Anda di halaman 1dari 18

A.

Konsep Dasar

1. Sectio Caesarea

a. Pengertian

Operasi caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang

dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk

mengeluarkan bayi (Soewarto, 2008).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010).

b. Anatomi Fisiologi System Reproduksi Wanita

a) Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Gambar 1. Penampang alat - alat reproduksi wanita ( Manuaba, 2007).


1. Anatomi sistem reproduksi wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna

wanita (organ bagian luar ) dan organ reproduksi interna wanita (organ bagian

dalam).

a. Organ reproduksi eksterna wanita

1. Vulva (pukas) atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat

dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora

dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra,

berbagai kelenjar, dan struktur vaskular.

2. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis

dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada

perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas

simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha.

3. Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong

mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada

di mons veneris.

4. Labia minora (bibir-bibir kecil atau nymphae) adalah suatu lipatan tipis dan

kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung

banyak glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung

saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya

mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang

menyebabkan bibir kecil ini dapat. mengembang.


5. Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan

terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang

menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan

yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif.

6. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dan depan ke

belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir

kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette).

7. Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan

yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma

urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).

b. Organ reproduksi interna wanita

1. Vagina (Liang Kemaluan/Liang Senggama)

Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina) yang

merupakan suatu penghubung antara. introitus vagina dan uterus. Dinding

depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing

panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah

dalam yang berlipat-lipat disebut rugae.

2. Uterus

Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke

arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.

Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5

cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak

uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan


dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan

membentuk sudut dengan serviks uteri).

3. Tuba Falloppi

Tuba Falloppi terdiri atas :

a. Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus

b. Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit

seluruhnya,

c. Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak

lebar, tempat konsepsi terjadi.

d. Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah

abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi

tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke

dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon (sejenis

binatang laut).

e. Ovarium (Indung Telur)

Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan

kiri. Mesovarium menggantung ovanium di bagian belakang

ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang

lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4

cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2009).


b) Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat digolongkan

sebagai berikut:

1) Genetalia eksterna

Fungsi dari genetalia eksterna adalah dikhususkan untuk kopulasi (koitus).

2) Genetalia interna

a. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah haid

dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir pada waktu

persalinan.

b. Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tukmbuh

dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.

c. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi kearah

kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh gertaran rambut getar

tersebut.

d. Ovarium berfungsi sabagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum

yang dilepaskan oleh indung telur, yempat terjadinya pembuahan

(Prawirohardjo, 2006).

c. Etiologi

Beberapa penyebab dilakukan sectio caesarea yaitu :

1. Cephalo pelvic disproportion/ disproporsi kepala panggul yaitu apabila bayi

terlalu besar atau pintu atas panggul terlalu kecil sehingga tidak dapat

meleawati jalan lahir dengan aman, sehingga membawa dampak serius bagi ibu

dan janin.
2. Plasenta previa yaitu plaesenta melekat pada ujung bawah uterus

sehinggamenutuoi serviks sebagian atau seluruhnya, sehingga ketika serviks

membuka selama persalina ibu dapat kehilangan banyak darah, hak ini sangat

berbahaya bagi ibu maupun janin.

3. Tumor pelvis (obstruksi jalan lahir, dapat menghalangi jalan lahir akibatnya

bayi tidak dapat dikeluarkan melalui vagina. Kelainan tenaga atau kelainan his,

misalnya pada ibu anemia sehingga kurang kekuatan/tenaga ibu untuk

mengedan dapat menjadi rintangan pada persalinan, sehingga persalinan

mengalai hambatan/kemacetan.

4. Ruptura uteri imminent (mengancam) yaitu adanya ancaman akan terjadi ruptur

uteri bila persalinan spontan. Kegagalan persalinan : persalinan tidak majui dan

tidak ada pembukaan, disebabkan serviks yang kaku, sering terjadi pada ibu

primi tua atau jalan persalina yang lama.

5. Pertimbangan lain yaitu ibu dengan resiko tinggi persalinan,apabila telah

mengalami sectii caesarea atau menjalani operasi kandungan sebelumya, ruptur

uteri bisa terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi sectio

caesarea klasik, miomektomi, misalnya ibu dengan riwayat mioma sehingga

dilakukan miomektomi (Manuaba, 2007).

a. Patofisiologi

Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat

di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi

dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dan lain-lain untuk ibu. Sedangkan untuk janin

adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan

mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang

pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk

oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,

luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu

diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah

utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat

regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap

janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan

upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,

sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa

atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas

yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot

nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan

dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi

proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk

metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang

menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan

menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat

beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu

konstipasi (Saifuddin, 2002).

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan hemoglobin, dilakukan untuk mendeteksi adanya anemia dan

penyakit ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan indikasi adanya

dehidrasi, penyakit paru-paru obstruksi menahun, gagal jantung kongesti

2. Urinalisis adalah analisa fisik kimia dan mikroskopik terhadap urin berguna

untuk menentukan kadar albumin/glukosa.

3. Pelvimetri : menentukan CPD

4. USG abdomen adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara

ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal otot, ukuran, struktur

dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ,

melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, persentasi janin,

mengetahui usia kehamilan, dan melihat keadaan janin.

5. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban

6. Tes stress kontraksi atau tes nonstress: mengkaji respon janin terhadap gerakan/

stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal (Smeltzer 2001).

c. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan Sectio Caesarea yaitu

sebagai berikut :
1. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat

2. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap

berkontraksi dengan kuat

3. Analgesia meperidin 75-100 mg atau morfin 10-15 mg diberikan, pemberian

narkotik biasanya disertai anti emetik, misalnya prometazin 25 mg.

4. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam

5. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam

pertama setelah pembedahan

6. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebertar dari tempat

tidur dengan bantuan orang lain

7. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada

hari keempat setelah pembedahan

8. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan

untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia

9. Mencegah infeksi pasca operasi, ampisilin 29 dosis tunggal, sefalosporin, atau

penisilin spekrum luas setelahjanin lahir (Cuningham, 2005).

d. Komplikasi

a. infeksi, Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam rongga

panggul disekitarnya. Faktor-faktor predisposisi partus lama, ketuban pecah

dini, tindakan vaginal sebelumnya.


b. Pendarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri

uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.

c. Bekuan darah di kaki ( tromboflebitis ), organ-organ dalpanggul, yang kadang-

kadang sampai ke paru-paru

d. Luka kandung kemih

e. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur uteri

pada kehamilan berikutnya

f. Ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Wiknjosastro, 2005).

1. Panggul Sempit

a. pengertian

Panggul sempit adalah suatu keadaan dimana ukuran panggul dan kepala

janin tdak sesuai sehingga trjadi persalinan macet (Purwandri, 2008).

Panggul sempit adalah keadaan dimana ukuran panggul 1-2 cm kurang dari

ukuran normal (Manuaba, 2001).

Panggul sempit adalah ketidaksesuaian antara keadaan luas pintu panggul

dengan besar bayi (terutama ketidaksesuaian antara luas pintu panggul dengan

bagian kepala bayi (Sastrawinata, 2005).

b. Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai

berikut :

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

1) Panggul sempit seluruh yaitu semua ukuran kecil


2) Panggul picak yaitu ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa.

3) Panggul sempit picak yaitu semua ukuran kecil tapi berlebiha ukuran muka

belakang.

4) Panggul corong yaitu pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit.

5) Panggul belah : symphyse terbuka.

b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

1) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit

picak dan lain-lain.

2) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang.

3) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring.

c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

1) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

2) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit

miring.

3) Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah coxitis, iuxatio,

atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring

(Sastrawinata, 2005).
c. Tanda dan Gejala

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa

pengambilan tindakan yang tepat akan timbul bahaya bagi janin, tanda dan

gejalanya yaitu :

a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah

dengan infeksi intra partum

b. Adanya air ketuban bercampur mekonium yang ditelan janin sehingga

menyebabkan bahaya pada janin.

c. Prolapsus funikuli

d. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat yang jelek sampai bata-

batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas tersebut dilampaui, terjadi

sobekan pada tentorium serebeli dan pendarahan intra cranial (Siswosuharjo,

2010).

d. Klasifikasi

a. Kesempitan pintu atas panggul (peilvic outlet)

1) Pembagian tingkat panggul sempit

a) Tingkat I : CV = 9 10 cm = borderline

b) Tingkat II : CV = 8 9 cm = relative

c) Tingkat III : CV = 6 8 cm = ekstrim

d) Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)

2) Pembagian menurut tindakan

a) CV = 8 10 cm = partus percobaan
b) CV = 6 8 cm = SC primer

c) CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)

b. Kesempitan mid pelvis

Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan mid pelvis hanya dapat

dipastikan dengan rongtsen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik hanya dapat

dipikirkan kesempitan mid pelvis jika :

1) Spina menonjol

2) Side walls konvergent

3) Ada kesempitan outlet

Mid pelvic contractions dapat memberikan kesulitan sewaktu partus sesudah

kepala pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan kontra

indikasi untuk forceps karena daun forceps akan menambah semoitnya ruangan.

c. Kesempitan outlet

Bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.

Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat

menyebabkan perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit (Manuaba,

2007).

e. Komplikasi

1. Saat persalinan

a) Persalinan akan berlangsung lama

b) Sering dijumpai ketuban pecah dini

c) Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat

menumbung.
d) Maulage kepala berlangsung lama

e) Sering terjadi interstia uterus sekunder

f) Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer.

g) Infeksi intra partal

a. Penatalaksanaan Medis

a. Partus percobaan

CV 8,5 -10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan

spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan sectio caesarea

sekunder atas indikasi obsetric.

b. Tindakan sectio caesarea

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus (Hakimi, 2010).

Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan

2. Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas

3. Intoleransi aktifitas b.d luka insisi/ Sc


Intervensi

DP Tujuan Intervensi Rasional


Ansietas b.d Ansietas berkurang 1. Lakukan pendekatan 1. Rasa nyaman

pengalaman setelah diberikan diri pada pasien akan menumbuhkan

pembedahan dan perawatan dengan supaya pasien merasa rasa tenang, tidak

hasil tidak dapat kriteria hasil : nyaman dan berikan cemas serta

diperkirakan - - Tidak menunjukkan dukungan kepercayaan pada

traumatik pada saat perawat.

membicarakan 2. Yakinkan bahwa

pembedahan pembedahan

- - Tidak tampak gelisah merupakan jalan


- Tidak merasa takut terbaik yang harus

untuk dilakukan ditempuh untuk

pembedahan yang menyelamatkan bayi

sama dan ibu

Nyeri b.d insisi, -1. Memonitor vital sign 1. Mengetahui

flatus dan perkembangan

mobilitas Nyeri dapat berkurang keadaan klien

setelah perawatan 1x 2. lakukan pengkajian 2. tiap skala nyeri

24 jam dengan nyeri lakukan memiliki managemen

kriteria : managemen nyeri yang berbeda

- - Pasien tidak mengeluh

nyeri / mengatakan 4. monitoring keadaan 3. Antisipasi nyeri akibat

bahwa nyeri sudah insisi luka post luka post operasi

berkurang operasi

-4. Ciptakan lingkungan


yang nyaman 4. Dapat mengalihkan

perhatian klien dan

mengurangi nyeri

5. Kolaborasi dalam

pemberian obat analgetik 5. dapat mengurangi

rasa nyeri

1. Anjurkan klien
untuk selalu
Intoleransi Setelah 3x24 jam klien 1.Diharapkan kelurga
didampingi keluarga
aktifitas b.d post mampu melakukan dapat memnbantu

Sc aktifitas sendiri dengan memenuhi kebutuhan

criteria hasil: klien ADL klien

mampu mememnuhi
2. Anjurkan keluarga
aktifitas ADL untuk mendekatkan 2. Memudahkan klien
barang-barang klien
dalam melakukan

aktifitas

3. Anjurkan kelurga

untuk selalu
3. Mencegah terjadinya
memasang side rail
resiko injury

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan


pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC

Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai