Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN NORMAL
DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Tanggal 23 - 28 Mei 2022

Oleh:
Erika Handayani, S.Kep
NIM. 2130913320059

PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN NORMAL
DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Tanggal 23 - 28 Mei 2022

Oleh :
Erika Handayani, S.Kep
NIM. 2130913320059

Banjarbaru, Mei 2022


Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructor

Nana Astriana H, S.Kep., Ns., M.Kes Hj. Fauziah, S.Kep., Ns.


NIP. 19790317 20190120 9001 NIP. 19730323 1997032011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERSALINAN NORMAL

A. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar
uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
(37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir
dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak
ada komplikasi pada ibu dan janin.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Alat / organ reproduksi wanita terdiri atas alat / organ eksternal dan internal,
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Organ eksternal (sampai vagina)
berfungsi sebagai kopulasi, sedangkan Internal berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi
ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.

1. Genetalia Ekasterna

Vulva tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
a. Mons pubis / mons veneris

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas


daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

b. Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada
commisur posterior).

c. Labia minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

d. Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Terdapat
juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.

e. Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii
kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis.

f. Introitus / orificium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal
terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan
sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau
trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan
dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum
disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang
robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang
abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup
total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di
rongga genitalia interna.

g. Vagina

Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di


bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di
sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix
posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral
dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah
mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan
lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari
duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu
fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior
dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot- otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

2. Genetalia Interna
Uterus adalah suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus,
cornu, isthmus dan serviks uteri

a. Serviks uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus


dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen
utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin.
Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding)
dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah
cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/
multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-
posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan
lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)
dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas
lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

b. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai
siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas
vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).

c. Ligamenta penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum


cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.

d. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

e. Salping / Tuba Falopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa,
muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari atas pars isthmica (proksimal/isthmus) merupakan bagian
dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer
gamet; pars ampularis (medial/ampula) merupakan tempat yang sering
terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil
ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini
; pars infundibulum (distal) yang dilengkapi dengan fimbriae serta ostium
tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium.
Fimbriae berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari
permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba ; serta mesosalping
yaitu jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada
usus).

f. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan
pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium
berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari
sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui
perlekatan fimbriae. Fimbriae "menangkap" ovum yang dilepaskan pada
saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,
ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.
Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
C. Etiologi
Berikut adalah teori-teori terjadinya persalinan:
 Keregangan Otot rahim : otot Rahim mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
 Penurunan progesterone: perubahan dan produksi progesterone mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya
otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone.
Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin (merangsang rahim berkontraksi pada kehamilan
dan sebagai awal tanda kelahirn bayi). Oksitosin merupakan perubahan
keseimbangan yang terjadi pada progesteron. Apabila terjadi penurunan
progesteron maka reaksi oksitosin dapat meningkat sehingga persalinan dapat
terjadi
 Prostaglandin akan terjadi peningkatan prostaglandin pada umur kehamilan 15
minggu, sehingga akan memicu terjadinya kontraksi dan persalinan.
Prostaglandin yang dikeluarkan oleh deciduas konsentrasinya meningkat sejak
usia kehamilan 15 minggu. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim.

D. Patofisiologi
1. Lightening yaitu kepala turun memasuki PAP
2. Perut terlihat lebih besar dan melebar
3. Perasaan sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah
janin (kepala)
4. Adanya perasaan sakit diperut dan pinggang karena adanya kontraksi
5. Timbul tanda-tanda inpartu (tahap melahirkan): pengeluaran lender dan darah
lebih banyak, dan pada saat pemeriksaan kala sudah lengkap.
Kala sendiri dibagi menjadi 4, yaitu:
 Kala I (pembukaan): pada tahap ini terjadi pembukaan mulut rahim
hingga cukup untuk janin keluar. Pada kala 1 terdapat 2 fase:
1. Fase laten : pembukaan mencapai 3cm, berlangsung 8 jam
2. Fase aktif : pembukaan dari 3cm tadi menjadi lengkap yaitu 10cm,
berlangsung selama 6 jam. Ketuban dapat pecah dengan sendirinya
ketika pembukaan hampir lengkap.
 Kala II (pengeluaran janin): terjadi kontraksi yang sering, timbul reflex
mengedan akibat tekanan bagian terbawah janin (kepala) yang
menekan anus dan rectum. Kemudian perineum mulai menonjol dan
melebar, anus terbuka, labia mulai membuka kemudian taampak
kepala janin. Selanjutnya, ibu mengedan dengan kekuatan yang
maksimal maka akan lahirlah kepala janin, setelah itu istirahat sebentar
lalu dilanjutkan mengedan untuk melahirkan badan dan anggota tubuh
bayi lainnya. Tahap ini berlangsung selama 1,5jam.

