Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam Islam. Sebab Ilmu
Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan murni yang diturunkan
oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa mengetahui Ilmu
Tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hidup sebenarnya, sebab seorang
hamba harus tahu benar, siapa yang disembah dan dimana kita berdiam setelah
mati. Ilmu tauhid membahas ajaran dasar dari agama islam. Karena itu, setiap
orang muslim berkeinginan mengenali seluk beluk agamanya secara mendalam
melalui ilmu tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-
Anbiya: 25, yang artinya:
“Dan tidaklah kami mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau
(Muhammad) melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku”.
Betapa pentingnya Tauhid bagi kehidupan manusia, sehingga Tauhid
ditempatkan pada bagian pertama dan utama oleh semua agama, khususnya
agama samawi. Oleh karena itu, sangat penting sekali apa sebenarnya tentang
sumber, manfaat, dan tujuan Tauhid, bagi kehidupan manusia, sehingga dijadikan
sebuah tujuan utama dari diutusnya para Nabi dan Rasul.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka pokok
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Pengertian dan Makna Tauhid
2. Bagaimana Hakikat Tauhid
3. Pembagian dan Perbedaan Tauhid

1
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang seperti diatas maka akan timbul beberapa tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu tauhid
2. Untuk Mengetahui Hakikat Tauhid serta jenis jenis tauhid

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
Perkataan tauhid bukanlah kata yang asing bagi seorang penganut Islam.
Secara etimologi tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tawhidan yang
berarti esa, keesaan, atau mengesakan, yang mengesakan Allah berarti
mengesakan seluruh pengesaan. Tauhid yang benar mencakup pula pengertian
yang benar tentang siapa Dia dan bagaimana bersikap dengan-Nya serta kepada
objek-objek selain Dia. Kalau sebatas kepada kepercayaan orang Arab pra-Islam
yang kafir itu sudah percaya kepada Allah.
Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam
bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui
keesaan Allah; mengesakan Allah.” Secara istilah syar‟i, tauhid berarti
mengesakan Allah dalam hal mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan
(mengikhlaskan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan
kepada selainNya serta menetapkan asma‟ul husna dan sifat al-„ulya bagi-Nya
dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal makna “tauhid” ialah
meyakinkan, bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya.
Oleh sebab itu, sebab dinamakan “Ilmu Tauhid”, ialah karena bahagiannya
yang terpenting, menetapkan sifat “wahdah” (satu) bagi Allah dalam zat-Nya dan
dalam perbuatan-Nya menciptakan alam seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya
pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan segala tujuan. Misalnya
Muhammad Abduh menjelaskan yang artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifatsifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat sifat
yang boleh disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib
dilenyapkan pada Nya. Juga membahas tentang rasul rasul Allah, meyakinkan
kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan
apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.” Ilmu semacam ini
(science of theology), adalah_'.ilmu-jiimg menetapkan keyakinan (akidah) dan
menjelaskan tentang ajaran vang dibawa oleh_para._Nabi telah dikenal juga oleh

3
bangsa- bangsa sebelum Islam, karena tiap-tiap bangsa mempunyai pe- mimpin
pemimpinnya sendiri, yang berusaha menegakkan urusan agama, menjaga. dan
mengokohkannya. Segala keterangan-ke- terangannya sejak dari permulaan
dikemukakan dengan tujuan untuk memperhebat agama itu. Tetapi, amat sedikit
sekali keteranganketerangan mereka itu yang dapat ditinjau dengan dalil-dalil
akal, dan keterangan-keterangan tentang akidah yanj sesuai dengan tabiat dan
undang-undang alam. Bahkan ke terangan-keterangan mereka itu, bertentangan
sama sekali dengar akal dan ketentuan-ketentuan agama, serta berlawanan dengar
perasaan hati.
Banyak sekali pemuka agama itu menyatakan bahwa agama itu musuh
akal, baik mukaddimahnya maupur kesimpulannya. Karena itu rusaklah ”ilmu
kalam”, dan menyu- suplah ke dalamnya pentakwilan dan penafsiran yang bukan-
bu kan, sehingga orang merasa sangat kagum dengan mukjizat, atav terlena
dengan khayal-khayal yang tak pemah menjadi kenyataan. Hal mana dapat
diketahui oleh orang yang memperhatikan keadaan bangsa-bangsa sebelum
datangnya Islam. Maka datanglah Al-Qur-an, menggariskan suatu agama di atas
jalan yang terang, yang belum pemah dilalui kitab-kitat suci sebelumnya. Yaitu
jalan yang memungkinkan orang di zaman ia diturunkan dan orang yang datang
kemudian untuk melaluinya.

1. Pengertian Secara Etimologi


Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata
benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu.
Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada (‫) وحد‬
Yuwahhidu (‫يوحد‬. )Tauhidan (‫توحدا‬. )
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa
Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian
tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”;
mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah mengeesakan Allah”.
Jubaran Mas‟ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan
yang Esa”, juga sering disamakan dengan “‫“ ”هلال اال االله‬tiada Tuhan Selain

4
Allah”. Fuad Iframi Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid
adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat “Esa”.
Jadi tauhid berasal dari kata “wahhada” (‫( ”وحد‬yuwahhidu” (‫( ”يوحد‬
Tauhidan” (‫ توحيدا‬,(yang berarti mengesakan Allah SWT.
Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah : suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib
dilenyapkan pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan
kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan
apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
Menurut Zainuddin, Tauhid berasal dari kata “wahid”)‫) واحد‬yang artinya
“satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau
Esanya Allah, maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang
mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid.
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir sama dengan tauhid
yakni :
a. Iman. Menurut Asy ariyah iman hanyalah membenarkan dalam hati.
Senada dengan ini Imam Abu Hanifah mengatakn bahwa iman hanyalah itiqad.
Sedangkan amal adalah bukti iman. Namun tidak dinamai iman. Ulama Salaf di
antaranya Imam Ahmad, Malik, dan Syafi‟i, iman adalah :
‫اعتقاد بالجىان ووطق باللسان وعمل باالركان‬
Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh.

b. Aqidah. Menurut bahasa ialah keyakinan yang tersimpul kokoh di


dalam hati, mengikat, dan merngandung perjanjian. Sedangkan menurut
terminologis di antaranya pendapat Hasan al-Banna mengatakan bahwa aqidah
ialah beberapa hal yang harus diyakini kebenarannya oleh hati, sehingga dapat
mendatangkan ketenteraman, keyakinan yang tidak bercampur dengan

5
keraguraguan.1 Penyusun cenderung kepada pendapat Yunahar Ilyas yang
mengidentikkan antara tauhid, iman, dan aqidah.
Tauhid merupakan tema sentral aqidah dan iman. Hakeem Hameed
mengartikan tauhid sebagai sebuah kepercayaan ritualistik dan perilaku
seremonial yang mengajak manusia menyembah realitas hakiki (Allah); dan
menerima segala pesan-Nya yang disampaikan lewat kitabkitab suci dan para
Nabi untuk diwujudkan dalam sikap yang adil, kasih sayang, serta menjaga diri
dari perbuatan maksiat dan sewenang-wenang demi mengerjakan perintah dan
menjauhi larangan-Nya.
Tauhid menurut Abu al-A‟la al-Maududi adalah kalimat deklarasi seorang
muslim, kalimat pembeda seorang muslim dengan orang kafir, ateis dan musyrik.
Sebuah perbedaan yang lebih terletak pada peresapan makna tauhid dan
meyakininya dengan sungguh-sungguh kebenaran-Nya dengan mewujudkannya.
dalam perbuatan agar tidak menyimpang dari ketetapan Ilahi. Lain halnya
Muhammad Taqi, Tauhid berarti meyakini keesaan Allah.
Keyakinan ini berarti meyakini bahwa Allah adalah satu dalam hal wujud,
penciptaan, pengatur, pemerintah, penyembahan, meminta pertolongan, merasa
Takut, berharap, dan tempat pelabuhan cinta. Intinya tauhid menghendaki agar
seorang muslim menyerahkan segala urusan dan hatinya hanya kepada Allah.
Maka nampak bahwa secara umum, Tauhid lebih sering diartikan dengan
teoantroposentris; yang mana pembahasannya masih berkutat pada pemusatan
pada Allah dan bahwa manusia mesti mengabdi pada-Nya.
Belum ada pembahasan secara rinci tentang tauhid sebagai prinsip
kehidupan, prinsip pokok yang menjadi prinsip atas aspek-aspek kehidupan.
Aspek keluarga, negara, ekonomi, sosial, politik, sosial, pengetahuan dan
sebagainya selengkap yang dilakukan oleh Ismail Raji al-Faruqi.
Kata Tauhid terdiri dari perkataan “Theos” artinya Tuhan, dan “logos”
yang berarti ilmu (science, study, discourse). Jadi Theologi berarti ilmu tentang
Tuhan atau ilmu ketuhanan. Definisi theologi yang diberikan oleh para ahli-ahli
ilmu agama antara lain dari Fergilius Ferm, yaitu: The discipline which concerns

6
God (or the Divine Reality) and God‟s relation to the world (Tauhid ialah
pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta).

2. Pengerian Secara Terminologi


Tauhid secara etimologis yaitu mengesakan tuhan, meyakini bahwa Allah
itu esa, dan mengetahui dengan sebenarnya bahwa sesuatu itu satu. Tauhid yaitu
percaya tentang wujud Tuhan Yang Esa, Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, baik
Zat, sifat maupun perbuatan-Nya; Yang mengutus utusan-utusan untuk memberi
petunjuk kepada alam dan umat manusia kepada jalan kebaikan; Yang meminta
pertanggung jawaban seseorang diakhirat dan memberikan balasan kepadanya
atas apa yang telah diperbuatnya didunia ini, baik atau buruk.
Tauhid secara terminologi yaitu suatu ilmu yang menyelidiki dan
membahas soal-soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian
utusan-utusannya. Mengupas dalil-dalil yang mungkin, yang cocok dengan akal
fikiran, sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang mewujudkan lebih dari
itu. Ilmu Tauhid mengupas dalil-dalil Sam’iyyat,yaitu dalil-dalil yang diambil dari
Quran dan Hadis untuk mempercayai segala sesuatu dengan yakin.
Tauhid itu terbagi dua; pertama, tauhid dalam pengenalan (ma’rifah) dan
penetapan (itsbaat), yakni bertauhid dalam ububiyyah dan nama-nama (asma’)
dan sifat (shifaat). Kedua, tauhid dalam tujuan (Ath-Thalab) dan kehendak (Al
Qasd), yakni bertauhid dalam keilahiyyahan-Nya dan ibadah kepada-Nya. Yang
pertama maksudnya adalah menetapkan hakikat zat Ar-Rabb Ta’ala, sifat-sifat-
Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, asma’ (nama-nama)-Nya, Dia berbicara melalui
kitab-kitab-Nya dan Dia berbicara kepada siapa saja dari hamba yang
dikehendaki-Nya. Demikian pula, menetapkan keumuman ketetapan (Qadha’),
takdir dan hikmah-Nya. Dalam hal ini Al-Qur’an telah berbicara tentang jenis ini
dengan jelas, sebagaimana pada awal surah Ali-Imran, awal surah Al-Hadiid,
surah Al-Ikhlash seluruhnya dan lain-lain.
Yang kedua adalah; makna yang dikandung dalam surah Al-Kaafirun, dan
firman-Nya, “ Katakanlah hai Ahli Kitab Marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu; bahwa

7
tidak kita sembah kecuali Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada
mereka, ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah).’ “(Qs. Ali-Imran(3):64), juga awal surah As-Sajdah dan akhirnya, awal
surah Al Mu’min; pertengahannya dan akhirnya, awal surah Al A’raf dan
akhirnya, sebagian besar surat Al An’am dan sebagian besar surat-surat dalam Al-
Qur’an. Bahkan, setiap surah dalam Al-Qur’an mengandung kedua jenis tauhid
ini, mengukuhkan dan menyerupa kepadanya.
Adalagi yang berupa khabar (berit) tentang ahli syirih dan apa yang Allah
perbuat terhadp mereka di dunia berupa siksaan dan apa yang akan menimpa
mereka nanti di akhirat berupa adzab; inilah balasan bagi orang yang keluar dari
hukum tauhid. Jadi, Al-Qur’an secara keseluruhannya membicarakan masalah
tauhid hak-haknya serta balasannya; mengenai syirik, ahi syirik, serta balasan bagi
mereka. Demikian penjelasan Ibnu Al Qayyim

B. Tauhid Ilmu Kalam, Ilmu ‘Aqaid, Teologi Islam dan Ushuludin


1. Ilmu Kalam
Kadang-kadang dinamakan juga ia ’’Ilmu Kalam” ialah karena adakalanya
masalah yang paling masyhur dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat di
antara Ulama-ulama kurun i-:, pertama. yaitu : apakah ”Kalam Allah” (wahyu)
yang dibaca- kan itu ’’baharu” atau ’’kadim” ? Dan adakalanya pula, karena ilmu
tauhid itu dibina oleh dalil akal (ratio), dimana bekasnya nyata kelihatan dari
perkataan setiap para ahli yang turut ber- bicara tentang ilmu itu/ Namun—begitu.
amat sedikit sekali orang yang mendasarkan pendapatnya kepada daliJ- ; ”r*aqal”
(AlQur-an dan Sunnah Rasul), kecuali setelah ada ketetapan pokok pertama ilmu
itu ; kemudian orang berpindah dari pada- nya kepada membicaTakan masalah
yang lebih menyerupai ca- bang (furu’), sekalipun cabang itu oleh orang yang
datang kemudian telah dianggap pula sebagai suatu masalah yang pokok. Di
samping itu ada pula suatu sebab lain yang menyebab- kan ’’Ilmu Tauhid” itu
dinamakan orang dengan ’’Ilmu Kalam”. Ialah, karena dalam memberikan dalil
tentang pokolc (usul) agama, ia lebih menyerupai logika ^mantiq), sebagaimana
yang biasa dilalui oleh para ahli pikir dalam menjelaskan seluk- beluk hujjah

8
tentang pendiriannya. Kemudian diganti orang Mantiq dengan Kalam, karena
pada hakekatnya keduanya adalah berbeda. Jadi Dinamakan ilmu kalam adalah
karena persoalan yang amat penting turut dibicarakan dalam ilmu ini juga
menyangkut firman Allah (Kalamullah) yaitu al-Qurab : apakah dia Qadim atau
baharu, apakah azali atau non azali. Sebab kedua adalah karena para ulama dalam
mempertahankan pendapatnya mengenaik kewadiman atau kebaharuan, keazalian
atau ke non azalian al Quran itu menggunakan dalil pikiran, ,kemahiran bertutur
kata= kalam.
2. Ilmu Ushuluddin
Kata ushuluddin terdiri dari dua kata yaitu usҕnjl yang berarti pokok atau
pangkal dan din yang berarti agama. Jadi ilmu ushuluddin adalah ilmu tentang
pokok-pokok agama. Ilmu tauhid sering disebut juga dengan ilmu ushuluddin
(pokok-pokok atau dasar-dasar agama) karena ilmu itu menguraikan pokok-pokok
atau dasar-dasar agama
“Ushul” : pokok, fondamen, prinsip, aqidah, peraturan.
“Addiin” : agama
Ushuluddin Adalah Pokok-Pokok Atau Dasar-Dasar Agama. Ilmu tauhid
dapat pula dikatakan ilmu ushuluddin karena menguraikan pokok-pokok
kepercayaan dalam agama islam.
3. Ilmu Aqaid
‘Aqaid artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dalam hati,
menjadikan rasa yakin pada diri tanpa tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan. Ilmu ‘Aqaid adalah ilmu yang membahas kepercayaan-kepercayaan
fundamental (mendasar) dalam Islam.
• Aqaid adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh hati, jiwa menjadi
tentram karenanya
• Ia menjadikan rasa yakin pada diri anda tanpa tercampuri oleh keraguan
dan kebimbangan.
Ilmu kalam juga disebut ilmu aqoid (ilmu ushuluddin) hal ini dapat
dimengerti karena persoalan kepercayaan menjadi pokok ajaran agama itulah yang
menjadi pokok pembicaraannya.

9
4. Ilmu Teologi Islam
Teologi sama saja dengan ‘Iim al-kalam (secara harfiah ilmu perdebatan)
menunjukan suatu disiplin pemikiran islam secara umum disebut sebagai teologi
atau (bahkan kurang akurat) sebagai teologi skolastik. The discipline, which
evolved frm the political and religious controversies that engulfed the Muslim
community in its formative year, deals with interpretations of religious doctrine
and the deference of these interpretation by means of discursive
argument. Disiplim, berkembang dari kontroversi politik dan agama yang
menelan komunitas Muslim dari formatif tahun, berhubungan dengan interpretasi
ajaran agama dan pertahanan penafsiran ini dengan cara diskursif argumen.
Dalam arti umum teologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
kenyataan-kenyataan dan gejala-gejala agama yang juga membicarakan tentang
hubungan manusia dengan Tuhannya, baik jalan penyelidikan atau pemikiran
murni, atau dengan jalan wahyu.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan pada
hubungan dan perbedaan antara Tauhid dengan ilmu ‘Aqaid, ilmu Klam,
Ushuluddin, dan Theologi Islam. Hubungannya yaitu sama-sama membahas
tentang keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan. Adapun perbedaannya antara
lain:
1. Tauhid lebih menekankan pada keyakinan untuk mengesakan Tuhan,
dengan mengupas dalil-dalil yang mungkin sesuai dengan akal dan juga
mengupas dalil-dalil sam’iyat.
2. Ilmu ‘Aqaid merupakan hal yang diyakini dalam hati hingga tak ada
keraguan sedikitpun.
3. Ilmu Kalam dalam pembahasannya tidak lepas dari argumentasi-
argumentasi dan dalil-dalil akal yang sesuai dengan logika dalam
persoalan yang dibahasnya.
4. Ushuluddin membahas prinsip-prinsip kepercayaan dengan dalil akal
pikiran dan dalil qath’i.
5. Theologi Islam lebih banyak membahas tentang ke Tuhanan dan
hubunganNya dengan alam dan manusia.

10
C.Karakteristik Ilmu Tauhid
1. Sumber Mempelajari Tauhid
Yang dimaksud dengan karakteristik adalah ciri khas , tanda khusus atau
sifat khusus yang dimiliki olkeh sesuatu atau setiap individu yang tidak dimiliki
oleh individu lain secara utug, Jadi, yang dimaksudngan dengan karakteristik ilmu
Tauhid adalah tanda,ciri dan sifat khusu dari Theologi Isalam Sebagai ilmu, hak
mana sifat itu tidak dimiliki oleh ilmu ilmu llain sevcara utuh.
Sumber utama ilmu Tauhid adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang banyak
menjelaskan tentang wujud Tuhan dan sifat-sifatNya dan juga persoalan ilmu
Tauhid lainnya. Sumber yang lain tidak kalah pentingnya dalam perkembangan
ilmu Tauhid adalah dalil-dalil akan fikiran yang telah dipersubur dengan filsafat
Yunani dan filsafat-filsafat lainnya.
Bahasa Arab sebagai alat memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits (yang
merupakan sumber ilmu Tauhid), keduanya juga sangat penting. Oleh karena itu,
ilmu Tauhid selalu berdasarkan pada dua hal yakni dalil naqli (Al-Qur’an dan Al-
Hadits) dan dalil aqli (fikiran-fikiran murni).
Sumber-sumber tauhid adalah sebagai berikut :
• Al-Quran
Sebagai sumber tauhid, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang
bekaitan dengan ketauhidan, antara lain :
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat; 56)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia
hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan yang menciptakan itulah yang
berhak untuk diibadahi, sekaligus membantah orang-orang yang menyembah
kepada berhala-berhala dan semacamnya. Oleh karena itu mempelajari tauhid
merupakan kebutuhan setiap individu.
“Sungguh , Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul yang
mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut.” (Q.S. An-Nahl: 36)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah diutusnya seorang Rasul yakni
untuk mendakwahkan tauhid, serta membawa misi dakwah untuk mengajak

11
bertauhid dan menjauhi sifat syirik, yang disertai dengan pengingkaran terhadap
thagut dan sesembahan selain Allah SWT.
“Rabbmu memerintahkan kepadamu, agar kamu tidak beribadah kecuali
hanya kepada-Nya, dan berbaktilah kepada kedua orang tua.” (Q.S. Al-
Israa’: 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. memerintahkan kepada
umatnya tentang, hak Allah adalah yang paling penting yang harus ditunaikan,
karena hak-haknya Allah SWT. adalah sebagai sikap tauhid kita kepada yang
Maha Menciptakan, yang dilanjutkan dengan sikap pengagungan terhadap hak-
hak kedua orang tua untuk selalu berbakti kepadanya.
• Hadist
Adapun hadits-hadits yang menjadi salah satu sumber tauhid yang
menjelaskan tentang keutamaan tauhid, adalah :
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
mengatakan bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, tatkala mereka
mengatakannya maka mereka telah menjaga darah mereka dan harta
mereka dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori –
muslim).
2. Manfaat Mempelajari Tauhid
Manfaat Tauhid antara lain ialah :
1. Tauhid dapat memerdekakan umat manusia dari segala perbudakan dan
penghambaan kecuali kepada Allah SWT. Yang menciptakan dengan
bentuk yang sempurna.
2. Tauhid dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang kokoh,
arah hidup menjadi jelas, dan tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya
kepada Allah SWT. Kepada-Nya tempat menghadap, baik dalam
kesendirian atau di tengah keramaian orang, dan selalu memohon kepada-
Nya dalam keadaan sempit maupun lapang.

12
3. Tauhid dapat memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya dengan penuh
harap kepada Allah SWT. Dan selalu bertawakal, ridha atas ketentuan-
Nya, dan sabar terhadap musibah.
4. Tauhid yang baik dan benar dapat menghilangkan sifat syirik (
menyekutukan Allah SWT ) yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan
dan sesembahan yang banyak, yakni sesaat menghadap dan menyembah
yang hidup, dan suatu saat menghadap dan menyembah kepada yang mati.
Dalam firman-Nya Allah SWT. Menjelaskan : “Hai penghuni penjara,
manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu,
ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”. (Q.S Yusuf: 39).
5. Tauhid sebagai pondasi manusia dalam menjalani perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya, sebagai hamba yang mulia untuk membentuk pribadi
yang beriman dan bertaqwa.
6. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
7. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka
untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
8. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelepan, kekacauan, dan kegoncangan,
hidup yang menyesatkan.
9. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.
Dalam hal yang sama, Dr. Umar bin Su’ud al-‘Led dalam
bukunya Tauhid: Urgensi dan Manfaatnya, menyatakan bahwa diantar manfaat
tauhid adalah sebagai berikut.
1. Tauhid merupakan sebab paling utama terhapusnya dosa dan kesalahan.
Seperti hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, beliau bersabda: “siapa
yang bersaksi (bersyahadat) bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain
Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan (bersaksi) bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya kepada Maryam dan roh dari-
Nya, dan (bersaksi) bahwa surga adalah haq, neraka adalah haq. Maka,
Allah akan masukkan dia ke dalam surga-Nya apapun amal yang ada
padanya.” (HR. Bukhori, no. 3435). Hadits ini menunjukkan bahwa Allah

13
mengampuni dosa-dosa seorang hamba dengan sebab tauhidnya yang
murni.
2. Tauhid membebaskan seorang hamba dari perbudakan makhluk dan
ketergantungan, ketakutan, dan kepasrahan terhadap mereka serta beramal
untuk mereka.
3. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk menggapai ridho Allah
Ta’ala, cinta dan pahala-Nya.
4. Tauhid yang telah tertanam mantap dalam hati seseorang hamba akan
meringankannya dari segala kesulitan, musibah, kepedihan, dan
kesedihannya.
3. Tujuan Mempelajari Tauhid
Tujuan ilmu Tauhid ialah memantapkan keyakinan atau kepercayaan
agama dengan jalan akal fikiran disamping kemantapan hati bagi seseorang yang
percaya padaNya dengan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan tersebut dan
berusaha menghilangkan berbagai keraguan yang masih melekat atau sengaja
dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan itu.
Lebih tegasnya tujuan ilmu Tauhid adalah mengangkat keyakinan
seseorang dari lembah taqlid kepada puncak keyakinan. Di situlah ilmu tauhid
berperan untuk memberi pedoman dan arah, agar manusia selalu tetap sadar akan
kewajibannya sebagai makhluk terhadap khalikNya.
Karena itu, tujuan ilmu tauhid dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Agar kita memperoleh kepuasan batin, keselamatkan dan kebahagian
hidup di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang dicita-citakan. Kalau
hanya mengandalkan kemampuan akal saja, belum pasti dan tidak akan
pernah berhasil mencapai kepuasan dan kebahagian. Sebagai bukti ialah
bahwa kekacauan dunia dimana-mana ditimbulkan oleh mereka yang tidak
bertauhid. Banyak pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, bunuh diri,
mabuk-mabukan hingga menjadi gila dan sebagainya. Semua itu adalah
akibat karena orang tidak memberkati diri dengan iman dan tauhid.
Manusia yang tidak memperhatikan segi-segi moral dan spiritual atau
akidah dan hanya kehidupan lahir saja adalah manusia yang dihinggapi

14
sikap batin yang beku (akalnya tidak berfungsi atau bekerja menurut
semestinya). Oleh karena itu, manusia perlu penghidupan batinnya dengan
iman dan tauhid, agar mau dan mampu mengikuti petunjuk Allah yang
tidak mungkin salah, sehingga tujuan mencari kepuasan dan kebahagian
itu benar-benar terjadi. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-
Baqarah: 189, yakni: “Dan bertakwalah kamu kepada Allah, supaya kamu
berbahagia”
2. Agar kita terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang menyesatkan, yang
sebenarnya hanya hasil pikiran atau kebudayaan semata-mata, atau hasil
perubahan yang dilakukan terhadap seseorang Nabi dan Rasul yang
sebenarnya. Sedangkan tujuan perubahan itu semata-mata politik, sehingga
karenanya di dunia ini selalu terjadi perebutan pengaruh diantara penganut
agama-agama yang berbeda-beda. Di satu pihak ingin menyebarluaskan
serta mempertahankan kebenaran dan kejujuran dalam beragama, dilain
pihak ingin mempertahankan pengaruhnya dalam masyarakat,
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Baqarah: 213,
yakni: “Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan,
maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi ganjaran dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan diantara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih
tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka
kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena dengki antara mereka sendiri.”
1. Agar terhindar dari pengaruh faham-faham yang dasarnya hanya teori
kebendaan (materi) semata. Seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme,
materialism, kolonialisme dan sebagainya yang semuanya itu bertujuan
hanya mengumpulkan dan memperebutkan harta. Sehingga dengan
berpegang kepada iman yang benar dan tauhid, terhindarlah dari pengaruh
ajaran yang menyesatkan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Konsep teologi dapat disimpulkan bahwa teologi itu bukanlah pemikiran
murni yang hadir dalam kehampaan sejarah, melainkan merefleksikan
konflik sosial politik. Sehingga kritik teologi memang merupakan tindakan
yang sah dan dibenarkan karena sebagai produk pemikiran manusia yang
terbuka untuk dikritik. Hal ini sesuai dengan pendefinisian beliau tentang
definisi teologi itu sendiri. Teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena
Tuhan tidak tunduk pada ilmu, Tuhan mengungkapkan diri dalam sabda-
Nya yang berupa wahyu. Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh muslim
untuk mengesakan Allah dan mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kedudukannnya sangat penting karena tauhid inilah yang
merupakan tujuan pertama diciptakannya manusia, diutusnya rasul dan
tujuan pokok kehidupan manusia.
2. Tauhid sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang muslim, yaitu
menjadi landasan kuat dalam menjalankan segala aktivitas, baik aktivitas
keagamaan maupun aktivitas duniawi lainnya. Dengan tauhid seorang
muslim akan menjalani kehidupannya dengan tenang, tawakal dan sabar.
14 Oleh karena itu tauhid merupakan modal dasar bagi suksesnya seorang
muslim baik di dunia maupun di akherat.
B. Saran
Setelah mengkaji masalah tauhid di atas, maka saran dari penulis
khususnya bagi penulis sendiri, bahwa memegang teguh tauhid yaitu meyakini
secara mutlak keesaan Allah merupakan modal utama dalam mengarungi
kehidupan modern dewasa ini. Oleh karena itu, mempelajari tahuid yang
sebenarnya merupakan keharusan bagi seorang muslim

16
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad.1989. Risalah Tauhid. Diterjemahkan K.H Firdaus A. N.
(Jakarta: Bulan Bintang)
Hasbi, Muhammad Ilmu Kalam, Memotret berbagai Aliran Teologi dalam Islam
Yogyakarta : Trustmedia Publishing. 2015
Hasbi, Muhammad Ilmu Tauhid,Konsep Ketuhanan dalam Teologi Islam .
Yogyakarta: Trustmedia Publishing. 2016
Mohammad Irfan, Mastuki HS. Teologi Pendidikan, Tauhid Sebagai Paradigma
Pendidikan Islam. 1 Hoboken, NJ: Friska Agung Insani, 2000.
Nata, Abuddin Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf .Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada, 2001
Purba, Hadis. Salamuddin Teologi Islam : Ilmu Tauhid Medan : Perdana
Publishing. 2016

17

Anda mungkin juga menyukai