Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS PREEKLAMSI BERAT (PEB)

DI RUANGAN HESTI RUMAH SAKIT Dr. R. SOEHARSONO

BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

NAHWA FAYZA

NIM:2114401110034

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Nahwa Fayza


NPM : 2114401110034
Ruangan/Rumah sakit : Hesti/ RS. TK III Dr.R.Soeharsono Banjarmasin
Judul Laporan Pendahuluan : Preeklamsi Berat (PEB)

Telah menyelesaikan laporan pendahuluan di ruangan tersebut.

Banjarmasin, Juli 2023


Mahasiswa

Nahwa Fayza

Menyetujui

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

Kartayasi S. Kep. Ns Rohni Taufika Sari, Ns.,M.Kep


NIK.01 30071983040 007 008
1. Anatomi Dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita

Gambar: 2.1 Genetalia Interna dan Eksterna


Sumber: https://bocahradiography

8
9

2.1.1.1 Organ genetalia eksterna


Organ genetalia eksterna terdiri atas bagian-bagian berikut:
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina
(Purwaningsih dan Fatmawati, 2019).
b. Mons veneris/mons pubis
Adalah bagian yang menonjol berupa bantalan lemak yang ditutupi oleh
kulit, yang terletak diatas simfisis pubis.
c. Labia mayora (bibir besar)
Merupakan dua lipatan membulat besar, terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan
yang ada di mons veneris (Ariyani, dkk. 2019).
d. Labia minora (bibir kecil)
Merupakan dua lipatan kulit berwarna merah muda yang leibh kecil terletak
memanjang di bagian dalam labia mayora.
e. Klitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis, yang terletak dibagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitive
(Purwaningsih dan Fatmawati, 2019).
10

f. Vestibulum/vulva
Untuk memeriksa vestibulum, maka kedua lipatan labia minora harus dibuka
agar vestibulum tampak. Terdapat enam muara pada vestibulum, antara
lain :
1) Orifisium uretra eksternum
Terletak di bawah klitoris, merupakan pintu masuk dari saluran kemih.
2) Duktus skane
Muara kedua tubuli skene berjalan sejajar dengan uretra sepanjang 6 mm
dan kemudia bermuara pada kedua sisi orifisium uretra eksternum
3) Introitus vagina
Menempati 2/3 bagian bawas vestibulum.
4) Duktus dan glandula bartholini
Terletak di kedua sisi vagina dengan ukuran kurang lebih 1 cm, terletak di
bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2
cm yang bermuara di vulva, tidak jauh dari fossa navikulare.
g. Perenium
Terletak antara vulva dan anus.Panjang rata-rata 4 cm. bisa meregang pada
saat persalinan dan bisa mengalami robekan jika perineum kaku atau salah
dalam pertolongan persalinan.

2.1.1.2 Organ Genetalia interna


a. Vagina
Saluran yang merupakan suatu penghubung antara introitus vagina dan
uterus.Bentuk seperti pipa potensial dan bagian dalam berlipat-lipat disebut
Rugae.
11

b. Uterus
Berbentuk sepertu buat advokat atau buat peer yang sedikit gepeng
kearah muka belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Terletak di dalam pelvis dengan posisi normal antefleksi. Bagian
ini terdiri atas fundus uteri, corpus uteri, serviks uteri, isthmus uteri dan
kavum uteri. Uterus dilapisi oleh tiga dinding yaitu endometrium,
myometrium dan perimetrium.Uterus berfungsi untuk menyiapkan
tempat untuk ovum yang telah mengalami fertilisasi, memberi makan
ovum yang telah dibuahi selama masa kehamilan, mengeluarkan konsepsi
setelah cukup umur dan mengadakan involusi setelah kelahiran bayi.
Selain itu, supaya tetap di tempatnya uterus ditopang oleh beberapa
ligament yaitu sebagai berikut :
1) Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra
Fungsi mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat
tebal.
2) Ligamentum sacrouterinum sinistra dan dekstra Ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dan serviks
bagian belakang, kiri dan kanan, kea rah os.scarum kiri dan kanan.
3) Ligamentum rotundum sinistra dan dekstra Ligamentum yang
menahan uterus dalam antafleksi.
4) Ligamentum infundibulo pelvikum
Ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak
banyak mengandung jaringan ikat
12

c. Serviks
Merupakan bagian paling bawah dari uterus. Panjang serviks antara lain
2,5-3 cm dan 1 cm menonjol ke vagina. Ujung dari serviks yang
menonjol ke vagina disebut portio. Portio akan sedikit terbuka pada
wanita yang sudah pernah melahirkan. Di dalam serviks terdapat
saluran yang disebut kanalis serviks yang terdiri atas 2 muara yaitu
ostium uteri eksternum (OUE) dan ostium internum (OUI).
Serviks tersusun dari jaringan ikat fibrosa, sejumlah kecil serabut otot,
dan jaringan elastis.Oleh karena itu, pada saat persalinan dapat
membuka atau meregang untuk dapat mengeluarkan kepala bayi.
Serviks juga banyak mengandung pembuluh darah sehingga pada saat
terjadi kehamilan akan terjadi hipervaskularisasi sehingga terlihat
keunguan.
d. Tuba Fallopi
Masing-masing tuba berasal dari cornu uteri, berjalan kedua sisi dinding
pelvis, kemudian membelok ke bawah dan ke belakang sebelum
mencapai dinding lateral pelvis. Kedua tuba ini terletak kira-kira 10 cm.
secara mikroskopik terdiri atas beberapa bagian yang sebagai berikut :
1) Tuba pars interstisialis, terletak dalam dinding uterus dan panjangnya
2,5 cm, diameter 1 mm.
2) Tuba isthimus, daerah paling sempih dengan diameter 2,5 mm dan
bekerja sebagai reservoir spermatozoa karena suhunya lebih rendah
pada daerah ini dibandingkan dengan daerah lain pada tuba.

3) Tuba ampula, daerah yang membesar dengan diameter


6 mm dan panjang 5cm, biasanya sebagai tempat terjadinya fertilisasi.
4) Tuba infundibulum, diameter 6 mm, terdapat fimbrie pada ujungnya
yang berfungsi untuk menangkap ovum saat keluar dari ovarium
(ovulasi).
e. Ovarium
Kedua ovarium terletak di dalam cavitas peritonealis pada cengkungan
kecil di dinding posterior ligamentum latum. Kedua ovarium terletak
13
pada ujung tuba fallopi yang mengandung fimbrie pada kira-kira
setinggi pintu masuk pelvis. Dengan ukuran 3 cm x 2 cm x 1 cm dan
beratnya 5-8 gr. Organ ini berfungsi untuk menghasilkan ovum untuk
fertilisasi serta menghasilkan hormone estrogen dan progresteron. Di
dalam ovarium terjadi siklus perkembangan folikel dari folikel
primordial menjadi folikel de graff di mana pada fase ovulasi akan
muncul ke permukaan ovarium dan mengeluarkan ovum. Sisa dari
folikel de graff yang ada di ovarium akan berkembang menjadi korpus
luteum yang akan menghasilkan progresteron dan berdegenerasi, jika
tidak terjadi pembuahan maka akan menjadi korpus albikan.

2. Pengertian
Adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20
minggu atau lebih (Rustam mu"tar, 2019). Preeklamsia adalah
sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan
dengan usia lebih dari 20 minggu (Helen varney, 2018) .Preeklamsia
adalah sekumpulan ge#ala yaitu hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul pada 'anita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu,
pada ibu bersalin dan nifas.
3. Etiologi
Penyakit ini belum diketahui dengan pasti. (arpenito 2017) menerangkan
bahkan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya preeklamsia
Penyebab pre eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah
terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab
penyakit tersebut, teori yang dapat diterima menerangkan: sering terjadi
pada primigravida, gamelly, hidramnion, dan molahidatidosa, sebab
bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan, sebab dapat
terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam uterus,
sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya,
14
sebab timbul hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.Teori yang
dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre eklampsia adalah
iskemia plasenta. Faktor risiko pre eklampsia sebagai berikut:
1. Primigravida, terutama primigravida tua dan muda
2. Kelompok sosial ekonomi rendah
3. Hipertensi esensial
4. Penyakit ginjal kronis (menahun/terus-menerus)
5. Diabetes Melitus
6. Multipara
7. Polihidramnion
8. Obesitas
9. Riwayat pre eklampsia pada kehamilan yang lalu.
15
4. Patofisiologi dan Pathway

