Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU POST PARTUM DENGAN POST OPERASI SECTIO


CAESAREA ATAS INDIKASI KPD (KETUBAN PECAH DINI)
DI RUANG DEWI SHINTA
RUMAH PERMATA BUNDA PURWODADI

OLEH :

DIAN MA’RIFATUL M

2204019

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2023

I. KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA


A. Pengertian

Gambar 1 Sectio Caesarea


(Sumber : Sarwono, 2009)

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006) Sectio caesarea adalah tindakan
untuk melahirkan janin dengan berat badan di atas 500 gram
melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh, dan menurut
(Mansjoer,2002) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding
rahim.
B. Anatomi fisiologis sistem reproduksi

Gambar 2 System reproduksi wanita


(Sumber : Bambang widjanarko, 2010)

1. Anatomi system reproduksi wanita


Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ
reproduksi eksterna (organ bagian luar) dan organ
reproduksi interne (organ bagian dalam).
2. Organ reproduksi eksternal wanita
a. Vulva atau pupenda
Meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat
dilihat mulaidari pubis sampai pirenium, yaitu
mons veneris, labia mayora dan labia
minora,klitoris, selaput darah / hymen, vestibulum,
maura uretra, berbagai kelenjer dan struktur
vaskular.
b. Mons pubis
Adalah bagian yang menonjol di atas simfisis
danpada perempuan setelah pubertas ditutup oleh
kemaluan.Pada perempuanumunnya batas rambut
melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan
kebawah samapai ke sekitar anus dan paha.
c. Labiya mayora
Terdiri atas bagian kiri dan kanan,
lonjongmengecil ke bawah, terisi oleh jaringan
lemak yang serupa dengan yang ada dimons
veneris.
d. Labia minora
Adalah suatu lipatan tipis dan kulit sebelah dalam
bibir besar.Kulit yang meliputi bibir kecil
mengandung banyakglandula sebasea / kelenjar-
kelenjar lemak dan juga ujung-ujung saraf
yangmenyebabkan bibir kecil sangat
sensitif.Jaringan ikatnya mengandung banak
pembuluh darah dan beberapa otot polos yang
menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
e. Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup
oleh preputium klitoris dan terdiri dari glan
klitoris, korpus klitoris, dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans klitoris
terdiri atas jaringan yang dapat mengambang,
penuhdengan urat saraf sehingga sangat sensitif.
f. Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran
panjang dari depan ke belakang dandibatasi di
depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua
bibir kecil dan dibelakang oleh perineum.
g. Bulbus vestibuli sinitra et dekstra
Merupakan pengumpulan vena terletak di
bawahselaput lendir vestibulum, dekat namus ossis
pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya1-2 cm dan
tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung
banyak pembuluhdarah, sebagian tertutup oleh
muskulus iskio kavernosus dan muskulus
kontriktorvagina.
h. Introitus Vagina
Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda-beda.Pada seorangVirgo selalu
dilindungi oleh labia minora yang baru dapat
dilihat jika bibir kecilini dibuka.Introtus vagina
ditutupi oleh selaput dara / himen.Himen
inimempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang
semilunar (bulan sabit) sampai yangberlubang-
lubang atau yang bersekat (septum).
i. Perineum
Perineum terletak di antara vulva dan anus,
panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diagfragma
pelvis dan diagfragmaurogenitalis (Prawirohardjo,
2009).
3. Organ reproduksi internal wanita
a. Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati
introtus vagina terdapat liangkemaluan (vagina)
yang merupakan suatu penghubung antara introtus
vaginadengan uterus. Dinding depan dan belakang
vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing
panjangnyan antara 6-7 cm dan 7-10 cm. Bentuk
vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut
rugae.
b. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah
pir yang sedikit gepeng ke arahdepan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Ukuranpanjang uterus 7-7,5 cm, lebar di
atas 5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal
dinding1,25 cm. Letak uterus keadaan fifioligis
adalah anteversiofleksio/serviks ke depandan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan
korpus uteri ke depanmembentuk sudut dengan
serviks uteri.
c. Tuba falloppi terdiri atas :
1) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang
terdapat di dinding uterus.
2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba
yang sempit seluruhnya.
3) Pars ampullaris, yaitu bagian yang
berbentuk sebagian saluran agak
lebar,tempat konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba
yang terbuka ke arah abdomen
danmempunyai fimbriae. Fimbriae penting
artinya bagi tuba untuk mengakap telurdan
selanjutnya menyalurkan ke dalam tuba.
Bentuk infundibulum sepertianemon /
sejenis binatang laut.
d. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai
dua indung telut kanan dan kiri.Mesovarium
menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum di kiridan kanan. Ovarium
berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan
dengan ukuranpanjang 4 cm, lebar dan tebal 1,5
cm ( Prawirohardjo, 2009).
C. Jenis-jenis section caesarea
1. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi
di segmen bawah uterus.Insisi pada bawah rahim, bias
dengan teknik melintang atau memanjang.Keunggulan
pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya
ruptur uteri dikemudian hari tidakbesar karena
pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalamikontraksi seperti korpus uteri
sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada
korpus uteri, pembedahan iniyang agak mudah dilakukan,
hanya di selenggarakan apabila ada halangan
untukmelakukan sectio caesarea transperitonealis
profunda. Insisi memanjang pada segmenuterus.
3. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya injeksiperoral akan tetapi
dengankemajuan pengobatan tehadap injeksi pembedahan
inisekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan padapasien infeksi uteri
berat.
4. Sectio caesarea hysteroctomi
Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan
indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat
D. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen,perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetaldistres dan janin
besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor sectio caesarea
diatasdapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkansecara
normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yangmembentuk rongga panggul yang
merupakan jalan yang harus di lalui oleh janin ketikaakan
lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggulpatologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan normal sehinggaharus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentukrongga panggul menjadi asimetris
dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadiabnormal.
2. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan olehkehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
preeklamsidan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternatal dan perinatal palingpenting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampumengenali dan mengobati agar tidak
berlanjut menjadi eklamsi.
3. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tandapersalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban pecahdini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
4. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan
secara sectio caesarea. Hal inikarena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripadakelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
dapat mengalami sungsang atau salahletak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan
lahir, misalnya jalan lahiryang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaanpada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah, bagian terbawah
adalah puncak kepala, padapemerikasaan
dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainanpanggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasarpanggul.
2) Presentasi muka, letak kepala tengadah
(defleksi), sehingga bagian kepala
yangterletak paling rendah ialah muka. Hal
ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi
dan defleksi, dahi berada pada
posisiterendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasnya
dengansendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengankepala difundus uteri
dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenalbeberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong
kakisempurna, presentasi bokong tidak sempurna
dan presentasi kaki.
E. Manifestasi klinis
Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian
yaitu :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri sekitar luka operasi
4. Peristaltic usus menurun
F. Pemeriksaan penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan
magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat
bila menggunakan pemindaian CT.
4. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan
serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit
dan hematocrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
G. Komplikasi
Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas dibagiatas :
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa
hari.
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan
dehidrasi danperut sedikit kembung.
c. Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahancabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung
kencing,embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilanberikutnya bisa terjadi ruptur.
H. Penatalaksanaan
Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan klien post Sectio
Caesareaialah :
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap
15 menit selama 1 jampertama, kemudian
tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa
tingkatkesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup
ventilasi
3) Transfusi darah jika perlu
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau
diberikan transfusi, segerakembalikan ke
kamar bedah kemungkinanan terjadi
perdarahanpasca bedah.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan
setelah penderita flatus lalu di mulailah pemberian
minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan
pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-
10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentangsedini
mungkin setelah sadar.
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat
didudukan selama 5 menitdan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat
diubah menjadi posisisetengah duduk
(semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi
hari, pasien dianjurkanbelajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan
kemudianberjalan sendiri pada hari ke-3
smapai hari ke-5 pasca operasi.
d. Perawatan funsi kandung kemih
e. Pembalutan dan perawatan luka
2. Penatalaksanaan medis
a. Cairan IV sesuai indikasi.
b. Anestesi regional atau general
c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio
caesarea
d. Tes laboratorium sesuai indikasi
e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
f. Tanda vital per protokol ruang pemulihan
g. Persiapan kulit pembedahan abdomen
h. Persetujuan ditandatangani

II. KONSEP DASAR KPD (KETUBAN PECAH DINI)


A. Pengertian
Terdapat beberapa pengertian tentang KPD, jika dilihat dari
pembukaan serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan serviks pada
primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(Sepduwiana, 2011). Sedangkan jika dilihat dari kapan pecahnya
ketuban, maka KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum ada tandatanda persalinan dan ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda persalinan (Aisyah & Oktarina, 2012).
Menurut (Prawirohardjo, 2014)KPD merupakan keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila terjadi KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu, disebut KPD pada kehamilan prematur.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami KPD. Menurut American college of Obstricans and
gynecologist (2007) mengatakan Premature Ruptured of
Membranes (PROM) adalah pecahnya membran ketuban janin
secara spontan sebelum usia 37 minggu atau sebelum persalinan
dimulai. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, tetapi banyak yang
percaya bahwa infeksi intra uterine adalah faktor predisposisi
utama (Iriyanti & Bayu, 2014).
B. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Yang menjadi faktor predisposisinya
adalah :
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan
ketuban biasa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu
terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat
persalinan dan kuretase)
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma,
hidromnian, gemelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP)
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi
7. Faktor lain :
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu
dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan
b. Termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul
ibu (CPD).
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan
antepartum.
e. Defisienzi gizi dari tembaga atau asam askorbat/
vitamin C (Nugroho, 2011).
C. Mekanisme pecahnya selaput ketuban
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraks
uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan
degradasi ekstraselular matriks.Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya
KPD adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2. Kekurangan tembaga dan asam akrobik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP)
yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor
protease.Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP
dan TIMP-1 mengarah pada degradasi 20 proteolitik dari matriks
ekstra seluler dan membran janin.Aktivitas degradasi proteolitik ini
meningkat menjelang persalinan.Pada penyakit periodontitis
dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD.Selaput
ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, dan pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah.Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi
rahim, dan gerakan janin.Pada trimester akhir terjadi perubahan
biokimia pada selaput ketuban.Pecahnya selaput ketuban pada
kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis.KPD pada
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya
infeksi yang menjalar dari vagina.KPD prematur sering terjadi pada
polihidromnion, inkompeten serviks, solusio plasenta
(Prawirohardjo, 2014).
D. Manifestasi klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti
bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi, bila anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi (Nugroho, 2011).
E. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini
dengan menginduksi kontaksi uterus dan atau kelemahan fokal
kulit ketuban.Banyak mikroorganisme serviko vaginal,
menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi
secara local asam arakhidonat, dan lebih lanjut menyebabkan
pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa selanjutnya menyebabkan
kontraksi myometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktifitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1,
factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor
yang di produksi oleh paru-paru dan ginjal janin yang di temukan
dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi
pembentukan sitokinin. Endotoksin yang termasuk kedalam cairan
amnion juga akan merangsang sel-sel desi dua untuk memproduk
sisitokinin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan. Adanya kelemahan local atau perubahan
kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinta ketuban pecah dini
akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan produk host yang
disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi
protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit
ketuban.Etalase leukosit polimorfo nuclear secara spesifik dapat
mencegah kolagen tipe lll pada manusian.Membuktikan bahwa
infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi
bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe
lll dan menyebabkan ketuban pecah dini.Kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit
ketuban.Sel inflamasi manusia juga menguraikan arti factor
plasminogen menjamin plasmin, potensial menjadi penyebab
ketuban pecah dini.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa:
warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan
air ketuban, urine atau secret vagina.
c. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus
berubah menjadi biru menunjukan adanya air
ketuban (alkalis) dan jika kertas lakmus berubah
menjadi merah menunjukkan urine. PH air ketuban
7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan
tes yang positif palsu.
d. Mikroskopik (tes pakis).
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
a. Pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri.
b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidromnion (Nugroho Taufan, 2011).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di
ketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis.Oleh Karena itu pada kehamilan
kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu
yang optimal untuk persalinan.Pada umur kehamilan matang,
choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan
sebab utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan
dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten.
Adapun penatalaksanaannya:
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit.
b. Beri antibiotik: bila ketuban pecah > 6 jam berupa:
Ampisilin 4x500 mg atau gentamycin 1x 80 mg.
c. Umur kehamilan < 32-34 minggu: dirawat selama
air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban
tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air
ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu
dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal ini
sangat tergantung pada kemampuan keperawatan
bayi prematur).
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intra uterine)
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid
untuk memacu kematangan paru-paru janin
2. Aktif
a. Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila
gagal dilakukan seksio sesarea. Cara induksi: 1
ampul syntocinon dalam dektrosa 5 %, dimulai 4
tetes sampai maksimum 40 tetes/ menit.
b. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan secsio
sesarea.
c. Bila ada tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi
dan persalinan diakhiri (Taufan, 2011).
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan
meliputidistres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin,prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta
previa.
1. Identitas
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku
bangsa,pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor registrasi,dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan
untukmenentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan
utama pada postoperasi SC biasanya adalah nyeri dibagian
abdomen, pusing dan sakitpinggang.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan
cairan ketuban yang keluar pervaginam secara
spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti
jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti
jantung, HT, TBC,DM, penyakit kelamin, abortus
yang mungkin penyakit tersebutditurunkan kepada
klien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut,
kebersihan rambut,dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada
kelopak mata,konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat(anemia)
karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan,sclera kuning.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak,
bagaimana kebersihannya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada
post partum kadangkadang ditemukan
pernapasan cuping hidung.
5) Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering /
lembab.
b. Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran
kelenjar tiroid,karna adanya proses penerangan yang
salah.
c. Thorak
1) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
pada payudara, areolahitam kecoklatan,
putting susu menonjol, air susu lancer
danbanyak keluar.
2) Paru-paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak
terlihatpembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba
massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi /
wheezing
3) Jantung
I : Ictus cordis teraba / tidak
P : Ictus cordis teraba / tidak
P : Redup / tympani
A : Bunyi jantung lup dup
d. Abdomen
I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban,
adanya striegravidarum
P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus
lembek / keras
P : Redup
A : Bising usus
e. Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran
air ketuban, bilaterdapat pengeluaran mekomium
yaitu feses yang dibentuk anakdalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
f. Ekstremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan
kelainan karenamembesarkan uterus, karena pre
eklamsia atau karena penyakitjantung atau ginjal.
g. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana
darah turun,nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu
tubuh turun.
B. Pathway

KPD

Section caesarea

Post operasi sc

Luka post operasi Nifas

Uterus
Jaringan terputus Jaringan terbuka
Kontraksi uterus
Merangsang area Proteksi kurang
sensori motoric
Tidak adekuat
Invasi bakteri

Nyeri akut Atonia uteri


Resiko infeksi
Perdarahan

Anemi

HbO² menurun

Metabolism anaerob

Asam laktat
meningkat

kelelahan

Intoleransi aktifitas
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik(D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas
kulit (D.0142)
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelelahan(D.0056)
D. Intervensi keperawatan

Diagnosis Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan


Keperawatan hasil
Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) (L.08066) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
tindakan 3x24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri frekuensi, kualitas,
berkurang dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
2. Meringis 4. Identifikasi factor
menurun yang memperberat dan
3. Gelisah memperingan nyeri
menurun 5. Monitor keberhasilan
4. Kesulitan tidur terapi komplementer
menurun yang sudah di berikan
5. Pola tidur Terapeutik
membaik 1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Resiko Tingkat infeksi Pencegahan infeksi (I.14539)
infeksi(D.0142) (L.14137) Observasi
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan
tindakan 3x 24 jam gejala infeksi local dan
diharapkan tingkat sistemik
infeksi menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Berikaan perawatan
1. Kemerahan kulit pada area luka
menurun 2. Cuci tangan sebelum
2. Nyeri menurun dan sesudah kontak
3. Bengkak dengan pasien dan
menurun lingkungaan pasien
3. Pertaahankan teknik
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
4. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
5. Anjurkan
meningkatkan asupaan
cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi (I.05178)
aktivitas (L.05047) Observasi
(D.0056) Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan
tindakan keperawatan fungsi tubuh yang
selama 3x 24 jam mengakibatkan
diharapkan toleransi kelelahan
aktivitas meningkat 2. Monitor kelelahan
dengan kriteria hasil : fisik dan emosional
1. Kemudahan 3. Monitor pola dan jam
dalam tidur
melakukan 4. Monitor lokasi dan
aktivitas sehari- ketidaknyamanan
hari meningkat selama melakukan
2. Kekuatan aktivitas
bagian tubuh Terapeutik
bagian bawah 1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
3. Keluhan lelah stimulus (mis.
menurun Pencahayaan, suara,
4. Perasaan lemah kunjungan)
menurun 2. Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan tujuan.Jikakriteria yang ditetapkan belum tercapai
maka tugas perawat selanjutnya adalah melakukanpengkajian
kembali (Hidayat, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S., & Oktarina, A. (2012).Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Antara Primipara dan Multipara.”Jurnal Midpro.Edisi 1.Perbedaan
Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara Primipara Dan Multipara.”Jurnal
Midpro.Edisi 1.
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta
Cunningham, 2006.Penatalaksanaan Post SC
Iriyanti,& Bayu. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti.InAsuhan Kehamilan
Berbasis Bukti. Sagung Seto.
Manuba Ida, Sarwono, 2002-2009. Buku Sistem Organ Reproduksi pada Post
Partum.Jakarta
Mansjoer, Arif. Dkk, 2000-2008. Buku Ajar Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Nugroho, T. (2011).Obstetri.InObstetri. Salemba Medika.
Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T Bina Pustaka
Prawirohardjo, S. (2014).Ilmu Kebidanan. InIlmu Kebidanan. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, 2002.Buku Maternitas Dasar. Jakarta:EGC
Sepduwiana, H. (2011). Faktor Terjadinya KPD pada Ibu Bersalin di RSUD
Rokan Hulu.Faktor Terjadinya KPD Pada Ibu Bersalin Di RSUD Rokan
Hulu.Jurnal Maternity and Neonatal.”Vol. 1 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai