Anda di halaman 1dari 5

Nama : Silvia Nadiyatul Ula

Prodi : S1 Keperawatan semester 6


NIM : 201914201026

BRAINSTORMING

A. Topik
Keperawatan Anak
B. Seleksi Kasus
Pencegahan Kecelakaan di Rumah pada Anak Usia Toddler
C. Masalah
Permasalahan penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Pada usia toddler bahaya yang mengancam keamanan adalah jatuh, terbakar,
bengkak, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan oleh belum sempurnanya system
muskoloskeletal dan neurologinya. Perkembangan pada masa ini sering diikuti
dengan keinginan anak untuk tahu segalanya sehingga mencoba hal baru yang
mereka terima, seiring dengan perkembangan organ panca indera mereka (Craven,
2001).
2. Menurut Martin Simenc pakar keselamatan anak dari AS, anak usia balita
umumnya senang melakukan eksplorasi untuk mengetahui lebih jauh lingkungan
terdekatnya yaitu rumah. Dan faktanya, keingintahuannya menyebabkan anak
toddler ingin meraih, memegang, atau memasukkan ke dalam mulut semua yang
menarik perhatiannya. Akibatnya anak-anak usia ini lebih sering terkena luka
bakar, terjatuh, tersedak, keracunan, atau tenggelam (Rahmi, 2008).
3. Banyak orangtua tidak menyadari beberapa perangkat di rumah dapat
membahayakan bagi anak-anak mereka. Terlebih untuk anak di bawah usia lima
tahun, balita lebih rentan terhadap kecelakaan di rumah karena sampai umur
empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya. Pada masa
balita pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat tetapi perkembangan
motoriknya berjalan lebih cepat. Oleh karena itu anak perlu diawasi karena dalam
beraktifitas anak tidak memperhatikan bahaya. Perhatian anak terhadap
lingkungan menjadi lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya. Toddler
lebih banyak tertarik benda disekitarnya dan meniru apa yang diperbuat oleh
orang lain (Murwani, 2009).
4. Keamanan anak terkait pencegahan kecelakaan adalah masalah kesehatan
masyarakat yang harus mendapat perhatian khusus karena berpengaruh spesifik
pada kesehatan anak (Harvey, et al., 2009). Tetapi pada kenyataannya menurut
Morrongiello (2004), orang tua tidak menyadari risiko kecelakaan pada interaksi
anak-anak dan orang tua sehari-hari, serta tidak mempunyai kepercayaan yang
kuat dalam melakukan tindakan pencegahan.
5. Masalah kecelakaan pada balita di rumah tangga masih menjadi masalah yang
memerlukan penanganan yang tepat. Faktor ibu sebagai pengasuh dianggap
sebagai faktor utama penyebab kecelakaan anak dalam rumah tangga. Di
Indonesia, tingkat pengetahuan ibu yang rendah, sikap yang kurang baik dan
tindakan ibu yang kurang tepat merupakan penyebab kejadian kecelakaan pada
anak (Budi Utomo, 2008).
D. Ide Masalah (Empiris)
World Health Organization (WHO) dan The Global Burden of Diseases Study
(GBD) memperkirakan setiap tahunnya ada 3,9 juta kematian di seluruh dunia
disebabkan oleh kecelakaan. Setiap tahun, 5.1 juta orang di Amerika terluka karena
terjatuh dan terjadi di sekitar rumah. Pada anak-anak usia 0-19 tahun di Amerika
Serikat, sebanyak 12.175 anak meninggal dunia karena kecelakaan di rumah setiap
tahunnya (Casteel, et al., 2004). Di Eropa, 3-4 kematian dari 10 kematian terjadi
pada anak-anak berusia 0-4 tahun. Kecelakaan tersebut juga terjadi pada 20.000
anak-anak berusia 1-14 tahun setiap tahunnya (Bruce, 2004). Di Inggris, Sekitar
900.000 anak-anak dan remaja di Inggris berusia dibawah 15 tahun dibawa rumah
sakit akibat kecelakaan di rumah setiap tahunnya.
Di Indonesia angka kematian anak akibat kecelakaan, keracunan dan trauma
tercatat 7,3 % (per 100.000) dan merupakan salah satu dari lima penyebab kematian
anak tertinggi. Kecelakaan pada anak, sesuai data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Departemen Kesehatan tahun 2007 adalah sebesar 19,2% per 100.000 anak
sedangkan kecelakaan lalu lintas jalan raya yang terjadi pada anak sesuai data dari
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes POLRI) tahun 2009 adalah
sebesar 8.601 kasus. Kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan
pada anak-anak (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Setiap tahun di Indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena kecelakaan
dan lebih dari puluhan juta anak-anak lainnya memerlukan perawatan rumah sakit
karena mengalami luka berat. Di antaranya yang luka berat banyak mengalami cacat
permanen dan mendapat gangguan fungsi otak. Kecelakaan yang bisa terjadi adalah
jatuh, terbakar, dan tenggelam (Depkes RI, 2010). Penelitian Kuschithawati dkk,
(2017), menunjukkan adanya prevalensi cedera sebanyak 42,56% (cedera ringan
36,89% dan cedera parah 5,7%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
cedera pada anak-anak sekolah dasar adalah jenis kelamin (OR = 1,31; 95% CI 1,16 -
1,47) dan lingkungan rumah (OR = 2,76; 95% CI 1,36 - 6,62).
E. Kajian Pustaka
Menurut Putri (2019), Pengetahuan ibu turut mempengaruhi terhadap
terjadinya kecelakaan pada balita, ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik
tentunya akan menjaga balitanya agar tidak mengalami cedera. Selain pengetahuan,
umur, pendidikan dan informasi yang diterima orang tua juga turut memberikan
konstribusi terhadap kecelakaan yang dialami oleh balita.
Anak-anak merupakan merupakan kelompok usia yang rentan terhadap
kecelakaan. Saat anak mencapai usia 5 tahun, kecelakaan atau cedera adalah ancaman
terbesar dalam kehidupan mereka (World Health Organization, 2008). Kecelakaan
dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tidak diharapkan dan tidak direncanakan,
yang biasanya menyebabkan cedera, kematian dan kerusakan harta benda (Gupta,
2004).
Pencegahan kecelakaan adalah penurunan kemungkinan anggota keluarga
untuk terluka, mengurangi jumlah orang yang dapat terluka atau pencegahan tingkat
keparahan dampak yang terjadi karena kecelakaan tersebut (Queensland Health,
2007). Kecelakaan dapat dicegah dan dikontrol karena penyebabnya yang luas dan
hubungan erat antara penyebabpenyebab tersebut (WHO, 2008).
F. Faktor Penyebab Kecelakaan
1. Internal
a. Usia dan tingkat perkembangan anak
Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang
dimilikinya, kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan
berguling dan merangkak menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Bayi
berkembang pada kurun yang berbeda, mungkin ia belajar berguling pada usia
tiga tahun atau paling lambat enam bulan. Dengan demikian, setiap tahap
perkembangan bayi satu dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu, cedera
yang sering kali terjadi berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya
(Espeland, 2005).
b. Jenis kelamin
Kematian lebih banyak terjadi pada masa-masa awal kehidupan dan lebih
banyak pada anak laki-laki di semua umur, yaitu 1,3 kali lebih banyak pada
usia satu bulan pertama dan 1,6 kali lebih banyak pada anak-anak di usia
sekolah (Meadow & Newel, 2005). Banyak kajian yang menunjukkan bahwa
anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan, mungkin
hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil
resiko daripada anak perempuan (Espeland, 2005).
c. Keadaan psikologis anak
Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi
kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaan
stress (Espeland, 2005). Temperamen dan motivasi juga berperan terjadinya
kecelakaan. Anak yang bertemperamen persisten akan selalu kembali kepada
sesuatu yang dilarang. Anak yang aktivitasnya tinggi akan sering terbentur
atau lecet dibandingkan anak yang kurang aktif. Sedangkan motivasi
mencerminkan anak untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan baik.
Keinginan untuk mandiri mendorong anak ingin melakukan sesuatu walaupun
secara fisik belum mampu, seperti memanjat pohon atau bersepeda jauh-jauh
dari rumah (Ibrahim, Daud, Sulistijani, 1999).
2. Eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor penyebab kecelakaan tersering. Cedera pada
anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak
belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya. Setiap saat bahaya dapat
mengintai si kecil, mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan di sekitar
rumah, cuaca, serangga, dan hewan lain, serta tumbuhan (Ibrahim, Daud,
Sulistijani,1999).
b. Keadaan psikologis orang yang mengasuh
Penelitian telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu
yang sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi atau ketika mereka sedang
capek. Keadaan stress yang terjadi pada keluarga seperti menanti kelahiran
sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan beresiko
tinggi (Espeland, 2005).
c. Keadaan sosial
Resiko kecelakaan dapat juga dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari
keluarga besar dengan perumahan buruk, yang sebagaian besar waktunya
dihabiskan di jalan, dan hanya diawasi oleh anak yang sedikit lebih besar,
berada dalam bahaya besar; dan ibu yang merawat anak kecil pada blok
menara tanpa halaman atau tempat bermain tertutup memiliki masalah yang
pelik (Meadow& Newel, 2005).
G. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungannya tingkat pengetahuan ibu tentang dampak kecelakaan pada
anak usia toddler dengan tindakan pencegahan kecelakaan?
H. Usulan Judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Kecelakaan Pada Balita Di
Rumah Dengan Tindakan Pencegahan Kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai