Secara etimologi atau bahasa, Aqidah berasal dari bahasa arab yang berarti ikatan,
kepercayaan atau keyakinan. Selain itu, Aqidah juga dapat diartikan sebagai menetapkan atau
mengikat dengan kuat. Sementara menurut terminologi atau istilah, aqidah berarti iman yang
teguh dan pasti dan tidak ada keraguan sedikit pun.
Selain itu, secara termonologi aqidah juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibenarkan oleh
hati dan jiwa serta menjadikan hati dan jiwa tentram karena kepercayaan tersebut. Atas
kepercayaan tersebut menjadi timbul suatu keyakinan yang teguh dan kokoh serta tidak adanya
keragu-raguan dan kembimbangan atas apa yang dipercayai.
1. Ilahiyat
Ilahiyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan,
Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan (af’al) Allah
dan sebagainya.
2. Nubuwat
Nubuwat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan Rasul,
termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya.
3. Ruhaniyat
Ruhaniyat merupakan pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh dan sebagainya.
4. Sam’iyat
Yang terakhir yaitu Sam'iyat, artinya adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sama’, yaitu dalil naqli berupa al-qur’an dan as-sunnah, seperti alam barzakh,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan sebagainya.
Sumber aqidah :
1. Alquran
Alquran adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Tujuan diturunkan Alquran adalah untuk dijadikan pedoman umat Islam
dalam menata kehidupan agar bisa memeroleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam Alquran terdapat banyak petunjuk-petunjuk, keterangan, konsep baik yang bersifat global
maupun yang bersifat terinci, tersurat maupun tersirat dalam berbagai persolan dan bidang
kehidupan manusia. Apa yang ada di dalam Alquran adalah benar. Oleh karena itu sepatutnya
umat Islam untuk selalu berpedoman pada Alquran.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-
musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran : 103)
2. Hadist
Hadist merupakan sumber aqidah Islam yang kedua.
Menurut bahasa hadist merupakan sesuatu yang baru, yang menunjukkan sesuatu dekat atau
waktu yang singkat. Menurut istilah syara’ adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW baik
dalam bentuk ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan.
Adapun jenis hadist yaitu hadist fi’liyah (perbuatan Nabi Muhammad SAW), hadits Qauliyah
(ucapan) dan hadits taqririyah (perbuatan sebagian para sahabat Nabi).
Fungsi aqidah :
1. Aqidah Islam adalah landasan bagi seluruh ajaran Islam.
2. Aqidah Islam berfungsi untuk membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal
mencapai kebahagiaan di akhirat.
3. Aqidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang
menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan lain sebagainya.
4. Aqidah islam berfungsi untuk memastikan seseorang sebagai muslim atau non muslim.
Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah ( Rabb ) dalam segala perbuatan – perbuatannya.
Artinya adalah mempercayai serta meyakini dengan sepenuhnya bahwa hanya Allah yang
menciptakan, menghidupkan, mengatur dan yang lain – lain.
Tauhid Rububiyah adalah beriman kepada Allah, bahwa Allah adalah pencipta, pengatur dan
penguasa atas segala sesuatu yang berada di alam semesta ini. Tauhid rububiyah diantaranya
adalah beriman kepada Allah sebagai Yang Berhak Untuk Berbuat, seperti menciptakan apapun,
pemberi rezeki, yang menentukan qodo ’ dan qodar, serta mematikan dan menghidupkan setiap
makhluk dan yang lainnya.
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah yaitu ibadah, Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan cara
beribadah berdasarkan dengan niat taqarrub seperti berdoa, bernadzar, meminta, tawaqal, takut,
berharap, kurban dan yang lainnya dari jenis – jenis beribadah yang sudah di ajarkan oleh Allah
dan Rasulullah SAW. Jenis tauhid ini merupakan inti dakwah para rasul.
Tauhid Mulkiyah
Tingkatan tauhid
Manusia ditentukan oleh tingkatan din. Din sendiri mempunyai arti ketaatan. Di bawah
ini adalah tingkatan din :
Islam
Islam menurut bahasa adalah masuk dalam kedamaian. Sedangkan menurut istilah, Islam berarti
pasrah kepada Allah, bertauhid serta tunduk kepada -Nya, taat, serta membebaskan diri dari
syirik dan juga pengikutnya.
Iman
Iman menurut bahasa berarti membenarkan di sertai dengan percaya dan amanah. Sedangkan
menurut istilah, iman berarti pernyataan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan juga perbuatan
dengan anggota badan.
Ihsan
Ihsan menurut bahasa adalah kebaikan, yaitu segala sesuatu yang menyenangkan serta terpuji.
Sedangkan menurut istilah adalah sebagaimana yang di jelaskan oleh baginda Nabi yang
artinya “ Engkau menyembah Allah seolah – olah engkau melihat -Nya. Apabila engkau tidak
bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu ”. Seperti yang di katakan oleh Syaikh
Ibnu Taimiyah “ Ihsan itu mengandung kesempurnaan ikhlas kepada Allah dan perbuatan baik
yang dicintai oleh Allah ”.
MAKNA LAAILAAHAILLALLAH
Kalimat tauhid (Laailaahaillallah) bermakna mengesakan segala bentuk peribadatan
hanya untuk Allah SWT termasuk berdoa, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih,
bernadzar, cinta dan lainnya dari jenis ibadah. Namun kalimat ini tidak ada manfaatnya bagi
pengucapnya jika ia tidak mengimani, tidak memahami maknanya, tidak membenarkan dan tidak
mengamalkan.
IMAN DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN
Ta’rif iman
Menurut bahasa Arab, kata iman berakar pada kata amana – yu;minu – imana yang secara
harfiah atau etimologis dapat diartikan sebagai percaya dan yakin. Secara bahasa, iman dapat
diartikan sebagai tashdiq atau membenarkan yang maknanya hampir sama secara istilah.
Secara istilah, menurut buku Ensiklopedi iman yang ditulis oleh Syaikh Abdul Majid Az-
Zandani, iman dapat diartikan sesuai dengan makna linguistiknya yaitu tashdiq atau
mempercayai.
Iman secara istilah, maknawi atau terminologis merupakan percaya dengan yakin akan
keberadaan Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab – NYA, para Rasul – NYA, akhirat, hingga qadha
dan qadar yang telah terangkum dalam rukun iman menurut ajaran agama Islam.
Melalui hadits sebelumnya juga dapat menarik pengertian iman, Islam, dan ihsan. Iman adalah
percaya dengan cara membenarkan sesuatu dalam hati, kemudian diucapkan oleh lisan, dan
dikerjakan dengan amal perbuatan. Iman tersebut meliputi enam perkara yang disebut dengan
rukun iman. Di antarany ada percaya kepada Allah, malaikat, hari akhir, kitab-kitab, nabi atau
rasul. dan takdir yang baik maupun buruk.
Adapun pengertian Islam berarti ketundukan (taslim), kepasrahan, menerima, tidak menolak,
tidak membantah, dan tidak membangkang. Artinya, penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT. Lima poin penting yang membentuk kerangka Islam atau biasa disebut dengan rukun
Islam adalah bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan rasulNya, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji bila mampu.
Sedangkan pengertian ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan
dilandasi dengan kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah tersebut dapat berupa berbuat
sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun sesama manusia.
Taqwa secara etimologi, kata taqwa berasal dari bahasa arab. Kata taqwa memiliki kata dasar
waqa yang berarti menjaga, melindungi, hati-hati, waspada, memerhatikan, dan menjauhi. Secara
terminologi, kata taqwa berarti menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi
segala apa yang dilarang-Nya.
Paling tidak ada lima ciri-ciri secara umum kategori orang-orang bertakwa diantaranya; Pertama,
dalam hidupnya gemar menginfakkan harta bendanya di jalan Allah, baik dalam keadaan sempit
maupun lapang.
Ketiga, selalu bersifat pemaaf dan tidak pendendam kepada orang lain yang berbuat salah.
Keempat, tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa atau menzalimi diri sendiri, ia segera
ingat kepada Allah, dan kemudian bertobat, beristighfar, memohon ampunan kepada-Nya atas
segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Kelima, secara sadar tidak mengulang perbuatan keji dan mungkar yang pernah dilakukan.
Begitu juga dalam Surat Al Baqarah ayat 1-4 terdapat ciri-ciri orang bertakwa, yaitu: beriman
kepada yang ghaib; mendirikan shalat; menginfakkan sebagian rezeki; beriman kepada Al-Qur'an
dan kitab-kitab suci yang ditutnkan sebelmnya dan beriman serta meyakini adanya Akhirat.
Bid'ah ialah "segala sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW pada zaman beliau
masih hidup, tetapi kemudian dilakukan atau dilaksanakan oleh ummatnya setelah beliau wafat."
Bid'ah pada umumnya seperti yang diterangkan oleh Imam Syafi'i, yaitu Bid'ah madzmumah
(sayyi -ah) dan bid'ah hasanah.
Khurafat ialah semua cerita atau rekaan, khayalan, ajaran-ajaran tentang pantangan atau
larangan, adat istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari
ajaran Islam. Khurafat juga merangkumi cerita dan perbuatan yang direka dan bersifat karut atau
dusta.
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar".
“Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-
tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.”
(QS. Thaha: 66)
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat
yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari
ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu
dari sisi Rabb kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-
orang yang berakal. (QS. Ali Imran:7)
Khurafat adalah berita yang dibumbuhi dengan kedustaan. Masyarakt menyebut, ‘Beritanya
khurafat’