Pathway Pre Eklamsia Berat

Faktor predisposisi: primigravida, riwayat keluarga


preeklamsi, riwayat preeklamsi sebelumnya, usia kehamialan Sectio
<20 tahun / > 30 tahun, obesitas, gangguan fungsi organ, dll. Ceasarea

Preeklamsi

Vasopasme Penurunan tekanan osmotic koloid


Kerusakan vaskuler

Hipertensi
Oedema Gangguan
keseimbangan
Gangguan perfusi cairan dan

Peningkatan BB

Gangguan rasa nyaman


Otak: nyeri kepala,
penurunan kesadaran
Kardiovaskuler: Penurunan
plasma, syok

Resiko tinggi cedera


Jaringan/otot:
penimbunan asam laktat
Ginjal: peningkatan BUN, Post Spinal Luka post operasi
proteinuria Anestesi

Penurunan Jaringan terputus


Penurunan saraf
saraf dan terbuka
Gangguan perfusi ekstremitas
jaringan ginjal bawah otonom
Penurunan
peristaltic usus Nyeri
Kelumpuhan
Resiko
Cemas infeksi
Mobilitas Konstipasi

Gambar 2.2 Pathway Preeklamsi Berat


16
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan
perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi
vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi
plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth
Retardation.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya,
ada yang mengatakan disebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuria
mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan
pada glomerulus (Mochtar, 2019).

5. Manifestasi Klinis
i. Tekanan darah
a. Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang
penting pada preeklampsia. Tekanan distolik merupakan tanda
prognostik yang lebih andal dibandingkan tekanan sistolik. Tekanan
diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi secara terus-
menerus menunjukkan keadaan abnormal.
ii. Kenaikan berat badan
a. Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan
preeklampsia dan bahkan kenaikan BB yang berlebihan merupakan
tanda pertama pre eklampsia pada sebagian wanita. Pertambahan BB
yang tiba-tiba lebih dari 1 kg/minggu dapat mengindikasi komplikasi.
Hal ini disebabkan oleh retensi cairan.
b. Peningkatan BB normal adalah 0,5 kg/minggu.
iii. Proteinuria
17
a. Dapat ditemukan protein dalam urine mencapai 10 g/dL. Proteinuria
hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan
BB yang berlebihan.

Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada pre eklampsia adalah:


 Nyeri kepala
Nyeri kepala sering ditemukan pada kasus berat, nyeri terjadi
pada daerah frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan
pemberian analgetik biasa.
 Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada pre eklampsia
berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar
akibat edema atau perdarahan.
 Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan tertentu dapat disebabkan oleh spasme
arterial, iskemia, dan edema retina. Pada kasus-kasus yang langka
disebabkan oleh ablasio retina. (Cunningham, 2019).

4. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah: penurunan
hemoglobin (Hb), hematokrit meningkat, trombosit menurun.
 Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
 Fungsi hati
Bilirubin meningkat, laktat dehidrogenase (LDH) meningkat,
aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul, serum glutamat pirufat
transaminase (SGPT) meningkat, serum glutamat oxaloacetic
transaminase (SGOT) meningkat, total protein serum menurun.
 Tes kimia darah
Asam urat meningkat
 Radiologi
18
 Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus, volume
cairan ketuban sedikit
 Kardiotografi
DJJ lemah

5. Terapi atau Pengobatan


Pemberian cairan. Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,
maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan. Diet pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh. Mobilisasi.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi: miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi; latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar; hari kedua
post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya; kemudian posisi tidur telentang
dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler); selanjutnya
selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
sampai hari ke5 pasca operasi.
Kateterisasi. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. Pemberian obat-obatan.
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12–24 jam bahaya akut sudah
19
diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai
pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan
magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14
tetes/menit.Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis
pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16
kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan
preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara
intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular (Wiknjosastro,
2006).

6. Prognosis
Morbiditas maternal (ditandai dengan hipertensi berat atau keterlibatan
multi sistem) dan potensi kematian meningkat pada kehamilan dengan
hipertensi. Sekitar 16% dari nulligravida dengan hipertensi dalam kehamilan
namun tidak dijumpai proteinuria menyebabkan hipertensi yang berat atau
keterlibatan multi sistem. Pada hipertensi gestasional dan proteinuria positif
1, komplikasi ibu yang berat dapat terjadi sampai 42% dari semua
nulligravida (secara total, hipertensi berat sekitar 80%, dan penyakit multi
sistem 20%). Penampilan pasien dengan preeklamsia adalah secara fisik
buruk, dengan hampir dua pertiga dari nulligravida terjadi hipertensi berat
(33%) atau gangguan multi sistem (67%). Kematian karena preeklamsia
sekitar <0,1%. Jika terjadi kejang pada eklampsia berkembang, sekitar 5 -
7% dari pasien ini akan meninggal dunia. Penyebab kematian biasanya
disebabkan oleh perdarahan intrakranial, shock, gagal ginjal, pemisahan
prematur plasenta, dan pneumonia aspirasi. Selain itu, hipertensi kronis
mungkin merupakan sekuel dari eklampsia. Meskipun jumlah trombosit
meningkat secara signifikan setelah postpartum kehamilan normotensif,
sekitar ada 2 – 3 kali lipat meningkat pada pasien preeklampsia. Nilai
20
puncak terjadi pada 6 – 14 hari setelah persalinan. kebanyakan
merekomendasikan evaluasi yang lengkap 6 minggu sampai 6 bulan.

7. Komplikasi
1.7.1. Perdarahan subkapsula hepar
1.7.2. Kelainan pembekuan darah (DIC)
1.7.3. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes dan low
platelet count).
1.7.4. Ablasio retina
1.7.5. Gagal jantung hingga syok dan kematian

2. Konsep Asuhan Keperawatan


4. Pengkajian
2.4.1. Data Biografi
Biasanya terjadi pada primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.
2.4.2. Riwayat Keperawatan
Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan/nifas
2.4.3. Riwayat Obstetri
2.4.3.1. Riwayat menstruasi
2.4.3.2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
2.4.3.3. Kehamilan sekarang
2.4.3.4. Persalinan sekarang
2.4.3.5. Keadaan bayi
2.4.3.6. Post partum sekarang
2.4.4. Riwayat Keluarga Berencana
Perlu dikaji apakah melaksanakan KB, bila melaksanakan jenis kontrasepsi
apa yang digunakan, sejak kapan menggunakan dan masalah yang terjadi
saat menggunakan kontrasepsi.
2.4.5. Riwayat Kesehatan
2.4.5.1. Keluhan utama biasanya demam atau sakit kepala.
2.4.5.2. Riwayat kesehatan sekarang: hipertensi, edema pada ekstremitas,
21
tengkuk terasa berat, sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, mual
dan muntah.
2.4.5.3. Riwayat kesehatan sebelumnya: obesitas, penyakit ginjal, anemia,
diabetes melitus, hipertensi/preeklampsia sebelum hamil.
2.4.5.4. Riwayat kehamilan: gamelly, molahidatidosa, hidramnion,
riwayat eklampsia atau preeklampsia sebelumnya.
2.4.5.5. Psikososial dan spiritual: emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan. Biasanya dalam kondisi yang labil dan mudah
marah, ibu khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin, takut anaknya
nanti lahir cacat atau meninggal dunia.
2.4.5.6. Riwayat penyakit keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam
keluarga.
2.4.6. Kebutuhan dasar khusus
2.4.6.1. Pola nutrisi
2.4.6.2. Pola eliminasi
2.4.6.3. Pola personal hygiene
2.4.6.4. Pola istirahat dan tidur
2.4.6.5. Pola aktivitas dan latihan
Pekerjaan dan olahraga.
2.4.6.6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok, minuman keras dan ketergantungan obat.
2.4.7. Pemeriksaan fisik
2.4.7.1. Keadaan umum, kesadaran, TTV dan data antropometri.
Pada ibu postpartum periksa TTV setiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian setiap 30 menit pada jam selanjutnya.

2.4.7.2. Sistem penglihatan


Konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina.
2.4.7.3. Sistem pernafasan
2.4.7.4. Sirkulasi jantung
2.4.7.5. Sistem pencernaan
22
Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.
2.4.7.6. Sistem Uro Genital
Kandung kemih ibu postpartum akan cepat terisi karena diuresis postpartum
dan cairan intravena. Oliguria dan proteinuria.
2.4.7.7. Sistem integumen/muskuloskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot. Pada periode postpartum penurunan tonus otot jelas
terlihat. Muskulus rektus abdominis memisah.
Ekstremitas hiper refleksia dan klonus pada kaki.
2.4.7.8. Dada dan aksila

2.4.8. Data penunjang


2.4.8.1. Laboratorium
2.4.8.2. Radiologi

5. Analisa Data

N
Proble
o Data Etiologi
m
.
1 Ansieta Kelebi penurunan
. s, napas han tekanan
dangkal, volume osmotik,
suara cairan perubahan
napas permeabilitas
rochi, vaskuler
perubaha
n tekanan
darah,
edema,
perubaha
n pola
respirasi,
oliguria,
pertamba
han berat
badan
dalam
periode
singkat.
23
2 Nyeri Penuru hipovolemi
. dada, nan a/penurunan
napas curah aliran balik
pendek, jantung vena
kelemaha
n,
vertigo,
akral
pucat dan
dingin,
edema,
peningkat
an denyut
jantung
dan
kecepata
n napas.
3 Mengun Nyeri peregangan
. gkapkan epigestri kapsula hepar
secara um
verbal,
perubaha
n
autonomi
k dari
tonus
otot,
perubaha
n nafsu
makan,
perilaku
ekspresif,
gangguan
tidur.
4 Perubah Ketida penurunan
. an kefektifa cardiac
tekanan n perfusi output (COP)
darah, jaringan
edema, serebral
perubaha
n suhu
tubuh,
nadi
lemah,
perubaha
n warna
kulit.
5 Penurun Resiko Keletihan,
24
. an tinggi defisit
kondisi, intoleran perawatan
ada si diri
masalah aktivitas
sirkulasi/
respirasi,
riwayat
intolerans
i
sebelumn
ya.

6. Diagnosa Keperawatan
 Kelebihan volume cairan b.d. penurunan tekanan osmotik,
perubahan permeabilitas vaskuler.
 Penurunan curah jantung b.d. hipovolemia/penurunan aliran balik
vena
 Nyeri epigestrium b.d. peregangan kapsula hepar
 Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d. penurunan cardiac
out put (COP).
 Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d. keletihan, deficit
perawatan diri.

7. Intervensi
Kelebihan volume cairan b.d. penurunan tekanan osmotic, perubahan
permeabilitas vaskuler
Tujuan: volume cairan kembali seimbang
Intervensi:
 Pantau dan catat intake dan output setiap hari
Dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui adanya
keseimbangan cairan dan dapat diramalkan keadaan dan kerusakan
glomerulus.
 Pemantauan tanda-tanda vital dan waktu pengisian kapiler (capillary
refill time-CRT)
Dapat dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai respons
dari kardiovaskuler.
25
 Pantau dan timbang berat badan
Dapat diketahui BB yang merupakan indikator tepat untuk menentukan
keseimbangan cairan.
 Observasi edema
 Kolaborasi dalam pemberian diuretik
Dapat meningkatkan filtrasi glomerulusndan menghambat penyerapan
sodium dan air dalam tubulus ginjal.

Penurunan curah jantung b.d. hipovolemia/penurunan aliran balik vena


Tujuan: curah jantung kembali normal
Intervensi:
 Pantau nadi dan tekanan darah
mengetahui peningkatan volume plasma, relaksasi vaskuler dengan
penurunan tekanan perifer.
 Lakukan tirah baring dengan posisi miring kiri
Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi ginjal.
 Kolaborasi dalam pemantauan parameter hemodinamik invasif
 Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan volume
cairan.
 Konstruksi vaskular yang lama, peningkatan dan hemokonsentrasi,
serta
 perpindahan cairan menurunkan curah jantung.
 Kolaborasi pemberian obat antihipertensi
Obat antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk
meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular dan membantu
meningkatkan suplai darah.
 Pantau tekanan darah dan obat hipertensi
Mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit kepala, mual,
muntah dan palpitasi.

Nyeri epigestrium b.d. peregangan kapsula hepar


Tujuan: dapat beradaptasi dengan rasa nyeri dan nyeri berkurang
26
Intervensi:
 Kaji tingkat intensitas nyeri (PQRST)
Mengetahui skala nyeri dan mempermudah untuk melakukan intervensi
selanjutnya.
Kaji pengetahuan dalam penanganan nyeri
Mengetahui kebiasaan dalam menangani nyeri.
 Lakukan manajemen nyeri keperawatan
 Memberikan asupan oksigen dalam ruangan yang lebih banyak.
 Kolaborasi pemberian obat analgetik
 Mengurangi nyeri.
 Pantau perkembangan nyeri
 Mengetahui perkembangan nyeri dan menentukan intervensi
selanjutnya.

Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d. keletihan, defisit perawatan diri.


Tujuan: aktivitas pasien dapat terpenuhi
Intervensi:
 Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivit
 Mengetahui tingkat kelemahan
 Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Untuk mengetahui penyebab terjadinya kelemahan fisik
 Instruksikan tentang tehnik penghematan energi
Membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten sesuai dengan kemampuan
fisik agar pasien mampu melakukannya secara mandiri.
 Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas

Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan


cardiac out put (COP).
27
Tujuan: tidak terjadi gangguan perfusi jaringan serebral.
Intervensi:
 Observasi tanda-tanda vital
untuk mengetahui tingkat kegawatan pasien
 Pantau AGD (Analisa Gas Darah)
asidosis yang terjadi dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel.
 Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
R/ pandangan kabur dan nyeri kepala merupakan indikasi terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan kurangnya suplai O2 ke otak.
 Kolaborasi pemberian cairan elektrolit melalui parenteral (IV)
R/ meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler
8. Evaluasi
Kelebihan volume cairan b.d. penurunan tekanan osmotik, perubahan
permeabilitas vaskuler.
 Kriteria evaluasi : kelebihan volume cairan dapat dikurangi
dibuktikan dengan keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat,
hematokrit dalam batas normal.
Penurunan curah jantung b.d. hipovolemia/penurunan aliran balik vena
 Kriteria evaluasi : tekanan darah dalam batas normal, edema tidak
ada, asites tidak ada, menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas.
Nyeri epigestrium b.d. peregangan kapsula hepar
 Kriteria evaluasi: pasien menunjukkan teknik relaksasi secara
individual yang efektif, mampu beradaptasi dan mengontrol nyeri,
mengenali faktor penyebab dan penggunaan tindakan untuk
mencegah nyeri.
Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d. penurunan cardiac out put
(COP).
 Kriteria evaluasi: tekanan darah dalam batas normal,nadi teraba,
suhu normal, warna kulit normal, hidrasi kulit.
Resiko tinggi intoleransi aktivitas b.d. keletihan, defisit perawatan diri.
28
 Kriteria evaluasi: mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan,
menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, tingkat daya tahan adekuat
untuk beraktivitas.

Daftar Pustaka

Mansjoer, Arief. 2019. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medika.

Manuaba, I.B. 2019. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakart: Salemba Medika.

Intansari, Nurjannah. 2016. Proses Keperawatan NANDA, NIC & NOC.


Yogyakarta: mocaMedia

Reeder, SJ. 2018. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan


Keluarga. Jakarta: EGC
Syaifuddin. 2018. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai