Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Politik Arabisasi Dinasti Umayyah Damaskus

Febby Dianah Nur Azizah (214110102029)

Sejarah Politik Dinasti Umayyah


Keturunan Umayyah mendirikan sebuah dinasti yang kemudian disebut sebagai
Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus dan berkuasa kurang lebih selama satu
abad. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah, terjadi pemindahan ibukota pemerintahan
Islam dari Madinah ke Damaskus. Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah juga berhasil
memperluas wilayah kekuasaan Islam. Ekspansi kekuasan tersebut berdampak pada
kemajuan di bidang keagamaan, politik dan ekonomi. Mereka bersaing untuk memperebutkan
kepemimpinan Quraisy. Pada masa jahiliyah, kedua keluarga besar ini tidak ada permusuhan
seperti yang dituduhkan oleh mereka yang tidak mencermati persoalan-persoalan
kesejarahan. Ketika datang masa kenabian, Rasulullah mengajak manusia untuk menyembah
Allah. Seruan tersebut disambut oleh sejumlah orang Bani Abd Syams dan Bani Hashim, dan
ditentang oleh banyak tokoh kedua keluarga besar tersebut. Selama 91 tahun di Timur dan
beberapa abad di Barat, Dinasti Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaannya dan
menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga tidak terlepas dari perjuangan ekspansi yang
buat oleh para khalifah dinasti Umayyah tersebut.

Pemerintahan pada masa Dinasti Umayyah


Dinasti ini termasuk ke dalam fase ketiga yang berkuasa lebih kurang selama satu
abad. Salah satu ciri khas dari Dinasti Umaiyah ini adalah dipindahkannya ibukota
pemerintahan yang semula berpusat di Madinah kemudian dipindahkan ke
Damskus. Sebelum periode Umaiyah, yakni masa Khulafa al-Rasyidun pemerintahan pusat
hanya terdiri dari seorang khalifah yang didampingi seorang katib (sekretaris). Selain
khalifah ada majelis penasehat yang terdiri dari sahabat-sahabat Nabi. Katib bertugas
mencatat penerimaan dan pengeluaran perbendaharaan negara, mengurus surat-menyurat
dengan pembesar setempat, mendata nama-nama tentera dan penghasilannya. Pada masa
Dinasti Umaiyah, dilakukan penyempurnaan dalam kabinet, seperti:
a. Di tingkat pemerintahan pusat selain seorang katib (sekretaris)
b. Hajib (pengawal)
c. Shahib al-kharaj (pejabat pajak)
d. Shahib al-syurtah (pejabat kepolisian)
e. Qadhi (hakim)
f. Lembaga katib rasail, katib kharaj, katib syurthah dan katib alqadli (panitera)
g. Semua pejabat diangkat oleh khalifah dan bertanggung jawab kepadanya

Situasi Sosial dan Politik


1. Situasi Sosial
Tidak hanya dalam bidang politik, perubahanbesar dalam kehidupan sosial muncul
pada masa pemerintahan Umaiyah, yaitu kembalinya berbagai macam ashabiyah,
fanatisme berdasarkan ras, bangsa, suku dan lainnya. Sebelum Islam telah berhasil
menundukkannya dengan melebur setiap insan yang telah menerima agama Allah dan
membentuk satu umat yang beroleh hak-hak yang sama di dalamnya.
Golongan kedua adalah golongan neo-Muslim , yang dengan keyakinan sendiri atau
terpaksa memeluk Islam. Golongan ketiga adalah mazhab-mazhab, pemeluk agama-
agama yang umum atau yang disebut dengan Dzimmi, Yaitu kaum
Kristen, Yahudi, dan Saba yang mengikat perjanjian dengan kaum Muslimin. Mereka
memiliki kebebasan beragama dengan membayar pajak tanah atau pajak
keamanan. Golongan keempat adalah golongan budak-budak.
Di kelas atas bertahta elit Arab yang mempunyai tanah dan hakhak memungut
pajak. Tidaklah mengherankan, kalau gerak protes yang santer dalam masyarakat
datang dari kelas ini . Selama periode Bani Umaiyah kata mawali tidak hanya berarti
orang yang dimerdekakan» saja, tapi juga semakin banyak dipakai untuk
menunjukkan orang-orang bukan-Arab yang masuk Islam.

2. Situasi Politik
Pemerintahan Bani Umaiyah di Damaskus didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan
yang dikenal seorang administrator dan pada masa Khalifah Usman ditunjuk menjadi
seorang gubernur di Damaskus.
Dinasti Umaiyah dalam menjalankan roda pemerintahan terus melakukan berbagai upaya
pembaharuan dan kemajuan. Adapun beberapa karakteristik yang bisa dilihat pada masa
pemerintahan Umaiyah antara lain:
a. Pola pemerintahan berubah dengan mencontoh raja-raja Romawi dan persia, dimana yang
pada masa khulafaurrasyidin bersifat demokratis berubah menjadi monarchi (sistem
kerajaan). Pola pemerintahan kerajaan ini terus berlanjut sepeninggal Muawiyah.
b. Tali ikatan persatuan bagi masyarakat adalah politik dan ekonomi.
c. Khalifah adalah pemegang kekuasaan.
d. Sistem pemerintahan menggunakan asas sentralisasi.

Bibliography

Dr. Fuji Rahmadi P, M. (2018). DINASTI UMAYYAH (Kajian Sejarah dan Kemajuannya).
Volume III No. 2 Januari-Juni 2018, 669-676.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M. (2013). SEJARAH PERADABAN ISLAM. Pekanbaru:
Yayasan Pustaka Riau.
M.Ag., D. H. (2019). POLITIK ARABISASI DAN DAKWAH Refleksi Perkembangan
Dakwah Era Umaiyah dan Upaya Kontekstualisasi Dakwah Kontemporer di Indonesia.
Rachman, T. (2018). Bani Umayyah Dilihat dari Tiga Fase (Fase Terbentuk, Kejayaan
danKemunduran). JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Surma Hayani, N. Bakhtiar. (2020). ARABISASI PEMERINTAHAN ISLAM PADA MASA
KHALIFAH ABDUL MALIK BIN MARWAN. JUSPI (JURNAL SEJARAH
PERADABAN ISLAM) VOLUME 3 NOMOR 2 JANUARI 2020, 204-212.

Anda mungkin juga menyukai