Anda di halaman 1dari 18

KHAZANAH ARSITEKTUR ISLAM

MAKALAH
DINASTI FATIMIYAH

Dosen Pembimbing :
Fathur Rohman, M. Ag (197311302005011005)

Disusun Oleh :
1. Raudatul Ilmi Saputri (09010320011)
2. Abyan Fahreza Addistya (090203200150
3. Alief Leevandra Satyadinoto (09020320019)
4. Umar Faidhur Rosyad (09020320043)
5. Zakiyatul Ilmiya (09040320073)

KELAS A
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Khazanah Arsitektur
Islam yang berjudul “Dinasti Fatimiyah” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Khazanah Arsitektur Islam.
Selain itu juga menambah wawasan tentang dinasti Fatimiyah dan peninggalan Arsitekturnya
bagi pembaca dan penulis. Makalah ini berisi tentang sejarah Dinasti Fatimiyah, Masa
Kejayaan, Masa kemunduran, Khalifah yang berpengaruh dan peninggalan arsitektur pada
masa itu.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Fathur Rohman selaku
dosen pengampu mata kuliah Khazanah Arsitektur Islam. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis Menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ini.

Surabaya, 17 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………….……….… 1
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... 3
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………... 4
C. Tujuan ………………………………………………………………………….. 4
BAB II : PEMBAHASAN .……………………………………………………………. 5
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Fatimiyah ………………………………………….. 5
B. Khalifah Dinasti Fatimiyah ……………………………………………………. 6
C. Masa Kejayaan Dinasti Fatimiyah …………………………………………….. 7
D. Masa Kemunduran …………………………………………………………… 12
E. Peninggalan Seni dan Arsitektur Dinasti Fatimiyah …………………………. 13
BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 909 Masehi, ketika Dinasti Abbasiyah melemah. Dinasti baru
terlahir di Afrika Utara yang bernama Dinasti Fatimiyah. Dinasti ini beraliran Syi’ah
dan berkedudukan di Mesir dan Afrika Utara yang jauh dari Bagdad.
Meskipun Dinasti ini termasuk Dinasti yang terbilang kecil daripada Dinasti
Umayyah dan Abbasiyah. Dinasti Ini didirikan oleh Sa’id Husain al-Salamiyah yang
bergelar “Ubaidillah al-Mahdi”. Tujuan Dinasti Fatimiyah adalah mengambil
kepercayaan umat Islam dengan berkata bahwa mereka adalah keturunan Fatimah,
putri Rasulullah dan Istri dari Ali bin Abi Thalib. Karena itu DInasti ini dinamakan
Dinasti Fatimiyah.
Meskipun banyak ketidak cocokan dengan kepercayaan yang kita anut dengan
kepercayaan dinasti Fatimiyah. Namun, Mereka memiliki peninggalan sejarah yang
patut diperhatikan, terutama di bidang Seni dan Arsitektur mereka yang mendunia dan
dipelihara hingga sekarang. Dinasti ini menghasilkan karya yang bernilai tinggi dalam
bidang seni dan Arsitektur. Tak kalah dengan Dinasti sebelumnya. Beberapa
peninggalan seperti kerajinan di bidang tekstil, keramik, Kayu, Logam, dan batu
kristal. Peninggalan - Peninggalan tersebut dibawa ke negeri barat terutama Eropa
seperti Italia, di sebabkan Perang Salib Saat itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dinasti Fatimiyah berdiri?
2. Siapa saja Khalifah yang memerintah Dinasti Fatimiyah?
3. Apa saja bidang - bidang yang berkembang pada masa kejayaan Dinasti
Fatimiyah?
4. Apa saja yang menyebabkan Dinasti Fatimiyah mengalami masa kemunduran?
5. Apa saja Peninggalan di Bidang Seni dan Arsitektur Dinasti Fatimiyah?

C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Berdirinya DInasti Fatimiyah di Afrika utara dan Mesir.
2. Mengetahui Khalifah yang memimpin Dinasti Fatimiyah.
3. Mengetahui Bidang-Bidang yang berkembang pada Masa Kejayaan DInasti
Fatimiyah.
4. Mengetahui Peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah,
5. Mengetahui dan mempelajari Bidang seni dan Arsitektur Dinasti Fatimiyah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Fatimiyah


Dinasti Fatimiyah berdiri pada tahun 909 hingga 1171 Masehi. Saat itu kondisi
Dinasti Abbasiyah di Baghdad melemah dan tidak mampu lagi mengatur daerah
kekuasaannya yang luas. Kelahiran dinasti ini dimulai dengan adanya gerakan dari
cabang kaum Syi’ah Imamiyah – yaitu Syi’ah Ismailiyah– yang bereaksi terhadap
khalifah-khalifah Abbasiyah yang mengadakan penyelidikan kepada kaum Syi’ah
Ismailiyah. Penyelidikan itu mengharuskan golongan yang setia kepada Ismail bin
Ja’far harus meninggalkan kota kecil di wilayah Hamah daerah Syria menuju Afrika
Utara.
Kaum Syi’ah Ismailiyah itu sendiri muncul karena berselisih paham dengan
Syi’ah Imamiyah tentang imam yang ketujuh. Menurut kaum Imamiyah, imam yang
ketujuh adalah Putra Ja’far yang bernama Musa al-Kazhim, sedangkan menurut
Ismailiyah imam yang ketujuh adalah Putra Ja’far yang bernama Isma’il. Sehingga
meskipun Ismail sudah meninggal, kaum Isma’iliyah tidak mau mengakui penobatan
Musa al-Kazhim sebagai imam. Menurut mereka hak atas Ismail sebagai imam tidak
dapat dipindahkan kepada yang lain walaupun sudah meninggal.
Sejak pemimpin ketujuh mereka, Ismail meninggal, aktivitas aliran Ismailiyah
dimulai. Di sini `mereka mulai melancarkan propaganda politik untuk memperoleh
dukungan rakyat. Gerakan ini dipimpin oleh seorang orator handal Ismailiyah
bernama Abu Abdullah, yang dikenal dengan sebutan al-Syi’i. Propaganda mereka
meliputi: akan memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial kemasyarakatan,
munculnya al-Mahdi yang akan membebaskan rakyat dari penindasan dan teror,
menyatakan bahwa mereka akan lebih dekat kepada Nabi dari pada Dinasti Umayyah
dan Abbasiyah.
Setelah memperoleh banyak dukungan dan berhasil menegakkan pengaruhnya
di Afrika Utara, Abu Abdullah al-Husain menobatkan Sa’id ibn Husain al-Salamiyah
sebagai penggantinya. Selanjutnya Sa’id berhasil merebut kekuatan dan berhasil
mengusir penguasa dinasti Aghlabiyah yang terakhir yaitu Ziyadatullah III dari
Tunisia disusul dengan pendudukannya pada tahun 909 M. Inilah awal berdirinya
Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Sa’id Husain al-Salamiyah
yang bergelar “Ubaidillah al-Mahdi”.
Dengan demikian resmilah berdiri sebuah dinasti baru yang bernama Dinasti
Fatimiyah dengan Ubaidillah al-Mahdi sebagai khalifah pertama, pendukung
Ubaidillah adalah suku-suku Barbar yang berpindah-pindah, yang juga telah menjadi
pengikut Syi’ah Ismailiyah. Mereka bersikap melawan kaum Aghlabiyah yang terdiri
dari suku bangsa Arab aliran sunni dan terikat dengan penguasa Abbasiyah. Suku
Barbar ini berpotensi untuk memberontak terhadap penguasa di Baghdad, karena
masih satu keturunan dengan penguasa Bani Umayyah yang digulingkan Bani
Abbasiyah di Baghdad.
Itulah alasan mengapa Tunisia dijadikan basis untuk membangun kekuasaan
dunia Islam baru, guna menggeser kekuasaan Abbasiyah. Di Afrika Utara, kekuasaan

5
mereka segera menjadi besar. Tahun 909 mereka dapat menguasai Dinasti
Rustamiyah dan menyerang Bani Idrisiyah yang sedang menguasai Maroko. Perang
antar daerah kekuasaan Islam antar dinasti menjadi fenomena yang tidak dapat
diselesaikan oleh Abbasiyah sebagai rezim yang berkuasa.
Fokus Dinasti Fatimiyah yang pertama adalah mengambil kepercayaan umat
Islam bahwa mereka adalah keturunan Fatimah, putri Rasulullah dan Istri dari Ali bin
Abi Thalib. Para khalifah Fatimiyah merujuk asal-usul mereka kepada pasangan
suami istri ini. Sebagaimana diketahui, dinasti ini berakar pada Syi’ah Ismailiyah,
para pengikutnya mengharapkan kemunculan Imam al-Mahdi.
Mereka mengakui diri mereka adalah keturunan Nabi melalui Ali dan Fatimah
lewat garis Ismail putra Ja’far al-Shadiq. Namun kalangan Sunni menolak asal-usul
tersebut dan biasanya mereka menyebut Dinasti Ubaidi yang keturunan Ubaidillah,
khalifah pertama Dinasti Fatimiyah, bahkan ada yang menuduh mereka keturunan
Yahudi, sebagaimana tuduhan kepada Ubaidillah secara pribadi.
Walaupun berambisi untuk mengalahkan kekuasaan Daulah Abbasiyah,
Fatimiyah tidak menyerang Baghdad, mereka malah terus meningkatkan propaganda
dan berusaha untuk menduduki Mesir. Ketika Dinasti Fatimiyah dipimpin oleh
Khalifah al-Mu’iz, Mesir sedang berada dalam kondisi kacau dan lemah.
Melihat hal tersebut, maka pada tahun 969, Jauhar atas perintah khalifah
menyerbu Fusfat, yang merupakan titik pertahanan paling lemah. Segera setelah itu,
dia menyatakan Mesir sebagai benteng kekuatan Ismailiyah.
Setelah Mesir dapat dikuasai, maka fokus politik Dinasti Fatimiyah selanjut
adalah mendirikan ibu kota baru yang terletak di Fusfat bagian Utara, yang mereka
sebut dengan al-Qahirah, yang berarti sang penakluk. Sejak itu penampilan Fusfat
semakin cemerlang dan mampu menjadi pesaing Kota Baghdad sebagai pusat
peradaban maupun pemerintahan di Timur Tengah. Disamping itu, dinasti ini juga
berupaya untuk menyebar luas ideologi Fatimiyah ke Palestina, Syiria dan Hijaz.
Keberadaan Dinasti Fatimiyah berbeda dengan dinasti-dinasti kecil lainnya.
Dinasti Fatimiyah mengklaim diri sebagai kekhalifahan yang memegang pimpinan
politik dan spiritual tertinggi. Mereka tidak mengaku bagian dari Abbasiyah, mereka
melepaskan diri dari Baghdad, tidak hanya dari segi politik, tetapi juga spiritual.
Sementara dinasti-dinasti kecil lainnya walaupun secara politik melepas dari dinasti
Abbasiyah, namun secara spiritual mereka tetap terikat. Inilah yang membedakan
Dinasti Fatimiyah dengan dinasti-dinasti lokal lainnya.

B. Khalifah Dinasti Fatimiyah


Dinasti Fatimiyah berkuasa selama 262 tahun, dari tahun 297 H/ 909 M
sampai tahun 567 H/ 1171 M. Selama itu berkuasa 14 orang khalifah, yaitu:
1. ‘Ubaidillah al Mahdi (909-934 M), pendiri Dinasti Fatimiyah.
2. Al-Qa’im (934-946 M)
3. Al-Manshur (946-952 M)
4. Al-Mu’izz (952-975 M), Mesir ditaklukkan semasa pemerintahannya.
5. Al-‘Aziz (975-996 M)
6. Al-Hakim (996-1021 M)

6
7. Al-Zhahir (1021-1035 M)
8. Al-Mustansir (1035-1094 M)
9. Al-Musta’li (1094-1101 M)
10. Al-Amir (1101-1130 M)
11. Al-Hafizh (1130-1149 M)
12. Al-Zhafir (1149-1154 M)
13. Al-Faiz (1154-1160 M)
14. Al-‘Adhid (1160–1171 M)

C. Masa Kejayaan Dinasti Fatimiyah


1. Keadaan Politik
Pada masa Dinasti Fatimiyah, terutama pada waktu kekuasaan Abu
Manshur Nizar al-Aziz, kehidupan masyarakat selalu diliputi oleh kedamaian.
Hal ini merupakan imbas dari keadaan pemerintahan yang damai. Al-Aziz
adalah khalifah Fatimiyah yang kelima sejak berdirinya dinasti ini di Tunisia,
dan khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir.
Simbolisme istana yang penting diekspresikan dalam upacara, kesenian
arsitektur, dan agama Islam. Di dalam istana terdapat sebuah ruangan besar
untuk mengajarkan keyakinan Ismailiyah. Para hakim, misionari, qari al-
Quran, dan imam shalat secara reguler hadir dalam berbagai upacara di dalam
istana.
Periode ini menandai munculnya era baru dalam sejarah bangsa Mesir,
yang untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, menjadi penguasa absolut
dengan kekuatan besar dan penuh yang didasarkan atas prinsip keagamaan.
Usaha untuk menegakkan penyatuan kepemimpinan agama dan politik jelas
terlihat. Prinsip kepemimpinan yang mengharuskan seorang imam harus
menjadi sosok yang adil, yang bisa menjauhkan umat dari siksaan, suara
kebenaran, yang bersinar seperti matahari dan bercahaya seperti bintang, dan
menjadi pilar agama, rizki, dan kehidupan manusia, telah berhasil
menjalankan popularitas sang khalifah. Nama sang khalifah senantiasa
disebut-sebut dalam khutbah-khutbah Jumat di sepanjang wilayah
kekuasaannya yang membentang dari Atlantik hingga Laut Merah, di Yaman,
Mekah, Damaskus, dan bahkan di Mosul.
Di bawah kekuasaan al-Aziz, Fatimiyah berhasil mendapatkan tempat
tertinggi sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur. Ia telah
berhasil menjadikan negaranya sebagai lawan tangguh bagi kekhalifahan
Abbasiyah di Baghdad.
Strategi promosi Fatimiyah yang gencar dilakukan untuk
mengagungkan agama diwujudkan dengan memasyarakatkan pemuliaan
terhadap keluarga Ali. Pemuliaan terhadap imam yang masih hidup
disejajarkan dengan pemuliaan terhadap kalangan syuhada dari keluarga nabi.
Pemerintah membangun sejumlah bangunan makam keluarga Ali untuk
meningkatkan kegiatan peziarahan.

7
Selain berhasil mewujudkan kemakmuran, strategi lain yang
dijalankannya adalah memberikan toleransi yang tak terbatas kepada umat
Kristen. Keadaan ini sama sekali tidak pernah dirasakan oleh masyarakat pada
periode-periode sebelumnya.
2. Bidang Sosial
Mayoritas khalifah Fatimiyah bersikap moderat dan penuh perhatian
kepada urusan agama non muslim. Selama masa ini, pemeluk Kristen Mesir
diperlakukan secara bijaksana, hanya khalifah al-Hakim yang bersikap agak
keras terhadap mereka. Orang-orang Kristen Koptik dan Armenia tidak pernah
merasakan kemurahan dan keramahan melebihi sikap pemerintah Muslim.
Pada masa al-Aziz bahkan mereka lebih diuntungkan daripada umat
Islam dimana mereka ditunjuk menduduki jabatan-jabatan tinggi di istana.
Demikian pula pada masa al-Muntashir dan seterusnya, mereka hidup penuh
kedamaian dan kemakmuran. Sebagian besar jabatan keuangan dipegang oleh
orang-orang Kopti.
Pada khalifah generasi akhir, gereja-gereja Kristen banyak yang
dipugar, pemeluk Kristen pula banyak yang diangkat sebagai pegawai
pemerintahan. Demikian semua ini menunjukkan kebijaksanaan penguasa
Fatimiyah terhadap kaum kristiani.
3. Sistem Administrasi
Sistem administrasi pemerintahan Dinasti Fatimiyah tidak begitu
berbeda dengan sistem administrasi Abbasiyah, sekalipun pada masa ini
muncul beberapa jabatan yang berbeda. Khalifah menjabat sebagai kepala
negara baik dalam urusan keduniaan maupun spiritual. Khalifah berwenang
mengangkat dan sekaligus menghentikan jabatan-jabatan di bawahnya.
Administrasi internal kerajaan dibentuk oleh Ya’kub ibn Killis yang
wafat tahun 991 M, seorang wazir atau menteri pada kekhalifahan al-Mu’iz
dan al-Aziz. Yakub adalah seorang Yahudi yang masuk Islam. Berkat
kecakapannya dalam bidang administrasi, ia berhasil meletakkan dasar-dasar
ekonomi sehingga Dinasti Fatimiyah mencapai kemakmuran pada awal
pemerintahannya.
Pengelolaan negara dilakukan dengan mengangkat para menteri.
Fatimiyah membagi kementrian menjadi dua kelompok yaitu: pertama,
kelompok militer yang terdiri atas tiga jabatan pokok: (1) Para amir, yang
terdiri atas para perwira tertinggi dan para pengawal khalifah; (2) Para perwira
istana yang terdiri atas para ahli (ustadz) dan para kasim; (3) Komando-
komando resimen yang masing-masing menyandang nama berbeda seperti
Hafidziyah, Jususyiyah, Sudaniyah, atau yang disebut dengan nama khalifah,
wazir, atau suku.
Para wazir atau menteri juga terdiri atas beberapa kelas, yang tertinggi
adalah menteri keamanan yang mengatur tentara dan urusan perang, kemudian
menteri dalam negeri, menteri urusan rumah tangga yang menyambut tamu-
tamu kehormatan utusan luar negeri, dan yang terakhir adalah menteri
sekretaris negara yang terdiri atas para qadhi yang juga menjadi kepala

8
percetakan uang; menteri pengawas pasar yang mengawasi ukuran dan
timbangan dalam Tingkatan pegawai yang paling rendah adalah para pegawai
di departemen sekretariat negara yang terdiri atas para pegawai sipil, termasuk
para pedagang dan sekretaris dari berbagai departemen. Selain pejabat pusat,
di setiap daerah terdapat pejabat setingkat gubernur yang diangkat oleh
khalifah untuk mengelola daerahnya masing-masing. Administrasi
pemerintahan dikelola oleh pejabat setempat.
4. Perkembangan Ekonomi
Dalam membahas masalah perkembangan ekonomi akan dibicarakan
mengenai kehidupan masyarakat dan keadaan negara dilihat dari kemajuan
ekonomi dan kemakmurannya. Seperti yang telah disinggung di awal,
masyarakat pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah hidup dengan damai.
Kekuasaan rezim Syi’ah tetap memberi toleransi kepada masyarakat, baik
kepada golongan Koptik maupun kepada masyarakat umum yang bermazhab
Sunni.
Sebenarnya masa keemasan dalam sejarah dinasti ini di Mesir dimulai
pada periode al-Mu’iz dan mencapai puncaknya pada periode al-Aziz, tetapi
pada periode sesudahnya yaitu masa al-Munthashir masih menunjukkan
bahwa Mesir merupakan negara Islam paling maju.
Khalifah al-Aziz hidup di kota Kairo yang mewah dan gemerlap,
dikelilingi beberapa masjid, istana, jembatan, dan kanal-kanal yang baru
dibangun. Pada prosesi ibadah, misalnya idul fitri, dia biasa berkeliling dengan
pasukannya dengan memakai pakaian berornamen brokat dan dilengkapi
dengan pedang dan sabuk emas. Tenda yang dipakai oleh khalifah dihiasi
mutiara.
Kegemilangan Mesir pada masa al-Muntashir ini dapat tergambar
sebagaimana dideskripsikan oleh Nasir al-Khusrawi, salah seorang
pengembara Ismailiyah berkebangsaan Persia yang mengunjungi Mesir antara
tahun 1046-1049 M. Ia menyaksikan khalifah pada sebuah festival tampak
sangat mempesona dengan pakaian kebesarannya.
Istana khalifah dihuni 30.000 orang, di antara mereka terdapat 12.000
orang pelayan dan 1.000 orang pengawal berkuda dan pengawal jalan kaki.
Khalifah muda yang dilihatnya pada sebuah perayaan menunggangi kuda,
dinaungi oleh pelayan dengan payung yang dihiasi batu-batu mulia. Di tepi
Sungai Nil terdapat tujuh buah perahu berukuran 150 kubik dengan 60 tiang
pancang sedang berlabuh.
Khalifah memiliki 20.000 rumah di ibu kota, hampir semuanya
dibangun dengan batu bata, dengan ketinggian hingga lima atau enam lantai.
Ia juga memiliki ribuan toko yang masing-masing bisa menghasilkan dua
hingga sepuluh dinar per bulan. Jalan-jalan utama diberi atap dan diterangi
lampu. Para penjual toko menjual dengan harga yang telah ditetapkan.
Jika ada seorang pedagang yang curang, ia akan dipertontonkan di
sepanjang jalan kota sambil membunyikan lonceng dan mengakui
kesalahannya. Bahkan begitu amannya kota, toko perhiasan atau tempat

9
penukaran uang tidak pernah dikunci saat ditinggal oleh pemiliknya. Kota
Fusthat memiliki tujuh masjid besar; Kairo memiliki delapan buah.
Seluruh kota merasakan ketenangan dan kemakmuran dengan
ungkapannya yang antusias, “Bahkan aku tidak bisa memperkirakan kekayaan
kota ini, dan tidak pernah sekalipun aku melihat satu tempat yang lebih
makmur dari kota ini.”
Khalifah al-Muntashir hidup dalam kemewahan dan kesenangan. Dia
mewarisi harta yang berlimpah dari para pendahulunya. Kekayaan khalifah
terbukti dengan ditemukannya warisan harta sangat berharga yang tersebar di
antara tentara-tentara Turki berupa vas-vas kristal, piring-piring berlapis emas,
tempat tinta yang terbuat dari gading dan kayu eboni, gelas-gelas berbahan
gading, cermin-cermin dari baja, payung dengan gagang terbuat dari emas dan
perak, papan catur dengan bidak terbuat dari emas dan perak, belati berhiaskan
mutiara, dan pedang-pedang berukir indah.
5. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dinasti Fatimiyah memiliki perhatian besar terhadap ilmu
pengetahuan. Khalifah al-Aziz sendiri adalah seorang penyair dan sangat
menyenangi pendidikan. Pada masanya dikembangkanlah Masjid Agung al-
Azhar menjadi universitas sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua.
Khalifah al-Hakim melakukan pembangunan pusat pembelajaran Dār
al-Hikmah (rumah kebijaksanaan) dan Dār al-‘Ilm (rumah ilmu) pada tahun
1005 yang melakukan pengkajian ilmu-ilmu keislaman, astronomi, dan
kedokteran. Dia menyediakan dana yang besar untuk mengembangkan
institusi ini, diantaranya digunakan untuk menyalin berbagai naskah,
memperbaiki buku, dan pemeliharaan umum lainnya. Bangunan tersebut
ditempatkan berdekatan dengan istana kerajaan. Di dalam bangunan itu
terdapat sebuah perpustakaan dan ruang-ruang pertemuan.
Al-Hakim juga membangun sebuah observatorium karena
ketertarikannya pada perhitungan-perhitungan astrologi. Alat untuk mengukur
tanda-tanda zodiak yang terbuat dari tembaga didirikan oleh al-Hakim di atas
dua menara.
Beberapa tokoh ilmuwan yang terkenal pada masa ini di antaranya ‘Ali
ibn Yunus. Dia adalah seorang astronom paling hebat yang menciptakan tabel
astronomi. Juga ada Abu ‘Ali al-Hasan ibn al-Haitsam (bahasa Latin, Alhazen)
yang merupakan peletak dasar ilmu fisika dan optik. Ia menulis tidak kurang
dari seratus karya yang meliputi bidang matematika, astronomi, filsafat, dan
kedokteran.
Karya terbesarnya adalah Kitāb al-Manāzhir mengenai ilmu optik.
Kitab ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu optik dan menjadi
rujukan utama hampir semua penulis tentang optik pada Abad Pertengahan.
Tokoh lainnya adalah ‘Ammar ibn ‘Ali al-Maushili yang menghasilkan karya
al-Muntakhab fi ‘Ilaj al-‘Ain (Karya Pilihan tentang Penyembuhan Mata) dan
Ibn ‘Isa yang menghasilkan karya Tadzkirah. Dalam karya ‘Ammar ini

10
dijelaskan dasar-dasar operasi katarak yang merupakan penemuannya yang
berharga dalam bidang kesehatan.
Dalam perkembangan berikutnya, pada masa al-Muntashir, terjadilah
kemunduran dalam bidang ilmu pengetahuan dengan banyaknya buku-buku
yang hilang dari perpustakaan kerajaan yang telah didirikan sejak masa
al-‘Aziz yang ketika itu memiliki kurang lebih 200.000 buku dan 2.400 Al-
Qur’an. Berkurangnya koleksi perpustakaan ini sebagai akibat peristiwa
perebutan rampasan perang pada tahun 1068. Naskah-naskah berharga itu
digunakan sebagai bahan bakar untuk membakar rumah-rumah dan kantor-
kantor orang Turki.
6. Perkembangan Seni dan Arsitektur
Seni dan arsitektur pada masa Fatimiyah menghasilkan karya yang
bernilai sangat tinggi berupa berbagai kerajinan, baik di bidang tekstil,
keramik, benda seni dari kayu, benda logam, dan batu kristal. Pada produk
tekstil kita bisa menemukan motif-motif hewan dengan pose konvensional.
Beberapa contohnya ditemukan di Barat yang dibawa ke sana pada masa
Perang Salib.
Seni keramik masa ini mengikuti pola-pola Iran. Beberapa contoh
produk keramiknya merupakan bukti kemunculan pertama keramik ala Cina di
wilayah Arab Timur. Produk keramik yang dibuat oleh orang-orang Mesir
sangat bagus dan menakjubkan.
Benda seni dari kayu adalah berupa papan-papan kayu berukir yang
digambari lukisan beberapa makhluk hidup seperti rusa yang diserang oleh
monster, kelinci yang diterkam oleh elang, dan beberapa pasang burung yang
saling berhadapan.
Seperti juga pada produk kayu, koleksi perunggu memperlihatkan hal
yang sama. Kebanyakan produknya berupa cermin atau pedupaan. Koleksi
perunggu yang paling terkenal adalah patung griffin dengan tinggi 40 inch,
yang sekarang berada di Pisa.
Benda kristal dinasti Fatimiyah menurut pakar sejarah seni di situs
simerg.org merupakan salah satu mahakarya peradaban Islam paling indah.
Ornamen yang ditampakkan pada batu kristal tersebut menunjukkan karya
seni dengan citarasa yang tinggi. Salah satu ciri khasnya adalah bentuk-bentuk
batu kristal yang umumnya mengambil model ikan sebagai simbol kehidupan.
Banyak juga yang berisi tulisan dari Imam-imam Syi’ah Isma’iliyah.
Salah satu peninggalan yang terkenal terdapat di Basilica Venesia yang berisi
tulisan al-Aziz yang hidup sekitar tahun 975-996 Masehi. Batu kristal lainnya
berisi tulisan Imam al-Hakim yang berada di Cathedral of Fermo, Italia.
Berbagai benda kuno berupa keramik dan kristal peninggalan Dinasti
Fatimiyah pada tahun 2004 ditemukan di dalam kapal karam berusia 1000
tahun di Pantai Utara Cirebon. Sekitar 271.381 benda kuno yang
menghebohkan publik Indonesia tersebut dilelang oleh Kementrian Kelautan
RI pada 5 Mei 2010 yang kemungkinan nilai jualnya mencapai 750 milyar
sampai triliunan rupiah.

11
Seni arsitektur publik Fatimiyah merupakan bentuk pengembangan
dari aspek-aspek seremonial istana kerajaan. Ibu kota Fatimiyah, al-Qahirah
atau Kairo yang dibangun pada tahun 969 M, merupakan sebuah kota kerajaan
yang dirancang sebagai wujud bagi kebesaran kerajaan. Masjid Agung al-
Azhar dan al-Hakim dibangun dengan sejumlah menara dan kubah yang
melambangkan sifat ketinggian para imam dan mengingatkan pada Kota Suci
Makkah dan Madinah. Bagian tengah al-Azhar dibangun dengan batu bata
yang memiliki sudut mihrab.
Masjid al-Hakim memiliki kopula dari tembok yang menyokong
sebuah tambur besar berbentuk segi delapan di atas ruangan shalati. Di Masjid
al-Aqmar ditemukan ciri khas arsitektur Islam yaitu ceruk stalaktit. Tiang
masjid ini menampilkan desain kaligrafi bergaya Kufi yang kubus dan tegas.
Ciri khas lain yang menjadi tradisi pada masa ini adalah bangunan makam
para pendiri masjid yang dihubungkan dengan masjid. Selain bentuk
bangunan, kemegahan gedung-gedung periode Fatimiyah dilengkapi juga
dengan pintu-pintu gerbang berukuran sangat besar yang dibangun oleh
arsitek-arsitek dengan rancangan ala Bizantium.

D. Masa Kemunduran Dinasti Fatimiyah


Faktor-faktor penyebab kemunduran dinasti Fatimiyah adalah akumulasi dari
masalah-masalah yang bermunculan khususnya di masa paruh kedua, di mana suatu
faktor dapat menyebabkan faktor-faktor yang lain. Di antara faktor-faktor yang paling
menonjol adalah sebagai berikut:
Pertama, melemahnya para khalifah, khususnya sejak al-Mustansir, ia adalah
urutan khalifah yang ketujuh. Jika seluruh khalifah Fatimiyah berjumlah 14 orang,
maka, dapatlah dikatakan bahwa tujuh khalifah yang pertama kuat-kuat, sedang tujuh
berikutnya rata-rata lemah. Kelemahan ini disebabkan karena sewaktu dinobatkan
menjadi khalifah usia mereka masih sangat muda, seperti khalifah-khalifah: Al-Hakim
berusia sebelas tahun, al-zahir berusia enam belas tahun, al-Amir disebut masih
“berusia hijau”, al-Zafir berusia tujuh belas tahun, al-Faiz dikatakan “berusia balita”,
dan al-Azid, khalifah terakhir, dinobatkan dalam usia sembilan tahun.
Lemahnya para khalifah ini menyebabkan tampilnya “orang-orang kuat” dan
berpengaruh sebagai pemegang kekuasaan yang sebenarnya, dan khalifah hanya
sebagai boneka. “Orang-orang kuat” itu misalnya, Berjalan, seorang gubernur Al-
Hakim, Sitt al-Mulk, bibi Al-Zahir, dan Al-Afzal perdana menteri Al-Amir.
Tampilnya “orang-orang kuat” ini mengakibatkan kecemburuan di pihak saudara-
saudara para khalifah, dan membuat keadaan pemerintahan diktator dan tidak stabil.
Di samping itu, lemahnya para khalifah disebabkan oleh intrik di sekitar istana
sendiri yang bersumber pada perasaan tidak adil jika terjadi pengangkatan khalifah
berdasarkan “kelompok kepentingan” yang kuat, dan bukan berdasarkan suatu sistem
atau melalui wasiat. Sebagai contoh, Nizar, kakak Al-Musta’li, merasa kecewa berat
karena Al-Musta’li, adiknya itu, diangkat menjadi khalifah pengganti bapaknya Al-
Mustanshir yang wafat.

12
Ia merasa bahwa dia adalah yang lebih berhak untuk jabatan itu daripada
adiknya. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi gerakan oposisi terhadap adiknya
yang dikenal dengan gerakan Assasin yang dipimpin oleh Al-Hasan bin al-Sabah.
Gerakan ini belakangan berhasil membunuh dua orang khalifah, Al-Musta’li dan Al-
Amir.
Kedua, perpecahan dalam tubuh militer. Dalam tubuh militer terdapat tiga
unsur kekuatan. Pertama, unsur bangsa Barbar yang sejak sangat awal ikut berjuang
mendirikan Dinasti Fatimiyah. Kedua, unsur bangsa Turki yang berhasil masuk
karena didatangkan oleh khalifah Al-Aziz. Ketiga, unsur kekuatan bangsa Sudan yang
didatangkan oleh khalifah Al-Mustanshir. Tiga faksi ini selalu bersaing dan sesekali
terlibat dalam peperangan antar mereka.
Peperangan terbuka yang paling dahsyat adalah peperangan antara unsur Turki
dan unsur Barbar. Sedang khalifah yang lemah tidak mampu berbuat apa-apa. Hal ini
menyebabkan kontrol militer terhadap wilayah-wilayah menjadi lemah. Akhirnya,
wilayah-wilayah dinasti yang demikian luas menjadi berkurang secara berangsur-
angsur karena melepaskan diri atau dikuasai oleh dinasti yang lain.
Ketiga, bencana alam. Kekeringan yang melanda Mesir di samping
menimbulkan penderitaan rakyat karena kelaparan, wabah penyakit, perampokan dan
lainnya, juga, bagi negara, menyebabkan lumpuhnya perekonomian agraris yang
hasilnya justru merupakan sumber devisa utama Mesir. Kekurangan pangan yang
melanda Mesir, memaksa khalifah meminta bantuan kepada Konstantin Monomachus
untuk mengirim bahan-bahan makanan ke Mesir.
Kelemahan yang menyebabkan terjadinya kemunduran dalam dinasti
Fatimiyah, pada gilirannya memancing datangnya serangan dari pihak luar, yakni
panglima Shalahuddin dari dinasti Ayyubiyah. Karena prestasinya dalam Perang
Salib, maka ia mudah mendapatkan simpati masyarakat luas yang akhirnya dapat
menaklukan dinasti Fatimiyah dengan mudah pula.

E. Peninggalan Seni dan Arsitektur Dinasti Fatimiyah


1. Tipologi Bangunan
Tipologi Arsitektur dinasti ini meski sangat terpengaruh oleh arsitektur
Mesopotamia dan Byzantium, Fatimiyyah telah memperkenalkan atau
mengembangkan fitur unik seperti lengkungan kurawal yang berpusat pada
empat dan kubah sudut, yang menghubungkan volume interior persegi ke
kubah. Masjid mereka mengikuti rencana ruang lorong, dimana halaman
tengah dikelilingi oleh arcade dengan atapnya yang biasanya didukung oleh
lengkungan kurawal, awalnya bertumpu pada kolom dengan ibu kota Korintus
yang rimbun. Mereka biasanya memiliki fitur seperti portal yang menonjol
dari dinding, kubah di atas mihrab dan kiblat, dan hiasan fasad dengan prasasti
ikonografi, dan dekorasi plesteran. Kayu pintu dan interior bangunan sering
diukir dengan halus. Fatimiyah juga membuat perkembangan yang cukup
besar menuju bangunan makam. Mashad, sebuah kuil yang memperingati
keturunan Nabi Muhammad, adalah tipe karakteristik arsitektur Fatimiyah

13
2. Morfologi Bangunan
Masjid Agung Mahdiya, dibangun di Mahdia, Tunisia pada 916 M
( 303 - 304 di kalender islam ), dengan platform buatan " direklamasi dari laut
" seperti yang disebutkan oleh ahli geografi Andalusia Al - Bakri, setelah
berdirinya kota pada tahun 909 oleh imam Kekhalifahan Fatimiyah pertama,
Abdullah al - Mahdi Billah.
● Memiliki lorong melintang yang sejajar dengan dinding kiblat, dengan
sembilan gang di sudut kanan ke arah melintang.
● Memiliki inovasi bentukan yang mencolok dalam desain bagian muka
masjid seperti di istana al - Qaim, pintu masuk menjadi elemen
arsitektur mencolok
● Teras yang besar diusung dengan lengkungan tapal kuda, terdapat 2
relung dengan lengkungan tapal kuda di kedua sisi teras. Relung yang
lebih rendah berdinding belakang datar dan relung atas berdinding
setengah lingkaran.

3. Filosofi Bangunan
Arsitektur Fatimiyah merupakan gaya arsitektur yang berkembang
dalam kekhalifahan fatimiyah ( 909 – 1167 M ) yang dimana menggabungkan
unsur unsur arsitektur timur dan barat yaitu gaya arsitektur Abbasiyah,
Bizantium, Mesir Kuno, Koptik, dan Tradisi Afrika Utara.
Salah satu jenis arsitektur yang menarik disini ialah Arsitektur Mesir
Kuno, karena mesir menjadi kiblat arsitektur kubah pertama dalam sejarah.
Salah satu bangunan yang sangat terkenal memiliki gaya ini yaitu Masjid Al –
Azhar. Pembangunan masjid ini dilakukan pada tahun 970 yang dirancang
sebagai pusat pembinaan kaum muslim, pemberian nama Al – Azhar
berhubungan erat dengan Dinasti Fatimiyah yang dikarenakan masjid ini
symbol bagi Fatimah Az-Zahraa radliyallahu anha putri Nabi Muhammad
SAW.
4. Struktur Bangunan
● Keel : bentuk kubah melengkung yang halus dan bergaris
● Muqarnas : dinding dekorasi yang menyerupai stalaktit yang terdiri
dari 4 unit ceruk
● Squinch : sudut berbentuk persegi sebagai penyanggah kubah
● Pendentive : sudut berbentuk melengkung pada penyanggah kubah
5. Arsitek Dinasti Fatimiyah
● Khalifah Pertama, Ubaidillah al Mahdi (909-934 M), Yang
membangun MAsjid Agung Mahdiya di Tusinia
● Jawhar al-Siqilli, komandan tentara Fatimiyah membangunan masjid Al-
Azhar pada tahun 970 M. Yang sekarang dikenal sebagai Universitas Al-
Azhar.
● Dua wanita Bangsawan yang tidak disebutkan Namanya merancang
masdid Qarafa

14
● Badr al-Jamali, "Amir al Juyush" (Panglima Angkatan) Fatimiyah yang
membangun Masjid Al-Hakim, dan Masjid Juyusi. Serta dia juga yang
memerintahkan untuk membangun benteng Kairo.

6. Bangunan Peninggalan Dinasti Fatimiyah


1) Masjid Al-Azhar
Masjid yang dibangun tahun 359 H / 970 M lebih dari 1000 tahun
berdiri, masjid ini dibangun di sebelah tenggara kota kairo yang
dimana berdekatan dengan istana besar yang waktu itu ada diantara
daerah Ad-Daylam sebelah timur dan Daerah At-Turk sebelah selatan.
● Bangunan awal dari masjid ini hanya terbentuk satu bangunan
yang terbuka di bagian tengahnya (dalam bahasa Arab disebut
Sohn, meniru arsitektur Masjid Al-Haram)
● Masjid ini memiliki pelataran besar berbentuk persegi panjang
yang dikelilingi oleh rangkaian portico.
● Pelataran masjid berukuran 50 kali 34 meter: disana terdapat
empat fasade yang dihiasi hiasan dekoratif. Hiasan dekoratif
itu, pada bagian atasnya bermotifkan daun, yang mempunyai
cerukan langsung di atas kolom-kolom. Kemudian hiasan
rosette besar diletakkan di puncak arcade yang mengelilingi
pelataran. Ada pula balkon yang cukup lapang sehingga
memudahkan bagi kita untuk memandang ke segala arah.
● Ruangannya juga menerapkan pola hypostyle dengan langit-
langit kayu datar yang ditopang oleh kolom-kolom.
2) Masjid Al – Hakim / Al – Jami’ Al – Anwar
Masjid Al - Hakim / Masjid Al - Anwar ini dibangun selama 20 tahun
dengan upaya komunal yang cukup besar, terletak di islamic cairo sisi
timur jalan Muizz tepat sebelah selatan Bab Al - Futuh ( Gerbang
Utara ).
● Memiliki ukuran masjid 120 M X 113 M dua kali lipat dari
masjid al azhar
● Perancangan masjid ini dibangun dengan banyak lengkungan
dan jendela guna untuk memaksimalkan pencahayaan alami
masuk.
● Memiliki 2 menara di kedua fasad, menara utara memiliki
panjang 33.7 meter yang diatapi oleh tubuh silinder dan di
atasnya terletak kepala gaya " Mabkhra ". Menara lainnya
memiliki panjang 24.7 meter dengan tubuh segi delapan di
atasnya dan kepala " Mabkhra " di ujungnya.

3) Mashhad Sayyidah Ruqayyah


Kuil ini (Makam) dikaitkan dengan wanita terhormat yang
dikenal sebagai Al-Sayyida Ruqayya, putri Imam 'Ali Ibn Abi Thalib,
Khalifah Keempat Khulafaur Rayidin yang Benar (Rashidun).

15
Monumen ini juga digunakan sebagai platform melihat di mana
pengunjung bisa naik ke atap dan melihat bulan baru (Hilal). Dengan
cara ini awal bulan-bulan Arab dalam kalender Islam dapat ditentukan.
Bangunannya berbentuk persegi empat dengan struktur tripartit.
Bagian tengah terbesar berbentuk bujur sangkar dengan keempat
sisinya berukuran 12 m, dan ditutupi oleh sebuah kubah. Ini membuka
ke dua teluk samping, yang berbentuk persegi panjang, melalui dua
pintu masuk dengan ambang horizontal.
Salah satu ciri yang paling penting dan khas dari monumen ini
adalah di bagian tengah zona transisi dari alun-alun ke gendang kubah.
Peralihan tersebut dibuat dengan deretan relung kecil yang
melengkung menyerupai muqarnas, sebuah perangkat yang mewakili
transformasi dalam desain dan tata letak arsitektur kubah, di mana
sebelumnya zona transisi terdiri dari bukaan melengkung keel besar di
sudut-sudut. Kotak itu. Menyusul terobosan inovatif kubah ini,
muqarnas muncul di kubah periode Ayyubiyah.
Di sekitar gendang kubah, terdapat pita prasasti dalam aksara
kufi yang berisi ayat-ayat Al-Qur'an. Pita ini dianggap sebagai prasasti
epigrafik tertua yang terlihat di sebuah makam di Mesir. Dasar kubah
segi delapan ditandai dengan delapan jendela di plesteran; ada dua
jendela di setiap sisi. Bagian bawah jendela ini dihiasi dengan karya
plesteran yang indah, dianggap sebagai contoh unik dekorasi arab pada
periode Fatimiyah. Kubah dari luar berbentuk lobus.
7. Karya Seni dan Dekorasi Dinasti Fatimiyah
Seperti Dinasti Sebelumnya. Dinasti Fatimiyah dalah hal dekorasi
Bangunan juga memakai Ukiran - Ukiran dan relief pada bangunannya.
Ukiran itu bermotif sulur-Sulur, bentuk Geometrik dan Hewan - Hewan.
Selain itu elmen dekorasi Bangunannya juga memakai emas dan perak untuk
menujukan kemegahan seperti gerbang dan Istana Khalifah.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinasti Fatimiyah merupakan kerajaan Syiah terbesar yang pernah ada di
dunia. Dinasti ini didirikan oleh Sa'id bin Husain atau yang dikenal dengan Ubaidillah
Al-Mahdi Billah pada tahun 909 Masehi. Selama dua abad lebih menguasai Mesir,
keberadaan Dinasti Fatimiyah memberikan sumbangan peradaban yang besar.
Kemajuan terbesar adalah memberikan ruang berkembangnya ilmu pengetahuan di
dunia Islam yang melahirkan banyak ilmuwan dengan didirikannya Dār al-Hikmah
dan Dār al-‘Ilmi dan keberadaan Universitas al-Azhar sebagai pusat pengkajian ilmu
pengetahuan yang masih terasa hingga kini.
Kemajuan lain yang dicapai oleh Dinasti Fatimiyah adalah tertatanya sistem
administrasi pemerintahan yang membuahkan kemakmuran. Catatan sejarawan
tentang kecemerlangan Mesir saat itu dan jejak peninggalannya berupa karya-karya
seninya yang bernilai sangat tinggi, membuktikan kebenaran fakta tersebut.
Dinasti Fatimiyah juga terkenal dengan toleransi beragamanya. Para penguasa
Fatimiyah tidak mencoba melakukan tekanan agar penganut Sunni menyeberang ke
Syi’ah Ismailiyah. Mereka juga sangat menghargai kemerdekaan agama Kristen
maupun Yahudi. Satu-satunya pengecualian adalah pada masa khalifah al-Hakim.
Kemunduran Dinasti Fatimiyah bukan hanya disebabkan oleh faktor eksternal
berupa serangan dari pasukan luar, melainkan juga karena masalah internal yang tidak
dapat diselesaikan seperti berkurangnya kesetiaan publik kepada penguasa yang
dianggap berperilaku aneh, banyaknya campur tangan para wazir akibat penguasa
yang belum cukup umur, dan timbulnya perselisihan dalam suksesi pemerintahan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Manan, Nuraini. 2017. Dinasti Fatimiyah di Mesir (909-1172) : Kajian Pembentukan dan
Perkembangannya.

https://www.tongkronganislami.net/sejarah-dinasti-fatimiyah
/
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414312032.pdf

https://kalipaksi.wordpress.com/2007/08/22/masjid-al-azhar-dibangun-oleh-syiah-digunakan-
oleh-sunni/

http://archzal.blogspot.com/2011/04/mesjid-al-azhar-kairo-mesir.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Fatimiyah#:~:text=Contoh%20arsitektur
%20Fatimiyah%20yang%20menonjol,Juyushi%2C%20dan%20Lulua%20dari%20Kairo
https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Al-Hakim_Mosque?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=op,sc

Tarek Torky "Shrine (Mausoleum) of Sayyida Ruqayya" in Discover Islamic Art, Museum
With No Frontiers, 2022. 2022. https://islamicart.museumwnf.org/database_item.php?
id=monument;isl;eg;mon01;5;en

Bongianino, Umberto. 2015. “The Fatimid Palace at Ajdābiya: New Data and Perspectives”.
Dari Journal of Islamic Archaeology 2, 2.

Wieringa Harro dan Attia, Shady. “Islamic garden in Christian world andChristian garden in
Islamic world” 2005. Universitas Wageningen.

18

Anda mungkin juga menyukai