Anda di halaman 1dari 5

AL- WALA’ WAL BARA’

Disusun Kembali Oleh : Siti Khotijah

Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang
mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana
Allah ‘Azza wa Jallatelah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang
memerangi agama Islam. (https://muslimah.or.id/89-al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-
tauhid.html)

Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tidak ada
ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan kalimat
inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka.
(https://muslimah.or.id/89-al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-tauhid.html)

Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan
membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang
disebut al wala’ wal baro’. (https://muslimah.or.id/89-al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-
tauhid.html)

Al-Wala’ dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, antara lain; mencintai,
menolong, mengikuti dan mendekat kepada sesuatu. Selanjutnya, kata al-muwaalaah (ُ ‫)ال ُم َواالَة‬ْ
ْ
adalah lawan kata dari al-mu’aadaah(ُ ‫)ال ُم َعادَاة‬ ْ
atau al-‘adawaah(ُ ‫)ال َعدَ َواة‬ yang berarti
permusuhan. Dan kata al-wali (‫ ) ْال َولى‬adalah lawan kata dari al-‘aduww (‫)ال َعد ُو‬ ْ yang berarti
musuh. Kata ini juga digunakan untuk makna memantau, mengikuti, dan berpaling. Jadi, ia
merupakan kata yang mengandung dua arti yang saling berlawanan.

Dalam terminologi syari’at Islam, al-Wala’ berarti penyesuaian diri seorang hamba
terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan
orang yang melakukannya. Jadi ciri utama wali Allah adalah mencintai apa yang dicintai
Allah dan membenci apa yang dibenci Allah, ia condong dan melakukan semua itu dengan
penuh komitmen. Dan mencintai orang yang dicintai Allah, seperti seorang mukmin, serta
membenci orang yang dibenci Allah, seperti orang kafir.

Sedangkan kata al-bara’ dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, antara lain
menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri dan memusuhi. Kata bari-a (‫ )بَري َء‬berarti
membebaskan diri dengan melaksanakan kewajibannya terhadap orang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫سوله‬
‫ّللا ِّمنَ بَ َرا َءة‬ ُ ‫َو َر‬

“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya.” [At-Taubah: 1]

Maksudnya, membebaskan diri dengan peringatan tersebut.

Dalam terminologi syari’at Islam, al-bara’ berarti penyesuaian diri seorang hamba
terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah berupa perkataan, perbuatan, keyakinan dan
kepercayaan serta orang. Jadi, ciri utama al-Bara’ adalah membenci apa yang di-benci Allah
secara terus-menerus dan penuh komitmen.

Maka, cakupan makna al-wala’ adalah apa yang dicintai Allah, sedangkan
cakupan makna al-bara’ adalah apa yang dibenci Allah.

A. Definisi ‘Aqidah al-Wala’ dan al-Bara’


Dari penjelasan terdahulu: ‘aqidah al-wala’ wal-bara’ dapat didefinisikan sebagai
penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah serta apa yang
dibenci dan dimurkai Allah, dalam hal perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan orang. Dari
sini kemudian kaitan-kaitan al-wala’ wal bara’ dibagi menjadi empat:

1.Perkataan
Do’a dan dzikir yang sesuai dengan Sunnah adalah dicintai Allah, sedangkan mencela dan
memaki dibenci Allah Azza wa Jalla.

2.Perbuatan
Shalat, puasa, zakat, sedekah dan berbuat kebajikan, mengerjakan Sunnah-Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dicintai Allah sedangkan tidak shalat, tidak puasa, bakhil, riba,
zina, minum khamr, dan berbuat bid’ah dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3.Kepercayaan
Iman dan tauhid dicintai Allah, sedangkan kufur dan syirik dibenci Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

4.Orang-Orang yang Muwahhid (mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah


Subhanahu wa Ta’ala) dicintai Allah sedangkan orang kafir, musyrik, dan munafiq dibenci
Allah Azza wa Jalla.

B. Kedudukan ‘Aqidah al-Wala’ wal Bara’ dalam Syari’at Islam


‘Aqidah al-wala’ wal bara’ memiliki kedudukan yang sangat penting dalam keseluruhan
muatan syari’at Islam. Berikut penjelasannya:

Pertama:
Al-Wala’ wal bara’ merupakan bagian penting dari makna syahadat. Maka, ungkapan َ‫إلَهَ ال‬
(tiada ilah) dalam syahadat: َ‫( للاُ إالَ إلَهَ ال‬tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain
Allah) berarti melepaskan diri dari semua sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ْ‫وال أ ُ َمة ُك ِّل في َب َعثْنَا َولَقَد‬


ً ‫س‬ُ ‫ّللاَ ا ْعبُد ُوا أَن َر‬ َ
ُ ‫الطا‬
َ ‫غوتَ َواجْ تَنبُوا‬

“Sungguh Kami telah mengutus kepada tiap-tiap ummat seorang Rasul (yang menyerukan):
‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhkanlah thaghut…’” [An-Nahl: 36]

Thaghut adalah semua yang disembah selain Allah Azza wa Jalla.


Kedua:
Al-Wala’ wal bara’ merupakan bagian dari ikatan iman yang paling kuat. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اْإل ْي َمان ع َُرى أَ ْوثَ ُق‬: ُ ‫للا في ْال ُم َواالَة‬، ُ ‫للا في َو ْال ُمعَادَاة‬، ‫للا في َو ْال ُحب‬، ‫ض‬
ُ ‫للا في َو ْالبُ ْغ‬.

“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas yang kuat karena Allah dan permusuhan
karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” [2]

Ketiga:
Al-Wala’ wal bara’ merupakan faktor utama yang menyebabkan hati dapat merasakan
manisnya iman.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…‫…لل إالَ يُحبهُ الَ ْال َم ْر َء يُحبَ أَ ْن َو‬

“… Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah…” [3]

Keempat:
Pahala yang sangat besar bagi orang yang mencintai karena Allah, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ظلهُ إالَ ظ َل الَ يَ ْو َم ظلِّه في للاُ يُظل ُه ُم‬:.. ‫… َعلَيْه َوتَفَ َرقا َ َعلَيْه اجْ ت َ َمعَا للا في ت َ َحابا َ َو َر ُجالَن‬
‫س ْبعَة‬

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,… dan dua orang yang saling mencintai karena
Allah, keduanya berkumpul maupun berpisah juga karena-Nya…” [4]
Sumber: https://almanhaj.or.id/2171-al-wala-wal-bara.html

Sebagian Tanda Al Wala’

1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan
maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang
kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta
tidak dengki dan angkuh terhadap mereka.
3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang
dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb.
5. Bergabung dengan jama’ah mereka dan senang berkumpul bersama mereka.
6. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan
memintakan ampun kepada Allah bagi mereka.

Di Antara Tanda Al Baro’


1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dengan
menyembunyikan kebencian tersebut.
2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan untuk
menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting.
3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat
dengan mereka.
4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik yang
berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama
(misalnya merayakan hari raya mereka).
5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan umat
Islam.
6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak
terhadap mereka.
7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka sementara mereka
meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.

Buah Al Wala’ wal Baro’

1. Mendapatkan kecintaan Allah

“Allah berfirman, “Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai
karena Aku.” (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim)

2. Mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari kiamat

“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Mana orang-orang yang saling mencintai
karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang
tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.” (Hadits Qudsi riwayat Muslim)

3. Meraih manisnya iman

‘Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang
mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.‘ (HR. Ahmad)

4. Masuk surga

“Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga
kalian saling mencintai.” (HR. Muslim)

5. Menyempurnakan iman

“Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena Allah maka telah
sempurnalah imannya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan)

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala’ wal Baro’


Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada
orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan perintah Allah
dan melanggar larangan-Nya.

Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama
seorang wanita mengikuti agama suaminya.

Sumber : https://muslimah.or.id/89-al-wala-wal-baro-kunci-sempurnanya-tauhid.html

Anda mungkin juga menyukai