Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

Dengan Pasien Sectio Caesarea Di RSI Masyitoh Bangil

Oleh :
WILDA AL ALUF
(NIM. 14401.18.19023)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna (
organ bagian luar ) dan organ reproduksi interne ( organ bagian dalam ).
a. Organ Reproduksi Eksterna Wanita

1. Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat


dilihat mulai dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia
mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah / hymen, vestibulum,
maura uretra, berbagai kelenjer dan struktur vaskular.
2. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut
kemaluan. Pada perempuan umunnya batas rambut melintang sampai
pinggir atas simfisis, sedangakn ke bawah samapai ke sekitar anus dan
paha.

3. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons veneris.

4. Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan tipis


dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil
mengandung banyak glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak dan
juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif.
Jaringan ikatnya mengandung banak pembuluh darah dan beberapa
otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.

5. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium


klitoris dan terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura
yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas
jaringan yang dapat mengambang, penuh dengan urat saraf sehingga
sangat sensitif.

6. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke


belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua
bibir kecil dan di belakang oleh perineum.

7. Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4


cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma
pelvis dan diafragma urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).
b. Organ reproduksi interna wanita

1. Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina terdapat


liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara
introtus vagina dengan uterus. Dinding depan dan belakang vagina
berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnyan antara 6-7 cm
dan 7-10 cm. Bentuk vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut
rugae.

Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah


haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir
pada waktu persalinan.

2. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25
cm dan tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus keadaan
fifioligis adalah anteversiofleksio / serviks ke depan dan membentuk
sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan membentuk
sudut dengan serviks uteri.

Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh
dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.

3. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi


kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut
getar tersebut.

Tuba falloppi terdiri atas :

a) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.

b) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.

c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran


agak lebar, tempat konsepsi terjadi.

d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah


abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi
tuba untuk mengakap telur dan selanjutnya menyalurkan ke dalam
tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon / sejenis binatang laut.

4. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut


kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum di kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih
sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang 4 cm, lebar dan tebal
1,5 cm ( Prawirohardjo, 2009).

Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan membawa


ovum yang dilepaskan oleh indung telur. Tempat terjadinya
pembuahan (Prawihardjo, 2009).
2. Definisi

Sectio caesarea adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk


melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut dan rahim ibu. Sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram.
Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio
caesarea merupakan suatu persalinan buatan yaitu janin dilahirkan melalui insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).

3. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi sectio caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :
a. Berasal dari Ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, cevalo pelvik disproportion
(disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, komplikasi kehamilan yitu pre eklampsia dan eklampsia berat,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Berasal dari Janin
Fetal distress/gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin seperti
bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kelainan tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta previa, solutio
plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. Kegagalan persalinan vakum atau
forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple pregnancy).

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :

a. Pusing

b. Mual muntah

c. Nyeri sekitar luka operasi

d. Peristaltic usus menurun

5. Klasifikasi
Bentuk pembedahan sectio caesarea menurut Manuaba (2012), yaitu :
a. Sectio Caesarea Klasik, dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10
cm. tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
b. Sectio Caesarea Transparantionel Profunda, disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan
jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan tranversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
c. Sectio Caesarea Histerektomi, adalah suatu pembedahan dimana setelah janin
dilahirkan dengan sectio caesarea, dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.
d. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu sectio caesarea berulang pada seorang
pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya dilakukan di atas
bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa
abdomen sementara peritoneum di potong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.

6. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang
parah, pre eklampsia, dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan
lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal
plasenta previa, bati kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan
yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar
dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (Sari, 2016).
7. Pathway

Presentasi bokong multigravida

Kesulitan proses persalinan

Dilakukan tindakan SC

Trauma Kelahiran anak


Efek anesthesia spinal
pembedahan/insisi

Perubahan peran
Agen cedera efek Relaksasi otot
pembedahan
MK : Defisit
Pengetahuan Penurunan motilitas
MK : Nyeri Luka traklus
Akut gastrointestinal

Tempat masuk Menekan ujung saraf MK : Konstipasi


kuman

Penurunan
MK : Resiko
kekuatan/kelemahan
Infeksi
fisik

MK : Intoleransi Aktivitas
8. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (Elektroensefalogram
b. Pemindaian CT
c. MRI (Magneti Resonance Imaging)
d. Uji laboratorium
1) Hitung darah lengkap
2) Kadar kalsium darah
3) Kadar natrium darah
4) Kadar magnesium darah
5) Panel elektrolit

9. Penatalaksanaan
a. Ruang pemulihan
1) Pantau jumlah perdarahan dari vagina
2) Palpasi fundus uteri
3) Pemberian cairan intravena
b. Ruang perawatan
1) Monitor tanda tanda vital
2) Pemberian obat-obatan
3) Terapi cairan dan diet
4) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
5) Ambulasi
6) Perawatan luka
7) Pemeriksaan laboratorium
8) Menyusui
Askep Secara Teori

a. Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan


meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

1) Identitas dan biodata klien : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
registrasi, dan diagnosa keperawatan.

2) Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan
untuk menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit
pinggang.

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelum inpartus di


dapatkan cairan yang keluar pervaginan secara spontan kemudian
tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

b) Riwayat kesehatan dahulu : Didapatkan data klien pernah riwayat SC


sebelumnya, panggul sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi
penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.

c) Riwayat kesehatan keluarga : Adakah penyakit turunan dalam


keluarga seperti jantung, HT, TBC, DM, penyakit kelamin, abortus
yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.

b. Pemeriksaan fisik
a) Mata : biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh
kondisi anemia karena proses persalinan yang mengalami perdarahan.

b) Payudara : Simetris kiri dan kanan, areola hitam kecoklatan, putting


susu menonjol, kedua payudara tegang, warna kulit tidak kemerahan,
ASI belum keluar atau hanya keluar sedikit.

c) Abdomen : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie


gravidarum, nyeri tekan pada luka, konsistensi uterus lembek/keras,
bunyi redup, bising usus menurun.

d) Genetalia : Pengeluaran darah bercampur lendir.

e) Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan


karena membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

c. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat nyeri


menurun

- Keluhan nyeri (-)

- Meringis (-)

- Gelisah (-)

- Kesulitan tidur (-)

Observasi :
 Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, intensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respons nyeri non verbal

 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

 Berikan teknik nonfarmakologis

 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu, pencahayaan,


kebisingan)

 Fasilitas istirahat dan tidur

Edukasi :

 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

 Anjurkan teknik nonfarkamkologis untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu)

2. Resiko infeksi ditandai dengan kerusakan integritas kulit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat infeksi


menurun

- Kemerahan (-)
- Bengkak (-)

- Nyeri (-)

Observasi :

 Monitor karakteristik luka (mis. warna, bau, ukuran)

 Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik :

 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

 Bersihkan dengan cairan NaCl

 Bersihkan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

 Pasang balutan sesuai jenis luka

 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien

Edukasi :

 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan toleransi


aktivitas meningkat
- Keluhan lelah (-)

- Perasaan lemah (-)

- Nyeri (-)

Observasi :

 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu

 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yan diinginkan

 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas

Terapeutik :

 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami

 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang


konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial

 Fasilitasi aktivitas fisik rutin

 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu

 Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi :

 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu

 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

 Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi


dalam aktivitas

Kolaborasi :

 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan


memonitor program aktivitas, jika sesuai.

4. Defisit pengetahuan tentang Sectio Caesarea berhubungan dengan kurang


terpapar informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat


pengetahuan meningkat

- Perilaku sesuai anjuran (+)

- Perilaku sesuai dengan pengetahuan (+)

- Persepsi yang keliru terhadap masalah (-)

Observasi :

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan


motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik :

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku


hidup bersih dan sehat

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan fungsi


gastrointestinal membaik

- Toleransi terhadap makanan (+)

- Nafsu makan (+)

- Konsistensi feses (+)

- Peristaltik usus (+)

Observasi :

 Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar

 Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal

 Monitor buang air besar

Terapeutik :

 Berikan air hangat setelah makan

 Sediakan makanan tinggi serat

Edukasi :

 Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan keteraturan


peristaltik usus

 Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses

 Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik, sesuai toleransi

 Anjurkan pengurangan asupan makanan yan meningkatkan


pembentukan gas

 Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat

 Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi


Kolaborasi :

 Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC

Penny, dkk. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Bayi. Jakarta: Arcan

Sari L. 2016. Patofisiologi Sectio Caesarea. Purwokerto: University of


Muhammadiyah Purwokerto

Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai