Anda di halaman 1dari 42

Haus ilmu

Rabu, 19 September 2012


Makalah TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM

PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD MODERN

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, banyak para masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang acuh tak
acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah paradaban Islam. Dewasa ini mereka hanya
memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar. Padahal, sejarah,
apalagi sejarah peradaban Islam sangat penting bagi mereka, mereka dapat mengambil
pengetahuan diantaranya adalah mengetahui “Kemajuan, Kemunduran dan Kebangkitan Dunia
Islam di berbagai Negara.

1. B. Rumusan Masalah
2. Pada zaman dinasti apa saja kemajuan dunia Islam?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kemunduran umat Islam?
4. Bagaimana periodisasi kebangkitan Islam?
5. Bagaimana Islam pada masa modern?

1. C. Tujuan Pembahasan
2. Mengetahui sejarah kemajuan Islam.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran umat Islam.
4. Mengetahui periodisasi kebangkitan Islam.
5. Mengetahui Islam pada masa modern.

BAB II

PEMBAHASAN
1. A. Sejarah Kemajuan Dunia Islam
2. 1. Kemajuan Dunia Islam

a) Dinasti Umayah (661-750 M)

Bani Umayah adalah keturunan Umayah bin Abdul Syams, salah satu suku Quraisy. Dalam
sejarah Islam Bani Umayah mendirikan dalam dua periode: Damascus dan Cordoba. Dinasti
umayah dimulai dengan naiknya Muawiyah sebagai khalifah pada tahun 661 M. Bani Umayah
berhasil mengokohkan kekhalifahan di Damascus selama 90 tahun (661 – 750).[1]

Penyebutan ”Dinasti” pada kekhalifahan Bani Umayah karena Muawiyah mengubah sistem
suksesi kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang bersifat
keturunan.

Kemajuan-kemajuan diberbagai bidang mulai diraih kekhalifahan Islam diantaranya adalah:

 Bidang ekspansi wilayah


 Bidang bahasa dan sastra Arab
 Bidang pembangunan fisik sarana prasarana penunjang kebudayaan dan pemerintahan
seperti masjid-masjid, istana-istana peristirahatan.

Di masa ini gerakan-gerakan ilmiyah telah berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan,
sejarah dan filsafat. Kekuasaan dan kejayaan Dinasti Bani Umayah mencapai puncaknya di
zaman al-Walid. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun.

Pada awal abad ke-8 (720 M) sentimen anti-pemerintahan Bani Umayah telah tersebar secara
intensif. Kelompok yang merasa tidak puas bermunculan.

Gerakan oposisi yang pertama-tama dinamakan Hasyimiyah dan kemudian Abbasiyah dipimpin
oleh Muhammad bin Ali. Gerakan ini mendapat dukungan terbesar dari orang-orang khurasan.
Di bawah pimpinan panglimanya yang tangkas, Abu Muslim al-Khurasani, gerakan ini dapat
menguasai wilayah demi wilayah kekuasaan Bani Umayah. Pada Januari 750 Marwan II,
Khalifah terakhir Bani Umayah, dapat dikalahkan di pertempuran Zab Hulu, sebuah anak Sungai
Tigris sebelah timur Mosul. Ia kemudian melarikan diri ke Mesir. Sementara itu, pasukan
Abbasiyah membunuh semua anggota keluarga Bani Umayah yang berhasil mereka tawan.
Ketika mereka mencapai Mesir, sebuah kesatuan menemukan dan membunuh Marwan II pada
Agustus 750. Maka berakhirlah kekuasaan Bani Umayah di Damaskus. Namun satu-satunya
anggota keluarga Bani Umayah, Abdurrahman (cucu Hisyam), berhasil meloloskan diri ke
Afrika Utara, kemudian menyeberang ke Spanyol. Disinilah selanjutnya ia membangun
kekuasaan Dinasti Bani Umayah yang baru dengan berpusat di Cordoba.

Penyebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah :


(a) Mendapat perlawanan dari kaum Khawarij.

(b) Mendapatkan pertentangan pula dari Talhah dan Zubeir dari Mekkah.

(c) Pertentangan dari golongan Syiah.

(d) Pertentangan tradisional antara suku Arab Utara dan suku Arab Selatan.

(e) Persaingan antara kalangan anggota Dinasti Bani Umayyah.

(f) Kehidupan mewah pihak istana, sehingga membuat anak-anak Khalifah kurang sanggup
memikul beban berat.

(g) Munculnya Khalifah Bani Hasyim (satu cabang lain dari Quraisy). Bekerjasama dengan
kaum Syiah untuk melakukan serangan kepada Bani Umayyah.

Setelah masa pemerintahan Bani Umayyah berakhir pemerintahan kemudian di pimpin oleh
Dinasti Bani Abbas (750 – 754 M ). Perbedaan antara kedua dinasti ini adalah, kalau masa Bani
Umayyah merupakan ekspansi daerah kekuasaan Islam, maka saat dinasti Bani Abbas adalah
masa pembentukan dan perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.

b) Dinasti Abasiyah (750-1258 M)

Dinasti Abbasiyah yang menguasai daulah (negara) pada masa klasik dan pertengahan Islam.
Pada masa pemerintahan Abbasiyah tercapai zaman keemasan Islam. Daulah ini disebut
Abbasiyah karena pendirinya adalah keturunan al-Abbas (paman Nabi SAW) yakni Abu Abbas
as-Saffah. Walaupun Abu Abbas adalah pendiri daulah ini, pemerintahannya hanya singkat (750
– 754). Pembina daulah ini yang sebenarnya adalah Abu Ja’far al-Mansur (khalifah ke-2). Dua
khalifah inilah peletak dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Para sejarawan membagi Daulah Abbasiyah dalam lima periode;

Periode Pertama (132 H – 232 H / 750 M – 847 M)

Periode kedua (232 H – 334 H / 847 M – 945 M)

Periode ketiga (334 H – 447 H / 945 M – 1055 M)

Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1199 M)

Periode kelima (590 H – 656 H / 1199 M – 1258 M)

c) Dinasti Umayah di Spanyol (757-1492 M)

Di belahan Barat (eropa) berdiri megah Khalifah Umayah di Spanyol dengan sebelumnya tentara
Islam pimpinan Thariq Ibnu Ziyad pada tahun 711 M menaklukkan kerajaan Visigothic yang
diperintah oleh raja Roderick. Dalam memperluas wilayah kekuasaannya kekuatan Islam ini
pada tahun 732 menyeberangi pegunungan pirenia (perbatasan Perancis), dan pastilah akan
mengubah sejarah Eropa seandainya mereka tidak dikalahkan dengan menyedihkan sekali oleh
Charles Mortel atau yang sering dipanggil Karel Martel.

d) Dinasti Fatimiyah (919-1171 M)

Syahruddin El-Fikriasa Kejayaan Islam (the golden age of Islam) ditandai dengan penyebaran
agama Islam hingga ke benua Eropa. Pada masa itulah berdiri sejumlah pemerintah atau kekha-
lifahan Islamiyah. Seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Turki Utsmani dan
Ayyubiyah.

Selain penyebaran agama, kemajuan Islam juga ditandai dengan kegemilangan peradaban Islam.
Banyak tokoh-tokoh Muslim yang muncul sebagai cendekiawan dan memiliki pengaruh besar
dalam dunia peradaban hingga saat ini. Namun, setelah perebutan kekuasaan dan kepemimpinan
yang kurang fokus, akibatnya pemerintahan Islam dikalahkan. Salah satunya adalah dinasti
Fatimiyah.

Imperium Ismailiyah yang didirikan oleh Ubaidillah al-Mahdi ini hanya mampu bertahan selama
lebih kurang dua setengah abad (909-1171 M). Ubaidillah al-Mahdi adalah pengikut sekte Syiah
Ismailiyah. Dinamakan sekte Ismailiyah, karena sepeninggal Jafar As-Shadiq, anggota sekte
Syiah Ismailiyah berselisih pendapat mengenai sosok pengganti sang imam (Jafar as-Shadiq).
Dan Ismail selaku putra Jafar yang sedianya akan dijadikan pengganti, telah meninggal terlebih
dahulu. Di saat yang sama, mayoritas pengikut Ismailiyah menolak penunjukan Muhammad
yang merupakan putra Ismail. Padahal, menurut mereka masih terdapat sosok Musa Al-Kazhim
yang dinilai lebih pantas memegang tampuk kepemimpinan spiritual.

Maka disaat itulah, tampil Abdullah atau Ubaidillah Al-Mahdi mengambil kepemimpinan
spiritual langsung (dari jalur Ali melalui Ismail). Bersama keluarga dan para pengikutnya,
Ismailiyah menyebar di wilayah Salamiyah, sebuah pusat kaum Ismailiyah di Suriah. Maka pada
tahun 297 H atau 909 M, ia dilantik menjadi khalifah.

Pada masa kepemimpinannya, pemerintahan Dinasti Fatimiyah berpusat di Maroko, dengan


ibukotanya al-Manshur-iyah. Dinasti Fatimiyah menjalankan roda pemerintahan di Maroko
selama 24 tahun yang di pimpin oleh empat orang khalifah, termasuk Ubaidillah al-Mahdi. Tiga
orang khalifah Dinasti Fatimiyah lainnya yang pernah memerintah di Maroko adalah al-Qaim
(322-323 H/934-946 M), al-Manshur (323-341 H/946-952 M), dan al-Muizz (341-362 H/952-
975 M).

Maka sejak saat itulah, dinasti Fatimiyah berhasil menjadi salah satu pusat pemerintahan Islam
yang disegani. Puncaknya, terjadi pada masa Al-Aziz (365-386 H/975-996 M). Ia adalah putra
dari Al-Muizz yang bernakma Nizar dan bergelar al-Aziz (yang perkasa). Al-Aziz, berhasil
mengatasi persoalan keamanan di wilayah Suriah dan Palestina. Bahkan, pada masanya ini pula,
ia membangun istana kekhalifahan yang sangat megah hingga mampu menampung tamu
sebanyak 30 ribu orang. Tempat-tempat ibadah, pusat perhubungan, pertanian maupun industri
mengalami perkembangan pesat.
Sementara dalam bidang pemerintahan, Khalifah al-Aziz berhasil meredam berbagai upaya
pemberontakan yang terjadi di wilayah-wilayah kekuasaannya. Dinasti ini dapat maju antara lain
karena didukung oleh militer yang kuat, administrasi pemerintahan yang baik, ilmu pengetahuan
berkembang, dan ekonominya stabil. Namun setelah masa al-Aziz Dinasti Fatimiyah mengalami
kemunduran dan akhirnya runtuh, setelah berkuasa selama 262 tahun.

1. B. Kemunduran Dunia Islam

Kemundruan umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 s/d tahun 1500 M.
Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam
Pendidikan Islam, kemunduran itu oleh sebagai diyakini karena berasal dari berkembangnya
secara meluas pola pemikiran tradisional.[2]

Dunia islam saat ini mempunyai luas wilayah mencapai sekitar 31,8 juta km atau 25% dari
seluruh luas dunia, dari Indonesia sebelah timur hingga sinegal sebelah barat dan dari utara
Turkestan hingga keselatan mozambik, dan jumlah kaum muslimin lebih dari 1,3 miliyar
orang.[3]

Tapi kuantitas umat islam yang begitu besar belum di imbangi dengan kualitasnya, sehimgga
kondisi umat islam sangat tertinggal oleh dunia barat (Kristen).

Kelemahan umat islam tersebut disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Umat islam kurang menjalankan akidah islam yang luas.


2. Umat islam kurang melaksanakan hukum Allah.
3. Umat islam kurang menerapkan amar ma’ruf nahi mungkar.
4. Umat islam kurang menjalankan jihad.
5. Umat islam telah terjebak dalam perbedaan-perbedaan internal ketamakanduniawi.
6. Umat islam terlalu santai dan kurang memperhatikan kepentingan umat.
7. Umat islam terpengaruh arus pemikiran barat yang merusak.
8. Umat islam mengalami perpecahan dan pertikaian.
9. Upaya keras non Islam dalam mengalahkan umat islam.[4]

Secara garis besar umat islam mengalami kemunduran dikarenakan kurang memperhatikan
pelaksanaan ajaran agamanya dan dominasi Negara-negara barat dalam bidang politik dan
peradaaban. Menyadari kondisi yang demikian umat islam berusaha bangkit untuk mengejar
ketinggalan[5].

a) Krisis dalam Bidang Sosial Politik


Awalnya adalah rapuhnya penghayatan ajaran Islam, terutama yang terjadi dikalangan para
penguasa. Bagi mereka ajaran Islam hanya sekedar diamalkan dari segi formalitasnya belaka,
bukan lagi dihayati dan diamalkan sampai kepada hakekat dan ruhnya. Pada masa itu ajaran
Islam dapat diibaratkan bagaikan pakaian, dimana kalau dikehendaki baru dikenakan, akan tetapi
kalau tidak diperlukan ia bisa digantungkan. Akibatnya para pengendali pemerintahan
memarjinalisasikan agama dalam kehidupannya, yang mengakibatkan munculnya penyakit
rohani yang sangat menjijikkan seperti keserakahan dan tamak terhadap kekuasaan dan
kehidupan duniawi, dengki dan iri terhadap kehidupan orang lain yang kebetulan sedang sukses.
Akibat yang lebih jauh lagi adalah muncullah nafsu untuk berebut kekuasaan tanpa disertai etika
sama sekali. Kepada bawahan diperas dan diinjak, sementara terhadap atasan berlaku menjilat
dan memuji berlebihan menjadi hiasan mereka.

”Syariat Islam adalah demokratis pada pokoknya, dan pada prinsipnya musuh bagi absolutisme”
(Stoddard, 1966: 119) Kata Vambrey,” Bukanlah Islam dan ajarannya yang merusak bagian
Barat Asia dan membawanya kepada keadaan yang menyedihkan sekarang, akan tetapi ke-
tanganbesi-an amir-amir kaum muslimin yang memegang kendali pemerintahan yang telah
menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka menggunakan pentakwilan ayat-ayat al-Quran
sesuai dengan maksud-maksud despotis mereka”.

b) Krisis dalam Bidang Keagamaan

Krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sementara ulama jumud (konservatif) yang
menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai permasalahan
kehidupan umat Islam cukup mengikuti pendapat dari para imam mazhab. Dengan adanya
pendirian tersebut mengakibatkan lahirnya sikap memutlakkan semua pendapat imam-imam
mujtahid, padahal pada hakekatnya imam-imam tersebut masih tetap manusia biasa yang tak
lepas dari kesalahan.

Kondisi dunia Islam yang dipenuhi oleh ulama-ulama yang berkualitas dibuatnya redup dan
pudarnya nur Islam yang di abad-abad sebelumnya merupakan kekuatan yang mampu menyinari
akal pikiran umat manusia dengan terang benderang.

c) Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan

Krisis ini sesungguhnya hanya sekedar akibat dari adanya krisis dalam bidang sosial politik dan
bidang keagamaan. Pusat-pusat ilmu pengetahuan baik yang berupa perpustakaan maupun
lembaga-lembaga pendidikan diporak-porandakan dan dibakar sampai punah tak berbekas.
Akibatnya adalah dunia pendidikan tidak mendapatkan ruang gerak yang memadai. Lembaga-
lembaga pendidikan tinggi yang ada sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada para
mahasiswanya untuk melakukan penelitian dan pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan
kebebasan akademik yang menjadi ruh atau jantungnya pengembangan ilmu pengetahuan Islam
satu persatu surut dan sirna. Cordova dan Baghdad yang semula menjadi lambang pusat
peradaban dan ilmu pengetahuan beralih ke kota-kota besar Eropa.
1. C. Kebangkitan Kembali Dunia Baru Islam

Benih pembaharuan dalam dunia Islam sesungguhnya telah muncul di sekitar abad XIII Masehi,
suatu masa yang pada waktu itu dunia Islam tengah mengalami kemunduran dalam berbagai
bidang dengan sangat drastisnya. Ditengah-tengah kemelut yang melanda Baghdad disebabkan
karena invasi yang dilakukan oleh tentara Mongol di bawah komando Hulagu Khan.

Secara umum, ada tiga periode dalam periodisasi yang diakui sejarawan, yakni masa klasik (650-
1250 M). Masa ini merupakan masa awal pertumbuhan serta perkembangan Islam dalam seluruh
aspek kehidupan. Sebagai pemimpin agam, saat itu Rasulullah masih dalam masa dakwah dan
penyebarluasan agama Islam, Islam pertengahan (1250-1800 M) setelah beberapa abad umat
Islam menguasai dunia, di awal abad ke-13 kekuasaan Islam mulai terguncang. Banyak kerajaan-
kerajaan kecil yang mulai berani melakukan serangan-serangan karena merasa tidak lagi
diperhatikan dan ingin bebas dari kekuasaan kekhalifahan pada saat itu. Dan puncak dari
keruntuhan kekhalifahan Islam pada masa itu adalah kehancuran Bagdad sebagai pusat
pemerintahan oleh seragan Hulaghu khan (cucu Jengis Khan). Ia adalah , serta modern (1800-
sekarang). Periode ini merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan
Barat menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahw di
Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam.

BAB III

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

Secara garis besar umat Islam mengalami kemunduran dikarenakan kurang memperhatikan
pelaksanaan ajaran agamanya dan dominasi Negara-negara barat dalam bidang politik dan
peradaban.

Pada akhirnya makna yang terkandung dalam makalah ini adalah, bahwa sebagai umat Islam
patut berbangga diri telah mendapat hidayah dan takdir dilahirkan sebagai umat Islam.
Sedemikian hebatnya kejayaan Islam dimasa lampau mulai dari kebudayaan, ilmu pengetahuan
hingga sistem pemerintahan yang sudah tertata rapi dan mempunyai sistem pemerintahan yang
demokratis.
Isi Al-Quran yang demikian berarti bagi kehidupan manusia, sebagai tuntunan dunia akhirat
telah mengatur aturan-aturan main dalam menjalankan tugasnya manusia di bumi ini untuk selalu
melakukan kebaikan dan ibadah yang semata-mata dilakukan karena ingin mendapat Ridha-Nya.

1. B. Saran

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam yang menjalani ajaran Allah SWT dan meneladani
sunnah Rasul-Nya hendaknya kita semua sebagai umat Islam wajib untuk melaksanakan
kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebab, para pendahulu kita telah berjuang untuk
kemajuan agama Islam walaupun pada saat itu pula Islam mengalami kemunduran dan pada
akhirnya Islam mengalami kebangkitan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Choirul Rofiq. Sejarah peradaban islam (dari masa klasik hingga modern). Ponorogo:
STAIN press. 2009. hlm 283.

Ibid. hlm. 285

Ibid. hlm 286

Nizar Samsul. Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
sampai Indonesia (Jakarta: Kencana. 2007)

Diajukan untuk salah satu tugas akhir mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Guru
pembimbing Ahmad Setiadi M.Mpd
Disususn oleh Kelompok 4
Nama : Ai Siti Syarifah
Atinah
Bella Anita M
Dila Arsela
Ismia Agustin
M. Redzka A.P
Noverly Karunia
Saepudin
Windi Perhana

Kelas : XI-IPA 1

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ciranjang


(SMAN 1 CIRANJANG)
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan
tugas karya ilmiah pelajaran Pendididkan Agama Islam dengan membahas tokoh-tokoh
Cendekiawan Islam
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penilis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan orang tua. Sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh
karena itu penulis mengucapakan terima kasih kepada Bapak Guru bidang Study pelajaran
Agama Islam yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis
termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga Karya ilmiah ini dapat bermamfaat khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapakn dapat tercapai Amin

Ciranjang, 16 Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………………………. i
Daftar isi…………………………………………………… ……………………ii
A. TOKOH-TOKOH CENDEKIAWAN ISLAM

1. Muhammad Bin Abdul Wahhab……………………………………..…....…1


2. Ibnu Sina………………………………………………………………..….3
3. Jamaluddin Al-Afghani………….....………………………………………..6
4. Muhammad Bin Musa Al-Khawarizmi…………………………………........9
5. Ibnu Rusyd……………………………..……………………………….....10
6. Muhammad Abduh……………………...………………………………....11

Hasan Al-Banna……………………………………………………….....12
8. Sayyid Ahmad Khan……………………………………………..............17
9. Ahmad Bin Hanbal…………..…………………………………………...18
10. Al-Farabi………………………………………………………..…..……19
11. Al-Ghazali………………………………………………………………..21
12. An-Nawawi………………………………………………………………23
13. Ibnu Taimiyah………………………………………………………........25
14. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah………………………………………............28
15. Ibnu KhalduN…………………………………………………………….31

B. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..34

TOKOH-TOKOH CENDEKIAWAN ISLAM

1. MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB


Lahir di nejad(Arab Saudi)pada tahun 1115 H(1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1206
H(1793M).Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb bin Sulaiman bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-
Hambali an-Najdi.Dia adalah seorang ahli teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin
gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah Su'udiyyah, yang kemudian
berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi.Dia juga merupakan seorang ulama besar yang
produktif,karena buku-buku karangannya tentang islam mencapai puluhan buku,diantaranya
buku yang berjudul”Kitab At-Tauhid”yang isinya tentang pemberantasan
syirik,khurafat,takhayul,dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat
Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni.
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama berusaha membangkitkan
kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung pergerakan ini
sesungguhnya menolak disebut Wahabbi, karena pada dasarnya ajaran Ibnu Wahhab menurut
mereka adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih
memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun, yang berarti "satu
Tuhan".
Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan
kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka kerana
mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan alirannya, al-
Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa
al-Jama'ah. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah
seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti
besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan
dengan agama.
Dia menempuh berbagai macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya, sesuai dengan
keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui lisan, beliau juga tidak
mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika perlu beliau berdakwah dengan
besi (pedang).
Maka Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para umaranya,
salah satunya adalah Dahham bin Dawwas. Surat-surat itu dikirimkannya juga kepada para
ulama dan penguasa-penguasa. Ia terus mengirimkan surat-surat dakwahnya itu ke seluruh
penjuru Arab, baik yang dekat ataupun jauh. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang
bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri Islam di seluruh dunia, juga
bahaya bid’ah, khurafat dan takhayul.
Berkat hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara dalam dan luar
negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga beliau disegani di antara kawan
dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin jauh berkumandang di luar negeri, dan
tidak kecil pengaruhnya di kalangan para ulama dan pemikir Islam di seluruh dunia, seperti
di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afganistan,Afrika Utara, Maghribi, Mesir, Syria, Iraq dan lain-
lain lagi.
Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di
Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan
berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di Tanah Arab. Muhammad
bin Abdulwahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H,
bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.
2. IBNU SINA
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia
juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan
pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak
lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang
kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di
bidang kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina lahir
pada 980 di Afsyahnahdaerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia),
dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di
antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai
"bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal
dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu."
pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine,
dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil
sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili,
berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah
di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia
menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina
independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul
para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera
membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya; dia menampilkan suatu
pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child
prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia.
Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain
dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan
mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa
tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga
mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan
yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi
ke masjid, dan terus salat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut
malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala
segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan
memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles,
sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari
mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu kedai
buku seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan,
yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk
berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi
melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode -
metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan
pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun
menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan;
saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat
yang sesuai." Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat
banyak pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit
yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya
akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan
dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang
membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu,
Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis
beberapa karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju
keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan
menuju kearah Barat
ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan,
memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu
tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari
suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam,
seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung,
dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina
sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi,
Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya
sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina
ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari bukuCanon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia
tinggal di Hyrcania.Bukunya yang lain: Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai
macam ilmu pengetahuan) Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu
pengetahuan)&An-Najat

3. JAMALUDDIN AL-AFGHANI
Nama panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan
di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau bernama
Sayyid Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan Sayyid Ali al-Turmudzi (seorang
perawi hadits yang masyhur yang telah lama bermigrasi ke Kabul) juga dengan nasab Sayyidina
Husain bin Ali bin Abi Thalib
Pada usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau
tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqih dan ilmu keislaman
lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan
meliputi filsafat, hukum, sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan metafisika. Al-
Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan bak
ensiklopedia.
Setelah membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan Barat
(terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan Islam. Pertama-
tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode yang kritis dalam sejarahnya.
Kebencian kepada kolonialisme yang telah membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika
Afghani menyaksikan India yang berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh
India. Afghani turut ambil bagian dari periode yang genting ini, dengan bergabung dalam
peperangan kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh penguasa
Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya posisi penting dalam
pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan kekuasaannya dengan
memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya
Dost terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Rupanya,
efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak diperbolehkan
melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke India. Pada tahun 1869
Afghani masuk ke India untuk yang kedua kalinya. Ia disambut baik oleh pemerintah India,
tetapi tidak diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin India berpengaruh yang berperan
dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani akan menyebabkan pergolakan rakyat
melawan pemerintah kolonial, pemerintah India mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke
Terusan Suez yang sedang bergolak.
Di Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar yang terkagum-kagum
dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang kemudian menjadi murid
Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani pergi ke Istanbul untuk berdakwah. Di
ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan yang luar biasa. Ketika memberi ceramah di
Universitas Konstantinopel, salah seorang ulama setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia
segera menghasut pemerintah Turki untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya,
Afghani didepak keluar dari Turki. Pada tahun 1871.
Afghani menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua kalinya. Di Mesir Afghani
melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera mempengaruhi para mahasiswa dan
ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum nasionalis Mesir pada tahun 1882 berujung pada
tindakan deportasi oleh pemerintah Mesir yang mencurigai Afghani ada di belakang
pemberontakan.
Afghani dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah berada dalam perjalanan ke
London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia berdakwah ke Paris. Di London ia bertemu
dengan Muhammad Abduh, muridnya yang ternyata juga dikucilkan oleh pemerintah Mesir.
Dari London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama empat tahun di St.
Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke lingkungan intelektual yang dipercaya
oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah Afghani kepada mereka adalah keluarnya izin
pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa Rusia.
Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling Eropa untuk berdakwah.
Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan bahasa karena ia menguasai enam
bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia, dan Rusia).
Afghani menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang dideritanya sejak
tahun 1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal 9 Maret 1897 di Istambul Turki dan
dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke Afghanistan pada tahun 1944. Ustad Abu Rayyah
dalam bukunya “Al-Afghani; Sejarah, Risalah dan Prinsip-prinsipnya”, menyatakan, bahwa Al-
Afghani meninggal akibat diracun dan ada pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada rencana
Sultan untuk membinasakannya
Ide-ide pembaruannya yaitu:
1. Mengembalikan kejayaan Islam.
2. Pemerintah yang otokrasi dan absolute harus digantii dengan
pemerintahan yang demokratis.
3. Kepala Negara harus tunduk kepada undang-undang.
4. Tidak ada pemisahan antara Negara dengan poliik.
5. Pan Islamisme atau rasa persaudaraan/solidaritas antar umat Islam
harus ditingkatkan kembali.
4. MUHAMMAD BIN MUSA AL-KHAWARIZMI
Adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal
dari Persia. Lahir sekitar tahun780 di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar
tahun 850 di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah
Kehormatan di BaghdadBuku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi
sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.
Translasi bahasa Latindari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian
diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia
merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang
astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam
kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk
menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme
danlogaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap
dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi,
sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar,trigonometri, dan pada bidang lain
yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi
kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu
buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala atau: "Buku
Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama
beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
5. IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 - Marrakesh, Maroko, 10
Desember 1198),adalah seorang filsuf dariSpanyol (Andalusia). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd
adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang
mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum,
matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim)
dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar
atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk
pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk
mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah
tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang
Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya
6. MUHAMMAD ABDUH
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas
gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-
Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang
mengusung gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia
dan Afrika.
Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882, karena
keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Libanon, Abduh sempat giat dalam
mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-
Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond.
Di antara karya tulis beliau yang terkenal adalah:
1. Tafsir Juz Amma
2. Tafsir Al-Qur an Hakim, yang diteruskan olehmuridnya,
Muhammad Rasyid Ridha
3. Risalah At Tauhid
4. Banyak memberi tambahan dalam kitab-kitab, salah satunya
Limaza taakhkhara Islam wa taqaddama ghairuhum, karya Syakib Arsalan

7. HASAN AL-BANNA
Hassan al-Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan
Buhairah, Mesir. Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal al-Qur'an. Ia adalah
seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus sebagai pendiri dan
pimpinan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin).
Ia memperjuangkan Islam menurut Al-Quran dan Sunnah hingga dibunuh oleh penembak
misterius yang oleh banyak kalangan diyakini sebagai penembak 'titipan' pemerintah pada 12
Februari 1949 di Kairo.
Kepergian Hassan al-Banna pun menjadi duka berkepanjangan bagi umat Islam. Ia
mewariskan 2 karya monumentalnya, yaitu Catatan Harian Dakwah dan Da'i serta Kumpulan
Surat-surat. Selain itu Hasan al-Banna mewariskan semangat dan teladan dakwah bagi seluruh
aktivis dakwah saat ini.
Selain itu ia juga dikenal akan cara berdakwahnya yang sangat tidak biasa. Ia terkenal
sangat tawadlu dikarenakan ia sering berdakwah di warung-warung kopi tempat oarang-orang
yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi sehabis lelah bekerja
seharian. Dan ternyata cara tersebut memang lebih efektif dilakukan dalam berdakwah
Hassan al-Banna yang lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyya, Mesir (utara-barat
dari Kairo). adalah seorang guru dan seorang reformis Mesir sosial dan politik Islam, yang
terkenal karena mendirikan Ikhwanul Muslimin, salah satu dari abad ke-20 terbesar dan paling
berpengaruh organisasi Islam revivalis. Kepemimpinan Al-Banna adalah penting bagi
pertumbuhan persaudaraan selama tahun 1930-an dan 1940-an. Ketika Hassan al-Banna berusia
dua belas tahun, ia mulai terbiasa mendislipinkan kegiatannya menjadi empat.siang hari di
pergunakanya untuk menuntut ilmu di sekolah.kemudian belajar membuat dan membetulkan jam
dengan orang tua nya hingga sore.waktu sore hingga menjelang tidur ia gunakan untu mengulang
kembali pelajaran sekolah.sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan al-qur'anialakukan
seusi shalat subuh.jadi tidak mengherankan bila hassan al-banna mencetak prestasi-prestasi
gemilang di kemudian hari.pada usia 14 hassan al-banna telah menghafal seluruh al-
qur'an.hassan al-banna lulus dari sekolah nya dengan predikat terbaik dan nomor lima terbaik di
seluruh mesir.pada usia 16 tahun,ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi darul
ulum.demikianlah sederet prestasi hassan kecil. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna, adalah
seorang imam lokal dihormati (pemimpin doa) dan guru masjid dari ritus Hanbali. Ia belajar di
Al-Azhar University (Lia 24, 1998). Dia menulis dan berkolaborasi pada buku-buku tentang
tradisi Islam, dan juga memiliki toko di mana ia memperbaiki jam tangan dan dijual
gramophones. Meskipun Syaikh Ahmad al Banna dan istrinya beberapa properti yang dimiliki,
mereka tidak kaya dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan, khususnya setelah mereka pindah
ke Kairo pada tahun 1924. Seperti banyak orang lain, mereka menemukan bahwa belajar Islam
dan kesalehan tidak lagi sebagai sangat dihargai di ibukota(akibat paham sekular yang begitu
kuat saat itu,paham itu dibawa oleh kolonial inggris untuk merobohkan semangat kaum
muslimin), dan bahwa keahlian tidak bisa bersaing dengan industri berskala besar. berdirinya
organisasi ikhwaul muslimin bertepatan dengan tanggal 20/maret/1928.bersama keenam
temannya,hassan al-banna mendirikan organisasi ini(ikhwanul muslimin) di kota ismailiyah.
Pertumbuhan masyarakat terutama diucapkan setelah Al-Banna dipindahkan kantor
pusatnya ke Kairo pada tahun 1932. Faktor paling penting yang membuat ekspansi ini dramatis
mungkin adalah kepemimpinan organisasi dan ideologis yang disediakan oleh Al-Banna. Dalam
Ismailia, di samping kelas hari, dia melakukan niatnya memberi kuliah malam kepada orangtua
muridnya. Dia juga berkhotbah di masjid, dan bahkan di warung kopi. Pada awalnya, beberapa
pandangannya tentang poin yang relatif kecil dari praktik Islam menyebabkan perbedaan
pendapat yang kuat dengan elit agama setempat, dan ia mengadopsi kebijakan menghindari
kontroversi agama. Dia terkejut oleh banyak tanda-tanda mencolok dominasi militer dan
ekonomi asing di Isma'iliyya: kamp-kamp militer Inggris, bidang pelayanan umum yang dimiliki
oleh kepentingan asing, dan tempat tinggal mewah dari karyawan asing dari Terusan Suez
Perusahaan, sebelah jorok tempat tinggal dari pekerja Mesir.
Dia berusaha untuk membawa perubahan, dia berharap untuk melalui lembaga-gedung,
aktivisme tanpa henti di tingkat akar rumput, dan bergantung pada komunikasi massa.Dia
melanjutkan untuk membangun sebuah gerakan massa yang kompleks yang menampilkan
struktur pemerintahan canggih; bagian yang bertanggung jawab untuk melanjutkan nilai-nilai
masyarakat di kalangan petani, buruh, dan profesional; unit dipercayakan dengan fungsi-fungsi
kunci, termasuk propagasi pesan, penghubung dengan dunia Islam, dan tekan dan terjemahan,
dan komite khusus untuk urusan keuangan dan hukum.
Dalam penahan ini organisasi ke dalam masyarakat Mesir, Al-Banna mengandalkan
jaringan sosial yang sudah ada (ikhanul muslimin), khususnya yang dibangun di sekitar masjid,
asosiasi kesejahteraan Islam, dan kelompok-kelompok lingkungan. Tenun ini ikatan tradisional
menjadi struktur khas modern pada akar kesuksesannya. Langsung terpasang bagi persaudaraan,
dan makan ekspansi, dilakukan berbagai usaha, klinik, dan sekolah. Selain itu, anggota yang
berafiliasi dengan gerakan melalui serangkaian sel, usar revealingly disebut families tunggal:
usrah. Materi, dukungan sosial dan psikologis yang diberikan instrumental sehingga kemampuan
gerakan untuk menghasilkan loyalitas yang sangat besar di antara para anggotanya dan untuk
menarik anggota baru. Layanan dan struktur organisasi masyarakat sekitar yang dibangun
tersebut dimaksudkan untuk memungkinkan individu untuk berintegrasi ke dalam pengaturan
jelas Islam, prinsip-prinsip sendiri dibentuk oleh masyarakat.
Berakar dalam Islam, pesan Al-Banna ditangani masalah termasuk kolonialisme,
kesehatan masyarakat, kebijakan pendidikan, manajemen sumber daya alam, Marxisme,
kesenjangan sosial, nasionalisme Arab, kelemahan dunia Islam di kancah internasional, dan
konflik yang berkembang di Palestina. Dengan menekankan keprihatinan yang menarik berbagai
konstituen, Al-Banna mampu merekrut dari antara bagian-lintas masyarakat Mesir - meskipun
pegawai negeri modern-berpendidikan, karyawan kantor, dan profesional tetap dominan di
kalangan aktivis organisasi dan pengambil keputusan. Al-Banna juga aktif dalam menentang
imperialisme Inggris di Mesir. Selama Perang Dunia II, ia sempat ditangkap oleh pemerintah
pro-Inggris, yang melihatnya sebagai subversif.
Antara 1948 dan 1949, tidak lama setelah masyarakat mengirim relawan untuk bertempur
dalam perang di Palestina, konflik antara monarki dan masyarakat mencapai puncaknya. Prihatin
dengan meningkatnya ketegasan dan popularitas persaudaraan, serta dengan desas-desus bahwa
itu merencanakan kudeta, Perdana Menteri Mahmoud sebuah-Nukrashi Pasha bubar itu pada
bulan Desember 1948. Aktifis organisasi yang ditangkap dan puluhan anggotanya yang dikirim
ke penjara. Kurang dari tiga minggu kemudian, perdana menteri dibunuh oleh seorang anggota
persaudaraan, Abdul Majid Hasan Ahmad.
Setelah pembunuhan itu, Al-Banna segera mengeluarkan pernyataan mengutuk
pembunuhan itu, yang menyatakan teror yang bukan cara yang bisa diterima dalam Islam. Hal ini
pada gilirannya mendorong pembunuhan Al-Banna. Pada tanggal 12 Februari 1949 di Kairo, Al-
Banna di kantor pusat Jamiyyah al-Shubban al-Muslimin dengan saudaranya iparnya Abdul
Karim Mansur untuk bernegosiasi dengan Menteri Zaki Ali Basha yang mewakili pihak
pemerintah. Menteri Zaki Ali Basha tidak pernah tiba. 5 jam malam Al-Banna dan saudaranya
iparnya memutuskan untuk pergi. pembunuhan itu terjadi ketika Al-Banna dan saudaranya
sedang menunggu taksi.
Saat mereka berdiri menunggu taksi, mereka ditembak oleh dua orang. Al-Banna terkena
tujuh tembakan. Laterwards, dia dibawa ke rumah sakit dan mereka telah menerima perintah dari
monarki untuk tidak memberinya perawatan di mana ia meninggal kematian lambat dari luka-
luka, Hassan Al-Banna menyadari bahwa mereka telah diperintahkan untuk tidak
memperlakukan dia dan dia membuat 3 doa terhadap Monarki. Hassan Al-Banna wafat pada
tanggal 12 Februari 1949.
Hassan al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar dalam pemikiran Islam modern.
Dia adalah kakek dari Tariq Ramadan dan kakak Gamal al-Banna. Untuk membantu
menguduskan tatanan Islam, al-Banna menyerukan melarang semua pengaruh Barat dari
pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian dari mesjid. Dia juga
menginginkan larangan partai politik dan lembaga demokrasi lainnya dari Syura (Islam-dewan)
dan ingin semua pejabat pemerintah untuk memiliki belajar agama sebagai pendidikan utama.
Hassan al-Banna melihat Jihad sebagai strategi defensif-Allah ditahbiskan, yang
menyatakan bahwa kebanyakan ahli Islam: "Setuju bulat bahwa jihad adalah kewajiban komunal
defensif dikenakan pada umat Islam dalam rangka untuk menyiarkan panggilan (untuk memeluk
Islam), dan bahwa adalah sebuah kewajiban individu untuk menolak serangan orang-orang kafir
atasnya. " Namun, sebagai akibat dari orang-orang kafir memerintah negeri-negeri Muslim dan
merendahkan kehormatan Muslim: "Hal ini telah menjadi kewajiban individual, yang ada adalah
tidak menghindari, pada setiap Muslim untuk mempersiapkan peralatan, untuk mengambil
keputusan untuk terlibat dalam jihad, dan untuk mendapatkan siap sampai kesempatan sudah
masak dan Allah keputusan suatu hal yang pasti akan dicapai"
Al-Banna tidak menerima klaim sebagai suara Hadis bahwa semangat jihad adalah jihad
yang lebih besar dan jihad pedang jihad kecil dan ia memuliakan aktif jihad defensif: "kematian
tertinggi hanya diberikan kepada mereka yang membunuh atau yang gugur di jalan Allah Seperti
kematian tidak dapat dihindarkan dan bisa terjadi hanya sekali. mengambil bagian dalam jihad
adalah menguntungkan di dunia ini dan berikutnya." Visi al-Banna pada aturan Jihad untuk umat
dalam kutipan dari Lima Tracts Hasan al-Banna di mana ia akan kembali ke aturan-Hanafi:
"Jihad dalam arti harfiah berarti untuk menempatkan sebagainya upaya maksimal seseorang
dalam kata dan perbuatan, dalam UU Suci itu adalah membunuh orang-orang kafir dan konotasi
terkait seperti memukul mereka, menjarah kekayaan mereka, menghancurkan tempat suci
mereka dan menghancurkan berhala mereka." dan "itu merupakan kewajiban bagi kita untuk
mulai bertengkar dengan mereka setelah transmisi [undangan untuk memeluk Islam], bahkan jika
mereka tidak memerangi kita."
8. SAYYID AHMAD KHAN
Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817. nenek moyangnya
berasal dari semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Heart, Persia (Iran), karena tekanan
politik pada zaman dinasti umayyah. Dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husain,
cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana
dizaman Alamghir II (1754-1759). Ayahnya bernama Al-muttaqi, seorang ulama yang saleh. Ia
mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar
bahasa Persia dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas pengetahuan
dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia 18 th, ia memasuki
lapangan pekerjaan pada serikat India Timur. Kemudian bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846,
ia pulang kembali ke Delhi. Ia pulang kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia
juga amat cakap dalam menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang mengantarkan
namanya menjadi terkenal adalah Ahtar Al-Sanadid.
Di masa pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan,
sehingga ia dikatakan telah banyak menolong orang inggris dan dianggap telah banyak berjasa
bagi mereka. Atas jasanaya tersebut, ia dianugerahi gelar Sir di depan namanya, sedangkan
hadiah yang diberikan dalam bentuk lain ia tolak. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik
dan ini dipergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat
diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan penguasa yang
teruat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam
India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari
masyarakat Hindhu India.
Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
9. AHMAD BIN HANBAL
Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164 - 241 AH) adalah seorang
ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan,
utara Afganistan dan utara Iran) di kota Baghdad, Irak. Kunyah beliau Abu Abdillah
lengkapnya: Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dikenal juga sebagaiImam Hambali.
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15 tahun,
beliau juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai orang yang terindah
tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula.
Beliau telah mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini beliau pernah
pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz,Yaman dan negara-negara lainnya sehingga beliau
akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan bahwa
kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah belau hafal di luar kepala. Belaiu menghafal sampai
sejuta hadits.
Beliau menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia
melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah
dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya
Beliau menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab
"Musnad" dan sebaik baik karangan beliau dan sebaik baik penelitian Hadits. Ia tidak
memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi
lebih dari 25.000hadits.
Di antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh
anaknya dari ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Salat
dan Kitab as-Sunnah.
Setelah sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan napas terakhirnya di
pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada umur 77 tahun.
Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan
10. AL-FARABI
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi singkat Al-Farabiadalah ilmuwan dan
filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-
Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi,
Farabi, dan Abunasir. Kemungkinan lain adalah Farabi adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah
Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah mereka adalah
soal Imam) yang berasal dari Turki.
Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki
asli. Sejak dini ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai
hampir setiap subyek yang dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-
Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits)
dan aritmatika dasar.
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara, dan tinggal di
Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.
Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M, al Farabi
kemudian mengembara di kota Harran yang terletak di utara Syria, dimana saat itu Harran
merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil Ia kemudian belajar filsafat dari Filsuf
Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad
Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan
Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik)Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan
para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339
H/ Desember 950 M) di masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah)
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam
Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para
filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai
bidang sepertimatematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai
buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain
itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat music
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena
kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu
filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan
sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya
membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla [5] dan di
zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh
seorang Khalifah.[5] Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan
meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut
dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik. [1]
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para
ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau
pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara
pemerintahan yang ideal (Negara Utama). Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika
ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian
1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa’ah).
11. AL-GHAZALI
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di
Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun)
adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat
abad Pertengahan
Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama Hamid.[rujukan?] Gelar
beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu
kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran).
Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari
keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi
orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang
terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah
memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di
Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah
bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia
digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam
yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai
pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga
sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta
meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai
pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid
Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah
mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah,Jerusalem,
dan Mesir. Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa
melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik
dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah,
sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan
tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk
mendapat ridha Allah SWT
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru
karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan
beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam
terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan
mempelajari segala pendapat keeempat mazhabhingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh
mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-
Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim
di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi
mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri)
diBaghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana.
Ia telah mengembara ke beberapa tempat.
Seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di
sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis
kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran
manusia dalam semua masalah.
12. AN-NAWAWI
Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi atau
lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di
desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 1233 dan wafat pada tahun 1278. Kedua tempat
tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah seorang
pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.
Imam Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik
Rawahibiyah. Di tempat ini beliau belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih hanya dalam
waktu empat setengah bulan. Kemudian beliau menghafal kitab al-Muhadzdzabb pada bulan-
bulan yang tersisa dari tahun tersebut, dibawah bimbingan Syaikh Kamal Ibnu Ahmad.
Semasa hidupnya beliau selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab,
menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai kehidupan. Pakaian
beliau adalah kain kasar, sementara serban beliau berwarna hitam dan berukuran kecil.
Sang Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin
Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud Daim, Imaduddin bin Abdul Karim Al-
Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi An-Nabalusi dan Jamaluddin Ibn
Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul Yusri, Syamsuddin bin Abu Umar. Dia
belajar fiqih hadits (pemahaman hadits) pada asy-Syaikh al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim bin
IsaAl-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh pada Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin
usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh dan Izzuddin Al-
Arbili serta guru-guru lainnya.
Karya:
 Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab , panduan hukum Islam yang
lengkap.
 Minhaj ath-Thalibin.
 Tahdzib al-Asma .
 Taqrib al-Taisir .pengantar studi hadits.
 Al-Arba'in an-Nawawiyah .kumpulan 40 -tepatnya 42
hadits penting. Syarh Shahih Muslim , penjelasan kitab
Shahih Muslim bin al-Hajjaj.
 Ma Tamas Ilaihi Hajah al-Qari li Shahih al-Bukhari
 Riyadhus Shalihin , kumpulan hadits mengenai etika, sikap dan
tingkah laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.
 Tahrir al-Tanbih .
 Al-Adzkar ,kumpulan doa Rasulullah.
 At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran .
 Adab al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti ..
 At-Tarkhis bi al-Qiyam ..
 Matn al-Idhah fi al-Manasik, membahas tentang haji.
13. IBNU TAIMIYAH
Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani
atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul
Awwal 661 H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H), adalah seorang pemikir dan
ulama Islam dari Harran, Turki.
Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu
Rasulullah Muhammad SAW danSahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal
langsung para Sahabat Nabi, danTabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para
Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam.
Ia berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang
syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin
Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan
penghafal Al Qur'an (hafidz).
Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan
budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun 1268), Ibnu
Taimiyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak.
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba di Damaskus, ia
segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan
ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut
tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu
ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji
Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani
Al-Kabir.
Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar
dari Aleppo, Suriah yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang
kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara
menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu
menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa
sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama
tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab
belum pernah ada seorang bocah sepertinya".
Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai
kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia menggunakan
seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi.
Ia adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah
ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah
berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah
yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai
dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid
atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga
terpenuhi cita-citaku.”
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu
diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia
dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-
Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia
telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam
menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits)
baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus
Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki
kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para
mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari
para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat
berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul
Wardi bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah
Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam
Ibnu Taimiyah wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang
muridnya Ibnul Qayyim, ketika beliau sedang membaca Al-Qur an surah Al-Qamar yang
berbunyi "Innal Muttaqina fi jannatin wanaharin"[1] . Ia berada di penjara ini selama dua tahun
tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Ia wafat pada tanggal 20
DzulHijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktuAshar di samping kuburan saudaranya Syaikh
Jamal Al-Islam Syarafuddin.
Jenazah ia disalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sesudah salat Zhuhur dihadiri para
pejabat pemerintah, ulama, tentara serta para penduduk.
14. IBNU QAYYIM AL-JAUZIYYAH
Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi bergelar Abu
Abdullah Syamsuddin atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dinamakan
karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal yang bernama Al-
Jauziyyah.
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada 23
September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang hidup pada abad
ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli
hadits, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang
mujtahid.
Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin bin
Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada SyekhSafiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad
al-Harrani; berguru tentang ilmu pembagian waris (fara'idh) kepada bapaknya; dan juga berguru
selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah.
Beliau belajar ilmu faraidh dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu.
Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiydengan membaca kitab-kitab: (al-
Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik, juga
sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di samping itu belajar
dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy.
Ibnul Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu
Taimiyah sambil didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul
Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya
anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.
Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum filosof
dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firqahIslamiyah.
Penguasaannya terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya
terhadap ushuluddin mencapai puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits, makna hadits,
pemahaman serta istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.
Begitu pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya
Ahli tasawwuf, isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai
terhadap berbagai bidang ilmu ini.
Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang
menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid beliau.
Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya, di antaranya ialah :
1. Anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
2. Anaknya yang lain bernama Ibrahim,
3. Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
4. Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi penyusun
kitab Thabaqat al-Hanabilah
5. Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi
6. Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy
7. Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy
8. Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy
asy-Syafi’i
9. Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky
10. Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber
dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori olehra’yu-ra’yu (pendapat-pendapat) Ahlul
Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah) serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka
mempermainkan agama.
Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-
orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah
sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi (pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.
Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari
pendapatnya kaum Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian
tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751
Hijriyah. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid Jami' Jarrah;
kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir
15. IBNU KHALDUN
bnu Khaldun, nama lengkap: Abu Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-
Hadrami lahir 27 Mei 1332/732H, wafat 19 Maret 1406/808H) adalah seorang sejarawan muslim
dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmuhistoriografi, sosiologi dan ekonomi.
Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
Bapak Ekonomi
Di antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu
Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut
sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi juga
Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan
Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad mendahului para pemikir Barat modern tersebut.
Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul
Iqtishad : Ibnu Khaldun. Artinya Bapak Ekonomi : Ibnu Khaldun.(1962) Dalam tulisan tersebut
Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara
empiris. Karya tersebut disampaikannya pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif,
adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral dan adapula dari perspektif filsafat. Karya-karya
tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic
bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi
dalam kajian moral dan hukum.
Sedangkan Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara
empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual. Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,
menuliskan poin-poin penting dari materi kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi.
Ibn Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran
tentang tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum penawaran dan permintaan, konsumsi
dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan
pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan perdagangan, hak milik dan
kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat
dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma dalam
kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur,
Sejalan dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya Ibn Khaldun: A Fourteenth Century
Economist”, menuturkan :
Ibn Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental,
beberapa abad sebelum kelahiran ”resminya” (di Eropa). Ia menemukan keutamaan dan
kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang nilai kerja
sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan
mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari itu,
Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun suatu sistem dinamis
yang mudah dipahami di mana mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi
kepada fluktuasi jangka panjang.
Lafter, penasehat economi president Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter
Curve, berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan
obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran (ekspor)
pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya
pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, maka adalah wajar
jika pasar yang lainpun akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup besar.
S.Colosia berkata dalam bukunya, Constribution A L’Etude D’Ibnu Khaldaun Revue Do
Monde Musulman, sebagaimana dikutip Ibrahim Ath-Thahawi, mengatakan, ”Apabila pendapat-
pendapat Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir ilmu filsafat
sejarah, maka pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan dan upah, menjadikannya
sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern .(1974, hlm.477)
Oleh karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka
Boulakia mengatakan, “Sangat bisa dipertanggung jawabkan jika kita menyebut Ibnu Khaldun
sebagai salah seorang Bapak ilmu ekonomi.”[1] Shiddiqi juga menyimpulkan bahwa Ibn
Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar (Ibnu Khaldun has
rightly been hailed as the greatest economist of Islam)(Shiddiqy, hlm. 260)
Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak ilmuwan terkemuka
kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu Khaldun, khususnya dalam bidang
ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul Production, Distribution
and Exchange in Khaldun’s Writing dan Nasha’t menulis “al-Fikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn
Khaldun (Economic Though in the Prolegomena of Ibn Khaldun).. Selain itu kita masih memiliki
kontribusi kajian yang berlimpah tentang Ibnu Khaldun. Ini menunjukkan kebesaran dan
kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual terkemuka yang telah merumuskan pemikiran-
pemikiran briliyan tentang ekonomi. Rosenthal misalnya telah menulis karya Ibn Khaldun the
Muqaddimah : An Introduction to History, Spengler menulis buku Economic Thought of Islam:
Ibn Khaldun, Boulakia menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist, Ahmad Ali
menulis Economics of Ibn Khaldun-A Selection, Ibn al Sabil menulis Islami ishtirakiyat fi’l
Islam, Abdul Qadir Ibn Khaldun ke ma’ashi khayalat”, (Economic Views of Ibn Khaldun),
Rifa’at menulis Ma’ashiyat par Ibn Khaldun ke Khalayat” (Ibn Khaldun’s Views on Economics)
Somogyi menulis buku Economic Theory in the Classical Arabic Literature, Tahawi al-iqtisad
al-islami madhhaban wa nizaman wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a School of Thought
and a System, a Comparative Study), T.B. Irving menulis Ibn Khaldun on Agriculture”, Abdul
Sattar menulis buku Ibn Khaldun’s Contribution to Economic Thought” in: Contemporary
Aspects of Economic and Social Thingking in Islam.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cendekiawan_pendidikan_islam
Ragi, Sutomo. dkk. 2006. LKS Pelita Penuntun Belajar kreatif Agama Islam.
Bogor: CV Aria Duta

Anda mungkin juga menyukai