Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN RISIKO BUNUH DIRI DI RUANG


INTENSIF PRIA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

STASE KEPERAWATAN JIWA

Tanggal 06 – 11 Juni 2022

Oleh:

Muhammad Khairul Fikri, S.Kep


NIM. 2130913310017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN RISIKO BUNUH DIRI DI RUANG INTENSIF
PRIA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM

Tanggal 06 – 11 Juni 2022

Oleh:

Muhammad Khairul Fikri, S.Kep


NIM. 2130913310017

Gambut, 06 Juni 2022


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep. Bakhtiar, S.Kep.,Ns


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19770402 200604 1 012
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
seseorang berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan
koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh
diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh
diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri (Yusuf, Fitriyasari, Nurhayati,
2015). Bunuh diri adalah suatu tindakan yang disengaja untuk mengakhiri hidup diri
sendiri (Sanyasi, 2017).
Bunuh diri juga merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat
pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang
spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk bunuh diri.
(Yusuf, Fitryasari, & Endang, 2015).

B. Faktor-Faktor Bunuh Diri


1. Faktor perilaku
− Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan dengan program pengobatan yang dilakukan
(pemberian obat). Pasien dengan keinginan bunuh diri memilih untuk
tidak memperhatikan dirinya.
− Pencederaan Diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri
sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri dilakukan
terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut
cukup parah untuk melukai tubuh.
− Perilaku Bunuh Diri
2. Faktor Psikologis
Menurut penelitian Kandar & Aini (2019) Depresi masih menjadi masalah
kesehatan jiwa dengan resiko bunuh diri yang tinggi. Sebanyak 36% pasien yang
dirawat dengan perilaku bunuh diri dengan depresi atau gangguan afektif.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala resiko bunuh diri meliputi
mempunyai ide bunuh diri, mengungkapkan keinginan untuk mati, mengungkapkan
rasa bersalah dan keputusasaan, menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh), memiliki riwayat percobaan bunuh diri, verbal
terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan), status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
dan mengasingkan diri), kesehatan mental (secara klinik, klien terlihat sebagai
orang yang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol), dan kesehatan fisik
(biasanya pada pasien penyakit kronis atau terminal).

D. Klasifikasi Bunuh Diri


Menurut Yusuf, dkk (2015) ada tiga klasifikasi bunuh diri, yaitu :
a. Bunuh diri egoistik, akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang
buruk
b. Bunuh diri altruistik, akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan
c. Bunuh diri anomik, akibat lingkungan tidak dapat memberikan
kenyamanan bagi individu

F. Rentang Respon Proteksi Diri


Menurut Yusuf (2015), sebagai berikut :
Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri


Diri Peningkatan Destruktif Diri Diri
Berisiko Tak Langsung

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social
budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

2. Pohon Masalah
Berduka (Efek)

Risiko Bunuh Diri (Core Problem)

Harga Diri Rendah (Causa)

3. Diagnosa Keperawatan
Risiko Bunuh Diri

4. Rencana Tindakan Keperawatan


Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan klien resiko bunuh diri

SP untuk Pasien Sp untuk Keluarga


Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi beratnya masalah 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
resiko bunuh diri : isyarat keluarga dalam merawat pasien
ancaman, percobaan (jika 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
percobaan segera rujuk) serta proses terjadinya resiko bunuh
2. Identifikasi benda-benda diri, (gunakan booklet)
berbahaya dan menggunakannya 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan
(lingkungan aman untuk pasien) Resiko Bunuh Diri
3. Latihan cara mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri : buat
daftar aspek positif diri sendiri, 4. Latih cara memberikan pujian hal
latihan afirmasi / berpikir aspek positif pasien, memberi dukungan
positif yang dimiliki. pencapaian masa depan
4. Masukan pada jadwal latihan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
berpikir positif 5 kali per hari. jadwal dan memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
tentang diri sendiri. Beri pujian. memberikan pujian dan penghargaan
Kaji ulang resiko bunuh diri. atas keberhasilan dan aspek positif
2. Latih cara mengendalikan diri dari pasien. Beri pujian.
dorongan bunuh diri : buat daftar 2. Latih cara memberi penghargaan pada
aspek positif keluarga dan pasien dan menciptakan suasana
lingkungan, latih afirmasi / positif dalam keluarga : tidak
berpikir positif keluarga dan membicarakan keburukan anggota
lingkungan. keluarga
3. Masukkan pada jadwal latihan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
berpikir positif keluarga dan jadwal dan memberikan pujian.
lingkungan.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri sendiri, keluarga dan memberikan pujian dan penghargaan
lingkungan, beri pujian. Kaji pada pasien serta menciptakan
resiko bunuh diri suasana positif dalam keluarga. Beri
2. Diskusikan harapan dan masa pujian
depan 2. Bersama keluarga berdiskusi dengan
3. Diskusikan cara mencapai harapan pasien tentang harapan masa depan
dan masa depan. dan langkah-langkah mencapainya
4. Latih cara-cara mencapai harapan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
dan masa depan secara bertahap jadwal dan memberikan pujian
(setahap demi setahap)
5. Masukan pada jadwal latihan
berpikir positif diri sendiri,
keluarga dan lingkungan, dan
tahapan kegiatan yang dilatih.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan berpikir positif 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri sendiri, keluarga dan memberikan pujian, penghargaan,
lingkungan, serta kegiatan yang menciptakan suasana positif dan
dipilih . Beri pujian. kegiatan awal dalam mencapai
2. Latih tahap kedua latihan harapan masa depan. Beri pujian
mencapai masa depan 2. Bersama keluarga berdiskusi tentang
3. Masukan pada jadwal latihan langkah dan kegiatan untuk mencapai
berpikir positif diri sendiri, harapan masa depan.
keluarga dan lingkungan, serta 3. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM,
kegiatan yang dipilih untuk tanda kambuh, rujukan.
persiapan masa depan. 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
peningkatan positif diri, keluarga memberikan pujian, penghargaan,
dan lingkungan. beri pujian menciptakan suasana positif dan
2. Evaluasi tahap kegiatan mencapai membimbing langkah-langkah dalam
harapan dan masa depan mencapai harapan masa depan. Beri
3. Latih kegiatan harian pujian
4. Nilai apakah resiko bunuh diri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
teratasi pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol RSJ / PKM
DAFTAR PUSTAKA

Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
Direja, A. H. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa.
Eriawan, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn “O” Yang Mengalami Bipolar
Dengan Masalah Keperawatan Waham Paranoid Di Ruangan Palm Rumah Sakit
Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019.
Keliat, B.A., & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok
Edisi 2. Jakarta: EGC
Prakasa, A., & Milkhatun, M. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan Proses
Pikir Waham dengan Menggunakan Algoritma C4. 5 di Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam Samarinda. Borneo Student Research (BSR), 2(1)
Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien
Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 45-52.
World Health Organization. (2016). Schizophrenia.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (A. Suslia,
& F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai