1. KELAHIRAN
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan lahir pada tahun 1232 H/1816 M di Makkah,
hidup di bawah didikan orang tuanya, menghafal Al-Qur'an hingga matang.
Kemudian dilanjutkan dengan menghafal berbagai macam kitab dari berbagai
cabang keilmuan, beliau kelak menjadi seorang Syeikhul Islam, Mufti Haromain
dan Pembela Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Berasal dari keturunan yang mulia,
ahlul bait Rosulullah SAW.
Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan bin Ahmad Dahlan bin ‘Utsman Dahlan bin
Ni’matUllah bin ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Utsman bin
‘Athoya bin Faaris bin Musthofa bin Muhammad bin Ahmad bin Zaini bin
Qaadir bin ‘Abdul Wahhaab bin Muhammad bin ‘Abdur Razzaaq bin ‘Ali bin
Ahmad bin Ahmad (Mutsanna) bin Muhammad bin Zakariyya bin Yahya bin
Muhammad bin Abi ‘Abdillah bin al-Hasan Sayyidina ‘Abdul Qaadir al-Jilani,
Sulthanul Awliya bin Abi Sholeh bin Musa bin Janki Dausat Haq bin Yahya az-
Zaahid bin Muhammad bin Daud bin Muusa al-Juun bin ‘Abdullah al-Mahd bin
al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sibth bin Sayyidinal-Imam ‘Ali &
Sayyidatina Fathimah al-Batuul rodliyallahu ‘anhuma wa `anhum ajma`in binti
Khatam an Nabiyyin Habib Rabbi al’ alamin Sayyid Wa Maulana Muhammad
bin Abdillah Nurin min nurillah, Allahumma Shalli wa salim wa Barik ‘ alaihi.
2. WAFAT
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan wafat pada malam Ahad 4 Safar 1304 H /1886
M. Jenazah beliau disemayamkan di pekuburan Baqi', di antara kubah para
keluarga dan putri Nabi Saw.
Menjelang akhir hayatnya, tepatnya pada akhir bulan Dzulhijah tahun 1303, ia
memilih pergi ke kota Madinah. Maksudnya hendak bermukim beberapa lama
sambil mengajar di sana. Namun di Madinah ia lebih memfokuskan diri
beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tiap pagi dan sore ia secara
rutin menziarahi makam datuknya, Rasulullah Saw.
Perihal wafat dan tempat wafat Sayyid Ahmad telah disyaratkan oleh Habib Abu
Bakar bin Abdurrahman bin Syihab melalui 9 bait-bait syair yang ia berikan
kepada Sayyid ahmad sendiri, setahun sebelum ia meninggal.
3. PENDIDIKAN
Sayyid Ahmad pernah mendapatkan ijazah dan ilbas dari Habib Muhammad bin
Husein Al Habsyi, mufti Makkah. Ia juga mendapatkan sanad dari Habib Umar
bin Abdullah al Jufri dan Habib Abdur Rahman bin Ali Assegaf. Sebagai ilmuwan
sejati ia mendalami fiqh Mazhab Imam Hanafi kepada Al Allamah Sayyid
Muhammad Al Katbi. Tetapi tidak hanya fiqh Mazhab Hanafi. Pada Akhirnya ia
mampu menguasai empat mazhab dengan sempurna. Setiap kali ada pertanyaan
ditujukan kepadanya, ia senantiasa menjawab dengan dasar empat mazhab
tersebut
Alhasil, jika ada permasalahan sulit dan para ulama tak mendapatkan jalan
keluar, sering kali Sayyid Ahmad menjadi pemecah kebuntuan. Karena
ketinggian ilmunya. Sayyid Ahmad mendapatkan kepercayaan sebagai pengajar
tertinggi di Masjidil Haram. Padahal, kala itu untuk menjadi pengajar seseorang
harus lulus uji kemampuan kurang lebih 15 macam disiplin ilmu oleh para
ulama besar di bidangnya masing-masing.
Status mulia Sayyid ahmad, tidaklah membuat Sosok beliau besar kepala. Ia tetap
mengedepankan musyawarah dan diskusi bersama ulama lain dalam menyikapi
permasalahan umat.
Murid beliau Sayyidi Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi dalam “Nafahatur Rahman”
antara lain menulis : “Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan hafal al-Qur`an dengan
baik dan menguasai 7 cara bacaan Qur`an (7 qiraah). Beliau juga hafal kitab
“asy-Syaathibiyyah” dan “al-Jazariyyah”, dua kitab yang sangat bermanfaat bagi
pelajar yang hendak mempelajari qiraah 7. Kerana cinta dan perhatiannya pada
al-Qur`an, beliau memerintahkan sejumlah qari untuk mengajar ilmu ini, beliau
khawatir ilmu ini akan hilang jika tidak diajar terus.”
4. GURU-GURU BELIAU
5. MURID-MURID
Diantara murid-murid beliau yang terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-
Dimyathi rhm. Pengarang “I’anathuth-Tholibin Syarh Fath al-Mu’in karya al-
Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub al-Habib Ahmad bin Hasan al-Aththas
rhm, Sayyid Abdullah az-Zawawi Mufti Syafi`iyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar
Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab bernama “Nafahatur Rohman” yang
merupakan manaqib atau biografi kebesaran gurunya Sayyid Ahmad rhm.
Adapun ulama-ulama Nusantara yang pernah berguru dengan ulama besar ini
ialah:
1.
2. Syeikh Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Bantani
3. Syeikh Abdul Hamid Kudus
4. Syeikh Muhammad Kholil Bangkalan (Jawa Timur)
5. KH. Sholeh Darat
6. Syeikh Ahmad Khatib bin Abdul Latif bin Abdullah al-Minangkabawi (Sumatra Barat)
7. Syeikh Hasyim Asy’ari Jombang (Jawa Timur)
8. Sayyid Utsman bin ‘aqil bin Yahya Betawi (DKI Jakarta)
9. Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani
10. Tuan guru Kisa-i Minangkabawi
11. Syeikh Muhammad bin Abdullah as-Shuhaimi
12. Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathoni
13. Tuan Hussin Kedah (Malaysia)
14. Syeikh Ahmad Yunus Lingga,
15. Datuk Hj Ahmad (Ulama Brunei Dar as-Salam)
16. Tok Wan Din, nama lengkapnya Syeikh Wan Muhammad Zainal Abidin al-Fathoni,
17. Syeikh Abdul Qadir al-Fathoni (Tok Bendang Daya II),
18. Haji Utsman bin Abdullah al-Minankabawi, Imam, Khatib dan Kadi Kuala Lumpur yang
pertama
19. Syeikh Muhammad al-Fathoni bin Syeikh `Abdul Qadir bin `Abdur Rahman bin `Utsman
al-Fathoni
20. Sayyid `Abdur Rahman al-Aidrus (Tok Ku Paloh)
21. Syeikh `Utsman Sarawak
22. Syeikh Abdul Wahab Rokan
"Suatu hari ketika aku sedang berziarah ke makam Sayyidina Husein di Mesir,
antara tidur dan terjaga, aku merasakan diriku berada di Makkah. Kemudian aku
memasuki Masjidil Haram dan menanam pohon. Ajaibnya pohon itu tumbuh
dengan cepat dan cabang-cabangnya memenuhi Masjidil Haram dan berbuah
banyak." Begitulah cerita Syaikh Utsman bin Hasan, guru Sayyid Ahmad.
Kala itu bermimpi, dia adalah ulama terkemuka di Mesir. Setelah bermimpi
demikian, tanpa ragu lagi ia segera berpindah ke Makkah dan membuka Majlis
ta'lim di Masjidil Haram yang langsung diikuti banyak orang termasuk Sayyid
Ahmad. Selang beberapa lama setelah melihat potensi besar dan kepatuhan
Sayyid Ahmad kepadanya, Syaikh Utsman mulai mengeti ta'bir (Tafsir)
mimpinya."Insya Allah kamulah Sayyid Ahmad, pohon yang aku lihat dalam
mimpi. dan darimulah akan menyebar ilmu Syariat hingga akhir Zaman," ujar
Syaikh Utsman kepada Syaikh Ahmad. Tiga tahun sebelum Meninggal dunia,
Syaikh Utsman menyerahkan urusan pengajaran dan majelis-majelisnya di
Masjidil Haram kepada Sayyid Ahmad.
Sayyid Ahmad mempunyai metode pengajaran yang sangat efektif. Satu metode
yang belum pernah dipraktekan para ulama sebelumnya ialah, ia senantiasa
mengajarkan ilmu-ilmu dasar terlebih dahulu sebelum mengajarkan kitab-kitab
besar. Ia mengajarkan hukum-hukum yang bersifat detil (furu') terlebih dahulu
sebelum memberikan dasar hukum yang merupakan teori umum (ushul).
Metode pendidikan akhlaknya adalah dengan memberikan teladan dalam ucapan
ddan tingkah laku.
Selain itu, ia juga mempunyai perhatian terhadap nasib orang-orang yang berada
di daerah pelosok. Khususnya mereka yang kurang peduli terhadap urusan
pendidikan. Di sela-sela kesibukannya mengajar di Masjidil Haram, ia acapkali
pergi ke pelosok-pelosok pegunungan sekitar Makkah untuk mengajarkan ilmu
Al Qur'an dan ilmu-ilmu dasar yang wajib.
Sewaktu merasa tak mampu lagi bepergian jauh, ia menugaskan beberapa murid
untuk menggantikannya. Ia pun menulis Syarah "Al Ajrumiyah" dengan cara
yang dirasa akan memudahkan orang-orang awam dalam memahami gramatika
bahasa arab. Ia membegikan buah penanya itu secara cuma-cuma.
7. KARYA-KARYA
Di sela-sela kesibukannya mengajar dan berdakwah, Sayyid Ahmad juga
produktif menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Di antara kitab-kitab
karyanya adalah :Kitab Fitnatul wahabiyah syaikh zaini dahlan,Bidang Tassawuf,
Taysirul Ushul wa Tashilil Wushul, ringakasan Risalah Qusairiyah. Juga syarah
Syaikhul Islam, ringkasan Minhajul Abidin karya Al Ghazali, Al Lujainul Masbuk
yang merupakan ringkasan bab syukur dalam kitab Ihya Ulummudin' Karya Al
Ghazali,Kitab Majmu' Mustamil Ala Arbai Rasail
Dalam bidang tauhid ia menulis Fathul Jawwad, Syarah kitab Faidhhur Rahman,
dan sebuah risalah yang membahas perbedaan mendasar antara pahamm Ahlus
Sunnah dengan selainnya. dalam bidang Nahwu : Syarah Al-Ajrumiyah, Syarah
Alfiyah, dan sebuah risalah yang membahas bacaan "Basmala". Dalam bidang
ma'ani dan bayan, telah ditulisnya sebuah kitab As-Samarqandyi dan Hasyiyah
kitab Zubad karya Ibnu Ruslan, Hasyiyah kitab Mukhtashar Iydhah karya Syaikh
Abdur Rauf dan kumpulan fatwa yang merupakan jawaban atas kumpulan syair.
Itu semua menunjukkan kedalaman ilmu pengetahuannya dalam segala bidang.
Beliau mempunyai risalah khusus yang berisi shighat shalawat.