Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI FATHIMIYAH DI


MESIR
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu ; NurAnwar S.pd.I.,M.pd.

Disusun oleh:
Isra Mita (202222028)
Unit : 2

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,hidayah serta
kerunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul sejarah
peradaban islam pada masa Dinasti fathimiyah di Mesir. Adapun tujuan penulisan makalah
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah peradaban islam.

saya mengucap Terima kasih kepada bapak Nur Anwar s.pd.I.,M.pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah sejarah peradaban islam, yang telah memberikan tugas ini kepada
saya sehingga dapat menambah wawasan mengenai materi yang akan saya paparkan.

saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya
mengharapkan kritikan dan saran dari teman -teman guna memperbaikan, untuk
menyempurnakan makalah ini. saya mengucapkan Terima kasih semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang sejarah peradaban islam.

Lhokseumawe,08 November 2023

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan4.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Fathimiyah....................................................3

B. Bagaimana kehidupan sosial dimesir pada masa Dinasti Fathimiyah......4

C. Timbulnya Perang Salib...........................................................................7

D. Dinasti Arab terakhir pada abad pertengahan masehi..............................9


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Kritik dan saran..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar ssepanjang Sejarah


Islam. Pada awalnya, daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang melepaskan diri dari
kekuasaan Daulah Abasiyah. Mereka mampu memerintah lebiih dua abad sebelum
ditaklukan oleh Dinasti Ayubiyah dibawah kepemimpinan Shaleh Al-Din Al-Ayubi.

Fatimiyah adalah syi’ah yang dipimpin oleh 14 khalifah atau imam di afrika
utara (909-1171). Dinasti ini dibangun berdasarkan konsep syi’ah keturunan Ali bin
Abi Thalib dan Fatimah. Kata Fatimiyah di nisbatkan kepada Fatimah, karena
pengikutnya mengambil silsilah keturunan dari Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah.

Dinasti Fatimiyah juga disebut dengan Daulah Ubaidiyah yang dinisbatkan


kepada pendiri dinasti yaitu Abu Muhammad Ubaidillah Al-Mahdi (297-322). Dalam
buku sejarah kebudayaan islam 2 As-Salabi menjelaskan bahwa kaum syi’ah yang
brtahan sampai sekarang ada 3 kelompok, yaitu; Syi’ah Zaidiyah, Syiah Itsna
Asyariyyah, dan Syi’ah Ismailiyah.

Mazhab ismailiyah menisbatkan dirinya kepada imamiyah dan menyetujui


penentuan keenam orang imam-imam tersebut. Menurut pendapat mereka, sesudah
J’afar Assidiq yaitu imam yang keenam, maka imamah tidak berpindah kepada
putranya Musa Al-Kadzim, seperti yang dikatakan oleh golongan Itsna Asyariyah,
melainkan berpindah ke puteranya yang lain, bernama Ismail, itulah sebebnya
golongan ini dinamakan Ismailiyah. Imam-imam golongan Ismailiyah ini sesudah
ismail iitu tidak pernah muncul. Yang muncul hanyalah juru-juru dakwah mereka.

Sebab itu imam-imam yang tidak pernah muncul tersebut dnamakan “Al-
A’imatul Masturun”. Imam-imam ismailiyah barulah muncul kembali setelah keadaan
mereka bertambah kuat diAfrika Utara pada tahun 297H/909H, kemudian mereka
berpindah ke Mesir, dimana mereka mendirikan “Daulah Fatimiyah” pada tahun
356H.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Fatimiyah?


2. Bagaimna kehidupan sosial di Mesir pada masa Dinasti Fathimiyah
3. Bagaimana timbulnya Perang Salib
4. Bagaimana sejrah Dinasti Arab terakhir pada abad pertengahan masehi

1
C. TUJUAN

1. Agar mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Fatimiyah


2. Agar mengetahui kehidupan sosial di Mesir pada masa Dinasti Fathimiyah
3. Agar mengetahui timbulnya Perang Salib
4. Agar mengetahui sejarah Dinasti Arab terkhir pada abad pertengahan masehi

2
BAB ll
PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI FATIMIYAH

Wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyah (909-1171) meliputi Afrika Utara, Mesir,


dan Suriah. Berdirinya Dinasti Fatimiyah dilator belakangi oleh melemahnya Dinasti
Abasiyah.. Ubaidillah Al-Mahdi mendirikan Dinasti Fathimiyah yang lepas dari
kekuasaan Dinasti Abasiyah. Dinati ini mengalami puncak kejayaan pada masa
kepemimpinan Al-Aziz. Kebudayaan islam berkembang pesat pada Dinasti Fathimiyah ,
yang ditandai dengan berdirinya masjid Al-Azhar. Masjid ini berfungsi sebagai pusat
pengkajian islam dan ilmu pengetahuan. Dinasti Fathimiyah berakhir setelah Al-Adid,
khalifah terakhir Dinasti Fathimiyah, jatuh sakit. Shalahudin Al-Ayubi, wazjir Dinasti
Fathimiyah menggunakan kesenpatan tersebut dengan mengakui kekuasaan Khalifah
Abasiyah, Al-Mustahdi. Peninggalan Dinasti ini meliputi antara lain Masjid Al-Azhar
yang sekarang terkenal dengan Universitas Al-Azhar, Bab Al-Futuh (Benteng Futuh),
dan Masjid Al-Ahmar di Cairo, Mesir.

Dinasti ini mengklaim sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi
Thalib dan Fatimah binti Rasululah. Menurut mereka Abdullah Al-Mahdi sebagai
pendiri dinasti ini merupakan cucu Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq. Sedangkan Ismail
merupakan imam syi’ah yang ketujuh.

Setelah Imam Ja’far Ash-Shadiq wafat, syi’ah terpecah menjadi dua cabang.
Cabang yang pertama menyakini Musa Al-Kazim sebagai imam ketujuh pengganti
Imam Ja’far, sedang sebuah cabang lainnya mempercayai Ismail bin Muhammad Al-
Maktum sebagai Imam syi’ah ketujuh. Cabang syi’ah kedua ini dinamai syi’ah
Ismailiyah. Syi’ah Ismailliyah tidak menampakan gerakannya secara jelas muncullah
Abdullah bin Maimun yang membentuk Syi’ah Ismailiyah sebagai sebuah sistem
gerakan politik keagamaan. Ia berjuang mengorganisir propaganda Syi’ah Ismailiyah
dengan tujuan menegakkan kekuasaan Fathimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan
misionari kesegala penjuru wilayah muslim untuk menyebarkan ajarkan Syi’ah
Ismailiyah. Kegiatan ini menjadi latar belakang berdirinya Dinasti Fathimiyah diafrika
kemudian berpindah ke Mesir .

Sebelum Abdullah bin Maimun wafat pada tahun 874 M, ia menunjuk


pengikutnya yang paling bersemangat yakni Abdullah Al-Husain sebagai pemimpin
Syi’ah Ismailiyah. Ia adalah orang yaman asli, sampai dengan abad ke9 ia mengklaim
diri sebagai wakil Al-Mahdi. Ia menyebrang ke AFrika Utara, dan berkat
propagandanya yang bersemangat ia berhasil menarik simpatisan suku barbar,
khususnya dari kalangan Khitamah menjadi pengikut setia gerakan ahli bait ini. Pada
saat itu penguasa Afrika Utara, yakni Ibrahim bin Muhammad, berusaha menekan
gerakan Ismailiyah ini, namun usahanya sia-sia. Ziyadatullah putranya dan pengganti
Ibrahim bin Muhammad tidak berhasil menekan gerakan ini.

3
Setelah berhasil menegakkan pengaruhnya di Afrika Utara, Abu Abdullah Al-
Husain menulis surat kepada Imam Ismailiyah, yakni Sa’id bin Husain AS-Salamiyah
agar segera berangkat keAfrka Utara untuk menggantikan kedudukannya sebagai
pimpinan tertinggi gerakan Ismailiyah. Sa’id mengabulkan undangan tersebut, dan ia
mengplokmairkan dirinya sebagai putra Muhamad Al-Habib, seorang cucu Imam
Ismail. Setalah berhasil merebut kekuasaan Ziyadatullah, ia mengprokmairkan dirinya
sebagai pimpinan tertinggi gerakan Ismailiyh. Selanjutnya gerakan ini berhasil
menduduki tunis, pusat pemerintahan Dinasti Aghlabiyah, pada tahun 909 M, dan
sekaligus penguasa Aghlabiyah yang terakhir, yakni Ziyadatullah. Sa’id kemudian
mengproklamirkan diri sebagai imam dengan gelar “Ubaidullah Al-Mahdi”. Dengan
demikian, terbentuklah pemerintahan Dinasti Fathimiyah di Afrika Utara dengan Al-
Mahdi sebagai khalifah pertamanya.adapun para penguasa Dinasti Fhatimiyah adalah
sebagai berikut :
1. Al- MAhdi (909-934 M)
2. Al- Qa’im (934-949 M)
3. MU’iz Lidinillah (964-975 M)
4. Al-Aziz (975-996 M)
5. Al- Hakim (996-1021 M)
6. Az-Zahir (1021-1036 M)
7. Al-Mustansir (1003-1095 M)
8. Al-Musta’li (1095-1101 M)

B. KEHIDUPAN SOSIAL DIMESIR PADA DINASTI FATHIMIYAH

A. Bidang Administrasi

Periode Dinasti Fhathimiyah menandai era baru sejarah bangsa Mesir. Sebagian
khalifah dinasti ini adalah pejuan dan penguasa besar yang berhasil menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran di Mesir.

Administrasi kepemeritahan Dinasti Fathimiyah secara garis besar tidak berbeda


dengan administrasi Dinasti Abasiyah, sekalipun pada masa ini muncul beberapa
jabatan yang berbeda. Khalifah menjabat sebagai kepala Negara baik dalam urusan
keduniaan maupun spiritual. Khalifah berwenang mengangkat dan sekaligus
menghentikan jabatan- jabatan di bawahnya.

Kementrian Negara ( wasir ) terbagi menjadi dua kelompok, pertama adalah


para ahli pedang dan kedua adalah para ahli pena. Kelompok pertama menduduki
urusan militer dan keamana serta pengawal pribadi sang khalifah. Sedangkan
kelompok ke dua menduduki beberapa jabatan kementrian yaitu ; hakim, penjabat
pendidikan sekaligus sebagai pengelola lembaga ilmu pengetahuan atau Daar Al-
Hikmah, ispektur pasar yang bertugas menertibkan pasar dan jalan, menjabat
keuangan yang menangani segala urusan keuangan Negara, regu pembantu istana,
dan petugas pembaca Al-Quran. Tingkat terendah kelompok “ahli pena” terdiri atas

4
kelompok pegawai negri, yaitu petugas pembaca dan juru tulis dalam berbagai
departemen.

Adapun diluar jabatan istana diatas, terdapat berbagai jabatan tingkat daerah
yang meliputi tiga daerah, yaitu mesir, syiriyah , dan daerah-daerah disia kecil.
Khusus untuk daerah mesir terdiri atas 4 provinsi, provinsi mesir bagia atas, mesir
wilayah timur, mesir wilayah barat, dan wilayah alexsandria. Segala permasalahan
yang berkaitan dengan daerah dipercayakan kepada kepemimpinan setempat.

Dalam bidang kemiliteran terdapat tiga jabatan pokok, yaitu Amir yang terdiri
pejabat-pejabat tinggi militr dan pegawai khalifah, petugas keamanan,dan berbagai
resimen.pusat-pusat armada laut dibangun di Alexandria, Damika, ascaton, dan
dibeberapa pelabuhan syiria. Masing-masing dikepalai seorang admiral tinggi.

B. Kondisi Sosial

Mayoritas khalifah fathimiyah bersikap moderat dan penuh perhatian kepada urusan
agama non muslim. Selama masa ini pemeluk Kristen mesir di perlakukan secara
bijaksana,hanya khalifah Al -Hakim yang bersikap agak keras trhadap
mereka.orang-orang Kristen kopti dan Armenia tidak pernah merasakan kemurahan
dan keramahan melebihi sikap pemerintahan muslim. Pada masa Al-Aziz bahkan
mereka lebih di untungkan dari pada umat islam dimana mereka di tunjukan
menduduki jabatan- jabatan tinggi di istana.demikian pula pada masa Al-Mustansir
dan seterusnya mereka hidup penuh kedamaian dan kemakmuran.sebagian besar
jabatan keuangan di pegang oleh orang- orang kopti.pada kholifah generasi
akhir,gereja-gereja Kristen banyak yang di pugar,pemeluk Kristen pula semakin
banyak yang di angkat sebagai pegawai pemerintah.demikianlah semua ini
menunjukan kebijaksanaan penguasa fathimiyah terhadap umat kristiani.

Mayoritas kholifah fathimiyah berpola hidup mewah dan santai. Al-


Mustansir,menurut satu informasi, mendirikan semacam vaviliun di istananya
sebagai tempat memuaskan kegemaran berfoya-foya bersama sejumblah penari
rupawan.

Nasir Al- khusraw,salah seorang pengembara islamiyah berkebangsaan


Persia,yng mengunjungi mesir antara tahun 1046-1049 M, meninggalkan catatan
tentang kehidupan kota kairo ibu kota dinasti fathimiyah. pada saat itu ia
mendapatkan kota kairo sebagai kota makmur dan aman. Menurutnya, took-toko
perhiasan dan pusat-pusat penukaran uang di tinggalkan oleh pemiliknya begitu saja
tanpa kunci rakyat menaruh kepercayaan penuh terhadap pemerintah,jalan-jalan raya
di terangi beragam lampu penjaga toko menjual barang dengan harga jual yang telah
di putuskan dan jika seseorang terbukti melanggar ketentuan harga jual akan di
hukum dengan di arak di atas unta sepanjang jalan dengan di iringi dengan bunyi-
bunyian.
Nasir Al-Khusraw menulis catatan bahwa ia menyaksikan khalifah pada sebuah
festival tampak sangat mempesona dengan pakaian kebesarannya. Istana khalifah

5
dihuni 30.000 orang, diantara mereka terdapat 12.000 orang pembantu dan 1.000
orang pengawal berkuda dan pengawal jalan kaki. Kota kairo dihiasi dengan
sejumlah masjid, perguruan, rumah sakit, dan perkampungan khafilah. Tempat-
tempat pemandian umum yang cukup indah dapat dijumpai di berbagai penjuru kota,
baik pemandian khusus untuk laki-laki maupun untuk perempuan. Pasar-pasar yang
memuat 20.000 pertokoan padat dengan produk-produk dunia. Nasir Al-Khusraw
sangat takjub atas kesejahteraan dan kemakmuran negri ini, sehingga dengan sangat
menarik ia mengatakan “ Saya tidak sanggup menaksir kesejahteraan dan
kemakmuran negri ini, dan saya belum pernah melihat kemakmuran sebagaimana
yang terdapat dinegri ini”.

Dinasti Fathimiyah berhasil dalam mendirikan sebuah Negara yang sangat luas
dan peradaban yang berlainan semacam ini didunia timur. Hal ini sangat menarik
perhatian karena sistem administrasinya yang sangat baik sekali, aktivitas artistik,
luasnya toleransi rejiliusa, efisiensi angkatan perang dan angkatan laut, kejujuran
pengadilan dan terutama perlindungannya terhadap ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.

C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kesusastraan

Sumbangan Dinasti Fathimiyah dalam kemajuan ilmu pengetahuan tidak sebesar


sumbangan Abasiyah di Baghdad dan Umayah di Spanyol. Masa ini kurang
produktif dalam menghasilkan karya tulis dan ulama besar kecuali dalam jumlah
yang kecil, sekalipun banyak diantara khalifah dan para wazir menaruh perhatian
dan penghormatan kepada para ilmuan dan pujangga. Ibnu Khillis merupakan salah
seorang wazir Fathimiyah yang sangat mempedulikan pengajaran. Ia mendirikan
sebuah lembaga pendidikan dan memberinya subsidi besar setiap bulan. Pada masa
Ibnu Khilis ini didalam istana Al-Aziz terdapat seorang fisikawan besar bernama
Muhammad At-Tamim. Al-kindi sejarawan topographer terbesar hidup Fustat dan
meninggal ditahun 961 M. Pakar terbesar pada awal Fathimiyah adalah Qazbi An-
Nu’man dan beberapa ketentuannya yang menduduki jabatan Qodhi dan keagamaan
tertinggi selama 50 tahun semenjak penaklukan mesir pada masa pemerintahan al-
hakim. Para Qadhi ini tidak hanya pandai dalam bidang hukum, melainkan juga
cakap dalam berbagai disiplin pndidikan tinggi. Diantara pegawai pemerintah pada
masa Al-Hakim terdapat seorang mesir yang berkarya dalam penulisan sejarah dan
karya-karya lain tentang keislaman, syair, dan astrologi.

Diantara para khalifah Fathimiyah adalah tokoh pendidikan dan orang yang
berperadaban tinggi. Al-Aziz termasuk diantara khalifah yang mahir dalam bidang
syair dan mencintai kegiatan pengajaran. Ia telah mengubah masjid agung Al-Azhar
menjadi sebuah lembga pendidikan tinggi. Kekayaan dan kemakmuran Dinasti
Fathimiyah dan besarnya perhatian para khalifahnya merupakan faktor pendorong
para ilmuan untuk berpindah ke kairo. Istana Al-Hakim dihiasi dengan kehadiran Ali
bin Yunus, pakar terbesar dalam bidang astronomi, dan Ibnu Ali Al-Hasan bin Al-
Haitami seorang fisikawan muslim terbesar dan juga ahli dibidang optik. Selain
mereka berdua terdapat sejumlah sastrawan dan ilmuan yang berkarya diistana
Fathimiyah.

6
Kholifah Fathimiyah mendirikan sejumlah sekolah dan perguruan,
mendirikan perpustakaan umum dan lembaga ilmu pengetahuan. Daar Al-Hikmah
merupakan prakarsa terbesar untuk pengembangan imu pengetahuan, sekalipun pada
awalnya lembaga ini dimaksudkan sebagai sarana penyebaran dan pengembangan
ajaran syi’ah Ismailiyah. Lembaga ini didirikan oleh khalifah Al-Hakim pada tahun
1005 M. Al-Hakim juga besar minatnya dalam penelitian astronomi. Oleh karena
itu, ia mendirikan lembaga observasi dibukit Al-Makattam. Lembaga observasi
seperti ini juga didirikan dibeberapa tempat lain.

Para khalifah Fathimiyah pada umumnya juga mencintai berbagai seni termasuk
seni arsitektur mereka memperindah ibu kota dan kota-kota lainnya dengan
bangunan megah. Masjid agung Al-Azhar dan masjid agung Al-Hakim menandai
kemajuan arsitektur jaman Fathimiyah. Khalifah juga mendatangkan sejumlah
arsitek romawi untuk membantu menyelesaikan tiga buah gerbang raksasa di Kairo,
dan banteng-benteng diwilayah perbatasan bizantium. Semua ini merupakan
sebagian dari peninggalan sejarah pemerintahan syi’ah di Mesir.

C. PERANG SALIB ANTARA KONTAK MILITER BARAT DAN TIMUR

Salah satu perang paling dikenal sepanjang sejarah adalah Perang Salib. Perang Salib
adalah rangkaian perang agama yang mendapatkan restu dari Gereja Latin di abad
pertengahan. Perang ini menurut pengetahuan umum adalah perang – perang yang
terjadi di kawasan timur Laut Tengah untuk merebut kembali Tanah Suci dari
kekuasaan Islam. Tidak hanya ditujukan untuk memperebutkan Yerusalem yang dikenal
sebagai kota suci, tetapi secara tersirat dalam sejarah perang salib juga dianggap sebagai
perang suci antara dua agama besar, Islam dan Kristen. Walaupun demikian, istilah
perang Salib ini juga dikenal sebagai istilah bagi perang – perang di kawasan lain yang
mendapatkan restu Gereja. Berbagai alasan menjadi pemicu peperangan baik itu untuk
pemberantasan ajaran sesat dan berhala, menyelesaikan pertikaian di antara sesama
pihak Kristen Katolik, juga untuk mencapai maksud di bidang politik dan penguasaan
wilayah.
Awal mula terjadinya perang salib antara pihak Timur yaitu Islam melawan pihak
Barat yaitu Kristen. Penyebab Perang Salib disebabkan oleh banyak faktor seperti
agama, politik, dan sosial ekonomi. Diawali pada tahun 1070 ketika Yerusalem
direbut oleh Bani Saljuk dari Turki dan ketika Kaisar Yunani Diogenes
dikalahkan dan ditawan di Mantzikert pada 1071. Sejak itu Asia Kecil dan seluruh
Suriah dikuasai oleh Bani Saljuk. Disusul dengan menyerahnya Antiokhia di
tahun 1084 hingga Kristen menguasai seluruh kota besar di Asia pada 1092.
Kondisi menjadi semakin parah ketika Bani Saljuk membatasi dan memperketat
ziarah umat Kristen ke Yerusalem sehingga mendorong umat Kristen
memperjuangkan kebebasannya dengan merebut Yerusalem dari kekuasaan
Muslim. Kaisar Alexius Komnenus meminta kepada Paus Urbanus II di tahun
1095 untuk menyemangati umat Kristen di Eropa agar melakukan Perang Salib.
Untuk menyatukan kekuatan, maka peperangan diumumkan untuk
menundukkan gereja – gereja di wilayah Timur yang masih dikuasai oleh Islam.

7
Pada umumnya ada beberapa tahap utama dalam Perang Salib yang memberi
dampak pada alur sejarah dunia seperti akan dibahas secara singkat berikut ini.
Perang Salib Pertama (1095 – 1101)
Bertempat di Konsili Piacenza pada Maret 1095, duta besar utusan Alexius
Komnenus atau Alexius I, Kaisar Bizantium, meminta bantuan untuk
mempertahankan wilayahnya dari kaum Turki Seljuk. Sementara itu Paus
Urbanus II meminta seluruh umat Kristen untuk bergabung dan berperang
melawan Turki Seljuk dengan jaminan bahwa siapapun yang ikut serta dalam
sejarah Perang Salib dan mati maka akan masuk surga walaupun ia memiliki
banyak dosa di masa lalu.
Perang Salib Kedua (1145 – 1150)
Perang Salib kedua kembali terjadi setelah beberapa puluh tahun masa damai
ketika Kristen dam Muslim hidup berdampingan di Yerusalem. Pada saat itu
tentara Islam pimpinan Imad ad-Din Zengi merebut Aleppo dan Edessa.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami pihak Kristen membuat Paus Eugenius
III menyerukan untuk melakukan Perang Salib kembali pada 1 Maret 1145, yang
didukung oleh para pengkhotbah terutama Bernardus dari Clairvaux.
Perang Salib Ketiga (1188 – 1192)
Awal dari sejarah Perang Salib ketiga terjadi ketika Salahuddin Al Ayyubi atau
Saladin berhasil merebut Yerusalem pada 1187 setelah mengalahkan pasukan
Salib di Pertempuran Hattin. Hal itu membuat Paus Gregorius VIII kembali
menyerukan Perang Salib yang ketiga. Seruan perang disambut oleh Raja Richard
I dari Inggris yang dikenal dengan Richard the Lionheart, Kaisar Romawi Suci
Frederick I dan Raja Phillip II dari Perancis. Ketika itu tentara salib berhasil
mengalahkan pasukan Muslim di dekat Arsuf dan mendekat ke Yerusalem, tetapi
karena persediaan makanan dan air yang tidak memadai maka pasukan Kristen
gagal merebut Yerusalem.
Perang Salib Keempat (1202 – 1204)
Paus Innosensius III memulai Perang Salib keempat untuk menginvasi Tanah Suci
lewat kekuatan Mesir. Selain itu perang ini juga dimanfaatkan oleh Doge Enrico
Dandolo dari Venesia untuk memperluas kekuasaan Venesia di Timur Dekat
sekaligus melepaskan diri dari kekuasaan Bizantium. Tentara Salib mengadakan
perjanjian dengan Dandolo tetapi mereka tidak memiliki dana untuk membayar
armada dan syarat – syarat dalam kontrak sehingga Dandolo meminta untuk
mengalihkan perang salib ke Bizantium menggunakan kota Zara sebagai jaminan
awalnya.
Perang Salib Kelima (1217)
Dewan Keempat Lateran kembali menyusun rencana untuk memulihkan Tanah
Suci pada tahun 1215. Pertama – tama pada tahun 1217 pasukan Perang Salib dari
Hongaria dan Austria bergabung dengan pasukan raja Yerusalem dan pasukan
pangeran Antiokhia untuk merebut kembali Yerusalem. Kemudian pasukan
perang salib berhasil mengepung Damietta di Mesir pada 1219, akan tetapi karena
desakan seorang staf kepausan bernama Pelagius, mereka mengambil resiko
menyerang Kairo sehingga kalah oleh blokade pasukan Sultan Ayyubiyah Al-
Kamil dan mengadakan gencatan senjata.
Perang Salib Keenam (1228 – 1229, 1239)

8
Kaisar Friedrich II yang berulangkali melanggar sumpah dalam sejarah Perang
Salib dikucilkan oleh Paus Gregorius IX di tahun 1228. Tetapi ia tetap melakukan
pelayaran dari Brindisi dan mendarat di Palestina. Dengan diplomasinya ia
mendapatkan Yerusalem, Nazareth dan Bethlehem dari Al-Kamil setelah
berdiplomasi selama sepuluh tahun. Sebagai imbalan dari kesepakatan tersebut, ia
berjanji untuk melindungi Al-Kamil dari semua musuh termasuk dari umat
Kristen.
Perang Salib Ketujuh (1249 – 1254)
Kembali terjadinya Perang Salib ketujuh berawal dari konflik dengan Mesir pada
1243 karena adanya kepentingan kepausan yang diwakili para Templar atau
Ksatria Salib. Setahun kemudian Yerusalem diserbu oleh pasukan Khwarezm
yang dipanggil oleh Al-Adil, anak Al-Kamil. Tentara Salib yang bergabung dengan
kaum Franka dan tentara bayaran dari Badui tetap mengalami kekalahan dari
Pasukan Baibars yang berasal dari suu Khwarezmian hanya dalam waktu empat
puluh delapan jam saja. Sehingga banyak ahli sejarah yang menganggap
pertempuran ini menjadi tanda kematian bagi negara – negara Kristen.
Perang Salib Kedelapan (1270)
Louis IX mengatur Perang Salib kedelapan pada 1270 dengan berlawar dari
Aigues- Mortes untuk membantu sisa – sisa dari negara wilayah tentara Salib di
Suriah. Akan tetapi perang justru dialihkan ke Tunis, dimana Raja menghabiskan
waktu dua bulan sebelum kematiannya. Ia kemudian ditahbiskan menjadi seorang
santo yaitu St. Louis, sesuai dengan nama kota di Amerika yang mengambil
namanya.

D. SEJARAH, DINASTI ARAB TERAKHIR PADA ABAD PERTENGAHAN


MASEHI

Pada tahun 908 M, sebuah dinasti baru bangkit di Mesir dan berhasil
membebaskan Mesir dari pemerintahan Abbasiyah. Dinasti ini disebut Fatimiyah,
karena orang-orangnya mengaku sebagai keturunan Fatimah, putri Muhammad.
Dinasti ini bermula dari para pemimpin kelompok Islam Syi'ah yang disebut
Ismailiyah di Yaman. Ketika Abbasiyah mulai melemah, mereka mengirim orang
dari Yaman ke Mesir untuk menguasai Mesir, dan dengan cepat tidak hanya
berhasil merebut Mesir, melainkan juga sebagian besar Afrika Utara, dari
kekuasaan Abbasiyah. Mereka membangun Kairo sebagai ibukotanya.
Fatimiyah dengan cepat menaklukan wilayah di Asia Barat juga, antara lain
Israel, Suriah, Lebanon, dan Yordania. Puncak kekuasaan mereka adalah pada
tahun 1000-an M. Pada tahun 1100-an M, dinasti Fatimiyah mengalami
keunduran, mereka kehilanga Suriah dan banyak wilayah lainnya di Jazirah
Arab. Selain itu, mereka juga mulai tak mampu mengendalikan jenderal-
jenderalnya.
Pada tahun 1098 M, Fatimiyah kehilangan Israel dan sebagian Lebanon dan
Suriah akibat serangan pasukan Prancis dan Inggris pada Perang Salib Pertama.
Pada akhirnya pada tahun 1187 M salah satu jenderalnya, Salahuddin,
menyingkrkan pemimpin Fatimiyah terakhir dan mendirikan diansti Ayyubiyah,
yang beraliran Sunni, di Mesir.

9
BAB lll
PENUTUP

A. SIMPULAN

Dinasti Fathimiyah berdiri pada tahun 297 H/910 M, dan berakhir pada tahun
567 H/1171 M yang pada awalnya hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang
berkedudukan di Afrika Utara dan kemudian pindah ke Mesir.3 Dinasti ini dinisbatkan
kepada Fatimah Zahra putrid Nabi Muhammad saw., dan sekaligus istri Ali ibn Abi .

B. KRITIK DAN SARAN

Dalam makalah ini pastinya terdapat kekurangan dan kesalahan,maka dari itu bila
dalam penulisan, terdapat banyak kekurangan mohon untuk memberi masukan
Atau saran yang membangun sehingga dapat menjadi periksa. Selain itu juga dapat
bermanfaat umumnya kepada pembaca sebagaimana ilmu pengetahuan dalam
mempelajari sejarah peradaban Islam " dinasti Fatimiyah".

10
DATAR PUSTAKA

Abbas mahmood Al akkad.1978.kecemerlang Umar bin Khattab.jakarta :bulan


bintang.
Abdullah salim.1999.sumbangan Andalusia kepada dunia barat .semarang :unnisula
press.
Ali k. Sejarah Islam tarikh pramoderen.jakarta.srigunting: 2000.armstrong
Karen.: Jerusalem satukota tiga iman.surabaya: risalah gusti.2009.

11

Anda mungkin juga menyukai