Disusun Oleh :
Kelompok : 9
1. Muhammad Khairan Najmi (190101120040)
2. Siti Noralita Sholeha (190101120382)
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena tanpa ridho dan karunia-Nya,
kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap agar makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat dan berguna kepada setiap pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Dinasti Fathimiyah.................................................................................................2
D. Masa Kemunduran...................................................................................15
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................18
A. KESIMPULAN......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
ii
BAB I
LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang
Dalam Islam kita telah mengenal banyak dinasti pemerintahan, seperti dinasti Bani
Umayyah, Bani Abbasyiah dan lain sebagainya. Adanya dinasti-dinasti tersebut merupakan
revolusi ke tiga dari bentuk pemerintahan langsung oleh Rasulullah dan masa pemerintahan
Khulafur Rasyidin.
Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syiah dalam sejarah Islam. Dinasti ini
didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat
itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah. Saat itu kondisi Dinasti Abbasiyah
melemah dan tidak mampu lagi mengatur daerah kekuasaannya yang luas. Di berbagai
daerah yang selama ini dikuasai, menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah di
Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang berdiri sendiri (otonom). Di bagian timur
Baghdad, muncul dinasti Tahiriyah, Saariyah, Samaniyah, Gasaniyah, Buwaihiyah, dan Bani
Saljuk. Sementara ini di bagian barat, muncul dinasti Idrisiyah, Aglabiyah, Tuluniyah,
Dinasti Fathimiyah adalah merupakan salah satu dinasti Islam yang pernah ada dan juga
memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah peradaban Islam. Sama halnya
pengutusan Muhammad SAW sebagai Rasulullah telah menoreh sejarah Islam, yang pada
awalnya hanya merupakan bangsa jahiliyah yang tidak mengenal kasih sayang dan saling
menghormati.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti Fathimiyah
Dinasti Fathimiyah berdiri pada tahun 297 H/910 M, dan berakhir pada tahun 567 H/1171
M yang pada awalnya hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang berkedudukan di
Afrika Utara dan kemudian pindah ke Mesir. Dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah Zahra
putrid Nabi Muhammad saw., dan sekaligus istri Ali ibn Abi Thalib. ra. Dan juga dinasti ini
mengklaim dirinya sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali dengan Fatimah. Namun,
masalah nasab keturunan Fathimiyah ini masih dan terus menjadi perdebatan antara para
sejarawan.
Dari dulu hingga sekarang, belum ada kata sepakat di antara para sejarawan mengenai
nasab keturunan ini. Di antara faktor penyebabnya antara lain: pertama, pergolakan politik
dan mazhab yang sangat kuat sejak wafatnya Rasulullah saw; dan kedua, ketidakberanian
dan keengganan keturunan Fathimiyah ini untuk mengiklankan nasab mereka, karena takut
kepada penguasa, ditambah lagi penyembunyian nama-nama para pemimpin mereka sejak
Dinasti Fathimiyah beraliran Syi'ah Ismailiyah dan didirikan oleh Sa'id ibn Husain Al-
Salamiyah yang bergelar Ubaidillah Al-Mahdi. Ubaidillah Al-Mahdi berpindah dari Suria ke
Afrika Utara karena propaganda Syi'ah di daerah ini mendapat sambutan baik, terutama
darisuku Barber Ketama. Dengan dukungan suku ini, Ubaidillah Al-Mahdi menumbangkan
gubernur Aghlabiyah di Afrika, Rustamiyah Kharaij di Tahart dan Idrisiyah Fez dijadikan
bawahan.
2
Pada awalnya, Syi'ah Ismailiyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas, baru pada
masa Abdullah ibn Maimun yang mentransformasikan ini sebagai sebuah gerakan politik
mengirimkan misionaris ke segala penjuru wilayah muslim untuk menyebarkan ajaran Syi'ah
Ismailiyah. Kegiatan inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang berdirinya dinasti
Fathimiyah.1
Dinasti Fathimiyah membentang di Barat wilayah Dinasti Idrisiyah dan Rustamiyah dan
Dinasti Fathimiyah di Afrika selalu mengincar wilayah Timur dan berencana menguasai
Kematian Kafur al-Ikhsyidi di Mesir membuka pintu bagi pasukan Ubaidiyah untuk
pada tahun 358 Hijriah/968 Masehi dan mendirikan kota Kairo. Empat tahun kemudian,
Dinasti Ubaidiyah berpindah dengan seluruh anggotanya ke Kairo, ibu kota yang baru. Di
Pada tahun 359 Hijriah/969 Masehi, Fathimiyah telah menguasai Suriah bagian Selatan.
dinasti ini. Bahkan, sang khalifah pernah membuat maklumat yang isinya menyangsikan
keabsahan nasab Al-Mahdi. Sayangnya, hal itu malah membangkitkan kemarahan anak-cucu
mengangkat harkat martabat. Namun, hal itu hanya terjadi sebentar. Panglima-panglima
1
Fuji Rahmadi P, MA, DINASTI FATHIMIYAH DI MESIR (Analisa Pertumbuhan, Perkembangan dan
Pengaruhnya), hal 425-426, 09:55 PM, 14-9-2020
3
dinasti ini lemah sehingga ikut menggoyahkan para menteri yang kuat. Keagungan dinasti
yang buruk, berani menghancurkan Gereja Qiyamat di Al-Quds, yang menjadi salah satu
sebab terjadinya Perang Salib. Kemunduran itu semakin hebat pada periode Al-Mustanshir
Billah. Dia terlahir dari seorang sahaya wanita yang terdidik di rumah seorang Yahudi
bernama Abu Said at-Tustari. Sang ibu ikut menguasai urusan pemerintahan dan mengangkat
beberapa menteri Yahudi, termasuk Shadaqah bin Yusuf al-Falahi dan Abu Said at-Tustari.
Pada periode Al-Mustanshir Billah, Fathimiyah diusir oleh Dinasti Saljuk dari Suriah.
Fathimiyah juga diusir dari Sicilia oleh bangsa Norman di bawah pimpinan Roger pada tahun
461 Hijriah/ 1068 Masehi. Selain itu, muncul wabah penyakit yang dianggap paling lama di
Abad Pertengahan, mulai tahun 446 sampai 454 Hijriah. Wabah yang oleh ahli sejarah
disebut sebagai tahun-tahun paling berat itu disertai dengan perang di dalam negeri.
perang dalam negeri. Mesir pun kembali menjadi aman dan damai.
Al-Mustanshir menikahi putri Badr dan mendapatkan putra bernama Al-Musta’li. Ketika
wafat pada tahun 487 Hijriah/1094 Masehi setelah memerintah selama enam puluh tahun,
putra Mustanshir yang bernama Nizar mengklaim diri sebagai khalifah. Memang, sebelum
wafat Al-Mustanshir telah menunjuk dia sebagai putra mahkota. Namun, Al Afdhal bin Badr
al-Jamali yang mengganti ayahnya menjadi panglima perang lebih suka Al- Musta’li, yang
tidak lain keponakan Al-Afdhal sendiri. Hal itu menyebabkan Nizar terbunuh.
4
Kematian Nizar membuat anak-cucu Ismail terpecah menjadi dua kelompok, yaitu
Pada periode Al-Musta’li, Perang Salib dimulai di negeri Suriah. Kaum Salib menduduki
Baitul Maqdis pada tahun 493 Masehi/1099 Masehi. Setelah Al Musta’li masih ada beberapa
khalifah lagi pada Dinasti Fathimiyah. Ada yang berakhir diturunkan dari takhta dan ada pula
dan mendirikan Dinasti Ayyubiyyah pada tahun 564 Hijriah/1168 Masehi untuk Dinasti
Abbasiyah.2
1. Al-Mahdi (909-934 M)
2. Al-Qa'im (934-946 M)
3. Al-Manshur (946-952 M)
4. Al-Mu'izz (952-975 M)
5. Al-Aziz (975-996 M)
6. Al-Hakim (996-1021 M)
7. Al-Zhahir (1021-1035 M)
8. Al-Muntashir (1035-1094 M)
9. Al-Musta'li (1094-1101 M)
5
Pasca kematian Abdullah ibn Maimun, tampuk pimpinan dijabat oleh Abu Abdullah Al-
Barber yang bermukim di daerah Kagbyle untuk menjadi pengikut setia. Dengan kekuatan
ini, mereka menyeberang ke Afrika Utara dan berhasil mengalahkan pasukan Ziyadat Allah
selaku penguasa Afrika Utara saat itu. Syi'ah Ismailiyah mulai menampakkan kekuatannya
setelah tampuk pemerintahan dijabat oleh Sa'id ibn Husain Al-Ismailiyah yang menggantikan
menaklukkan Tunisia sebagai pusat kekuasaan daulah Aghlabiyah pada tahun 909 M. Sa'id
selama lebih kurang 25 tahun (904-934 M). Dalam masa pemerintahannya, Al-Mahdi
Alexandria, Sardania, Corsica, dan Balerick. Pada 904 M, Khalifah Al-Mahdi mendirikan
kota baru di pantai Tunisia yang diberi nama kota Mahdiyah yang didirikan sebagai ibukota
pemerintahan. Di Afrika Utara kekuasaan mereka segera menjadi besar. Pada tahun 909 M
mereka dapat menguasai dinasti Rustamiyah dan Tahert serta menyerang bani Idris di
Maroko.3
3
Fuji Rahmadi P, MA, DINASTI FATHIMIYAH DI MESIR (Analisa Pertumbuhan, Perkembangan dan
Pengaruhnya), hal : 426-427, 09:55 PM, 14-9-2020
6
Pada masa petumbuhan ini berada di bawah tiga Khalifah, yaitu Ubaidillah Al-Mahdi
(909-934 M), Al-Qaim (934-946 M), Al-Mansur (946-953 M) pada masa ini ibu kota Daulah
Tidak lama setelah berdiri Daulah Fatimiyah di Maroko (909 M) maka Abdurrahman III
yang memerintah Daulah Umyyah di Spanyol (921-961 M) tidak mau lagi memakai gelar
Sultan karena itu dia memproklamirkan diri pula memakai gelar Khalifah di Cordova setelah
Oleh sebab itu pada waktu yang bersamaan terdapat tiga Khalifah di dunia Islam,
Khalifah Daulah Abbasiyah di Baghdad, Khalifah Daulah Umayyah di Cordova dan Khalifah
Daulah Fatimiyah di Mesir satu sama lainnya tidak saling berhubungan di bidang politik
mereka ke Mesir untuk mempermudah pengaruh ke timur dan barat karena letak Mesir
jangan lepas dari wilayah pemerintahan mereka. Maka selama dua puluh tahun pertama dari
berdrinya Daulah Fatimiyah selalu terjadi pergolakan di antara dua pemerintahan tersebut
Pada tahun 1003 M/301 H, empat tahun setelah Ubaidillah Al-Mahdi berkuasa, dia
mengirim pasukan terdiri dari orang-orang Maroko dalam usaha hendak merebut Mesir yang
langsung dipimpin oleh anaknya Abu Al-Qasim yang dibantu oleh Panglima Al-Kuttam ibn
Akan tetapi Khalifah Daulah Abbasiyah Al-Muktadir mengirim pasukan dalam jumlah
besar di bawah pimpinan Muamis Al-Khadim dan dia dapat mengalahkan tentara Daulah
7
Fatimiyah di dekat Al-Jarirah. Pasukan Daulah Fatimiyah terpaksa mundur balik ke Maroko.
Usaha kedua, Pada tahun 1009M/307 H, enam tahun kemudian, Khalifah Al-Mahdi dari
Daulah Fatimiyah kembali mengirim pasukan di bawah pimpinan Abu Al-Qasim, dia juga
berhasil menaklukkan kota Iskandariyah dan Al-Jarirah, tetapi Daulah Abbasiyah mengirim
pasukan besar lagi di bawah pimpinan Muannis Al-Khadam, iapun berhasil mengalahkan
Usaha ketiga pada tahun 933 M/321 H Khalifah Al-Mandi kembali mengirim pasukan di
bawah pimpinan Al-Jaisy ibn Ahmad Al-Maghribi. Khalifah Daulah Abbasiyah mengirim
pasukan lagi di bawah pimpinan Ahmad ibn Thunghuj. Pertempuran sengit kembali terjadi
antara dua pasukan tersebut selama tiga tahun, dalam pada itu Khalifah Ubaidillah Al-Mahdi
Al-Qasim sebagai Khalifah kedua Daulah Fatimiyah mengirim pasukan tambahan tetapi
Daulah Ikhsyad yang pernah berkuasa di Mesir berpihak kepada Daulah Abbasiyah dan
pertumbuhan ini untuk merebut Mesir dari wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah, tetapi
pasukan tentara Daulah Abbasiyah lebih unggul dari mereka, selain itu penduduk wilayah
Mesir masih berpihak kepada Daulah Abbasiyah sehingga pasukan Daulah Fatimiyah selalu
8
Faktor ketidakberhasilan Khalifah Daulah Fatimiyah dalam penaklukan mereka ke Mesir
sebanyak tiga kali tersebut karena kurang memperhatikan situasi keamanan di dalam negeri
terlebih dahulu sebab keberhasilan ekspansi ditentukan oleh stabilitas keamanan dalam
Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar sekali, baik dalam
sistim pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang terlihat pada masa
Pada masa pemerintahan Fatimiyah, kepada Negara dipimpin oleh seorang imam atau
khalifah, para imam bagi fatimi memang sesuatu yang diwajibkan, ini merupakan
penerapan kekuasaan yang turun temurun, mulai dari Nabi Muhammad, Ali bin Abi
Thalib, kemudian selanjutnya di teruskan oleh para imam. Imamah ini diwariskan dari
seorang bapak kepada anak laki-laki yang paling tua dari keturunan mereka. Dan menjadi
syarat penting yang harus dipenuhi dalam pengangkatan seorang imam adalah adanya
nash atau wasiat khusus dari imam sebelumnya. Baik wasiat yang dikemukakan di
hadapan umat islam secara umum, atau hanya diketahui oleh orangorang tertentu
Para imam di Dinasti Fatimiyah, mereka anggap sebagai penjelmaan Allah di bumi,
meraka menjadikan Imam-imam sebagai tempat rujukan utama dalam syariat, dan orang
4
Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag, SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau,
2007), hal : 239-242
9
Selanjutnya dari segi politik juga Dinasti Fatimiyah membentuk wazir-wazir (wazir
tanfiz dan wazir tafwid). Wazir ini dibentuk pada masa Aziz billah pada bulan Ramadhan
(sekretaris), dewan barid (pos), dewan tartib (keamanan), dewan kharraj (pajak) dan lain-
pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir. Dalam
pelaksanaannya Khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spiritual. Pengakatan
dan pemecatan penjabat tinggi berada di bawah kontrol kekuasaan Khalifah. Menteri-
menteri wazir kekhalifahan dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok militer dan sipil.
Yang dibidangi oleh kelompok militer diantaranya: urusan tentara, perang, pengawal
rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang menyangkut keamanan. Yang
Selain dari penjabat di istana ini ada beberapa pejabat lokal yang diangkat oleh
Khalifah untuk mengelola bagian wilayah Mesir, Siria, dan Asia kecil. Ketentaraan
10
2. Para Opsir Jaga (satpam)
filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-pendapat Plato, Aristoteles dan
ahli-ahli filsafat lainnya. Kelompok ahli filsafat yang paling terkenal pada Dinasti
Fatimiyah adalah ikhwanu shofa. Dalam filsafatnya kelompok ini lebih cendrung
Beberapa tokoh filsuf yang muncul pada masa Dinasti Fatimiyah ini adalah :
a. Abu Hatim Ar-Rozi, dia adalah seorang da’i Ismaliyat yang pemikirannya lebih
banyak dalam masalah politik, Abu Hatim menulis beberapa buku dia ntaranya kitab
b. Abu Abdillah An-Nasafi, dia adalah seorang penulis kitab Almashul. Kitab ini lebih
tentang falak dan sifat alam dengan judul Kaunul Alam dan al-Kaunul Mujrof
c. Abu Ya’qup as Sajazi, ia merupakan salah seorang penulis yang paling banyak
tulisannya
f. Hamiduddin Al-Qirmani
11
3. Pendidikan dan Iptek
Seorang ilmuwan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub Ibnu
dinar perbulannya. Pada masanya, ia berhasil membesarkan seorang ahli fisika yang
bernama Muhammad Attamimi. Disamping Attamimi ada juga seorang ahli sejarah yang
bernama Muhammad Ibnu Yusuf Al Kindi dan Ibnu Salamah Al Quda’i. seorang ahli
sastra yang muncul pada masa Fatimiyah adalah Al Aziz yang berhasil membangun
masjid Al Azhar.
keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut Darul Hikam atau
Darul Ilmi yang dibangun oleh Al Hakim pada tahun 1005 Masehi.
Ilmu astronomi banyak dikembangkan oleh seorang astronomis yaitu Ali Ibnu Yunus
kemudian Ali Al Hasan dan Ibnu Haitam. Dalam masa ini kurang lebih seratus karyanya
lembaga yang sama yang didirikan oleh Al Makmun di Baghdad. Pada masa Al Muntasir
terdapat perpustakaan yang di dalamnya berisi 200.000 buku dan 2.400 Illuminated Al-
Qur’an ini merupakan bukti kontribusi Dinasti Fatimiyah bagi perkembangan budaya
Islam.
Mesir mengalami kemakmuran ekonomi dan fitalitas kultural yang mengungguli Irak
dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang dengan dunia non Islam dibina dengan
12
baik termasuk dengan India dan negeri-negeri mediterania yang beragama Kristen. Pada
suatu festival, Khalifah kelihatan sangat cerah dan berpakaian indah. Istana Khalifah
yang dihuni oleh 30.000 orang terdiri dari 1.200 pelayan dan pengawal juga terdapat
masjid-masjid, perguruan tinggi, rumah sakit dan pemondokan Khalifah yang berukuran
sangat besar menghiasi kota Kairo baru. Pemandian umum yang dibangun dengan baik
terlibat sangat banyak disetiap tempat di kota itu. Pasar yang mempunyai 20.000 toko
luar biasa besarnya dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh dunia. Keadaan ini
menunjukkan bahwa kemakmuran yang begitu berlimpah dan kemajuan ekonomi yang
pertanian di Mesir pada masa ini bisa dikelompokkan kepada dua sektor:
Mesir, kadang-kadang sungai nil ini menuai penyusutan air sehingga masyarakat merasa
kesulitan untuk mengambil air untuk diminum, untuk binatang ternak, maupun untuk
pengairan tanam-tanaman mereka, namun sebaliknya adakalanya sungai nil ini pasang
tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut mereka membuat gundukan-gundukan dari tanah
13
1. Musim dingin, (Bulan Desember sampai Bulan Maret) dengan aliran-aliran dari
selokan Sungai Nil, pada musim ini mereka biasa menanam gandum, kapas, dan
pohon rami.
2. Musim panas, (Bulan April sampai Bulan Juli) karena air Sungai Nil mulai surut,
maka mereka mengairi sawah ladang dengan mengangkat air dengan alat. Pada
musim ini mereka menanam padi, tebu, semangka, anggur, jeruk, dan lain-lain.
beberapa daerah seperti Asia, Eropa, dan daerah-daerah sekitar laut tengah. Pada masa
Dinasti Fatimiyah mereka menjadikan Kota Fustat sebagai kota perdagangan, dari sini
semua barang akan dikirim baik dari dalam maupun dari luar Mesir.
5. Sosial Kemasyarakatan
Pada waktu orang-orang Fatimiyah memasuki Mesir, penduduk setempat ada yang
beragama Kristen Qibty dan Ahlu Sunnah. Mereka hidup dalam kedamaian, saling
menghormati antara satu dengan yang lain. Boleh dikatakan tidak terjadi pertengkaran
antara suku, maupun agama. Masyarakatnya mempunyai sosialitas yang tinggi sesama
mereka.
6. Pemahaman Agama
Sesuai dengan asal usul Dinasti Fatimiyah ini adalah sebuah gerakan yang berasal
dari sekte syi’ah Ismailiyah, maka secara tidak lansung dinasti ini sebenarnya ingin
berbagai pertimbangan mereka tidak terlalu memaksa pemahaman ini harus di ikuti oleh
para penduduk, mereka bebas beragama sesuai dengan apa yang mereka yakini. Hal ini
14
dilakukan supaya mereka selalu mendapat dukungan dari rakyat demi berdirinya Dinasti
D. Masa Kemunduran
Pada masa kemunduran ini berada di bawah enam Khalifah, yaitu Al-Zafir (1021-1036
M). Al-Mustansir (1035- 1094 M), Al-Musta’li (1094-1101 M), Al-Amir (1101-1130 M), Al-
Hafiz (1130-1149), Al-Zafir (1149-1154 M), Al-Fa’iz (1154- 1160 M) dan Al-Adid (1160-
1171 M).
Di antara kebijakan yang diambil Khalifah Daulah Fatimiyah pada saat berkuasa di Mesir
adalah menyebarkan atau bahkan boleh dikatakan memaksakan faham Syi’ah Isma’ilyah
kepada penduduk.
Untuk itu, seluruh pegawai diwajibkan memeluk mazhab Syi’ah Isma’iliyah. Semua
Qadhi atau Hakim diwajibkan supaya mengeluarkan keputusan hukum yang sesuai dengan
mazhab Syi’ah Isma’iliyah kepada penduduk. Begitu pula kepada tiga Khalifah pertama,
yaitu Abu Bakar Shiddiq, Umar ibn Khattab dan Usman ibn Affan dicaci maki dan dicela
dihentikan segala bentuk caci maki yang ditujukan kepada tiga Khalifah pertama tersebut.
Pada akhirnya konflik Sunni Syi’ah ini dapat diselesaikan setelah Khalifah Al-Hakim
menyuruh menghapus segala celaan terhadap Khalifah yang tiga dan akan dihukum setiap
5
Nuraini H. A. Manan, Dinasti Fatimiyah Di Mesir (909-1172): Kajian Pembentukan dan Perkembangannya, hal
132-135, 18:47 PM, 15-09-2020
15
orang yang berani mencela mereka dan bersikap kasar pada mereka baik di jalan-jalan
rakyat yang menjadi bom waktu terjadinya perang pada saat yang tepat mereka bertekad
Kehancuran Daulah Fatimiyah ini sepeninggal Khalifah Al-Hakim para Khalifah yang
dilantik sesudahnya mereka telah tenggelam dalam kemewahan hidup sampai Khalifah
hidup duniawi sedangkan urusan pemerintahan mereka seerahkan kepada para Perdana
Menteri dan Perdana Menteri pun merongrong jabatan Khalifah karena mereka mengangkat
mereka.
Faktor luar karena mereka mengancam rakyat untuk menganut faham Syi’ah yang
menjadi mazhab mereka maka gubernur Iskandariyah Ibn Al-Silar menyerbu ke Kairo pada
saat itu menteri dijabat Najamuddin ibn Mishal. Terjadi bentrok dan peperangan di antara
dua pasukan tersebut. Demikianlah terjadi silih berganti perebutan kekuasaan, anehnya setiap
Tetapi faktor yang mempercepat kehancuran Dinasti Fatimiyah adalah Perang Salib
sebab pada saat Daulah Fatimiyah lemah orang Salib ingin menguasai Mesir. Mereka datang
hendak menyerbu Mesir pada saat memuncak konflik antara Daulah Fatimiyah dengan rakyat
di Mesir.
16
Dalam situasi genting begini terpaksa Khalifah Fatimiyah minta bantuan kepada
Nuruddin Zanki penguasa Syam dan Aleppo untuk membantunya memerangi orang Salib.
Nuruddin Zanki mengirim sejumlah tentara di bawah pimpinan Asaduddin Zanki. Pada tahap
ini terjadi perjanjian antara pasukan Asaduddin dengan pasukan Salib untuk sama-sama
Tetapi setahun kemudian orang Salib membatalkan perjanjian tersebut. Maka Nuruddin
kembali mengirim bantuan tentara dalam jumlah besar di bawah pimpinan Salahuddin al-
Ayyubi. Dia dapat memukul mundur pasukan tentara Salib dari Mesir. Pasukan tentara Salib
melarikan diri ke Syam. Untuk jasanya itu dia diangkat menjadi menteri besar di Mesir.6
6
Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag, SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau,
2007), hal : 250-253
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Fatimiyah berdiri pada tahun 909 hingga 1171 Masehi. Saat itu kondisi Dinasti
Abbasiyah di Baghdad melemah dan tidak mampu lagi mengatur daerah kekuasaannya yang
luas. Kelahiran dinasti ini dimulai dengan adanya gerakan dari cabang kaum Syi’ah
Dinasti Fatimiyah telah memberikan sumbangan peradaban yang besar bagi peradaban
banyak ilmuwan dengan didirrikannya Dar al-Hikmah dan Dar al-Ilmi dan keberadaan
Universitas al-Azhar sebagai pusat pengkajian ilmu yang masih terasa hingga kini.
serangan pasukan luar, melainkan juga masalah internal yang tidak dapat diselesaikan seperti
berkurangnya kesetiaan publik kepada penguasa yang dianggap berperilaku aneh, banyak
campur tangan para wazir akibat penguasa yang belum cukup umur.
18
DAFTAR ISI
Dar al-‘llm, Atlas Sejarah Islam, (Jakarta : Kaysa Media, Anggota IKAPI, 2011)
Perkembangannya
19