TAKHRIJ HADITS
من سبح في دبر كل صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
C. Takhrij hadits
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Agamaislam adalah agama yang diridlai allah.Diajarkanan disampaikan oleh nabi muhammad saw.
kepada umatnya melalui penjelasan dan hadits-haditsnya. Namun ketika nabi telah wafat, timbullah
perbedaan pemahaman atas ajaran nabi. untuk menjaga keotentikan ajaran nabi, maka diperlukan
upaya maksimal dengan meneliti proses transmisinya.
Dari jauh hari, nabi telah mengingatkan dengan sebda beliau: ilmu ini (ilmu hadits) adalah agama, maka
lihatlah, dari siapa kalian mengambil(mempelajari) agama kalian.Sehingga perlu adanya kajian-kajian
tentang keotentikan hadits-hadits yang sampai pada kita, agar terjaga keotentikannya sebagaimana
beliau ajarkan.
Diantara yang dipelajari dalam ilmu hadits, adalah tentang isnad, kualitas dan kuantitas hadits. Semua itu
adalah jasa dari perjuangan ulama’-ulama’ islam untuk mengawal keotentikan hadits nabi. Karena itu,
Abdullah ibnul mubarak berkata: “isnad adalah sebagian dari perkara penting dalam agama,andaikan
tidak ada isnad, maka seseorang akan mengatakan apa yang ingin dikatakan(sesuka hati tanpa dasar)[1].
Diantara perangkat tersebut, tercakup dalam suatu usaha yang dinamakan takhrij. Penjelasan, langkah-
langkah dan penilaian kuantitas dan kualitas hadits melalui metode tersebut, akan dibahas dalam
makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
)?(من سبح في دبر كل صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
D. Bagaimanakah kuantitas dan kualitas hadits:
)?(من سبح في دبر كل صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
C. TUJUAN PEMBAHASAN
( )من سبح في دبر كل صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
()من سبح في دبر كل صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
BAB II
PEMBAHASAN
Takhrijsecara bahasa adalah terhimpunnya dua perkara yang berlawanan dalam suatumasalah. kata
takhrij sering dimutlakkan pada berbagai macam pengertian. Pengertian yang populer adalah: 1.)
istimbat(hal mengeluarkan) 2.) at tadrib(hal melatih) dan 3.) at taujih(hal memperhadapkan).[2]
Sedangkan secara istilah adalah penjelasan keberadaan sebuah hadits dalam berbagai referensi hadits
utama dan penjelasan otentisitas serta validitasnya.[3]
2. Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis
adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa
suatu hadis adalah mardud (tertolak).
3. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. yang
harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi
sanad maupun matan.
4. Mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti. Tanpa diketahui asal-usulnya, maka sanad dan
matan hadis bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya.
5. Untuk mengetahui keseluruhan riwayat hadis yang akan diteliti. Hadis yang akan diteliti mungkin
saja memliki sanad lebih dari satu, dan mungkin saja salah satu sanadnya berkualitas shahih, tetapi
sanadnya yang lain berkualitas hasan atau dhaif. Untuk itu maka mengetahui keseluruhan sanad menjadi
sangat penting. Melalui kegiatan takhrij, maka keseluruhan sanad dapat diketahui.
6. Untuk mengetahui ada tidaknya syahid dan muttabi’ pada sanad yang diteliti. Syahid adalah sanad
pendukung pada thabaqat pertama (sahabat Nabi). Sedangkan Muttabi’ adalah sanad pendukung
dibawah thabaqat sahabat ke bawah. Dengan melakukan takhrij hadis (melacak asal-usul hadis lengkap
dengan sanadnya), maka akan lebih mudah mendapatkan informasi berapa jumlah sanad hadis yang
bersangkutan.[4]
3. Melacak hadis-hadis sebagaimana petunjuk yang didapat dalam kamus hadis atau kitab-kitab
athraf,
4. Mencatat semua matan hadis yang telah dilacak lengkap dengan sanadnya
5. Melakukan i’tibar;
9. Kesimpulan
C. Takhrij hadits
من سبح في دبر كل صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan dzikir setelah sholat dengan membaca seratus kali bacaan
tasbih (subhanallah) dan seratus kali bacaan tahlil (laa ilaaha illallah).keutamaan amalan ini bagin yang
mengamalkannya adalah diampuni seluruh dosanya walaupun dosanya sangat banyak bagaikan buih di
lautan.
50,2 : تفسير سورةا,0017 ,10 : دعوات,6,7 : نفقات,9 : فضائل اصحاب النبي, 155 أذان: خ
32 : إقامة: جه
90 : صلةا: د
22 : قران: ط
9 ب22 ك
18 ب,80 ك
Keterangan:
سنن انسائي: ن سنن ابي داود: د صحيح البخاري: بخ/خ
سنن ابن ماجه: جه سنن الترمذي: ت صحيح مسلم: م
مسند المام احمد: حم موطأ لل مام مالك: ط سنن الدارمي: دي
Setelah dilakukan penelitian dan konsultasi dengan kitab hadits kami menemukan beberapa hadits di
beberapa tempat, yaitu:
حدثنا عبد ا حدثني أبي حدثنا روح حدثنا مالك عن سمي مولى أبي بكر بن عبد الرحمن عن أبي صالح عن أبي هريرةا أن النبي صلى ا
.عليه وسلم قال من قال سبحان ا وبحمده في يوم مائة مرةا حطت خطايا وإن كانت مثل زبد البحر
و حدثنى مالك عن سمىي مولى أبي بكر عن أبى صالح السمان .عن ابى هريرةا .أن رسول ا صلى ا عليه وسلم قال) :من قال :سبحان
ا .وبحمده فى يوم مائة مرةا حطت عنه خطاياه وإن كانت مثل زبد ا البحر(
حدثنا عبد ا بن مسلمة عن مالك عن سمي عن أبي صالح عن أبى هريرةا رضي ا عنه أن رسول ا صلى ا عليه وسلم قا ل من قال
سبحان ا وبحمده فى يوم مائة مرةا حطت خطاياه وإن كانت مثل زبد البحر
حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن سمى عن أبى صىالح عن أبى هريرةا أن رسول ا صلى ا عليه وسلم قال من قال لإله إلا
وحده لشاريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شائ قد ير فى يوم مائة مرةا كانت له عدل عشر رقاب وكتبت له مائة حسنة و محيت عنه
مائة سيئة و كانت له حرزا من الشيطان يومه ذلك حتى يمسي و لم يات أحد أفضل مما جاء به إل أحد عمل أكثر من ذلك .ومن قال سبحان
ا وبحمده فى يوم مائة مرةا حطت خطاياه ولوكانت مثل زبد البحر
أخبرنا احمد بن حفص بن عبدا النيسابوري قال حدثنا أبي قال حدثني إبراهيم يعني ابن طهمان عن الحجاج بن الحجاج عن أبي الزبير عن
أبي علقمة عن أبي هريرةا قال قال رسول ا صلى ا عليه وسلم :من سبح في دبر صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له
.ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
حدثنا نصر بن عبد الرحمن الوشااء .حدثنا عبد الر حمن المحاربى عن مالك ابن أنس عن سمي عن أبى صالح عن أبى هريرةا قال رسول ا
صلى ا عليه وسلم :من قال :سبحان ا وبحمده مائة مرةا .غفرت له ذنوبه ولوكانت مثل زبد البحر
: حدثنا إسحاق بن موسى النصارى أخبرنا معن أخبرنا مالك عن سمي عن أبى صالح عن أبى هريرةا أن رسول ا صلى ا عليه وسلم قال
في يوم مائة مرةا كان له عدل عشر رقاب وكتبت.من قال لاله ا وحده لشاريك له له الملك وله الحمد يحيي ويميت وهو على كل شائ قدير
له مائة حسنة ومحيت عنه مائة سيئة وكان له حرزا من الشيطان يومه ذلك حتى يمسى ولم يأت أحد بأفضل مما جاء به إل أحد عمل أكثرمن
ذلك,
هذا حديث حسن. من قال سبحان ا وبحمده مائة مرةا حطت خطاياه وإن كانت أكثر من زبد البحر,وبهذا السناد عن النبى ا عليه وسلم
صحيح.
Dalam periwayatan haditshadits diatas, terdapat beberapa kode dalam peiwayatan, yang memerlukan
penjelasan, diantaranya:
a. حدثني/حدثنا :periwayatan hadits dengan kode seperti ini mengindikasikan bahwa perowi
hadits mendapatkan/menerima hadits dari perowi sebelumnya dengan cara mendengar / menerima
secara langsung.
b. اخبرنا\اخبرني: periwayatan hadits dengan kode seperti ini mengindikasikan bahwa perowi
hadits mendapatkan/menerima hadits dari perowi sebelumnya dengan cara mendengar / menerima
secara langsung seperti halnya حدثني/حدثنا
c. عن :periwayatan hadits dengan kode seperti ini, mempunyai dua kemungkinan
penafsiran, yaitu perowi menerima hadits secara tidak muttashil, namun bias dikatakan muttassil dengan
ketentuan tidak ada tadlis, terjadi pertemuan ntara perawi dan para perawinya tsiqah.
I’tibar adalah mashdar dari kata I’tabara. Menurut bahasa, arti al I’tibar adalah peninjauan terhadap
berbagai hal yang dimaksud untuk dapat diketahui sesuatu yang sejenis. Menurut istilah ilmu hadits, al
I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadits tertentu, yang pada bagian
sanadnya yang tampak hanta terdapat seorang perawi saja. Dan dengan mentertakan sanad-sanad yang
lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayatan yang lain ataukah tidak ada untuk bagian
sanad dari sanad yang dimaksud.[7]
من سبح في دبر صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر.
Sedangkan dalam hadits riwayat imam ahmad, imam malik, imam al bukhari dan imam muslim
disebutkan redaksi sebagai berikut:
من قال سبحان ا وبحمده مائة مرةا حطت خطاياه وإن كانت أكثر من زبد البحر.
من قال سبحان ا وبحمده مائة مرةا حطت خطاياه وإن كانت أكثر من زبد البحر
Dalam hadits riwayat imam ibnu majah dan riwayat lain dari imam at tirmidzi dengan redaksi berikut:
غفرت له ذنوبه ولوكانت مثل زبد البحر. سبحان ا وبحمده مائة مرةا: من قال
Dari beberapa perbedaan redaksi dari hadits-hadits diatas, dapat dii’tibarkan bahwa hadits tersebut
menunjukkan konteks hadits yang menjelaskan keutamaan membaca dzikir, dengan membaca tasbih (
)سبحان ا وبحمدهdan tahlil( )لإله ال اdengan perbedaan keterangan waktunya. Dalam riwayat annasa’i,
kata (laa ilaaha illallah) hanya disebutkan dengan kata tahlil dan tasbih, namun maknanya tetap sama.
dalam riwayat imam an nasa’iy disebutkan bahwa waktunya adalah setiap selesai melaksanakan shalat
shubuh( )في دبر صلةا الغداةا. Sedangkan riwayat lain hanya menjelaskan “setiap hari”atau “dalam sehari” ( في
)يومseperti dalam riwayat ahmad, imam malik, al bukhari, dan imam muslim. Dan ada yang tidak
disebutkan waktunya, seperti dal riwayat ibnu majah dan kedua riwayat at tirmidzy.
Untuk bilangan jumlah bacaannya, semua perowi diatas sama-sama meriwayatkan dengan bilangan
seratus kali ()مائة مرةا
Sedangkan dalam menjelaskan pahalanya, terdapat perbedaan redaksi, walaupun maksudnya sama.
Dalam hadits riwayat ahmad, imam malik, al bukhari, muslim,dan satu riwayat at tirmidzi disebutkan
dengan redaksi (hutthat) yang berarti dikurangi. sedangkan dalam hadits riwayat ibnu majah dan satu
riwayat imam at tirmidzi menggunakan redaksi (ghufirat) bermakna diampuni. akan tetapi kedua redaksi
tersebut mempunyai kesamaan makna, yaitu diampuni.
Jadi, bisa disimpulkan, bahwasanya hadits ini menginformasikan bahwasanya barang siapa yang mau
membaca tasbih dan tahlil sebanyak seratus kali, maka fadlilahnya adalah dikurangi atau diampuni
dosanya, walaupun dosanya sangat banyak sekali bagaikan buih-buih dilautan. Dan dzikir tersebut, ada
yang disebutkan setiap selesai shalat shubuh, ada yang menjelaskan setiap hari, dan ada yang tidak
disertai penjelasan waktu.
1.5. Skema sanad periwayatan hadits
Perowi adalah orang yang meriwayatkan atau menyampaikan hadits dari rasulullah saw.
Sedangkan perowi pertama adalah dari kalangan sahabat beliau, seperti abu bakar, umar, abu hurairah
dan lain-lain. Sedangkan mukharrij adalah perowi terakhir yang menyampaikan hadits, seperti imam
malik, imam al bukhari, imam muslim, imam ahmad, imam an nasa’iy, imam ibnu majah,abu dawud,
imam at tirmidzy, dan lain sebagainya,
Dalam makalah ini, hadits yang ditakhrij disampaikan dari beberapa mukharrij, yaitu imam ahmad
bin hanbal, imam malik bin anas, imam muslim, imam al bukhari, imam an nasa’iy, imam ibnu majah,
dan imam at tirmidzy, dan dalam proses periwayatan hadits-hadits diatas melibatkan setidaknya 21
orang perowi (tanpa menghitung rasulullah di dalamnya)
Dalam hal ini, makalah ini hanya meneliti biografi para perowi dari dua sanad hadits, yaitu sanad
imam malik bin anas dalam kitab al muwaththa’ dan sanad imam an nasa’iy dalam sunan an nasa’iy..
berikut perincian beografi para perowi
Nama : malik bin anas bin malik bin abi ‘amir bin ‘amr bin harits bin ‘utsman
Nama murid : yahya bin yahya al andalusy, ‘abdullah bin maslamah, ma’n bin ‘isa al qazzaz dan
lain-lain
Nama guru :sumayya maula abi bakr, Ibrahim bin abi ablah al muqoddasy,Ibrahim bin ‘uqbah
dan lain-lain
Tahun wafat :menurut Muhammad bin sa’id, dari ismail bin abi uwais, beliau meninggal pada
tanggal 4 rabi’ul awal 179 H.
Tahun lahir :_
Umur : 85 tahun
Penilaian ulama’ : menurut muhammad bin sa’ad, imam malik adalah orang yang berpredikat
hujjah, ma’mun, tsabat, wira’I, faqih, ‘alim dan hujjah.Muhammad bin ishaq ats tsaqafy as sarraj berkata:
“saya bertanya pada Muhammad bin ismail al bukhary tentang sanad yang paling shahih, lalu beliau
berkata: “malik ‘an nafi’ ‘an ibn ‘umar”. Ali berkata: “saya mendengar yahya bin said berkata: “tidak ada
dari kaum ini yang paling shahihnya di bandingkan suatu golongan (sufyan ats tsaury dan sufyan bin
uyaynah.
Nama murid : malik bin anas, isma’il bin rafi’ al madany, sufyan bin ‘uyaynah, dan lain-lain
Nama guru : dzakwan abi shalih as samman, said bin al musayyib, Qa’qa’ bin hakim dan lain-
lain
Tahun wafat : al bukhari berkata: “’abdullah bin syaibah berkata: “ beliau terbunuh(wafat) pada
tahun 130 H. danada yang mengatakan pada tahun 180 H.
Tahun lahir :_
Umur :_
Penilaian ulama’ : ‘abdullah bin ahmad dan hatim berkata:” beliau termasuk orang yang Tsiqah,
Nama : dzakwan
Nama murid : sumayya maula abi bakr bin abdur rahman, suhail bin abi shalih, abu azzubhair
Muhammad bin muslim al makkiy dan lain-lain
Tahun wafat : al waqidi, yahya bin bukair dan beberapa ulama’ berkata: “beliau wafat pada
tahun 101 H. al waqidy menambahkan : “di madinah”
Tahun lahir :_
Umur :_
Penilaian ulama’ : Abdullah bin ahmad bin hanbal dari ayahnya berkata: “beliau tsiqah, termasuk
manusia yang mulia dan paling tsiqah. abi bakr bin abi khaitsamah dari yahya bin ma’in, abu zur’ah dan
abu hatim berkata: “beliau oaring yang tsiqah. abu hatim menambahkan: “beliau shalih dan bisa dibuat
hujjah haditsnya.
4. Abu hurairah
Nama : ‘abdur rahman bin shakhr, ada yang mengatakan bin ghanam, da nada yang
mengatakan ‘abdullah bin ‘aidz.
Nama murid : abu shalih as samman, abu ‘alqomah, ibrahim bin ismail dan lain-lain.
Nama guru : nabi Muhammad s.a.w., abu bakar, umar bin khatthab, fadl bin ‘abbas bin ‘abdul
muthalib dan lain-lain
Tahun wafat : 57 H. menurut dlomroh bin rabi’ah dan hisyam bin adiy dan abu ma’syar, beliau
wafat pada tahun 8 H. sedangkan menurut al waqidy, abu ‘ubaid dan lainnya, beliau wafat pada tahun 9
H.
Tahun lahir :_
Penilaian ulama’ :rowa lahu al-jama’ah.al bukhari berkata: “ada sekitar delapan ratusan lebih ahli
ilmu dari kalangan sahabat nabi, tabiin dan lain-lain meriwayatkan dari beliau
1. Imam an nasa’iy
Nama :ahmad bin syu’aib bin ali bin sinan bin bahr bin dinar
Laqob/ julukan :
Nama murid : Ibrahim bin ishaq, abu ishaq Ibrahim bin Muhammad, abul abbas abyadl bin
Muhammad dan lain-lain
Nama guru : ahmad bin hafsh, ahmad bin nashr, abi syu’aib as susy dan lain-lain
Tahun wafat : beliau meninggal di palestina tanggal 13 shafar 303 H, abu ja’far ath thahawy juga
mengatakan demikian akan tetapi ada yang mengatan beliau meninggal di ramalah dan dimakamkan di
baitul maqdis.
umur :
Penilaian ulama’ : abu said bin yunus berkata: “beliau tiba di kota mesir dan bertukar ilmu di sana,
beliau adalah seorang imam hadits yang Tsiqoh, Tsabat dan Hafidz.
Nama : ahmad bin hafsh bin abdillah bin rasyid as sulamy an naisabury
Laqob/ julukan :
Nama guru : hafsh bin abdillah, al Husain bin al walid al qurasyiy, al jarud bin yazid al amiry dan
lain-lain
Tahun wafat : menurut abu amr almustalamy: “beliau wafat pada malam rabu, tanggal 4
muharrom 258 H. ada yang mengatakan pada malam rabu 3 muharram 258 H.
umur :
Penilaian ulama’ : imam an nas’iy berkata: “beliau adalah orang yang la ba’sa bihi, shaduq, qalilul
hadits.
Laqob/ julukan :
Nama murid : ahmad bin hafsh, quthn bin Ibrahim, ayyub bin al hasan az zahid dan lain-lain
Nama guru : Ibrahim bin thahman, israil bin yunus, sufyan ats tsaury dan lain-lain
Tahun wafat : as siraj berkata: “saya membaca tulisan ahmad bin hafsh: “ayah saya wafat pada
hari sabtu bulan sya’ban pada tahunj 209 .
umur :
Penilaian ulama’ : imam an nasa’iy berkata: “laisa bihi ba’sun”
Laqob/ julukan :
Nama murid : hafsh bin abdillah as sulamy, Khalid bin nizar, Muhammad bin sinan al auqy dan
lain-lain
Nama guru : al hajjaj bin al hajjaj, abdul aziz bin shuhaib, abiz zubair dan lain-lain
Tahun wafat : al khatib meriwayatkan dari yahya bahwasanya beliau wafat pada tahun 58 H.
malik bin sulaiman: “beliau wafat pada tahun 168 H.
umur :
Penilaian ulama’ : menurut ibnu hajar al asqalani : pendapat yang benar datang beliau adalah,
beliau termasuk tsiqah dan shahih haditsnya jika ada seorang tsiqah, meriwayatkan darinya dan tidak di
pastikan keekstrimannya dalam irja’(faham murji’ah) dan bukan pengajak pada aliran murji’ah.
Nu, abu umar dan al marwadzy dari sufyan abdul malik, dari ibnul Mubarak berkata: “beliau shahih
haditsnya”.
Abdullah bin ahmad dari ayahnya dan abu hatim, berkata: “beliau orang yang tsiqah”
Kuniyah :
Laqob/ julukan :
Nama murid : Ibrahim bin thahman, yazid bin zurai’, qaz’ah bin suwaid bin hujair dan lain-lain
Nama guru : abi azzubair, anas bin sirin, qatadah dan lain-lain
Tahun wafat : yazid bin zurai’ berkata:”beliau meninggal karena wabah tha’un. Ulama’ lain
menambahkan:” tha’un di hbashrah terjadi pada tahun 131 H
umur :
Ibnu mu’in dan abu hatim berkata: “beliau adalah orang yangtsiqah
Abi dawud berkata:” beliau seperti yang dituturkan oleh ibnu hibban dalam kitabnya
ats tsiqqat. Abdullah bin ahmad bin hanbal dari ayahnya, berkata:”laisa bihi ba’sun”. abu hatim berkata:
“tsiqat minats tsiqat, shaduuq”
6. Abiz zubair
Laqob/ julukan :
Nama murid : Ibrahim bin thahman, isma’il bin muslim al makky, hajjaj bin n hajjaj al bahily dan
lain-lain
Nama guru : abu alqomah, jabir bin Abdullah, Abdullah bin zubair dan lain-lain
Tahun wafat : amr bin ali dan at tirmidzy berkata:” beliau wafat pada tahun 128 H”
umur :
7. Abi alqomah
Nama murid : abu az zubair al makiyy, ‘atha’ al ‘amiry, ya’la bin ‘atha’ al ‘amiry dan lain-lain
Tahun wafat :
umur :
8. abu hurairah
Nama : ‘abdur rahman bin shakhr, ada yang mengatakan bin ghanam, da nada yang
mengatakan ‘abdullah bin ‘aidz.
Nama murid : abu shalih as samman, abu ‘alqomah, ibrahim bin ismail dan lain-lain.
Nama guru : nabi Muhammad s.a.w., abu bakar, umar bin khatthab, fadl bin ‘abbas bin ‘abdul
muthalib
Tahun wafat : 57 H. menurut dlomroh bin rabi’ah dan hisyam bin adiy dan abu ma’syar, beliau
wafat pada tahun 8 H. sedangkan menurut al waqidy, abu ‘ubaid dan lainnya, beliau wafat pada tahun 9
H.
Tahun lahir :_
Bentuk kode-kode ulama’ dalam biografi para ulama’ merupakan bentuk shighat jarh wat ta’dil, yaitu
penilaian kredibilitas para perowi.
Bentuk lafadz dan ungkapan at ta’dil yang ditetapkan oleh ar razi, yang secara persis diikuti oleh ibn al-
shalah dab al-nawawi tanpa menyalahi sedikitpun adalah sebagai berikut:
1. Diungkapkan dengan lafadz :tsiqah, mutqin, tsabat, dlabith, hafidh, hujjah. Ini merupakan peringkat
tertinggi.
2. Diungkapkan dengan lafadz: shaduq, mahalluhu al shaduq, la ba’sa bihi/ laisa bihi ba’sun.
3. Diungkapkan dengan lafadz: syaikh, wasath, rawa ‘anhu al-nas( dua yang terakhir adalah tambahan
dari al-nawawi)
Dalam periwayatan hadits-hadits diatas,mata rantai sanad dari thabaqat sahabat hingga ke thabaqat
mukharrij, setidak tidaknya melibatkan 21 orang perawi, dengan tujuh orang mukharrij, diantaranya
adalah imam malik bin anas, imam ahmad bin hanbal, imam al bukhari, imam muslim, imam an nasa’i,
imam ibnu majah dan imam at tirmidzi.
Pada thabaqat sahabat sahabat, hanya ada satu orang perawi hadits, yaitu Abu Hurairah. Jika dinilai dari
thabaqat sahabat saja, dapat disimpulkan bahwa dari banyak sedikitnya perawi atau sanad, hadits
bersangkutan dapat dikategorikan sebagai hadits ahad gharib.
Hadits ahad adalah hadits yang tidak sampai derajat mutawatir. Dan hadits ahad gharib adalah hadits
yang diriwayatkan oleh hanya seorang perawi saja. [9]
Pada thabaqat berikutnya, yaitu tabi’in senior, mata rantai sanad hadits melibatkan dua orang saja, yaitu
Abi Shalih dan abi alqamah, selanjutnya diriwayatkan oleh dua tabi’in pertengahan, yaitu sumayya dan
abi az zubair. Lalu dilanjutkan periwayatannya oleh dua tabi’in akhir, yaitu imam malik dan al hajjaj dan
seterusnya. Jila dinilai dari thabaqat tabiin ini, sesuai dengan jumlah perawinya, yairu dua orang, makam
hadits ini termasuk dalam hadits ahad ‘aziz.
Hadits ahad ‘aziz adalahhadits yang pada setiap thabaqat sanadnya dirwiwayatkan tidak kurang dari dua
perawi.[10]
Pada thabaqat selanjutnya, riwayat hadits melibatkan setidak-tidaknya enam orang perawi, diantaranya
adalah abdurrahman, ma’n, abdullah bin maslamah, yahya bin yahya, rauh ibrahim ibn thahman dan
lain-lain. Mengacu pada jumlah perawi pada jumlah perawi ini, maka dapat disimpulkan bahwa hadits ini
termasuk dalam kategori hadits ahad masyhur.
Hadits ahad masyhur adalah hadits yang dalam setiap thabaqatnya diriwayatkan oleh tiga perawi atau
lebih, namun tidak sampai mutawatir.[11]
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada masa sahabat, hadits ini termasuk
dalam kategori hadits gharib ahad. Pada masa berikutnya, berkembang menjadi hadits ahad ‘aziz, dan
pada tingkatan selanjutnya berkembang lagi menjadi hadits ahad masyhur.
Nilai hadits ahad adalah nadhary, yakni ia masih merupakan ilmu yang memerlukan penyelidikan dan
pembuktian lebih lanjut. Hukum hadits ahad bisa shahih, hasan, dla’if atau bahkan maudlu’. Akan tetapi,
hadits masyhur yang shahih memiliki kelebihan untuk bisa ditarjih apabila bertentangan dengan hadits
‘aziz atau gharib.[12]
Untuk menganalisis kualitas sanad maka diperlukan penjelasan rinci mengenai sanad masing-masing
hadist. Namun dalam makalh ini hanya menjelaskan hadits-hadits riwayat An-nasa’i dan imam malik
yang tersusun dengan sanad di bawah ini :
Dari kedua rangkaian sanad diatas, disimpulkan bahwa sanad hadits ini muttasil, baik dari segi
mu’asharah (kesezamanan) antar perawi dengan perawi sebelumnya, juga karena ada hubungan
transmisi keilmuan (guru-murid) sebagai mana dijelaskan dalam biografi perawi, yang bersumber dari
kitab tahdzibul kamal dan tahdzib at tahdzib.
Sedangkan dari segi kredibilitas kedlabitan dan keadilan para perawi dari para perawi kedua sanad
ini, terbukti termasuk dalam penilaian sanad yang adil dan dlabith. Karena masuk dalam penilaian
dengan shighat-shighat ta’dil sebagaimana yang dijelaskan dalam kode penilaian ta’dil dan tidak ada yang
masuk dalam penilaian jarh.
Dengan demikian, penilaian hadits ini berdasarkan kedua sanad ini, termasuk dalam kategori
penilaian hadits shahih li dzatihi.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Takhrij secara istilah adalah penjelasan keberadaan sebuah hadits dalam berbagai referensi hadits
utama dan penjelasan otentisitas serta validitasnya
3. Melacak hadis-hadis sebagaimana petunjuk yang didapat dalam kamus hadis atau kitab-kitab
athraf,
4. Mencatat semua matan hadis yang telah dilacak lengkap dengan sanadnya
5. Melakukan i’tibar;
8. Melakukan analisa terhadap keadaan sanad, baik dari sisi jumlah (kuantitas) maupun kualitasnya.
9. Kesimpulan
3. Takhrij hadits
من سبح في دبر صلةا الغداةا مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر.
4. Kuantitas sanad hadits ini pada thabaqat sahabat adalah ahad gharib, lalu meningkat menjadi ahad
‘aziz dan pada thabaqat berikutnya meningkat menjadi hadits ahad masyhur.
Kualitas sanad hadits ini sesuai dengan syarat-syarat yang terpenuhi adalah hadits shahih li dzatihi.
B. SARAN
1. Kami menyarankan agar dipelajari tentang pendeteksian hadits melalui kamus-kamus hadits agar
lebih efektif dan mudah
2. Kami menyarankan agar pelacakan hadits dalam kitab-kitab hadits agar menggunakan kitab dengan
penataan sistematika yang jelas
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, studi hadits, IAIN Sunan Ampel Press:2012, Surabaya
Ismail, Dr. M. Syuhudi. Metodolgi Penelitian Hadits Nabi. Bulan Bintang: 1992. Jakarta.
Al-Naisabury, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairy. Shahih Muslim. Thaha Putera: tt. Semarang.
Al-Ashbahy, Malik bin Anas. Al-Muwattha’. Dar el-fikr: 2010. Beirut, Libanon
Thahan, Dr. Mahmud. Intisari Ilmu Hadits. UIN Malang Press: 2007. Malang.
Al-Khathib, Dr. M. Ajjaj. Ushulul Hadits. Dar El-Fikr: 1989. Beirut, Libanon.
Al-‘asqalany, ibnu hajar. Tahdzib at-tahdzib. Dar el-kutub al-ilmiah:1994. Beirut. Libanon.
An –nasa’iy, ahmad bin syu’aib. Sunan an-nasa’iy. Karya thaha putera: 1930. Semarang.
At-tirmidzy, abi isa muhammad bin isa. Sunan at-tirmidzy. Dar el-kotob el-ilmiyah: 2003. Beirut, lebanon.
Al-mizzy, jamaluddin abil hajjaj yusuf. Tahdzibul kamal fi asmailr rijal. Dar el-fikr: 1994. Beirut, libanon.
An-nu’many, ahmad bin hanbal. Musnad ahmad. Dar el-fikr: tt. Beirut, libanon
Al-quzwiny, abi abdillah muhammad bin yazid. Sunan ibnu majah. Maktabah dahlan: tt.
[3] Tim penyusun mkd iain sunan ampel Surabaya, studi hadits. Iain sunan ampel press. Hal. 171
[7] DR. M. syuhudi ismail. Metodologi penelitian hadits nabi. Bulan bintang, Jakarta. Hal.
[8] Tim Penyusunm MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hadits. IAIN Sunan Ampel Press. Hal. 187-
188
[9] DR. Mahmud Thahan, intisari ilmu hadits . UIN Malang Press. Hal. 52