Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PENELITIAN AL-WALA’ WAL BARA’

MATA KULIAH AQIDAH II


PENDIDIKAN ULAMA’ TARJIH MUHAMMADIYAH

Pengampu : Ust, Asep Setiawan S.Th.I.,M.Ud.


Disusun oleh : - Dimas Surya Febriansyah
- Muhammad Abror Subkhi
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Wabah aqidah yang hari ini yang menjangkiti manusia adalah penyetaraan segala agama
dan keyakinan. Semua agama dianggap benar. Akhirnya, toleransi pun keblabasan, menerjang
dinding ideologi yang telah digariskan. Atas nama toleransi, pemahaman ini memahamkan kita
membenci keyakinan orang lain, tidak boleh ada keresahan apalagi kebencian terhadap hal hal
yang bertentangan dengan syiar dan syariat islam. Persoalan al wala dan bara(loyalitas,
kecintaan versus kenbencian, berlepas diri) adalah konsekuensi ketika seseorang mengikrarkan
dua kalimat syahadat. Disaat ia mengakui bahwa Allah SWT adalah satu satunya dzat yang
berhak disembah dan diibadahi, disaat itu pula, ia harus mengakui bahwa sesembahan selain
Allah SWT adalah bathil dan sesat. Walaupun, ada dalil yang memerintahkan kita untuk bersikap
adil dan baik kepada orang kafir, bukan berarti kita diperbolehkan untuk menoleransi kesesatan
yang telah mereka perbuat.
Realitanya, pada hari ini banyak orang yang tidak memahami konsep al wala wal bara secara
mendalam. Sebagian mereka justru lebih mencintai dan memuliakan orang orang kafir
dibandingkan orang orang mukmin. Mereka lebih mempercayai hal hal yang dipropagandakan
orang orang kafir walau kenyataannya dari perbuatan yang mereka lakukan akan menjadikan
saudaranya(orang orang mukmin) menderita. Atau mereka bersekutu dengan orang orang kafir
untuk bersama sama memerangi orang orang mukmin baik secara fisik maupun pemikiran.
Padahal salahnya penempatan sikap al wala wal bara ini dapat mengakibatkan mereka termasuk
dalam bagian orang orang kafir itu sendiri, begitulah ancaman Allah SWT. Maka dari itu, kami
ingin membahas mengenai konsep al wala wal bara dalam prespektif islam.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi al wala wal bara?


2. Bagaimana hukum al wala wal bara?
3. Bagaimana kedudukan al wala wal bara dalam islam?
4. Bagaimana pembagian manusia berdasarkan al wal wal bara?
5. Apa saja contoh pengamalan al wala’ wal bara’?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui al wala wal bara.


2. Mengetahui hukum al wala wal bara.
3. Mengetahui kedudukan al wala wal bara dalam islam.
4. Mengetahui pembagian manusia berdasarkan al wala wal bara.
5. Mengetahui contoh contoh pengamalan al wala’ wal bara’.
BAB II : PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AL WALA’ WAL BARA’

Kata al wala’ menurut bahasa berarti mencintai, menolong, mengikuti, mendekat kepada sesuatu.
Sedangkan al wala’ secara istilah ialah penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang disukai
dan diridhai Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan orang wilayah al wala’ yang
dicintai Allah (wali Allah). Ciri utama wali Allah adalah mencintai apa yang dicintai Allah dan
membenci apa yang di benci Allah.ia condong dan melakukan semua hal tersebut dengan penuh
komitmen.

Kata al bara’ menurut bahasa berarti menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri, memusuhi.
Kata al bara’ secara istilah berarti penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan
dimurkai Allah dari perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan orang wilayah al bara’. Ciri utama al
bara adalah membenci apa yang dibenci Allah secara terus menerus dan komitmen.

B. HUKUM AL WALA’ WAL BARA’

Hukum al wala’ wal bara’ dalam islam adalah wajib. Bahkan ia merupakan salah satu
konsekuensi kalimat syahadat. Mengenai hukum wajibnya, Allah SWT berfirman;

“janganlah orang orang beriman menjadikan orang orang kafir sebagai pemimpin, melainkan
orang orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, nisacaya dia tidak akan memperoleh
apapun dari Allah, kecuali karena(siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari
mereka.” (Q. S. Ali Imran ayat 28).

Allah SWT juga berfirman:

“wahai orang orang yang beriman jika kamu menaati orang orang yang kafir, niscaya mereka
akan mengembalikan kamu ke belakang(murtad), maka kamu akan kembali menjadi orang myang
merugi.”(Q. S Ali imran ayat 149).

Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:”barang siapa yang berkumpul dengan orang musyrik dan
tinggal bersamanya, maka dia sama dengannya.”(HR. Abu Dawud).

C. KEDUDUKAN SIKAP AL WALA’ WAL BARA’

Diantara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahidin, serta memutuskan hubungan
dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah SWT berfirman:”sesungguhnya penolong
kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, seraya mereka tunduk(kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah,
Rasul-Nya dan orang orang beriman menjadi penolongnya maka sesungguhnya pengikut(Agama)
Allah itulah yang pasti menang.”(Q.S. Al Maidah ayat 55-56).

“hai orang orang yang beriman janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman teman setia...”(Q.S. Al Mumtahanah ayat 1)

Kedudukan al wala’ wal bara’ dalam islam sangat tinggi karena dia adalah tali iman yang paling
kuat. Sebagaimana sabda Nabi SAW:”tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci
karena Allah”(HARI. Ibnu Jarir).

Dan dengan al wala’ wal bara’ lah kewalian dari Allah dapat tergapai. Dari Abdullah Ibnu Abbas
meriwayatkan:” saya yang mencintai karena Allah membenci karena Allah dan memberi wala’
karena Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian Allah
hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman, sekalipun mereka
banyak shalat dan puasa, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum
persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang demikianlah tidak bermanfaat
sedikitpun bagi para pelakunya.”(HARI. At Thabrani dalam Alkabir).

Dari ayat dan hadis diatas menunjukkan bahwa sikap loyalitas kepada orang orang mukmin dan
berlepas diri dari orang orang kafir hukmnya wajib, serta menunjukkan bahwa sikap loyal
terhadap sesama umat islam adalah kebajikan yang amat besar, dan sikap loyal terhadap orang
kafir adalah bahaya yang besar.

D. PEMBAGIAN MANUSIA BERDASARKAN AL WALA’ WAL BARA’

Manusia dari sudut al wala’ wal bara’ dibagi menjadi 3 bagian:


1. Orang yang berhak mendapatkan wala’ atau loyalitas mutlak yaitu orang orang mukmin yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka mau menjalankan semua yang
diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama islam dengan ikhlas yaitu
semata-mata hanya karena Allah SWT.
2. Orang yang berhak mendapatkan wala’ disatu sisi dan berhak mendapatkan bara’ disisi yang
lain yaitu seorang muslim yang melakukan maksiat yang lalai terhadap kewajiban agama
yang harus ia lakukan dan melakukan beberapa perbuatan yang diharamkan okeh Allah SWT
namun perbuatan tersebut tidak menyebabkan ia menjadi kufur dalam tingkatan yang besar.
3. Orang yang berhak mendapatkan bara’ mutlak yaitu orang musyrik dan kafir yang telah
menyekutukan Allah SWT baik ia dari Yahudi, Nasrani, Majusi ataupun yang lainnya.
Sedang jika seorang muslim melakukan perbuatan yang menyebabkannya menjadi kafir maka
ia dinyatakan sebagai murtad.

E. BENTUK PENERAPAN SIKAP AL WALA’ WAL BARA’

Berikut bentuk bentuk wala’ terhadap oarng muslim:


1. Menolong dan membantu kaum muslimin dengan jiwa, .raga, dan harta baik perkara duniawi
maupun ukhrawi.
2. Ikut merasakan penderitaan mereka dan kesenangan yang mereka alami.
3. Mencintai sekaligus mendoakan kebaikan dan ampunan bagi mereka.
4. Menghormati dan memuliakan kaum muslimin, tidak merendahkan dan mencela mereka serta
tidak berkhianat kepada mereka.
5. Menghargai hak hak kaum muslimin dan bersikap lemah lembut terhadap mereka.
6. Tidak menyerupai orang kafir dalam penampilan dan gaya bicara serta tidak berbangga
dengan nama nama mereka.
7. Tidak mengutamakan negeri kafir untuk tujuan wisata dan refresing(menyegarkan jiwa).
8. Tidak membantu orang kafir dalam usaha melawan kaum muslimin serta tidak memberi
kekuasaan kepada mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai sahabat dekat.
9. Tidak ikut berpartisipasi dalam hari raya dan adat istiadat serta kebiasaan orang kafir(tidak
memberikan penghargaan dan selamat).
10. Tidak berdoa dan memohonkan ampunan bagi orang kafir dan tidak bersikap kasih sayang
terhadap mereka.

Anda mungkin juga menyukai