 Kala III (pengeluaran plasenta): setelah bayi lahir, uterus berkontraksi


lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya. Plasenta lepas 6-15
setelah bayi lahir.
 Kala IV: setelah plasenta lahir samapai 2 jam sesudah melahirkan.
Melakukan observasi mengingat seringnya timbul pendarahan.

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah terjadi, dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang berikut:

 Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan


 Tes urin, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urin
 Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati
 Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar kreatin di
ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal
 Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan sehat
F. Pathway

Tanda-tanda Inpartu

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Hormon progesterone Kontraksi & Mengedan Observasi


Bayi Lahir
menurun
Lengkap

Peningkatan Perineum & Anus Resiko Perdarahan


Robekan Perinium
Oksitoksin Menonjol Kontraksi
Uterus

Tampak Kerusakan Integritas


Peningkatan
Kulit
Prostalglandin Kepala Janin Pengeluaran Plasenta

Kontraksi Penekanan Saraf


Resiko Perdarahan
& Jaringan

Nyeri Persalinan
Nyeri Persalinan
G. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Persalinan bd Ekspulsi Fetal (00256)
2. Kerusakan Integritas Kulit bd Perubahan Hormonal (Postpartum) (00046)
3. Resiko Perdarahan KondisiTerkait Komplikasi Pasca Partum (00206)

No. Diagnosis NOC NIC


Keperawatan

1. Nyeri Persalinan Kontrol Nyeri (1605) Aplikasi panas dingin (1380)


(00256)
Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan aplkasi
keperawatan selama 1 x 60 penggunaan panas atau
menit, diharapkan: dingin, dan bagaimana hal
tersebut mempengaruhi
1. Menggambarkan nyeri dari gejala pasien
2 ke 5 2. Bungkus perangkat panas
2. Menginduksikan pilihan atau dingin dengan alat
penangan nyeri dengan yang terlindung dengan
professional Kesehatan dari kain yang sesuai
2 ke 5 3. Periksa dahulu suhu
3. Menggunakan Tindakan sebelum diaplikasikan,
pengurangan nyeri tanpa terutama panas
analgesic dari 2 ke 5 4. Aplikasikan panas atau
4. Monitor dampak trapeutik dingin secara langsung
dari penggunaan penurun atau didekat lokasi yang
nyeri non analgetik dari 2 terkena jika
ke 5 memungkinkan
5. Menggunakan analgetik 5. Evaluasi kondisi umum,
yang direkomendasikan dari keamanan, dan
2 ke 5 kenyamanan seluruh
6. Monitor dampak terapeutik perawatan
dari analgetik dari 2 ke 5
7. Melakukan Teknik relaksasi Aromaterapi (1330)
efektif dari 2 ke 5
8. Melaporkan perubahan 1. Dapatkan persetujuan
nyeri pada professional secara verbal untuk
Kesehatan dari 2 ke 5 penggunaan aromaterapi
ini
Keterangan : 2. Gunakan Pendidikan dan
pelatihan sebagai latar
1. Tidak pernah menunjukkan belakang dan fisiologi
2. Jarang menunjukkan dalam penggunaan minyak
3. Kadang-kadang esensial, bentuk Tindakan
menunjukkan 3. Monitor terkait konntak
4. Sering menunjukkan dermatitis berhubungan
5. Secara konsisten
menunjukkan dengan minyak esensial
4. Berikan minyak esensial
Nyeri: Efek yang mengganggu dengan menggunakan
(2101) metode yang (misalnya,
Setelah dilakukan tindakan pemijatan, inhalasi) pada
keperawatan selama 1 x 60 area tubuh
menit, diharapkan:

