Anda di halaman 1dari 20

STUDI KASUS 1

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Pengantar Keterampilan Dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampuh: Dewi Nurdianti,M.Keb

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Ayi Barokah (E2115401022)


2. Feni Maretta (E2115401004)
3. Meylani Eka S. (E2115401018)
4. Novia Ariska (E2115401030)
5. Syifa Aulia R. (E21154010430)

PRODI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
JL.Tamansari No.KM 2,5,Mulyasari,Kec.Tamansari,Tasikmalaya,Jawa Barat 46196
PENGERTIAN ALAT REPRODUKSI WANITA

Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam organisme
yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat non-hidup seperti cairan,
hormon, dan feromon juga merupakan aksesoris penting untuk sistem reproduksi. Tidak
seperti kebanyakan sistem organ, jenis kelamin dari spesies yang telah terdiferensiasi
sering memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini memungkinkan untuk
kombinasi materi genetik antara dua individu, yang memungkinkan untuk kemungkinan
kebugaran genetik yang lebih besar dari keturunannya. Sistem reproduksi yang
melibatkan organ-organ reproduksi pada makhluk hidup digunakan untuk berkembang
biak atau melakukan reproduksi, dengan tujuan untuk melestarikan jenisnya agar tidak
punah.
Awal proses reproduksi manusia terjadi ketika sel sperma bertemu dengan sel
telur, yang umumnya terjadi dalam hubungan seksual. Proses ini dapat berlangsung
berkat adanya organ-organ reproduksi yang berfungsi organ reproduksi beserta kelenjar
dan hormon, membentuk sistem reproduksi yang berperan dalam proses reproduksi
manusia. Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda, serta bekerja secara spesifik
untuk masing-masing jenis kelamin secara genetik.

a. A. Urutan Alat Reproduksi Wanita


2. Vagina
3. Cervix
4. Lateral fornix
5. Lateral cervical (cardinal) ligament
6. Uterosacral ligament
7. Isthmus
8. Uterine blood vessels
9. Ureter
10. Body of uterus
11. Ovarian ligament
12. Broad ligament
a. Mesosalpinx
b. Mesovarium
c. Mesometrium
13. Ovarian blood vessels
14. Suspensory ligament of ovary
15. Uterine (fallopian) tube
16. Fundus of uterus
17. Ovary
18. Lumen (cavity) of uterus
19. Uterine tube
a. Ampula
b. Isthmus
c. Infundibulum
d. Frimbiae
20. Round ligament of uterus
21. Wall of uterus
a. Endometrium
b. Myometrium
c. Perimetrium
22. Internal os
23. Cervical canal
24. External os

1) Vagina (liang senggama)


Vagina adalah saluran yang berbentuk tabung yang menghubungkan vulva dengan rahim.
Ukuran vagina sekitar 6- 7,5 cm meliputi dinding anterior dan 9-11 cm meliputi dinding
posterior.

Fungsi vagina adalah sebagai berikut:

Saluran untuk keluarnya menstruasi dari rahim


1. Tempat senggama
2. Jalan lahir
PH vagina normal berkisar 4-5, sehingga menyebabkan cairan menjadi sedikit asam. Hal
ini, memberikan proteksi terhadap penyebaran kuman. Dinding vagina yang berlipat-lipat
yang berjalan sirkulair disebut rugae. Dinding vagina terdiri atas tiga lapisan yaitu: lapisan
mukosa yang merupakan kulit, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari leher rahim
yang menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Sedangkan daerah di sekitar servik disebut
forniks. Forniks dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu: forniks anterior, forniks posterior, forniks
lateral kanan dan kiri.
2) Serviks
Serviks uteri merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri dari pars vaginalis dan pars
supravaginalis. Komponen utama dalam serviks uteri adalah otot polos, jalianan jaringan ikat
kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis
uteri dengan lubang ostium uteri externum, yang dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa
serviks, dan ostium uteri internum.

3) Leteral Fornix
Adalah bagian superior dari vaginanya , memperluas ke dalam relung yang diciptakan
oleh bagian vagina serviks . Kata "fornix" adalah bahasa Latin untuk "lengkungan".
Vaginal fornix, lekukan di dekat tonjolan cervix dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
anterior, posterior, dan lateral. Bagian posterior vaginal fornix adalah bagian yang
paling dalam dan berhubungan erat dengan rectouterine pouch.
Ada empat otot pada vagina yang berperan sebagai spinchter, yaitu:
a. pubovaginalis,
b. external urethral sphincter,
c. urethrovaginal sphincter
d. bulbospongiosus
4) Korpus uteri
Korpus uteri terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muskular / miometrium berupa otot
polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai
siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium.
Posisi corpus intra abdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria. Hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis ke dalam vagina
disebut ostium uteri eksternum.
Isthmus adalah bagian uterus antar korpus dan serviks uteri, yang diliputi oleh
peritoneum viserale. Isthmus, akan melebar selama kehamilan dan disebut segmen bawah
rahim.
Organ yang berbatasan dengan uterus adalah sebagai berikut:
Sebelah atas: rongga rahim berhubungan dengan tuba falopi
Sebelah bawah: berbatasan dengan saluran leher rahim (kanalis servikalis)
Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
-Lapisan serosa (perimetrium) terletak paling luar
-Lapisan otot (miometrium) terletak di tengah
-Lapisan mukosa (endometrium) terletak paling dalam
Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan
dipertahankan oleh:
Letak uterus adalah sebagai berikut:
1.Antefleksi (menekan ke depan), merupakan letak fisiologis
2.Retrofleksi (menghadap ke belakang)
3.Anteversio, uterus terdorong ke depan
4.Retroversio, uterus terdorong ke belakang
5.Torsio, uterus yang memutar
6.Pembuluh darah yang mengaliri uterus adalah arteri uterina dan arteri ovarika.

5) Tuba falopi (saluran telur)


Tuba falopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, kornu uteri
kanan dan kiri.
Panjang tuba falopi adalah 12 cm, dengan diameter 3-8 mm.
Fungsi dari tuba falopi adalah:
Menangkap dan membawa ovum dari ovarium ke uterus
Tempat terjadinya konsepsi
Tuba falopi terdiri atas 4 bagian yaitu:
1.Pars interstisialis: Pars interstisialis merupakan bagian tuba yang berjalan dari dinding
uterus mulai dari ostium tuba.
2.Pars ismika: Pars ismika merupakan bagian tuba setelah ke luar dinding uterus. Pars
ismika merupakan bagian yang lurus dan sempit.
3.Pars ampularis: Pars ampularis merupakan bagian tuba antara pars ismika dengan
infundibulum. Pars ampularis merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S. Pars
ampularis merupakan tempat terjadinya konsepsi.
4.Infundibulum: Infundibulum merupakan bagian ujung dari tuba dengan umbai-umbai
yang disebut fimbrae. Fungsi dari fimbrae untuk menangkap ovum yang matang. Lubang
pada fimbrae disebut ostium abdominale tuba.
6) Ovarium (indung telur)
Ovarium homolog dengan testis pada pria. Ovarium berbentuk oval dan terletak pada
dinding panggul bagian lateral yang disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua yaitu terletak di
kiri dan kanan uterus. Ovarium dihubungkan oleh ligamentum ovarii propium dan
dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara ligamentum infundibulo pelvikum.
Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan hormon progesteron dan esterogen
2. Mengeluarkan telur setiap bulan
Ukuran ovarium sekitar 2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0,9-1,5 cm. Berat ovarium kurang lebih 4-
8 gram. Pada seorang wanita, terdapat 100.000 folikel primer. Folikel tersebut setiap bulan
akan matang dan keluar, terkadang dua folikel matang dan keluar bersamaan. Folikel primer
ini akan berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel de graaf yang matang terdiri atas :
ovum, stratum granulosum, teka internus, dan teka eksternus.
Genetalia eksterna merupakan organ atau alat kelamin yang tampak dari luar, dapat
dilihat bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi genetalia eksterna adalah untuk kopulasi.
Bagian genetalia eksterna antara lain:
1.Vulva
2.Mons veneris
3.Labia mayora
4.Labia minora
4.Klitoris (kelentit)
5.Vestibulum
6.Hymen (selaput dara)
7.Perineum

7) Vulva
Vulva adalah organ yang tampak dari luar dan berbentuk lonjong dengan ukuran panjang
dari muka ke belakang. Vulva terdiri atas mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum, dan hymen.
8) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian yang menonjol di bagian simpisis pubis dan terdiri dari
jaringan lemak. Mons veneris akan ditumbuhi rambut pubis pada masa pubertas. Hal ini,
merupakan tanda pubertas sekunder. Fungsi dari rambut pubis selain sebagai estetika juga
dapat mencegah terjadinya infeksi.
9) Labia Mayora
Labia mayora terdiri dari bagian kanan dan kiri. Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke
arah bawah dan belakang dan banyak mengandung pleksus vena. Pertemuan kedua labia
mayora membentuk komisura posterior. Labia mayora homolog embriologik dengan skrotum
pada pria.
10) Labia Minora
Labia minora merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora. Kedua
lipatan kiri dan kanan bertemu di atas preputium klitoridis dan di bawah klitoris. Bagian
belakang kedua lipatan setelah mengelilingi orificium vagina bersatu disebut fouchet. Labia
minora banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
11) Klitoris (kelentit)
Klitoris adalah organ kecil yang terletak di atas labia minora. Klitoris identik dengan
penis pada pria. Klitoris banyak dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris
merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap rangsangan seksual.
12) Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga sebelah lateral yang dibatasi oleh kedua labia minora,
anterior oleh klitoris dan dorsal oleh fouchet. Pada vestibulum terdapat dua buah kelenjar
skene dan dua buah kelenjar bartolini, yang mengeluarkan sekret pada waktu koitus. Introitus
vagina juga terletak di vestibulum.
13) Hymen (selaput dara)
• Hymen merupakan batas/sekat antara genetalia eksterna dan interna.
• Hymen merupakan selaput yang menutupi introitus vagina.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk
bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain,
hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya
berbentuk fimbriae).Bentuk hymen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis
adalah sisa-sisa selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan/para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total
lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
14) Perineum
Perineum terletak di antara vulva dan anus. Panjang perineum sekitar 4 cm. Perineum
mempunyai susunan otot-otot dan saraf serta pembuluh darah yang kompleks. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) serta diafragma urogenitalis (m.perinealis
transversus profunda, m.constrictor urethra).
B. Tempat Terjadinya Fertilisasi
Oviduk atau tuba fallopi, yaitu saluran yang menghubungkan ovarium atau sel telur
menuju ke rahim. lalu sebagai tempat terjadinya fertilisasi oleh sperma dan ovum, sebagai
tempat pertumbuhan atau pembelahan embrio sementara sebelum akhirnya melekat pada
endometrium atau lapisan pada rahim. Saluran telur ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian.
Oviduk, yang lokasinya terdekat dengan ovarium, memiliki bentuk corong yang disebut
dengan infundibulum oviductal. Sementara pintu ke infundibulum, di mana telur yang
diovulasi masuk, disebut dengan ostium. Sedangkan, tepi infundibulum yang nampak seperti
jari disebut dengan fimbriae.
Seperti namanya, fungsi oviduk atau tuba falopi yang utama adalah untuk membawa sel
telur dari ovarium ke rahim. Ketika terjadi pembuahan, sperma akan berjalan keluar dari
rahim ke dalam tabung untuk menemukan dan membuahi sel telur.
Telur diambil dari fimbriae dan kemudian dibawa menuju rahim. Gerakan ini diarahkan
oleh detak peristaltik dan silia yang merupakan hasil kontraksi dari otot-otot tabung. Telur
yang telah dibuahi kemudian melanjutkan gerakannya menuju rahim.
Gangguan kesehatan yang dapat menyerang oviduk
Selayaknya organ tubuh yang lain, oviduk juga dapat mengalami gangguan kesehatan.
Berikut ini adalah beberapa gangguan kesehatan yang mungkin terjadi pada organ ini.
1. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kondisi yang paling umum terjadi pada oviduk. Kehamilan ini
terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menanamkan dirinya di luar rahim, biasanya terjadi
di salah satu tuba falopi.
Jika sudah begini, telur yang sudah dibuahi tidak dapat berkembang menjadi janin.
Kehamilan ini tidak dapat dipertahankan karena dapat membahayakan kesehatan Anda.
Kehamilan ektopik umumnya tidak memperlihatkan gejala. Namun, ada juga penderita
kehamilan ini yang memiliki gejala dan cenderung akan muncul pada usia kehamilan sekitar
12 minggu.
Gejala tersebut berupa nyeri perut di satu sisi, yang diikuti dengan telat datang bulan
(seperti layaknya tanda kehamilan), keputihan berwarna cokelat atau perdarahan, dan rasa
tidak nyaman pada saat buang air.
2. Tuba falopi tersumbat
Oviduk atau tuba falopi yang tersumbat akan menghalangi jalannya sperma sampai ke sel
telur, serta jalan kembali ke rahim untuk sel telur yang dibuahi. Sumbatan ini umumnya
terjadi karena ada jaringan parut, adhesi panggul, dan infeksi pada tuba falopi.
Kondisi tuba falopi yang tersumbat biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun. Dalam
kebanyakan kasus, penyumbatan biasanya baru disadari setelah mereka mengalami kesulitan
untuk hamil.
Beberapa penyebab tersumbatnya tuba falopi adalah penyakit radang panggul, penyakit
menular seksual, kehamilan ektopik, fibroid, dan endometriosis.
Jika penyumbatan disebabkan oleh tuba falopi yang rusak, dokter umumnya akan
menghilangkan bagian yang rusak dan menghubungkan dua bagian yang sehat. Sedangkan
jika sumbatan tersebut disebabkan oleh jaringan parut dalam jumlah besar, pengobatan untuk
menghilangkan sumbatan mungkin tidak dapat dilakukan.
Namun, jika jaringan parut yang menyumbat tuba falopi masih berukuran kecil, dokter
akan melakukan operasi laparoskopi untuk menghilangkan penyumbatan dan membuka tuba
falopi atau oviduk.
C. Tempat Implantasi Hasil Konsepsi
Hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus. Implantasi didefinisikan sebagai proses
melekatnya embrio pada dinding uterus dan menembus epitel serta sistem sirkulasi ibu untuk
membentuk plasenta. Implantasi terjadi 5 -7 hari sesudah fertilisasi. Tempat terjadinya
implantasi biasanya pada fundus uteri bagian posterior. Normalnya, tinggi fundus uteri akan
berukuran nggak jauh beda dari usia kehamilan. Misalnya, kalau kehamilan memasuki usia 20
minggu maka tinggi fundus uteri umumnya berukuran 17-23cm.
Untuk mengetahui ukuran fundus uteri, dokter akan mengukur jarak antara tulis pubis
yang berada di atas tumbuhnya rambut kelamin ke bagian atas dari rahim. Pengukuran
dilakukan dengan tali meteran dan dicatat dalam cm.
Ukuran fundus uteri bisa berbeda setiap bumil tergantung dengan kondisi kehamilan yang
dialami. Tinggi fundus uteri bisa tergolong kecil kalau ukurannya 3cm lebih kecil dari ukuran
normal. Contohnya, usia kandungan 19 minggu tapi tinggi fundus 15cm. Kalau begini,
biasanya dokter akan melakukan usg untuk memastikan usia kandunganmu. Karena bisa jadi
usia kandungan yang diperkirakan malah lebih mudah dari yang seharusnya.
Pemeriksaan USG juga akan dilakukan agar dokter dapat memeriksa kemungkinan
adanya pertumbuhan janin terhambat atau intrauterine growth restriction, maupun air ketuban
yang terlalu sedikit.
Selain itu, postur tubuh yang kecil, otot perut kencang, posisi bayi yang turun ke pelvis,
hingga ukuran bayi yang kecil jadi alasan lain mengapa tinggi fundus uteri lebih kecil dari
ukuran normal.
Sedangkan, jika ukuran fundus uteri dikatakan besar jika panjangnya lebih dari 3cm.
Seperti, usia kehamilan 21 minggu tapu tinggi fundus uteri mencapai 26cm. Beragam faktor
bisa menyebabkan membesarnya ukuran fundus uteri seperti usia kandungan yang melewati
HPL, obesitas, air ketuban yang banyak, panggul kecil, hamil kembar, dan ukuran bayi yang
besar.
D. Tempat Untuk Memantau Kemajuan Persalinan
Tinggi Fundus Uteri Normal sesuai Usia Kehamilan. Fundus uteri merupakan titik
tertinggi dari rahim. Sedangkan, tinggi fundus uteri sendiri adalah jarak antara puncak tulang
panggul hingga ke bagian paling atas perut saat hamil.
Teknik pencatatan partograf terbukti secara signifikan membantu dalam kelancaran
persalinan dan mengurangi angka operasi sectio caesarea. Dokumentasi partograf yang tidak
baik dapat mempengaruhi hasil akhir dalam praktik klinis. Pencatatan partograf terkadang
sulit bagi beberapa dokter karena memakan waktu untuk melengkapi namun bukti
menunjukkan bahwa petugas kesehatan lainya seperti perawat dan bidan dapat membantu
untuk melengkapi partograf secara efektif.
Dokumentasi yang diselaraskan secara universal membantu setiap petugas kesehatan
untuk mengerti cara membaca partograf dan jika didokumentasikan dengan tepat serta
konsisten akan memberikan hasil yang efektif dalam membantu proses persalinan , berikut ini
merupakan poin-poin dalam pencatatan partograf.
Poin-poin Partograf
Informasi ibu yang meliputi;
a. Nama
b. Informasi kehamilan (GPA)
c. Rekam medis
d. Tanggal dan waktu rawat
e. Waktu pecahnya ketuban
f. Kondisi janin dimonitor dari;
g. Denyut jantung janin
h. Warna air ketuban
i. Molase atau penyusupan kepala janin
j. Kemajuan persalinan yang dipantau melalui;
k. Pembukaan serviks
l. Penurunan bagian terbawah janin
m. Kontraksi uterus
Kondisi ibu dinilai dari;
a. Denyut nadi, tekanan darah dan suhu
b. Urin yang mencakup volume urin, protein dan aseton
2. Carilah Gambar Panggul dan Tunjukan
A. Bagian Panggul yang Membentuk PAP

Bagian inlet pelvis/ pintu atas panggul (PAP) merupakan bidang yang dibatasi oleh krista
pubis di bagian anterior, linea inominata di bagian lateral, dan sakrum yang membatasi bagian
posterior. Diameter anteroposterior PAP atau konjugata obstetrik/ konjugata vera adalah jarak
antara promontorium sakrum dan bagian tengah dalam simfisis pubis.
PAP dikatakan sempit jika jarak konjugata vera <10 cm atau diameter transversal PAP
(tegak lurus konjugata vera) <12 cm. Konjugata vera akan dilalui oleh diameter biparietal janin
dengan ukuran ±9,5-10 cm. Ukuran konjugata vera yang <10 cm akan mempersulit janin untuk
lewat.
Konjugata diagonalis diukur dari promontorium sakrum hingga tepi bawah simfisis
pubis.Ukuran normal konjugata diagonalis yang normal adalah 12,5 cm. PAP dikatakan sempit
bila konjugata diagonalis <11,5 cm. Ukuran PAP yang sempit menyebabkan kepala tertahan di
atas PAP sehingga apabila ada kontraksi uterus tekanan akan mengarah ke daerah kantung
amnion di daerah serviks yang sudah mengalami dilatasi.
B. Panggul yang Membentuk PTP

Merupakan bidang sejajar spina ischiadica, bidang dimensi pelvik terkecil yang menjadi
bagian yang penting pada proses engagement kepala janin, membentang setinggi tepi bawah
simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong tulang sakrum setinggi 1-2 cm di atas
ujungnya  Diameter interspinosus = 10 cm atau lebih, dan merupakan diameter terkecil dari
pelvis.  Diameter anteroposterior melalui level spina ischiadica normalnya berukuran sekurang-
kurangnya 11.5 cm.  Komponen posteriornya antara titik tengah diameter interspinarum dengan
sakrum  diameter sagitalis posterior yang sekurang-kurangnya berukuran 4,5 cm.
C. Panggul yang Membentuk PBP

Tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segi tiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh
segitiga belakang [garis antara kedua buah tuberositas ossis ischii dengan ujung os coccygeus]
dan segitiga depan [bagian bawah simfisis/area di bawah arkus pubis], batas lateralnya adalah
ligamentum sakroischiadika dan tuberositas ischium  Pinggir bawah simfisis berbentuk
lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis) – N: 90o atau lebih sedikit  Ukuran-
ukuran pintu bawah panggul adalah : - Diameter Anteroposterior Tepi bawah simfisis menuju
ujung tulang sakrum (11,5 cm) - Diameter transversa Jarak antara tuber ischiadica kanan dan kiri
sebesar 10-10,5 cm - Diameter sagitalis posterior Ujung tulang sakrum ke pertengahan ukuran
melintang 7,5 cm
D. Konjungata Vera
E. Konjungata Diagonalis
Diameter anteroposterior PAP atau konjugata obstetrik/ konjugata vera adalah jarak
antara promontorium sakrum dan bagian tengah dalam simfisis pubis. Konjugata diagonalis
diukur dari promontorium sakrum hingga tepi bawah simfisis pubis.Ukuran normal konjugata
diagonalis yang normal adalah 12,5 cm.
E. Panggul yang Membentuk Hodge I
F. Panggul yang Membentuk Hodge II
G. Panggul yang Membentuk Hodge III
H. Panggul yang Membentuk Hodge IV

 Untuk menentukan seberapa jauh bagian terdepan janin


turun ke dasar panggul.
 Klasifikasi:
a) Hodge I
bidang yang sana dengan pintu atas panggul.
b) Hodge II
bidang yang sejajar dengan H I setinggi tepi bawah simfisis.
c) Hodge III
bidang yang sejajar dengan H II setinggi spina ischiadica.
d) Hodge IV
bidang yang sejajar dengan H III setinggi ujung tulang sacrum.
3. Mentruasi
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi diakibatkan siklus
bulanan alami pada tubuh wanita. Siklus ini merupakan proses organ reproduksi wanita untuk
bersiap jika terjadi kehamilan. Persiapan ini ditandai dengan penebalan dinding rahim
(endometrium) yang berisi pembuluh darah

Siklus menstruasi dibagi atas empat fase


a. Fase menstruasi
Yaitu, luruh dan dikeluarkannya dinding Rahim dari tubuh. Hal ini disesabkan berkurangnya
kadar hormone seks. Hal ini secara bertahap terjadi pada hari ke 1-7.
b. Fase pra- ovulasi
Yaitu, masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang dipicu oleh peningkatan
kadar estrogen dalam tubuh. Ha ini terjadi secara bertahap pada hari ke 7-13.
c. Fase ovulasi
Masa subur atau ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi wanita dimana sel telur yang
matang siap untuk dibuahi. Menurut beberapa literature, masa subur adalah 14 hari sebelum haid
selanjutnya. Apabila wanita tersebut memakukan hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi maka kemungkinan terjadi kehamilan.
d. Fase pascaovulasi
Yaitu, masa jkemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini, terjadi kenaikan
produksi progesterone sehingga endometrium menjadi lebih tebal dan siap menerima embrio
untuk berkembang. Jika tidak terjadi fertilisasi, maka hormone seks dalam tubuh akan berulang
dan terjadi fase menstruasi kembali.

Hormon yang Memengaruhi Fase-fase dalam Siklus Menstruasi

a. Estrogen
Hormon yang diproduksi pada ovarium ini sangat berperan di dalam tubuh, terutama pada
ovulasi dalam siklus reproduksi wanita. Hormon estrogen juga berperan pada perubahan tubuh
remaja dalam masa pubertas serta terlibat dalam pembentukan kembali lapisan rahim setelah
periode menstruasi.
b Progesteron
Hormon ini bekerjasama dengan estrogen guna menjaga siklus reproduksi dan menjaga
kehamilan. Sama dengan estrogen, progesteron juga diproduksi di ovarium dan berperan dalam
penebalan dinding rahim.
c Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotrophin-releasing hormone-GnRh)
Diproduksi oleh otak, hormon ini membantu memberikan rangsangan pada tubuh untuk
menghasilkan hormon perangsang folikel dan hormon pelutein.
d Hormon Pelutein (Luteinizing hormone-LH)
Sel telur dan proses ovulasi dihasilkan oleh ovarium berkat rangsangan dari hormon ini.
e Hormon perangsang folikel (Follicle stimulating hormone-FSH)
Hormon ini berfungsi membantu sel telur di dalam ovarium matang dan siap untuk dilepaskan.
Hormon ini diproduksi di kelenjar pituitari pada bagian bawah otak.

4. Proses Konsepsi sampai dengan Proses Implantasi

Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah
peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma.
Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus
menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel telur sehingga siap untuk dibuahi.
Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang ditumpahkan ke dalam forniks posterior, dengan
jumlah spermatozoon sekitar 200-500 juta. Gerakan sperma dari serviks terus melintasi uterus
menuju tuba falopi. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran
(degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi
pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian
pembelahan dan tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma di dalam rongga uterus
dan tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.
Spermatozoa yang dapat melintasi zona pellusida dan masuk ke dalam vitellus pada saat
fertilisasi hanya satu. Pada keadaan normal, sel tubuh mempunyai 46 buah kromosom, masing-
masing ovum dan sperma memiliki 23 kromosom terdiri dari 22 kromosom tubuh (autosom) dan
1 kromosom seks. Kedua inti akan menyatu pada saat fertilisasi, sehingga ovum memiliki 46
kromosom, bersatunya sel sperma dan sel telur membentuk zigote.
Zigot akan mengalami pembelahan sekitar 30 jam pasca konsepsi. Proses pembelahan
menjadi 2 sel disebut blastomer. Blastomer akan berjalan menuju uterus dan terus melakukan
pembelahan menjadi 4 sel, kemudian membelah lagi menjadi 8 sel dan akhirnya zigot menjadi
12-16 blastomer yang menyerupai buah murbai yang disebut morula. Perjalanan zigot hingga
memasuki kavum uteri memerlukan waktu sekitar 3 hari.

5.Sirkulasi darah fetus

Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak.
Dalam rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh
plasenta. Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke tiga dan bertujuan
menyuplai embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar
500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cava
inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana
aliran darah dari vena cava inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel
kanan melalui vena cava superior. Kemudian melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan
ventrikel kanan menuju aorta melewati ductus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui
aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan
sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui
paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
https://lusa.afkar.id/sirkulasi-darah-fetus
https://lusa.afkar.id/konsepsi
https://www.informasibidan.com/2015/10/panggul-wanita.html
https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-lebih-jauh-organ-reproduksi-wanita

Anda mungkin juga menyukai