Anda di halaman 1dari 10

PERADABAN EKONOMI ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH,

ABBASIYAH DAN TURKI UTSMANI


Oleh:

Dimas Hardiansyah
220020017

Ekonomi Islam Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

A. Latar Belakang
Pemikiran tentang ekonomi Islam telah muncul sejak Islam diturunkan
melalui Nabi Muhammad Saw yang kemudian dilanjutkan pada masa
kepemimpinan khulafaur Rasyidin. Saat itulah Islam mulai memberi pengaruh
kepada dunia, karena para khalifah sudah melakukan perluasan wilayah keluar
daerah Arab. Setelah masa Khulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah
dan Abbasiyah. Berdasarkan catatan sejarah, Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat saat kepemimpinan bani Umayyah dan Abbasiyah. Sehigga
peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada dunia saat itu. Para
sejarawan menyebut saat itu dengan “The Golden Age”. Islam mengalami
kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan,
politik, pemerintahan, sains dan teknologi Termasuk di bidang Ekonomi.
Berangkat dari uraian tersebut di atas, artikel ini akan membahas perkembangan
ekonomi Islam pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah dengan
menggunakan penelilian kualitataif berbasis kepustakaan dengan pendekatan
deskriptif analisis hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada masa Umayyah
dan Abbasiyah mengalami kemajuan di beberapa bidang peradaban salah satunya
adalah dalam bidang pemikiran ekonomi. Dinasti Abbasiyah menjadikan Islam
sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan hal itu menjadi faktor
berkembangnya perekonomian Islam pada masa itu. Dapat dikatakan bahwa, ada
suatu kisah yang tak terharga nilainya dari peninggalan sejarah Dinasti
Abbasiyah. Hal ini harus menjadi motivasi untuk membangun visi umat dalam
mengembangkan perekonomian dunia. Lebih dari 750 tahun, pemerintahan Islam
berkibar sejak Bani Umayyah sampai Abbasiyah, dua system pemerintahan yang
belum pernah ada tandingannya di dunia manapun hingga saat ini dan merupakan
suatu masa yang panjang dan luas (Mukaromah, 2020).

Perekonomian adalah merupakan salah satu unsur terpenting dalam


memperlancar proses pembangunan suatu negara. Sebab merosotnya
perekonomian suatu negara akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan
pembangunan yang akan dilakukan. Dalam kesempatan ini, kami akan membahas
mengenai perkembangan ekonomi pada masa Daulah Abbasiyah dan Daulah
Umayyah. Yang didalamnya membahas mengenai perkembangan dan
pertumbuhan pada kedua masa daulah tersebut. Serta memaparkan bagaimana
sistem pemerintahan pada setiap khalifahnya. Salah satu contoh Pada masa
pemerintahan Abdul Malik, perkembangan perdagangan dan perekonomian,
teraturnya pengelolaan pendapatan negara yang didukung oleh keamanan dan
ketertiban yang terjamin telah membawa masyarakatnya pada tingkat
kemakmuran (Huda, n.d.).

B. Pembahasan
1. Peradaban Ekonomi Pada Masa Dinasti Ummayah
Era dinasti Islam muncul pertama kali pada masa Bani Umayyah,
kekhalifahan Bani Umayyah didirikan pada tahun 41 H/661 M dengan
penyerahan kekuasaan oleh al-Hasan bin Ali, cucu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Hasan radhiallahu
‘anhu membai’at Muawiyah radhiallahu ‘anhu bertujuan untuk menjaga
persatuan dan terjaganya darah kaum muslimin setelah sebelumnya terjadi
perpecahan. Periode keemasan pada masa Bani Umayyah terjadi dalam
dua fase, yaitu pada tahun 41 H sampai 64 H dan 86 H sampai 125 H.
Begitupun pada masa kemundurannya terjadi dalam dua fase yaitu pada
tahun 64 H sampai 86 H (tidak sampai menyebabkan kekhalifahan Bani
Umayyah runtuh) dan pada tahun 125 H sampai 132 H yang ditandai
dengan runtuhnya Bani Umayyah. Selama periode kekhalifahan, Bani
Umayyah berhasil menerapkan beberapa kebijakan ekonomi, seperti
melakukan ekspansi wilayah secara besar-besaran (dewi, 2018).
Bani Umayyah merupakan khalifah pertama setelah berakhirnya
masa pemerintahan Khulafaur rasyidin. Pemerintahan Bani Umayyah
berkuasa hampir satu abad (91tahun) yaitu pada tahun 41H sampai dengan
132H. Walaupun tidak cukup seabad, masa Bani Umayyah ini telah
mengukir sejarah baru, yang dimana terdapat kemajuan dan kesuksesan
dalam perluasan wilayah pemerintahan Islam dan juga penduduk yang
masuk agama Islam. Bani Umayyah disebut sebagai pemerintahan yang
monarki, karna dia telah melahirkan sebuah sistem pemerintahan kerajaan
turun temurun (monarchies heredetis) (Muh.Fadlysyam, 2018)
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah kebijakan ekonomi
banyak di bentuk berdasarkan ijtihad dari para fuqoha dan ulama, adapun
pencapaian ekonomi pada masa Bani Umayyah antara lain (Isman &
Wardani, n.d.):
a) Membangun sebuah masyarakat muslim yang tertata rapi dan
sistematis
b) Membangun kantor catatan Negara dan layanan pos(Al- Barid)
c) Membangun pasukan Suriah menjadi kekuatan militer Islam yang
terorganisir dan disiplin tinggi
d) Mencetak mata uang sendiri dan mengembangkan fungsi
pengumpulan pajak dan administrasi politik
e) Mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan professional
f) Menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para tentara.
Pemikiran ekonomi pada masa pemerintahan Muawwiyah bin Abi
Sufyan, yaitu: mendirikan departemen pencatatan, mencetak mata uang,
menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap untuk para tentara,
membangun birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dana administrasi
politik (Muh.Fadlysyam, 2018).
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, perkembangan
perdagangan dan perekonomian, teraturnya pengelolaan pendapatan
negara yang didukung oleh keamanan dan ketertiban yang terjamin telah
membawa masyarakatnya pada tingakat kemakmuran. Realisasinya dapat
kita lihat dari hasil penerimaaan pajak (kharaj) di wilayah syam saja,
tercatat 1.730.000 dinar emas setahun. Kemakmuran masyarakat Bani
Umayyah juga terlihat pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz.
Keadaan perekonomian pada masa pemerintahannya telah naik ke taraf
yang menakjubkan. Semua literatur yang ada pada kita sekarang ini
menguatkan bahwa kemiskinan, kemelaratan, dan kepapaan telah dapat
diatasi pada masa pemerintahan khalifah ini (Huda, n.d.)
Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, beliau tidak
mengambil sepersen pun dari baitul mal termasuk fa’i yang menjadi
haknya. Beliau lebih memprioritaskan pembangunan dalam negeri dan
juga melakukan berbagai kebijakan-kebijakan untuk melindungi dan
menigkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Kebijakan yang
dilakukan yaitu: menghapus pajak terhadap kaum muslim, mengurangi
pajak kaum nasrani, membuat aturan takaran dan timbangan, dan
membasmi kerjapaksa. Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerapkan
kebijakan ekonomi daerah. Setiap wilayah islam mempunyai wewenang
mengelola zakat dan pajak secara sendiri-sendiri serta tidak mengharuskan
untuk menyerahkan upetinya kepada pemerintah pusat. Dalam bidang
pertanian, beliau melarang penjualan tanah garapan agar tidak ada
penguasaan lahan. Dalam menetapkan sewa tanah, beliau melarang adanya
pungutan sewa terhadap tanah yang tidak subur dan jika tanah itu subur
maka pengambilan sewa harus memperhatikan tingkatkesejahteraan hidup
petani yang bersangkutan (Muh.Fadlysyam, 2018).
Terdapat beberapa peristiwa yang menjadi penyebab kemunduran
dinasti Umayyah. Peristiwa ini misalnya munculnya berbagai kelompok-
kelompok yang menentang pemerintahan Umayyah. Kelompok-kelompok
ini antara lain kelompok Khawarij, Syiah, dan kelompok muslim non-
Arab (mawali) lainnya. Mereka merasa tidak puas dengan pemerintahan
yang bekerja kurang baik. Kondisi ini tambah diperparah oleh
ketidakmampuan dari para penguasa Bani Umayyah untuk menggalang
persatuan dan kesatuan dari pertentangan yang semakin lama semakin
meruncing antara etnis suku Arabiah Utara (Bani Qais) dengan suku
Arabiyah Selatan (Bani Kalb), yang sudah ada sejak sebelum Islam.
Akibatnya, perpolitikan dan kestabilan pemerintahan Bani Umayyah pun
mulai mulai goyah.
Ketidakjelasan sistem atau cara pemilihan khalifah dan
kemunduran moral para pemimpin negara pun menjadi unsur selanjutnya
yang berperan dalam kemunduran dinasti Umayyah. Al-Walid II (743-
744), khalifah ke-11 bani Umayyah adalah salah- satu khalifah yang suka
berfoya-foya dan juga peminum berat. Dia sangat suka berendam di dalam
kolam anggur dan meminumnya. Selain itu, para khalifah pada masa ini
memiliki kebiasaan untuk berburu, meminum minuman keras, bermain
musik, dan membaca puisi ketimbang beribadah dan membaca al-Quran.
Tak hanya itu, sistem kebiri pelayan juga menambah parah kesemrautan
daulah Umayyah. Akhirnya, lambat laun dinasti ini dihancurkan oleh
dinasti Abbassiyah. Pada hari kamis, tanggal 30 Oktober 749M, Ibnu Al-
Abbas diangkat sebagai khalifah baru dan dimulailah era baru dinasti
Abbas atau Daulah Abbassiyah (Isman & Wardani, n.d.).

2. Peradaban Ekonomi Pada Masa Dinasti Ummayah


Runtuhnya kekuasaan Bani Umayyah dalam pemerintahan
Marwan Bin Muhammad, menjadikan berdirinya daulah Bani Abbasiyah
dengan diangkatnya Abul Abbas Abdullah as-Safah sebagai khalifah
pertama Abbasiyah. Awalnya, pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan sahabat ibu kota negara Islam adalah kota Madinah.
Kemudian pada masa Bani Umayyah dipindahkan ke Damaskus, Suriah.
Di masa Abbasiyah, Ibu kota negara awalnya di daerah Hasyimiyah tetapi
kemudian pindah ke Baghdad. Pemerintahan Abbasiyah berlangsung
selama satu abad yaitu dari 132 H (749 M) sampai 232 H (843 M). Dalam
kondisi ekonomi sendiri, para khalifah Abbasiyah sangat mengetahui
pentingnya manajemen sektor perokonomian dan pengembangan sumber
daya termasuk kas negara untuk memenuhi pos-pos kebutuhan negara
(dewi, 2018).
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, ada 5 periode
(Muh.Fadlysyam, 2018) yaitu:
a) Periode pertama, Dari tahun (132-232H/750 847M), pada periode ini
disebut dengan periode pengarus Persia pertama.
b) (232-334H/847-945M), pada periode ini disebut dengan masa
pengaruh Turki Pertama.
c) (334-447H/945-1055M), periode ini disebut dengan masa kekuasaan
dinasti Buwaih dalam pemerinthan khalifah Abbasiyah, periode ini
disebut juga sebagai masa pengaruh persia kedua.
d) (447-590H /1055-1194M), periode ini disebut dengan masa kekuasaan
dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan kahlifah Abbasiyah, periode
ini biasa disebut masa pengaruh Turki kedua.
e) (590-656H/1194-1258M), periode ini disebut dengan masa khalifah
bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif
disekitar kota Bagdad.

Puncak kemakmuran rakyat dialami pada masa Harun al-Rasyid


(786-809 M) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang
melimpah pada masa ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan di berbagai
bidagn seperti sosial, pendidikan, kebudayaaan, ilmu pengetahuan,
kesehatan, kesusastraan dan pengadaan fasilitas- fasilitas umum. Pada
masa inilah berbagai bidang-bidang tadi mencapai puncak
keemasannya(Mukaromah, 2020)
Berbicara mengenai perekonomian dimasa dinasti abbasiyah,
bermula pada suatu daerah yang sangat subur yang berada dibantaran
tepian sungai ke selatan yaitu Sawad. Sawad menumbuhkan berbagai
tumbuhan baik buah ataupun sayuran yang tumbuh didaerah panas
maupun dingin. Karena hal tersebut, kafilah-kafilah dagang dari kaum
muslimin pun melintasi segala negeri dan kapal mengarungi lautan untuk
berdagang.
Pada masa pemerintahan Al-Manshur, dia dikenal sebagai khalifah
yang sangat keras, karena khalifah sebelumnya yaitu Al-Saffah
menggunakan dana Baitul Mal untuk diberikan kepada para sahabat dan
tentara demi untuk memilih dia sebagai penguasa. Hal tersebutlah yang
membuat khalifah Al-Manshur ini sangat keras terhadap keuangan negara,
dia bahkan mengendalikan harga-harga dan memerintahkan para kepala
jabatan pos untuk melaporkan harga dari setiap bahan makanan dan
barang lainnya. Khalifah al-Manshur juga sangat hemat dalam
memblanjakan harta Baitul Mal. Ketika beliau wafat kekayaan kas negara
telah mencapai 810 dirham.
Pada masa Al-Mahdi (775-785M) Adapun kemajuan ekonomi
dimasa Al-Mahdi ditandai dengan meningkatnya sektor pertanian dan
pertambangan, dibuatnya tempat persinggahan jamaah haji, adanya kolom
untuk para khafil dagang, membuat jalur transit perdagangan timur ke
barat dalam hal ini bertujuan mempermudah khalifah dagang. Serta
memperbaiki dan memperbanyak jumlah telaga.
Pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Mansur, kebijakan
ekonomi yang telah ia lakukan adalah Penertiban administrasi birokrasi,
Bersikap keras dalam peneguhan kedudukan keuangan negara, dan Hemat
dalam memberlanjakan uang negara.
Pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid, beliau melakukan
diservikasi atau penganekaragaman sumber pendapatan negara (pertanian,
perdagangan, dll), ia membangun Baitul Mal untuk mengurus keuangan
negara, dan Harun Al-Rasyid sangat memperhatikan masalah tentang
perpajakan. Ia menujuk Abu Yusuf untuk meyusun sebuah kitab tetang
keuangan dan judul kitab tersebut adalah al-Kharaj.

3. Peradaban Ekonomi Pada Masa Turki Utsmani


Pada awal pemerintahannya, pemerintahan Utsmaniyah adalah
salah satu satu diantara pemerintahan terbaik yang pernah memerintah
masyarakat Islam sejak Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah pembela
agama paling gigih dan penentangkaum kafir, dan untuk alasan inilah
kekuasaannya diperluas melalui berbagai penaklukan yang diberikan
Allah kepada mereka dan wakil-wakilnya. Mereka menguasai wilayah
terbaik diseluruh permukaan bumi. Berbagai kerajaan tunduk kepada
mereka. Mereka tidak mengabaikan negerinya, tetapi menjaga wilayah dan
perbatasannya. Mereka menegakkan ritual Islam, menghormati pemimpin
agama, mendukung pemeliharaan dua kota suci, Makkah dan Madinah,
dan menjunjung tinggi aturan dan prinsip-prinsip keadilan dengan
menerapkan hukum dan syari’at Islam. Pemerintahan mereka aman,
mampu mengetasi rongrongan, semua raja menghamba dan mengagumi
mereka, orang merdeka dan budak mematuhi mereka.
Kejayaan kerajaan Islam di Turki berada pada masa Dinasti
Utsmani, lebih tepatnya pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Al-
fatih pada tahun 1453 M. Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa Turki
Ustmani, yaitu: Desentralisasi pengaturan pajak, kebijakan dalam bidang
pertanian, dan melakukan efisiensi pengeluaran

C. Kesimpulan
Pertama, Dinasti Umayyah merupakan salah saatu dinasti Islam yang
menciptakkan perdaban besarbagi dunia, di luar Dinasti Abbasiyah di Baghdaad
dan dinasti Fathimiyyah di Mesir.Pemikiran ekonomi pada masa pemerintahan
Muawwiyah bin Abi Sufyan, yaitu: mendirikan departemen pencatatan,
mencetakmata uang, menerapkankebijakanpemberiangajitetapuntuk para tentara,
membangunbirokrasisepertifungsipengumpulanpajak dan administrasipolitik.

Kedua, Pada masa pemerintahan Abbasiyah, pusat pemerintahan yang


diterapkan dari Damaskus ke Baghdad selama kurang lebih lima abad. Pola
pemerintahan yang diterapkan pada masa ini berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya. Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah,
umat islam mencapai puncak kejayaan dan kemajuan di berbagai bidang, dan
wilayah kekuasaan juga semakinluas. Dengan wilayah yang luas, maka
pemerintahan Abbasiyah menaruh perhatian yang cukup pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan perekonomian masyarakat.

Ketiga, Kejayaankerajaan Islam di Turki berada pada masa Dinasti


Utsmani, lebih tepatnya pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Al-fatih
pada tahun 1453 M (Mukaromah, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

dewi. (2018). KONSEP EKONOMI PADA MASA BANI UMAYAH, ABBASIYAH


DAN TURKI UTSMANI. 90100118101, 2018–2021.
Isman, A. F., & Wardani, A. (n.d.). SIKLUS SEJARAH PEMIKIRAN.
Muh.Fadlysyam. (2018). KONSEPEKONOMIPADAMASABANI
UMAYYAH,ABBASIYAHDANTURKIUSMANI.
Mukaromah, L. A. (2020). At-Tuhfah: Jurnal Studi Keislaman. Vol.9, No.2, 2020
| 66. 9(2), 66–82.

Anda mungkin juga menyukai