1. Ketidak nyamanan dari 2 ke


5
2. Gangguan dalam rutinitas
dari 2 ke 5
3. Gangguan pergerakan fisik
dari 2 ke 5

Keterangan :

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

2. Kerusakan Integritas Jaringan: Kulit dan Menjahit luka (3620)


Integritas Kulit Membran Mukosa (1101)
(00046) 1. Bersihkan kulit di sekitar
Setelah dilakukan Tindakan luka dengan air dan sabun
keperawatan selama 1 x 45 atau cairan antiseptic
menit ,diharapkan: lainnya
2. Gunakan Teknik steril
1. Sensai dari 2 ke 4 selama proses penjahitan
2. Elastisitas dari 2 ke 4 3. Pilih material ddan jarum
3. Perfusi jaringan dri 2 ke 4 jahit yang tepat
4. Integritas kulit dari 2 ke 5 4. Tempatkan jarum
5. Lesi pada kulit dari 2 ke 4 sehingga bisa masuk tegak
Keterangan : lurus pada bagian tepi
kulit
1. Sangat terganggu 5. Tarik jarum megikuti garis
2. Banyak terganggu atau lengkungan
3. Cukup terganggu 6. Tarik jahitan dengan tidak
4. Sedikit terganggu terlalu ketat sehingga kulit
5. Tidak terganggu tidak menumpuk
7. Lakukan ikatan di akhir
agar terbentuk benjolan
untuk mengunci jahitan
8. Bersihkan area jahitan
sebelum memberikan
antiseptic atau balutan
9. Instruksikan pasien
bagaimana cara merawat
jahitan, termasuk melepas
benang yang steril
10. Instruksikan pasien kapan
jahitan perlu dibuka
11. Lepaskan jahitan dalam 1
sampai 2 minggu sejak
dilakukan penjahitan,
tergantung pada posisinya
dan sesuai indikasi
12. Gunakan Teknik yang
tepat dalam melepaskan
jagitan (misalnya dengan
pelan mengangkat
forcepts, memotong,
memegang dengan
menarik simpul terhadap
garis benang)

Perawatan Luka (3660)

1. Angkat balutan dan plaster


perekat
2. Bersihkan dengan normal
saline atau dengan cairan
pembersih lainnya dengan
tepat
3. Berikan balutan sesuai
jenis luka
4. Periksa luka setiap kali
perubahan balutan
5. Anjurkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-tanda infeksi

3. Resiko Keparahan Kehilangan Darah Pengurangan Perdarahan:


Perdarahan (0413) Uterus Postpartum (4026)
(00206)
Setelah dilakukan Tindakan 1. Kaji Riwayat obsetrik dan
keperawatan selama 1 x 30 catatan persalinan terkait
menit,diharapkan: dengan factor resiko
perdarahan postpartum
1. Kehilangan darah yang (perdarahan post partum
terlihat dari 2 ke 5 sebelumnya, kala tiga
2. Perdarahan vagina dari 2 ke yang memanjang, plasenta
5 tidak keluar, persalinan,
3. Penurunan tekanan daarah induksi persalinan dengan
diastole dari 2 ke 4 bantuan)
4. Penurunan tekanan daarah 2. Beritahukan dengan
sistolik dari 2 ke 4 petugas bahwa kehilangan
Keterangan : darah
3. Pasang IV dengan jarum
1. Berat yang sesuai
2. Cukup berat 4. Monitor TTV setiap 15
3. Sedang menit atau sering
4. Ringan 5. Tutupi dengan selimut
5. Tidak ada hangat
6. Berikan produk darah jika
diperlukan
7. Pastikan keluarga dan
klien tetap mendapat
infromasi tentang kondisi
klinis dan manajemen
yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai