Anda di halaman 1dari 24

TAUHID RUBBUBIYAH,

TAUHID ULUHIYYAH
DAN TAUHID AF’AL
Secara bahasa, Tauhid Rububiyah merupakan bentukan dari dua kata, yaitu
Tauhid dan Rububiyah. Tauhid berasal dari Bahasa Arab, “Tauhidan”,
“Yuwahhidu”, dan “Wahhada” yang berarti mengesakan.
Menurut istilah, Tauhid Rububiyah berarti mengesakan Allah, mengimani
bahwa Allah SWT itu Maha Esa; tiada Tuhan selain-Nya; tidak ada sekutu
bagi-Nya. Allah tidak diduakan dan tidak pula memiliki mitra setara
dengan-Nya. Allah itu tidak melahirkan atau tidak mempunyai istri; dan
tidak pula dilahirkan atau mempunyai ayah. Allah itu benar-benar unik,
tidak ada yang sesuatu pun yang setara dengan-Nya, sebagaimana telah
disebutkan dalam Qs. Al-Ikhlas: 1-4
Tauhid Rububiyah. Tauhid
rububiyah adalah meyakini bahwa
Allah adalah satu-satunya pencipta,
pemilik, dan pengendali alam
raya. ...
Menurut bahasa, kata “Uluhiyyah” berarti sembahan,
persembahan. Secara istilah, dapat dimaknai Tauhid Uluhiyyah
sebagai kepercayaan bahwa hanya Allah sembahan yang benar
(Tuhan yang pantas disembah).
Dengan demikian, Tauhid Uluhiyyah adalah mengesakan dzat
Allah SwT melalui sikap dan perbuatan hamba dengan hanya
beribadah kepada-Nya, karena yang paling berhak diibadahi,
dimintai pertolongan adalah Allah yang Maha Esa. Implikasi
dari tauhid (mengesakan dan menyatukan) adalah bahwa ibadah
mukmin harus disatukan niat dan tujuannya murni (ikhlas)
karena Allah, bukan karena mengharap pujian dari makhluk,
dan bukan pula karena pencitraan (riya’).
Jika tauhid rububiyyah berkaitan dengan
pengesaan Allah dari segi perbuatan dan
sifat-Nya, maka tauhid uluhiyyah
berkaitan langsung dengan pengesaan
dan penghambaan Dzat Allah yang tidak
berbilang, Esa, tidak ada sekutu bagi-
Nya, dan tidak ada pula yang menyamai-
Nya.
Tauhid uluhiyyah yang murni menjadi syarat pengampunan dosa-dosa
hamba. Artinya, sebesar apa pun dosa hamba, selama tidak
menyekutukan Allah (syirik), peluang untuk memperoleh ampunan
dari Allah SwT sangat terbuka. Sebaliknya, orang yang melakukan
syirik, dosanya tidak akan diampuni oleh-Nya, karena syirik
merupakan dosa terbesar yang berkaitan “perselingkuhan teologis”
terhadap dzat-Nya secara langsung.
Perbedaan Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah
Uluhiyah berasal dari kata “Ilah”, yang artinya kepercayaan. Jika digabungkan,
uluhiyah memiliki makna kepercayaan bahwa hanya Allah sembahan yang benar.
Hal ini tercermin dari kalimat syahadat “Laailaaha illallah” yang berarti tidak ada
sembahan yang pantas disembah selain Allah.
Sedangkan dalam terminologi Islam, tauhid rububiyah dimaksudkan sebagai
kepercayaan bahwa Allah merupakan satu-satunya pencipta, pemelihara, dan
pengatur alam semesta. Setiap muslim yang menyatakan dirinya beriman kepada
Allah wajib mengakui Allah sebagai satu-satunya pencipta dan penguasa.
Jika disimpulkan, tauhid rububiyah berkaitan dengan keyakinan kepada Allah, dan
merupakan alasan dari tauhid uluhiyah. Sedangkan tauhid uluhiyah merupakan
keyakinan yang berkaitan dengan realisasi dari tauhid rububiyah. Intinya, dengan
keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah (tauhid
rububiyah), menyebabkan kita harus menyembah dan beribadah hanya kepada Allah
(tauhid uluhiyah).
Tauhid Af'ali (bahasa Arab:‫ )ا;;لتوحي;د ا;;ألفع;ا;;لي‬adalah
meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di
alam semesta, bahkan perbuatan-perbuatan
entitas-entitas lain adalah perbuatan Allah. Sesuai
Tauhid Af'ali, setiap perbuatan/tindakan yang
dilakukan oleh setiap entitas, terlaksana dengan
kekuatan dan kehendak Allah.
Tauhid af’al yaitu, mengesakan Allah Ta’ala pada segala perbuatan, menurut
pandangan bathin atau syuhud, bahwasannya segala perbuatan yang berlaku di
dalam alam semesta ini sekaliannya, tertib dari pada Allah Ta’ala. Maka tidak ada
yang mempunyai perbuatan di alam ini satu zarrah pun, kecuali perbuatan Allah
Ta’ala pada hakekatnya. Walaupun pada lahirnya secara majazi (bayangan) timbul
dari kehendak makhluk.

‫ـو َل َوالَ قُـ َّوةَ ِإالَّ بِـاهللِ ْال َعـلِ ِّى ْال َع ِظـي ِْـم‬
ْ ‫الَ َح‬

Artinya : Tiada daya (pada menjauhkan maksiat ) dan tiada upaya ( pada
mengerjakan ta’at ), melainkan dengan daya upaya Allah Ta’ala, yang Maha Tinggi
dan Maha Agung.
Allah Ta’ala mengisahkan, ketika nabi Muhammad melempar
musuhnya, dengan firmanNya :(Q.S. Al-Anfal : 17 )

َ ‫ت ِإ ْذ َر َمـ ْي‬
‫ت َول ِك َّن هللاَ َر َمى‬ َ ‫َو َمـا َر َمـ ْي‬

Artinya : Tiadalah engkau melempar ya Muhammad tatkala


berusaha melempar, tetapi Allah Ta’ala jualah ( pada
hakekatnya ) yang melempar tatkala itu.
Berdasarkan isyarat dari hadis dan ayat diatas ini, bahwa
tauhid af’al menjadi jelas adanya, sehingga tidak ada
suatu zarrahpun perbuatan makhluk di dalam alam ini ,
baik rupanya yang baik, maupun dalam bentuk yang
buruk. Semua itu pada hakekatnya adalah, tertib dari
qudrat iradat Allah Ta’ala, dalam syuhud ( pandangan )
bathin orang yang bertauhid itu pada martabat tauhid
af’al.
Beberapa Masalah Aqidah
a. Kufur
b. Syirik
c. Nifaq
d. Murtad
e. Khurafat
f. Tahayyul
g. Bid’ah
h. Tawassul
a. Kufur (ingkar) adalah salah perbuatan manusia, baik
secara lahiriyah maupun secara batiniyah yang bisa
menyebabkan hilangnya atau gugurnya keimanan
seseorang. Kufur kalau ditinjau dari segi hukum maka
kufur ada dua yaitu ada kufur kubra dan ada kufur sugra.
Kekufuran akbar atau keingkaran yang besar adalah salah
satu perbuatan yang membatalkan syahadat atau
keislaman, atau keimanan seseorang, sehingga hati dan
dirinya kosong blong dari Islam  dan Iman sampai dia
bertaubat dari kufur akbarnya. Jika ia mati sebelum
bertaubat maka ia mati dalam keadaan kafir.
Jenis-Jenis Kekufuran Yang Bisa Menghapus Iman
ada 4 macam :

1. Keyakinan-keyakinan Yang Mengkufurkan


Berbagai keyakinan yang mengkufurkan pelakunya misal seperti
1) Meyakini ada zat selain Allah yang mengatur alam ini
2) Ada yang memberi rezki selain Allah
3) Ada yang menghidupkan selain Allah
4) Ada yang mematikan selain Allah
5) Mengingkari dengan hatinya salah satu dari rukun iman yang enam
6) Mempercayai bahwa ada petunjuk, ada kitab, ada pedoman hidup, yang
lebih baik membawa maslahat dari pada petunjuk yang dibawah oleh
Rasulullah
7) Mengingkari salah satu ayat saja dari Al-Qur'an, misalnya kaum wanita
mengingkari tentang poligami dan mashlahatnya, kaum pria yang
mengingkari ayat-ayat jihad
8) Meyakini bahwa hukum islam itu tidak bijaksana
2. Syak (Ragu-ragu)
Misalnya seperti ucapan : " Apa benar Nabi Muhammad itu nabi yang
terakhir...? Betulkah agama Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah....?
Agama lain kan juga sama...! Agama nasrani juga mengikuti nabi Isa dan
nabi-nabi yang lain, agama yahudi juga pengikut nabi Musa, tidak mungkin
agama Islam itu satu-satunya agama yang benar.Jadi perkataan syak (ragu-
ragu) semacam itu membatalkan iman. Dan perlu diketahui bahwa kufur dari segi
i'tiqad dan syak ini hanya diketahui oleh Allah . Tidak ada manusia yang
mengetahuinya, kecuali jika keragu-raguan itu di zhahirkan  baik lewat ucapan
maupun lewat perbuatan.
.

3. Dengan Ucapan

    Kufur dari segi ucapan adalah mengucapkan sesuatu yang terkategorikan sebagai ucapan
kekufuran, artinya mengucapkan sesuatu ucapan yang menghina Allah, menghina Rasulullah dan
menghina sesuatu dari islam, baik dari segi akidahnya maupun dari segi syariatnya dengan misal
ucapan :
Seseorang berkata bahwa Islam tidak sesuai jika diterapkan dalam masyarakat majemuk yang
beraneka ragam suku dan agama.
•Seseorang yang berkata seperti : 'zaman modern gini masih bicara hukum potong tangan?
•Atau berkata :"Wanita disuruh pakai jilbab karena pada zaman Nabi dulu banyak debu, sekarang tidak
perlu lagi karena semua jalanan sudah di aspal".
•Atau berkata, Rasulullah memelihara jenggok karena dulu tidak ada pabrik silet".
•Atau berkata, "Jika dilaksanakan hukum potong tangan maka kita akan beramai-ramai makan sop jari"
atau "Jika kita melaksanakan hukum rajam terhadap penzina muhshan (yang sudah menikah) batu
dikawasan ini akan habis".
•Atau bahkan berkata :"Islam itu agama yang menyusahkan, kenapa semua yang enak-enak
dilarang?!.
•dan masih banyak yang lainnya ucapan-ucapan yang bisa mengkufurkan seseorang 

4. Dengan Perbuatan

    Adapun contoh dengan perbuatan juga sangat banyak jumlahnya dan diantara yang termasuk
perbuatan sehingga seseorang bisa jadi kufur yang nyata, misalnya :
•Membunuh para Nabi
•Sujud di hadapan berhala
•Menginjak-injak mushaf Al-Qur'an dan sengaja mengotorinya dengan benda-benda najis
•Memerangi, membunuh, menangkap dan mengusir orang-orang beriman (wali Allah)
•Menghina Allah. menghina RasulNya dan menghina sesuatu dari Islam dengan tulisan maupun
lukisan
•Membuaat patung dan berhala untuk disembah
•Sengaja mencampakkan bagian-bagian mushaf Al-Qur'an kedalam tong sampah sebagai penghinaan
•Memasang salib di badan
•Masuk gereja hanya untuk pura-pura ikut mereka, itu saja sudah kafir
•Memasang az-zinar (ikat yang diikatkan di pinggangnya orang hindu ketika beribadah)
Kufur Kecil dan Bentuk-Bentuknya :
Kufur kecil ialah kufur yang tidak menyebabkan orang yang bersangkutan keluar dari Islam.
Contohnya:
1. Kufur nikmat
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang mengajak bicara orang-orang mukmin dari kaum Nabi
Musa ‘alaihis salam.
‫َو ْذ تََأ َّذ َن َربُّمُك ْ لَنِئ َش َك ْرمُت ْ َأل ِزيدَ نَّمُك ْ َولَنِئ َك َف ْرمُت ْ َّن عَ َذاىِب لَ َش ِدي ٌد‬
“Dan (ingatlah), tatkala Rabb kalian memaklumkan, ‘Sesungguhnya ‫ِإ‬ jika kalian bersyukur, pasti Kami‫ِإ‬
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih’.” (Ibrahim: 7)
2. Kufur amal/perbuatan
Yaitu setiap perbuatan maksiat yang oleh syariat dimasukkan ke dalam perbuatan kufur, namun
pelakunya masih tetap sebagai seorang mukmin. Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam:

‫اب الْ ُم ْسمِل ِ فُ ُس ْو ٌق َو ِقتَاهُل ُ ُك ْف ٌر‬


ٌ ‫َس َّب‬
“Mencaci-maki orang Islam adalah (perbuatan) fasik sedangkan memeranginya adalah (perbuatan)
kufur.” (HR. Al-Bukhari)

‫ال يَ ْزيِن الْ َّزايِن ِحنْي َ يَ ْزيِن َوه َُو ُمْؤ ِم ٌن َوال يَرْش َ ُب الْ َخ ْم َر ِحنْي َ يَرْش َ هُب َا َوه َُو ُمْؤ م ٌن‬
“Tidaklah berzina seorang penzina, sedang ia dalam keadaan beriman (yang sempurna keimanannya
-ed.). Dan tidaklah seorang minum khamar, ketika sedang minum khamar tersebut ia dalam keadaan
beriman.” (HR. Muslim)
Perbuatan kufur semacam ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, berbeda dengan
kufur i’tiqadi (dalam keyakinan).
3. Orang yang memutuskan suatu permasalahan
dengan hukum selain yang diturunkan oleh Allah,
sedangkan ia mengakui kebenaran hukum
Allah. Ibnu ‘Abbas berkata, “Barangsiapa meyakini hal
tersebut, sedang dia masih memutuskan dengan hukum
selain yang diturunkan oleh Allah, maka dia adalah orang
zhalim dan fasik.” Pendapat ini pula yang dipilih oleh Ibnu
Jarir. Sedangkan Atha’ berkata, “Ia adalah kufur di bawah
kufur (tidak sampai kafir yang mengeluarkan dia dari
Islam -pent).”
Jika dilihat dari segi bahasa Pengertian Syirik berasal dari kata
“Syaraka” yang memiliki arti bersekutu dua orang atau lebih.
Secara umum Syirik adalah menduakan Allah dengan sesuatu
yang lainnya.
Seperti contoh kemampuan ilmu yang dimiliki dia akui bukan
sebab dari Allah SWT. Melainkan dari kekuatan yang ia pelajari
sendiri. Dengan keilmuan yang seperti ini seseorang tersebut
akan merasa bangga dan sombong, takabur bahkan bisa
membahayakan dirinya sendiri. Begitu juga dengan seseorang
yang kaya raya dan mengaku bahwa kekayaan yang dimiliki
adalah hasil jerih payah dia sendiri tanpa melibatkan Allah SWT
didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai