Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI DALAM SEJARAH

PERKEMBANGAN ISLAM

(SYIAH, KHAWARIJ, MURJIAH, QADARIYAH, JABARIAYAH,


MU’TAZILAH, DAN AHLUSSUNAH WALJAMA’AH)

Bissmillahirohmanirrohim,...

Ikhwah fillah, pembahasan aliran-aliran dalam teologi islam ini pembahasan yang penting
dan harus difahami dengan pemahaman yang benar dan proporsional yang disandarkan
kepada pemahaman ulama ahlussunnah wal jamaah, yang mendudukan setiap permasalahan
sesuai dengan keluhuran al quran dan al hadis yang diturunkan untuk menjadi rahmat, kasih
sayang, bingkai ukhuwah dan persatuan serta menegakkan maqosid syariyah al khomsah (5
kemaslahatan manusia) yaitu :

Hifdz Ad-Din, adalah tujuan dari Maqasid Al-Syariah untuk memelihara agama.
Hifdz An-Nafs, adalah tujuan dari Maqasid Al-Syariah untuk memelihara atau melindungi
jiwa.
Hifdz Al’Aql, adalah tujuan dari Maqasid Al-Syariah untuk memelihara akal pikiran.
Hifdz An-Nasb, adalah tujuan dari Maqasid Al-Syariah untuk memelihara keturunan.
Hifdz Al-Maal, adalah tujuan dari Maqasid Al-Syariah untuk memelihara harta benda.

Sebaiknya pembahasan dan diskusinya secara tatap muka untuk menghindari salah dalam
memahami pendapat dari masing-masing aliran diatas, yang akan berdampak pada
melencengnya pemahaman bahkan bisa menyebabkan seseorang rusak aqidah/keluar dari
manhaj islam yang benar. Karena situasi dan kondisi, kajiannya kita lakukan online dan
sengaja diakhir pembahasan disampaikan pendapat ahlussnah wal jamaah yang menjadi
rujukan kita walaupun hanya secara global.

Maka, dari pertemuan ini anda diharapkan :

1. Dapat menerangkan tentang istilah dari masing-masing aliran diatas


2. Dapat menceritakan sejarah dan latar belakang lahirnya
3. Dapat mengungkapkan tokoh-tokohnya
4. Dapat menguraikan pokok-pokok ajarannya
5. Dapat menganalisa pendapat aliran tersebut tentang hukum orang berdosa besar dan
masalah asma dan sifat
6. Dapat mengungkapkan pendapat ahlussunah wal jamaah dalam menjawab pemikiran-
pemikiran sesat aliran-aliran diatas.
Silahkan telaah dan kaji makalah berikut ini dengan baik, gunakan referensi
lain yang bisa menambah pemahaman anda!!

Menurut Prof. Harun Nasution, kemunculan persoalan aliran-aliran ini dipicu oleh
persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berbuntut
pada penolakan Mu’awiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib mengkristal menjadi
perang Siffin yang berakhir pada keputusan tahkim (arbitrase).  Sikap Ali yang menerima
tipu muslihat  Amr bin Al-Ash, utusan dari pihak Mu’awiah dalam peristiwa tahkim,
sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka
memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah  sehingga mereka meninggalkan
barisannya. Mereka inilah yang disebut dengan Khawarij dan menjadi aliran Khawarij. Dan
mereka yang tetap mendukung Ali mereka disebut Syiah dan menjadi aliran Syiah. Kemudian
Harun Nasution lebih lanjut melihat bahwa persoalan aliran Islam yang pertama kali muncul
adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir.

A.      Aliran Syiah


Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan
keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw wafat. Para penulis sejarah
Islam berbeda pendapat mengenai awal mula golongan Syiah. Sebagian menganggap Syiah
lahir setelah Nabi Muhammad saw wafat, yaitu pada suatu perebutan kekuasaan antara kaum
Muhajirin dan Anshar.
Pendapat yang paling popular tentang lahirnya golongan Syiah adalah setelah
gagalnya perundingan antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin.
Perundingan ini diakhiri dengan tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah
pasukan Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka
itu disebut golongan Khawarij atau orang-orang yang keluar, sedangkan sebagian besar
pasukan yang tetap setia kepada Ali disebut Syiah atau pengikut Ali.

Beberapa sekte aliran Syiah, di antaranya adalah sebagai berikut :


1.    Sekte Kaisaniyah
Kaisiniyah adalah sekte Syiah yang mempercayai Muhammad bin Hanafiah sebagai
pemimpin setelah Husein bin Ali wafat. Nama Kaisaniyah diambil dari nama seorang budak
Ali yang bernama Kaisan.
2.    Sekte Zaidiah
Sekte ini mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin sebagai
pemimpin setelah Husein bin Ali wafat. Dalam Syiah Zaidiyah, seseorang dapat diangkat
sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah keturunan Fatimah
binti Muhammad saw berpengetahuan luas tentang agama, hidupnya hanya untuk beribadah,
berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata, dan berani. Selain itu sekte ini mengakui
kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
3.    Sekte Imamiyah
Sekte ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw telah menunjuk
Ali bin Abi Thalib menjadi pemimpin atau imam sebagai pengganti beliau dengan petunjuk
yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, sekte ini tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar,
Umar, dan Utsman. Sekte Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan terbesar
adalah golongan Isna Asy’ariyah atau Syiah Duabelas. Golongan kedua terbesar adalah
golongan Ismailiyah.

B.       Aliran Khawarij


Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk
berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan politik,
tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis.
Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak
setujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan
masalah dengan Mu’awiyah.
Menurut  keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus
diselesaikan dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-
Maidah Ayat 44 yang artinya,”Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan
Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan
orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam
memutuskan perkara tidak merujuk Al-Qur’an.
Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah,
an-Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.
C.       Aliran Murji’ah
Aliran ini disebut juga Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda
persoalan konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum
Khawarij pada hari perhitungan kelak. Oleh karena itu,  mereka tidak ingin mengeluarkan
pendapat tentang siapa syang benar dan dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang
bertikai itu.
Dalam perkembangannya, aliran ini ternyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan
teologis yang muncul pada waktu itu.ketika itu terjadi perdebatan mengenai hukum orang
yang berdosa besar. Kaum Murji’ah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak
dapat dikatakan kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Nabi
Muhammad saw. sebagai rasul. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat kaum Khawarij
yang menyatakan bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya kafir.
Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini aliran ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Kelompok ekstrem terbagu
dalam beberapa kelompok, diantaranya adalah al-Jahamiyah, as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-
Ubaidiyah, al-Gailaniyah, as-Saubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.

D.      Aliran Qadariyah


Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam,
tidak diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul.
Pendiri aliran ini adalah Ma’bad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Aliran ini
mempunyai pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat.
Selain itu, menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan atas tingkah lakunya. Ia
berbuat baik ataupun jahat atas kehendaknya sendiri. Degan demikian, menurut aliran ini
manusia diciptakan Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnya tanpa
campur tangan Allah. Oleh karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga
atau disiksa di neraka, semua itu adalah pilihan mereka sendiri.
E.   Aliran Jabariyah
Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa. Menurut al-
Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyandarkan perbuatamn tersebut kepada Allah.
Dalam sejarah tercatat bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham
Jabariyah di kalangan umat Islam adalh al-Ja’ad Ibnu Dirham. Pandangan-pandangan Ja’ad
ini, kemudian disebarluaskan oleh para pngikutnya, seperti Jahm bin Safwan. Manusia
menurut aliran Jabariyah adalah sangat lemah, tidak berdaya, serta terikat dengan kekuasaan
dan kehendak mutlak Tuhan. Manusia tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas,
sebagaimana dimiliki soleh paham qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak
boleh lepas dari aturan, scenario, dan kehendak Allah. Segala akibat baik baik dan buruk
yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Akan tetapi, ada kecendrungan bahwa Tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang mutlak,
absolute, dan berbuat sekehenak-Nya. Hal ini dapat menimbulkan paham seolah-olah Tuhan
tidak adil. Misalnya, Tuhan menyiksa orang yang berbuat dosa yang dilakukan orang itu
terjadi atas kehendak-Nya.
Baik aliran Qadariyah maupun Jabariyah tampaknya memperlihatkan paham yang
saling bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Qur’an. Hal ini
memperlihatkan betapa terbukanya kemungkinan terjadinaya perbedaan pendapat dalam
Islam.

F.   Aliran Mu’tazilah


Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran
Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat
ini, Wasil bin Atha yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal
di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang
mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir. Tegasnya,
orang itu bukan mukmin dan bukan kafir (al manzilah baina al manzilataeni)
Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi
yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai
akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Atha meninggalkan perguruan Hasan al-
Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada
awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran
Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal itu disebabkan
ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alasan lain adalah aliran Muktaszillah dinilai tidak
berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh
dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah.
Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a.      At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep
tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid
(ahl al-Tauhid).
b.      Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa
Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka
berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. Misalnya, tidak memberi
beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar dapat
mewujudkan keinginannya.
c.       Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam
sorga. Begitu juga menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang
berdosa besar ke dalam neraka.
d.      Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah.
Pemahaman ini yang menyatakan posisi orang Islam  yang berbuat dosa besar. Orang jika
melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir.
Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke
neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e.       Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran)
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi
yang mungkar. Bahkan dalam sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada
kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
G.  Ahlussunah Waljama’ah
Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok
syiah. Dalam pengertian ini, Mu’tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masuk dalam barisan
sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah
dan merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak dipakai setalah
munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang ajaran-ajaran
Mu’tazilah.
1.      Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena
dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari. Dan nama aslinya adalah Abu
al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan dikota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M
dan wafat pada tahun 324 H/ 935 M, keturunan Abu Musa al-Asy’ari seorang sahabat dan
perantara dalam sengketa antara Ali r.a. dan Mu’awiyah r.a.
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok
ajarannya yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran
As’ariyah.
a.     Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah (kuasa), al-
Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b.    Tentang Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan
demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).
c.    Tentang melihat Allah Di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai wujud.
d.    Tentang Perbuatan Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e.    Tentang Antropomorfisme
Menurut al Asy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana disebutkan
dalam surah al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi bagaimana bentuk Allah
tidak dapat diketahui.
f.    Tentang dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya.
g.   Tentang Keadilan Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.
Ketujuh pemikiran al-Asy’ari tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat Islam karena
sederhana dan tidak filosofis.

2.     Aliran Maturidiyah


Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur al maturidy. Ia
dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan).
Al-Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-
pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh
Al-Absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-
Maturidy meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam lapangan
ilmu tauhid.
Al Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam membahas kalam,
Maturidiyah mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a.       Dalil perlawanan arad : dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak akan mungkin qadim
karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan gerak, baik dan
buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak terlepas dari yang baru maka
baru pula.
b.      Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru. Jadi alam
ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan waktu selalu bertalian
erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c.       Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya
kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya tetap satu. Akan
tetapi, alam ini selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan itu.         

  Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai karakteristik dan keistimewaan, diantaranya :

1. Mereka mempunyai sikap wasathiyah (pertengahan) di antara ifraath (melampaui batas) dan
tafriith (menyia-nyiakan); dan di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik dalam
masalah ‘aqidah, hukum atau akhlak. Maka mereka berada di pertengahan antara golongan-
golongan lain, sebagaimana juga ummat ini berada dipertengahan antara agama-agama yang
ada.
2. Sumber pengambilan pedoman bagi mereka hanyalah al-Qur-an dan as-Sunnah, Mereka pun
memperhatikan keduanya dan bersikap taslim (menyerah) terhadap nash-nashnya dan
memahaminya sesuai dengan manhaj Salaf.
3. Mereka tidak mempunyai imam yang diagungkan, yang semua perkataannya diambil dari
meninggalkan apa yang bertentangan dengan kecuali perkataan Rasulullah shalallahu'alaihi
wassalam . Dan Ahli Sunnah itulah yang paling mengerti dengan keadaan
Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam perkataan dan perbuatannya. Oleh karena itu,
merekalah yang paling mencintai sunnah, yang paling peduli untuk mengikuti dan paling
lolal terhadap para pengikutnya.
4. Mereka meninggalkan persengketaan dan pertengkaran dalam agama sekaligus menjauhi
orang-orang yang terlibat di dalamnnya, meninggalkan perdebatan dan pertengkaran dalam
permasalahan tentang halal dan haram. Mereka masuk ke dalam dien (Islam) secara total.
5. Mereka mengagungkan para Salafush Shalih dan berkeyakinan bahwa metode Salaf itulah yang
lebih selamat, paling dalam pengetahuannya dan sangat bijaksana.
6. Mereka  menolak ta'wil (penyelewengan suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan
menyerahkan diri kepada syari'at, dengan mendahulukan nash yang shahih daripada akl
(logika) belaka dan menundukkan akal di bawah nash.
7. Mereka memadukan antara nash-nash dalam suatu permasalahan dan mengembalikan (ayat-
ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian/tidak jelas)
kepada yang muhkam (ayat-ayat yang jelas dan tegas maksudnya).
8. Mereka merupakan  figur teladan orang-orang yang shalih, memberikan petunjuk ke arah jalan
yang benar dan lurus, dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak membolak-balikkan
urusan ‘aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya. Mereka memadukan antara ilmu
dan ibadah, antara tawakkal  kepada Allah dan ikhtiar (berusaha), antara berlebih-lebihan dan
wara' dalam urusan dunia, antara cemas dan harap, cinta dan benci, antara sikap kasih sayang
dan lemah lembut kepada kaum mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir,
serta tidak ada perselisihan diantara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
9.    Mereka tidak menggunakan sebutan selain Islam, Sunnah dan Jama'ah.
10.  Mereka peduli untuk menyebarkan ‘aqidah yang benar, agama yang lurus, mengajarkannya
kepada manusia, memberkan bimbingan dan nasehat kepadanya serta memperhatikan urusan
mereka.
11. Mereka adalah orang-orang yang paling sabar atas perkataan, ‘aqidah dan dakwahnya.
12. Mereka sangat peduli terhadap persatuan dan jama'ah, menyeru dan menghimbau manusia
kepadanya serta menjauhkan perselisihan, perpecahan dan memberikan peringatan kepada
manusia dari hal tersebut.
13.  Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap saling mengkafirkan sesama mereka, kemudian
mereka menghukumi orang selain mereka berdasarkan ilmu dan keadilan.
14.  Mereka saling mencintai dan mengasihi sesama mereka, saling tolong menolong diantara
mereka, saling menutupi kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak loyal dan memusuhi
kecuali atas dasar agama.
Secara garis besarnya, ahlus sunnah wal jama'ah adalah manusia yang paling baik akhlaknya,
sangat peduli terhadap kesucian jiwa  mereka dengan berbuat ketaatan kepada Allah Ta'ala, paling
luas wawasannya, paling jauh pandangan, paling lapang dadanya dengan khilaf (perbedaan
pendapat) dan paling mengetahui tentang adab-adab  dan prinsip-prinsip khilaf.
     

KESIMPULAN
1. Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw wafat
2. Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-
mata untuk berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena
persoalan politik, tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak
berbicara masalah teologis
3. Aliran Murji’ah bisa bernama Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda
persoalan konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum
Khawarij pada hari perhitungan kelak.
4. Aliran Qadariyah yang menganggap bahwa manusia mempunyai qudrah atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan nberasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan
teologi Islam, tidak diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul
5. Nama Jabariyah pada aliran Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung sarti
memaksa. Smenurut al-Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari
hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah.
6. Aliran Mu’tazilah muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan
aliran Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar.
7. Ahlussunah waljama’ah dalam pengertian umum adalah lawan kelompok syiah.
Dalam pengertian ini, Mu’tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masul dalam barisan
sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah mahzhab yang berada dalam barisan
Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak
dipakai setalah munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang
menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.
‫‪DAFTAR PUSTAKA‬‬
‫‪Rozak, Abdul, Dkk, Ilmu Kalam, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2007.‬‬
‫‪Aldul Rahman, Roli, Dkk,  Aqidah Akhlak MA 2, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007.   ‬‬
‫‪Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta, UI‬‬
‫‪Press, 1986.‬‬
‫‪Hanafi, A., Pengantar Theologi Islam, Jakarta, PT. Al Husna Zikra, 1995.‬‬
‫القرآن الكريم‬
‫الزركشي‪ ,‬أمل فتح هللا‪ ,‬دراسة في علم الكالم‪ ,‬مطبعة دارالسالم‪ ,‬كونتور فونوروكو‪. 2011 ,‬‬
‫حلمي‪ ,‬دكتور مصطفي‪ ,‬الخوارج‪ ,‬مطبعة التقدم‪ ,‬دار األنصار‪ ,‬القاهرة‪. 1977 ,‬‬
‫الفيّومي‪ ,‬الدكتور محمد إبراهيم‪ ,‬الخوارج و المرجئة‪ ,‬دارالفكر العربي‪ ,‬القاهرة‪. 2003 ,‬‬
‫الضويحي‪ ,‬الدكتور علي بن سعد بن صالح‪ ,‬آراء المعتزلة األصوليّة‪ ,‬مكتبة الرشد‪ ,‬الرياض‪2000 ,‬‬
‫لجتة المنهج الدراسي بكليّة المعلّمين اإلسالميّة‪ ,‬كتاب التّوحيد للصفّ الخامس‪ ,‬مطبعة دارالسالم‪ ,‬كونتور فونوروكو ‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai