Islam
adalah
Persoalan
tersebut
Al-Asyari, Amer bin Al- Ash, Thalhah bin Ubaidillah. Zubair bin Awwam
dan Aisyah istri Rasulullah SAW.Masalah ini kemudian dicuatkan oleh
golongan khawarij bahwa setiap pelaku dosa besar adalah kafir.
Pernyataan theologi khawarij seperti itu selanjutnya menjadi
bahan perbincangan dalam setiap diskursus aliran-aliran theology Islam
yang tumbuh kemudian seperti aliran Murjiah, Mutazilah, Asyariyah dan
Maturidiyah turut ambil bagian dalam polemik teresbut, dan tidak jarang
didalam masing-masing aliran tersebut terdapat lagi nuansa perbedaan
antara pengikutnya.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan diskursus yang
berkembang dalam pemikiran aliran-aliran theologi Islam itu, dikhususkan
masalah konsep Iman dan kufur serta status pelaku dosa besar.
Pertanyaan utamanya adalah bagaimana status orang yang melkukan
dosa besar?, apakah ia masih dimasukkan sebagai orang yang beriman
atau kafir?, konsep pokok apa saja yang menjadi inti konsep iman? Dan
lainnya.
Aliran Khawarij
Sebagai sebuah aliran yang lahir dari peristiwa politk, maka
pendirian theologi Khawarij terutama yang brkaitan masalah iman dan
kufur sebenarnya lebih bertendensi pada masalah politis ketimbang ilmiah
teoritis. Kebenaran ini tidak dapat disangkal, karena seperti yang telah
diungkapkan dalam sejarah Khawarij yang mula-mula memunculkan
persoalan theologis seputar makalah Apakah Ali dan pendukungnya
ialah
kafir
atau
masih
tetap
mukmin?,
Apakah
Muawiyah
dan
mereka telah beralih status menjadi kafir millah (agama), dan itu berarti
mereka telah keluar dari agama islam serta kelak dalam neraka bersamasama orang kafir lainnya.
Iman dalam pandangan Khawarij, tidak semata-mata percaya
kepada Allah. Akan tetapi mengerjakan segala perintah kewajiban agama
juga merupakan bagian dari keimanan. Tepatnya iman bagi Khawarij
merupakan pembenaran dalam hati, diucapkan dengna lidah dan
dilakukan dengan perbuatan. Oleh karena itu segala perbuatan yang
bersifat keagamaan, adalah merupakan bagian dari keimanan, maka
logikanya siapapun yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan
bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya tetapi tidak melakukan kewajiban
agama bahkan melakukan perbuatan dosa, oleh Khawarij telah dipandang
sebagai kafir.
Najdah tidak jauh berbeda dengan Azariqah kepada umat islam
yang tidak mau bergabung ke dalam kelompok mereka, maka predikat
yang sama disandangkan pula oleh Najdah kepada siapapun umat islam
yang secara terus menerus mengerjakan dosa kecil.
Lain halnya dengan sub sekte Khawarij yang moderat yaitu
kelompok Ibadiyah memiliki pandangan yang berbeda dengan kelompok
Azariqah dan An-Najdah, baginya setiap pelaku dosa besar adalah
mukmin yaitu sebagai muwabid (yang mengesakan Tuhan), tetapi bukan
mukmin.
Pendeknya
ia
tetap
disebut
kafir,
hanya
perbuatan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai dosa besar dan
dapat membawa kekufuran. Agaknya Khawarij tidak menjelaskan secara
konseptual, kecuali sekte supriyah. Sekte ini memilah dosa besar menjadi
dua bagian.
Pertama. Dosa
zina; kedua,
dosa
yang
yang
tidak
ada
ada
hukumannya
hukumannya
didunia
didunia
seperti
seperti
meninggalkan shalat dan puasa. Pelaku dosa besar yang pertama tidak
dipandang kafir, tetapi pelaku dosa besar yang kedua dengan mereka
anggap telah menjadi kafir. Khawarij cenderung menyamaratakan semua
perbuatan dosa sebagai dosa besar yang menggiring kepada kekufuran.
Dalam paham mereka lebih banyak tertuju pada sangsi langsung bagi
seseorang yang melakukan dosa besar. Hal ini dapat dimengerti karena
atau
hubungannya
dengan
keadaan-keadaan
yang
keolompok
Khowarij
yang
lahir
terutama
yang
dari
berkaitan
peristiwa
dengan
masalah iman dan kufur lebih bertendensi politis ketimbang ilmiahteoretis. Kebenaran pernyataan ini tak dapat di sangkal karena, seperti
yang telah diungkapkan oleh sejarah, Khowarij mula-mula memuncul
persoalan teologis seputar masalah, apakah Ali dan pendukungnya
adalah kafir atau tetap mukmin? apakah Muawiyah dan pendukungnya
adalah kafir atau tetap mukmin? jawaban atas pertayaan itu kemudian
menjadi pijakan atas dasar dari teologi mereka. Menurut mereka, karena
Ali dan Muawiyah beserta para pendukungnya telah melakukan tahkim
kepada manusia, berarti mereka telah berbuat dosa besar. Dan semua
pelaku dosa besar (mutabb al kabirah), menurut semua subsekte
Khowarij, kecuali Najdah, adalah kafir dan disksa di neraka selamanya.
Subsekte Khowarij yang sangat ekstrim, Azariqoh, menggunakan istilah
yang
lebih
mengerikan
dari
pada
kafir
yaitu
musyrik.
Mereka
memandang musyrik bagi siapa saja yang tidak mau bergabung ke dalam
barisan mereka, sedangkan pelaku dosa besar dalam pandangan mereka
telah beralih status keimanannya menjadi kafir millah (agama), dan itu
berarti telah keluar dari Islam. Si kafir semacam ini akan kekal di neraka
bersama orang-orang kafir lainnya.
Subsekte Najdah tak jauh berbeda dari Azariqah. Kelau Azariqah
memberikan prediket musyrik kepada umat Islam yang tidak mau
bergabung dengan kelompok mereka, Najdah pun memberikan prediket
yang
sama
kepada
siapapun
dari
umat
Islam
yang
secara
Al-jahmiyah,
Ash-Salihiyah,
Al-Yunisiyah,
Asy-Syimriyah,
As-
Al-Jahmiyah,
As-Salihiyah,
dan
Al-Yunusiyah,
mereka
berpendapat bahwa iman adalah tashdiq secara kalbu saja, atau marifah
(mengetahui) Allah dengan kalbu, bukan secara demonstratif, naik dalam
ucapan maupun tindakan. Oleh kerena itu, jika seseorang telah beriman
dalam hatinya, ia tetap dipandang sebagai seorang mukmin sekalipun
menampakkan tingkah laku seperti Yahudi atau Nasroni. Hal ini di
sebabkan oleh keyakinan Murjiah bahwa iqrar dan amal bukanlah bagian
dari iman. Kredo kelompok Murjiah ekstrim yang terkenal adalah
perbuatan tidak dapat menggugurkan keimanan, sebagaimana ketaatan
pun tidak dapat membawa kekufuran. Dapat disimpulkan bahwa
kelompok ini memandang bahwa pelaku dosa besar tidak akan disiksa di
neraka.
Sementara yang dimaksud Murjiah moderat ialah mereka yang
berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun
disiksa di neraka, ia tidak kekal di dalamnya, bergantung pada dosa yang
dilakukannya. Kendatipun demikian, masih terbuka kemungkinan bahwa
Tuhan akan mengampuni dosanya sehingga bebas dari siksa neraka. Ciri
khas mereka lainnya adalah dimasukkannya iqrar sebagai bagian penting
dari iman, disamping tashdiq (marifat).
Di antara subsekte Murjiah yang dimasukkan Harun Nasution dan
Ahmad Amin dalam ketagori ini adalah Abu Hanifah dan pengikutnya.
Pertimbangannya, pendapat Abu Hanifah tentang pelaku dosa besar dan
konsep iman tidak ajuh berbeda dengan kelompok Murjah moderat
lainnya. Ia berpendapat bahwa seorang pelaku dosa besar masih tetap
mukmin, tetapi bukan bararti bahwa dosa yang diperbuatnya tidak
berimplikasi. Andaikata masuk neraka, karena Allah menhendakinya, ia
berpendapat
bahwa
seluruh
umat
Islam
adalah
sama
2013 (2)
o
Maret (2)
2012 (16)
o
Maret (16)
PEMBAGIAN FIIL
MENGENAI SAYA