Anda di halaman 1dari 8

Nama Anggota Kelompok:

Adillah Zulitanur
Adinda Nurul A
Adryan Sunanta
Cindy Aulia
Dea Septiana
Fridiah Jannah
Inas Alya N
Lora Nisa
Jihan Fauziah
M Fadhli
Maya Apriyanti
Nisrina Kamila
Putri Nurjanah
Rafi Aziz
Rafly Triansyah
Raihana A
Silvi A
Vony B
Yuka Diesta
Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
A. Asal-usul Dinasti Bani Umayyah
Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau
moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa sebelum Islam, ia termasuk
bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan pusat
pemerintahannya di Damaskus dan berlangsung selama 90 tahun (41 – 132 H / 661 – 750 M).
Muawiyah bin Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia adalah
kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah dijadikan
sebagai amir “AlBahar”. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik cendekia lagi bijaksana, luas
ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur pekerjaan dan ahli
hikmah. Muawiyah bin Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah menggunakan
politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar
melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa, asal maksud dan tujuannya tercapai.
Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang kholifah.
Namun diantara kholifah-kholifah tersebut, yang paling menonjol adalah: Kholifah Muawiyah
bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan
Hisyam bin Abdul Malik.
B. Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah
Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah, Muawiyah
selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan di luar Jazirah
Arab, Antara lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga hal yang
menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut
adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan
perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering melakukan pemberontakan ke
daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekayaan yang melimpah.
Pada waktu Bani Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke berbagai negara
yang berada di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta
kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik , dengan
mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang kemudian ia diangkat sebagai gubernurnya.
Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad untuk merebut daerah Andalusia.
Keberhasilan Thariq memasuki Andalusia, membuta peta perjalanan sejarah baru bagi
kekuasaan Islam. Sebab, satu persatu wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah
ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat tersebar dan
menjadi agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah agama yang
mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai
bidang kehidupan social, politik, ekonomi, budaya dan sebaginya. Andalusia pun mencapai
kejayaan pada masa pemerintahan Islam.
C. Kemajuan dan Keunggulan Bani Umayyah
Di masa Bani Umayyah ini, kebudayaan mengalami perkembangan dari pada masa
sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masa ini adalah
seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dan sebaginya. Pada masa ini telah
banyak bangunan hasil rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab.
Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid
bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova yang terbuat dari batu pualam.
1. Seni sastra berkembang dengan pesatnya, hingga mampu menerobos ke dalam jiwa
manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair yang
muncul senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang bermutu
tinggi.
2. Dalam seni suara yang berkembang adalah seni baca Al-Qur’an, qasidah, musik dan
lagulagu yang bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan seniman dan
qori’/ qori’ah ternama.
3. Perkembangan seni ukir yang paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai
motif ukiran atau pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan
tembok-tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang masih
tertinggal adalah ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana musim
panas di daerah pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil sebelah Timur Amman.
4. Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu
pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu
kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.
5. Pada ini juga, politik telah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur
dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan),
dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan,
Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.
6. Kekuatan militer pada masa Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa
sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut Tajnidil
Ijbary). Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara
adalah merupakan pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik
Arab, dimana tentara harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.
7. Pada masa ini juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir sempurna hingga
mencapai 17.000 kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau Rhodus dengan
panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah juga telah
membentuk “Armada Musin Panas dan Armada Musim Dingin”, sehingga
memungkinkannya untuk bertempur dalam segala musim.
8. Dalam bidang social budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak
memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit
(mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik. Saat
itu juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang
tua mereka akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara di
rumahrumah tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang
cukup tinggi dari kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-
bondong memeluk Islam.

D. Kemunduran Dinasti Umayyah Beberapa faktor yang menjadi akar melemah dan
hancurnya Bani Umayah, antara lain :
1. System suksesi khalifah dengan cara dinatian bukan tradisi Arab dan lebih
mengandalkan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas, sehingga menimbulkan
menimbulkan persaingan yang keras di kalangan anggota keluarga.
2. Latar belakang terbentuknya Bani Umayah tidak terlepas dari konflik politik yang terjadi
di masa Ali. Ktbu Ali (Syi’ah) dan kubu khawarij yang masih tersisa, terus menjadi
oposisi dan melakukan perlawanan terhadap Bani Umayah, baik dengan terang-
terangan maupun dengan cara sembunyisembunyi. Penumpasan terhadap kelompok-
kelompok ini, banyak menyedot kekuatan pemerintah Bani Umayah.
3. Pada masa Bani Umayah pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan
Arabia Selatan (Bani Kalb) terus menruncing. Konflik ini membuat penguasa Bani
Umayah merasa kesulitan dalam menggalang persatuan dan kesatuan.
4. Faktor lemahnya Bani Umayah juga akibat sikap hidup mewah orang-orang di
lingkungan istana, sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat
kekuasaan. Kemudian, banyak para agamawan yang kecewa dengan penguasa Bani
Umayah karena penguasa ini sudah tidak memperhatikan pengembangan agama.
5. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd Thalib yang
mendapatkan dukungan dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah dan kaum Mawali.

Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


A. Asal Mula Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al- Abbas, paman Rasulullah,
sementara Khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash- Sahffah bin
Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul Muthalib.Pada tahun 132 H/750 M, oleh
Abul abbas Ash- saffah,dan sekaligus sebagai khalifah pertama.Selama lima Abad dari tahun
132-656 H ( 750 M- 1258 M).Kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani
Hasyim ( Alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak
untuk berkuasa adalah keturunana Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, anatara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan
peranya untuk menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul
Muthalib.Dari nama AlAbbas paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan pada tiga tempat
pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah, dan khurasan.
Di kota Mumaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama
Al-imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya dinasti
Abbasiyah.Para penerang Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang
berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai
gerakan rahasia.Akan tetapi, imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan
kekuasaan Abbasiyah,gerakannya diketahui oleh khalifah Ummayah terakhir, Marwan bin
Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di
haran sebelum akhirnya diekskusi. Ia mewasiatka kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh,dan memerintahkan untuk
pindah ke kufah.Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.Segeralah
Abul Abbas pindah dari Humaimah ke kufah di iringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain
seperti Abu Ja’far,Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali. Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin
Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di usir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya
berkemah di kufah yang telah di taklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang
paman Abbul Abbas di perintahkan untuk mengejar khaliffah Umayyah terakhir, marwan bin
Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di
dataran rendah sungai Zab. Khlifah itu melarikan diri hingga ke fustat di mesir, dan akhirnya
terbunuh di Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M. Dan beririlah Dinasti Abbasiyah
yang di pimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash- Shaffah dengan pusat
kekuasaan awalnya di Kufah.
B. Sistem Pemerintahan
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepimpinan masyarakat islam lebih
dari sekedar penggantian dinastiIa merupakan revolusi dalam sejarah islam, revolusi prancis
dan revolusi Rusia did lam sejarah barat.Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat
islam mengatakan setia kepada Abbul Abbas Ash-shaffah sebagai khaliffah mereka. Ash- Shaffah
kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad.
Kekhaliffahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun,9 bulan.Ia wafat pada tahun
136 H di Abar ,Satu kota yang telah di jadikanya sebagai tempat kedudukan pemerintahan.Ia
berumur tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur ash-Shaffah ketika
meinggal dunia adalah 29 tahun.
Selama dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terpkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, social, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarahwan biasanya membagi masa pemerintahan bani
Abbasiayah dalam 4 periode berikut.
1) Masa Abbasiyah 1, yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M)
sampai meninggalnya khaliffah Al- Wastiq 232 H (847 M).
2) Masa Abbasiyah II, yaitu mulai khliffah Al- Mutawakkil pada tahun 232 H ( 847 M)
sampai 8 berdirinya Daulah buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M).
3) Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwahiyah tahun 334 H (946 M) sampai
masuknya kaum saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M).
4) Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad tahun447 H (1055
M). Sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan
pada tahun 656 H (1258 M).

C. Kemajuan dan keunggulan Dinasti Abbasiyah


1) Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya
Terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial
masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan
kemajuan peradaban Islam pada masa ini. Karna dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang
sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial
budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial
budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan
arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni
asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada istana
Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan
kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya
2) Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik.
Pada masa inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu
Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya
buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna.
Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai
adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan
lain-lainnya.
3) Kemajuan ilmu teknologi (sains) sesungguhnya telah direkayasa oleh ilmu Muslim.
Kemajuan tersebut adalah sebsgai berikut.
a) Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhind kemudian diterjemahkan oleh
Muhammad Ibnu Ibrahim Al-Farazi (777 M). Ia adalah astronom Muslim pertama
yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Di samping
itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibnu Isa Al-Asturlabi, Al-
Farghani, Al-Battani, Umar Al-Khayyam dan Al-Tusi.
b) Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah ibnu Rabban Al-
Tabari. Pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus Al-Hikmah. Tokoh lainnya
adalah Al-Razi, AlFarabi, dan Ibnu Sina.
c) Ilmu kimia. Bapak ilmu kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815 M).
Sebenarnya banyak ahli kimia Islam ternama lainnya seperti Al-Razi, Al-Tuqrai yang
hidup pada abad ke-12 M.
d) Sejarah dan geografi. Pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad ke-3 H adalah
Ahmad bin Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Jafar bin Jarir Al-Tabari. Kemudian,
ahli ilmu bumi yang masyhur adalah ibnu Khurdazabah.
4) kemajuan dalam ilmu agama islam.
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad (
750-1258 M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam
bidang ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para ulama dan pemerintah yang
memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansia, kepada para
ulama. Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para ulama yang ingin
mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha
keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam.
Dianata ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist,
ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf.
5) Kemajuan dalam bidang politik dan militer
Di antara perbedaan karakteristik yang sangat mancolok anatara pemerinatah
Dinasti Bani Umayyah dengan Dinasti Bani Abbasiyah, terletak pada orientasi kebijakan
yang dikeluarkannya. Pemerinath Dinasti Bani Umayyah orientasi kebijakan yang
dikeluarkannya selalu pada upaya perluasan wilayah kekuasaanya. Sementara
pemerinath Dinasti Bani Abbasiyah, lebih menfokuskan diri pada upaya pengembangan
ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga masa pemerintahan ini dikenal
sebagai masa keemasan peradaban Islam. Meskipun begitu, usaha untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan tetap merupakan hal penting yang harus
dilakukan. Untuk itu, pemerintahan Dinasti Bani Abbasiyah memperbaharui sistem
politik pemerintahan dan tatanan kemiliteran.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan baik, maka
pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen pertahanan dan keamanan,
yang disebut diwanul jundi. Departemen inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan
dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan.Pembentuka lembaga ini didasari atas
kenyataan polotik militer bahwa pada masa pemertintahan Dinasti Abbasiyah, banayak
terjadi pemebrontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari
pemerintahan Dinasyi Abbasiyah

D. Kemunduran Pada Dinasti Abbasiyah


1. Persaingan Antar Bangsa
Dalam berdirinya khilafah bani Abbasiyah, mereka lebih memilih bersekutu
dengan bangsa Persia dari pada bangsa Arab. Persekutuan ini disebabkan karena
mereka sama-sama tertindas selama bani Umayyah berkuasa. Di sisi lain, bangsa Arab
beranggapan bahwa mereka lebih istimewa dibandingkan dengan bangsa non Arab di
dunia Islam. Pada waktu itu tidak ada kesadaran untuk merajut elemen-elemen yang
beraneka ragam tersebut dengan kuat. Akibatnya yang muncul adalah fanatisme
kearaban dan fanatisme antar bangsa. Setelah alMutawakkil naik tahta, dominasi Turki
dalam kepemerintahan tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan khilafah bani Abbasiyah
sebenarnya sudah berakhir berganti ke tangan orangorang Turki, bani Buwaih, dan bani
Seljuk.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah bani Abbasiyah juga mengalami kemunduran dalam bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran dalam bidang politik. Walaupu periode pertama
terbilang sukses perekonomiannya, namun memasuki periode kedua mengalami
kemerosotan. Pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih
besar. Hal ini disebabkan menyempitkan wilayah kekuasaan mereka dan banyaknya
kerusuhan yang mengganggu perekonomian bangsa. Kondisi politik yang tidak stabil
menyebabkan perekonomian semakin memburuk. Sebaliknya, perekonomian yang
buruk semakin memperlemah kondisi polotik dinasti Abbasiayah, kedua faktor ini saling
berkaitan dan tak terpisahkan.
3. Konflik Keagamaan
Pada periode pertama sudah bermunculan gerakan-gerakan keagamaan yang
membuat beberapa khalifah waktu itu merasa berang dan berusaha untuk
memberantasnya. Al-Mahdi bahkan mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi
kegiatan orang-orang zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas
bid’ah. Akan tetapi semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik di antara
merekapun bermunculan. Mulai dari polemik tentang ajaran sampai pada konflik
bersenjata yang menumpahkan darah diantara kedua belah pihak. Konflik keagamaan
tidak terbatas antar muslim dan zindiq atau Sunni dengan Syi’ah, melainkan juga antar
aliran dalam Islam. Mu’tazilah yang cenderung rasional, dituduh sebagai pembuat bid’ah
oleh golongan salaf. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma’mun
saat menjabat sebagai khalifah dengan menjadikan Mu’tazilah sebagai madzhab resmi
dinasti Abbasiyah. Pada masa al-Mutawakkil, giliran golongan salaf yang menjadi
madzhab resmi, sementara Mu’tazilah dibatalkan.
4. Ancaman dari Luar
Setidaknya ada dua Faktor eksternal yang mempengaruhi kemunduran dinasti
Abbasiyah. Pertama, perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang yang
menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
10 Begitu juga orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus
Urbanus II mengeluarkan seruan kepada umat Kristen Eropa supaya melakukan perang
suci yang lebih dikenal dengan sebutan perang Salib.

Anda mungkin juga menyukai