Anda di halaman 1dari 9

Makalah Konsekuensi Syahadat

Kelompok 3 :

1. Maulana Achmad Fadjar


2. Amaida Dewi Fatimah
3. Ihwan Diki Saputra
4. Nova Fikra Amartha
PENDAHULUAN

Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga manusia. Syahadat
adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup manusia. Syahadat adalah salah satu syarat
utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka
tiada pula islam dalam kehidupan manusia.

Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat ibarat ruh,
sedangkan islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati jika ruh tersebut tidak ada
atau mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang menyangkut ketauhidan seseorang. Itulah,
mengapa Syahadat ini menjadi salah satu bagian yang primer bagi umat islam.

Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian utuh
yang harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya mengimani salah satunya
saja. Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui Allah saja namun tidak mengakui Rasulullah
Muhammad saw, begitu juga sebaliknya. Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat
dalam kehidupannya, maka terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang
terkandung dalam dua kalimat tersebut.
ISI

A. PENGERTIAN DAN MAKNA SYAHADAT

Yaitu ucapan Asyhadu Alla Ilaha Illalloh Wa Asyhadu Anna Muhammadarrasululloh (aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan-Nya). Maknanya adalah
beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya seolah-olah orang muslim mengatakan:

1. Aku bersaksi kepada Alloh bahwa Dia adalah Tuhan Yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-
Nya. Aku mendustakan semua jenis patung dan berhala, serta yang disembah selain Alloh.
2. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah penutup para Nabi dan Rasul. Disini seorang muslim
beriman kepada seluruh Rasul dan mengakui bahwa Muhammad adalah penutup para Nabi
dan beliau merupakan Nabi terakhir. Selain itu, ia juga beriman bahwa Islam adalah penutup
seluruh agama.

Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti
secara harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan
pengakuan.

Syahadat terdiri 2 kalimat persaksian yang disebut dengan Syahadatain, yaitu:

1. Asyhadu An-laa Ilaaha Illallaah yang artinya saya bersaksi tiada Tuhan Selain Allah
2. Wa Asyhadu Anna Muhammada Rasuulullaah yang artinya dan saya bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah.

Pernyataan kalimat syahadat dengan lisan paling tidak diucapkan satu kali seumur hidup sebagai
pernyataan hati secara resmi, sebagai pernyataan awal sebagai pemeluk agama Islam. Sebagai
konsekuensinya setiap muslim dikenai kewajiban berikutnya, yang masing-masing mempunyai
ketentuan yang khusus bagi setiap macam ibadah. Sementara itu dalam kenyataan seorang muslim
yang baik tidak hanya mengucapkan sekali saja ucapan syahadat, sebab setiap menunaikan shalat
akan diulangi berkali-kali bacaan syahadat itu.

Rukun Iman yang paling fundamental yang diajarkan oleh Alloh adalah keesaan Alloh (Tauhid).
Hal ini diekspresikan dalam kalimat syahadat pertama yang berbunyi Laa Ilaha Illalloh, yang berarti
“tidak ada Tuhan selain Alloh.” Ekspresi iman ini membedakan orang muslim sejati dengan orang
kafir (yang tidak beriman). Hal ini penting sekali karena ekspresi itu membebaskan konsep tauhid
(keesaaan Alloh) dari semua ketidaksucian dan menjadikannya suci, sederhana, dan terlepas dari
setiap bahaya syirik.
B. SYARAT SYAHADAT

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Alloh merahmati kita semua bahwa tidak semua
orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illa Alloh”, serta merta menjadi orang yang
sudah bertauhid (merealisasikannya). Akan tetapi, menurut para ulama’, agar menjadi seorang
yang bertauhid (muwahhid) harus memenuhi tujuh syarat, yaiut:

 Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat syahadat/tauhid baik dalam hal itsbat
(menetapkan) maupun nafy (menafikkan). Maka tiada yang berhak disembah selain Alloh.
 Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen dari kalimat syahadat.
 Menerima dengan hati dan lisan segala konsekwensinya.
 Tunduk dan patuh kepada segala yang dikehendakinya.
 Benar dalam mengatakannya. Artinya, apa yang dikatakan dengan lidah harus sesuai
dengan keyakinan dalam hati.
 Ikhlas dalam melakukannya tanpa dicampuri riya.
 Mencintai kalimat syahadat atau tauhid ini dengan segala konsekwensinya.

C. RUKUN SYAHADAT

[A]. Rukun “Laa ilaaha illallah”

An-Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan
kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah.

Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah
dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

[B]. Rukun Syahadat “Muhammad Rasulullah”

Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat “‘abduhu wa rasuluh ” hamba dan utusanNya).
Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling
sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau
adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga
berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain.

Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan
tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku
umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat
sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah.

Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi
hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya
atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi
ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena’wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya.

D. KONSEKUENSI SYAHADAT

[A]. Konsekuensi “Laa ilaha illallah”

Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan sebagai
keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit
pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan
ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para
thaghutlainnya.
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka menolak para da’i yang mengajak kepada
tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.

[B]. Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah”

Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan
mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta
mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.
E. PERKARA YANG MEMBATALKAN SYAHADAT

Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang
dapat mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah
diucapkan dengan lisan dan diyakini dalam hati. Berikut adalah hal-hal yang dapat
membatalkan syahadat:

 Berbuat syirik kepada Alloh yaitu menyekutukan Alloh, misalnya menyembelih untuk selain
Alloh. Dalilnya dalam firman Alloh yang artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Alloh, maka sesungguhnya ia
telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nissa’:48)
 Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Alloh kemudian dia meminta kepada
perantara-perantara itu dan menjadikan mereka sebagai wasilah. Alloh Ta’ala berfirman yang
artinya: “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami disisi Alloh.” (QS. Yunus: 18)
 Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau meragukan kekafiran mereka, atau
membenarkan mazhab mereka, maka dia telah kafir menurut ijma’(kesepakatan).
 Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama
dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti hukum yang mengutamakan hukum
Thogut (hukum selain hukum Alloh).
 Orang yang mengolok-olok agama (ajaran) Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalil
dalam Al-qur’an yang artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “sesungguhnya kami hanyalah bersenda
gurau dan bermain-main saja. “Katakanlah: “Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman. Jika kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang
yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah:66)
 Melakukan sihir

Diantara perbuatan sihir ialah ash-sharfu dan al-‘athfu. Ash-sharfu ialah perbuatan sihir yang
tujuannya ialah mengubah keadaan seseorang dari apa yang dicintainya, seperti memalingkan
kecintaan seorang suami terhadap istrinya menjadi kebencian terhadapnya.
Al-athfu ialah amalan sihir yang memacu dan mendorong seseorang dari apa yang tidak
dicintainya sehingga dia mencintainya dengan cara-cara setan. Maka barang siapa yang
melakukannya atau dia ridha dengan perbuatan itu maka dia telah kafir.

 Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi
kaum Muslimin. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-
pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa
diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Maidah:51)
 Orang yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh (bebas) untuk keluar dari
syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Berpaling dari agama Alloh, dia tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Alloh
Ta’ala berfirman: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Robb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya. Sesungguhnya kami akan
memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS.As-Sajadah:22)
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Dari pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Syahadat adalah berasal dari kata bahasa arab yaitu syahida yang berarti telah bersaksi.
Kemudian secara harfiah maknanya yaitu memberikan kesaksian dan memberikan
pengakuan.
2. Ada 7 syarat agar diterima syahadat yaitu: ilmu, yakin, menerima dengan hati dan lisan segala
konsekwensinya, tunduk dan patuh kepada segala yang dikehendakinya, ikhlas dan mencintai
kalimat syahadat dengan segala konsekwensinya.
3. Berikut beberapa keutamaan syahadat:

 Alloh akan menghapus dosa-dosa orang yang bersyahadat.


 Alloh akan menghilangkan kesedihan dan kesulitannya di dunia dan di akhirat.
 Alloh akan menjadikan dan menghiasi dalam dirinya rasa cinta kepada iman dan benci kepada
kekafiran.
 Mencegah seorang muslim kekal di neraka, dll.

4. Suatu perbuatan yang membatalkan syahadat:

 Berbuat syirik kepada Alloh.


 Orang yang bertawassul untuk mendekatkan diri kepada Alloh kemudian menjadikannya
sebagai wasilah.
 Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik kemudian membenarkan mazhab
mereka.
 Orang yang mengolok-olok agama islam atau ajaran yang dibawa oleh Nabi.

5. Setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat kemudian mengetahui makna yang terkandung di
dalam keduanya dan segala konsekwensinya, sehingga kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari yaitu dengan kita beriman dan bertakwa kepada Alloh, menjalankan
segala perintah dan menjauhi segala larangannya, menyembah hanya kepada Alloh tanpa
menyekutukannya sedikitpun dengan sesuatau apapun merupkan bentuk dan implementasi
terhadap kalimat tauhid. Selalu mengikuti sunnah Nabi, ittiba’, tidak taklid atau ikut-ikutan
dalam mengerjakan suatau amalan ibadah, terlebih lagi menjauhi segala perbuatan bid’ah apa
pun bentuknya sebagai bentuk utama dari penerapan sekaligus konsekwensi terhadap kalimat
syahadat.
DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-
membatalkannya.html

At-thahir, Hamid Ahmad Dr., Sunnah Untuk Anak. Bandung; Irsyad Baitussalam.

Abu Su’ud, Prof.Dr., 2003. Islamologi Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban
Umat Manusia. Jakarta; Rineka Cipta.

Al-Ghamidi, Ahmad bin Abdulah, Aqidah Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah. Al Aqso.

Al-qaulus Sadiid Fii Maqaashid Tauhid oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

Bawany, ‘Aisyah, Begum, 1994. Mengenal Islam Selayang Pandang. Jakarta; PT. Bumi
Aksara.

Haneef, Suzane, 1979. Mengapa Memilih Islam, Chicago; Kazi Publication

1. Tirmidzi: 3540
2. Bukhori: 22
3. Muslim: 26
4. Muslim: 93

Sekumpulan Ulama, Benteng Tauhid. Riyadh; Daar Al Qasim.

Anda mungkin juga menyukai