Anda di halaman 1dari 27

ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM

CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu mengidentifikasi latar belakang
terbentuknya aliran-aliran dalam Islam (Syi’ah, Khawarij,
Murji’ah,, Jabariyah, Qadariyah, dan Mu’tazilah)
• Mahasiswa mampu mengetahui tokoh-tokoh yang berperan
dalam membentuk aliran-aliran dalam Islam (Syi’ah,
Khawarij, Murji’ah,, Jabariyah, Qadariyah, dan
Mu’tazilah)
• Mahasiswa mampu menganalisis doktrin ajaran aliran
aliran dalam Islam (Syi’ah, Khawarij, Murji’ah,, Jabariyah,
Qadariyah, dan Mu’tazilah)
Aliran Syiah
• Syi’ah secara etimologi berarti partai, golongan, da juga
kelompok .Dijelaskan di dalam Al-Qur’an pada surah ash-shaffat (37)
ayat 83 dan al- Qashash (28) ayat 15.
• Syi’ah secara terminologi melekat pada seseorang yang mengakui Ali
Bin Abi Thalib lebih memiliki keutamaan dibanding seluruh sahabat
dan berhak menjadi khalifah Islam setelah Rosulullah SAW.
• Orang Syi’ah sepakat bahwa Ali adalah sahabat yang telah ditunjuk
sebagai kholifah pilihan Nabi Muhammad dan dipandang memiliki
keutamaam lebih di antara para sahabat Nabi.
lanjutan
• Menurut Sayyid Muhammad Husain At-Tabataba’i, alasan para pengikut Syi’ah mengutamakan Ali
Bin Abi Thalib dan keturunannya merujuk pada QS. Al-Ahzab ayat 33 yaitu “Sesungguhnya Allah
bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Juga berdasarkan sabda . Rasulullah SAW :
“Aku adalah kota ilmu dan Ali pintunya barangsiapa yang ingin memasukinya haruslah melalui
Ali.”
• Sejarah lahirnya syi’ah terdapat dua pendapat. Ada yang berpendapat bahwa Syi’ah lahir setelah wafat
Rosululloh SAW. Pendapat pertama berpendapat bahwa golongan muslim yang tidak mempercayai
atas legitimasi kepemimpinan Abu Bakar setelah wafatnya Nabi Muhammad sebagai Syiah
• Pendapat kedua mengatakan bahwa Syi’ah lahir setelah terjadinya perang Shiffin. Karena pasca
terjadinya Perang Shiffin, umat Islam terpeca menjadi dua keompok. Kelompok pertama adalah
golongan dari yang dan kecewa atas keputusan tahkim mereka disebut dengan kelompok Khawarij
sedangkan yang tetap bersama Ali dijuluki Syi’ah Ali.
Doktrin Pokok-Pokok Keyakinan Syiah
• Tauhid, yakni mengakui secara sadar bahwa Allah Maha Esa.
• Nubuwwah, yakni mengakui Nabi dan Rasul yang ma’sum (terjaga dari
dosa) diutus oleh Allah untk mengajar dan membimbing manusia serta
mengakui Muhammad bin Abdullah sebagai nabi dan rasul yang
diturunkan untuk manusia didunia.
• ‘Adalah, yakni menyakini sepenuhnya bahwa Allah Maha adil yang
meberikan keputusan dan menghukum dengan penuh keadilan.
• Imamah (kepemimpinan).
• Al-Maad
Lanjutan
• Dalam Pemahaman mazhab Syi’ah tidak ada keharusan mengucapkan
syahadat sebagaimana dalam rukun Islam mazhab Sunni, menurut Syi’ah
Syahadah yang dibacakan seseorang tidak memberikan jaminan kebenaran isi
hati atau pengakuannya terhadap Allah sebagai Tuhan dan Muhammad SAW
sebagai utusan Allah, yang terpenting bukti pengamalan ibadah dengan
mematuhi perintah dan menjauhi larangannya.
• Rukun Islam dalam mazhab Syiah adalah : Sholat, Zakat, Puasa dan Haji
dipertentangkan oleh para ulama dan sahabat yakni nikah mut’ah, sholat 3
waktu, perayaan Asyura.
• Nikah mut’ah adalah bentuk pernikahan sementara atau kontrak yang
didasarkan pada surat an-Nisa Juz 4 ayat 24. Tentang sholat 3 Waktu mereka
merujuk pada surat al-Isra ayat 17
ALIRAN KHAWARIJ
• Aliran Khawarij adalah kelompok orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin
Abu Talib karena tidak mau menerima TAHKIM pada peristiwa perang
Shiffin antara Ali dan Muawiyah . Mereka menetap dan membentuk
kelompokm sendiri serta memilih Abdulloh Wahab Ar-rasibi dari Banu Azd
sebagai pemimpinannya. Mereka kemudian dikenal sebutan Khawarij.
• Penganut aliran khawarij banyak didominasi oleh bangsa Arab badawi
(kampung) yang menetap di
• Padang pasir dengan pola pikir sederhana, tapi keras, berani,dan berjiwa
merdeka. mereka jauh dari akses pengetahuan. Oleh karena itu, saat Islam
dipeluk, ajaran Islam yeng terdapat berupa Al-Qur’an dan Hadits dipahami
secara tekstual dan dilaksanakan apa adanya. Oleh karena itu, pemikiran
mereka sempit dan fanatik
Pokok-Pokok Ajarah Khawarij
• Seorang muslim yang melakukan dosa besar adalah kafir, seorang muslim yang ikut serta pada
perang jamal dan pelaku tahkim dihukumi kafir,
• Rakyat diharuskan memilih kholifah dan tidak harus keturunan Nabi Muhammad atau Quraisy
• Pemerintah Abu Bakar, Umar bin Khathab bin Utsman bin Affan adalah sah pada awalnya, namun
menjadi tidak sesuai ketika mereka mengambil kebijakanyang tidak sesuai dengan Nabi
• Amal adalah bagian dari keimanan dan setiap orang melakukan dosa besar adalah kafir
• Orang muslim wajib untuk keluar dari negri yang diperintah penguasa zalim
• Orang yang baik harus masuk surga dan orang yang jahat masuk ke neraka.
• Qur’an adalah makhluk
• Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan
.
ALIRAN MURJIAH
• Aliran ini sebagai reaksi kritik dari sejumlah ulama terhadap
ekstrimnya khawarij , dan mereka memisahkan diri dari pertikaian
yang terjadi diantara kelompok Islam dan mereka menyebut
dirinya sebagai Murji’ah.
• Aliran Murji’ah ini mendapat dukungan dari penguasa Daulah
Umayyah.
• Ajaran yang dikembangkan Murjiah sangat memberikan
kemanfaatan Daulah Umayyah sebagai upaya pembersihan diri dari
kedzalimannya terhadap sahabat dan keluarga nabi SAW.
Pokok Pokok Ajaran Murji’ah
• Berbuat dosa besar tidaklah kafir dan memiliki peluang masuk surga apabila bertaubat.
• Iman ialah mengetahui adanya Allah dan membenarkannya tanpa melalui perbuatan. Walaupun tidak
beramal dengan baik, apabila sudah mengucapkan syahadah, ia sudah termasuk orang beriman.
• Meskipun penguasa berbuat dzalim, menurut Murjiah tetap wajib ditaati karena masih bisa disebut
Mu’min.
• Amalan ibadah bukan bagian dari keimanan karena hakikat dari keimanan itu ada tiga. Pertama,
keyakinan didalam hati dan diucapkan dengan lisan, Kedua, keyakinan atau pembenaran dalam hati,
dan Ketiga, perkataan dengan lisan
• Beberapa tokoh utama dari aliran Mur’jiah ini adalah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, Dirar
bin Umar, Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Jahm bin Ziad, Muqatil bin Sulaiman, Dhar,
Amr bin Dharr, Hamdad bin Abu Sulaiman, Abu, Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan, dan
Qudaid bin Ja’far
Aliran JABARIYAH
• Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan
mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz al-jabr yang
berarti paksaan
• Secara istilah, jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah
SWT. Jabariyyah menurut mutakallimin adalah sebutan untuk mahzab al-
kalam/mazhab teologis yang menafikkan perbuatan manusia secara hakiki dan
menisbatkan kepada Allah SWT semata
• Aliran Jabariyah disebut sebagai aliran teologi fatalis dalam Islam.
• Menurut Jabariyah segala yang dialami manusia, baik masa lalu maupun masa
depan, baik musibah atau kenikmatan, sudah ditentukan oleh Allah. Di dunia
manusia yang merencanakan, tetapi hanya Allah lah yang Maha menentukan, karna
Allah Maha berkehendak dan menentukan tindak tanduk kehidupan manusia serta
kelangsungan di bumi ini.
•.
lanjutan
• Sejarah mencatat bahwa orang yang pertama kali menampilkan paham
jabariyah di kalangan umat Islam adalah Al-Ja‟d Ibn Dirham.
• Pandangan-pandangan Ja'ad bin Dirham ini kemudian disebar luaskan
oleh pengikutnya, seperti Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam
sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan
aliran jahmiyyah dalam kalangan Murji’ah.
• Dalam perkembangannya paham Jabariyyah juga dikembangkan oleh
tokoh lainnya diantaranya Al Husain bin Muhammad An-Najjar dan
Ja‟ad bin Dirrar. Dan pada perkembangnnya aliran ini pecah menjadi
3 : Jahmiyah, Najjariyah dan Dhiroroyah.
Pokok Pokok Pemikiran Teologi Jabariyah
• Semua yang ada di dunia ini Qadla’ dan Qadar Allah , bukan kehendak makhluq
• Setiap Tindakan dan perbuatan manusia tidak terikat oleh tanggugjawab pelakunya.
Oleh Sebab itu, yang paling bertanggung jawab adalah yang mentakdirkanya, buka
manusia selaku objek takdir.
• Pada hakikatnya di dunia ini yang terjadi merupakan perbuatan Allah. Tidak ada
campur tangan makhluk, murni semuanya Allah yang mewujudkan.
• ajaran-ajaran teologi Jabariyah ini secara tidak langsung membolehkan tindakan
kejinya terhadap musuh-musuh pemerintah (Daulah umaiyah)
• Dengan dalih takdir, penguasa menumpas habis seluruh pendukung aliran kebebasan
manusia (Qadariah) dan para penetang kebiajakannya dari kalangan Syi’ah.
LANJUTAN
• Manusia tidak diperbolehkan menyifati Allah dengan sifat yang
sama dengan makhluk ciptaannya.
• Allah memiliki kesadaran yang tidak qadim;
• Seorang tidak mmemiliki daya atas segala sesuatu, Allah
berkehendak, yang menentukan perbuatan-perbuatannya,
• Semua kegiatan di surga dan neraka akan berakhir/tidak kekal
• Orang yang menolak kebenaran atau tidak beriman kepada Allah
meskipun mmengetahuinya bukanlah kafir tetapi tetap mukmin
• AL-Qur’an merupakan ciptaan Allah/makhluk
• Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat
ALIRAN QADARIYAH
• Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan kemampuan dan
memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam, Qadariyah adalah
nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap
kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya
• Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran yang
mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini
juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia
dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendak sendiri.
• Aliran Qadariah adalah aliran yang dalam pemikirannya mendasarkan pada nalar dan
memberikan kebebasan pada manusia dalam menentukan jalan hidupnya.
• Aliran yang dipelopori Ma’bad Al-Juhani dan Ghilani Ad- Dimasyqi dari Syam, yaitu
seorang ulama Irak dan Syam yang menentang setiap gagasan yang diterapkan oleh
Jabariyah
Doktrin Ajaran Aliran Qadariyah
• Tidak percaya terhadap takdir.. Qodariyah berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan dalam menentukan setiap kehendak dan pembuatannya, termasuk
menentukan jalan hidupnya. Sehingga, segala segala perbuatan yang baik atau
buruk adalah diterima sebagai resiko dan akibat dari perbuatannya sendiri.
• Pemahaman takdir secara liberal. Ke surga atau neraka ditentukan oleh amal
perbuatan manusia itu sendiri. Jika manusia memiliki amal baik dan soleh serta
ketaqwaan yang baik, maka sudah pasti akan masuk surga . Sementara manusia
yang berbuat maksiat dan tidak beramal baik atau tidak taat pada aturan Allah
dan Rasulnya, akan masuk neraka
• Mengukur keadilan Tuhan dengan parameter keadilan manusia
• Aliran Qadariyah termasuk Aliran yang ajarannya menyimpang dari ajaran Qur-
an dan Sunnah
ALIRAN MU’TAZILAH
• Kata mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna yang berarti menjauhkan atau memisahkan diri dari
sesuatu. Kata ini kemudian menjadi nama sebuah aliran di dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya
sebagai Mu‟tazillah
• Sedangkan menurut istilah Mu’tazilah adalah Sebuah firqoh/kelompok dari para mutakallimin/TEOLOG yang
diketuai oleh Washil bin Atho’. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 81 H dan meninggal di Basrah pada
tahun 131 H. Di Madinah ia berguru pada Hasyim „Abd bin Muhammad bin Hanafiyah kemudian pindah ke
Basrah dan belajar pada Hasan Al-Basri.
• Mereka menyelisihi “Ahlus Sunnah” di sebagian Aqidah dan memisahkan diri dari halaqoh Hasan Al Basri
• Mu’tazilah penganut freewill (kebebasan berkehendak) yakni menganggap ahl sunnah dan khawarij adalah
golongan yang salah
• Mu’tazilah merupakan satu dari banyak aliran dalam Islam yang banyak terpengaruh dengan filsafat barat
yang cenderung mengedepankan rasio. Mu’tazilah, menempatkan akal sebagai aspek utama dalam
menentukan keputusan.
• Ayat-ayat al-Qur’an ditafsirkan sesuai dengan LOGIKA mereka, sehingga hasil penafsirannya menghasilkan
pendapat yang menyimpang, seperti
Lanjutan
• Kemunculan aliran Mu‟tazilah untuk pertama kalinya pada masa
dinasti Umayyah berada diambang kehancuran, yakni dimasa
pemerintahan Abd Al-Malik bin Marwan dan Hisyam bin Abd Al-
Malik. Dan ketika Dinasti Umayyah jatuh ke tangan abbasiyah,
golongan Mu‟tazillah mendapatkan tempat yang amat baik di
dalam pemerintahan. Bahkan di masa peerintahan Al-Ma‟mun
teologi Mu‟tazillah secara resmi dijadikan ideologi bangsa
• Di antara pemimpin pemimpin yang sama kemasyhurannya dengan
Washil, Abu al-huzail, dan al-nazzam ialah Abu Ali’ Muhammad
Ibn Abdal-Wahab al-jubba’I (w. 295 H) dan puteranya yakni Abu
Hasyim Abd al-Salam (w. 321 H).
Lanjutan
• Dari segi geografis Mu’tazilah dibagi menjadi 2 yaitu: Aliran Mu’tazilah Bashrah dan Aliran Mu’tazila
Baghdad. Aliran Bashrah lebih dahulu muncul sehingga lebih banyak mempunyai kepribadian sendiri
karena termasuk yang pertama-tama mendirikan aliran Mu’tazilah.
• Perbedaan antara kedua aliran Mu’tazilah tersebut pada umumnya disebabkan:
1. Karena situasi geografis dan kebudayaan di mana kota Basrah lebih dahulu ada dan juga lebih dahulu
mengenal perpaduan aneka ragam kebudayaan dan agama. Dan meskipun Baghdad adala kota yang
didirikan setelahnya, tetapi telah menjadi ibu kota/pusat pemerintahan Khilafah Abassiah
2. Aliran Mu’tazilah Baghdad banyak dipengaruhi filsafat Yunani dibuktikan dengan adanya kegiatan
penerjemah buku-buku filsafat. Disamping itu, istana khalifah Abbasiah di Baghdad menjadi tempat
pertemuan ulama’-ulama’ Islam dengan ahli-ahli pikir golongan lain.
3. Aliran Basrah lebih banyak mengutamakan segi-segi teori dan keilmuan, sedangkan aliran Baghdad
sebaliknya lebih mengutamakan segi pelaksanaan ajaran Mu’tazilah dan banyak terpengaruh oleh
kekuasaan khalifah-khalifah
Doktrin Ajaran Aliran Mu’tazilah
1. Tauhid (Keesaan Tuhan)
• At-Tauhid (kemahaesaan tuhan) merupakan pondasi ajaran terpenting bagi kaum Mu’tazilah. Menurut mereka,
Tuhan adalah Maha Esa karena ia merupakan zat yang unik, tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Untuk
memurnikan keesaan Tuhan (tanzih) tersebut, Mu’tazilah memilih menolak paham anthropomorphisme/al-
tajassum. Yaitu paham yang menggambarkan Tuhan serupa dengan makhluk-Nya.
Penolakannya merujuk pada ayat 11 surat Asy-Syuraa
ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوهُ َو السَّمي ُع ْالب‬
• ‫صي ُر‬ َ ‫لَي‬
• Penolakan terhadap pandangan bahwa tuhan dapat dilihat di akhirat nanti (dengan mata kepala). Menurutnya, Satu-
satunya sifat tuhan yang betul-betul tidak mungkin ada pada makhluknya adalah sifat qadim. Pendapat ini
memberikan dorongan Mu’tazilah untuk meniadakan sifat-sifat tuhan yang mempunyai wujud tersendiri di luar
dzat tuhan karena tuhan menurutnya bersifat immateri, dan mata kepala bersifat materi, sedangkan yang immateri
hanya dapat diterima oleh yang immateri pula. Oleh karena itu, Mu’tazilah berpendapatbahwa tuhan memang dapat
dilihat di akhirat, bukan dengan mata kepala melainkan dengan mata hati
• Mu’tazilah menolak mensifati tuhan apa yang oleh golongan lain disebut sifat tuhan, seperti Maha mengetahui,
Maha kuasa, karena Mu’tazilah menganggap bahwa sifat tersebut disebut sebagai Esensi Tuhan
2. Al-’Adl (Keadilan Tuhan
• Ini merupakan kelanjutan dari ajaran at-tauhid, Al-adl menurut pandangan Mu’tazilah
ingin mensucikan Tuhan dari perbuatan makhluk. Menurutnya, hanyalah tuhan yang
berbuat seadil-adilnya dan tidak mungkin berbuat dhalim.
• Paham keadilan menempatkan tuhan untuk berbuat baik dan terbaik disebut ash-
shalah wa alashlah. Yang artinya kewajiban Tuhan untuk berbuat baik, bahkan
berbuat yang terbaik bagi manusia. Tuhan dalam paham Mu’tazilah tidak memiliki
kemauan berbuat buruk, bahkan dijelaskan oleh salah satu sekte Mu’tazilah, Tuhan
tidak bisa berbuat buruk karena perbuatan yang buruk hanya dapat dilakukan oleh
orang yang tidak sempurna sedangkan Tuhan Maha Sempurna.
• Tentang keadilan dan perbuatan manusia, Mu’tazilah yang menganut paham qadariyah
berpandangan bahwa perbuatan manusia diwujudkan oleh manusia sendiri. Tuhan
berbuat adil jika memberikan hukuman orang-orang yang berbuat buruk atas
kemauannya sendiri dan memberikan ganjaran orang-orang yang berbuat baik atas
kemauannya sendiri
Lanjutan
• Masalah mengutus rosul kepada manusia yang merupakan kewajiban
Tuhan karena alasan-alasan berikut ini:
1. Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan untuk mewujudkannya
hanya dengan mengutus rasul kepada mereka.
2. Al-Qur’an secara tegas memberikan kewajiban Tuhan untuk
memberikan belas kasih-Nya kepada manusia (QS. Asy-Syu’ara [26]:
29). Dan Cara terbaik untuk mewujudkannya adalah dengan
pengutusan rasul.
3. Tujuan Allah Swt menciptakan manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Dan untuk mewujudkannya, maka harus dengan mengutus
rasul.
3. Al-Wa’du wal wa’id (Janji dan Ancaman)
• Mu’tazilah memiliki keyakinan bahwa Tuhan pasti akan memberikan balasan pahala
dan siksa kepada manusia di akhirat. Mereka yang melakuka kebaikan berhak
mendapat pahala (al-nuthi), sebaliknya orang yang melakukan keburukan berhak
mendapat siksa dan ini pasti terjadi (al-ashi).
• Kepastian ini membuat Tuhan tidak dapat berbuat lain kecuali melaksanakan janji-Nya.
• Realisasi janji Tuhan ditunjukkan dengan tidak adanya pengampunan bagi orang yang
berbuat dosa besar tanpa taubat, sebagaimana tidak mungkin orang yang berbuat baik
dicegah dari menerima pahala. Sehingga dalam hal ini, menurut Mu’tazilah Tuhan
tidak disebut adil jika ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik atau
sebaliknya tidak menghukum orang yang berbuat buruk.
• Mu’tazilah juga tidak mempercayai adanya syafaat dihari kiamat karena syafaat
bertentangan dengan prinsip janji dan ancaman.
4. Manzila bainal Manzilatain (Tempat diantara dua tempat)
• Kaum Mu’tazilah menempatkan diri berada diposisi tengah adalah tempat
diantara surga dan neraka. Ajaran ini dinilai sangat penting dibuktikan
dengan Washil bin Atho’ yang rela memisahkan diri dari gurunya Hasan
Al-Basri. Menurut Washil, pelaku dosa besar yang adalah orang musyrik
tidaklah mukmin dan tidak pula kafir tetapi fasiq. Kefasikan ini berada
diantara iman dan kafir.
• Prinsip jalan tengah yang dipegang Mu’tazialah ini diambil dari Al-
Qur’an dan Hadits. Ayat Al-Qur’an yang dimaksud surat al-isra’ ayat 110,
dalil-dalil haditsnya ialah yang artinya Sebaik-baik perkara adalah yang
tengah-tengah
5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar (perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat)
• Secara prinsip ajaran amar ma’ruf nahi munkar ini sama dengan pendapat golongan lainnya. Perbedaa
hanya pada pelaksanaannya, apakah seruan berbuat baik dan larangan berbuat buruk itu dilakukan dengan
cara yang lunak atau dengan cara kekerasan.
• Menurut Mu’tazilah amar ma’ruf nahi munkar sebaiknya dilakukan dengan lemah lembut, dan jika
diperlukan bisa dilakukan dengan kekerasan
• Bagi kaum Mu’tazialah orang-orang yang menyalahi dan tidak sepaham dengan pendirian mereka
dipandang sesat dan harus diluruskan
• Tokoh Mu’tazilah, Abdul al-Jabbar, mensyratkan bagi mukmin yang ber-amar ma’ruf nahi munkar
dengan:
a. Ia mengetaui perbuatan yang diperintahkan itu memang baik dan yang dilarang itu memang buruk.
b. Ia mengetahui bahwa kemungkaran telah benar-benar dilakukan seseorang tersebut
c. Ia mengetahui bahwa perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar tidak akan memberikan mudharat yang lebih
besa
d. Ia mengetahui atau paling tidak menduga bahwa perbuatannya tidak akan membahayakan dirinya dan
hartanya.
Tokoh-Tokoh Mu‘tazilah Aliran Bashrah
• Washil bin ‘Atha’ ( 80-131 H/ 699-748 M)
• Abu al-Huzail Al-‘Allaf ( 135-226 H/ 752-840 M)
• An-Nazham ( wafat 231 H/ 845 M)
• Al-Jubbai (wafat 303 H/ 915 M)
• Muammar Ibn’ Abbad
• Al-Jahiz

Tokoh Tokoh Mu’tazilah Aliran Baghdad


• Bisyr bin Al-Mu’tamir (wafat 226 H/ 840 M)
• Al-Chayyat (wafat 300 H/ 912 M)
• Al-Qadhi Abdul Jabbar (wafat 1024 M)
• Abu Musa Al- Mudrar (wafat 226 H)
• Hisyam bin Amr al-Fuwati
Penolakan Pada Faham Aliran Mu’tazilah
• Pandangan rasional Mu’tazilah yang menempatkan
akal/rasio melebihi wahyu, di pertentangkan oleh aliran-
aliran kalam, antara lain permasalahan :
a. Tentang mengetahui Tuhan.
b. Kewajiban mengetahui Tuhan.
c. Mengetahui baik dan jahat.
d. Kewajiban mengetahui baik dan jahat.

Anda mungkin juga menyukai