MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah pada jurusan Sejarah Peradaban
Islam pasca sarjana UIN Alauddin Makassar
OLEH:
Sunardi
NIM : 80100219049
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tiada ujungnya, sebab khazanah keilmuan yang tersimpan di dalamnya tidak akan
habis ditelusuri sampai Allah Swt. mengembalikan kita pada asal kita diciptakan.
Oleh karenanya beberapa ahli sejarah Islam ada yang hanya memfokuskan
kajiannya apakah hanya pada bidang sosial, ekonomi, pendidikan, politik bahkan
sampai pada kajian teologi yang ada dalam Islam. Apakah hanya pada zaman
Apabila kita telusuri sejarah Islam pada bidang politik dinasti-dinasti yang
Saffawiyah di Persia, dinasti Utsmani di Turki, dinasti Mughal di India, dan masih
banyak dinasti dalam sejarah Islam. Beberapa dinasti tersebut telah berhasil
semakin maju.
dimulai ketika dinasti Umayyah berdiri dan kemudian disusul oleh berdirinya
kecil yang becita-cita ingin seperti kedua dinasti pendahulu. Ini terbukti
1
2
ketikamuncul berbagai dinasti kecil pada masa dinasti Abbasiyahdan. Salah satu
dinasti kecil itu adalah dinasti Fatimiyyah yang dilatar belakangi oleh politk
keagamaan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
aliran selain ahlu sunnah wal jamaah yang lebih dikenal dengan Sunni yang juga
mendominasi paham keagamaan umat Islam secara umum yaitu Syi’ah. Dalam
Syi’ah terdapat sekte Imamiyah yang menjadi emrio timbulnya sekte Imam Dua
Belas dan sekte Imam Sab’ah atau lebih dikenal dengan sekte Isma’iliyah. Sekte
ketujuh itu adalah putra Ja’far al-Shadiq yang bernama Musa al-Kazhim,
sedangkan sekte Isma’iliyah beranggapan bahwa imam ke tujuh itu bukan Musa
al-Kazhim tetapi saudaranya yang telah meninggal yaitu Ismail. Meskipun Ismail
bin ja’far al-Shadiq telah meninggal tetapi bagi kalangan Isma’iliyah, kedudukan
Ismail sebagai imam ketujuh bagi Syi’ah tidak bisa digantikan oleh siapa pun
Dalam silsilah Ismail bin ja’far (w.765 M.) yang diyakini oleh Syi’ah
Muhammad bin Ismail atau Maimun al-Qaddah (w. 813 M.) ia ditunjuk
Husain dari keturunan Yaman sebagai pemimpin Syi’ah Isma’iliyah. Oleh karena
1
Susmihara, "Dinasti Fatimiyah (Muncul, Perkembangan, dan Kehancuran)". Jurnal
Rihlah 2, no. 2 (2016): h. 50.
3
4
penunjukan tersebut maka dia menobatkan diri sebagai wakil al-Mahdi hingga
akhir abad ke Sembilan. Danpada tahun 909 M. muncul Sa’id bin Husyan
menarik pengikut yang berasal dari suku Barbar. Khusunya dari kalanagan
Khitamah menjadi pengikut gerakan setia ahli bait ini. Pada saat itu penguasa
Abdullah al-Husain menulis surat kepada Imam Isma’iliyah, yaitu Sa’id bin
2
A. Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam (Cet. v; Jakarta: AMZAH, 2015), h. 225
5
tinta emas prestasi yang sangat luar biasa terhadap sejarah Islam di dunia. Bukti
dari prestasi dinasti Fatimiyah ini terlihat dari tempat-tempat yang menjadi pusat
peradaban Islam. Tidak hanya Baghdad, Spanyol, Samarkand akan tetapi dengan
terbagi ke dalam dua periode. Yakni periode Afrika Utara (909-974 M.) dan
periode Mesir (975-1171 M.). Dinasti Fatimiyah berkuasa selama dua abad yakni
65 Tahun pusat kerajaannya di Afrika Utara dan 196 tahun menjadikan Mesir
Pada periode Afrika Utara, misi utama dinasti Fatimiyah adalah perluasan
terbentang dari Mesir sampai dengan wilayah Fes di Maroko. Pada tahun 914 M.
Corsica, dan sejumlah kota lainnya jatuh dalam kekuasaannya pada tahun 920 M.
Al-Mahdi kemudian mendirikan ibu kota baru dinasti Fatimiyah di pantai Tunisia
dan kota ini dinamakan kota Mahdiniyah. Al-Mahdi juga ingin menaklukkan
3
A. Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, h. 225
4
Moh. Nurhakim, Jatuhnya sebuah Tamaddun (Jakarta: Kementrian Agama Indonesia,
direktur Jendral pendidikan Islam, Direkorat Pendidikan Tinggi Islam 2012) h. 111
6
Andalusia dengan strategi bekerja sama dengan Muhammad bin Hafsun yang
yang dikuasai oleh daulah Ikhsyidi yang yang telah lama memerintah disana yang
(w.934 M.) diganti oleh putranya yang bernama Abu al-Qasim Muhammad.
Khalifah Al-Qasim memiliki karakter yang lebih keras dalam penaklukan wilayah
musuh, dan merampas para budak. Di awal kekhalifahan Al-Qasim dia hendak
menaklukkan pantai selatan Prancis. Dalam misinya kali ini al-Qasim membawa
pasukannya yang sangat banyak dan berhasil menduduki Genoa dan wilayah
sepanjang pantai Calabria. Pada tahun 945 M. dinasti Fatimiyah telah menguasai
Tidak hanya dipantai selatan Prancis, pada saat bersamaan al-Qa’im juga
sampai-sampai mereka juga terusir dari Alexandria yang pernah menjadi wilayah
kekuasaannya. Selain ancaman dari dinasti lain, al-Qa’im juga mendapat ancaman
dari pihak aliran Khawarij yang pada saat itu dipimpin oleh Abu Yazid Makad.
Puncak peperangan antara pasukan Abu Yazid dengan pasukan al-Qa’im terjadi
pada tahun 946 M. di Susa’. Pada peristiwa ini khalifah dinasti Fatimiyah
5
A. Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, h. 256
7
Abu Thahir Ismail (al-Mansur) yang merupakan putra sulung al-Qa’im. Pada saat
wilyah, al-Mansur yang mempunyai sifat sangat baik, bijak, dan cerdas sehingga
kekuasaannya.
al-Mansur (w. 953 M) menjadi Khalifah selama tujuh tahun yakni dari
tahun 946-952 M., ia secara resmi diangkat menjadi khalifah pada tanggal 12
menjadi khalifah sangatlah kacau dan kondisi pemerintahan sangat sulit, hal ini
Yazid dan para pengikutnya, sampai akhirnya al-Mansur (w. 953 M) dan
demikian al-Manshur (w. 953 M) harus berjuang keras agar bisa melawan
pasukan Abu Yazid, ia tidak putus asa dan berjuang keras untuk mempertahankan
dinasti Fatimiyah. Tidak hanya Abu Yazid yang berbuat onar akan tetapi anaknya
(w. 953 M) mampu mengatasi perlawanan Abu Yazid beserta putera dan
pasukannya. Seluruh wilayah di Afrika Utara masih bisa diamankan dan masih
tetap tunduk di bawah naungan dinasti Fatimiyah. Al- Manshur (w. 953 M)
membangun sebuah kota yang sangat megah di perbatasan Susa’ yang diberi nama
2. Periode Mesir
kekuasaan Bani Ikhsyidi di Mesir, dan Mesir dapat ditaklukkan yang telah
Jauhar, orang sicilia. Setelah beroleh beberapa kemenangan di negeri lain. Pada
tahun 355 H. tentara al-Mu’iz memasuki negeri mesir yang ketika itu Mesir tidak
sekuat dahulu lagi, terlebih lagi setelah kematian rajanya, Kaful al-Ikhsyidi.
Ketika tentara itu masuk boleh dikatakan tidak ada perlawanan lagi, kota itu
menyerah.6
Setelah teguh kedudukan Jauhar di Mesir pada tahun 969 M./355 H. barulah al-
Mu’iz datang di Mesir pada tahun 361 H. sesudah ia terlebih dahulu mengatur
Yusuf Ibn Balkin Ibn Ziri Ibn Munad as-Shanhaji. Negeri Sicilia diperintah oleh
seorang gubernur bernama Abu Qasim Ali Ibn Hasan Ibn Ali. Tripoli Timur
diperintah oleh Abdullah Ibn Yakhlif al-Kattami. Setelah itu, baginda pun
berangkat ke Mesir.7
Shiqili). Jauhar pula yang mendirikan masjid Jami’ul Kahhirah (Kairo) yang
keadaan sosial Mesir, kala itu mayoritas penduduk merupakan penganut Sunni
empat madzhab fikih yakni: Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Demi
kebijakan agar saling mengayomi antara paham Syi’ah dan penduduk paham
Sunni dengan cara mengangkat hakim dari golongan Sunni dan hakim dari
golongan Syi’ah. Dua tahun setelah Dinasti Fatimiyah menjadikan Kairo sebagai
ibukota, al-Aziz (w. 996 M) diangkat menjadi khalifah menggantikan sang ayah
dan semenjak itu keadaan Mesir semakin membaik. Awal pemerintahan khalifah
pergi ke Damaskus. Tiga tahun setelah Damaskus dikuasai al-Aziz (w. 996 M)
Utara belum bisa mereka taklukan. al-Aziz meninggal pada tahun 996 M.
bernama Abu al-Mansur al-Hakim. Ketika naik tahta ia baru berusia sebelas
menjadi korban hukuman mati yang dilakukan oleh al-Hakim tetapi pejabat-
pejabat yang cakap tenpa alasan yang jelas juga di hukum mati.9
masyarakat yang tidak seiman dengan khalifah merasakan pula keintoleranan al-
Hakim. Dalam sepuluh tahun masa pemerintahannya, kaum Yahudi dan Nasrani
9
A. Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, h. 260
10
ada di sekitar Mesir dan menyita tanah dan harta para umat Nasrani. Ada juga
kesepakatan yang disepakati secara paksa oleh umat Nasrani dari keputusan
khalifah yaitu menjadi muslim, atau meninggalkan tanah air, atau berkalung
dia adalah pribadi yang taat terhadap agama yang dipelukya. al-Hakimlah yang
mendirikan sebuah tempat pemujaan suku aliran Druz di Lebanon. Selain itu ia
juga mendirikan beberapa masjid, perguruan, dan pusat observasi di Syiria. Pada
untuk kemajuan.11
1. Faktor Internal
Fatimiyah sudah mulai banyak goncangan terlebih ketika khalifah az-Zahir (1021-
1036 M.) putra al-Hakim merasakan banyak cobaan diantaranya bencana banjir
yang melanda Mesir, beberapa daerah hingga kekurangan makanan dan beberapa
harga barang melonjak dan membuat penduduk menderita. Raja juga menjadi
10
A. Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, h. 260
11
A. Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, h. 260
11
anaknya yang bernama Abu Tamim Ma’ad yang bergelar al-Mustansir (1036-
1095) yang baru berusia tujuh tahun sehingga masa awal pemerintahannya berada
parah musibah krisis ini sehingga kesulitan pangan benar-benar terjadi dimana-
mana. Setelah masa krisis ini berakhir, Mesir diserang wabah penyakit.
konflik antar putra khalifah. Dengan keadaan seperti itu maka para mentri
dimulai dengan konflik antara putra al-Mustansir, yaitu Nizar putra sulung al-
Mustanshir dan Ahmad Abul Qasim yang masih kecil ditunjuk sebagai putra
Pada masa ini, di Mesir ada sosok al-Hasan bin ash-Shabah, petus
pendapatnya ini di Mesir sehingga mengancam pamor Badar al-Jamali. Lantas al-
Maroko, namun kapal yang dinaiki al-Hasan berlabuh ke pesisir Syam karena
angina yang begitu kencang. Lantas, al-Hasan turun di perbatasan Aka dan
12
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, terj. (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar, 2013), h. 421
12
(Nizar).13
yang mengangkat Abu Ali bin al-Musta’li yang masih berusia lima tahun pasca
kematian al-Musta’li tahun 495 H/. Setelah diangkat menjadi khalifah maka dia
digelari al-Amin. Setelah al-Amin tumbuh dewasa, ia tidak memiliki kuasa dalam
saudaranya Abdul Majid Abul Maimun al-Hafizh, hanya saja para tentara
Abu Ali terus mengendalikan kerajaan hingga tewas dibunuh oleh sekte
berangkat ke Kairo mengepuk ibu kota kerajaan tersebut dengan maksud al-
didominasi oleh orang-orang Armenia. Selain itu, para pejabat yang beragama
13
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.421
14
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.421
15
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.422
13
Nasrani mendirikan kereja di samping rumah mereka. Namun hal tersebut tidak
mentri pada tahun 530 H. Hanya saja ia ingin memakzulkan al-Hafidz, sehingga
2. Faktor eksternal
rupanya memiliki dampak besar bagi kerajaan Fatimiyah. Gereja Qiyamat di al-
Quds yang dihancurkan oleh al-Hakam menjadi salah satu sebab terjadinya perang
salib. Hal itu terlihat setelah pasukan Salib telah menguasai Antokia sampai Bait
mantan budak dari orang yahudi sehingga mengangkat beberapa menteri Yahudi,
termasuk Shadaqah bin Yusuf al-Falahi dan Abu Said at-Tustari. Menteri-menteri
Billah pula para pejabat dinasti Fatimiyah diusir oleh Dinasti Saljuk dari Suriah.
Fatimiyah juga diusir dari sicilia oleh bangsa Norman di bawah pimpinan Roger
menteri semakin memuncak. Sebagian pelaku telah meminta bantuan kepada para
16
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.422
17
Susmihara, Dinasti Fatimiyah (Muncul, Perkembangan, dan Kehancuran, h.54
18
Dar Al-‘ilm. Atlas Sejara Islam: Dari Masa Permulaan Hingga Kejayaan Islam (Jakarta:
Kaysa Media, 2011), h. 118-119
14
berhasil mengalahkan Dhargram pada tahun 559 H. yang merupakan oposisi dari
utusan kepada raja Eropa di Baitul Maqdis meminta bantuan serta melakukan adu
dilakukan oleh Syawur maka raja prancis segera mengirimkan bantuan dan
bertemulah kedua pasukan tersebut disuatu tempat yang dikenal dengan nama Al-
Asaduddin, hanya saja mereka tidak mampu meneruskan perjalanan ke Kairo dan
Salahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub yang tidak lain adalah anak saudara
19
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.422
15
Asaduddin sendiri. Ternyata kekuatan Eropa dan orang Mesir kembali melakukan
dengan syarat bangsa Eropa tidak ada lagi yang menetap di Mesir. 20
oleh menteri Mesir dan pasukan Eropa bahkan mereka kembali membuat
perjanjian baru. Diantara kesepakatan dalam perjanjian itu adalah pasukan Eropa
membangun barak tentara di Kairo. Dan kunci pintunya dipegang oleh pasukan
Kedua belah pihak juga bersepakat bahwa setiap tahun pasukan salib memperoleh
Mesir, maka Syarwu menggunakan strategi untuk melakukan tipu daya terhadap
orang-orang Eropa dimana menteri Mesir itu membakar Fusthath sehingga tempat
itu tidak bisa ditempati oleh pasukan salib kemudian menyurati pasukan Eropa
20
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.423
21
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.423
22
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.423
16
yang akan diperoleh Nuruddin. Dengan kesepakatan itu maka pasukan Asaduddin
memasuki mesir pada bulan Rabi’ul akhir tahun 564 H. kedatangannya disambut
hangat oleh para penduduk dan diterima khalifah al-Adhid serta dianugrahi posisi.
terahirnya lalu diganti oleh Shalahuddin Yusuf bin Ayyub sebagai menteri Mesir.
rakyat mudah menerima instruksi agar nama Nuruddin disebut dalam pidato
sehingga mereka membuat makar dan sepakat untuk mengirim surat kepada
pasukan Eropa agar datang ke Mesir. Makar mereka adalah apabila pasukan
tersisa di Mesir ditangkap dan setelah itu bergabung bersama pasukan Eropa
untuk memeranginya.24
dan dibantu oleh armada laut Byzantium yang dibekali dengan lokistik dan
23
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.424
24
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.425
17
dan permohonan itu dipenuhi oleh penguasa Damaskus. Demikian pula dengan
pasukan Eropa ke Dimyar. Akhirnya pada bulan Ra’biul awal tahun 565 H
Islam sesuai dengan aliran Sunni. Sementara khalifah al-Adhid dalam kondisi
sakit dan meninggal dunia pada tanggal 10 Muharram tahun 567 H. Dengan
25
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensiklopedi Sejarah Islam 1, h.425
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
terbentuklah dua sekte yaitu sekte Imamiyah dan sekte Ismailiyah. Sekte
di Afrika Utara.
periode Afrika Utara dan periode Mesir. Pada periode Afrika Utara, misi utama
kekhalifahan Abbasyiah.
Nasrani. Kemunduran dinasti ini semakin jelas setelah para khalih telah menjadi
18
19
mengambil bantuan dari kerajaan tetangga hingga dinasti Fatimiyah dikuasai oleh
Dar Al-‘Ilm. Atlas Sejara Islam: Dari Masa Permulaan Hingga Kejayaan Islam;
Jakarta: Kaysa Media, 2011
Munir Amin, Samsul. Sejarah Peradaban Islam Cet. v; Jakarta: AMZAH, 2015
Sahputra Napitupulu, Dedi dan Soliha Titin Sumanti. Lembaga pendidikan tinggi
Al-Azhar: Mengenang peradaban Islam MAsa Fatimiyah (297-567
H./909-1171 M.). JUSPI vol. 1 no. 2 (2017)
Tim riset dan Studi Islam Mesir. Ensiklopedi Sejarah Islam 1 ter. Cet.I; Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2013
20