Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN TEOLOGI ISLAM


Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam. Istilah ini berasal dari bahasa
inggris, theology. William L. Reese (1921 M) mendefinisikannya dengan discourse or reason
concerning god (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata William
Ockham (1287M - 1347M), Reese lebih jauh mengatakan, Theology to be a discipline resting
on revealed truth and independent of philosophy and science (Teologi merupakan disiplin ilmu
yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan).
Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan,
perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional. Menurut Harun Nasution, Ilmu Kalam
kalau diterjemahkan ke dalam bahasa sekarang adalah Teologi Islam. Dalam studi ini semua
istilah atau sebutan itu, termasuk istilah pemikiran kalam dan falsafah kalam, dipahami dengan
pengertian yang sama. Selanjutnhya, Muhammad Abduh mendefinisikan ilmu kalam sebagai
ilmu yang membahas tentang Wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib
dilenyapkan daripada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan
mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan
(nisbah) kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
Masih berkaitan dengan hakikat ilmu kalam, Mushthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa Ilmu
ini (ilmu kalam) yang berkaitan dengan akidah imani ini sesungguhnya dibangun di atas
argumentasi-argumentasi rasional atau ilmu yang berkaitan dengan akidah islami ini bertolak
atas bantuan nalar. Sementara itu, Al-Farabi mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah disiplin
ilmu yang membahas tentang Dzat dan sifat-sifat Allah serta eksistensi semua yang mungkin,
mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan
doktrin islam. Kemudian Ibnu Khaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang
mengandung argumentasi-argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam adalah ilmu
yang membahas masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau
filsafat.
B. SEJARAH BERKEMBANGNYA TEOLOGI ISLAM
Menurut pandangan Harun Nasution, persoalan-persoalan kalam dipicu kemunculannya
oleh persoalan-persoalan politik. Persoalan-persoalan politik yang dimaksud menyangkut
peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berujung pada penolakan Muawiyah atas
kekhilafahan Ali bin Abi Thalib. Ketegangan antara Muawiyah dan Ali mengkristal menjadi
Perang Siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Sikap Ali yang menerima
tipu muslihat Amr bin Ash, utusan dari pihak Muawiyah dalam tahkim, sungguhpun dalam
keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa

persoalan yang terjadi saat itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim. Putusan hanya datang
dari Allah dengan kembali pada hukum-hukum yang ada dalam Al-Quran. La hukma illa lillah
(tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau La hukma illa Allah (tidak ada pengantara
selain Allah) menjadi semboyan mereka. Mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat
salah. Oleh karena itu, mereka meninggalkan barisannya. Dalam sejarah islam, mereka terkenal
dengan nama Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.
Di luar pasukan yang membelot Ali terdapat sebagian besar yang tetap mendukung
Ali. Merekalah yang kemudian memunculkan kelompok Syiah. Watt menyatakan bahwa
Syiah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah yang dikenal dengan
Perang Siffin. Dalam peperangan ini sebagai respons atas penerimaan Ali terhadap arbitrase
yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali kelak disebut Syiah- dan kelompok lain menolak sikap Ali kelak
disebut Khawarij.
Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah
persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam arti siapa yang telah keluar dari
islam dan siapa yang masih tetap dalam islam. Khawarij sebagaimana telah disebutkan,
memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yatu Ali, Muawiyah,
Amr bin Ash, Abu Musa Al-Asyari adalah kafir berdasarkan firman Allah pada Al-Quran
surat Al-Maidah ayat 44.
Persoalan di atas telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam islam, yaitu sebagai
berikut.
1. Aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti
keluar dari islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murjiah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin dan
bukan kafir. Adapun soal dosa yang telah dilakukannya terserah kepada Allah untuk
mengampuni atau tidak mengampuninya.
3. Aliran Mutazilah yang tidak menerima pendapat-pendapat di atas. Bagi mereka, orang
yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin. Orang yang serupa ini
mengambil posisi di antara kedua posisi mukmin dan kafir, yang dalam bahasa Arabnya
terkenal dengan istilah al-manzilah bain al-manzilatain (posisi di antara dua posisi).
Dalam islam, timbul pula dua aliran teologi yang terkenal dengan nama Qadariyah dan
Jabariyah. Menurut Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya. Sebaliknya, Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.
Aliran Mutazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras dari golongan
tradisional Islam, terutama golongan Hanbali, yaitu pengikut-pengikut madzhab Ibn
Hanbal. Tantangan keras ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang
dipelopori Abu Hasan Al-Asyari (935 M). Di samping aliran Asyariyah, timbul pula di
Samarkand suatu aliran yang bermaksud menentang aliran Mutazilah dan didirikan oleh

Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi (w. 944 M). Aliran ini kemudian terkenal dengan
nama teologi Al-Maturidiyah.
Aliran-aliran Khawarij, Murjiah, dan Mutazilah tidak mempunyai wujud lagi, kecuali
dalam sejarah yang masih ada sampai sekarang adalah aliran-aliran Asyariyah dan
Maturidiyah dan keduanya disebut Ahlussunnah wal Jamaah.

Anda mungkin juga menyukai