Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MUNCULNYA DINASTI FATIMIYYAH


Dosen pengampuh : Dr. Hj. Siti Aisyah Abbas,M.Ag

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Disusun oleh : Kelompok 11

RAHMATULLAH H (22062014051)
NUR REZKI RAMADHANI (22062014053)

KELAS 22A02
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta

kita yaitu Nabi Muhammad SAW. yang kita nanti-nantikan syafa‟atnya di akhirat

nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat

sehatNya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu

untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah

Dinamika Peradaban Islam dengan judul “Sejarah Dan Ideologi Politik Dan

Pemikiran Keislaman Di Mesir Masa Kerajaan Fathimiyah, Ayyubiyah Dan

Mamluk”.

Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak

yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini, terkhusus kepada dosen

pengajar kami yang telah membagi ilmunya mengenai Dinamika Peradaban Islam.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pangkep, 7 November 2023

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kajian sejarah islam Kaio, dikenal beberapa dinasti yang sempat

menancapkan taringnya di Mesir. Secara resmi, pengaruh Islam di Mesir dimulai

dengan pembukaan Mesir dan pengenalan terhadap Islam yang dilakukan oleh

Amr ibn „ Ash dan bala tentaranya tahun 641 M.

Semenjak masa penakluka yang dilakukan oleh Amr ibn „ Ash ini Mesir
tak pernah lepas dari pengaruh islam serta berkembang menjadi salah satu negara

yang mayoritas penduduknya memeluk agama islam. Setelah kepemimpinan Amr

ibn „Ash tercatat terdapat beberapa dinasti islam yang sempat berkuasa di Mesir

seperti Dinasti Tuluniyyah, Ikhsidiyyah Fatimiyyah, Ayyubiyah, mAMLUK burji,

Turki Usmani.

Salah satu dinasto yang selalu menarik untuk dipelajari serta diteliti adalah

DInasti Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah merupakan sebuah dinasti yang didirikan

ajaran dai imam Syi‟ah ketujuh, Ismail ibn Ja‟far dalam perkembangannya

golongan ini mengkalim bahwa mereka adalah keturunan dari Nabi Muhammad

SAW dari silsilah Fatimah az-Zahra tidak mengherankan jika nantinya dinasti

bentukan mereka diberi nama dinasti Fathimiyyah. Kerajaan Romawi Timur

dengan ibu kota Bizantium merupakan rival sangat berat dalam pengembangan

Islam yang keberadaannya berlangsung sampai pada masa pemerintahan Khalifah

Umar Bin Khatab. Ketika itu Umar yang kemudian menjadi Khalifah. Kerajaan

Romawi Timur merupakan salah satu target dalam pengembangan misi keIslaman

dan akhirnya kekuatan militer Romawi tidak dapat menghambat laju kemenangan

Islam di Mesir, karena keberadaan Islam sebagai agama baru memberikan

1
2

keluasaan dan kebebasan untuk hidup, yang selama itu tidak diperoleh dari

pemerintahan Romawi Timur, termasuk didalamnya kondisi yang labil karena

berkembangnya konflik keagamaan.

Mesir menjadi wilayah Islam pada pemerintahan khalifah Umar bin

Khattab pada 640 M, Mesir ditaklukkan oleh pasukan Amr Ibn al-Ash yang

kemudian ia dijadikan gubernur di sana. Kemudian diganti oleh Abdullah Ibn Abi

Syarh pada masa Usman dan berbuntut konflik yang menjadi salah satu sebab

terbunuhnya Usman ra. Mesir menjadi salah satu pusat peradaban Islam dan

pernah dikuasai dinasti-dinasti kecil pada zaman Bani Abbas, seperti Fatimiah

(sampai tahun 567 H) yang mendirikan AlAzhar, dinasti Ayubiyah (567-648 H)

yang terkenal dengan perang salib dan perjanjian ramalah mengenai Palestina,

dinasti Mamluk (648-922 H) sampai ditaklukan oleh Napoleon dan Turki

Usmani.1

Setelah kehancuran kerajaan Islam di Bagdad, Mesir tampil dengan format

perpolitikan yang baru, yang berkembang bersama kerajaan Daulat Fatimiyah.

Kerajaan Daulat Bani Fathimiyah adalah salah satu dari tiga kerajaan besar Islam,
yaitu Daulat Safawiyah di Parsi dan Kerajaan Moghul di India, pasca kejayaan

Islam pada masa Daulat Bani Abasiyah di Bagdad dan Bani Umaiyah di Spanyol.

Kehadiran Mesir bersama Daulat Bani Fathimiyah yang didirikan oleh

aliran/sekte Syi‟ah (kerajaan Syi‟ah) telah memberikan isyarat adanya kekuatan

Islam di saat Islam mengalami kemunduran. Statemen tersebut bukanlah sebuah

apologi, karena bukti-bukti eksistensi kerajaan tersebut sampai saat ini masih

dapat kita jumpai, misalnya berdirinya Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh

1
Abdul Hamid (Editor), Pemikiran Modern Dalam Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2010), H. 12
3

Nizamul Mulk sebagai pusat kajian keilmuan Islam. 2 Pada pertengahan abad ke-

12, Dinasti Fatimiyah semakin melemah karena beberapa faktor. Salah satunya

disebabkan oleh permasalahan internal, khususnya perebutan posisi Wazir.

Wazir adalah seorang penasihat atau menteri berkedudukan tinggi, yang

biasanya ditemukan dalam sistem monarki Islam. Selain itu, serangan pasukan

Salib ke Mesir juga menjadi salah satu penyebab melemahnya Dinasti Fatimiyah.

Pada 1164, Salahuddin Al-Ayyubi dan pamannya, Syirkuh, dikirim oleh

penguasa Damaskus, Nuruddin Zanki, ke Mesir untuk membantu Fatimiyah

melawan serangan pasukan Salib. Dalam pertempuran itu, pasukan Salahuddin

dan Syirkuh berhasil mempertahankan Mesir setelah mengalahkan pasukan Salib,

Jabatan Wazir Mesir kemudian digantikan oleh Salahuddin, yang memiliki

ambisi menggantikan Islam Syiah (Dinasti Fatimiyah) di Mesir dengan Sunni dan

memerangi orang-orang Franka dalam Perang Salib. Karena posisi Dinasti

Fatimiyah semakin lemah, Salahuddin Al-Ayyubi pun mampu menggantikannya

dengan Dinasti Ayyubiyah yang didirikannya pada 1175 M.

Nama Ayyubiyah dinisbatkan kepada Najamuddin Ayyub ayah dari

Salahuddin Al-Ayyubi. Salahuddin sangat mengandalkan kecintataan rakyat

Mesir yang sebelum kedatangan Salahuddin Al-Ayyubi selalu mengalami

kedzaliman dari penguasa mereka Dinasti Fatimiyah. 3

Adapun penyebab dari keruntuhan Dinasti Ayyubiyyah adalah selain dari

faktor intern juga karena faktor ekstern. Faktor intern dari keruntuhan

Ayyubiyyah ini adalah adanya perselisiah di kalangan keluarga yang

2
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, H.23
3
Miftahul Huda,Kebijakan-Kebijakan Keagamaan Salahuddin Al-Ayyubi Pada Masa
Dinasti Ayyubiyah Di Mesir (1171-1193 M), “Skripsi” Uin Sunan Kalijaga: Yogyakarja 2016, H.
1.
4

memperebutkan wilayah kekuasaan. Sedangkan faktor ekstern keruntuhan

Ayyubiyyah adalah karena kebangkitan Dinasti Mamluk yang menyebabkan

terbunuhnya Sultan al Ma‟azzam Turansyah (1250 M) serta serangan bangsa

Mongol.4

Kehadiran Ayyubiyah dalam sejarah Islam telah menyelamatkan dunia

Islam dari kebangkrutan kekuasaan dan peradaban selama berlangsungnya Perang

Salib dan dalam keadaan melemahnya kekhalifahan Bani Abbasiyah di Baghdad.

Bahkan, dari segi politik Dinasti Ayyubiyah dapat mengisi tugas sebagai simbol

pemersatu dunia Islam yang semestinya pada waktu itu harus diemban oleh

Daulah Bani Abbasiyah.

Perkembangan ketika dunia Islam mengalami perpecahan politik pada

awal abad ke-13, muncul sebuah dinasti di Mesir yang membawa warna baru

dalam sejarah politik Islam. Dinasti itu bernama Mamluk, sering juga disebut

Mamalik. Posisi Dinasti Mamluk dalam sejarah peradaban Islam sangatlah

penting karena momentum keberadaannya di abad pertengahan (abad ke 7-11

H/13-17 M), di mana sejarah pada masa ini umumnya kurang mendapatkan
perhatian disebabkan banyaknya distorsi sejarah yang terjadi, sebagaimana yang

ditegaskan oleh Maria Rosa Monecal bahawasanya abad pertengahan adalah masa

kegelapan dan keterbelakangan, sehinga para sejarawan kurang memperhatikan

era ini.

Dinasti Mamluk di Mesir muncul menjelang keruntuhan dinasti

Abbasiyah. Mereka dapat membangun peradaban yang sampai saat ini

sebagiannya masih dapat disaksikan walaupun dinasti ini dipimpin oleh para

budak. Suksesnya mereka membangun peradaban disebabkan perekonomiannya

4
Muhammad Nasir, Peradaban Islam Masa Dinasti Ayyubiyah (1171–1254 M), H. 11.
5

khususnya perdagangan maju dengan pesat. Di samping itu, perluasan wilayah

pun dilakukan sehingga mereka dapat menguasai wilayah Suriah dan sekitarnya.

Dalam dunia Islam ada dua pemerintahan yang berhasil didirikan oleh

kaum mamluk, yaitu dinasti Mamluk di India (1206-1290) yang dibentuk oleh

Qutbuddin Aybak, dan dinasti Mamluk di Mesir (1250-1517).5 Pada kesempatan

ini penulis akan membahas secara khusus dinasti Mamluk yang ada di Mesir.

Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat seranganserangan

bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun serangan Timur Lenk, maka

negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada di bawah kekuasaan Dinasti

Mamluk (Mamalik).6

Penulis mencoba membahas 3 Sejarah kerajaan Islam yang berada di

Mesir Islam mencakup periode yang panjang dan beragam, dengan banyak

peristiwa penting yang memengaruhi perkembangan agama, budaya, dan politik

di wilayah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka penulis mencoba

mengemukakan beberap pokok masalah yang berkaitan dengan materi makalah

yakni;

1. Bagaimana sejarah, ideologi dan pemikiran keIslaman di Mesir Masa

Kerajaan Fathimiyah?

2. Bagaimana sejarah, ideologi dan pemikiran keIslaman di Mesir Masa

Kerajaan Ayyubiyah?

5
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), H. 145.
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), H.124.
6

3. Bagaimana sejarah, ideologi dan pemikiran keIslaman di Mesir Masa

Kerajaan Mamluk?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah tersebut:

1. Mendeskripsikan dan Mengetahui sejarah, ideologi dan pemikiran

keIslaman di Mesir Masa Kerajaan Fathimiyah.

2. Mendeskripsikan dan Mengetahui sejarah, ideologi dan pemikiran

keIslaman di Mesir Masa Kerajaan Ayyubiyah

3. Mendeskripsikan dan Mengetahui sejarah, ideologi dan pemikiran

keIslaman di Mesir Masa Kerajaan Mamluk.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinasti Fathimiyah Di Mesir

1. Sejarah pembentukan dan Perkembangan Dinasti Fathimiyah di Mesir

Berdirinya dinasti Fatimiyyah bermula dari masa menjelang akhir abad

ke-10 M, pada saat dinasti Abbasiayah di Baghdad mulai melemah dan daerah

kekuasaannya yang luas tidak terkoordinasikan lagi, kondisi seperti ini telah

membuka peluang bagi dinasti-dinasti kecil di daerah-daerah, terutama yang


gubernur dan sultannya memiliki tentara sendiri, kondisi Abbasiyah ini juga

menyulut timbulnya pemberontakan dari kelompok yang selama ini merasa

tertindas serta membuka bagi kelompok Syi‟ah untuk melakukan kegiatan politik.
7

Pada tahun 860 M kelompok ini pindah ke daerah Salamiyah di Syiria dan

disinilah mereka membuat suatu kekuatan dan membuat pergerakan propagandis

dengan tokohnya Said ibnu Husein, mereka secara rahasia menyusupkan utusan-

utusan keberbagai daerah muslim, terutama Afrika dan Mesir untuk menyebarkan

Ismailiyat kepada rakyat. 8 Dengan cara tersebut mereka membuat landasan

pertama cikal bakal lahirnya Dinasti Fathimiyah di Afrika dan Mesir.

Pada tahun 874 M muncullah seorang pendukung kuat dari Yaman

bernama Abu Abdullah al-Husein yang kemudian menyatakan dirinya sebagai

7
M Ira. Lapidus, A. History Of Islamic Socleties Diterjemahkan Oleh Ghufron A.
Mas’adi Sejarah Sosial Ummat Islam, Cet. Ii; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003., H. 203.;
Dilihat Juga Muhammad Yusuf, Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Fatimiyah Di Mesir
(Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran), Jurnal Pendidikan Tambusai Volume 7 Nomor 1
Tahun 2023, H. 2268.
8
Grunbuam G.E. Van, Clasical Islam A History 600-1258, Cicago: Aldine Publishing
Company 1970, H. 114; Dilihat Juga, Muhammad Yusuf, Perkembangan Islam Pada Masa
Dinasti Fatimiyah Di Mesir (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran), H. 2269.

43
44

pelopor al mahdi. Abdullah al-Husein kemudian pergi ke Afrika Utara, dan karena

pidatonya yang sangat baik dan berapi-api ia berhasil mendapatkan dukungan dari

suku Barbar. Selain itu, ia mendapat dukungan dari seorang Gubernur Ifrikiyah

yang bernama Zirid. Dalam buku Philip K Haiti menyebutkan bahwa setelah

mendapatkan kekuatan yang diandalkan ia menulis surat kepada Imam Ismailiyat

(Said ibn Husein) untuk datang ke Afrika Utara, kemudian Said diangkat menjadi

pemimpin pergerakan.9 Pada tahun 909 M, Said berhasil mengusir Ziadatullah

seorang penguasa Aghlabid terakhir untuk keluar dari negrinya. Kemudian, Said

diproklamasikan menjadi imam pertama dengan gelar Ubaidillah al-Mahdi.

Dengan demikian berdirilah pemerintahan Fatimiyah pertama di Afrika dan al

Mahdi menjadi khalifah pertama dari dinasti Fatimiyah yang bertempat di

Raqqodah daerah al-Qayrawan.10

Pada tahun 914 M mereka bergerak kearah Timur dan berhasil

menaklukkan Alexanderia, menguasai Syiria, Malta, Sardinia, Cosrica, pulau

Betrix dan pulau lainnya. Selanjutnya pada tahun 920 M ia mendirikan kota baru

di pantai Tusinia yang kemudian diberi nama al-Mahdi. Pada tahun 934 M, al-
Mahdi wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Abu al-Qosim dengan

gelar al-Qoim (934 M/ 323 H). Pada tahun 934 M al-Qoim mampu menaklukkan

Genoa dan wilayah sepanjang Calabria. Pada waktu yang sama ia mengirim

pasukan ke Mesir tetapi tidak berhasil karena sering dijegal oleh Abu Yazid

Makad, seorang khawarij di Mesir. Al-Qoim meninggal, kemudian digantikan

9
Philip K. Hitty, History Of The Arab (London: The Macmilland Press, Ltd, 1974), H.
618.
10
Nuraini H. A. Manan, Dinasti Fatimiyah Di Mesir (909-1172): Kajian Pembentukan
Dan Perkembangannya, Adabiya, Volume 19 No. 2 Agustus 2017, H. 127.
45

oleh anaknya al-Mansur yang berhasil menumpas pemberontakan Abu Yazid

Makad.11

Pada tahun 945 M Bani Fatimiyah sudah berhasil memantapkan diri di

Tunisia dan menguasai beberapa daerah sekelilingnya dan Sisilia. Kemajuan-

kemajuan yang paling penting terjadi selama pemerintahan al-Muiz adalah ia

mempunyai seorang Jendral yang cemerlang yaitu Jauhar. Dalam bagian awal

pemerintahan, Jauhar memimpin suatu pasukan penaklukan ke atlentik, dan

keunggulan Fatimiyah ditegakkan atas seluruh Afrika Utara. Kemudian al-Muiz

mengalihkan perhatiannya ke Timur. Jelas tersirat dalam pendirian bani Fatimiyah

bahwa mereka harus mencoba untuk menguasai pusat dunia Islam dan dua

pendahulunya telah melakukan perjalanan penaklukan yang tidak berhasil

terhadap Mesir.

Pada tahun 969 M, Fatimiyah sudah memiliki kekuatan yang cukup besar,

inilah saatnya menaklukan wilayah yang besar, strategsi, dan memiliki pengaruh

dan prestise, yaitu Mesir. Saat itu, Mesir dipimpin oleh Dinasti Iksidiyah yang

dipercayakan penguasa Abbasiyah untuk bertanggung jawab di Mesir dan wilayah


kota suci: Mekkah, Madinah, dan Jerusalem. Dinasti Fatimiyah berhasil

menaklukkan Dinasti Iksidiyah sehingga secara otomatis tiga kota suci tersebut

jatuh ke wilayah kekuasaan Fatimiyah. Di akhir tahun 900-an M, dinasti ini

menjadi sebuah kekuatan adidaya, mereka menguasai sebagian besar dunia Islam,

kekuasaan mereka terbentang dari Maroko hingga Suriah. Saat inilah para

11
Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam (Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada, 2004), 115-119.; Dilihat Juga Dalam Nuraini H. A. Manan, Dinasti Fatimiyah
Di Mesir (909-1172): Kajian Pembentukan Dan Perkembangannya, H.127.
46

orientalis menyebut bahwa Dinasti Fatimiyah mencapai masa keemasan dan

mempraktikkan nilai-nilai toleran antara umat beragama.12

Dinasti Fatimiyah merupakan khalifah beraliran syi‟ah yang berkuasa di

Mesir tahun 297/ 909 M sampai 567/ 1171 M selama lebih kurang 262 tahun. Para

penguasa yang pernah berkuasa adalah:

a. Ubaidillah al- Mahdi 297-322 H/ 909-934 M

b. Al- Qaim 322- 334 H/ 934- 946 M

c. Al- Mansur 334- 341 H/ 946- 953 M

d. Al- Mu‟iz 341- 365 H/ 953- 975 M

e. Al- Aziz 365- 386 H/ 975/996 M

f. Al- Hakim 386- 411 H/ 996- 1021 M

g. Al- Amir 495- 525 H/ 1101- 1130 M

h. Al- Hafiz 525- 544 H/ 1130- 1149 M

i. Az- Zafir 544- 549 H/ 1149- 1154 M

j. Al- Faiz 549- 555 H/ 1154- 1160 M

k. Al- „Adid 555- 567 H/ 1160- 1171 M13

Beberapa khalifah yang memimpin Dinasti Fatimiyah, mengalami

kemajuan dari periode pertama hingga ketujuh (awal), dan dari periode ketujuh

(akhir) hingga keempat belas mengalami kemunduran.

2. Perkembangan pemikiran dan politik Islam

Kontribusi Dinasti Fathimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar,

baik dalam sistem pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Puncak

12
Nuraini H. A. Manan, Dinasti Fatimiyah Di Mesir (909-1172): Kajian Pembentukan
Dan Perkembangannya, H.129.
13
Muhammad Yusuf, Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Fatimiyah Di Mesir
(Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran), H.2269.
47

keemasan dari Dinasti Fathimiyah di mulai pada masa pemerintahn Al-Muiz dan

puncaknya pada masa pemrintahan Al-Aziz.14

Pembentuk pemerintahan pada masa pemerintahan Dinasti Fathimiyah

merupakan suatu bentuk yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir,

yang dimana pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada dibawah

kekuasaan khalifah.

Fatimiyyah mencoba membagi kementerian menjadi dua bagian

kelompok. Pertama, kelompok militer yang bertugas pada urusan tentara, perang,

pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang menyangkut

keamanan. Kelompok ini terdiri atas tiga jabatan pokok: (1) Para Amir (al-Umara

al-Kibar), yang terdiri atas para perwira tertinggi dan para pengawal khalifah; (2)

Para perwira istana (Umara‟ al Qaddab). (3) Para amir di bawah al-Umara al-

Kibar dan Umara‟ al Qaddhab. Kelompok ini mempunyai tingkatan yang berbeda,

seperti al-Hafizah, al-Amiriyah, al-Waziriyah, al-Juyushiyah dan al-Rukkabiyah.

Kedua, kelompok Sipil diantaranya: Qadi al-Qudat, juru tulis, bendaharawan

negara, Para pegawai Kantor dan diwan, da‟i al-du‟at yang memimpin Dar al-
Hikmah, Inspektur pasar (al-Muhtasib), dll.

Dalam memilih menteri diberikan beberapa syarat diantaranya adalah

kemampuan menulis dan mumpuni serta tulus dalam memperjuangkan ideologi

negara. Bagi orang-orang Fatimiyyah, seorang menteri tidak diharuskan Muslim.

Khalifah al-Hafidh telah menunjuk Ya‟qub bin Kalas yang beragama Yahudi,

Bahram al-Armeni, Isa bin Nasturis dan Fahd bin Ibrahim yang beragama

Nasrani.

14
Susmihara, Dinasti Fatimiyah (Muncul,Perkembangan,Dan Kehancurannya), Jurnal
Rihlah Vol 2 No.2/2016, H. 51.
48

Pada masa pemerintahan Al-Muiz membangun toleransi beragama agar

pemeluk agama lain, seperti Kristen, diperlakukan dengan baik, termasuk

diangkat menjadi pejabat pengadilan. Ketika Khalifah Mu‟iz meninggal pada

tahun 975 M, setelah memerintah selama 23 tahun lalu digantikan dengan

anaknya yaitu al-Aziz, yang dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan pemurah,

kedamaian yang berlangsung pada masa ini ditandai dengan kesejahteran seluruh

warga, baik yang muslim maupun non-muslim.15 Pada masa pemerintahan al-Aziz

dinasti Fatimah mengalami kemajuan dan berada pada masa kejayaannya tidak

ada pemberontakan pada masa pemerintahan ini disebabkan al-Aziz menjalin

persahabatan dengan pemerintah lain diluar Mesir dengan cara saling bertukar

duta dari pemerintah masing-masing.16 Al-Aziz, semua posisi di berbagai bidang

politik, agama dan militer dipegang oleh kaum Syiah. Akibatnya, beberapa

pejabat Sunni Fatimiyah beralih ke Syiah untuk meningkatkan status mereka. Di

sisi lain,17 Dengan perkembangan dan politik Islam yang dilakukan Al-Muiz dan

Al- Aziz sehingga mampu memperoleh puncak kejayaan dan keemasan dari

Dinasti Fathimiyah.

3. Kemajuan di bidang peradaban

Dinasti Fatimiyah umat Islam juga mengalami kemajuan yang sangat pesat

diberbagai aspek kehidupan, kemajuan ilmu pengetahuan bahkan bidang politik,

militer, administrasi serta stabilitas ekonomi. Kemajuan dinasti Fatimiyah dapat

15
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Cet.I; Jogjakara: Kota
Kembang, 1989, H. 269.
16
Muhammad Yusuf, Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Fatimiyah Di Mesir
(Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran), H. 2269.
17
Maulidatur Rofiqoh Dinasti Fatimiyyah: Sejarah Dan Perkembangan Peradaban Islam
Di Mesir, Comserva: (Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat) - Vol. 1 (9) Januari 2022 H.
570.
49

terlihat mencapai masa kejayaan pada masa al-Muiz (953-996 M), dan puncak

keemasan pada pemerintahan al-Aziz (975-996 M) dan pada masa al-Mustanshir

(1036-1094 M), yang dikenal sebagai Negara Islam terkemuka. Selama

pemerintahan Mu‟iz dan tiga orang penggantinya pertamanya, seni dan ilmu

mengalami kemajuan besar. Adapun kemajuan yang pernah dicapai oleh dinasti

Fatimiyah, terutama ketika mengusai Mesir dengan ibukota Kairo:

a. Bidang Politik dan Sosial

Dalam bidang politik sangat kelihatan ketika dibawah pimpinan

al-Mu‟iz (953- 975 M) hingga pemerintahan al-Aziz (975-996 M.), yakni

dengan perluasan wilayah-wilayah. Kepemimpinan sangat berbeda

dengan sistem kepemimpinan pada umumnya seperti dikalangan sunni

pemimpin yang terpilih harus melalui seleksi pemilihan, sementara dalam

syi‟ah Ismailiyyah yang berada pada dinasti Fatimiyah, sang khalifa

(pemimpin) dan wasir harus dari keturunan Ahlul Bait. 18

Sedangkan pada bidang sosial Dinasti Fatimiyyah mempunyai

konsep dalam kehidupan berbangsa. Kehidupan masyarakat mempunyai

konsep persamaan hak dan sikap moderat dalam berfikir dan

bersosialisasi dalam lingkungan bermasyarakat. Selain itu, asimilasi dan

tolerasi terhadap penganut agama non-Islam khususnya Kristen Koptik

dan Aramenia mendapatkan posisi sejajar dengan penganut agama Islam.

b. Bidang Ilmu pengetahuan

18
Nagendra Singh, International Encyclopedia Of Islamic Dynasties, Vol 15 Egypt New
Delhi: Anmol Publications, 2000, H. 311.; Dilihat Juga Muhammad Yusuf, Perkembangan Islam
Pada Masa Dinasti Fatimiyah Di Mesir (Pembentukan, Kemajuan Dan Kemunduran), H. 2271.
50

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dinasti Fatimiyah sangat

mementingkan ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah membangun Masjid

Al-Azhar, yang pada akhirnya mencakup kegiatan pengembangan ilmu

pengetahuan, menghasilkan berdirinya Universitas Al-Azhar, yang

sekarang menjadi masjid Islam tertua yang dibanggakan oleh ulama

Sunni Hakim. Institusi di Cordoba dan Baghdad. Perpustakaan Dar al-

Ilmi dipadukan dengan Dar al-Hikmah yang berisi berbagai buku

ilmiah.19

Seorang keilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah

adalah Yakub ibnu Killis. Ia berhasil membangun akademi-akademi

keilmuan yang menghabiskan ribuan dinar perbulannya. Pada masanya ia

berhasil membesarkan seorang ahli fisika bernama Muhammad at-

Tamimi, ahli sejarah bernama Muhammad ibnu Yusuf al-Kindi.20

Kemudian beberapa tokoh pemikiran dan filsafat yang muncul seperti;

Abu Hatim Ar-Razi, beliau adalah seorang Da'i Ismail'iyyah yang

pemikirannya lebih pada masalah politik, Abu Hatim menulis beberapa


buku diantaranya buku Az-zayinah yang terdiri dari 1200 halaman. Ini

membahas banyak masalah Fiqh, filosofis dan sekolah dalam agama.

Serta Abu Abdillah An-Nasafi, dia adalah seorang penulis kitab al-
Masul. Kitab ini lebih banyak membahas masalah al-Usul al-Madhhab

al-Isma‟ily. Selanjutnya ia menulis kitab „Unwan al-din Usu al-syar‟i dan

Ad-da‟watu Manjiyyah. Kemudian ia menulis buku tentang falak dan

sifat alam dengan judul Kaunul Alam dan al-Kaunul Mujrof. 21

19
Maulidatur Rofiqoh Dinasti Fatimiyyah: Sejarah Dan Perkembangan Peradaban Islam
Di Mesir, H. 571.
20
Susmihara, Dinasti Fatimiyah (Muncul,Perkembangan,Dan Kehancurannya), H. 52.
21
Maulidatur Rofiqoh Dinasti Fatimiyyah: Sejarah Dan Perkembangan Peradaban Islam
Di Mesir, H. 571.
51

c. Bidang ekonomi dan perdagangan

Pada masa Fatimiyah, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi

yang mengungguli Irak dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang

dengan dunia nonIslam dibina dengan baik termasuk dengan India dan

negeri-negeri Mediterania yang beragama Kristen. Pemandian umum

yang dibangun dengan baik terlihat sangat banyak di setiap tempat di

kota itu. Pasar yang mempunyai 20.000 toko luar biasa besarnya dan

dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia. Keadaan ini menunjukkan

sisi kemakmuran yang begitu berlimpah dan kemajuan ekonomi yang

begitu hebat pada masa Dinasti Fatimiyah.22 Kemudian di bidang

perdagangan mereka melakukan perdagangan dengan mengunjungi

beberapa daerah seperti Asia, Eropa, dan daerah-daerah sekitar laut

tengah. Pada masa Dinasti Fatimiyah mereka menjadikan Kota Fustat

sebagai kota perdagangan, dari sini semua barang akan dikirim baik dari

dalam maupun dari luar Mesir. 23

4. Analisis faktor Kemunduran Dinasti Fathimiyah

Kemunduran Dinasti Fatimiyah dengan cepat terjadi setelah berakhirnya

masa pemerintahan al-Aziz. Keruntuhan itu diawali dengan munculnya kebijakan

untuk mengimpor tentara-tentara dari Turki dan Negro sebagaimana yang

dilakukan Dinasti Abbasiyah. Ketidakpatuhan dan perselisihan yang terjadi di

antara mereka, serta pertikaian dengan pasukan dari suku Barbar menjadi salah

satu sebab utama keruntuhan dinasti ini.24 Ada pun tanda-tanda lain yang muncul

22
Susmihara, Dinasti Fatimiyah (Muncul,Perkembangan,Dan Kehancurannya), H. 53.
23
Nuraini H. A. Manan, Dinasti Fatimiyah Di Mesir (909-1172): Kajian Pembentukan
Dan Perkembangannya, H.134-135.
24
Susmihara, Dinasti Fatimiyah (Muncul,Perkembangan,Dan Kehancurannya), H. 54.
52

pada masa pemeritahan al-Muntasir yang berlanjut hingga pemerintahan al-Adid

yang merupakan akhir kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Ada beberapa faktor-faktor

yang menyebabkan kemunduruan dan keruntuhan Dinasti Fatimiyah dapat di bagi

menjadi dua bagian;

a. Faktor Internal

Faktor internal terbesar yang menyebabkan runtuhnya dan

hancurnya Dinasti Fathimiyah adalah lemahnya kekuasaan pemerintahan.

Menurut Ibrahim Hassan, para khalifah tidak lagi memiliki semangat

juang yang tinggi seperti yang ditunjukkan oleh para pendahulu mereka

ketika mereka mengalahkan tentara barbar di Kairouan. Kehidupan

khalifah yang mewah menjadi penyebab utama hilangnya semangat

untuk berekspansi. Selain itu, para khalifah juga kurang cakap dalam

memerintah, sehingga roda pemerintahan tidak berjalan secara efektif.

Ketidak efektifan ini dikarenakan kebanyakan khalifah yang diangkat

masih relatif muda. Inilah yang membuat mereka kurang cakap dalam
menggambil kebijakan. Tragisnya, mereka ibarat “boneka” di tangan

para wazir, karena peranan wazir begitu dominan dalam mengatur

pemerintahan. Fenomena tersebut muncul paska wafatnya al-Aziz.

Pengangkatan khalifah yang dalam usia muda terus berlanjut sampai

akhir pemerintahan Dinasti Fatimiyyah.25

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Fatimiyah

adalah kedatangan Tentara Salib dan penyerangan Almaric, raja

25
Maulidatur Rofiqoh Dinasti Fatimiyyah: Sejarah Dan Perkembangan Peradaban Islam
Di Mesir, H. 573.
53

Yerusalem pada tahun 1167 M yang berdiri di pintu gerbang Kairo. Saat

itu, Khalifah Zafir melalui menterinya Ibnu Salar meminta bantuan

kepada Nuruddin Zanki, penguasa Syria di bawah Baghdad. Nuruddin

mengirim pasukan ke Mesir di bawah pimpinan Syirkuh dan Salahuddin

al-Ayyubi, yang kemudian berhasil mencegah Tentara Salib menyerang

Mesir. pada tahun 1167 M pasukan Nur-Din Zanki di bawah pimpinan

Sheikh dan Salahuddin untuk kedua kalinya masuk kembali ke Mesir.

Kehadiran mereka kali ini tidak hanya membantu pertempuran melawan

Tentara Salib, tetapi juga menguasai Mesir. Pada akhirnya, pasukan Noor

al-Din berhasil mengalahkan Tentara Salib dan menguasai Mesir.

Sejak itu, posisi Salahuddin di Mesir terus berkembang.

Selanjutnya, ia mendapat dukungan dari mayoritas komunitas Sunni.

Peristiwa ini menyebabkan menguatnya pengaruh Nuruddin al-Zanki dan

komandannya Salahuddin al-Ayyubi. Pada puncak pemerintahan Adid,

Salah al-Din menjabat sebagai wazir menggantikan mendiang Syirkuh.

Pada akhirnya, Saladin Ayubi menurunkan khalifah Fatimiyah terakhir


dari tahtanya pada tahun 1171 M. Setelah menaklukkan khalifah

Fatimiyah terakhir, Salahuddin Yusuf Ayyubi mendirikan dinasti Ayyubi

yang berpusat di Kairo di Kairo, Mesir dari tahun 1171-1252 M.26

26
Maulidatur Rofiqoh Dinasti Fatimiyyah: Sejarah Dan Perkembangan Peradaban Islam
Di Mesir, H. 574.
54

Anda mungkin juga menyukai