4. Gerakan ini menyeru kepada Ijtihad dan membuang Taqlid. Apakah yang dimaksud
dengan Ijtihad dan Taqlid?
Jawaban :
Pengertian Ijtihad, menurut makna leksikal berarti mencurahkan semua kemampuan
untuk menghasilkan perkara yang besar. Adapun menurut istilah, ijtihad ialah,
mencurahkan semua kemampuan untuk mengetahui hukum syar’i. Adapun seorang
yang mencurahkan semua kemampuannya untuk mengetahui hukum syar’i, disebut
mujtahid.
Taqlid yaitu, menerima perkataan orang lain tanpa hujah. Berdasarkan pengertian ini,
orang yang mengambil perkataan orang tanpa dasar hujjah, maka dia muqallid.
Sedangkan orang yang mengambil perkataan orang lain dengan dasar hujjah, maka
dia bukan muqallid. Taqlid juga dapat didefinisikan menerima perkataan orang dan
kamu tidak mengetahui dari mana orang itu mengatakannya (mengambilnya). Jadi,
orang yang mengambil perkataan orang lain tanpa mengetahui dalil khusus yang
membenarkannya, disebut muqallid, meskipun dia mengambilnya
berdasarkan hujjah dalil umum.
7. Siapakah tokoh Gerakan Sanusiyah yang dijuluki singa dari Qoiruwan dan berjihad
melawan penjajah Italia pada usia 70 tahun?
Jawaban :
Tokoh Gerakan Sanusiyah tersebut adalah Syaikh Umar al-Mukhtar 1275 -1350 H/
1857 -1931 M, seorang pahlawan mujahid, singa dari Qairuwan, usia tujuh puluh
tahun tidak menghalanginya berjihad melawan penjajah Italia, bertahun-tahun dia
melawan mereka yang mempunyai kekuatan sepuluh derajat di atasnya sekaligus
dilengkapi dengan persenjataan yang modern pada masa itu, sebelum akhirnya para
penjajah itu berhasil menangkapnya dan menjatuhkan hukuman mati atasnya pada
hari Rabu 16 September 1931 M.
8. Dalam hal pemikiran, gerakan ini bersifat revivalis. Apakah yang dimaksud dengan
revivalis?
Jawaban :
Seperti yang diuraikan oleh Lapidus Revival yaitu respon langsung terhadap
perubahan global yang biasa disebut modernisme. Menurut Lapidus, modernism
dalam berbagai bidang seperti bentuk pemerintahan,\ kemunculan ekonomi kapitalis,
perkembangan ilmu dan teknologi, dan perubahan sosialbudaya menyebabkan
munculnya pergerakan keagamaan di kalangan Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, dan
beberapa agama lainnya, serta pergerakan nasionalis. Lebih lanjut Lapidus
menjelaskan bahwa revival mungkin bisa diartikan sebagai perlawanan terhadap
modernisme, dan bisa juga diartikan sebagai ekspresi terhadap modernisme.
9. Bagaimana gerakan ini bisa berpengaruh dalam terciptanya Negara Libya Modern?
Jawaban :
Gerakan Sanusiyah memiliki peranan penting dalam terciptanya negara Libya
modern. Zawiyah-zawiyah yang dimilikinya berhasil memobilisasi massa untuk
melakukan perlawanan terhadap kolonialisme di Libya. Zawiyah-zawiyah ini juga
memiliki sistem yang terstruktur Menyatukan wilayah Tripolitania, Fezan dan
Cyrenaica ke dalam negarah federal. Gerakan sanusiyah sehingga mampu
menyelenggarakan pemerintahan seperti sebuah negara. Selain itu, pemimpin Tarekat
Sanusiyah yang terakhir pernah menjadi raja pertama negara Libya modern.
10. Apa sajakah perjanjian yang dibuat antara Gerakan Sanusiyah dan Italia?
Jawaban :
Ada beberapa perjanjian yang dibuat al-Idris dan Italia antara 1916-1920 M.
Perjanjian- perjanjian tersebut di antaranya adalah :
a. perjanjian Zuwaytina (1916) yang disahkan di Akrama Isham Abdul Fatah, Jika
Ahmad Syarif terkenal gigih dan keras, sebaliknya, Muhammad Idris adalah
seorang pemimpin dengan bakat diplomasi yang kuat. Ia lebih menyukai
penyelesaian secara kooperatif pada 1917 M. Perjanjian ini berisi kesepakatan
untuk menghentikan pertikaian antara Sanusi dan Italia. Selain itu, ditetapkan juga
daerah kedaulatan Italia sepanjang garis pantai dan daerah pedalaman untuk
wilayah kedaulatan Sanusiyah. Diberlakukan juga perdagangan bebas, perjanjian
untuk menghentikan serangan kelompok Sanusiyah terhadap Italia, pembebasan
pajak bagi penduduk di wilayah kekuasaan Sanusi, dan pemberian tunjangan
bulanan kepada keluarga Sanusiyah.
b. Perjanjian Akrama (1917 M) yang sangat merugikan pihak Sanusiyah sehingga
mendorong diadakan pula perjajian al-Rajma (1920 M) untuk membicarakan
kembali perjanjian Akrama.
c. Perjanjian al-Rajma (1920 M), dalam perjanjian al-Rajma kemudian secara
simbolik dilakukan seremonial penobatan gelar Amir bagi al-Idris. Dalam
perjanjian ini disepakati pula bahwa Italia akan memberikan tunjangan senilai
6.300 lira per bulan. Italia juga diharuskan membayar 300 ribu lira untuk
kepentingan administrasi di wilayah kekuasaan Sanusiyah. Sebagai ganti dari
pengakuan dan tunjangan, al-Idris diharuskan menyetujui penghentian bebas pajak
untuk wilayah kekuasaan Sanusiyah. Al-Idris juga diharuskan untuk
membubarkan unit militer yang dimiliki Sanusiyah (Sanusiyah tidak pernah
membubarkan unit militernya).