara yang melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan daulah
Abbasiah karena pada pendiri dan pengguna dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas
paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah Al-Safah
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Dia dilahirkan di Humaimah pada
tahun 104 H. Adapun emajuan ekonomi dan kemakmuran rakyar pada masa ini
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya relatif stabilnya kondisi politik
sehingga mendorong iklim yang kondusif baagi aktivitas perekonomian. Beberapa
khalifah yang pernah memimpin pemerintahan saat dinasti Abbasiyah adalah Abu
Ja’far Al-Manshur. Pada awal pemerintahan beliau, perbendaharaan negara dapat
dikatakan tidak ada karena khalifah sebelumnya al-Saffah, banyak menggunakan
dana Baitul Mal untuk diberikan kepada para sahabat dan tentara. Kemudian, Harun
al-Rasyid. Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada khalifah Harun
al-Rasyid (786-809 M) dan putranya al-Makmun. Kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilimu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusatraan berada dalam
zaman keemasan. Segala sesuatu di dunia ini berjalan menurut hukum sebab akibat,
apa yang terjadi pastilah ada sebabnya. Dinasti Abbasiyah yang begitu maju dan
besar akhirnya mengalami kemunduran yang drastis. Namun, kemunduran
Abbasiyah tidak terjadi begitu saja, melainkan ada faktor penyebab
kemundurannya.
3.2. Saran
Dalam memahami makalah yang sangat jauh kesempurnaan ini yang
Alhamdulillah telah selesai kami susun, mudah-mudahan bisa memberikan sedikit
pengetahuan tentang ekonomi pada masa Abbasiyah . Untuk perbaikan makalah ini,
kami berharap agar kiranya para pembacanya bisa memberikan koreksi terhadap
makalah yang sangat sederhana ini.
13
14
DAFTAR PUSTAKA