KHAIRUL PAHMI
A. PENDAHULUAN
Tauhid merupakan hal penting untuk harus diketahui dan pelajari sebagai
seorang muslim, karena ilmu yang membahas tentang Allah SWT adalah disebut
dengan Ilmu Tauhid, ilmu tauhid juga membahas tentang sifat wajib Allah SWT,
sifat yang tidak boleh disifatkan kepada Allah SWT, dan sifat yang harus tidak ada
pada Allah SWT.
Tauhid harus benar – benar dipelajari dengan sebaik – baiknya, karena jika
kita salah dalam memahami tentang tauhid maka kita akan tersesat dalam
pemahaman tentang tauhid. Maka dari itu pentingnya kita belajar dengan seorang
guru dan belajar dengan sumber – sumber bacaan yang jelas, karena jika kita
belajar sendiri dan sembarangan dalam memilih sumber bacaan maka kemungkinan
kita akan tersesat dalam pemahaman kita sendiri.
Kita juga harus memahami tentang fitrah manusia, fitrah manusia yang
terlahir kedunia ini adalah dalam keadaan yang suci dan bersih. Tidak ada manusia
yang terlahir langsung memiliki dosa ataupun mendapatkan dosa warisan dari
orang tuanya. Karena manusia yang baru lahir di dunia ini diibaratkan bagaikan
kertas putih, karena itu tergantung dari orangtuanya yang akan mengarahkannya
kearah yang baik atau kearah yang buruk.
B. PEMBAHASAN
1. Tauhid
1
M.Yusran Asmuni dari Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang Allah SWT, Tauhid
artinya meng-Esakan Allah SWT. Esa berarti satu. Allah tidak boleh dihitung
dengan angka seperti satu, dua, tiga, empat atau berapa pun karena Allah SWT
tidak layak disamakan dengan angka berapa pun. Ayat-ayat Al-Qur'an telah
menyatakan tentang ke-Esaan Allah SWT. Diantaranya adalah Surah Al-Ikhlas
ayat 14, yang artinya: Katakanlah: "Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang kepadanya segala sesuatu bergantung. Dia tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada yang setara dengan Dia.”2
Secara istilah Syar’i, arti Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya Tuhan yang berhak disembah. Dari makna ini dapat dipahami bahwa
banyak hal yang bisa dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Pohon
Besar, Patung, orang-orang shalih, kuburan atau bahkan makhluk Allah yang lain,
namun seorang yang bertauhid didalam hatinya hanya akan menjadikan Allah SWT
sebagai satu-satunya Tuhan yang ia sembah sampai akhir hidupnya.3
Berbicara tentang Tauhid dalam Islam tidak akan pernah terlepas dari kata
“Laa ilaaha illallah”, karena kata tersebutlah yang menjadi syarat utama bagi
seorang muslim agar diakui keislamannya dan menjadi syarat agar seseorang bisa
2
Q.S. Al – Ikhlas ayat 1 - 4
3
Syarh Tsalatsatil Ushul,Ibid. h. 48.
4
Abul A‟la al-Maududi, Prinsip-prinsip Islam, terj. Abdullah Suhaili,
5
Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Filsafat Tauhid, terjemahan M. Ha bin Wicaksana
menjadi muslim, namun tidak berhenti disitu saja, setiap muslim yang telah
berikrar tiada Tuhan selain Allah juga diharuskan merealisasikan dalam perbuatan
sehari-hari. Seperti tidak hanya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah saja
akan tetapi juga harus mengaplikasikannya dalam segala bentuk Ibadah dan
perbuatan yang dilakukan hanya untuk Allah semata6.
Makna yang benar dari kalimat Tauhid tersebut bukanlah hanya sekedar
menetapkan bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang Menciptakan,
memberi kita Rezeqi, dan mengatur segala urusan alam semesta ini. Bukan hanya
itu maknanya, akan tetapi makna yang lebih tepat adalah “Tidak ada yang berhak
untuk disembah selain Allah SWT.”7
Dari makna diatas dapat menuntun kita pada sebuah pemahaman, Yaitu kita
harus senantiasa memurnikan ibadah hanya kepada Allah SWT dan tidak
menujukan satu bentuk ibadah pun kepada selain Allah SWT, siapa pun mereka,
apalagi sampai kepada sesembahan selain Allah SWT, Naudzubillah.
Jika di satu sisi dia mengucapkan kalimat Tauhid, namun di sisi lain dia
beribadah kepada selain Allah SWT, tentu hal ini menjadi dua hal yang
bertentangan. Perlu diketahui bahwa kandungan kalimat “Laa Ilaaha Illallah”
tersebut adalah hakikat dari Tauhid yang sebenarnya. Makna inilah yang
merupakan tujuan utama penciptaan manusia, inti dakwah dari seluruh para Rasul
dan para Nabi, dan mengapa kitab-kitab suci diturunkan. Karena makna kalimat
Tauhid itu pula, terjadi perselisihan dan permusuhan yang sengit antara para Rasul
dengan para penentangnya dari orang-orang kafir.8
Artinya : Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.Yang menguasai di hari Pembalasan.(Q.S. Al-Fatihah :1-4).13
10
Abul Hasan Ali an Nawawi, Syikhul Islam Ibn Taimiyah, Ter. Qodirinnur.
11
Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah, Fawaidul Fawaid
12
Muhammad Bin Abdullah Al-Buraikan, Ibrahim, Pengantar studi Aqidah Islam.
13
Q.S Al – Fatihah 1 - 4
Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah,
Tuhan semesta alam.(QS. Al-A’raf : 54).14
Tauhid Uluhiyyah
Kata Uluhiyyah diambil dari kata Illah yang berarti yang di sembah dan
yang dita’ati. Kata ini digunakan untuk menyebut sesembahan yang haq dan yang
bathil, sebagaimana sembahan yang haq terlihat misalnya dalam firman Allah
berikut ini yang artinya :
Artinya : Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).(QS. Al - Baqarah :
255).15
Dalam hal lain syaikh Shalih bin Fauzan menjelaskan, yang dimaksud
dengan Tauhid Uluhiyah adalah meng-Esakan Allah SWT dengan perbuatan dan
tindakan seorang hamba berdasarkan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah
dengan syari’at di syariatkan seperti doa, nazar, qurban, berharap hanya kepada
Allah, takut hanya kepada Allah, tawakkal, senang dan tobat. 16
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.( QS. Ad-Dzariyat :56)17
14
QS. Al – A’raf ayat 54
15
QS. Al – Baqarah ayat 255
16
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Op.Cit., h.39.
17
QS. Ad – Dzariyat ayat 56
Jenis tauhid ini adalah inti dari dari dakwah para Rasul, mulai dari Rasul
pertama hingga Rasul yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana
firman Allah sebagai berikut yang artinya:
Artinya : Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang mendustakan
(rasul-rasul).(QS. An-Nahl : 36).18
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai hamba Allah kita
harus senantiasa beribadah ikhlas karena Allah semata, yaitu dengan melaksanakan
apa yang telah Allah perintahkan kepada kita dan meninggalkan apapun yang
menjadi larangan-Nya sebagai bukti keta’atan dan semata-mata mengaharap ridho-
Nya.
Oleh sebab itu, realisasi yang benar dari tauhid Uluhiyah hanya bisa
tercapai apabila kita melakukan dan menjalankan semua bentuk ibadah hanya
kepada Allah SWT semata tanpa adanya sekutu bagi-Nya dan hendaklah kita
semua mengerjakan sesuai dengan apa yang diperintahkan serta menjauhi apa yang
jadi larangan-Nya.19
Sebagaimana Allah berfirman dalan Al-Quran surat Asy – Ayura : 11 berikut ini
yang artinya :
Artinya : (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasanganpasangan
18
QS. An – Nahl ayat 36
19
Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam.
20
Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan,Op.cid, h. 71
(pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan
melihat.(QS. As-Syu’ara: 11). 21
Tiga jenis Tauhid inilah yang wajib kita ketahui dan dipahami oleh seorang
muslim, perlu diketahui bersama pada dasarnya ketiga tauhid diatas saling
berkaitan anatara satu dengan yang lainnya, Artinya, Tauhid Uluhiyah tergantung
kepada ada dan sahnya Tauhid Rububiyah dan Asma wa Sifat. Tauhid Rububiyah
sah kalau disertai Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma Wa Sifat serta begitupula
sebaliknya. Ketiga-tiganya tidak bisa dipisah-pisahkan, baik dalam teori (ilmu)
maupun dalam praktek (amal) harus secara terpadu dan merupakan tiga serangkai.22
2. Fitrah Manusia
Sebagai mahkluk-Nya yang memiliki akal dan pikiran serta hati, manusia
cenderung mencari hakikat dirinya di atas muka bumi ini. Dalam Al-Quran surah
Ar-Rum ayat ke-30, Allah SWT sudah menjelaskan tentang fitrah kemanusiaan
yang artinya:
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak
ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum : 30)23
Fitrah itu adalah potensi dasar yang harus terus dipelihara, dijaga dan
dikembangkan, sejak seorang manusia terlahir kedunia ini. Maka dari itu, peran
orang tua menjadi begitu penting untuk menjaga potensi – potensi anak tersebut.
Dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Setiap manusia dilahirkan dari rahim ibunya itu
adalah suci. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi”.25
21
QS. Asy – Syu’ara ayat 11
22
Abu Bakar Jabir Al Jazai’ri, Minhajul Muslim.
23
QS. Ar-Rum ayat 30
24
Prof Yunahar Ilyas dalam karyanya, Tipologi Manusia Menurut Al-Qur’an
25
HR. Imam Bukhari dan Muslim
Dalam pandangan Islam, orang tua wajib menumbuhkembangkan anak
mereka agar tetap memegang teguh agama Islam dan Tauhid. Lebih dari itu,
mereka juga wajib terus mengupayakan menjadikan anak-anaknya sebagai Muslim
yang baik, yang jadi kebanggan orangtuanya terlebih lagi dapat menjadi
kebanggaan Rasulullah SAW, di dunia dan akhirat kelak.
Menurut pandangan Islam setiap manusia yang lahir di muka bumi ini
dalam keadaan fitrah yang artinya terlahir dalam keadaan yang suci dan bersih.
Manusia terlahir dalam keadaan bersih tanpa mempunyai dosa, walaupun orangtua
yang melahirkannya mungkin telah berbuat dosa.
Dalam Islam tidak ada dosa warisan, sehingga orangtua yang telah berdosa
tidak akan membagikan dosanya kepada anak keturunannya sebagai ahli waris.
Kesalahan besar jika seseorang menganggap telah mendapatkan warisan dosa yang
banyak dari orangtuanya sehingga menjadikan dirinya berputus asa dari rahmat
Allah.
Artinya : “Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebaikan dan
kejahatan)” (QS. Al-Balad : 10)29
26
Islam Digest Republika
27
Dr. H. Abdul Fadlil, M.T Puasa mengembalikan Fitrah Manusia
28
QS. As-Syam ayat 7-8
29
QS. Al-Balad ayat 10
Kemampuan ini diungkapkan dengan petunjuk. Maka ilham atau hidayah
itu sudah tersimpan di dalam diri manusia dalam bentuk potensi-potensi (berbuat
baik atau berbuat buruk).
Manusia adalah makhluk yang istimewa dan unik karena memiliki potensi
untuk berbuat baik dan buruk. Selain itu Allah SWT juga telah memberi
kemampuan akal yang berada dalam hati manusia untuk membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Oleh karenanya baik atau buruknya amal seseorang
tergantung pada hatinya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:
Artinya : “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik,
maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa ia adalah hati ” (HR. Bukhari-Muslim).30
Artinya : “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46).31
Manusia itu tempat lupa dan salah. ini bukan berarti manusia dibiarkan
untuk berbuat salah dan dosa. Allah SWT sangat mencintai hambanya maka
diutuslah para Nabi dan Rasul sebagai juru pengingat serta diturunkanlah kitab suci
Al Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia. Oleh karenanya agar manusia terhindar
dari berbuat salah dan dosa haruslah berpegang teguh kepada Al Qur’an dan
sunnah Rasul (Al Hadits).
30
HR. Bukhari-Muslim
31
QS. Al-Hajj ayat 46
32
Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Untuk menjaga fitrah manusia agar senantiasa terbebas dari dosa, Allah
SWT telah menjanjikan akan menghapus dosa yang telah dilakukan hambanya,
dengan cara bertaubat, yaitu taubat dengan sebenar – benarnya bertaubat dengan
Taubatan Nasuha. Salah satu cara sebagaimana berita gembira yang disampaikan
Rasulullah dalam hadist yang artinya :
33
HR. Bukhari
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Tauhid adalah meng-Esakan Allah SWT, Esa artinya satu. Allah tidak boleh
dihitung satu, dua dan seterusnya, karena Allah tidak pantas untuk dikaitkan
dengan bilangan apapun. Banyak sekali Ayat Al-Qur’an yang membahas tentang
ke-Esaan Allah SWT. Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang ke-Esaan
Allah SWT, sifat – sifat wajib Allah SWT, sifat – sifat boleh yang disifatkan
kepada Allah, sifat – sifat yang harus ditiadakan kepada Allah SWT.
Makna Tauhid secara Syar’i adalah menjadikan Allah hanya satu – satunya
Tuhan yang berhak disembah. Tauhid terbagi menjadi tiga yaitu Tauhid
Rububiyah, Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Asma Wa Sifat.
Fitrah manusia terlahir kedunia ini adalah dalam keadaan yang suci atau
bersih. Manusia terlahir kedunia ini di ibaratkan dengan kertas kosong, artinya
manusia tersebut memiliki dua potensi yaitu akan di isi dengan potensi – potensi
kebaikan dan potensi – potensi keburukan. Itu semua tergantung dari orang tua
anak itu sendiri yang mengarahkannya kearah yang baik atau kearah yang kurang
baik.
2. Saran
1. Hendaknya kita sebagai umat muslim harus mengukuhkan ketauhidan kita agar
kita terhindar dari kesyirikan sehingga kita bisa terhindar dari azab neraka Allah
SWT.
2. Kita harus selalu bertaubat atas segala dosa yang kita lakukan, karena pada
dasarnya manusia lahir kedunia ini adalah dalam keadaan yang suci.
3. Manusia adalah tempatnya kesalahan, sebaik – baik manusia yang berbuat
adalah manusia yang bertobat.
Daftar Pustaka
Al-Jaziri, Syaikh Abu Bakar Jabir. Minhajul Muslim. Bekasi: Pustaka Darul
Haq, 2012.
Telp./WA : 082213748180
Facebook : Khairul Pahmi
Email : khairulpahmitzy@gmail.com